Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Sesuai Dengan Organisme

advertisement
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI
BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN
BABINSA
Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) Sesuai Dengan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT)
Sasaran
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
PERTANIAN
PUSAT PELATIHAN PERTANIAN
2015
Sesi : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Sesuai Dengan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Sasaran
Tujuan Pembelajaran :
 Peserta dapat menyebutkan jenis jenis OPT, musuh alami dan komponen agroekosistem lainnya
 Peserta dapat menganalisis agroekosistem padi sawah
 Peserta dapat mengendalikan OPT secara terpadu
Alokasi waktu : 6 JP ( @ 45 menit)
Pendahuluan :
Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam
peningkatan produksi pertanian. Untuk pengendalian OPT, jalan pintas yang sering dilakukan adalah
menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan pestisida yang tidak bijaksana banyak menimbulkan
dampak negatif, antara lain terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup.
Memperhatikan pengaruh negatif pestisida tersebut, perlu dicari cara-cara pengendalian yang lebih aman
dan akrab lingkungan. Hal ini sesuai konsepsi pengendalian hama terpadu (PHT), bahwa pengendalian
OPT dilaksanakan dengan mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan konsumen
serta menguntungkan petani. Pengendalian Hama Terpadu(PHT) merupakan gabungan beberapa metode
pengendalian baik secara biologi, fisik mekani, teknis budidaya dan penggunaan pestisida sebagai alternatif
pengendalian terakhir.
Kegiatan 1 (90 menit) Pengamatan agroekosistem
Agroekosistem merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang dikelola
semaksimal mungkin untuk memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang
sesuai kebutuhan manusia (Pedigo, 1996 : 335). Komponen agroekosistem: Keragaan OPT,
Keragaan Musuh Alami, Keragaan Komoditas, Keragaan iklim mikro dan perlakuan petani.
1. Pada Tahap ini, peserta dalam kelompok kecil menghimpun semua keragaan tersebut diatas
yang mereka temui di lahan praktek
2. Mengisi form yang sudah disediakan berdasarkan temuan pada tanaman sampling.
Tanaman sampling ditentukan dengan berjalan searah diagonal dari petakan sawah yang
akan diamati, tentukan 3 titik lokasi mewakili daerah pinggir terdekat, tengah dan pinggir
terjauh dari arah diagonal tersebut.:
Petakan Sawah
10 rumpun tanaman sampling di lokasi pinggir terdekat
10 rumpun tanaman sampling di lokasi tengah
10 rumpun tanaman sampling di lokasi pinggir terjauh
Keragaan OPT
No
Item Keragaan
Jumlah
Keterangan
1
Serangga/Organisme
Hitung populasinya :
jumlah yang ditemukan
dibagi jumlah rumpun
2
Penyakit
Hitung persentase
intensitas
serangannya
3
Gulma
Hitung persentase
areal yg tertutupinya
Keragaan Iklim Mikro
No
Item
Kondisi Lapangan
A
Keragaan Iklim Mikro
1.
Sinar Matahari
Cerah/Mendung/Hujan
2.
Tanah
Kering/Macakmacak/Tergenang
3.
Kecepatan angin, dan Arah angin
4.
Kebersihan lahan
B.
Keragaan Komoditas
1.
Varietas yang ditanam
2.
Umur Tanaman
3.
Tinggi Tanaman
4.
Fase Pertumbuhan Tanaman
C.
Keragaan Perlakuan Petani
1.
Melakukan aplikasi Pestisida
2.
Melakukan penyiangan
3.
Melakukan Pemupukan
4.
Tindakan Pengendalian yang dilakukan
Bersih/banyak gulma
Kegiatan 2 (90 menit) Analisa Agroekosistem
Sasaran kegiatan ini adalah peserta menuangkan temuan di lapangan dalam bentuk gambar
agroekosistem dan menganalisanya sehingga dapat disimpulkan tindakan pengendalian
OPT yang harus dilakukan. Tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Peserta menggambarkam kembali hasil pengamatannya di lapangan sesuai dengan
kondisi yang ada
2. Peserta Berdiskusi untuk:

mengelompokkan hasil pengamatan berdasarkan keragaan yang ada

mengidentifikasi jenis hama, penyakit, gulma dan musuh alami berdasarkan kriteria
dan ciri-ciri yang dimiliki

Menghitung populasi hama, musuh alami ( dinyatakan dalam jumlah per rumpun )
dan intensitas serangan penyakit ( dinyatakan dalam persen serangan)

Semua hasil diskusi dituangkan dalam gambar analisa agroekosistem seperti contoh
di bawah
AGROEKOSISTEM PADI SAWAH
Varietas
Umur
Tinggi Tanaman
Jumlah Anakan
OPT :


:
:
:
:
MA :


Kondisi : air ?
Tanah ? angin?
Gulma ?
3. Peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Dari hasil kegiatan ini fasilitator mengklarifikasi materi sesuai dengan teori yang ada.
selanjutnya bersama peserta menyimpulkan hasil diskusi serta menentukan apakah perlu
dilakukan tindakan pengendalian atau masih membutuhkan pengamatan lebih lanjut.
