11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Management
Pada dasarnya manajemen belum memiliki definisi yang dapat diterima
secara universal Manajemen mempunyai arti yang sangat luas, dapat berarti proses,
seni, ataupun ilmu. Dikatakan proses karena manajemen terdapat beberapa tahapan
untuk mencapai tujuan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Dikatakan seni karena manajemen merupakan suatu cara atau alat untuk
seorang manajer dalam mencapai tujuan. Penerapan dan penggunaannya tergantung
pada masing-masing manajer yang sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi dan
pembawaan manajer. Dikatakan ilmu karena manajemen dapat dipelajari dan dikaji
kebenar annya (Athoillah, 2010).
Definisi manajemen menurut beberapa ahli diantaranya adalah sebagai
berikut: Menurut Appley dan Oey Liang Lee (2010:16) Manajemen adalah seni dan
ilmu, dalam manajemen terdapat strategi memanfaatkan tenaga dan pikiran orang
lain untuk melaksanakan suatu aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Dalam manajemen terdapat teknik-teknik yang kaya
dengan nilai-nilai estetika kepemimpinan dalam mengarahkan, memengaruhi,
mengawasi, mengorganisasikan semua komponen yang saling menunjang untuk
tercapainya tujuan yang dimaksudkan.
Sedangkan menurut G.R. Terry (2010:16) menjelaskan bahwa manajemen
merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai
tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dapat
disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan melalui pemanfaatan sumber daya
dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu
(Athoillah, 2010).
2.1.2 Management Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, penggerakan, dan pengawasan,
11
12
terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja untuk mencapai tujuan organisasi.
(Bangun:2012)
Sumber daya manusia sebagi salah satu unsure dalam organisasi dapat
diartikan sebagi manusia yang bekerja dalam suatu organisasi dapat juga disebut
sebagai personil, tenaga kerja, pekerja, karyawan, potensi manusiawi, sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.(Yani:2012)
Manajemen sumber daya manusia menurut Sofyandi (2009:6) didefinisikan
sebagai suatu strategi dalam
menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu
planning,organizing, leading & controlling, dalam setiap aktivitas/fungsi operasional
SDM mulai dari proses penarikan, seleksi, pelatihan dan pengembangan, penempatan
yang meliputi promosi, demosi & transfer, penilaian kinerja, pemberian kompensasi,
hubungan industrial, hingga pemutusan hubungan kerja, yang ditujukan bagi
peningkatan kontribusi produktif dari SDM organisasi terhadap pencapaian tujuan
organisasi secara lebih efektif dan efisien.
Selain itu, terdapat pengertian lain menurut Bohlarander dan Snell (2010:4)
yakni suatu ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan dalam
perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan para karyawan
yang mempunyai kemampuan, mengidentifikasi suatu pendekatan untuk dapat
mengembangkan kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka atas
usahanya dan bekerja.
Departemen Sumber Daya Manusia Memiliki Peran, Fungsi, Tugas dan Tanggung
Jawab :
1.
Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja
A. Persiapan
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya
manusia dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan perkiraan akan pekerjaan yang lowong,
jumlahnya, waktu, dan lain sebagainya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan
dalam melakukan persiapan, yaitu faktor internal seperti jumlah kebutuhan karyawan
baru, struktur organisasi, departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor eksternal seperti
hukum ketenagakerjaan, kondisi pasa tenaga kerja, dan lain sebagainya.
13
B. Rekrutmen tenaga kerja
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat pegawai,
karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan
sumber daya manusia, oraganisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka
analisis jabatan yang ada untuk membuat deskripsi pekerjaan / job description dan
juga spesifikasi pekerjaan / job specification.
C. Seleksi tenaga kerja
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari
sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan
setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup / curriculum
vittae milik pelamar. Kemudian dari pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar
yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu
berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis,
wawancara kerja / interview dan proses seleksi lainnya.
D. Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and Evaluation
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan suatu
pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya
masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses
pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan
pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
E. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari
organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan
dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi
yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga
kerjaan di kemudian hari atau pun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau
perusahaan. Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi perkerja tersebut dapat
tetap maksimal dari waktu ke waktu.
14
2.1.3 Tujuan Management Sumber Daya Manusia
Menurut A.F. Stoner (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia diperlukan
untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Tujuannya
adalah memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif. Untuk mencapai
tujuan ini, studi tentang manajemen personalia akan menunjukkan bagaimana
seharusnya
perusahaan
mendapatkan,
mengembangkan,
menggunakan,
mengevaluasi, dan memelihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe
(kualitas).
Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah memperbaiki kontribusi
produktif orang-orang atau tenaga kerja terhadap organisasi atau perusahaan dengan
cara yang bertanggungjawab secara strategis, etis dan sosial. Para manajer dan
departemen sumber daya manusia mencapai maksud mereka dengan memenuhi
tujuannya.
Tujuan manajemen sumber daya manusia tidak hanya mencerminkan
kehendak manajemen senior, tetapi juga harus menyeimbangkan tantangan
organisasi, fungsi sumber daya manusia dan orang-orang terpengaruh. Kegagalan
melakukan tugas itu dapat merusak kinerja, produktifitas, laba, bahkan kelangsungan
hidup organisasi atau perusahaan. Manajemen sumber daya manusia adalah suatu
proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,
manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau
perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang
biasanya mengurusi Sumber daya manusia adalah departemen sumber daya manusia
atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau Human Resource Department.
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu prosedur yang berkelanjutan
yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang
yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya.
