pancasila dan impelementasinya

advertisement
MODUL PERKULIAHAN - 10
Pendidikan Pancasila
Pancasila dan Implementasinya – Sila 1
Fakultas
Program Studi
Minggu ke
Kode MK
11
Abstract
 Prinsip-prinsip
pembangunan
nasional
kaitannya dengan Sila Pertama Pancasila
 Konsep-konsep
kedudukan
Pancasila
sebagai paradigma Pembangunan nasional
 Unsur-unsur
nilai
regilius
dalam
perkembangan pembangunan manusia
berdasarkan sila pertama Pancasila
Disusun Oleh
Gunawan Wibisono SH MSi.
Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu
memahami dan menjelaskan
Implementasi Sila Pertama pada
Pancasila dikaitkan dengan
prinsip pembangunan manusia
seutuhnya
PANCASILA DAN IMPELEMENTASINYA
Sila Pertama dikaitkan dengan prinsip pembangunan manusia seutuhnya
Sila Pertama adalah Sila Ketuhanan yang Maha Esa yang mengimplementasikan
ilmu pengetahuan, mencipta, perimbangan antara rasional dengan irasional, antara akal,
rasa, dan kehendak. Berdasarkan sila pertama ini IPTEK dikaitkan dengan dengan prinsip
pembangunan manusia seutuhnya. Jadi tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan,
dibuktikan, dan diciptakan, tetapi juga mempertimbangkan maksud dan akibatnya kepada
kerugian dan keuntungan manusia dan sekitarnya. Pengelolaan pembangunan di semua
bidang harus diimbangi dengan pelestarian alam lingkungan ekosistem bagi kelangsungan
hidup hayati yang berupa keselamatan umat manusia, hewan, dan tumbuhan dikenal
dengan mahluk hidup.
Pembangunan nasional wajib mengedepankan prinsip pembangunan manusia
seutuhnya yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Pembangunan nasional merupakan usaha
peningkatan manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan
berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan dunia global. Dalam
pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai-nilai luhur bangsa yang
universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang ber ketuhanan YME, berdaulat
mandiri, berkeadilan, beradab, sejahtera, maju dan memiliki etika, serta moralitas yang
tinggi dan kokoh.
Pembangunan sebagai pengamalan sila pertama
dalam Pancasila
yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa diartikan sebagai upaya bersama untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya manusia, serta sarana- sarana kehidupan
sedemikian rupa, sehingga tercipta tingkat kualitas kehidupan bangsa dan negara secara
seimbang
baik
dalam
sikap
dan
perilaku
warga
bangsa
maupun
dalam
tata
kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan perintah agama bahwa bila kita mau berusaha dan
berdoa terus menerus tanpa menyerah, maka niscaya Tuhan YME akan mengabulkannya
pada hambanya siapa saja yang mau terus berusaha dan bekerja keras dan selalu disertai
doa.
Pembangunan manusia seutuhnya yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa niscaya tidak akan menimbulkan kerusakan dan kejahatan dimuka bumi.
Sebaliknya pembangunan apapun bentuknya yang tidak berdasarkan Ketuhanan Yang
‘13
2
Pancasila
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Maha Esa tentu hanya akan menggunakan akal/rasio manusia belaka, sehingga muncul
pandangan yang menjurus pada faham atheisme sebagaimana pandangan orang-orang
berfaham komunis yang hanya mengandalkan rasionalitas akal pikiran manusia saja.
Akibatnya mereka ini akan menghalalkan segala cara demi tercapainya ambisi mereka
walaupun pembangunan yang dilakukan harus merusak lingkungan ekosistem dan
kehidupan manusia di muka bumi ini. Begitu pula bila bumi ini dikuasai oleh para penguasa
yang tidak berketuhanan Yang Maha Esa, niscaya cepat atau lambat bumi ini akan hancur
dipimpin oleh pemimpin yang zolim. Akan tetapi lagi-lagi sejarah telah membuktikan dalam
berbagai peristiwa sejarah bangsa Indonesia, bahwa setiap kali ada kelompok-kelompok
gerakan separatisme yang disebut dengan ekstrim kiri dan ekstrim kanan yang ingin
menghancurkan Pancasila sebagai Ideologi dan dasar Negara karena di dalamnya ada sila
Ketuhanan YME selalu dapat dipatahkan/dihancurkan oleh Pemerintah. Mereka yang akan
menghapus atau menggantikan dasar negara Pancasila dengan ideologi lain selalu gagal
total. Sebagai contoh kelompok yang telah melakukan perlawanan sparatisme/kudeta
berdarah terhadap pemerintah yang syah, adalah PKI kelompok ektrim kiri berideologi
komunis dan DI/TII/ NII kelompok ekstrim kanan dan sebagainya.
