bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Aset
Manajemen aset merupakan suatu ilmu yang mempelajari pengelolaan
sumber daya, baik sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia
(SDM) yang merupakan aset suatu entitas.
2.1.1 Aset
Menurut Siregar (2004) aset adalah “barang (thing) atau sesuatu barang
(anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial
(commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan
usaha, instansi atau individu”. Sedangkan menurut Sutrisno (2004), aset adalah
suatu potensi yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari
organisasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), telah ditetapkan definisi yang tegas tentang aset.
Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, diuraikan dengan jelas
tentang definisi aset, yaitu bahwa:
”Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya
yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa aset adalah barang atau suatu barang yang
mempunyai nilai ekonomi, nilai tukar dan nilai komersial yang dimiliki oleh
individu ataupun instansi maupun badan usaha yang berpotensi untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan.
10
2.1.1.1 Jenis - Jenis Aset
Mengetahui jenis aset ini penting untuk penilaian aset dalam upaya
pengoptimalan penggunaan dan pemanfaatannya. Dengan mengetahui jenis aset,
pengelola
akan tahu bagaimana cara mengelola aset tersebut, sehingga aset
tersebut bisa digunakan secara efektif dan efisien.
1.
Aset Bedasarkan Bentuknya
Menurut Hermanto (2009), aset berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 2
(dua), yaitu aset berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible). Aset
intangible (tidak berwujud), adalah aset non keuangan yang dapat di
identifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan
dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual. Sedangkan aset tangible (berwujud)
adalah aset yang mempunyai masa manfaat lebih baik dari 12 bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Aset Berdasarkan Bentuknya
No Bentuk Aset
1
2
Aset
Bangunan
Berwujud
Infrastruktur
(Tangible)
Mesin/Peralatan
Fasilitas
Sistem Organisasi (Tujuan, Visi dan Misi)
Patent (Hak Cipta)
Quality (Kualitas)
Tidak Berwujud Goodwill (Nama Baik/Citra)
(Intangible)
Culture (Budaya)
Capacity (Sikap. Hukum. Pengetahuan. Keahlian)
Contract (Perjanjian)
Motivation (Motivasi)
Sumber: Bentuk Aset (Hermanto. 2009).
Siregar menyatakan bahwa Aktiva Tak Berwujud merupakan properti
yang mempunyai nilai ekonomis, tidak memiliki bentuk fisik, memberikan hak
istimewa, dan biasanya menghasilkan pendapatan bagi pemiliknya. Aktiva tak
berwujud dapat dikategorikan berdasarkan hak, hubungannya, atau hak atas
11
kekayaan intelektual. Aktiva tak berwujud harus memiliki karakteristik, dapat
diidentifikasi, dapat diakui dan dilindungi keberadaanya secara hukum, hak
kepemilikannya dapat dialihkan, dan dapat dipisahkan dari usahanya. Tabel 2.2
Berikut
menjelaskan perbedaan antara Aset Berwujud dan Tidak Berwujud
Tabel 2.2
Perbedaan Tangibel Asset dengan Intangible Asset
Berwujud
Tangibel Asset
Diukur dengan tepat
Bagian dari neraca
Investasi yang diketahui hasilnya
Intangible Asset
Tak berwujud
Sulit untuk diukur
Tidak terlacak dengan akunting
Penilaian berdasar asumsi
Dapat dengan mudah digandakan
Tidak bisa dibeli atau ditiru
Terdepresiasi karena pemakaian
Dihargai dengan tujuan tertentu
Bisa dikendalikan melalui control
Bisa dikendalikan melalui penyetaraan
Memiliki aplikasi terbatas
Memiliki banyak aplikasi
Dapat dijumlahkan dan disimpan
Dinamis
Sumber: Manajemen Aset (Siregar, 2004).
2.
Aset Berdasarkan Sumber Perolehan Dananya
Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, aset
berdasarkan sumber perolehan dananya dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu
Aset Negara, Aset Daerah, Kekayaan Negara Yang Dipisahkan dan Piuatang
Negara dan Kekayaan Negara Lainnya. Berikut adalah penjelasannya.
a. Aset Negara
Menurut Siregar (2004) Aset Negara adalah bagian dari Harta Kekayaan
Negara yang terdiri dari barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dimiliki,
dikuasai oleh instansi pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah,
tidak termasuk Aset dipisahkan (dikelola BUMN) dan kekayaan Pemerintah
Daerah. Sedangkan dalam KMK No. 225/1971, KMK No. 350/1994 dan KMK
No. 470/1994, Aset negara adalah barang tidak bergerak (tanah dan/atau
bangunan) dan barang bergerak (inventaris) yang dibeli atas beban APBN dan
perolehan lain yang sah, dimiliki/dikuasai oleh instansi pemerintah lembaga
12
pemerintah non departemen, badan-badan, tidak termasuk kekayaan yang
dipisahkan dan bukan kekayaan Pemda. Definis lainnya tercantum dalam UU No.
17/2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan pengertian Aset negara
meliputi
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu baik berupa uang atau barang yang dapat dijadikan sebagai milik
negara.
b. Aset Daerah
Berdasarkan PP No. 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
(BMN/D) didefinisikan bahwa Barang Milik Daerah (BMD)
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah. Aset atau barang daerah merupakan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat
finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh pada masa yang akan datang, yang bisa
menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik
kepada masyarakat.
c. Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara &
Penatausahaan Modal Negara Pada BUMN & Perseroan Terbatas menyatakan
bahwa Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal
dari APBN atau perolehan lainnya yang sah yang dijadikan penyertaan modal
Negara pada BUMN. Penyertaan Modal Negara (PMN) adalah kekayaan negara
yang dipisahkan untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan
Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi. Dalam Undang Undang Nomor 9
Tahun 1969 ditetapkan adanya 2 (dua) jenis Perusahaan Negara yaitu Perusahaan
Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan Negara yang
berbentuk Persero didirikan sesuai ketentuan Perseroan Terbatas yang diatur
dalam Kitab Undang Undang Hukum Dagang (StbI.1847:23) dengan kepemilikan
Negara dalam bentuk saham baik secara keseluruhan atau sebagian. Sedangkan
Perum adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan
Undang-Undang-Nomor 19 Tahun 1960 dan yang seluruh modalnya, yang tidak
terbagi atas saham, dimiliki oleh Negara.
13
d. Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lainnya
Menurut Sugiwanto dalam Siregar (2004) Piutang Negara dan Kekayaan
Negara Lainnya ada 7 (tujuh) macam, yaitu Aset Eks Badan Penyehatan
Perbankan
Nasional (BPPN), Aset Eks Bank Dalam Likuidasi, Aset Eks
Kepabeanan (Bea dan Cukai), Aset Eks Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS),
Aset Eks Barang Rampasan, Pengelolaan Aset Bekas Milik Asing/Cina, dan
Pengelolaan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Direktorat
Kekayaan Negara Lainlain (KNL) Direktorat Jenderal (Ditjen) Kekayaan Negara
mempunyai
tugas menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan
teknis, dan evaluasi di bidang pengelolaan kekayaan negara lainlain, membina dan
melaksanakan penyusunan daftar kekayaan negara lain-lain, penatausahaan,
inventarisasi, pengawasan, pertanggungjawaban, pelaporan kekayaan negara
lainlain berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Selain itu, Direktorat Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lain-lain mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang piutang negara dan kekayaan negara lain-lain.
3. Aset Berdasarkan Konsep Hukum Properti
Menurut Siregar (2004:182). aset yang dipandang dari konsep hukum
adalah properti. Istilah properti dapat berarti real estate atau personalty. Dalam
perkembangannya properti dikelompokkan menjadi empat jenis. yaitu:
a.
Real Property (Penguasaan dan Pemilikan Tanah dan Bangunan)
Real Property meliputi semua hak. hubungan-hubungan hukum dan
manfaat yang berkaitan dengan kepemilikan real estate. Sebaliknya. real
estate meliputi tanah dan bangunan itu sendiri. segala benda yang
keberadaannya secara alami di atas tanah yang bersangkutan. dan semua
benda yang melekat dengan tanah itu. misalnya bangunan dan pengembangan
tapak.
b. Personal Property (Benda Bergerak)
Personal Property merujuk pada hak kepemilikan atas suatu benda
bergerak di dalam bagian-bagian benda selain dari real estate (tanah atau
14
bangunan secara fisik). Benda-benda tersebut dapat berwujud (tangible) atau
tidak berwujud (intangible). misalnya utang-piutang. goodwill dan hak paten.
Benda bergerak yang berwujud mewakili kepemilikan dari benda-benda yang
tidak melekat secara permanen pada tanah dan bangunan atau yang ada pada
umumnya bersifat dapat dipindah tangankan ke tempat lain (move ability).
c. Business (Kegiatan Usaha)
Business adalah setiap kegiatan di bidang komersial. industri. jasa atau
investigasi yang menyelenggarakan aktivitas ekonomi. Bisnis pada umumnya
dijalankan oleh badan usaha yang mencari untung melalui kegiatan usahanya
untuk memberikan produk barang atau jasa kepada konsumen. Sedangkan
badan usaha adalah badan yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku.
Suatu kegiatan usaha mungkin saja dalam bentuk badan hukum atau
bukan.badan usaha meliputi seluruh rentang kegiatan usaha yang berkaitan
dengan kegiatan ekonomi. yang mencakup baik sektor swasta maupun sektor
umum (Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah).
Kegiatan usaha mencakup antara lain manufaktur. pedagang grosir. pedagang
eceran. kegiatan usaha penginapan. perawatan kesehatan dan jasa keuangan.
hukum. pendidikan serta jasa sosial. Badan usaha yang memberikan jasa
infrastruktur kepada masyarakat. yakni sebagai perusahaan (korporasi) yang
dikendalikan. namun tidak dimiliki oleh pemerintah.
d. Financial Interest (Hak Kepemilikan Secara Finansial)
Hak kepemilikan secara finansial di dalam property berasal dari
pembagian hukum atas hak kepemilikan saham dalam kegiatan bisnis dan
hak atas penguasaan tanah dan bangunan (real property) dari perjanjian.
Dalam perjanjian diberikan suatu hak pilihan untuk membeli atau menjual
property (misalnya hak tanah dan bangunan. saham atau instrumen finansial
lainnya) dengan harga yang disebutkan di dalam jangka waktu yang telah
ditentukan. atau dari penciptaan instrumen investasi yang dijamin oleh
sekelompok aset-aset real estate.
Hak kepemilikan secara finansial yang berupa aktiva tak berwujud
dapat mencakup hak yang melekat pada kepemilikan suatu kegiatan bisnis,
15
hak yang memberikan suatu pilihan dan hak atas suatu penerbitan surat
berharga. Hak-hak yang melekat pada kepemilikan suatu kegiatan bisnis
atau
pada
tanah
hak
dan
bangunan
(property),
misalnya
untuk
menggunakan, menempati, menjual, menyewakan atau mengelola. Hak-hak
yang melekat dalam sebuah perjanjian (kontrak) yang memberikan suatu
pilihan untuk membeli atau sewa menyewa misalnya untuk melaksanakan
atau tidak melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan. Hak-hak yang
melekat pada kepemilikan atas suatu penerbitan surat berharga, misalnya
untuk mempertahankan atau untuk melepaskannya.