Berdasarkan A.F. Stoner (2009), Tujuan-tujuan manajemen sumber daya manusia
terdiri dari empat tujuan, yaitu :
1. Tujuan Organisasional Ditujukan untuk dapat mengenali keberadaan manajemen
sumber daya manusia (MSDM) dalam memberikan kontribusi pada pencapaian
efektivitas organisasi. Walaupun secara formal suatu departemen sumber daya
manusia diciptakan untuk dapat membantu para manajer, namun demikian para
15
manajer tetap bertanggung jawab terhadap kinerja karyawan. Departemen sumber
daya manusia membantu para manajer dalam menangani hal-hal yang
berhubungan dengan sumber daya manusia.
2. Tujuan Fungsional Ditujukan untuk mempertahankan kontribusi departemen
pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya manusia
menjadi tidak berharga jika manajemen sumber daya manusia memiliki kriteria
yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan organisasi.
3. Tujuan Sosial Ditujukan untuk secara etis dan sosial merespon terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat melalui tindakan
meminimasi dampak negatif terhadap organisasi. Kegagalan organisasi dalam
menggunakan sumber dayanya bagi keuntungan masyarakat dapat menyebabkan
hambatan-hambatan.
4. Tujuan Personal Ditujukan untuk membantu karyawan dalam pencapaian
tujuannya, minimal tujuan-tujuan yang dapat mempertinggi kontribusi individual
terhadap organisasi. Tujuan personal karyawan harus dipertimbangkan jika
parakaryawan harus dipertahankan, dipensiunkan, atau dimotivasi. Jika tujuan
personal tidak dipertimbangkan, kinerja dan kepuasan karyawan dapat menurun
dan karyawan dapat meninggalkan organisasi.
2.1.4 Fungsi-Fungsi Management Sumber Daya Manusia
Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia mungkin akan dijumpai ada
beberapa perbedaan. Aspek lain dari manajemen sumber daya manusia adalah
peranannya dalam pencapaian tujuan perusahaan secara terpadu. Manajemen sember
daya manusia tidak hanya memperhatikan kepentingan perusahaan, tetapi juga
memperhatikan kebutuhan karyawan dan pemilik tuntutan masyarakat luas. Peranan
manajemen sumber daya manusia adalah mempertemukan atau memadukan ketiga
kepentingan tersebut yaitu perusahaan, karyawan dan masyarakat luas, menuju
terciptanya efektifitas, efisiensi, produktifitas dan kinerja perusahaan.
Menurut A.F. Stoner (2010) manajemen sumber daya manusia adalah suatu
prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau
perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan
jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. Fungsi manajemen sumber
daya manusia sama halnya dengan fungsi yang ada dalam manajemen sendiri, seperti
apa yang dikemukakan G. Terry dalam bukunya Principle of Management yang
16
menyatakan bahwa, fungsi manajemen meliputi Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling (POAC).
Dalam ABC Journal of Advanced Research, Volume 1, No 2 (2012) oleh Md.
Hasebur Rahman, teori Henry Fayol menyebutkan bahwa, fungsi manajemen
meliputi Planning, Organizing, Commanding, Coordinating dan Controlling
(POCCC).
Dalam jurnal Breese R. (2013), Luther Gulick mengemukakan fungsi
manajemen meliputi Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting dan Budgeting (POSDCoRB).
Menurut (Bangun:2012) manajemen sumber daya manusia adalah pengadaan
sumber daya manusia,
pengembangan sumber daya manusia, pemberian
kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan sumberdaya manusia, adapun ke-lima
hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pengadaan Sumber Daya Manusia
Fungsi ini merupakan aktivitas manajemen sumber daya manusia dalam memperoleh
tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan (jumlah dan mutu) untuk mencapai tujuan
organisasi. Pengadaan tenaga kerja mencakup analisis pekerjaan, perencanaan
sumber daya manusia, rekrutmen sumber daya manusia, dan seleksi serta
penempatan sumber daya manusia.
•
Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang suatu pekerjaan. Berdasarkan informasi tersebut akan diketahui uraian dan
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
dapat dikatakan bahwa analisis pekerjaan merupakan proses sistematis penentuan
tugas-tugas dan tanggung jawab serta keahlian dan pengetahuan yang diperlukan
untuk melaksanakan berbagai pekerjaan dalam organisasi. Bangun (2012:8)
•
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah tenaga kerja sesuai
dengan kebutuhan organisasi. Perencanaan sumberdaya manusia merupakan proses
secara sistematis untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan dengan ketersediaan
sumberdaya manusia baik yang bersumber dari dalam maupun luar organisasi
diperkirakan pada suatu periode terntentu. Bangun (2012:8).
17
•
Rekrutmen
Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya manusia dalam
mengisi kekosongan-kekosongan pada posisi tertentu dalam organisasi.
•
Seleksi Sumberdaya Manusia
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh kualitas tenaga kerja agar sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Seleksi dilakukan apabila jumlah calon tenaga kerja melebihi
dari jumlah yang dibutuhkan organisasi.
•
Penempatan Sumberdaya Manusia
Kegiatan ini dilakukan untuk menempatkan tenaga kerja sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Kepuasan karyawan akan tercapai bila penempatan mereka sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki sehingga produktivitas kerja akan lebih baik pula.
Suatu tantangan yang dimiliki manajer dalam menempatkan karyawan, kesalahan
disini akan berakibat pada ketidakpuasan dan tidak loyalnya karyawan pada
perusahaan. Pada tahap ini manajer diharapkan berlaku bijaksana dalam memilih
penempatan karyawan.
2.