Kegiatan 3. (60 menit) Tindakan Pengendalian
Sasaran kegiatan ini adalah melalukan tindakan pengendalian OPT berdasarkan hasil analisis
agroekosistem pada kegiatan sebelumnya. Tindakan pengendalian tidak selalu harus melakukan
aplikasi pestisida, membiarkan kondisi petakan sawah pada ageoekosistem yang seimbang artinya
tidak perlu tindakan penyemprotan pestisida. Bila tindakan pengendalian memerlukan
pengaplikasian pestisida maka sebaiknya dilakukan hal berikut :
Tindakan pengendalian dilakukan berdasarkan kesimpulan kegiatan sebelumnya.
1. Bilamana perlu fasilitator mendemonstrasikan salah satu pengendalian hama atau
penyakit
2. Peserta melakukan praktek pengendalian hama/penyakit sesuai dengan yang
didemonstrasikan oleh fasilitator.
KEGIATAN 5. Refleksi Kegiatan Praktek
Sasaran kegiatan ini adalah peserta merefleksikan seluruh kegiatan praktek sehingga
memahami bahwa tujuan berlatih telah tercapai dengan langkah sebagai berikut :
1. Diskusikan hasil praktek dalam kelompok berkaitan dengan keselutihan praktek yang peserta
lakukan
2. Presentasikan hasil diskusi kelompok Simpulkan hasil presentasi
Kegiatan 6. Rencana Aksi
Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana aksi perbaikan pengendalian
OPT di wilayah masing-masing
Langkah kegiatan
Langkah kegiatan
Langkah ke 1
Langkah ke 2
Uraian
Seluruh
peserta
mendengarkan
penjelasan tambahan dari fasilitator
tentang pengendalian OPT
Setiap peserta menyusun rencana aksi
perbaikan pengendalian OPT di wilayah
masing-masing
Alat bantu
Tabel rencana aksi
Perencanaan Sampai Pengamatan Berikutnya :
Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana aksi perbaikan pengendalian OPT
di wilayah masing-masing
Rencana aksi perbaikan penegndalian OPT di wilayah masing-masing
No
I
Kegiatan yang akan
diperbaiki
Pengamatan
Mingguan
Agroekosistem
II
Analisa
Agroekosistem dan
Penyimpulan tindakan
pengendalian
III
Pengendalian OPT
Waktu
Tempat
.........................:
Pelaksana
Keterangan
2015
Penyusun
...........................................................................
Lembar Informasi
Catatan : Apabila saudara memerlukan informasi silahkan baca pada
1. lembar informasi ini.
2. Vidio
I. PENDAHULUAN
Pada masa masa permulaan program intensifikasi untuk meningkatkan produksi pangan ,
masalah hama yang makin meningkat diusahakan ditanggulangau hanya dengan pestisida .
Namun pengalaman menunjukkan bahwa selalu menggantungkan kepada pestisida saja tidak
cukup masalah hama tidak dapat diatasi malah makin menjadi jadi sebab hama berkembang
menjadi tahan terhadap pestisida malah ada kesan hama makin banyak untuk beberapa kasus.
Disamping itu penngunaan pestisida menimbulkan berbagai dampak yang merugikan
lingkungan. Berbagai species yang bukan hama musnah akibat pestisida ,air tanah dan udara
ikut tercemar. Residu pestisida mengakibatkan kesehatan yang mengkonsumsinya menjadi
terancam.Disamping itu secara ekonomi penggunaan pestisida yang tak bijaksana malah
merupakan pemborosan biaya usahatani. Untuk mengurangi dampak negatif penggunan
pestisida yaitu dengan konsep pengendalian hamaterpadu . Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) menitik beratkan pada terpeliharanya ekosistem produksi pertanian tetap dapat
dipertahakan dan kesehatan yang mengkonsumsinya aman dari pestisida . Demikian pula
penerapan PHT pada tanaman cabe menitik beratkan kepada penggunaan pestisida yang
seminimal mngkin . Pada penerapannya diawali dengan pengamatan yang seksama sehingga
dalam pengambilan keputusan pengendalian diambil teknik atau taktik pengandalian yang tepat
tanpa harus mengganggu musuh alami yang ada dipertanaman cabei tersebut
II. PENGAMATAN LAHAN SECARA MINGGUAN
Masalah hama timbul karena terjadinya perubahan pada ekosistem pertanian (agroekosistem)
yang dibawa oleh perubahan cuaca, perubahan populasi pengendali alami dan perubahan
yang diakibatkan oleh kegiatan budidayaa tanaman
Dinamika ekosistem pada umumnya,dinamika , dinamika populasi hama dan dinamika populasi
musuh alami
harus diikuti perkembangannya secara terus menerus melalui kegiatan
pengamatan . Agar informasi yang terkumpul tidak terlambat bagi adanya pengambilan
keputusan pengendalian maka frekwensi pengamatan ditentukan satu minggu. Setiap minggu
petani harus melakukan pengamatan dilahan usahataninya, mengadakan analisa terhadap
hasil pengamatan dan mengambil keputusan tentang tindakan yang perlu dilakukan.
a. Sampling dan Pendugaan Lahan
Data tanaman, populasi hama dan musuh alami, intensitas hama penyakit, cuaca, dan
kesehatan tanaman, serta kondisi ekosistempadi yang lain diperoleh dari kegiatan
pengamatan mingguan. Pengamatan mingguan tidak dilakukan secara sensus, tetapi
dilakukan pada contoh, sehingga bersifat sebagai penduga terhadap keadaan populasi
sesungguhnya.
