pemerintah kabupaten alor

advertisement
PEMERINTAH KABUPATEN ALOR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR
NOMOR 8
TAHUN 2008
TENTANG
IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI ALOR,
Menimbang
:
a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (1)
Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang
Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi,
maka perlu diatur Izin Usaha Jasa Konstruksi dengan
Peraturan daerah;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan iklim usaha jasa
konstruksi
yang
keberlanjutan
sehat,
usaha
kompetitif,
serta
kepastian
menjamin
dan
keterpaduan
dalam pengawasan dan pembinaan usaha konstruksi
perlu diterbitkan Izin Usaha Jasa Konstruksi;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi;
Mengingat
:
1.
Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,
Tambahan
Lembaran
Nomor 1649);
1
Negara
Republik
Indonesia
2.
Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah
Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
1958
Nomor
122,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
3.
Undang-Undang
Nomor
5
Tahun
1999
tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3817);
4.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3833);
5.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Repubublik Indonesia Nomor 3952);
6.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
7.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
2004
Nomor
125,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan
Undang-Undang Nomor
12
Tahun
2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
2
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang
Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3955);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggara Jasa Konstruksi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Penyelenggara Pembina Jasa Konstruksi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 3957);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi
dan
Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
2007
Nomor
82,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun
2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
14. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor 369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Pemberian
Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional;
3
15. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 4 Tahun
2007 tentang Urusan pemerintahan Yang menjadi
Kewenangan pemerintahan Kabupaten Alor (Lembaran
Daerah
Kabupaten
Alor Tahun
2007 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor
436);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR
dan
BUPATI ALOR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN USAHA JASA
KONSTRUKSI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Kabupaten Alor.
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Alor.
3.
Bupati adalah Bupati Alor.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Alor.
5.
Jasa konstruksi adalah layanan usaha jasa perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi
pengawasan pekerjaan konstruksi.
6.
Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan atau pelaksanaan serta pengawasan yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan
masing-masing
beserta
kelengkapannya
bangunan atau bentuk fisik lainnya.
4
untuk
mewujudkan
suatu
7.
Izin Usaha Jasa Konstruksi selanjutnya disebut IUJK adalah izin yang
diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada perusahaan jasa konstruksi
untuk dapat melaksanakan kegiatan di bidang jasa konstruksi yang berlaku
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8.
Sertifikasi adalah proses penilaian untuk mendapatkan pengakuan terhadap
klasifikasi/greed atas kemampuan usaha di bidang jasa konstruksi yang
berbentuk perusahaan.
9.
Badan Usaha Jasa Konstruksi selanjutnya disebut BUJK adalah badan usaha
yang bergerak di bidang usaha jasa konstruksi dan meliputi kegiatan usaha
jasa perencanaan konstruksi, usaha jasa pelaksanaan konstruksi dan usaha
jasa pengawasan konstruksi.
10. Perusahaan Cabang adalah perusahaan yang merupakan bagian dari
perusahaan induknya dan dapat menandatangani serta melaksanakan
konstrak.
11. Duplikasi adalah perangkapan jabatan kerja lebih dari satu perusahaan
yang mencakup pengurus, penanggung jawab badan usaha, penanggung
jawab bidang, penanggung jawab layanan dan penanggung jawab teknis;
12. Pengurus perusahaan adalah komisaris perusahaan (fungsi pengawasanh)
dan direksi/penanggung jawab perusahaan (fungsi operasional) sesuai
dengan akte pendirian perusahaanh atau akte perubahaannya .
13. Penanggung jawab perusahaan adalah direksi/pimpinan untuk Kantor Pusat
dan Kepala Cabang untuk Kantor Cabang.
14. Penanggung Jawab Teknik selanjutnya disebut PJT adalah tenaga teknik
yang ditunjuk sebagai penanggung jawab masalah teknis dalam kegiatan
usaha.
15. Badan Usaha adalah suatu bentuk perusahaan yang meliputi Perseroan
Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya Badan Usaha Milik
Negara, Firma, Kongsi, Koperasi serta Badan Usaha Lainnhya.