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Proses dalam melakukan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia,
termasuk perencanaan dan pengembangan karir, pengembangan manajemen,
pengembangan organisasi, dan penilaian kinerja. Bangun (2012: 9)
Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan proses peningkatan
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dan latihan. Pada tahap ini,
terdapat dua kegiatan penting sebagai dasar untuk mengembangkan para anggota
organisasi, antara lain, pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada karyawan,
baik untuk karyawan batu maupun karyawan lama.
•
Perencanaan Karir
Serangkaian pekerjaan yang akan dilakukan seseorang dalam hidupnya untuk
mencapai sasaran karir yang ingin dicapai. Seorang karyawan akan menetapkan
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menempati posisi demi posisi yang
berkaitan dengan pekerjaannya untuk mencapai sasaran karirinya. Kesulitan yang
dihadapi oleh banyak karyawan adalah untuk mencapai sasaran karir tersebut, hal ini
dikarenakan terdapat perubahanperubahan tugas akibat perubahan sistem dan
perkembangan teknologi era globalisasi ini.
18
•
Pengembangan Karir (Carrer Development)
Pendekatan yang dilakukan oleh perushaan untuk meningkatkan kemampuan
seseorang atas suatu pekerjaan sehingga mempermudah seseorang untuk mencapai
sasaran karirnya. Karir-karir individu tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu
organisasi harus memerlukan perencanaan dan pengembangan karir.
•
Pengembangan Organisasi
Proses perubahan yang terencana dengan melakukan perubahan-perubahan pada
sistem dan struktur organisasi untuk mencapai hasil-hasil yang efektif dan efisien.
•
Manajemen dan Penilaian Kinerja
Manajemen Kinerja adalah serangkaian dari berbagai aktivitas organisasi yang
diarahkan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas
individu, dan kelompok dalam organisasi. Penilaian Kinerja adalah proses menilai
hasil kerja individu dan kelompok dalam organisasi. Terdapat berbagai metode yang
dapat dilakukan untuk kepentingan tersebut, bergantung pada kesesuaian situasi dan
kepentingannya.
3.
Kompensasi dan Tunjangan Kompensasi
Kompensasi merupakan imbalan yang dibayarkan kepada karyawan atas jasa-
jasa yang telah mereka sumbangkan kepada perusahaan. Sistem kompensasi yang
baik berarti memberikan penghargaan-penghargaan yang layak dan adil sebagimana
kontribusi karyawan atas pekerjaannya. Kompensasi sendiri terdiri dari kompensasi
financial dan kompensasi non-financial.
•
Kompensasi Financial
Kompensasi financial langusng adalah penghargaan yang dibayarkan dalam
bentuk gaji, upah insentif dan bonus. Sedangkan kompensasi financial tidak langsung
adalah bentuk imbalan financial yang dibayarkan secaa tidak langsung seperti
jaminan sosial, pengobatan, asuransi, pension, liburan, dna tunjangan lainnnya.
•
Kompensasi Non-Financial
Penghargaan bukan dalam bentuk uang tetapi seseorang akan memperoleh
kepuasan dari pekerjaan dan lingkungan organisasinya. Kompensasi semacam itu
dapat berupa kebijakan organisasi, manajer yang berualitas, rekan kerja yang
menyenangkan waktu yang fleksibel dan pembagian kerja yang baik.
19
4.
Pengintegrasian
Setelah aktivitas-aktivitas pengadaan, pengembangan, dan pemberian
kompensasi sumberdaya manusia dilakuan maka muncul masalah baru yang sangat
harus diperhatikan adalah pangintegrasian yang berfungsi untuk mencocokan
keinginan karyawan denga n kebutuhan organisasi. Pengintegrasian mencakup
Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, dan Kepemimpinan.
•
Motivasi Kerja
Merupakan dorongan kepada karyawna untuk melaksanakan pekerjaanya.
Dengan motivasi kerja karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik,
yang paling penting dalam motivasi karyawan adalah dengan melakukan dorongan
kepada karyawan untuk menumbuhkan semangat kerja dalam mencapai tujuan
organisasi.
•
Kepuasan Kerja
Kepuasan Kerja adalah cara karyawan untuk merasakan pekerjaannya,
presepsi mereka mengenai pekerjaan merka sangat berpengaruh kepada kepuasan
atau ketidak puasannya terhadap bidang pekerjaanya tersebut. Keadaan ini dapat
dilihat dari hasil kerja yang karyawan ini berikan kepada perusahaan.
•
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi individu dan kelompok
untuk mencapai sasaran. Kepemimpinan menyangkut penanganan dan pengelolaan
sumber daya- sumber daya organisai secara tepat untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Seorang pemimpin akan menetapkan arah melalui suatu visi dan
kemudian menyatukan dan melaraskan sumberdaya-sumberdaya organisasi secara
tepat.
5.
Pemeliharaan Sumber Daya Manusia
Pemeliharaan karyawan berarti mempertahankan karyawan untuk tetap
berada pada organisasi sebagai anggota yang memiliki loyalitas dan kesetiaan yang
tinggi. Karyawan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap perusahaan akan
bertanggung jawab atas pekerjaannya, biasanya memiliki kinerja yang baik. Kegiatan
ini berhubungan dengan komunikasi dengan karyawan, serta kesehatan dan
keselamatan kerja.Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Jaminan atas kesehatan
fisik dan mental serta keselamatan para karyawan adalah hal yang sangat penting.