Proses pembangunan manusia seutuhnya didasari oleh sila pertama Ketuhanan
YME sebagai wujud nyata dari pengamalan Pancasila atau wujud nyata dari implementasi
Pancasila dan emansipasi bangsa, modernisasi kehidupan bangsa dan negara serta
dinamika kehidupan masyarakat. Selain itu juga terdapat wujud nyata dalam melaksanakan
demokratisasi kehidupan bangsa dan negara, integrasi nasional dan humanisasi bangsa
dan negara. Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional dalam
mewujudkan pembangunan manusia seutuhnya harus memperhatikan konsep-konsep
sebagai berikut:
a. Pancasila harus menjadi kerangka kognetif dalam identifikasi diri sebagai bangsa.
Pancasila harus diletakan sebagai kerangka berfikir yang obyektif dan rasional dalam
membangun kepribadian bangsa. Oleh karena itu, perlu dikembangkan budaya ilmu
pengetahuan dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang memiliki
rasa Ketuhananan Yang Maha Esa sebagaimana yang terdapat dalam sila pertama
dari Pancasila.
b. Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional yang selalu berKetuhanan Yang
Maha Esa seperti yang tercantum pada sila pertama dalam Pancasila. Perubahan
yang terjadi dalam masyarakat dan bangsa akibat dari pembangunan harus semakin
menempatkan nilai-nilai sila Ketuhanan Yang Maha Esa semakin mantap serta sadar
‘13
3
Pancasila
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
akan berkat rahmat dan ridho Alloh SWT, sehingga
kelestarian pembangunan
manusia seutuhnya dapat terwujud nyata.
c. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam sila pertama Pancasila merupakan pedoman
moral dan keimanan serta ketaqwaan dalam pembangunan nasional, proses
pembangunan nasional tidak terlepas dari kontrol keimanan dan ketaqwaan yang
memperkokoh moral/etika setiap bangsa, masyarakat, dans etiap individu, sehingga
diharapakan bisa membentengi niat atau pikiran ,serta tindakan negatip yang dapat
merugikan bangsa, negara dan masyarakat, sebagai contoh negatip adalah:
melakukan korupsi, kolusi dan mepotisme yang bertentangan dengan norma hukum
dan norma agama.
d. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama pada Pancasila merupakan etos
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan nasional, untuk mewujudkan
visi dan misi bangsa Indonesia sekarang dan mendatang yang merupakan
pengamalan Pancasila secara murni dan konsekuen, serta konsisten dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
e. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa di jadikan sebagai landasan dasar moral dan etika
pembangunan manusia seutuhnya yang merupakan bagian dari pembangunan
nasional, dengan maksud agar nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila
dapat dijadikan tolak ukur dalam melaksanakan pembangunan nasional yang
bermoral dan ber etika yang dilandasi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan arah pembangunan manusia
seutuhnya yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan sebagai core values (nilai-nilai budaya inti)
yang harus dirinci dan di kembangkan dalam sejumlah nilai pranata sosial masyarakat yang
selalu berkembang serta kemajuan teknologi dan perubahan lingkungan. Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, dan keempat dari sila lainnya secara terpadu menjadi rujukan dalam
perkembangan pranata sosial dan pola tingkah laku segenap warganegara, baik secara
individu maupun kolektif. Sebagai konfigurasi budaya, nila-nilai inti Ketuhanan Yang Maha
Esa dalam Pancasila.