16. Usaha orang perseorangan adalah usaha pelaksana di bidang jasa
konstruksi yang dilakukan oleh orang persweorangan yang memiliki
kertampilan kerta tertentu.
17. Tim pembina jasa konstrujksi adalah tim yang dibentuk oleh Bupati untuk
melakukan pembinaan.
5
BAB II
LINGKUP BIDANG USAHA JASA KONSTRUKSI
Pasal 2
Usaha jasa konstruksi mencakup :
a. jenis usaha jasa konstruksi;
b. bentuk usaha jasa konstruksi;
c. klasifikasi usaha jasa konstruksi.
Pasal 3
(1) Jenis usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a,
meliputi :
a. jasa perencanaan;
b. jasa pelaksanaan;
c. jasa pengawasan konstruksi.
(2) Bentuk usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf
b, meliputi:
a. usaha orang per orang;
b. badan usaha milik negara;
c. badan usaha milik asing.
(3) Klasiifikasi usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
hurufc, terdiri atas:
a. jasa perencanaan dan jasa pengawasan konstruksi, meliputi:
1) jasa konstruksi bersifat umum;
2) jasa konstruksi bersifat spesialis.
b. Jasa pelaksanaan konstruksi, meliputi:
1)
jasa konstruksi bersifat umum;
2)
jasa konstruksi bersifat spesialis;
3)
jasa konstruksi berketrampilan.
(4) Klasifikasi
sebagaimana
dimaksud
pekerjaan:
a. arsiterkur;
b. sipil;
c. mekanikal;
d. elektrikal;
e. tata lingkungan.
6
pada
ayat
(3),
meliputi
bidang
Pasal 4
(1) Usaha jasa konstruksi digolongkan atas:
a. gred 1 dengan nilai investasi 0 – Rp. 100.000.000,-;
b. gred 2 dengan nilai investasi 0 – Rp. 300.000.000,-;
c. gred 3 dengan nilai investasi 0 – Rp. 600.000.000,-;
d. gred 4 dengan nilai investasi 0 – Rp. 1.000.000.000,-;
e. gred 5 dengan nilai investai
> Rp. 1.000.000.000 s/d 10.000.000.000;
f. gred 6 dengan nilai investasi > Rp. 1.000.000.000 s/d 25.000.000.000;
g. gred 7 dengan nilai investasi > Rp. 1.000.000.000 s/d tak terbatas.
(2) Uasaha jasa konsultansi digolongkan atas:
a. golongan usaha kecil;
b. gololonhghan unsaha menengah;
c. golongan usaha besar.
BAB III
PRINSIP PEMBERIAN IUJK
Pasal 5
Pelaksanaan pemberian IUJK berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. tidak merupakan simpul birokrasi;
b. harus mencerminkan profesionalisme pengusaha;
c. harus terkait secara baik dengan kegiatan sertifikasi;
d. diberikan berdasarkan klasifikasi usaha;
e. merupakan salah satu sarana pembinaan dunia usaha jasa konstruksi;
f. merupakan alat kontrol terhadap kegiatan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi.
BAB IV
IUJK
Pasal 6
Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha jasa konstruksi harus
memiliki IUJK.
7
Pasal 7
(1) IUJK diberikan untuk BUJK yang berdomisili di daerah.
(2) IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi BUJK dengan
status Cabang/Perwakilan.
Pasal 8
(1) Pemberian IUJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 berlaku untuk
jangka waktu 3 (tiga) Tahun dan dapat diperpanjang.
(2) Perpanjangan IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
jangka waktu IUJK berakhir.
Pasal 9
(1) BUJK yang telah memiliki IUJK wajib mendaftar ulang setiap Tahun.
(2) Pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling
lama 1 (satu ) bulan setelah tanggal jatuh tempo berakhir.
Pasal 10
Pemberian IUJK disesuaikan dengan :
a. penggolongan BUJK;
b. usaha orang per orang.