20
Secara global, berbagai hukum keselamatan dan kesehatan telat menjadikan
organisasi lebihresponsif terhadap persoalan kesehatan dan keselamatan.
a) Komunikasi Kerja
Merupaan pemindahan informasi dari seseorang kepada orang lain agar suatu
pekerjaan dapat dipahami secara lebih jelas. Komunikasi merupakan salah satu
fungsi manajemen yang menjalankan tugas-tugas pengendalian, pengawasan,
pengungkapan emosi, dan informasi.sering terdapat kekeliruan yang dialami
karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya akibat penyampaian perintah yang kuran
baik dari supervisor. Selain itu juga terdapat komunikasi keatas dimana bawahannya
nanti akan memberikan informasi mengenai permasalahan dan kemajuann dari
perusahaan. Komunikasi sangat diperlukan dalam tim kerja untuk memecahkan
masalah organisasi.
b) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja adalah melindungi para karyawan dari luka-luka akibat
kecelakaan yang disebabkan pekerjaan. Para pemberi kerja yang bertanggung jawab
akan memerhatikan untuk memberikan perlindungan bagi karyawanna atas risiko
kecelakaan kerja. Kesehatan Kerja menunjukkan bebasnya seseorang karyawan dari
gangguan penyakit akibat pekerjaannya. Pemimpin yang baik akan memerhatikan
kebutuhan dan kemampuan para karyawannya untuk dapat bekerja dengan lebih
baik. Biasanya perusahaan akan memberikan lembaga konsultan bagi karyawannya
sehingga dapat berakibat pada kepuasan kerja dan loyalitas dari karyawan itu sendiri.
Menurut Veithzal Rivai (2005:14) Sudah merupakan tugas manajemen SDM
untuk mengelola manusia seefektif mungkin agar diperoleh suatu satuan SDM yang
merasa puas dan memuaskan. Manajemen SDM merupakan bagian dari manajemen
umum yang mengfokuskan diri pada SDM. Adapun fungsi-fungsi manajemen SDM
seperti halnya fungsi manajemen umum, yaitu:
A. Fungsi Manajerial
1) Perencanaan (planning)
2) Pengorganisasian (organizing)
3) Pengarahan (directing)
4) Pengendalian (controling)
B. Fungsi Operasional
1) Pengadaan tenaga kerja
21
2) Kompensasi
3) Pengintegrasian
4) Pemeliharaan
5) Pemusatan hubungan kerja
2.2 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan menjadi sangat penting dan harus
menjadi perhatian dari manajemen karena lingkungan kerja mempunyai pengaruh
langsung terhadap para karyawan yang berada pada satu lingkunan kerja, jika saja
lingkungan kerja dirusak oleh salah satu orang atau beberapa orang maka hal ini akan
berdampak pada kinerja dari lingkungan kerja dari perusahaan tersebut. Lingkungan
kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan karyawan dapat
bekerja secara optimal, jika karyawan merasa aman dan nyaman pada suatu
lingkungan kerja dalam melakukan aktivitas pekerjaannya dapat memungkinkan
karyawan ini akan menjadi loyal pada kerjaan dan perusahaannya.
Lingkungan Kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawn dan
dapat mempengarugi dalam menjalankan tugas yang diembankan kepadanya
misalnya dengan adanya air conditioner (AC)(, penerangan yang memadai dari
sebagainya Nitisemito dalam Nuraini (2013: 97).
Menurut Mardiana (2005: 78) Lingkungan Kerja adalah lingkungan dimana
pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari
2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Untuk menciptakan Lingkungan Kerja yang baik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan (Siagian, 2006: 63), yaitu :
1) Bangunan Tempat Kerja
2) Ruang kerja yang lega
3) Ventilasi pertukaran udara
4) Tersedianya tempat-tempat ibadah keagamaan
5) Tersedianya sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan nyaman
dan mudah.
Menurut Sedarmayanti (2011: 21) secara garis besar, jenis lingkungan kerja
terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan kerja fisik dan faktor lingkungan
kerja non-fisik.
22
1.
Faktor Lingkungan Kerja Fisik
a.
Penawaran
b.
Penerangan
c.
Udara
d.
Suara Bising
e.
Ruang Gerak
f.
Keamanan
g.
Kebersihan
2.
Faktor Lingkungan kerja Non-Fisik
a.
Struktur kerja
b.
Tanggung jawab kerja
c.
Perhatian dan dukungan pemimpin
d.
Kerjasama antar kelompok
e.
Kelancaran komunikasi
Menurut (Suwatno dan Priansa, 2011:163) secara umum Lingkungan Kerja
terdiri dari Lingkungan Kerja Fisik dan Lingkungan Kerja Piskis.
1.
Faktor Lingkungan Fisik
Faktor lingkungan Fisik adalah Lingkungan yang berada di sekitar pekerja itu
sendiri. Kondisi di lingkungan kerja dapat mempengarugi kepuasan kerja karyawan
yang meliputi :
a.
Rencana Ruang Kerja
Meliputi kesesuaian pengaturan dan tata letak peralatan kerja, hal ini berpengaruh
besar terhadap kenyamanan dan tampilan kerja karyawan.
b.
Rancangan Pekerjaan
Meliputi peralatan kerja dan prosedur kerja atau metode kerja, peralatan kerja yang
tidak sesuai dengan pekerjaannya akan mempengaruhi kesehatan hasil kerja
karyawan.
c.
Kondisi Lingkungan Kerja
Penerangan dan kebisingan sangat berhubungan dengan kenyamanan para pekerja
dalam bekerja. Sirkulasi udara, suhu ruangan dan penerangan yang sesuai sangat
mempengarugi kondisi seseorang dalam menjalankan tugasnya.
d.