Untuk menghadapi era globalisasi kita wajib melihat dua karakteristik masyarakat
untuk pembangunan bangsa (S. Budisantoso, 1998:42-43), pertama kemajemukan
masyarakat dan keanekaragaman budaya. Kedua, dinamika masyarakat dan keterbukaan
kebudayaan terhadap pembaharuan. Masyarakat majemuk Indonesia yang sedang
mengalami perkembangan yang amat pesat karena dampak pembangunan nasional
maupun pengaruh globalisasi, memerlukan pedoman bersama (common frame of reference)
‘13
4
Pancasila
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam menanggapi tantangan demi keutuhan bangsa, oleh karena itu, pembangunan
nasional harus dapat memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

Hormat terhadap keyakinan relegius setiap orang.

Hormat terhadap martabat
manusia sebagai pribadi atau subyek (manusia
seutuhnya).

Kesatuan sebagai bangsa yang melayani segala bentuk sekterianisme. Ini
berarti komitmen moral untuk mempertahankan eksistensi dan perkembangan
seluruh bangsa Indonesia.

Nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi konstitusional (persamaan politis, hakhak asasi, hak dan kewajiban kewarganegaraan).

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Keadilan sosial yang mencakup persamaan (equality) dan pemerataan (equity).
Implementasi sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa pada toleransi pembangunan
agama telah terbukti berkaitan dengan pembangunan manusia seutuhnya terlihat unsur
Pancasila pada pembangunan dan toleransi beragama yaitu :
1. Unsur nilai-nilai relegius yang terdapat pada nilai-nilai kehidupan dan budaya
sebelum Hindu masuk dan berkembang di Indonesia.
Berbagai suku bangsa Indonesia telah mengenal unsur-unsur Ketuhanan yang
dimulai dari faham Animisme berkembang menjadi percaya dan memuja adanya zat
gaib/kekuatan gaib yang telah dipercaya oleh nenek moyang kita di jawa yang kemudian
dikenal sebuatan “Sang hyang widhi”, yang berarti Tuhan Yang Maha Kuasa atas semesta
alam dan segala isinya. Nilai-nilai kepercayaan adanya Tuhan semesta alam ini merupakan
embrio nilai-nilai Ketuhanan yang masuk dalam sila pertama pada Pancasila.
Begitu pula nilai–nilai Ketuhanan tumbuh sebagi embrio Ketuhanan Yang Maha Esa
di Kalimantan yang disebut dngan dengan kata “Tub” sebagai intisari kepercayaan terhadap
kekuatan yang mengatasi manusia, yang kemudian menurun menjadi “Tuhan”. Di Tapanuli
masyarakatnya mengenal adanya sebutan
“Ompu Debata” yang merupakan embrio
percaya kepada Tuhan semesta alam.
2. Unsur nilai-nilai relegius pada tahap perkembangan pengaruh Budaya Hindu dan
Budha kaitanya dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pengaruh Hindu menyentuh berbagai aspek kehidupan nenek moyang kita bangsa
Indonesia. Dalam studi perkembangan Pancasila, kita menelusuri pengaruh itu. Tak ayal lagi
‘13
5
Pancasila
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengaruh itu nampak pertama dominan dalam pembangunan agama. Dengan pengaruh
Hindu agama nenek moyang kita mengalami perkembangan, mereka secara lebih nyata
memuja kekuatan yang maha besar mengatasi manusia yang tidak lagi tanpa bentuk
melainkan sudah mengakui adanya dewa-dewa antara lain: Dewa Brahma (dewa sang
pencipta alam dan segala isinya), Dewa Wisnu (dewa sang pemelihara alam semesta dan
isinya), dan Dewa Syiwa (dewa sang penghancur semesta alam dan isinya). Dari tiga dewa
ini para pemeluk agama Hindu menyebutnya sebagai “TRI MURTI” yang dianggap sebagai
Tuhan bagi umat Hindu.
Begitu pula masuknya agama Budha di Indonesia melalui pergaulan antar bangsa
yang makin intensip. Diantaranya pergaulan dengan orang-orang India dan Cina, keduanya
menunjukkan hubungan kemanusiaan yang makin berkembang yang diimbangi dengan siar
agama Budha di Indonesia. Orang-orang Indonesia menerima kehadiran mereka (orangorang asing) untuk berkarya dan mengembangkan siar Budha di tanah air.