4. Aset Berdasarkan Karakteristiknya
Berdasarkan karakteristiknya aset di bagi menjadi tiga jenis. antara lain
tingkat kebutuhan. kepemilikan dan penggunaan (Sutrisno. 2004).
Tingkat
kebutuhan bisa di lihat sebagai fungsi basic. important. supporting dan optional.
Berdasarkan penggunaan aset di bagi menjadi private. semi private atau semi
public dan public.
Berdasarkan kepemilikan aset di bagi menjadi own.
partnership dan public.
Aset sebagai fungsi
Basic (kebutuhan dasar) yaitu suatu aset harus
dipenuhi agar dapat mencapai suatu tujuan yang telah di tetapkan. Important
(penting). yaitu sesuatu aset yang keberadaannya dapat digunakan untuk
memperlancar dalam pencapaian tujuan dengan hasil yang lebih optimal. serta
keberadaannya sangat penting pada waktu-waktu tertentu.
Supporting
(mendukung). merupakan sesuatu yang dapat mendukung atau membuat lebih
nyaman dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan Optional (pilihan). yaitu suatu
aset yang bersifat pilihan. jika aset tersebut tidak ada pun tidak akan menghambat
dalam mencapai suatu tujuan.
Karakteristik aset berdasarkan pengguna dapat dikelompokkan menjadi
aset private. semi public/semi private. dan public. Aset private merupakan aset
yang penggunaannya terbatas hanya oleh pemiliknya saja. Aset semi public/semi
private. penggunanya yaitu kelompok organisasi yang telah memenuhi
16
persyaratan tertentu untuk dapat menggunakan aset tersebut. Sedangkan aset
public hanya digunakan oleh masyarakat umum.
Karakteristik
aset
berdasarkan
kepemilikan
dapat
dikelompokkan
berdasarkan
own. partnership. dan public. Kepemilikan aset berdasarkan own. jika
pemiliknya bersifat individual. Kepemilikan partnership. yaitu yang dimiliki oleh
individu dan pemerintah. Sedangkan aset berdasarkan kepemilikan public. yaitu
aset yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat umum. Untuk lebih jelasnya
mengenai karakteristik aset dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Aset Berdasarkan Karakteristiknya
No
Karakteristik Aset
Kategori
Basic Asset
1
Tingkat Kebutuhan
Important Asset
Supporting dan Optional Asset
Private Asset
2
Penggunaan
Public Asset
Semi Private atau Semi Public Asset
Own Asset
3
Kepemilikan
Partnership Asset
Public Asset
Sumber: Karakteristik Aset (Sutrisno. 2004)
2.1.1.2 Siklus Hidup Aset
Menurut Hariyono (2007), siklus hidup dari suatu aset memiliki tiga fase,
meliputi: pengadaan (acquisition), operasi (operation), dan penghapusan
(disposal). Kemudian dilakukan proses lanjutan yaitu fase perencanaan, yang
merupakan suatu proses lanjutan, dimana output dari setiap fase digunakan
sebagai input untuk perencanaan.
Suatu aset memiliki siklus hidup agar dapat membedakan tanggung jawab
dari setiap fase penanganannya. Secara khusus, tanggung jawab untuk keputusan
pengadaan suatu aset dalam suatu organisasi berbeda dengan tanggung jawab
untuk operasi dan pemeliharaan aset maupun dengan tanggung jawab untuk
17
penghapusan suatu aset. Siklus hidup aset menurut Hariyono (2007), dapat dilihat
pada gambar 2.1
Operasi
(Operation)
Pengadaan
(Acquisition)
Penghapusan
(Disposal)
Perencanaan(
Planning)
Sumber: Asset Management Handbook (dalam Hariyono, 2007)
Gambar 2.1
Tahapan Siklus Hidup Aset
Sedangkan Menurut Sutrisno (2004), dalam pengelolaannya suatu aset
memiliki siklus hidup (asset life cycle) yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap praaset (pra-project dan project), tahap operasional, dan tahap pengembangan aset.
Tahap pertama yaitu pra-aset dibagi menjadi dua yaitu pra-project dan project,
dimana tahap pra-project meliputi kebutuhan akan aset, ide memenuhi kebutuhan,
dan studi kelayakan. Setelah tahap pra-project dan sebelum memasuki tahap
project, dilakukan persetujuan atau komitmen dari pemegang mata anggaran
untuk merealisasikan ide pemenuhan kebutuhan aset (sunction). Sedangkan tahap
project meliputi: pendanaan, perencanaan dan pembangunan.
Tahap selanjutnya yaitu tahap operasional, yang meliputi: pengoperasian
dan pemeliharaan, perbaikan, serta perubahan nilai aset. Tahap terakhir dari siklus
hidup aset yaitu tahap pengembangan, meliputi kebutuhan pengembangan,
kebutuhan pembangunan, dan usang. Setelah tahap pengembangan, kemudian
18
dilakukan pengambilan keputusan untuk dilakukan siklus baru. Siklus tersebut
dapat dilihat pada gambar 2.2
Pembangunan
Pengoperasian
Pemeliharaa
n
Perbaikan
Perencanaan
PerubahanNilai
Pendanaan
KebutuhanPen
gembangan
Sunction
StudiKelayakan
KebutuhanPe
mbaharuan
Ide
PemenuhanKeb
utuhan
Usang
Kebutuhan
Akan Aset
Decision
SiklusBaru
Sumber: Sutrisno, 2004
Gambar 2.2
Siklus Hidup Aset (Asset Life Cycle)
Berikut akan diuraikan penjelasan dari masing-masing tahapan siklus
hidup aset, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 di atas. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Akan Aset
Adanya suatu kebutuhan akan aset harus disesuaikan dengan karakteristik
aset tersebut sesuai dengan tingkat kebutuhan, kepemilikan, dan penggunaan atas
aset tersebut. Kebutuhan terdiri dari needs dan wants, dimana needs adalah
19
kebutuhan yang harus dipenuhi, bila tidak ada aset tersebut maka suatu
organisasi tidak dapat melakukan kegiatan operasional dalam mencapai
tujuannya. Sedangkan wants merupakan kebutuhan yang bila tidak dipenuhi,
maka
organisasi dapat tetap beroperasional untuk mencapai tujuan, namun
kurang optimal.
2. Ide Pemenuhan Kebutuhan Aset
Ide merupakan suatu gagasan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan
dengan mendefinisikan dan menuangkannya secara rinci dan tertulis berdasarkan
tujuan. Secara umum ide tersebut dituangkan kedalam bentuk proposal. Proposal
tersebut berisikan tujuan penggunaan aset, tujuan pemanfaatan aset, perkiraan
masa penggunaan dan pemanfaatan aset, pemikiran pemeliharaan, dan gagasan
asal sumber dana.
3. Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan tes kelayakan terhadap ide pemenuhan
kebutuhan aset. Suatu aset diuji kelayakannya tergantung pada karakteristik aset
tersebut. Ada enam aspek yang bisa dipakai dalam studi kelayakan yaitu:
finansial, ekonomi, teknologi, sosial, lingkungan, dan politik.
4. Pendanaan
Tahap ini merupakan suatu proses keluarnya suatu dana untuk melakukan
pengadaan suatu aset.
5. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan proses perencanaan yang terdiri dari tiga tahap
yaitu, tahap tahap pra-rencana, pengembangan rencana, dan gambar kerja atau
detail design.
6. Pembangunan
Pada tahap ini dilakukan pembangunan suatu aset dan mencocokkannya
antara gambar kerja (detail design) dengan hasil bangunan.
7. Pengoperasian dan pemeliharaan
20
Pengoperasian
merupakan
tahap
penggunaan
suatu
aset.
Dalam
penggunaannya, aset tersebut memerlukan pemeliharaan agar aset tersebut dapat
digunakan dengan baik.
8.
Perbaikan dilakukan karena ada fungsi aset yang tidak bisa digunakan
Perbaikan
(aset mengalami kerusakan).
9. Perubahan Nilai
Adanya suatu perubahan nilai antara aset pada saat ini dan aset pada waktu
yang akan dating. Perubahan nilai aset dapat dikarenakan oleh aset itu sendiri
(aset sudah usang) atau dikarenakan perubahan lingkungan (tuntutan terhadap aset
berubah).
10. Pengembangan aset
Pada tahap pengembangan aset terdiri dari tiga komponen yaitu
pembaharuan, pengembangan, dan usang. Masing-masing komponen dilakukan
dalam kondisi sebagai berikut:
a. Pembaharuan dilakukan ketika kebutuhan akan aset masih sama.
b. Pengembangan dilakukan karena kebutuhan aset telah berubah.
c. Aset dikatakan usang, apabila aset tersebut sudah tidak sesuai dengan
tujuan kebutuhan.
Suatu aset memiliki siklus hidup agar dapat membedakan tanggung jawab
dari setiap fase penanganannya. Secara khusus, tanggung jawab untuk keputusan
pengadaan suatu aset dalam suatu organisasi berbeda dengan tanggung jawab
untuk operasi dan pemeliharaan aset maupun dengan tanggung jawab untuk
penghapusan suatu aset.
2.1.2 Manajemen Aset
Manajemen aset merupakan suatu bidang keilmuan baru dalam dunia
pendidikan yang muncul akibat adanya kenyataan terutama di Indonesia yang
memiliki kekayaan sumber daya. baik sumber daya alam (SDA) maupun sumber
daya manusia (SDM) dan juga insfrastruktur yang masih belum dikelola dengan
baik. Hal ini disebabkan karena pengelolaan aset yang ada belum optimal, bahkan
21
cenderung menimbulkan kerusakan pada alam dan lingkungannya. Mengacu pada
permasalahan tersebut dan bagaimana respon Pemerintah akan permasalahan
tersebut, tentu diperlukan adanya upaya nyata yang sistematis dan menyeluruh
pengelolaan aset pada masa mendatang. Saat ini telah berkembang suatu
dalam
teori baru yang dikenal dengan manajemen aset (asset management).
2.1.2.1 Pengertian Manajemen Aset
Briton dkk. dalam Siregar (2004) mengatakan “define good asset
management
in terms of measuring the value of properties (asset) on monetary
terms and employing the minimum amount of expenditure on its management”.
Manajemen aset itu sendiri telah berkembang cukup pesat, bermula dengan
orientasi yang statis, kemudian berkembang menjadi dinamis, inisiatif dan
strategis.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah (BMN/D), menyebutkan bahwa Pengelolaan barang milik
negara/daerah (BMN/D), meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan serta pengawasan
dan pengendalian. Berdasarkan pengertian tersebut, pengelolaan barang milik
negara/daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum,
transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai.
Menurut Danylo dan A. Lemer dalam Siregar (2004), asset management is
amethodology to efficiently and equitably allocate resources amongst valid
andcompeting goals and objectives. Sedangkan menurut Kaganova dan McKellar
(dalam Hariono:2007), mendefinisikan manajemen aset sebagai property
assetmanagement can be defined as the process of decision making
andimplementation relating to the acquisition, use, and disposal of real property.