Sampling adalah langkah yang pertama dalam metode pengelolaan hama, sedang metode
penarikan contoh tersedia cukup banyak, yang pada dasarnya digolongkan kedalam dua
golongan, yaitu secara acak dan sistematis. Pemilihan metode penarikan contoh yang
sesuai untuk menduga populasi hama tertentu ditentukan oleh jenis hama dan pola sebaran
populasi hama tersebut. Metode penarikan contoh dikatakan baik apabila mudah
dilaksanakannya, mampunyai ketelitian yang tinggi, dan biayanya murah.
Dalam kegiatan ini, para peserta harus bekerja untuk dapat melakukan pendugaan yang
tepat terhadap kepadatan populasi serangga hama, musuh alami, dan faktor lingkungan
lainnya.
Hasil sampling akan digabungkan dengan informasi yang lain yang didapatkan, seperti
populasi musul alami, populasi tanaman yang sehat dan yang terserang hama, besarnya
biaya produksi, dan cuaca untuk membuat analisa ekosistem lahan, guna menetapkan
keputusan apa yang harus diambil.
Sampling biasanya mempunyai beberapa tujuan tergantung dari kepentingan orang yang
mengambil sample atau contoh. Untuk seorang peneliti biasanya harus sangat teliti, dan
memerlukan banyak waktu pengamatan, serta analisis data. Bagi petani, tujuan sampling
adalah untuk mengetahui keadan ekosistem. Selain itu dapat pula diketahui perbandingan
populasi hama dan musuh alami yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Bagi
petani untuk mengetahui keseluruhan populasi sebenarnya di lahan.
Sampling biasanya dikerjakan untuk menduga kepadatan populasi OPT , tanaman
terserang hama atau penyakit dan kondisi lingkungan . Sebagai contoh hasil pengamatan
dapat berupa :
-Jumlah serangga penghisap daun
-Jumlah tungau atau kutu daun pertanaman
-Jumlah ulat pengulung daun per tanaman
-Jumlah laba-laba per meter persegi
-Jumlah tunas tanaman yang terpotong oleh ulat
-Jumlah rumpun terserang penyakit virus gramini per meter persegi
-Jumlah tanaman yang terserang virusn lain (lebih dari 50 % luas daun ) permeter persegi
.Bagaimana keadaan matahari angin, kelembaban udara ,air . tanah dan gulma
Semua kepadatan tersebut dapat konpersikan ke populasi permeter persegi atau perhektar
dengan mengetahui jarak tanam dan rata rata cabang pertanaman.
Kegunaan sampling selain untuk analisa ekosistem juga untuk pendugaan hasil sebagai
akibat adanya populasi hama, selain itu dapat pula digunakan sebagai data pelaporan.
b. Pelaksanaan Pengamatan
Ekosistem merupakan system yang terbentuk oleh interaksi dinamis antara unsure unsur
biotic (organisme hidup) dan abiotik(fisik) Unsur biotic mencakup tanaman,serangga( hama
musuh alami, pengurai dan lain lain) sedangkan unsur abiotik mencakup cuaca dengan
unsur unsurnya yaitu suhu, kelembaban,angin, cahaya, mujan danm tanah. Tiap tiap unsur
dalam ekosistem memiliki sifat khusus dan peran yang bervariasi dan selalu berubah ubah
pada setiap ruang dan waktu . Oleh karena itu, pengambilan keputusan untuk suatu
tindakan pengendalian hama penyakit senentiasa berdasarkan pada hasil pengamatan dan
analisis agroekosistem. Alur pengambilan keputusan berdasarkan analisis agroekosistem
sudah dikemukakan dimuka
Analisis ekosistem akan dikerjakan setelah kegiatan pengamatan dilahan. Hasil
pengamatan digambar dikertas Koran dan dilakukan diskusi kelompok, analisis serta yang
terakhir disajikan dalam pleno.
Tujuan
Peserta dapat mengambil keputusan rasional berdasarkan hasil analisisagroekosistem di
lahan usahataninya
Peserta mengetahui dan mengerti keseimbangan dan keterkaitan antar unsur
ekosistem yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
Alat dan bahan
:

Kertas Koran

Spidol

Lakban

Balnko pengamatan

Kantong platik

Krayon

Papan pengamatan
unsur
1) Langkah Kagiatan Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap tanaman atau rumpun tanaman contoh dan petak
contoh per 500 M2
- Tanaman contoh
Tanaman contoh sebanyak 30 rumpun per petak 500 M2 ditentukan secara
sistematis dengan menggunakan metode penarikan contoh acak sistematis bentuk U
atau diagonal
- Pengamatan tanaman contoh diamati mulai umur 1 minggu setelah tanam dan
diulang setiap minggu sekali
- Pengamatan Hama dan musuh alami
Dihitung jumlah organisme pengganggu tanaman (OPT) pertanaman contoh
Dihitung jumlah musuh alami pertanaman contoh
Dihitung tingkat kerusakan tanaman oleh serangan ulat . Dengan rumus seperti berikut
∑ (n x v)
P = ------------- x 100 %
NxZ
Keterangan
P = adalah tingkat kerusakan tanaman (%)
N = adalah jumlah tanaman yang memiliki kategori kerusakan (skoring ) yang sama
V = Nilai skoring berdasarkan luas seluruh daun tanaman yang terserang yaitu :
0. = tanaman tidak terserang (sehat)
1. = luas kerusakan daun tanaman 0 - <20 %
3 = luas kerusakan daun tanaman >20 - <40 %
5 = luas kerusakan daun tanaman >40 - <60 %
7 = luas kerusakan daun tanaman> 60 - <80 %
9 = luas kerusakan daun tanaman >80 - <100 %
Z = adalah nilai kategori serangan tertinggi (V = 9)
N = Jumlah rumpun yang diamati
Dihitung jumlah musuh alami yang teramamti misalnya semut, laba-laba, kumbang
kubah dan lain lain
- Pengamatan Penyakit
Dihitung tingkat kerusakan tanaman karena serangan penyakit ini dengan rumus
∑ (n x v)
------------- x 100 %
NxZ
Keterangan
P=
P = adalah tingkat kerusakan tanaman (%)
N = adalah jumlah tanaman yang memiliki kategori kerusakan (skoring ) yang sama
V = Nilai skoring berdasarkan luas seluruh daun tanaman yang terserang yaitu :
0 = tanaman tidak terserang (sehat)
1
= luas kerusakan daun/ tanaman >0 - <10 %
2
= luas kerusakan daun/ tanaman >10 - <20 %
2
= luas kerusakan daun tanaman >40 - <60 %
4
= luas kerusakan daun tanaman >40 - <60 %
5
= luas kerusakan daun tanaman> 60 - <80 %
Z = adalah nilai kategori serangan tertinggi (V = 9)
N = Jumlah rumpun yang diamati
2) Analisis Agroekosistem
- Setelah selesai pengamatan metiap kelompok melakukan penggambaran
dan
analisis agroekosistem .