Selanjutnya dari pergaulan dan hubungan antar mereka telah melahirkan terjadinya
perkawainan antar bangsa. Orang dari daerah bahkan dari negeri lainpun dapat dipilih
diterima menjadi raja atau ratu. Pengaruh Hindu menyebabkan timbulnya ikatan
masyarakat baru berupa kerajaan. Ikatan warga masyarakat diperluas sedangkan ikatan
dengan tanah diperkuat. Batas wilayah kerajaan lebih nyata dari pada batas wilayah
kesukuan pada masa sebelumnya. Sikap mempertahankan daerah sendiri (tanah air)
diperlihatkan dalam peperangan membela tanah air dan kerajaan.
Meskipun kedudukan orang yang satu dibatasi oleh aturan sosial tertentu, yaitu
Kasta, akan tetapi prinsip musyawarah masih berjalan. Raja mempunyai dewan penasehat,
sementara dikalangan masyarakat yang jauh dari istana kebiasaan lama dalam masyarakat
komunal masih hidup.
Rakyat mengabdi pada Raja yang dianggap dewa atau keturunan dewa,
kesejahteraan umum tetap mendapatkan perhatian dari para raja. Sebagai contoh raja
membangun bendungan untuk sumber-sumber pengairan irigasi pertanian bagi rakyatnya,
dan pembebasan tanah/persil dan desa-desa tertentu dari pajak karena memberikan jasa
penyeberangan di sungai-sungai tertentu.
Kehidupan dalam menjalankan agama Hindu dan Budha berlangsung dengan rukun
damai
penuh toleransi sehingga mempengaruhi sendi-sendi kehidupan yang lainnya,
seperti berhasilnya membangun Candi Borobudur yang berlokasi di sekitar Sleman
Yogyakarta oleh Raja Daksa beragama Budha. Tidak jauh dari lokasi candi Borobudur
terdapat pula candi Prambanan yang dibuat versi Hindu dan tempat ibadah umat Hindu. Hal
‘13
6
Pancasila
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ini sebagai bukti nyata adanya toleransi yang tinggi antara kedua agama yang berbeda
tersebut telah melahirkan pembangunan dua candi yang berbeda yang berfungsi sama
untuk ibadah mereka, tetapi mereka tetap rukun saling menunjang kehidupan dalam
masyarakat saat itu. Nilai-nilai toleransi beragama ini dilakukan secara rukun bergotong
royong. Nilai-nilai toleransi ini merupakan wujud nyata dari
embrio dari pada toleransi
beragama yang telah terdapat dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
3. Unsur-unsur nilai relegius pada tahap perkembangan pengaruh budaya Islam
kaitanya dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pengaruh Islam di Indonesia nampak nyata pada akhir abad XIII seperti tertuliskan
pada Nisan Sultan Malikal Saleh dari Pasai. Akan tetapi pengenalan agama Islam ke
Indonesia sudah lebih awal. Meskipun demikian perkembangan Islam di Indonesia baru
menyebar luas setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit penganut Hindu pada abad XV.
Pengaruh pertama dari penyebaran Islam di Indonesia adalah berkembangnya
agama baru, yang mengubah dari pemujaan dewa menjadi pemujaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Agama Islam telah menyebar keseluruh tanah air nusantara, dan orang-orang
yang dulunya beragama Hindu dan
Budha kini sebagian besar telah masuk memeluk
agama Islam. Namun sebagian lagi dari mereka masih bertahan memeluk agama Hindu dan
Budha, dan sebagian lagi dari mereka umat yang masih bertahan memeluk agama Hindu
mengundurkan diri pergi ke daerah-daerah pegunungan dan menetap disana hingga kini;
seperti masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo Jawa Timur, dan masyarakat suku
Badui di Sekitar Banten Jawa Barat, serta masyarakat Hindu yang pergi bertahan di Pulau
Dewata Bali dan lainnya di Indonesia hingga kini.
Walaupun agama Islam telah berkembang pesat dan tersebar di seluruh tanah air
Indonesia, tetapi masih juga ada sebagian para penganut Islam yang belum menjalankan
syariat Islam secara sempurna sebagaimana yang diperintahkan dalam rukun Islam dan
rukun Iman. Namun negara tetap memberikan kesempatan dan toleransi beragama pada
seluruh rakyatnya untuk terus bertaqwa dan beriman pada Alloh SWT Penguasa alam
semesta berikut segala isinya.