Prinsip dan teknik manajemen aset yang dikemukakan oleh Hariyono
(2007), diturunkan dari pengertian umum dan didasarkan pada pendekatan siklus
hidup. Asumsi utama yang mendasari prinsip dan teknik manajemen aset adalah
22
bahwa aset ada hanya untuk mendukung penyediaan pelayanan. Berikut
merupakan 5 (lima) prinsip dan teknik manajemen aset:
1. Keputusan manajemen aset adalah keputusan yang terintegrasi dengan
perencanaan strategis (strategic planning).
2. Keputusan perencanaan aset didasarkan atas evaluasi berbagai alternatif
yang mempertimbangkan biaya siklus-hidup, manfaat, dan risiko
kepemilikan.
3. Akuntabilitas diterapkan untuk kondisi aset, penggunaan, dan kinerja.
4. Keputusan penghapusan didasarkan pada analisis terhadap metode-metode
yang menghasilkan tersedianya pengembalian bersih (net return) dalam
kerangka perdagangan yang wajar.
5. Struktur pengendalian yang efektif diterapkan untuk manajemen aset.
Kepentingan terhadap rencana akan aset akan terlihat disaat manajemen
mengakui bahwa aset fisik merupakan sumber daya yang vital bagi organisasi.
Aplikasi yang efektif dari prinsip-prinsip manajemen aset akan memastikan
bahwa input sumber daya tersebut ada pada biaya terendah. Kelima prinsip
manajemen aset berupa perencanaan yang terintegrasi, yaitu berupa keputusan
atas pengadaan atau penggantian aset, penggunaan, pemeliharaan, dan
penghapusan haruslah terintegrasi dengan perencanaan strategis. Hal tersebut
dicapai dengan menghubungkan aset dengan standar dan strategi penyediaan
pelayanan.
Prinsip yang kedua yaitu pengadaan suatu aset, yakni merupakan kerangka
perencanaan aset yang efektif dengan melakukan evaluasi atas berbagai alternatif
untuk pengadaan aset baru dan penggantian aset-aset yang telah ada. Prinsip yang
ketiga yaitu akuntabilitas untuk suatu aset, merupakan kerangka akuntabilitas
yang efektif mengidentifikasi tanggung jawab atas aset. Mekanisme tanggung
jawab disusun terkait dengan kepemilikan, pengendalian, tanggung jawab untuk
penggunaan, keamanan, kondisi, dan kinerja aset.
Prinsip
yang keempat
yaitu penghapusan
aset,
yakni
kerangka
penghapusan aset yang efektif dengan menyertakan pertimbangan terhadap
alternatif penghapusan aset-aset yang berlebih/surplus, usang, berkinerja jelek,
23
serta tidak memberi pelayanan. Sedangkan prinsip yang terakhir yaitu
pengendalian
manajemen,
merupakan
struktur
pengendalian
intern
(internalcontrol) yang efektif membangun dan mendeklarasikan kebijakan dan
prosedur
aset dan meggunakan sistem informasi yang menyediakan data yang
andal, relevan, dan tepat waktu untuk membuat keputusan manajemen aset yang
informatif.
2.1.2.2
Tujuan Manajemen Aset
Menurut Sutrisno (2004) tujuan umum manajemen aset adalah
mengarahkan sistem pengelolaan aset sehingga pemanfaatannya efektif dan
efisien.
Efektif berkaitan dengan sasaran yang tercapai. sedangkan efisien
berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan tujuan khusus dari
manajemen aset ini yaitu meningkatkan kualitas aset, meningkatkan penggunaan
dan pemanfaatan aset, meningkatkan kualitas layanan aset dan meningkatkan
cakupan layanan aset.
Menurut Siregar (2002:198) tujuan utama dari manajemen aset yaitu
efisiensi pemanfaatan dan pemilikan, terjaga nilai ekonomis dan objektivitas
dalam pengawasan dan pengendalian peruntukkan, penggunaan serta alih
penguasaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini:
1.
Efisiensi Pemanfaatan dan Pemilikan
Pengelolaan yang baik. membuat pemanfaatan aset optimal ataupun
maksimal. Aset yang dikelola dapat digunakan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi (TUPOKSI) dan dimanfaatkan secara efektif dan
efisien sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
2. Terjaga Nilai Ekonomis dan Potensi Yang Dimiliki
Nilai ekonomis suatu aset akan terjaga. apabila aset dikelola dengan
baik. Potensi yang dimiliki oleh aset akan memberikan keuntungan baik
dari segi pendapatan maupun dari pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
24
3. Objektivitas dalam Pengawasan dan Pengendalian Peruntukkan.
Penggunaan Serta Alih Penguasaan.
Pengelolaan aset yang baik. dapat membuat pengawasan akan lebih
terarah.
Sehingga peruntukkan. penggunaan dan alih penguasaan aset
akan tepat sesuai dengan rencana.
Selain itu pengawasan bertujuan
membantu pencapaian tujuan dari aset tersebut.
2.1.2.3
Alur Manajemen Aset
Menurut Siregar (2004) alur manajemen aset dapat dibagi menjadi 5 (lima)
tahapan kerja, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset
dan pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset). Kelima tahapan
kerja ini saling berhubungan dan terintegrasi, dapat dilihat pada gambar 2.4.
(1)
Inventaris
asiAset
(2)
Legal
Audit
(3)
Penilaian
Aset
(4)
Optimalis
asi Audit
SistemInfor
masiManaje
menAset
(SIMA)
Sumber: Manajemen Aset, Siregar (2004)
Gambar 2.3
Alur Manajemen Aset
1.
Inventarisasi Aset
Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan
yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis,
25
alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah
legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain lain. Proses kerja yang
dilakukan
adalah
pendataan,
kodifikasi/labeling,
pengelompokkan
dan
pembukuan/administrasi
sesuai dengan tujuan manajemen aset.
2.
Legal Audit
Legal audit merupakan suatu lingkup kerja manajemen aset yang
berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau
pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal yang
terkait
dengan penguasaan ataupun pengalihan aset. Permasalahan legal yang
sering ditemui antara lain status hak penguasaan lemah, aset dikuasai pihak lain,
pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain.
3.
Peniliaian Aset
Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian
atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang
independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin
dijual.
4.
Optimalisasi Aset
Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manjemen aset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal
dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahap ini aset-aset yang dimiliki
pemerintah diidentifikasi dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan
tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan
berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi
pengembangan ekonomi nasional, baik jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang. Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan
transparan. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari
penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah
ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang
berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.
26
5.
Pengawasan dan Pengendalian
Lingkup pengawasan dan pengendalian aset adalah pengawasan dan
pemanfaatan seluruh aset yang ada pada suatu perusahaan atau daerah. Satu
yang efektif untuk meningkatkan aspek ini adalah pengembangan SIMA
sarana
(Sistem Informasi Manajemen Aset). Melalui SIMA transparansi kerja dalam
pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan
pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA ini, keempat aspek itu
diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek pengawasan dan
pengendalian.
Sehingga setiap penanganan terhadap satu aset, termonitor jelas,
mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggung jawab
menanganinya.
2.1
Sistem Informasi
Definisi sistem berkembang sesuai dengan konteks dimana pengertian
sistem itu digunakan. Secara umum sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan
dari bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Contoh : sistem tata surya, sistem pencernaan, sistem transportasi umum, sistem
otomotif, sistem komputer, dan sistem informasi. Murdick dan Ross (2003) dalam
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi (t.t) mendefinisikan sistem sebagai
seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainya untuk suatu tujuan
bersama.
Menurut Chaniago (2006) sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai
gambaran, jika dalam sebuah sistem terdapat elemen yang tidak memberikan
manfaat dalam mencapai tujuan yang sama, maka elemen tersebut dapat
dipastikan bukanlah bagian dari sistem. Sebagai contoh, raket dan pemukul bola
kasti (masing-masing sebagai elemen) tidak bisa membentuk sebuah sistem,
karena tidak ada sistem permainan olahraga yang memadukan kedua peralatan
tersebut.
Scott (2001)dalam Analisis dan Perancangan Sistem Informasi(t.t)
mengatakan sistem terdiri dari unsur-unsur seperti masukan (input), pengolahan
27
(processing) , serta keluaran (output).
input
process
output
Sumber: Scott (2001)
Gambar 2.4
Model Sistem
Input (masukan) dalam konteks ini berupa data mentah, kemudian setelah
melalui transformasi/pengolahan (processing) maka data tersebut menjadi sebuah
atau beberapa output (keluaran), yaitu informasi yang memiliki makna dan
bermanfaat.
Tujuan pengelolaan data atau sistem informasi aset adalah :
a.
menyajikan informasi yang akurat dan tertib tentang kondisi aset, baik aspek
fisik, nilai, legal, pajak, asuransi maupun atribut aset lainnya sebagai dasar
untuk penyusunan strategi pemanfaatan aset secara optimal.
b.
memberikan kemudahan bagi proses pengambilan keputusan khususnya
dalam pemanfaatan dan optimalisasi aset. merencanakan pola optimalisasi
aset baik untuk mendukung kegiatan usaha maupun pemanfaatannya secara
operasional
2.2.1
Konsep Dasar Sistem
Menurut
Jogiyanto
(2005:
1),
terdapat
dua
kelompok
dalam
mendefinisikan sistem, yaitu menekankan pada prosedurnya dan yang
menekankan pada komponen atau elemennya. Pendekatan sistem yang lebih
menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja
dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
Sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau
komponennya mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
28
Suatu sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu
memiliki komponen-komponen (component), batas sistem (boundary), lingkungan
luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), keluaran
(output),
pengolah (process) dan sasaran (objective) atau tujuan (goal) (Jogiyanto,
2005: 3).
1.
Komponen Sistem
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,
artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-
komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem
atau bagian dari sistem. Menurut Kadir (2003), subsistem merupakan
sistem-sistem yang terdapat dalam sebuah sistem. Subsistem bisa
dijelaskan sebagai sebuah sistem dalam sistem yang lebih besar. Suatu
sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut
dengan suprasistem. Berkaitan dengan sistem dan subsistem, istilah
supersistem kadang kala dijumpai. Jika suatu sistem menjadi bagian dari
sistem lain yang lebih besar, maka sistem yang lebih besar tersebut
merupakan supersistem. Sebagai contoh, perusahaan dapat disebut dengan
suprasistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka
perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila
perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah
subsistemnya. Kalau sistem akuntansi dipandang sebagai suatu sistem,
maka perusahaan adalah supersistem dan industri adalah super dari
supersistem.
2.
Batas Sistem
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem
dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem
ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batas
suatu sistem menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut.
3.
Lingkungan Luar Sistem
29
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem
yang mempengaruhi operasi sistem, lingkungan luar sistem dapat bersifat
4. Penghubung Sistem
Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan
subsistem yang lainnya. Dengan adanya penghubung ini memungkinkan
menguntungkan dan dapat bersifat merugikan sistem tersebut.
sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang
lainnya. Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi masukan
(input) untuk subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung.
5.
Masukan Sistem
Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat
berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal
(signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukan supaya
sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses
untuk didapatkan keluaran.