- Menggambar agroekosistem sebagai berikut :
Gambar agroekosistem yang menyajikan gambaran keadaan pertanaman, hama,
musuh alami, organisme lain serta kondisi lingkungan fisik pada saat pengamatan.
Gambar tersebut harus jelas dan mudah dimengerti bila orang lain membacanya .
- Penggambaran agroekosistem meliputi :
 Gambar tanaman lengkap, diperjelas dengan menggunakan warna yang
mendekati keadaan sebenarnya termasuk adanya kelainan kelainan kondisi fiisik
dan warna tanaman.
 Gambar serangga hama dan populasinya sebelah kiri tanaman , Tuliskan nama
jenis dan jumlah serangga tersebut,
 Gambar musuh alami dan populasinya disebelah kanan tanaman Tuliskan nama
jenis dan jumlah serangga tersebut
 Gambar gejala serangan penyakit, kekurangan unsure hara dan gejala
kerusakan hama,
 Gambar keadaan kelembaban /keadaan air dipetakan, cuaca: misalnya cuaca
terang gambarlah ,matahari disudut kanan atas bila berawan gambarlah matahari
sebagian tertutup awan, dan bila hujan gambarlah matahari tertutup awan dan
titik hujan jatuh dari atas.
 Gambar perlakuan petani yang pernah dilakukan dilahannya ( pemupukan,
penyemprotan dan lain lain.
3) Diskusi dan analisis setelah membuat gambar ekosistem setiap sub kelompol
melakukan
secaara
diskusi
dan analisis untuk mengkaji hasil pengamatan agroekosistem
sistematis dan mendalan
dan kesimpulan yang
sehingga dapat ,mengambil suatu keputusan
rasional untuk dilaksanakan musim tanam berikutnya.
4) Diskusi Pleno : selanjutnya setiap wakil dari sub kelompok menyajikan hasil diskusi
kelompoknya sedangkan kelompok yang lain memberi tanggapan dab masukan.Setelah
semua sub kelompok selesai melakukan presentasi , pemandu bersama seluruh peserta
merangkum dan memperjelas pendapat yang disampaikan oleh petani.
5) Keputusan Pengendalian
Pengambilan keputusan tindakan pengendalian didasarkan pada hasil analisis
agroekosistem
II. HAMA UTAMA PADI
A. Hama pada fase persemaian
1. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens). Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi mati
kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis
penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng coklat adalah tanaman padi yang
dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak tanam yang merupakan kondisi yang
disenangi wereng coklat.
2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan hama penyebar
(vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumbuhan padi yang
rentan serangan wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan
anakan maksimum, yaitu umur ± 30 hari setelah tanam.
3. Hama Putih Palsu (Chanaphalocrosis medinalis). Hama putih palsu menyerang bagian
daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun
meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Tanda pertama adanya
infestasi adalah kehadiran ngengat di sawah. Ngengat berwarna kuning coklat, pada
bagian sayap depan ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap
atau terputus. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segitiga.
4. Tikus Sawah(Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua fase
pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada
saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk
memakan bulir gabah.Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus
bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau
gulma.
5. Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan cara
memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang
per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat
10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah).
Hama & Penyakit pada Berbagai Stadia Padi
Vegetatif
Bera
Olah tanah
pesemaian
0 hari
tanam
20
anakan
Bera
Generatif
anakan primordia
pembungaan
pemasakan
maksimum
bunting
matang susu
panen
40
60
80
100
PESEMAIAN
VEGETATIF
GENERATIF
• tikus
• penggerek
batang
• keong mas
• wereng hijau
• tungro
• sklerosia jamur
• tikus
• penggerek batang
• wereng coklat
• keong mas
• ganjur
• tungro
• HDB
• blas daun
• tikus
• penggerek batang
• wereng coklat
• penggulung daun
• ulat grayak
• tungro
• HDB
• blas leher
bera
120
Gambar 1. Serangan hama berdasarkan stadia pertumbuhan padi
B. Hama pada fase vegetatif
1. Penggerek Batang (Tryporiza sp.). Adalah hama yang menimbulkan kerusakan dan
menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang terjadi pada fase vegetatif, daun
tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang.
Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa
disebut Sundep). Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang
akan memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati,
berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal
batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan hama penyebar
(vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumbuhan padi yang
rentan serangan wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan anakan
maksimum, yaitu umur ± 30 hari setelah tanam.
3. Hama Ganjur (Pachydiplosis oryzae). Stadia tanaman padi yang rentan terhadap
serangan hama ganjur adalah mulai dipersemaian sampai pada pembentukan malai.
Gejala serangan ganjur adalah daun padi akan menggulung seperti daun bawang,
sehingga tanaman yang terserang tidak dapat menghasilkan malai.
4. Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut
jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman.
Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21
hari setelah sebar benih (benih basah).
C. Hama pada fase generatif
1. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens). Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi mati
kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis
penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng coklat adalah tanaman padi yang
dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak tanam yang merupakan kondisi yang
disenangi wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman pada mulai dari
pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng
coklat pada tanaman dan menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian
tanaman menjadi menguning dan mengering.
2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan hama penyebar
(vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumbuhan padi yang
rentan serangan wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan anakan
maksimum, yaitu umur ± 30 hari setelah tanam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan
adalah tanaman kerdil, anakan berkurang, daun berubah menjadi kuning sampai kuning
oranye.
3. Penggerek Batang (Tryporiza sp.). Adalah hama yang menimbulkan kerusakan dan
menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang terjadi pada fase vegetatif, daun
tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang.
Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa
disebut Sundep).Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang
akan memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati,
berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal
batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
4. Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Walang sangit merupakan hama yang menghisap
cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit
menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta hampa. Hal ini dikarenakan walang
sangit menghisap cairan dalam bulir padi. Fase tanaman padi yang rentan terserang
hama walang sangit adalah saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak
susu.
5. Hama Ganjur (Pachydiplosis oryzae). Stadia tanaman padi yang rentan terhadap
serangan hama ganjur adalah mulai dipersemaian sampai pada pembentukan malai.
Gejala serangan ganjur adalah daun padi akan menggulung seperti daun bawang,
sehingga tanaman yang terserang tidak dapat menghasilkan malai.
6. Ulat Grayak (Armyworm). Hama ulat grayak menyerang tanaman dengan memakan daun
dan hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Larva ulat grayak menyerang tanaman
padi sejak di persemaian sampai fase pengisian. Serangan akan parah saat musim
kemarau dan tanaman kekurangan air.
7. Hama Putih Palsu (Chanaphalocrosis medinalis). Hama putih palsu menyerang bagian
daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun
meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Tanda pertama adanya
infestasi adalah kehadiran ngengat di sawah. Ngengat berwarna kuning coklat, pada
bagian sayap depan ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau
terputus. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segitiga.
8. Tikus Sawah
(Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua fase
pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada
saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk
memakan bulir gabah.Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus
bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau
gulma.
9. Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan cara
memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per
tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst
atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah).
D. Hama pada fase pemasakan
1. Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Walang sangit merupakan hama yang menghisap
cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit
menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta hampa. Hal ini dikarenakan walang
sangit menghisap cairan dalam bulir padi. Fase tanaman padi yang rentan terserang
hama walang sangit adalah saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak
susu.
2. Tikus Sawah
(Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua fase
pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada
saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk
memakan bulir gabah.Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus
bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau
gulma.
3. Burung (Lonchura spp.). Burung menyerang tanaman pada fase masak susu sampai
padi dipanen. Burung akan memakan langsung bulir padi yang sedang menguning
sehingga menyebabkan kehilangan hasil secara langsung. Selain itu burung juga
mengakibatkan patahnya malai padi.
III. PENYAKIT UTAMA PADI
1. Hawar Pelepah Rhizoctania solani
a. Gejala serangannya
Jamur ini sebagai penyebab berbagai penyakit pada berbagai tanaman. Nama latinya
akan muncul berulang kali pada setiap tanaman.
Pemantauan penyakit ini perlu dilakukan karena keganasan serangannya. Penyebab
penyakit ini kelembaban tinggi pemberian pupuk nitrogen berlebihan. Disamping
penggunaan varietas yang potensi hasil tinggi
jumlah anakan tinggi kelembaban
disekitar tanaman tinggi kondisi seperti ini merangsang munculnya penyakit ini
b. Pencegahannya.
Untuk mencegah serangan penyakit ini dapat menggunakan fungisida dengan aplikasi
pada saat anakan maksimun dan awal fase produktif.
2. Busuk Pelepah Acrocylindrium oryzae
a. Gejala serangan
Gejala serangan penyakit ini yaitu rusaknya jaringan tanaman dalam berbagai ukuran,
berwarna gelap dan dibagian tengah berwarna terang.
Akhirnya jaringan yang rusak berkembang bersaman dan meluas kebagian pelepah.
Didalam pelepah tersebut terbentuk tepung berwarna putih tepatnya pada bulir yang
baru mumcul. Akibat serangan penyakit ini bulir tidak muncul karena terganggu
pertumbuhannya.
b. Pencegahan.
Sejauh pengetahuan tentang penyakit ini masih sedikit, sedikit pula usaha yang
dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Belum ada varietas tanaman padi yang tahan
terhadap serangan penyakit ini.