BAB V
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGURUSAN IUJK
Bagian Kesatu
Persyaratan IUJK
Pasal 11
Syarat-syarat untuk memperoleh IUJK sebagai berikut:
a. foto copy akta pendirian perusahaan;
b. foto copy izin tempat usaha;
c. foto copy NPWP;
d. daftar nama-nama pengurus perusahaan;
e. foto copy KTP Direktur/Direktur Cabang;
f. foto copy ijazah tenaga teknik;
g. dafatar peralatan yang dimiliki;
h. foto copy IUJK (khusus untuk pendaftaran ulang);
i. pas photo warna penanggungjawab perusahaan 3 X 4 Cm sebanyak 3 (tiga)
lembar.
j. pas photo warna tenaga teknik 3 X 4 Cm, sebanyak 3 (tiga) lembar.
k. foto copy bukti pembayaran retribusi IUJK (dilampirkan dengan asli);
l. neraca perusahaan;
m. sertivikat tenaga teknis yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi;
n. foto copy sertivikat BUJK.
8
Bagain Kedua
Tata Cara Pengurusan IUJK
Pasal 12
(1) Untuk memperoleh IUJK, perusahaan mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Bupati.
(2) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampirkan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
Pasal 13
(1) Permohonan memperoleh IUJK menggunakan format yang telah
disediakan.
(2) Format sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 14
(1) Dokumen permohonan yang diajukan jika telah lengkap dan benar,
dilanjutkan dengan penelitian ke tempat usaha jasa konstruksi.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim yang
dibentuk oleh Bupati.
(3) Hasil penelitian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat dalam
berita acara sebagai bahan pertimbangan Bupati dalam menerbitkan IUJK.
Pasal 15
(1) Dalam jangka waktu 14 (empat) hari kerja sejak didaftarkannya berkas dan
syarat-syarat dinyatakan lengkap, Bupati akan memberikan jawaban secara
tertulis mengenai dikabulkan, disempurkan atau ditolaknya permohonan.
(2) Apabila permohonan ditolak atau disempurnakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilengkapi dengan alasan penolakan atau ketentuan
penyempurnaan.
(3) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak persyaratan
dinyatakan lengkap dan tidak ada alasan penolakan atau penyempurnaan
maka permohonan dinyatakan dikabulkan.
(4) IUJK diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan
dikabulkan.
BAB VI
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Pasal 16
BUJK yang telah memiliki IUJK wajib :
a. memasang papan nama perusahaan dengan mencantumkan Nomor IUJK;
b. menyampaikan laporan perubahan data perusahaan paling lama 15 (lima
belas) hari kerja, sejak perubahan.
9
Pasal 17
BUJK yang telah memiliki IUJK dilarang meminjamkan kepada BUJK lain atau
orang lain untuk kepentingan mendapatkan pekerjaan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
(1) Bupati berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
kegiatan usaha jasa konstruksi.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
penertiban dan pengendalian.
(3) Tata cara pembinaan dan pengawasan akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.
BAB VIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 19
(1) Pengusaha jasa konstruksi yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 8 ayat (2), dikenakan sanksi administrasi
berupa penghentian pekerjaan.
(2) Pengusaha jasa konstruksi yang melenggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, dikenakan sanksi administrasi berupa pendaftaran
ulang.
(3) Pengusaha jasa konstruksi yang melanggar ketentuan sebagaimana
diumaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17, dikenakan sanksi administrasi
berupa pencabutan IUJK.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka IUJK yang telah diterbitkan
dinyatakan tetap berlaku sampai waktunya berakhir dan diwajiban melakukan
pendaftaran ulang mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.
10
Pasal 22
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada atanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Alor.
Ditetapkan di Kalabahi
pada tanggal 16 Oktober 2008
BUPATI ALOR,
Diundangkan di Kalabahi
pada tanggal 17 Oktober 2008
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ALOR,
SEPRIANUS DATEMOLY
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2008 NOMOR 18
11
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR
NOMOR 8 TAHUN 2008
TENTANG
IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
I. UMUM
Bahwa pemberlakuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi sebagaimana dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi dan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi; yang secara teknis operasional dijabarkan dalam Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 369/KPTS/M/2001
tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional
memberikan kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk menerbitkan Izin
Usaha Jasa Konstruksi yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Bahwa untuk maksud tersebut perlu diatur tata cara pemberian izin usaha
jasa konstruksi dengan Peraturan Daerah sehingga dapat memberikan
legitimasi hukum pada aras aplikasi.