6.
Keluaran Sistem
Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi
keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan
masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supersistem.
7.
Pengolah Sistem
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah
masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah
masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran
berupa barang jadi.
8.
Sasaran Sistem
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective).
Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan
sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan
berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.
30
2.2.2
Konsep Dasar Informasi
Informasi sangat penting bagi suatu sistem. Informasi didefinisikan
sebagai “ data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerimanya” (Jogiyanto, 2005: 8). Berdasarkan definisi tersebut, data
adalah sumber dari informasi.
Data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan
kesatuan nyata dan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data item.
Kejadian yang dimaksud adalah sesuatu yang terjadi pada saat yang tertentu.
Sedangkan
kesatuan nyata adalah berupa suatu obyek nyata seperti tempat, benda
dan orang yang betul ada dan terjadi.
Menurut Kadir (2003), definisi data diklasifikasikan kedalam dua jenis,
yaitu data secara konseptual dan data yang terformat. Data secara konseptual
adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktivitas dan transaksi yang tidak
mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung kepada pemakainya.
Misalnya deretan angka seperti berikut : 6.30 27 6.32 28. Data yang terformat
adalah data dengan suatu format tertentu. Contohnya adalah data yang
menyatakan tanggal atau jam, atau menyatakan nilai mata uang.
Secara tradisional, data disusun dalam suatu hierarki yang terdiri dari
character, field, record, file, database.
1.
Characters merupakan bagian data yang terkecil, dapat berupa karakter
numerik, huruf ataupun karakter-karakter khusus (special characters) yang
membentuk suatu item data/field;
2.
Field adalah suatu atribut dari record yang menunjukkan suatu item dari
data, misalnya nama dan alamat. Kumpulan dari field membentuk suatu
record
a.
Field name : harus diberi nama untuk membedakan field yang satu
dengan lainnya;
b.
Field relpresentation : tipe field (karakter, teks, tanggal, angka), lebar
field (ruang maksimum yang dapat diisi dengan karakter-karakter
data);
31
3.
data individu yang tertentu. Kumpulan dari record membentuk suatu file;
4.
File terdiri dari record-record yang menggambarkan satu kesatuan data
yang sejenis;
Database merupakan kumpulan dari file atau tabel.
Record adalah kumpulan dari field. Record menggambarkan suatu unit
2.2.3 Karakteristik Sistem
Untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu
membedakan
unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Berikut ini
karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem lainnya.
Karakteristik sistem pertama adalah batasan (boundary), yang merupakan
penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk di dalam sistem
dan mana yang di luar sistem. Karakteristik kedua adalah lingkungan
(environment), yaitu sesuatu di luar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi,
kendala dan input terhadap suatu sistem. Lalu ada masukan (input), masukan
adalah sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang
dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem. Kemudian karakteristik berupa
keluaran (output), yaitu sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen,
tampilan layar komputer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem
oleh kegiatan dalam suatu sistem.
Karakteristik berikutnya adalah komponen (component), yaitu kegiatankegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan input menjadi
bentuk setengah jadi (output). Komponen ini bisa merupakan subsistem dari
sebuah sistem. Kemudian penghubung (interface) yang merupakan tempat dimana
komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi. Karakteristik
terakhir adalah penyimpanan (storage), yaitu area yang dikuasai dan digunakan
untuk penyimpanan sementara dan tetap dari informasi, energi, bahan baku dan
sebagainya. Penyimpanan merupakan suatu media penyangga diantara komponen
tersebut bekerja dengan berbagai tingkatan yang ada dan memungkinkan
komponen yang berbeda dari berbagai data yang sama.
Dalam pengembangannya, tentu saja perlu menghindari pengembangan
32
sistem yang buruk. Untuk menghindarinya, pengembang perlu mengetahui ciriciri sistem yang buruk. Dalam Analisis dan Perancangan Sistem Informasi (t.t.)
ciri-ciri sistem yang buruk adalah : tidak memenuhi kebutuhan user, performance
buruk,
reliabilitas rendah, dan kegunaannya rendah. Contoh-contoh kesulitan
dalam pengembangan sistem antara lain, pengembangan yang tidak terjadwal,
tidak ada rencana anggaran, sistem bisa jalan = 100% over budget atau jadwal.
2.2.3.1
Komponen Sistem Informasi
Jhon Burch dan Gary Grudnitski (dalam Jogiyanto, 2005), mengemukakan
bahwa sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebutnya dengan
istilah blok bangunan (building block), yaitu blok masukan (input blok), blok
model (model block), blok keluaran (output block), blok teknologi (technology
block), blok basis data (database block) dan blok kendali (control block). Sebagai
suatu sistem, keenam blok tersebut saling berinteraksi hingga membentuk
kesatuan untuk mencapai sasaran.
Sumber : Jogiyanto, 2005: 12.
Gambar 2.5
Blok Sistem Informasi yang Berinteraksi
1.
Blok Masukan
Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini
termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan
dimasukan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
33
2.
Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang
akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data
dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang
diinginkan.
Blok Model
3.
Blok Keluaran
Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi
yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan
manajemen serta semua pemakai sistem
4.
Blok Teknologi
Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model,
menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran
dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware),
perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Teknisi dapat
berupa orang-orang yang mengetahui teknologi dan membuatnya dapat
beroperasi.
5.
Blok Basis Data
Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras
komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data
perlu disimpan didalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi
lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian
rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data
yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanan. Basis data
diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket
yang disebut dengan DBMS (Database Management System).
6.
Blok Kendali
Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan
bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila
terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
34
2.2.3.2 Subsistem dan Supersistem
Suatu sistem yang kompleks biasanya tersusun atas beberapa subsistem.
Menurut Kadir (2003), subsistem merupakan sistem-sistem yang terdapat dalam
sebuah
sistem. Subsistem bisa dijelaskan sebagai sebuah sistem dalam sistem
yang lebih besar. Sebagai contoh : Automobileadalah sistem yang terdiri dari
beberapa subsistem, yaitu sistem mesin, sistem body dan sistem roda. Demikian
juga, setiap subsistem bisa terdiri dari beberapa sub-sub sistem. Sistem mesin
terdiri dari sistem karburator, sistem generator, sistem bahan bakar dan lain-lain.
Berkaitan dengan sistem dan subsistem, istilah supersistem kadang kala
dijumpai. Jika suatu sistem menjadi bagian dari sistem lain yang lebih besar, maka
sistem yang lebih besar tersebut merupakan supersistem (Chaniago, 2006).
Sebagai contoh, jika pemerintah kabupaten disebut sebagai sebuah sistem, maka
pemerintah provinsi berkedudukan sebagai supersistem. Jika ditinjau dari
pemerintah pusat, pemerintah provinsi adalah subsistem dan pemerintah pusat
adalah supersistem. Ilustrasi dari sistem, subsistem dan supersistem dapat dilihat
seperti gambar 2.7. berikut :
Sistem
subsiste
Supersistem
Prosedur
Sumber: Kadir (2003)
Gambar 2.6
Ilustrasi Sistem, Subsistem dan Supersistem
2.2.4
Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen yang tergambar adalah suatu sistem yang
diciptakan untuk melaksanakan pengolahan data yang akan dimanfaatkan oleh
35
suatu organisasi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sistem informasi akan
dijelaskan mengenai konsep-konsep yang terdapat didalamnya.
2.2.4.1
Definis dan Karakteristik Sistem Informasi Manajemen
Menurut Soetedjo (dalam Sutabri, 2003), “SIM adalah suatu metode untuk
menghasilkan informasi yang tepat waktu bagi manajemen tentang lingkungan
luar organisasi dan kegiatan operasi di dalam organisasi, dengan tujuan untuk
menunjang
proses pengambilan keputusan serta memperbaiki proses perencanaan
dan pengawasan”.
Adapun karakteristik SIM menurut Sutabri (2003), adalah sebagai berikut :
1.
SIM membantu manajer secara terstruktur pada tingkat operasional dan
tingkat kontrol saja. Meskipun demikian, SIM dapat digunakan pula
sebagai alat untuk perencanaan bagi staf yang sudah senior;
2.
SIM didesain untuk memberikan laporan operational sehari-hari sehingga
dapat memberi informasi untuk mengontrol operasi tersebut dengan lebih
baik;
3.
SIM sangat bergantung pada keberadaan data organisasi secara
keseluruhan, serta bergantung pada alur informasi yang dimiliki oleh
organisasi tersebut;
4.
SIM biasanya tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah.
Kemampuan untuk menganalisis masalah terletak pada decision support
system;
5.
SIM biasanya berorientasi pada data-data yang sudah terjadi atau data-data
yang sedang terjadi, bukan data-data yang akan terjadi seperti forecasting;
6.
SIM juga berorientasi pada data-data di dalam organisasi dibanding datadata dari luar organisasi. Oleh karena itu, informasi yang dibutuhkan oleh
SIM adalah informasi yang sudah diketahui formatnya secara relatif stabil;
7.
SIM biasanya tidak fleksibel karena bentuk laporan-laporan yang
dihasilkan banyak sudah dipersiapkan sebelumnya. Beberapa SIM memliki
kemampuan agar manajer dapat membuat laporannya sendiri, tetapi
36
sebenarnya data-data yang dibutuhkan manajer tersebut sudah ada dan
sudah dipersiapkan lebih dulu;
Sebagaimana problematika yang telah disebutkan di atas, SIM
membutuhkan
perencanaan
yang
sangat
matang
dan
panjang,
sambil
memperhitungkan perkembangan organisasi di masa mendatang. Sebuah literatur
menyebutkan bahwa analisis dan desain SIM biasanya membutuhkan waktu
antara satu sampai dua tahun.
2.2.4.2
Peran SIM Dalam Kegiatan Manajemen
Menurut Sutama (2003) Aplikasi SIM dikembangkan untuk melayani
kebutuhan-kebutuhan informasi setiap unit pada semua tingkatan kegiatan
manajemen. Informasi yang dibutuhkan tergantung pada jenis pembuatan
keputusan yang mempunyai perbedaan tingkatan kegiatan manajemen. Pada
kegiatan manajemen, dimana manajer akan melakukan 3 macam proses dalam
memanfaatkan sumberdaya ( manusia, material, modal dan informasi ) yaitu
planning, controling, dan pengambilan keputusan. Maka SIM dalam kegiatan
manajemen yang baik tentu juga harus mampu memberikan dukungan pada :
1. Proses Perencanaan
Rencana merupakan suatu arah tindakan yang ditetapkan lebih dulu,
merupakan penggabungan tujuan yang hendak dicapai dan kegiatan yang
perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan.mSuatu organisasi pada tiap
tingkatan mempunyai rencana yang berbeda, SIM yang dikembangkan
mampu mendukung setiap kebutuhan itu. Sistem Informasi Manajemen
yang dikembangkan harus mampu mendukung setiap kebutuhan tersebut.
Proses perencanaan akan memerlukan suatu model perencanaan, data,
masukan, dan manipulasi model untuk menghasilkan keluaran berupa
suatu rencana.