Tingkat Visual Privacy dan Acoustical Privacy
23
Tempat kerja dapat member privasi bagi karyawannya. Yang dimaksud privasi disini
adalah sebagai keleluasaan pribadi terhadap hal-hal yang menyangkut dirinya dan
kelompoknya. Sedangkan acoustical privacy berhubungan dengan pendengaran.
2.
Faktor Lingkungan Psikis
Faktor Lingkungan Psikis adalah hal-hal yang menyangkut dengan hubungan sosial
dan keorganisasian. Kondisi psikis yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
adalah :
a.
Pekerjaan yang berlebihan
Pekerjaan yang berlebihan dengan waktu yang terbatas atau mendesak dalam
penyelesaian suatu pekerjaan akan menimbulkan penekanan dan ketegangan
terhadap karyawan, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal.
b.
Sistem Pengawasan yang buruk
Sistem pengawasan yang buruk dan tidak efisien dapat menimbulkan ketidak
puasaan lainnya, seperti ketidak stabilan suasana politik dan kurangnya umpan balik
prestasi kerja.
c.
Frustasi
Frustasi dapatberdampak pada terhambatnya usaha pencapaian tujuan, misalnya
harapan perusahaan tidak sesuai dengan harapan karyawan, apanbila hal ini
berlangsung terus menerus akan menimbulkan frustasi bagi karyawan.
d.
Perubahan-Perubahan dalam segala bentuk
Perubahan yang terjadi dalam pekerjaaan akan mempengaruhi cara orang-orang
dalam bekerja, misalnya perubahan lingkungan kerja seperti perubahan jenis
pekerjaan, perubahan organisasi, dan pergantian pemimpin perusahaan.
e.
Perselisihan antara pribadi dan kelompok
Hal ini terjadi apabila kedua belah pihak mempunyai tujuan yang sama dan bersaing
untuk mencapai tujuan tersebut. Perselisihan ini dapat berdampak negatif yaitu
terjadinya peselisihan dalam berkomunikasi, kurangnya kekompakan dan kerjasama.
Sedangkan
dampak
positifnya
adalah
adanya
usaha
positif
untuk
24
mengatasiperselisihan ditempat kerja, diantaranya: persaingan, masalah status dan
perbedaan antara individu.
2.2.2 Faktor Dalam Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Efektif
Untuk dapat menciptakan lingkungan kerja yang efektif dalam perusahaan ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan (Gie dalam Nuraini: 2013:103):
1) Cahaya
Cahaya penerangan yang cukup memancarkan dengan tepat akan menambah
efisiensi kerja para karyawan/pegawai, karna mereka dapat bekerja dengan lebih
cepat lebih sedikit membuat kesalahan dan matanya tak lekas menjadi lelah.
2) Warna
Warna merupakan salah satu faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi kerja
para karyawan, khususnya warna akan mempengaruhi keadaan jiwa mereka dengan
memakai warna yang tepat pada dinding ruang dan alat-alat lainnya kegembiraan dan
ketenangan bekerja para karyawan akan terpelihara.
3) Udara
Mengenai faktor udara ini, yang sering sekali adalah suhu udara dan banyaknya uap
air pada udara itu.
4) Suara
Untuk mengatasi terjadinya kegaduhan, perlu kiranya meletakkan alat-alat yang
memiliki suara yang keras, seperti mesin ketik pesawat telpon, parkir motor, dan
lain-lain. Pada ruang khusus, sehongga tidak mengganggu pekerja lainnya dalam
melaksanakan tugasnya.
2.3 Employee Stock Ownership Plans
Jenis rencana insentif seperti ini sangat popular dan banyak dilakukan
organisasi besar dalam memotivasi karyawannya agar menjadi lebih loyal pada
perusahaanya. Employee Stock Ownership Plans adalah bagian saham atau uang
tunai untuk membeli saham, kepada lembaga pengelola dana atau saham yang
dibentuk untuk membeli bagian saham perusahaan diperuntukkan kepada
karyawannya. Biasanya, perusahaan mengalokasikan dana semacam itu sebesar Hak
Kompensasi karyawan secara tahunan. Prof. Dr. Wilson Bangun S. M. (2012: 290)
ESOP mampu mempertahankan karyawan yang memiliki kemampuan untuk
mengembangkan perusahaan, meningkatkan cash flow, meningkatkan motivasi dan
25
kinerja karyawan, meminimalisir konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan
manajemen (agent), mengantisipasi kemungkinan perpindahan kepemilikan, dan juga
meningkatkan nilai perusahaan lewat pengembalian saham Anwar & Baridwan
(2006).
Employee Stock Ownership Plans (ESOP) yang saat ini populer, didefinisikan
oleh Smith dan Zimmerman (1976) dalam Asyik (2006) sebagai salah satu bentuk
kompensasi yang diberikan kepada karyawan, terutama karyawan eksekutif, untuk
menghargai eksekutif atas kinerja jangka panjang perusahaan. Berkembangnya
Employee Stock Ownership Plans (ESOP) di Indonesia tidak luput dari sejarah awal
berkembangnya Employee Stock Ownership Plans (ESOPs) di Amerika Serika pada
tahun 1950-an. Seorang ahli hukum yang juga investment banker bernama Louis
Kelso mempunyai gagasan bahwa sistem kapitalis akan menjadi lebih kuat apabila
karyawan diikutsertakan dalam kepemilikan saham perusahaan. Dengan demikian,
hubungan hukum antara karyawan dengan perusahaan tidak terbatas pada hubungan
perburuhan, melainkan karyawan juga sekaligus pemilik perusahaan. Sarana yang
digunakan untuk memberikan kesempatan berpartisipasi dalam kepemilikan saham
perusahaan adalah melalui program ESOP tersebut (Bapepam).