Bahwa Peraturan Daerah ini sesungguhnya disamping mengatur tata cara
pemberian izin usaha jasa konstruksi, mengatur pula jenis, bentuk dan
bidang usaha serta penggolongan usaha. Materi ini dipandang relevan untuk
dimuat mengingat pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi akan disesuaikan
dengan penggolongan usaha baik yang berbadan hukum maupun usaha
orang per orangan.
Bahwa Peraturan Daerah ini akan menjadi payung hukum dalam pemberian
Izin Usaha Jasa Konstruksi di Kabupaten Alor.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat 1
Ayat 2
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
12
Ayat 4
a. Bidang pekerjaan arsitektur meliputi bangunan berteknologi
sederhana arsitektur bangunan berteknologi menengah,
arsitektur bangunan berteknologi tinggi, arsitektur ruang dalam
bangunan
(interior),
arsitektur
lansekap,
termasuk
perawatannya.
b. Bidang pekerjaan sipil meliputi jalan dan jembatan, jalan kereta
api, landasan, terowongan, jalan bawah tanah, saluran
drainase,
dan
pengendalian
banjir,
pelabuhan,
bendung/bendungan, bangunan dan jaringan pengairan atau
sarana prasarana sumber daya air, struktur bangunan gedung,
geoteknik, konstruksi tambang dan pabrik termasuk
perawatannya dan pekerjaan penghancuran bangunan.
c. Bidang pekerjaan mekanikal meliputi instalasi tata udara/AC,
instalasi minyak/gas/geoternal, instalasi industri, isolasi termal
dan suara, konstruksi lift dan escalator, termasuk
perawatannya.
d. Bidang pekerjaan elektrikal meliputi instalasi pembangkit,
jaringan transmisi dan distribusi, instalasi listrik, sinyal dan
telekomunikasi kereta api, bangunan pemancar radio,
telekomunikasi dan sarana bantu navigasi udara dan laut,
jaringan telekomunikasi, sentral telekomunikasi, instrumentasi,
penangkal petir, termasuk perawatannya.
e. Bidang pekerjaan tata lingkungan meliputi penataan
perkotaan/planologi, analisa dampak lingkungan, tekinik
lingkungan, tata lingkungan lainnya, pengembangan wilayah,
bangunan pengolahan air besih dan pengolahan limbah,
perpipaan air bersih dan perpipaan limbah, termasuk
perawatannhya.
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
13
Pasal 11
Huruf a :
Foto copi akta pendirian perusahaan dan perubahaannya bila ada;
dalam hal ini yang telah disahkan oleh Pengadilan Negeri setempat
dan bagi badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas harus
ada pengasahan dari Departemen Hukum dana HAM berupa Berita
Acara Lembaran Negara.
Huruf b :
Foto Copy SITU tersebut harus dilegalisir oleh Pejabat yang
berwenang.
Huruf c :
Foto Copy NPWP harus dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
Huruf d :
Cukup jelas.
Huruf e :
Foto copy KTP Direktur/Direktur Cabang harus dilegalisir oleh
pejabat yang berwenang.
Huruf f :
Foto copy ijazah tenaga teknik harus dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang.
Huruf g :
Cukup jelas.
Huruf h :
Cukup jelas.
Huruf i :
Cukup jelas.
Huruf j :
Cukup jelas.
Huruf k :
Cukup jelas.
Huruf l :
Neraca perusahaan dimaksud adalah neraca perusahaan terbaru.
Untuk perusahaan yang berada pada gred 5, 6 dan gred 7, Neraca
Perusahaan harus diaudit oleh akuntan publik dan menunjukan
surat keterangan audit darfi akuntan publik.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
14
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 450
15
Download