3. Penyakit Busuk Batang Helminthosporium sigmoideum
a. Gejala serangan
Penyakit ini disebabkan oleh jamur dengan spora yang sangat tahan di dalam tanah.
Spora jamur ini menginfeksi pangkal batang ketika spora tersebut mengapung
dipermukaan air dan mencapai tanaman. Infeksi jamur ini mneyebabkan pelepah
daun berubah warnanya menjadi gelap kemudian terkulai. Infeksi tersebut kemudian
meluas kepelepah berikutnya dan pada akhirnya pada batang. Apabila batang
terserang maka seluruh tanaman tumbang atau tanaman terkulai.
Spora jamur ini berada pada jerami dan tanah hingga musim tanah berikutnya dan
akan menginfeksi tanaman baru
b. Pencegahan.
Penyakit ini dapat ditekan pengaruhnya dengan mengurangi banyaknya spora jamur
disawah dengan cara sanitasi. Pembersiahan atau pembakaran jerami dan tunggul
jerami merupakan cara sanitasi yang terbaik.
Pengaturan pengeringan sawah hingga tanah retak retak dapat mengurangi serangan
penyakit ini
Penyakit muncul pada lahan yang berlebihan dalam penggunaan pupuk urea dan
fospor.
4. Penyakit Blas Pyricularia oryzae
a. Gejala serangan
Penyakit blas disebabkan oleh jamur. Bibit jamur ini spora terbawa angin dan air serta
selalu terdapat disawah maupun pertanaman padi. Pertumbuhan dan perkembangan
jamur ini,dan perkembangan gejala penyakit berupa bercak pada daun atau batang
ditentukan oleh banyak factor. Pemupukan nitrogen dosis tinggi dikombinasi dengan
kondisi cuaca yang berawan merupakan kondisi terbaik bagi blas untuk memulai
infeksi.
Gejala seranganpada daun dan batang terutama pada leher malai padi, dimulai dari
bercak kecil tetapi melebar sampai beberapa centi panjangnya. Gejala itu biasanya
panjang dan meuncing dibagian akhir, di bagian tepi gelap dan bagian tengah abuabu. Gejala semacam itu dapat mematikan bagian daun.
Penyakit tersebut dapat berkembang setiap waktu dalam musim tanam padi tetapi
yang paling parah pada persemaian. Infeksi yang terjadi setelah tanam biasanya tidak
parah tetapi gejala penyakit biasanya dapat ditemukan. Kerusakan karena penyakit
inisecara ekonomik tidak penting.
b. Pencegahan.
Penyakit blas paling baik dicegah dengan pengunaan varietas tahan.hindarilah
dampak negatif pemupukan nitrogen dengan cara pemberian pupuk tersebut
bersamaan dengan waktu tanam, pada saat pertengahan vase vegetative dan fase
pembentukan bulir, akan membantu mengurangi tingkat infeksi blas.
5. Penyakit Bakteri Bergaris (Xanthomonas campestris pv.orizae (=xanthomonas
oryzae)
a. Gejala serangan
Penyakit hawar daun disebabkan oleh bakteri yang terdapat disawah setiap waktu.
Bakteri tersebut menginfeksi tanaman melalui luka atau bagian lain yang terbuka,
kemudian tumbuh didalam system jaringan pengangkutan tanaman yang mirip
pembuluh darah manusia. Pertumbuhan bakteri menyumbat saluran tersebut
sehingga air dan zat makanan tidak dapat masuk kedalamatau keluar dari ujung
daun. Hal ini menyebab kan gejala kekuningan, layu dan mati pada ujung daun.
Pada persemaian gejala tersebut menyebabkan daun menjadi kuning, kering dan
mati.bentuk gejala bakteri ini disebut “kresek”. Penyakit ini dapat merusak semua
tanaman yang telah datanam di sawah. Seluruh daun muda akan tampak menguning
dan mengering dapat disangka sebagai kerusakan karena serangan sundep atau
penggerek batang.
Pada tanaman tua, bagian tepi ujung daun menjadi kuning dan menguningnya
jaringan tersebut meluas kedaun bagian bawah bagian bawah. Akhir nya ujung daun
menjadi kering dan berwarna putih. Gejala kuning tersebut pertama terjadi sekitar
fase bunting sampai malai keluar. Suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan
yang tinggi meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bakteri hawar daun.
b. Pencegahan.
Cara pengendalian penyakit bakteri hawar daun yang paling praktis hanya lah
dengan menanam varietas tahan. Tangapan varietas berubah dalam waktu tertentu
karena bakteri juga berubah. Varietas yang sangat tahan terhadap terhadap bakteri
hawar daun akhirnya akan terserang berat bila digunakan dalam beberapa tahun. Ini
adalah suatu cirri bahwa setiap jasad hidup beradaptasi secara turun-temurun
terhadap lingkungannya.
Hal ini menyadarkan pada kita untuk melakukan pemantauan guna mengamati
perubahan ketahanan varietas dari musim ke musim.
Sanitasi dan benih yang bersih dapat mengurangi sumber infeksi bakteri ini
dilapangan. Jerami-jerami tua yang terinfeksi dibakar, dibersihkan atau dibenam
dalam tanah.
Setelah angin topan dan hujan akan terlihat penyakit kresek yang banyak. Hujan
dan angin dapat melukai tanaman dan bakteri penggerak disekitar akan menyerang
tanaman. Tiga atau empat hari setelah angin atau hujan, penyakit itu akan mulai
terlihat dilapanganapabila sedang terjadi infeksi.