Di Indonesia sendiri, menurut hasil studi penerapan ESOP pada emiten atau
perusahaan publik di Indonesia, perkembangan pelaksanaan kepemilikan saham oleh
karyawan di Indonesia adalah :
a.
Sebelum tahun 1998, ESOP yang dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan
Indonesia, pada awal perkembangannya berbentuk alokasi saham pada saat
perusahaan go public, sehingga dapat disimpulkan lebih merupakan sebuah
“stock allocation scheme”, yaitu pada penawaran tersebut karyawan memperoleh
subsidi ataupun pinjaman yang dijamin oleh perusahaan.
b.
Tahun 1998 sampai dengan sekarang, terdapat perkembangan lebih lanjut
mengenai kepemilikan saham oleh karyawan selain penjatahan tetap hasil
penawaran umum 10%, kemudian lebih menyerupai suatu program opsi, yaitu
sebelum melakukan penawaran umum (go public) karyawan diberi penawaran
yang dapat dilaksanakan pembelian sahamnya dengan harga tertentu di masa
yang akan datang yang telah ditentukan periode dan harganya.
26
Terdapat tiga keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan ESOP (Oyer, 2005),
yakni :
1.
Dana opsi dapat memberikan insentif kepada karyawan, dihubungkan dengan
kemakmuran karyawan kepada nilai perusahaan maka akan dapat mengatasi
masalah agensi dan memotivasi karyawan untuk melakukan aksi yang dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan.
2.
Perusahaan dapat mengurangi biaya kompensasi yang dibayar secara kontan
dengan memberikan opsi.
3.
Pemberian opsi ini akan dapat membantu menahan karyawan untuk tetap
bekerja di perusahaan tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya, terdapat beberapa pendekatan yang
tersedia bagi perusahaan dalam rangka ESOP. Penggunaan masing-masing
pendekatan didasari oleh kebutuhan dari masing-masing perusahaan dan setiap
pendekatan tersebut memiliki ketentuan yang khusus. Pendekatan yang ingin penulis
bahas pada penelitian ini adalah mengenai Stock Grants.
2.3.1 Pemberian Saham (Stock Grants)
Pendekatan paling sederhana adalah suatu perusahaan dapat menghibahkan
saham perusahaan kepada karyawan-karyawan yang terpilih. Seringkali, hal ini
dilakukan sebagai suatu bentuk kompensasi bonus sebagai penghargaan kepada
karyawan atas kinerja yang tinggi, untuk mengenalkan pentingnya seorang karyawan
kunci, atau sistem penggajian baru di suatu organisasi. Hibah ini dapat berupa tanpa
pembatasan (“non restricted”) atau dengan pembatasan (“restricted”).
Pemberian saham tanpa pembatasan adalah suatu pemberian penghargaan
berupa saham, biasanya diberikan kepada karyawan kunci untuk mencapai tujuan
keuangan atau tujuan strategis. Penghargaan ini mirip dengan suatu bonus kas
tradisional tetapi penghargaannya dalam bentuk saham. Pemberian saham dengan
pembatasan adalah suatu penghargaan yang terikat dengan syarat-syarat yang harus
dipenuhi karyawan. Pembatasan yang paling umum adalah suatu jadwal tunggu
berdasarkan waktu, yang mengharuskan karyawan untuk tetap di perusahaan selama
suatu jangka waktu tertentu sebelum seluruh kepemilikan atas seluruh sahamnya
ditransfer. Pengunduran diri atau pemutusan hubungan kerja karyawan sebelum
27
memenuhi ketentuan tersebut akan berakibat pada hilangnya hak atas pemberian
saham yang belum terlewati masa tunggunya dan akan dikembalikan ke perusahaan.
Kelebihan dan Kekurangan Pemberian Saham adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
Dengan dibubuhkannya ketentuan vesting, stock grant dapat menjadi suatu alat
retensi karyawan yang efektif;
Stock grants merupakan program yang sederhana untuk diimplementasikan dan
mudah difahami oleh karyawan;
Program ini memberikan suatu cara bagi perusahaan untuk membayar insentif
yang terkait dengan kinerja tanpa menggunakan sumber daya kas;
Memberikan karyawan suatu partisipasi modal di perusahaan.
Kekurangan :
Memberikan hak suara kepada karyawan;
Selama tidak diharuskan menginvestasikan kas pribadi, karyawan mungkin tidak
merasakan nilai kepemilikan yang sebenarnya;
Dapat menyebabkan masalah arus kas bagi karyawan sebagai akibat dari
konsekuensi pajak dari penerimaan stock grant;
Mengakibatkan pengakuan beban kompensasi bagi perusahaan
2.4 Pengembangan Karir Karyawan
2.4.1 Pengembangan Karir
Pengembangan karir pada dasarnya berorientasi pada perkembangan
perusaahan dalam menjawab tantangan bisnis pada masa mendatang. Kemajuan
suatu perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan menghadapi pesaing,
sehingga penting bagi perusahaan untuk mengembangkan karir dari karyawannya
agar dapat bersaing seiring perkembangan zaman. Kondisi tersebut mengharuskan
perusahaan untuk melakukan pembinaan karir kepada pekerja yang dilaksanakan
secara berencana dan berkelanjutan. Berdasarkan kegiatan-kegiatan menajemen
sumber daya manusia tersebut, harus diperoleh sejumlah tenaga yang potensial
dengan kualitas terbaik. Mila Badriah (2015: 190)
Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan
memiliki pengetahuan yang berbeda tentang pekerjaan jika dibandingkan dengan
28
individu yang telah lama bekerja. Kerja tidak saja dianggap sebagai sumber
penghasilan, tetapi juga sebagai sesuatu yang dapat memuaskan keinginan-keinginan
lain, seperti penghargaan dari orang lain, persaingan terhadap kekuasaan serta
jabatan yang lebih tinggi dan lain-lain.