37
Tabel 2.4
Dukungan SIM pada Proses Perencanaan
Kebutuhan
Model
Perencanaan
Dukungan Sistem Informasi
Dukungan analitik dalam pengembangan struktur dan
persamaan model.
Data historis untuk analisis hubungan, perkiraan dan
perencanaan.
Suatu penggerak model perencanaan untuk dijalankan
pada suatu komputer.
Data masukan
Data historis ditambah analisis dan manipulasi data
untuk membangkitkan data masukan yang berdasarkan
data historis.
Penggunaan komputer untuk menjalankan suatu model.
Manipulasi data lainnya berdasarkan teknik peramalan
dan ekstrapolasi.
Manipulasi model
Sumber : Sutama (2003)
2. Proses Pengendalian
Pengendalian terdiri atas kegiatan-kegiatan yang memungkinkan kegiatankegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk
pengendalian suatu ukuran prestasi yang didasarkan pada pengalaman.
Ukuran prestasi dijadikan sebagai standard prestasi. Dukungan SIM adalah
dimulai dengan model perencanaan. Model yang sama biasanya bias
dipakai
untuk
menentukan
standar
prestasi
yang
direvisi
yang
memperhitungkan tingkat kegiatan yang telah dirubah. Dukungan
mencakup:
a. Analisis perbedaan prestasi dengan standar prestasi
b. Analisis lain yang membantu dalam pemahaman perbedaan
c. Arah tindakan yang akan memperbaiki prestasi pada masa
mendatang
3. Proses Pengambilan Keputusan
Sebenarnya keputusan hanya akan dibuat oleh manusia, komputer hanya
akan membantu memberikan dukungan dengan memberikan datadata/informasi-informasi yang diperlukan oleh pembuat keputusan
sehingga ada sebagian keputusan yang dapat diprogramkan dan ada
38
sebagian lain yang tidak dapat diprogramkan. Pembuatan keputusan yang
terprogram dapat sepenuhnya dilakukan oleh komputer karena aturan aturannya dapat dikodekan dengan terinci dan jelas. Sedangkan keputusan
tidak terprogram hanya dapat dilakukan oleh manusia. Pada hakekatnya
terdapat tiga unsur dalam pembuatan keputusan yaitu:
a. Data
b. Model atau prosedur keputusan
c. Pembuat keputusan
Pembuatan keputusan dapat diperbaiki dengan dukungan data yang lebih
baik, model keputusan yang lebih baik, dan pembuat keputusan yang lebih
terampil dan berpengalaman.
Tabel 2.5
Ciri-ciri Keputusan Terprogram dan Tidak Terprogram
Keputusan terprogram
Untuk kejadian berulang-ulang
Aturan keputusan dapat dirumuskan
dengan rinci dan jelas
Aturan keputusan atau algoritma untuk
bawahan
Sumber : Sutama (2003)
Keputusan tidak terprogram
Kadang-kadang terjadi
Unik dan perlu analisis baru untuk
setiap kejadian
Untuk keputusan manajemen tingkat
atas
2.2.4.3 Komponen Fisik Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi terdiri dari komponen fisiknya. Komponen ini disediakan
untuk melengkapi sistem pengoperasiannya. Adapun komponen dari sistem
informasi manajemen akan ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.6
Komponen Fisik SIM
Komponen Sistem
Perangkat keras
Perangkat lunak
Catatan
Perangkat keras bagi suatu sistem informasi terdiri atas
komputer (pusat pengolah, unit masukan/keluaran, unit
penyimpanan file, dan lain sebagainya), peralatan penyiapan
data dan terminal masukan/keluaran
Perangkat lunak dapat dibagi dalam 3 jenis utama :
1. Sistem perangkat lunak umum, seperti sistem
pengoprasian dan sistem manajemen data yang
memungkinkan pengoprasian sistem komputer
2. Aplikasi perangkat lunak umum, seperti model analisis
dan keputusan
3. Aplikasi perangkat lunak yang terdiri atas program yang
39
secara spesifik dibuat untuk setiap aplikasi.
File yang berisi program dan data dibuktikan dengan adanya
media penyimpanan secara fisik seperti hard disk, magnetic
tipe dan sebagainya. File juga meliputi keluaran tercetak dan
catatan lain di atas kertas, mikro film dan lain sebagainya.
Prosedur merupakan komponen fisik karena prosedur
disediakan dalam bentuk fisik seperti buku panduan dan
instruksi. Ada tiga jenis prosedur yang dibutuhkan, yaitu :
1. Instruksi untuk pemakai
2. Instruksi untuk penyiapan masukan
3. Instruksi pengoperasian untuk karyawan pusat komputer
Operator komputer, analis sistem, programer, personil data
entry dan manajer sistem informasi/EDP.
Database
Prosedur
Personil
Sumber : Sutabri, 2003: 96
Struktur sistem informasi manajemen diuraikan dengan dua cara, yaitu atas
dasar kegiatan manajemen dan fungsi organisatoris. Kedua cara tersebut ditambah
dengan konsep struktural akan disintesiskan ke dalam suatu struktur SIM. Struktur
konseptual SIM merupakan suatu sintesis gagasan yang telah disajikan. SIM
didefinisikan sebagai gabungan subsistem fungsional yang masing-masing dibagi
dalam empat seksi pengolahan informasi, yaitu :
1.
Pengolahan transaksi;
2.
Dukungan operasi sistem informasi;
3.
Dukungan pengendalian manajerial sistem informasi;
4.
Dukungan perencanaan strategis sistem informasi.
2.2.4.4 Tingkatan Sistem Informasi
Beberapa
jenis
sistem
informasi
berbasis
teknologi
informasi
dikembangkan berdasarkan lini manajerial yang melayani tingkatan manajerial
yang berbeda-beda. Masing-masing dari sistem informasi tersebut memiliki fungsi
dan manfaat bagi tiap tingkatan manajerial. Ridho dalam Sistem Informasi (2007),
membedakan sistem informasi berturut–turut dari tingkat yang paling rendah yaitu
operational-level systems, knowledge-level systems, management-level systems
dan strategic-level systems.
1. Operational-Level Systems (Sistem Pada Level Operasional)
Mendukung manajer operasional dengan menyimpan berbagai aktivitas
elementer dan transaksi dari organisasi. Misal: penjualan, aliran material
dalam perusahaan, penggajian,dan lain-lain. Kegunaan utama dari sistem di
40
level ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan rutin dan melacak
aliran transaksi dalam organisasi.
2. Knowledge-Level Systems
Mendukung knowledge workers dan data workers di sebuah organisasi.
Kegunaan sistem pada level ini adalah membantu mengintegrasikan
pengetahuan baru ke dalam bisnis dan untuk membantu organisasi untuk
mengendalikan pekerjaan administrasi. Sistem pada level ini, khususnya
dalam bentuk dari workstations dan sistem perkantoran, adalah aplikasi yang
berkembang pesat di bisnis baru-baru ini.
3. Management-Level Systems
Dirancang untuk melayani pengamatan, pengendalian, pembuatan keputusan,
dan aktivitas administratif level manajer menengah. Level ini biasanya
menyediakan laporan secara periodik tentang data tertentu.
4. Strategic-Level Systems
Membantu perencanaan jangka panjang oleh para manajer senior. Perhatian
utamanya terletak pada mengantisipasi perubahan pada lingkungan luar ke
dalam organisasi.
2.2.4.5 Tipe Sistem Informasi
Terdapat beberapa kategori tipe sistem informasi yang melayani lini
manajerial. Kadir (2003), mengklasifikasikan sistem informasi yang digunakan pada
semua area fungsional dalam organisasi, yaitu:
1. Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing System atau TPS)
Sistem pemrosesan transaksi (TPS) adalah sistem terkomputerisasi yang
menjalankan dan menyimpan transaksi rutin sehari-hari untuk menjalankan
bisnis. Sistem ini bekerja pada level operasional. Input pada level ini adalah
transaksi dan kejadian. Proses dalam sistem ini meliputi pengurutan data,
melihat data, memperbaharui data. Sedangkan outputnya adalah laporan yang
detail, daftar lengkap dan ringkasan. Misalnya, yang mengendalikan
keputusan adalah sistem pemrosesan transaksi yang sekaligus dapat
41
memvalidasi keabsahan kartu kredit atau mencarikan rute pesawat terbang
yang terbaik sesuai kebutuhan pelanggan.
2. Sistem Informasi Manajemen (Management Information System atau MIS)
Sistem
informasi
management-level
manajemen
sebuah
(MIS)
adalah
organisasi
yang
sistem
informasi
melayani
pada
fungsi-fungsi
perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang dibuat dengan
menyediakan ringkasan rutin dan laporan periodik. Biasanya sistem ini
menghasilkan informasi untuk memantau kinerja, memelihara koordinasi, dan
menyediakan informasi untuk operasi organisasi. Umumnya sistem informasi
manajemen mengambil data dari sistem pemrosesan transaksi.
3. Sistem Otomasi Perkantoran (Office Automation System atau OAS)
Sistem otomasi perkantoran (OAS) adalah sistem yang memberikan fasilitas
tugas-tugas pemrosesan informasi sehari-hari di dalam perkantoran dan
organisasi bisnis. Sistem ini menyediakan aneka ragam perangkat untuk
pemrosesan informasi, seperti pengolah kata, e-mail, dan sistem penjadwalan,
pengolah grafik, voice mail, dan bahkan teleconference. Pengguna sistem ini
pada prinsipnya adalah semua personil dalam organisasi, baik staf maupun
yang masuk kategori level manajemen.
4. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System atau DSS)
Sistem
pendukung keputusan (DSS) adalah sistem informasi
pada
management-level sebuah organisasi yang mengkombinasikan data dan model
analitis yang rumit untuk mendukung pengambilan keputusan pada situasi
yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur dimana tidak
seorangpun mengetahui bagaimana seharusnya keputusan dibuat. Sistem ini
tidak dimaksudkan untuk mengotomasikan pengambilan keputusan, tetapi
memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan
dapat melakukan berbagai analisis dengan menggunakan model-model yang
tersedia.
5. Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System atau EIS)
Sistem informasi eksekutif (EIS) adalah sistem informasi pada strategic-level
sebuah organisasi yang menyediakan fasilitas yang fleksibel bagi manajer dan
42
eksekutif dalam mengakses informasi eksternal dan internal yang berguna
untuk mengidentifikasi masalah atau mengenali peluang.
6. Sistem Pendukung Kelompok (Group Support System atau GSS)
Sistem pendukung kelompok (GSS) adalah jenis sistem informasi yang
digunakan untuk mendukung sejumlah orang yang bekerja dalam suatu
kelompok.
pengaksesan
Sistem
basis
ini
data
mencakup
pada
penggunaan
komputer,
dan
teknologi
presentasi,
kemampuan
yang
memungkinakan peserta dalam pertemanan berkomunikasi secara elektronis.