Orang-orang Indonesia yang telah menjadi Islam sanggup bekerjasama dengan
orang-orang yang beragama lain. Sejauh hanya menyangkut agama maka tidak ada
halangan untuk bekerja sama khususnya dalam bidang perdagangan antar bangsa, juga
kerjasama dalam bidang politik, contohnya: VOC dan raja-raja atau Sultan di Jawa, seperti
Sultan Haji dari Banten, Susuhunan Mataram dalam urusan Haji VOC dan EIC juga
memberikan jasa juga. Kecintaan terhadap kelompok sosial dan daerah (negara) terus
‘13
7
Pancasila
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berkembang. Dan pada masa perkembangan agama Islam muncul juga kekuatan dari Barat
yang sering mengancam kebebasan.
Islam telah mengajarkan dan mengangkat harkat derajat martabat orang-orang
bawahan, karena ajaran ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Islam). Islam
mengajarkan kebaikan perbuatan amal jariah, zakat fitrah, infak,dan sebagainya, sesuai
dengan salah satu perintah pada rukun Islam yaitu ”berzakat.”
Hal ini sebagai salah satu
tindakan ketaqwaan terhadap Alloh SWT, sebagaimana yang tersirat dalam sila Pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa.
4. Unsur Nilai-nilai Religius pada tahap perkembangan pengaruh budaya Kristen dari
Barat, kaitanya dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa pada Pancasila.
Orang Barat mulai memasuki Indonesia pada abad XVI, meskipun pada abad-abad
sebelumnya sudah ada orang barat yang datang ke Indonesia seperti Marcopolo abad XV,
dan XVI dikenal sebagai abad penjelajahan, karena orang-orang Barat dengan keberanian
dan kecerdikannya menjelajah berbagai samudera di dunia untuk menemukan daerah atau
negeri baru. Penjelajahan itu dilatar belakangi oleh berbagai faktor, perdagangan, misi
agama maupun sekedar petualangan, dan nafsu menjajah adalah efek samping dari
penjelajahan itu.
Selain orang-orang Barat yang datang ke Indonesia untuk melakukan perdagangan
dan kerjasama bisnis, akan tetapi pada akhirnya abad XVI sampai abad XX membawa
kesulitan bagi bangsa pribumi dan para penguasa pribumi seperti raja-raja di Nusantara ini
terpaksa harus berjuang berperang mengusir para penjajah kolonialis yang telah menindas
bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Namun di satu sisi lain orang Barat yang
ada di Indonesia telah memperkenalkan berbagai unsur budaya baru, Agama Kristen, dan
ilmu pengetahuan yang konkrit seperti bentuk dan macam pakaian,
cara bertani, alat
transportasi modern, atau teknologi terapan pada umumnya. Begitu pula memperkenalkan
pendidikan Barat yang modern dan sebagainya.
Dalam bentuk abstrak sumbangan penjajah Barat/kolonialisme dan imperialisme
adalah beberapa ide-ide ke tatanegaraan/kenegaraan dan kemasyarakatan dan ilmu
pengetahuan dan agama Kristen yang akhirnya berkembang di Indonesia hingga sekarang.
Agama Kristen, Budha, Hindu dan Agama Islam di Indonesia sejak dulu hingga kini dan
mendatang telah terjadi secara nyata hubungan harmonis antar umat beragama seperti
tersebut diatas.
Semua itu berkat adanya sila pertama pada Pancasila yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa yang telah terbukti mengayomi melindungi semua agama yang telah di
syahkan oleh Negara dan Pemerintah RI untuk dipeluknya sesuai dengan keyakinannya
‘13
8
Pancasila
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pada agama masing-masing. Dengan solidnya dalam menjalankan dan toleransi antar umat
beragama ini maka sebagai salah satu wujud nyata untuk menunjang pembangunan
nasional bangsa Indonesia untuk mewujudkan pembangunan umat manusia seutuhnya.
-------------------------
‘13
9
Pancasila
Gunawan Wibisono, SH, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download