Pengembangan karir seseorang didorong oleh keinginan yang kuat untuk
dapat menempati kedudukan lebih tinggi dalam suatu organisasi yang di dukung
dengan kemampuan individu dan tingkat emosional yang dimilikinya diatas rata-rata
karyawan lainnya. (Yani:2012)
2.4.2 Tujuan Pengembangan Karir
Tujuan
dari
seluruh
program
pengembangan
karir
adalah
untuk
menyesuaikan antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang
tersedia di perusahaan saat ini dan di masa mendatang. Terdapat tiga poin penting
dalam fase sebuah karir :
Pertama, Pada saat karyawan mulai dikontrak. Pengalaman kerja di awal-awal
pekerjaan memiliki pengaruh yang penting yang penting dalam membentuk karir
mereka.
Kedua, pertengahan karir yaitu kondisi dimana karyawan sudah mulai
menghadapi tekanan dan tanggung jawab pekerjaan yang berbeda pada saat yang
bersangkutan mulai dikontrak.
Ketiga, masa prapensiun, pekerja menghadapi ketidakpasian akibat kondisi
ekonomi, sosial dan hubungan antar personal.
2.4.3 Pengembangan Karir Individu
Beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan karir individu seorang
karyawan adalah :
1) Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan faktor yang paling penting untuk meningkatkan dan
mengembangkan karir seorang karyawan. Kemajuan karir sebagian besar tergantung
pada prestasi kerja yang baik dan etis. Ketika kinerjanya dibawah standar dengan
mengabaikan upaya-upaya pengembangan karir karir lain, bahkan tujuan karir
sederhana sekalipun biasanya tidak bisa dicapai.
2) Eksposur
29
Dengan eksposur kita dapat mengetahui apa yang diharapkan dari promosi, mutasi
ataupun kesempatan karir lainnya dengan melakukan kegiatan yang kondusif. Tanpa
adanya eksposur maka karyawan yang baik kemungkinan tidak mendapatkan
peluang-peluang yang diperlukan guna mencapai tujuan-tujuan karir mereka.
3) Jaringan Kerja
Jaringan kerja berarti perolehan eksposur di luar perusahaaan. Kontak probadi dan
professional, utamanya melalui asosiasi profesi akan memberikan kontak kepada
seseorang yang bisa lebih baik.
4) Pengunduran Diri
Apabila perusahaan tempat seorang karyawan bekerja tidak memberikan kesempatan
berkarir yang banyak dan ternyata di luar perusahaan terbuka kesempatan yang
cukup besar untuk berkarir, untuk memenugi tujuan karirnya karyawan tersebut akan
mengundurkan diri.
5) Kesetiaan Pada Organisasi
Pada sejumlah perusahaan, orang menempatkan loyalitas pada karir diatas
loyalitasperusahaan, level loyalitas perusaahan rendah merupakan hal yang umum
terjadi di kalangan lulusan perguruan tinggi terkini, karena pada dasarnya ekspestasi
mereka pada perusahaan pada awalnya sudah sangat tinggi dan begitu juga pada
professional yang level loyalitasnya lebih mengarah ke profesi.
6) Pembimbing dan Sponsor
Banyak karyawan yang segera mempelajari bahwa mentor bisa membantu
pengembangan karir mereka. Mentor tersebut adalah orang yang memberikan
nasihat-nasihat atau saran-saran kepada karyawan di dalam upaya mengembangkan
karirnya, pada dasarnya mentor ini berasal dari perusahaan itu sendiri. Sedangkan
sponsor adalah seseorang didalam perusahaan yang dapat menciptakan kesempatan
bagi karyawan untuk mengembangkan karirnya.
7) Bawahan yang mempunyai Peranan Kunci
Bawahan bisa mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sangat khusus
sehingga manajer bisa belajar darinya, atau bawahan bahkan bisa melaksanakan
peranan kunci dalam membantu manajer dalam menjalankan tugas-tugasnya karena
pada dasarnya bawahan dari manajer inilah yang paling sering berhadapan langsung
dengan lapangan.
8) Peluang untuk Tumbuh
30
Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya,
misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus, dan juga melanjutkan jenjang
pendudukannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk tumbuh
dan berkembang sesuai dengan karirnya.
2.5 Loyalitas
Hasibuan (2005), mengemukakan bahwa loyalitas atau kesetiaan merupakan
salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian karyawan yang mencakup
kesetiaan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan organisasi. Kesetiaan ini
dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi didalam
maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab.
Anaroga (1992) yang dikutip oleh Sasmitaningrum (2008) mengemukakan
ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan loyalitas kerja, yaitu:
a. Hubungan yang erat antarkaryawan,
b. Saling keterbukaan dalam hubungan kerja,
c. Saling pengertian antara pimpinan dengan karyawan,
d. Memperlakukan karyawan tidak sebagai buruh, tetapi sebagai rekan kerja,
e. Pimpinan berusaha menyelami pribadi karyawan secara kekeluargaan,
f. Rekreasi bersama seluruh anggota perusahaan.
Menurut Pandey dan Kgare (2012), karyawan yang akan menjadi loyal ketika
karyawan menganggap organisasinya menawarkan kempatan untuk belajar, tumbuh
dan pada saat yang sama menyediakan jalur karir yang sudah mapan dan karyawan
dapat mengejarnya dalam organisasi.