7. Sistem Pendukung Cerdas (Intelligent Support System atau ISS)
Sistem pendukung cerdas (ISS) atau sering disebut sistem cerdas merupakan
sistem yang memiliki kemampuan seperti kecerdasan manusia. Sistem cerdas
yang banyak dipakai dalam aplikasi bisnis adalah sistem pakar (expert
system), yaitu sistem yang meniru kepakaran (keahlian) seseorang dalam
bidang tertentu dalam nenyelesaikan suatu permasalahan. Sebuah sistem pakar
mempunyai
kemampuan
berdialog
dengan
pemakai
dan
kemudian
memberikan suatu saran, pandangan, atau kesimpulan.
2.2.4.6 Metode Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Metode pengembangan sistem meruapakan bagian yang cukup penting
dalam penyusunan rancangan sistem informasi manajemen. Karena dengan
dipilihnya metode maka kita mengikuti perencanaan penyusunan jadwal, staffing
proyek, biaya dan lain-lain. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pengembangan SIM yaitu:
1. System Development Life Cycle (SDLC)
Secara global definisi SDLC dapat dikatakan sebagai suatu proses
berkesinambungan untuk menciptakan atau merubah sebuah sistem,
merupakan sebuah model atau metodologi yang digunakan untuk melakukan
pengembangan sistem. Dapat dikatakan dalam SDLC merupakan usaha
bagaimana sebuah sistem informasi dapat mendukung kebutuhan bisnis,
rancangan & pembangunan sistem serta pengirimannya kepada pengguna.
43
Secara umum, tahapan SDLC meliputi proses perencanaan, analisis, desain
dan implementasi.
Proses perencanaan biasanya lebih menekankan pada alasan mengapa
sebuah sistem harus dibuat.
b. Analysis
a. Planning
Tahapan perencanaan ini kemudian dilanjutkan dengan proses analisis
yang lebih menekankan pada siapa, apa, kapan, dan dimana sebuah
sistem akan dibuat.
c. Design
Sedangkan pada proses desain lebih menekankan kepada bagaimana
sistem akan berjalan
d. Implementation
Tahap terakhir dilanjutkan dengan fase implementasi yaitu proses
pengirimannya kepada pengguna.
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.7
Metode SDLC
2. Waterfall Model
Waterfall Model merupakan sebuah metode pengembangan sistem dimana
antara satu fase ke fase yang lain dilakukan secara berurutan. Biasanya sebuah
44
langkah akan diselesaikan terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke fase
berikutnya. Keuntungan menggunakan metodologi ini requirement harus
didefinisikan lebih mendalam sebelum proses coding dilakukan. Disamping
itu metodologi ini memungkinkan sesedikit mungkin perubahan dilakukan
pada saat proyek berlangsung. Namun, metodologi ini juga mempunyai
beberapa kelemahan, diantaranya desain harus komplit sebelum programming
dimulai, serta jika terjadi fase yang terlewati, maka biaya yang akan
ditimbulkan akan lumayan besar. Berikut adalah ilustrasi Waterfall Model.
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.8
Konsep Waterfall
3. Rapid Application Development (RAD)
Metodologi ini melakukan beberapa penyesuaian terhadap SDLC pada
beberapa bagian sehingga lebih cepat untuk sampai ke tangan pengguna.
Metodologi ini biasanya mensyaratkan beberapa teknik dan alat-alat khusus
agar proses bisa cepat, misalnya melakukan sesi joint application development
(JAD), penggunaan alat-alat computer aided software engineering (Case
Tools), kode generator, dan lain-lain.
45
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.9
Konsep Phased Developement
Beberapa kategori RAD misalnya Phased Development dan Prototyping.
Phased Development membagi sistem secara keseluruhan menjadi beberapa
versi sistem. Setelah desain untuk versi pertama selesai maka akan dilanjutkan
ke implementasi. Setelah versi pertama terselesaikan, maka pengembang akan
memulai lagi ke versi selanjutnya.
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.10
Konsep Prototyping Methodologies
Metodologi prototyping melakukan analisis, desain, dan implementasi secara
bersamaan, kemudian dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapat
46
review dari pengguna. Prototyping adalah sebuah sistem dalam fungsi yang
sangat minimal.
4. Agile Development
Bisa dikatakan metode agile development merupakan metodologi yang lebih
cepat dalam pengembangan sebuah sistem informasi. Metodologi ini
melakukan perampingan pada proses pemodelan dan pembuatan dokumentasi.
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.11
Konsep Agile Development
2.3 Sistem Informasi Manajemen Aset
Untuk mencapai tujuan pengelolaan aset yang secara terencana,
terintegrasi, dan sanggup menyediakan data dan informasi yang dikehendaki
dalam tempo yang singkat, diperlukan suatu sistem informasi pendukung
pengambilan keputusan atas aset. Sistem informasi tersebut laim dikenal sebagai
sistem informasi manajemen aset (SIMA). Sehingga penerapan SIMA sangat
penting untuk mendukung proses tertib administratif atas data barang.
2.3.1
Tujuan Sistem Informasi Manajemen Aset
Sistem informasi manajemen aset merupakan suatu aplikasi yang
digunakan untuk mengelola aset yang ditujukan untuk dapat menjawab
permasalah-permasalah aset, seperti berikut (Taramitra, 2008) :
47
1.
Aset berjumlah banyak dan tersebar secara geografis;
2.
Aset memiliki penanganan (treatment) yang spesifik;
3.
Aset memiliki “nilai” tertentu dikaitkan dengan posisi geografis;
4.
Aset memiliki masalah-masalah legal yang berbeda-beda;
5.
Pemanfaatan aset masih belum optimal, sehingga kinerja aset rendah;
6.
Proses pencatatan aset tidak sistematis dan terintegrasi;
7.
Manajemen data masih manual;
Perencanaan pemanfaatan aset di masa yang akan datang belum optimal.
8.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari SIMA
adalah sebagai alat untuk optimalisasi dan efisiensi pengelolaan aset. Menurut
Siregar (2004) konsep SIMA memadukan beberapa disiplin keahlian antara lain:
1. Penyusunan sistem dan prosedur logistik,
2. Penyusunan aplikasi komputer bidang logistik,
3. Pendataan (inventarisasi) aset,
4. Penilaian aset,
5. Konsultasi properti,
6. Manajemen properti,
2.3.2
Manfaat Sistem Informasi Manajemen Aset
Menurut Taramitra (2008) dengan adanya sistem informasi manajemen
aset (SIMA) diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :
1.
Tertib aministrasi, seluruh data tercatat dengan baik, proses pengelolaan
data cepat;
2.
Kemudahan untuk pengambilan keputusan atas aset, seperti penataan
kawasan;
3.
Kemudahan dalam analisis aset, terutama melalui pendekatan ruang,
sehingga dapat ditentukan kebijakan terbaik;
4.
Manajemen pemeliharaan aset;
Pengelolaan data dan informasi yang lebih efektif dan efisien dimana
sistem pelaporan dapat dilakukan setiap saat bergantung kebutuhan.
48
2.3.3
Konsep Sistem Informasi manajemen Aset
Konsep dasar dari SIMA adalah bahwa setiap jenis aset dianggap memiliki
data atribut baik secara deskriptif yang menunjukan identitas maupun dokumen
yang menunjukan kepemilikan atau hak dan kewajiban terhadap aset
legal
tersebut. Selain itu, aset memiliki nilai, baik nilai perolehan maupun nilai pasar
serta nilai penyusutannya.
Data Atribut
Barang/Aset
Inventarisasi
Barang / Aset
Manajemen Aset
Fisik
Appraisal / Penilaian
Nilai
Database
SIMA
Legal
Opinion
Legal Appraisal /
Penilaian Aspek Hukum
Sumber : Taramitra, 2008
Gambar 2.12
Konsep Dasar SIMA
2.3.4
Langkah Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset
Menurut Siregar (2004) pengembanagn sistem informasi manajemen aset
dilaksanakan dengan lingkup kegiatan meliputi:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan analisis kebutuhan pengguna,
Identifikasi dan inventarisasi aset, dan pengembangan model
konseptual;
2. Pengembangan Sistem
Setelah dilakukan persiapaan, langkah selanjutnya yaitu pengembangn
yang meliputi kegiatan evaluasi sistem yang berjalan, desain sistem
baru, implementasi sistem baru, konversi sistem, dan pelatihan serta
pemeliharaan sistem.
49
Secara umum konspe pengembangan tersebut meliputi perancangan modul
penunjang yang terdiri dari:
1. Modul perencanaan dan penentuan kebutuhan;
2. Modul penganggaran;
3. Modul pengadaan
4. Modul penyimpanan dan penyaluran;
5. Modul pemeliharaan;
6. Modul penyusutan dan penghapusan;
7. Modul pengendalian
2.4 Konsep Sistem Basis Data
Basis data (database) adalah suatu pengorganisasian sekumpulan data
yang saling terkait sehingga memudahkan aktivitas untuk memperoleh informasi
(Kadir, 2003:
254). Basis data dimaksudkan untuk mengatasi masalah pada
sistem yang memakai pendekatan berbasis berkas/data. Dalam mengelola basis
data diperlukan suatu perangkat lunak yang disebut dengan DBMS. DBMS adalah
adalah perangkat lunak yang memungkinkan para pemakai membuat, memelihara,
mengontrol dan mengakses basis data dengan cara yang praktis dan efisien.
2.4.1
Komponen Lingkungan Basis Data
Komponen-komponen yang terdapat dalam lingkungan basis data terdiri
dari (Kadir, 2003):
1.
Perangkat keras
Perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan DBMS beserta
aplikasi-aplikasinya. Perangkat keras berupa komputer dan periferal
pendukungnya.
2.
Perangkat lunak
Komponen perangkat lunak mencakup DBMS itu sendiri, program
aplikasi, serta perangkat lunak pendukung untuk komputer dan jaringan.
50
3.
Data
Bagi pemakai, komponen terpenting dalam DBMS adalah data, karena dari
data inilah pemakai dapat memperoleh informasi yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
4.
Prosedur
Prosedur adalah petunjuk tertulis yang berisi cara merancang hingga
menggunakan basis data. Dalam hal ini, prosedur yang dimaksud terdiri
dari :
a.
Cara masuk ke DBMS (login);
b.
Cara memakai fasilitas-fasilitas tertentu dalam DBMS maupun cara
menggunakan aplikasi;
c.
Cara mengaktifkan dan menghentikan DBMS;
d.
Cara membuat cadangan basis data dan cara mengembalikan cadangan
ke DBMS.
5.
Orang
Komponen orang dibagi menjadi tiga kelompok, diantaranya :
a.
Pemakai akhir (end user)
Pemakai akhir dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :
1) Pemakai aplikasi
Adalah orang yang mengoperasikan program aplikasi yang dibuat
oleh pemrogram aplikasi. Pemakai seperti ini tidak berhubungan
secara langsung dengan DBMS. Pemakai aplikasi ini disebut
native user.
2) Pemakai interaktif
Adalah pemakai yang berinteraksi secara langsung dengan
DBMS, dapat memberikan perintah-perintah DBMS untuk
mengakses basis data ataupun melalui perangkat-perangkat
seperti pembangkit query dan pembangkit laporan. Pemakai
seperti ini dapat menyediakan sendiri kebutuhan terhadap
informasi.
51
b.
Pemrogram aplikasi
Pemrogram aplikasi adalah orang yang membuat program aplikasi
yang melibatkan basis data. Program aplikasi ini membuat program
aplikasi berdasarkan kebutuhan pemakai.
c.