6. Virus Tungro
a. Gejala serangan
Virus tungro dapat ditularkan dari tanaman satu ketanaman yang lain, dan dari suatu
lahan kelahan lainnya oleh wereng hijau, yang disebut sebagai “vector”. Wereng hijau
dapat memperoleh virus hanya dari tunbuhan yang terinfeksi virus, dan harus makan
untuk waktu yang pendek sekitar 30 menit sebelum WH dapat menularkan pada
tanaman yang lain.
WH hanya dapat menularkan virus pada tanaman lain hanya setelah ia mengandung
virus tersebut, dan makan pada tanaman yang hendak ditularkan. Apabila WH dalam
fase nimfa, mereka mengandung virus, kemudian setelah nimfa berganti kulit (menjadi
fase yang lebih besar) nimfa tidak lagi mengandung virus tersebut karena virus
tersebut hilang pada saat nimfa berganti kulit. Nimfa bekerja seakan sebagai suntikan
yang menyuntikan virus dari tanaman ke tanaman yang lain.
Setelah menyuntikan partikel virus tongro, virus memerlukanwaktu 2 minggu untuk
bertambah hingga mencapai jumlah yang cukupuntuk menyebabkan gejala.watu yang
diperlukan dari saat infeksi sampai menunjukan gejala tergantung ketahanan dan
umur tanaman. Semakintua tanaman seamkin kurang kepekaannya terhadap virus.
Pada kenyataannya bila tanaman terinfeksi setelah membentuk anakan maksimum,
hampir tidak ada pengaruh terhadap tanaman. Dengan adanya tenggang waktu
menyebabkan kita tak mampu melihat bahwa sebenarnya tanaman telah terinfeksi,
disebabkan karena gejalanya belum nampak.
Virus menyebabkan tanaman menjadi kuning. Biasanya hanya satu tanaman sampai
beberapa dari satu rumpun terinfeksi sehingga pada rumpun tanaman terlihat
kombinasi warna hijau dan kuning.warna kuning mulai dari ujung meluas kebawah.
Bila infeksi awal dan berat berlangsung tumbuhan akan terlihat sangat kerdil, dengan
sedikit anakan dan mungkin tidak menghasilkan malai.
Virus tinggal disinggang tanaman sampai setelah panen. Singgang merupakan satu
tempat penting dari virus untuk dapat bertahan di suatu daerah. Pertumbuhan kembali
singgang memberikan habitat terbaik bagi tumbuhan tungro. Dari tempat tersebut
vector dapat menularkankelahan tanaman baru dan menyebabkan infeksi.
b. Pencegahan.
Tungro merupakan penyakit sporadic pada padi. Tungro jarang bertahan di suatu
lahan secara terus menerus. Dinamika infeksi tungra tidak diketahui dengan baik. Ada
banyak cara untuk mengurangi kemunculan virus.
Pertama, dengan menggunakan varietas tahan terhadap tungro diwilayah tertentu.
Cara ini memerlukan pemantauan dan pengujian varietas. Bila tungro umum disuatu
daerah, strategi tersebut merupekan strategi yang terbaik dan sangat ekonomis.
Kedua, mengandalikan vector nya, yaitu wereng hijau. Bila virus tungro sangat umum,
cara pengendalian vector ini sangat penting. Ambang pengendalian memang sangat
rendah, tapi diperlukan hanya sampai tanaman berumur 30 – 40 hari setelah tanam.
Ketiga, sanitasi sangat diperlukan disetiap tempat. Setelah panen, sisa tunggul
tanaman harus dibersihkan tanaman perlu dibersihkan dari sawah dengan cara
membajak, membakar atau memindahkan ketempat lain. Sebab tempat-tenpat ini
menjadi sumber utama virus tungro.
7. Virus Hampa dan Kerdil Rumput
a. Gejala serangan
Virus kerdil hampa mudah dikenal oleh adanya daun yang memutar tepi daun yang
tak teratur, serta tanaman kerdil. Virus kerdil rumput juga mudah dikenal karena
sangat kerdil, perkembangan daun kaku dan sempit, pembentukan ankanyang
berlebihan, dan adanya bercak coklat dan merah pada daun. Penyakit ini tidak akan
terjadi kecuali bila terdapat banyak wereng coklat, sehingga adanya wereng coklat
juga merupakan bukti.
Virus kenyataannya ditemukan pada wereng batang dan tanaman. virus dihisap dari
tanaman yang terinfeksi oleh wereng batang. Kemudian virus berkembang biak dalam
tubuh wereng batang.ini berarti bahwa begitu virus ada didalam wereng, untuk
selanjutnya wereng akan selalu dapat menginfeksi tanaman dengan virus.
b. Pencegahan.
Virus kerdil hampa dan kerdil rumput dapat dicegah dengan mudah dengan tidak
membuat terjadi nya ledakan wereng batang coklat. Letusan dapat disebabkan oleh
perusakan populasi musuh alami ketika pestisida digunakan. Anda supaya melihat
kembali bagian wereng batang coklat dengan musuh alami. Supaya pestisida hanya
digunakan bila memang sangat diperlukan.
