daftar isi - IPB Repository

advertisement
RINGKASAN
TITUK INDRAWATI. Analisis Peranan Anggaran Belanja Modal Sebagai
Investasi Pemerintah Dalam Perekonomian Kawasan Timur Indonesia Tahun
2005-2009. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR dan NUNUNG
NURYARTONO.
Terjadi kesenjangan pembangunan yang sangat tinggi, pada wilayah barat
memiliki pembangunan yang cukup pesat yang ditandai dengan tingkat
perekonomian yang tinggi dan terjadinya aglomerasi industri dibeberapa daerah,
sedangkan pada wilayah timur pembangunan berjalan sangat lambat, yang
disebabkan oleh beberapa hal yaitu tingkat perekonomian yang berjalan lambat
dan masih mengandalkan sektor primer sebagai sektor unggulan (Basri, 2009).
Pembangunan yang tidak merata di Indonesia pada dasarnya disebabkan
dengan perbedaan kemampuan daerah untuk tumbuh dan berkembang yang salah
satunya adalah ketersediaan sarana infrastruktur dasar (Prasetyo, 2010). Hal ini
memerlukan peranan pemerintah karena investasi infrastruktur merupakan
investasi yang membutuhkan dana besar dengan resiko pengembalian yang tinggi
dan waktu pengembalian yang sangat lama, dimana pihak swasta tidak akan
melakukannya.
Sebab lain yang dapat menyebabkan pembangunan yang tidak merata di
Indonesia adalah daerah itu sendiri yaitu kemampuan dan kesanggupan suatu
daerah dalam melaksanakan kegiatan perekonomiannya, yang ditentukan dari
sumber-sumber pendapatan daerah. Perubahan sistem politik pemerintahan di
Indonesia, dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi seharusnya membawa
dampak positif bagi perkembangan pembangunan daerah. Dengan desentralisasi,
pemerintah daerah diharapkan bisa merencanakan pembangunan daerahnya. Hal
apa saja yang dibutuhkan dalam meningkatkan perekonomian serta membangun
daerah. Pemerintah daerah bisa lebih memperhatikan dan melaksanakan kebijakan
anggarannya untuk keperluan dan kepentingan daerah yang bersangkutan.
Bertolak dari hal-hal tersebut di atas maka permasalahan utama yang ingin
dibahas di dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi keuangan yang ada di
daerah serta pengaruh investasi pemerintah yang ada dalam perekonomian
Indonesia khususnya di wilayah timur. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan (1)
Menganalisis kemandirian fiskal yang dimiliki oleh daerah di Kawasan Timur
Indonesia untuk dapat membiayai pembangunan daerahnya sendiri; (2)
Menganalisis sumbangan investasi pemerintah dalam perekonomian di Kawasan
Timur Indonesia selama tahun 2005-2009; (3) Menganalisis dampak yang terjadi
antara investasi pemerintah baik secara total maupun menurut jenis yang dibelanjakan
oleh pemerintah daerah dengan perekonomian di Kawasan Timur Indonesia.
Metode analisis deskriptif yang digunakan untuk melihat gambaran umum
mengenai beberapa data yang diperoleh. Analisis rasio kemandirian fiskal
digunakan untuk menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana
dari luar (ekstern). Analisis data panel digunakan untuk melihat pengaruh dan
dampak investasi pemerintah baik total maupun menurut jenis yang dibelanjakan
terhadap perekonomian Kawasan Timur Indonesia.
Analisis kinerja keuangan daerah diukur menggunakan rasio kemandirian
fiskal yang dapat melihat ketergantungan suatu daerah dengan pemerintah pusat.
Pada tahun 2005 hingga 2009, rasio kemandirian provinsi di KTI berada di tingkat
0-25 persen yang berarti memiliki pola instruktif dengan pemerintah pusat, tingkat
ketergantungan dengan pemerintah pusat masih sangat tinggi. Provinsi di KTI
yang memiliki rasio kemandirian daerah tertinggi pada tahun 2009 adalah provinsi
yang sudah stabil dan memiliki pendapatan asli daerah terbesar yaitu Sulawesi
Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Tidak hanya memiliki rasio kemandirian yang
rendah namun juga daerah di KTI memiliki pola yang semakin menurun setiap
tahunnya. Hal ini disebabkan kenaikan PAD yang terjadi di setiap daerah lebih
kecil dibandingkan dengan kenaikan total penerimaan daerah yang membuat
penurunan peran (share) PAD terhadap penerimaan daerah.
Investasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan
pembangunan daerahnya, bersumber dari anggaran yang dimiliki pemerintah
daerah atau dengan kata lain penerimaan daerah. Dalam hal ini, investasi
pemerintah terbagi atas enam bagian yaitu tanah; peralatan dan mesin; gedung dan
bangunan; jalan, irigasi dan jaringan; asset tetap lainnya; serta investasi lainnya.