Administrator basis data
Administrator basis data adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap manajemen basis data. Secara detail, tugas administrator
basis data adalah sebagai berikut :
1) Mendefinisikan basis data;
2) Mendefinisikan struktur dan metode akses penyimpan;
3) Menentukan keamanan basis data;
4) Melakukan pemeliharaan basis data secara rutin.
2.4.2
Entity Relationship Diagram
Menurut Haryanto (2008:
12), Entity Relationship Diagram (ERD)
merupakan hasil akhir dari proses analisis terhadap sistem yang ditinjau yang
dilakukan oleh seorang analis sistem. Entity relationship diagram menunjukkan
hubungan antara entitas yang satu dengan yang lain hingga seluruh data tergabung
di dalam satu kesatuan yang terintegrasi. Entitas adalah individu, benda, objek
yang mewakili sesuatu yang nyata dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain.
Sekumpulan entitas yang sejenis dan berada dalam lingkup yang sama disebut
himpunan entitas. Bentuk relasi entitas terdapat beberapa macam, yaitu (Nugroho:
2008):
1.
One to One
One to one merupakan satu record dalam sebuah entitas hanya
berhubungan dengan satu record di entitas lain. Contohnya :
PERUSAHAAN
KODEPRSH
NAMAPRSH
ALAMAT
KOTA
TELEPON
EMAIL
Sumber : Nugroho, 2008
HUTANG
KODEPRSH
JLHHUTANG
TANGGAL
Gambar 2.13
Relasi One to One
52
Sebuah record di entitas perusahaan hanya akan mempunyai hubungan
dengan sebuah record di entitas hutang. Kodenya adalah 1:1, artinya suatu
rekaman di entitas yang satu bisa berhubungan dengan satu record di
entitas yang lain.
2.
One to Many
One to many merupakan satu record di sebuah entitas berhubungan
dengan banyak rekaman di entitas lain. Contohnya :
NOTA
NONOTA
KODEPRSH
TANGGAL
JUMLAH
DISKON
DIBAYAR
CATATAN
Sumber : Nugroho, 2008
NOTARINCI
NONOTA
KODEBARANG
CACAH
HARGASATUAN
Gambar 2.14
Relasi One to Many
Sebuah record di entitas nota akan berhubungan dengan banyak record di
entitas lain. Kodenya adalah 1:N, artinya suatu rekaman di entitas yang
satu bisa berhubungan dengan N (banyak) record di entitas yang lain.
3.
Many to Many
Banyak record di sebuah entitas berhubungan dengan banyak rekaman di
entitas lain. Contohnya :
PEGAWAI
NOPEGAWAI
KOPEGAWAI
NAMA
ALAMAT
TGLLAHIR
CATATAN
Sumber : Nugroho, 2008
BAGIAN
KODEBAGIAN
NAMABAGIAN
KODEPEGAWAI
KEPALA
Gambar 2.15
Relasi Many to Many
Contoh diatas menjelaskan satu record di entitas pegawai dapat muncul di
banyak rekaman pada entitas bagian, yaitu jika seorang pegawai menduduki
53
jabatan di beberapa bagian. Demikian pula sebuah rekaman di entitas bagian dapat
muncul di banyak rekaman di entitas pegawai.
2.4.3
Data Flow Diagram
Data flow diagram menggambarakan atau membuat model sistem yang
seakan-akan mencermikan penekanan pada data, namun sebenarnya DFD lebih
menekankan pada segi proses (Sutabri, 2003). Pengertian secara umum dari data
flow diagram adalah suatu network yang menggambarkan suatu sistem
automat/komputerisasi,
manualisasi atau gabungan dari keduanya, yang
penggambarannya disusun dalam bentuk kumpulan komponen sistem yang saling
berhubungan sesuai dengan aturan mainnya. Keuntungan dari DFD adalah
memungkinkan untuk menggambarkan sistem dari level yang paling tinggi
kemudian menguraikannya menjadi level yang lebih rendah (dekomposisi),
sedangkan kekurangan dari DFD adalah tidak menunjukkan proses pengulangan
(looping), proses keputusan dan proses perhitungan.
1.
Simbol Data Flow Diagram
Simbol yang digunakan dalam membuat data flow diagram ada empat
buah, yaitu :
EXTERNAL ENTITY
Simbol
ini
digunakan
untuk
menggambarkan asal atau tujuan data.
PROSES
Simbol ini digunakan untuk
pengolahan atau transformasi data.
proses
DATA FLOW
Simbol
ini
digunakan
untuk
menggambarkan aliran data yang berjalan.
DATA STORE
Simbol
ini
digunakan
untuk
menggambarkan data flow yang sudah
disimpan atau diarsipkan.
Sumber: Sutabri, 2004: 163.
Gambar 2.16
Simbol Data Flow Diagram
54
2.
Bentuk Data Flow Diagram
Terdapat dua bentuk data flow diagram, yaitu physical data flow diagram
dan logical data flow diagram (Jogiyanto, 2005). Physical data flow
diagram lebih menekankan pada proses-proses sistem diterapkan termasuk
proses-proses manual. Logical data flow diagram lebih menekankan pada
logika dari kebutuhan sistem, yaitu proses apa saja secara logika yang
dibutuhkan oleh sistem.
3.
Teknik Membuat Data Flow Diagram
Cara yang lazim digunakan dalam membuat data flow diagram adalah
sebagai berikut (Sutabri, 2003) :
a.
Mulai dari yang umum atau tingkatan yang lebih tinggi, kemudian
diuraikan atau dijelaskan sampai yang lebih detail atau tingkatan yang
lebih rendah, yang dikenal dengan istilah “Analisis Atas Bawah atau
Top Down Anaysis”.
b.
Jabarkan proses yang terjadi di dalam data flow diagram sedetail
mungkin sampai tidak dapat diuraikan lagi.
c.
Peliharalah konsistensi proses yang terjadi di dalam DFD, mulai dari
diagram yang tingkatannya lebih tinggi sampai dengan diagram yang
tingkatannya lebih rendah.
d.
Berikan label yang bermakna untuk setiap simbol yang digunakan
seperti :
1) Nama yang jelas untuk EXTERNAL ENTITY;
2) Nama yang jelas untuk PROSES;
3) Nama yang jelas untuk DATA FLOW;
4) Nama yang jelas untuk DATA STORE.
4.
Tahapan Data Flow Diagram
Langkah-langkah di dalam membuat data flow diagram dibagi menjadi
tiga tahap untuk tingkat konstruksi DFD, yaitu sebagai berikut :
55
a.
Diagram Konteks
Diagram ini dibuat untuk menggambarkan sumber serta tujuan data
yang akan diproses atau dengan kata lain diagram tersebut digunakan
untuk menggambarkan sistem secara umum/global.
b.
Diagram Nol
Diagram ini dibuat untuk menggambarkan tahapan proses yang ada di
dalam diagram konteks, yang penjabarannya lebih terperinci.
c.
Diagram Detail
Diagram ini dibuat untuk menggambarkan arus data secara lebih
mendetail lagi dari tahapan proses yang ada di dalam diagram nol.
2.4.4
Kamus Data (Data Dictionary)
Kamus data yang digunakan dalam analisis struktur dan desain sistem
informasi merupakan suatu katalog yang menjelaskan lebih detail tentang data
flow diagram yang mencakup proses, data flow dan data store (Sutabri, 2003).
Kamus data dapat digunakan pada metodologi berorientasi data dengan
menjelaskan lebih detail lagi hubungan entitas, seperti atribut-atribut suatu entitas.
Pada metodologi objek, kamus data dapat menjelaskan lebih detail atribut maupun
metode atau service suatu objek. Kamus data dibuat berdasarkan arus data yang
ada pada data flow diagram. Kamus data dan komponen-komponen lainnya yang
dikumpulkan pada saat analisis sistem sangat dibutuhkan dalam perancangan
sistem. Selain dapat digunakan untuk menjelaskan suatu model sistem, kamus
data juga berfungsi untuk menghindari penggunaan kata-kata yang sama, karena
kamus data disusun menurut abjad.
2.4.5
Keunggulan Database Management System
Dibandingkan dengan sistem pemrosesan file yang didukung oleh sistem
operasi konvensional, penggunaan basis data memiliki keunggulan seperti berikut
(Kadir, 2003) :
1.
Mengendalikan atau menduplikasi data;
2.
Menjaga konsistensi dan integritas data;
56
3.
Memudahkan pemerolehan informasi yang lebih banyak dari data yang
sama disebabkan data dari berbagai bagian dalam organisasi dikumpulkan
menjadi satu;
4.
Meningkatkan keamanan data dari orang yang tidak berwenang;
5.
Memaksakan penerapan standar;
6.
Dapat menghemat biaya karena data dapat dipakai oleh banyak
departemen;
7.
Mengulangi komflik kebutuhan antar pemakai karena basis data di bawah
kontrol administrator basis data;
8.
Meningkatkan tingkat respond dan kemudahan akses bagi pemakai akhir;
9.
Meningkatkan produktivitas pemrogram;
10. Meningkatkan pemeliharaan melalui independensi data;
11. Meningkatkan konkurensi (pemakai data oleh sejumlah data) tanpa
menimbulkan masalah kehilangan informasi atau integritas;
12. Meningkatkan layanan backup dan recovery.
2.5 PHP
Menurut Sidik (2006), “PHP merupakan script untuk pemrograman script
web server-side, script yang membuat dokumen HTML secara on the fly,
dokumen HTML yang dihasilkan dari suatu aplikasi bukan dokumen HTML yang
dibuat dengan menggunakan editor teks atau editor HTML”. PHP/F1 adalah nama
awal dari PHP. PHP (Personal Home Page), F1 adalah Form Interface dibuat
pertama kali oleh Rasmus Lerdoff. PHP awalnya merupakan program CGI yang
dikhususkan untuk menerima input melalui form yang ditampilkan dalam browser
web.
Kemampuan (feature) PHP yang paling diandalkan dan signifikan adalah
dukungan kepada banyak database. Membuat halaman web yang menggunakan
data dari database dengan sangat mudah dapat dilakukan. PHP juga mendukung
untuk berkomunikasi dengan layanan lain menggunakan protokol IMAP, SNMP,
NNTP, POP3, HTTP dan lainnya. Pemrogram juga dapat membuka soket jaringan
secara mentah dan berinteraksi dengan menggunakan protokol lainnya.
57
2.6 Pergudangan
Menururt Miranda (2001) Warehousing atau pergudangan adalah suatu
tempat yang memiliki fungsi menyimpan barang untuk produksi atau hasil
produksi
dalam jumlah dan rentang waktu tertentu yang kemudian didistribusikan
ke lokasi yang dituju berdasarkan permintaan dan mengalami proses penerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran barang.