Untuk pengendalian hama disamping telah dijelaskan diatas pengendalian dilakukan
dengan beberapa cara seperti penggunaan varietas tahan, pergiliran varietas antar
musim, pergilran varietas dalam satu musim, untuk menjaga keorganikan produk
hindari penggunaan pestisida kimia sintetis
III. Musuh Alami Tanaman Padi
Di daerah pesawahan terdapat kumpulan mahluk hidup berupa serangga-serangga berguna,
laba-laba dan penyakit yang menyerang hama tanaman padi. Spesies serangga berguna itu
dapat mengendalikan kepadatan populasi hama padi, terutama ditempat yang menghindari
penggunaan pestisida yang memiliki daya racun cukup luas. tanpa bekerjanya spesies berguna
tersebut, serangga hama akan memperbanyak diri dengan cepat sehingga mereka dapat
memakan habis pertanaman padi.
Hama mempunyai kemampuan berkembang biak yang tinggi guna mengimbangi adanya
tingkat kematian tinggi pula dalam menghadapi alam. Misalnya satu induk wereng batang
cokelat padi sebetulnya dapat menghasilkan banyak keturunan, tetapi karena bekerjanya
preator, parasit dan penyakit, sehingga hanya 1 atau 2 dewasa yang dapat hidup setelah satu
generasi. bukanlah sesuatu yang luar biasa bila terjadi mortalitas sebesar 98 - 99%. Kalau tidak
demikian tingkat kepadatan hama akan terjadi ledakan.
Musuh alami juga mempunyai musuhnya sendiri di alam. Setiap jenis parasit atau predator juga
mempunyai predoator, parasit dan penyakitnya sendiri. Kebanyakan predator bersifat
kanibalistik atau memakan temannya sendiri. Prilaku ini ada baiknya, karena dapat menjamin
bahwa meskipun dalam keadaan tanpa mangsa di lapangan masih terdapat beberapa predator
yang tetap hidup dan melanjutkan siklusnya.
Keseimbangan alam antara serangga hama dan musuh alaminya sering diganggu oleh
penggunaan racun serangga yang tidak tepat dan berlebihan. Meskipun dalam keadaan
tertentu insektisida masih kita perlukan, namun penggunaanya harus secara bijaksana agar
dapat menyelamatkan dan melestarikan kehidupan alami yang sangat peka tersebut.
Musuh alami yang ada di pesawahan terdiri dari Predator (pemangsa), Parasit dan patogen.
Namun pada postingan kali ini saya akan sedikit membahas tentang predator.
PREDATOR merupakan golongan makhluk hidup yang paling penting sebagai pengendali
kehidupan organisme pada tanaman padi, tiap predator akan memakan banyak mangsa
sepanjang hidupnya. Predator mempunyai bentuk yang sangat mudah dilihat kendatipun kerap
kali ada beberapa yang masih sulit dibedakan dengan hama yang banyak terdapat disekitar
tanaman padi. Beberapa jenis predator seperti laba-laba, kumbang kubah dan kumbang tanah,
mencari mangsa seperti wereng daun, wereng batang, ngengat dan larva penggerek batang
serta ulat pemakan daun di pertanaman padi.
Laba-laba lebih menyenangi mangsa yang bergerak meskipun beberapa diantaranya dapat
menyerang kelompok telur. Banyak jenis laba-laba berburu mangsa hanya pada malam hari,
sementara jenis yang lain membuat jala perangkap kemudian dikumpulkan dalam jala tersebut
sepanjang siang dan malam hari.
Banyak jenis kumbang diantaranya belalang predator dan jengkerik ternyata lebih menyukai
mangsa berupa telur serangga. Seekor laba-laba pemburu dewasa dapat menyerang 5-15
wereng batang padi coklat tiap hari.
Predator-predator tersebut perlu dijaga keberadaanya, antara lain dengan cara mengurangi
penggunaan insektisida yang memiliki daya racun luas. Penggunaan insektisida sebaiknya
dipilih jenis yang meracuni hama tanpa meracuni predator.
Berikut beberapa gambar predator:
1. Kumbang Kubah
Larva kumbang ini lebih rakus memakan 5-10 mangsa (telur, nimpa, larfa, dewasa) wereng
batang padi daripada yanng dewasa.
2. Kumbang Tanah
kumbang dewasa memangsa wereng batang.
3. Jengkerik
Jengkerik dewasa dan nimfa merupakan predator telur tetapi juga memakan larfa kecil dan
wereng, juga memangsa telur penggerek batang bergaris, penggerek batang kepala gelap,
pengggulung daun, ulat gerayak, lalat daun, nimfa werwng batang dan wereng daun.
4. Belalang
Belalang disamping memakan daun padi juga memakan telur kepinding padi atau walang
sangit dan telur penggerek batang serta nimfa wereng batang dan wereng daun. Satu predator
dapat memangsa 3-4 kelompok telur penggerek batang pad kuning dalam satu harinya.
5. Laba-Laba mata tajam
Satu laba-laba dapat membunuh 2-3 ngengat tiap harinya, sehingga mereka dapat mencegah
meningkatnya populasi generasi baru serangga hama.
6. Laba-laba loncat
Laba-laba ini memangsa wereng daun dan serangga lainnya.
7. Tabuan
Pemangsa kelompok telur wereng batang dan wereng daun, setiap larva memangsa 4-8 telur
tiap harinya.
DAFTAR PUSTAKA.
Anonim, 2008. Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi. Puslitbang Tanaman Pangan,
Kementrian Pertanian RI. Bogor.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Nur Tjahjadi, 1996. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sudarmo Subiyakto, 1990. Pestisida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suprihatno Bambang, dkk, 2010. Diskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Padi . Kementrian
Pertanian. Sukamandi Jawa Barat.
Download