Menurut Efferin dan Hartono (2012), Loyalitas Karyawan terhadap pemimpin
ditransformasikan dalam kesadaran diri karyawan tersebut terkait nilai-nilai etika
untuk mengarahkan sumber daya untuk kepentingan organisasi.
Aspek-aspek loyalitas kerja yang terdapat pada individu dikemukakan oleh
Siswanto (Trianasari, 2005), yang menitik beratkan pada pelaksanaan kerja yang
dilakukan karyawan antara lain. :
a. Taat pada peraturan. Setiap kebijakan yang diterapkan dalam perusahaan untuk
memperlancar dan mengatur jalannya pelaksanaan tugas olehmanajemen perusahaan
31
ditaati dan dilaksanakan dengan baik. Keadaan ini akan menimbulkan kedisiplinan
yang menguntungkan organisasi baikintern maupun ekstern.
b. Tanggung jawab pada perusahaan. Karakteristik pekerjaan dan pelaksanaan
tugasnya mempunyai konsekuensi yang dibebankan karyawan. Kesanggupan
karyawan untuk melaksanakan tugas sebaikbaiknya dan kesadaran akan setiap resiko
pelaksanaan tugasnya akan memberikan pengertian tentang keberanian dan
kesadaran bertanggungjawab terhadap resiko atas apa yang telah dilaksanakan.
c. Kemauan untuk bekerja sama. Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu
kelompok akan memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak
mungkin dicapai oleh orang-orang secara invidual.
d. Rasa memiliki, adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan akan
membuat karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab
terhadap perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi
tercapainya tujuan perusahaan.
e. Hubungan antar pribadi, karyawan yang mempunyai loyalitas kerja tinggi mereka
akan mempunyai sikap fleksibel ke arah tata hubungan antara pribadi. Hubungan
antara pribadi ini meliputi : hubungan sosial diantara karyawan, hubungan yang
harmonis antara atasan dan karyawan, situasi kerja dan sugesti dari teman kerja.
f. Kesukaan terhadap pekerjaan, Perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan
bahwa karyawannya tiap hari datang untuk bekerjasama sebagai manusia seutuhnya
dalam hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati sebagai
indikatornya bisa dilihat dari : keunggulan karyawan dalam bekerja, karyawan tidak
pernah menuntut apa yang diterimanya diluar gaji pokok.
Steers dan Porter (dalam Kusumo, 2006) menyatakan bahwa timbulnya loyalitas
kerja dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
a. Karakteristik pribadi, meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
prestasi yang dimiliki, ras dan beberapa sifat kepribadian.
32
b. Karakteristik pekerjaan, berupa tantangan kerja, job stress, kesempatan
berinteraksi sosial, job enrichment, identifikasi tugas, umpan balik tugas dan
kecocokan tugas.
c. Karakteristik desain perusahaan, menyangkut pada intern perusahaan itu yang
dapat dilihat dari desentralisasi, tingkat formalisasi, tingkat keikutsertaan dalam
pengambilan keputusan, paling tidak telah menunjukkan berbagai tingkat asosiasi
dengan tanggung jawab perusahaan, ketergantungan fungsional maupun fungsi
kontrol perusahaan.
d. Pengalaman yang diperoleh dalam pekerjaan, meliputi sikap positif terhadap
perusahaan, rasa percaya pada sikap positif terhadap perusahaan, rasa aman.
2.6 Kerangka Teoritis
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
H6
LINGKUNGAN
KERJA (X1)
H1
H4
EMPLOYEE STOCK
OWNERSHIP PLANS
(X2)
H2
LOYALITAS
KARYAWAN (Y)
H5
H3
PENGEMBANGAN
KARIR (X3)
H7
33
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Hipotesis Pertama
Ho : Lingkungan Kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Loyalitas Karyawan pada Perusahaan Startup.
Ha : Lingkungan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas
Karyawan pada Perusahaan Startup.
Hipotesis Kedua
Ho : Employee Stock Ownership Plans tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Loyalitas Karyawan pada Perusahaan Startup.
Ha : Employee Stock Ownership Plans berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Loyalitas Karyawan pada Perusahaan Startup.
Hipotesis Ketiga
Ho : Pengembangan Karir tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Loyalitas Karyawan pada Perusahaan Startup.
Ha : Pengembangan Karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas
Karyawan pada Perusahaan Startup.
Hipotesis Keempat
Ho : Lingkungan Kerja dan Employee Stock Ownership Plans tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Loyalitas Karyawan pada Perusahaan
Startup.
Ha : Lingkungan Kerja dan Employee Stock Ownership Plans berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Loyalitas Karyawan pada Perusahaan
Startup
Hipotesis Kelima
Ho : Lingkungan Kerja dan Pengembangan Karir tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Loyalitas Karyawan pada Perusahaan Startup.
34
Ha : Lingkungan Kerja dan Pengembangan Karir berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Loyalitas Karyawan pada Perusahaan Startup
Hipotesis Keenam
Ho : Employee Stock Ownership Plans dan Pengembangan Karir tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Karyawan pada
Perusahaan Startup.
Ha : Employee Stock Ownership Plans dan Pengembangan Karir berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Loyalitas Karyawan pada Perusahaan
Startup.
Hipotesis Ketujuh
Ho : Lingkungan Kerja, Employee Stock Ownership Plans dan Pengembangan
Karir tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas
Karyawan pada Perusahaan Startup.
Ha : Lingkungan Kerja, Employee Stock Ownership Plans dan Pengembangan
Karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Karyawan
pada Perusahaan Startup.
Download