2.6.1
Administrasi Gudang
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2008) administrasi
gudang diperlukan untuk mempermudah pengawasan dan pengendalian barang
meliputi:
1. Buku Induk;
2. Kartu Stok;
3. Buku Harian Penerimaan Barang;
4. Buku Harian;
5. Pengeluaran Barang;
6. Surat Bukti Barang Masuk (SBBM);
7. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK);
2.6.2
Jenis – Jenis Gudang
Menurut Miranda (2001) terdapat 6 (enam) jenis gudang antara lain:
1. General MerchandiseWarehouse for Manufactured Goods
Tipe Gudang ini merupakan tipe gudang yang lazim digunakan. Tipe
ini dirancang untuk digunakan oleh pengusaha pabrik, distributor, dan
parapelanggan untuk penyimpanan praktis berbagai jenis produk.
2. Refrigerator or Cold Storage Warehouses
Gudang ini menyediakan lingkungan penyimpanan yang dapat
dikendalikan temperaturnya. Umumnya digunakan untuk menyimpan
barang – barang yang tidak tahan lama seperti buah – buahan, sayur –
sayuran, barang farmasi, kertas fotografik, dan barang lainnya yang
membutuhkan tipe fasilitas ini.
58
3. Bonded Warehouse
Gudang ini biasanya menyimpan tembakau dan minuman beralkohol
hasil impor. Meskipun Pemerintah memegan kendali atas barang
tersebut, akan tetapi importir memiliki kewajiban untuk membayar
cukai. Keuntungan dari gudang ini adalah tidak perlu membayar bea
impor dan pajak pembelian sampai barang tersebut terjual.
4. Household Goods Warehouse
Digunakan untuk menyimpan properti pribadi. Properti ini secara
khusus disimpan dalam jangka panjang yang sifatnya sementara.
Dalam kategori ini terdapat beberapa jenis alternatif penyimpanan:
a. Konsep penyimpanan terbuka (open storage concept)
Barang – barang tersebut disimpan disebuah tempat pijakan kubik
atau sebuah dasar meter kubik perbulan di lantai terbuka gudang.
b. Ruang pribadi atau kubah penyimpanan (private room or vault
storage )
Pengguna akan disediakan sebuah ruang pribadi atau kubah
sehingga dapat mengunci dan menjaga barang-barangnya.
c. Penyimpana dalam wadah (conatiner storage)
Menyediakan
tempat
untuk
membungkus
barang-barang.
Penyimpana dalam wadah memberikan perlindungan produk yang
lebih baik dibandingkan penyimpana terbuka.
5. Special Commodity Warehouse
Manajemen gudang komoditas khusus digunakan untuk produk
pertanian khusus seperti bulir padi, wol, dan katun. Biasanya masing –
masing gudang menyimpan satu jenis produk dan menawarkan
pelayana spesial terhadap produk tersebut.
6. Bulk Storage Warehouse
Manajemen gudang Bulk Storage memberikan tangki penyimpanan
cairan dan penyimpanan terbuka atau tersembunyi untuk produk kering
seperti batu bara, pasir, dan bahan kimia. Selain itu juga menyediakan
59
drum pengisi atau campuran berbagai tipe bahan kimia dengan bahan
kimia lainnya untuk menghasilkan campuran baru.
2.6.3
Aktifitas Gudang
Menurut Harvarindo (2001) secara umum aktifitas yang dilakukan gudang
adalah sebagai berikut:
1. Yard Controling Activities
Aktifitas ini terkait dengan aktifitas penentuan model bangunan bongkar
muat baik fisik maupun non fisik.
2. Receiving
Aktifitas yang termasuk kegiatan receiving antara lain:
a. Penerimaan barang sesuai dengan peraturan perusahaan atau gudang;
b. Menjamin kualitas dan kuantitas barang sesuai dengan pesanan;
c. Penempatan material digudang hingga departeman lainnya;
3. Prepackaging
Aktifitas ini dilakukukan apabila barang yang diterima dalam satuan bulk
besar dan hendak disimpan dalam kemasan yang lebih kecil agar sesuai
dengan kebutuhan dan permintaan perusahaan atau konsumen
4. Putaway
Merupakan aktifitas penempatan material/produk yang telah dibeli di
gudang. Termasuk aktifitas material handling, verifikasi lokasi produk,
dan penempatan material/produk tersebut.
5. Storage
Penyimpanan
material
sementara
sebelum
adanya
keputusan
penggunaan/pengirim barang.
6. Order Picking
Proses pemindahan barang dari gudang untuk memenuhi permintaan
tertentu. Proses ini merupakan wujud pelayanan gudang kepada para
konsumennya
7. Packaging and/or Pricing
60
Beberapa barang tertentu memerlukan kemasan dan pelabelan harga.
Kegiatan pelabelan harga merupakan bagian dari kegiatan penjualan
8. Sortation and/or Accumulation
Hal tersebut dilakukan jika terjadi permintaan lebih dari satu jenis barang.
Aktifitas sortasi batch dilakukan sesuai dengan pesanan dan akumulasi.
9. Unitziing and Shipping
Proses pemeriksaan kesempurnaan barang, pengepakan barang sesuai
dengan kebutuhan pengankutan, mempersiapkan shipping document,
packing list, address label, dan billof lading.
10. Warehouse Management Information System
2.6.4
Alur Penerimaan Barang
Menurut Priyambodo (2007) alur penerimaan barang gudang terdiri dari
beberapa aspek kegiatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: Priyambodo (2007)
Gambar 2.18
Alur Penerimaan Barang
61
2.6.5
Mekanisme Penerimaan
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2008) mekanisme
penerimaan barang terdiri dari 6 (enam) tahap antara lain:
1. Penerimaan
Penerimaan merupakan proses penyerahan dan penerimaan material dan
peralatan di gudang. Dalam proses penyerahan dan penerimaan ini
dilakukan:
a. Pendataan jumlah dan mutu material dan peralatan harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Pencatatan
administratif
sebagai
dokumen
yang
dapat
dipertanggungjawabkan oleh petugas yang bersangkutan.
2. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan proses kegiatan penyimpanan material dan
peralatan di gudang dengan cara menempatkan material dan peralatan yang
diterima:
a. Penempatan sesuai dengan denah.
b. Aman dari pencurian.
c. Aman dari gangguan fisik.
d. Aman dari pencemaran secara kimia dan biologi yang dapat merusak
kualitas dan kuantitas.
e. Aman dari kebakaran.
f. Penataan sesuai dengan standar manajemen gudang.
3.Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan kegiatan perawatan material dan peralatan agar
kondisi tetap terjamin dan siap pakai untuk digunakan secara efektif,
efisien dan dapat diterapkan, melalui prinsip material dan peralatan
disusun di atas pallet secara rapi dan teratur, sesuai dengan ketentuan.
4.Pendistribusian
Pendistribusian merupakan proses kegiatan pengeluaran dan penyaluran
material dan peralatan dari gudang untuk diserahkan kepada yang berhak,
melalui suatu proses serah terima yang dapat dipertanggungjawabkan,
62
disertai dengan bukti serah terima. Hal ini dilakukan berdasarkan
permintaan sesuai kebutuhan.
5. Pengendalian
Pengendalian merupakan proses kegiatan pengawasan atas pergerakan
masuk keluarnya material dan peralatan dari dan ke gudang agar
persediaan dan penempatan dapat diketahui secara cepat, tepat, dan akurat
serta dapat diterapkan.
6. Penghapusan
Penghapusan merupakan rangkaian kegiatan pemusnahan material dan
peralatan dalam rangka pembebasan milik/kekayaan negara dari tanggung
jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.7 Manajemen Gudang
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2008) manajemen
gudang adalah segala upaya pengelolaan gudang yang meliputi penerimaan,
penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan pemusnahan,
serta pelaporan material dan peralatan agar kualitas dan kuantitas terjamin.
2.7.1
Fungsi Manajemen Gudang
Menurut Miranda (2001) manajemen gudang memiliki 3 (tiga) fungsi
dasar yaitu perpindahan (movement), penyimpanan (storage), dan transfer
informasi (information transfer).
1. Perpindahan (movement)
Fungsi perpindahan terbagi menjadi beberapa aktifitas meliputi:
a. Penerimaan (receiving)
Meliputi
pembongkaran
produk
aktual
dari
pengangkutan,
pembaharuan catatan persediaan manajemen gudang, pemeriksaan
kerusakan, verifikasi perhitungan barang pesanan dengan catatan
pengiriman.
b. Transfer atau penyimpanan (transfer or put away)
Meliputi
perpindahan
produk
untuk
penyimpana
perpindahan ke daerah, dan perpindahan untuk pengiriman.
63
di
gudang,
c. Customer order picking or order selection
Merupakan aktifitas perpindahan utama dan melibatkan pengelompokan
produk sesuai dengan keingina perusahaan. Tugas order picking terbagi
menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:
1) Discreet Picking
Aktifitas penyelesaian pesanan yang dilakukan dalam satu waktu.
2) Batch Picking
Mengambil sekumpulan pesanan, misalnya satu lusin.
3) Zone Picking
Memberikan wilayah yang disediakan gudang kepada penyeleksi
pesanan. Setiap pengampil pesanan memilih semua bagian pesanan
yang ditemukan dalam jalur yang diberikan dan memberikan
pesanan tersebut kepada pengambil lainnya yang memilih semua
barang di jalur lain.
4) Wave Picking
Mengelompokan pengiriman berdasarkan karakteristik
yang
ditentukan.
d. Cross docking
Menjalankan aktifitas penyimpanan dengan mentransfer barang secara
langsung yang berasal dari penerimaan barang ari dermaga menuju
dermaga pengiriman atau dermaga luar.
e. Pengiriman (Shipping)
Merupakan
aktifitas
terakhir
dari
perpindahan
yang
meliputi
pengeluaran produk dan perpindahan sekumpulan barang.
2. Penyimpanan (storage)
Fungsi
penyimpanan
terdiri
dari
penyimpanan
sementara
dan
semipermanen. Berikut penjelasannya:
a. Penyimpanan
menyimpan
sementara(temporary
perlengkapan
dasar
persediaan.
bergantung pada sistem desain logistik.
64
storage)
dilakukan
Tingkat
untuk
pesediaan
b. Penyimpanan semipermanen (semipermanent storage) dilakukan untuk
menyimpan persediaan lebih dari yang dibutuhkan dari perlengkapan
normal.
3. Transfer Information (Information Transfer)
Kegiatan ini terjadi serempak dengan pergerakan dan fungsi penyimpanan.
Manajer selalu memerlukan informasi baru yang akurat sebab mereka
berusaha untuk mengelola aktifitas manajemen gudang.
2.7.2
Keperluan Sistem Gudang
Menurut Ballou terdapat 3 (tiga) keperluan perusahaan akan adanya sistem
gudang. Keperluan tersebut antara lain:
1. Pertimbangan pelayanan pelanggan
Pengiriman barang dari gudang ke pelanggan membutuhkan waktu
yang panjang, sehingga biaya yang dikeluarkan akan semakin besar.
Sehingga ketersediaan barang digudang dapat meminimalisir hal
tersebut.
2. Pertimbangan produksi
Gudang dapat melindungi produksi dari fluktuasi ketidakpatian
permintaan.
3. Perlindungan terhadap ekspekatasi di masa datang
Pembelian stok yang lebih banyak akan mengurangi biaya pembelian.
Bila didukung dengan sistem gudang yang baik, hal tersebut dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
65
Download