Dengan besarnya anggaran suatu pemerintah daerah maka daerah tersebut akan
memiliki kemampuan yang besar dalam berinvestasi untuk membangun
daerahnya. Anggaran pemerintah dalam melakukan investasi adalah sebesar ratarata 27,67 persen setiap tahunnya dari total anggaran yang dimiliki oleh
pemerintah. Provinsi di KTI yang sedang giat menggalakkan pembangunan dan
berinvestasi dalam membangun daerahnya pada tahun 2009 adalah Papua,
Sulawesi Selatan dan Papua Barat masing-masing mencapai 6.022,1; 4.188,8; dan
3.206,4 milyar rupiah pada tahun 2009. Khusus untuk Provinsi Papua Barat
memang sedang giat membangun dalam rangka mengejar ketertinggalan dari
provinsi lainnya sebagai provinsi terbaru yang terbentuk pada tahun 2005.
Hasil estimasi persamaan peranan investasi pemerintah total terhadap
pertumbuhan ekonomi di KTI pada periode tahun 2005-2009 menunjukkan bahwa
investasi pemerintah memiliki hubungan yang substitusi dengan investasi swasta.
Hal ini disebabkan memang masih sangat terbatas investor swasta akan
menginvestasikan pada daerah yang belum berkembang (memiliki return of
investment yang lama atau risk investment yang tinggi). Dalam persamaan terlihat
yang berperan sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi di KTI adalah terpusat
pada variabel tenaga kerja dengan elastisitas terbesar yaitu 0,2134 selain
pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan
produksi KTI masih bersifat padat karya.
Sedangkan peranan investasi pemerintah untuk keperluan infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi di KTI pada tahun 2005-2009 menghasilkan
estimasi bahwa yang memiliki peranan langsung adalah investasi pemerintah
untuk keperluan irigasi, jalan dan telekomunikasi/jaringan. Hubungan investasi
pemerintah dan swasta pada persamaan adalah bersifat komplementer yaitu
kenaikan pada investasi pemerintah memiliki dampak yang sama pada
pertumbuhan ekonomi dengan investasi swasta. Dengan kata lain, keduanya
memiliki kontribusi terhadap akumulasi investasi yang dapat meningkatkan
kapasitas menuju ke tingkat output yang lebih tinggi dan berkelanjutan serta
menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Diantara keduanya, yang
memiliki peranan terbesar dalam pertumbuhan ekonomi di KTI pada tahun 2005-
2009
adalah investasi pemerintah untuk keperluan irigasi, jalan dan
telekomunikasi/jaringan dengan elastisitas 0,1503 dibandingkan elastisitas
investasi swasta yang hanya 0,0625. Variabel trade openness pada kedua
persamaan menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan pada taraf 1
persen. Hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya trade openness dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi di KTI. Hubungan yang negative memiliki
makna bahwa di KTI nilai impor daerah masih cukup tinggi jika dibandingkan
dengan nilai ekspor. Hal ini sangat dimungkinkan karena daerah di KTI masih
memerlukan beberapa barang yang tidak dapat disediakan dari daerahnya, baik
untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk bahan baku industri yang ada di KTI.
Berdasarkan hasil penelitian maka beberapa arah kebijakan yang
disarankan antara lain: (1) untuk meningkatkan PAD perlu mencari alternatif lain
dengan melihat kondisi dan potensi daerah masing-masing serta tidak
menghambat investor untuk menanamkan modalnya di daerah dan
mengembangkan sumber PAD yang non pajak diantaranya membangun BUMD
atau usaha milik pemerintah daerah yang profitable, (2) Pemerintah daerah KTI
seharusnya tidak meningkatkan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dengan
dalih peningkatan PAD. Upaya yang seharusnya dilakukan adalah menciptakan
iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha sehingga mampu menarik investor
swasta untuk menanamkan modalnya, yang pada gilirannya akan menyerap tenaga
kerja lokal dan menjadi sumber pendapatan daerah. Pemerintah daerah bahkan
seharusnya memberikan insentif dan kemudahan bagi investor melalui kemudahan
perijinan, perbaikan infrastruktur perekonomian serta meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia lokal. (3) Pemerintah daerah KTI perlu mengusahakan suatu
kebijakan yang dapat mengurangi nilai impor daerah KTI dan meningkatkan nilai
ekspor dengan melihat suatu peluang pada perdagangan internasional sesuai
dengan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh daerah di KTI. Seperti
melakukan substitusi bahan baku industri, himbauan penggunaan produk domestic
dan kewajiban bagi setiap pelaku usaha yang ingin membuat perizinan usaha baru
untuk menggunakan bahan baku yang sebagian besar merupakan produksi
domestik daerah.
Kata Kunci: Keuangan Daerah, Investasi Pemerintah Daerah, Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
Download