Penataan Ruang Berbasis Ekosistem dan Peluang Penerapan EU

advertisement
PENATAAN RUANG BERBASIS
EKOSISTEM DAN PELUANG
PENERAPAN EU RED
(SATU KAJIAN HUKUM)
Workshop Rencana Tindak Lanjut Kegiatan RIMBA
Padang, Sumatera Barat
Tim Kajian:
1.Fathi Hanif, SH.MH
2.Rhino Subagyo, SH
3.Zenwen Pador, SH
07-08 Maret 2012
Tujuan Kajian
Umum:
1.
Identifikasi peraturan perundang-undangan tentang
Perencanaan tata ruang berbasis ekosistem
2.
Memahami hal-hal (perundangan dan kebijakan) yang
mempengaruhi perencanaan tata ruang berbasis
ekosistem yang berkelanjutan.
3.
Menyusun rekomendasi hukum/legal recommendation
terkait peluang penerapan prinsip EU-RED di Indonesia
Khusus:
1.
Menyusun kerangka hukum perencanaan tata ruang
berbasis ekosistem yang berkelanjutan di tingkat nasional
2.
Menyusun kerangka hukum di tingkat daerah (provinsi)
tentang penerapan prinsip perencanaan tata ruang
berbasis ekosistem berkelanjutan
3.
Menyusun kerangka hukum kewenangan Pemerintah
(pusat) dan kewenangan daerah dalam penataan ruang
berbasis ekosistem.
Peraturan Perundang-undangan terkait
 Undang - Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan







Ruang
Undang - undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang - Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Undang - Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Undang-Undang No.18 tentang Perkebunan
PP No.15 tahun 2010 tentang Peneyelenggaraan Penataan
Ruang
PP No.68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang
PP No.11 tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan tanah Terlantar
Penataan Ruang
• Asas Penataan Ruang :
• keterpaduan;keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan;
keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; Keterbukaan; kebersamaan
dan kemitraan;
• pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan
akuntabilitas
• Tujuan Penataan Ruang :
• mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional dengan:
 terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan;
 terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
 terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
(UU No. 26 /2007, PP No. 15/2010, PP No. 26/2008, PP No.28/2010)
Klasifikasi Penataan Ruang
Sistem: sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.
fungsi utama kawasan: kawasan lindung dan
kawasan budi daya
 wilayah administratif: penataan ruang wilayah
nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
 kegiatan kawasan: penataan ruang kawasan
perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
nilai strategis kawasan: penataan ruang kawasan
strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis
provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.
Pembagian Kewenangan dlm Penataan Ruang
Pemerintah
Pem-Prov
Pem-Kab/Kota
pengaturan, pembinaan,
dan pengawasan
terhadap pelaksanaan
penataan ruang wil
nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota, serta
terhadap pelaksanaan
penataan ruang kawasan
strategis nasional,
provinsi, dan
kabupaten/kota;
pelaksanaan penataan
ruang wilayah nasional;
meliputi perencanaan,
pemanfaatan; dan
pengendalian
pemanfaatan ruang
wilayah nasional.
Pengaturan, pembinaan,
dan pengawasan
pelaksanaan penataan
ruang wilayah provinsi,
dan kabupaten/kota, serta
terhadap pelaksanaan
penataan ruang kawasan
strategis provinsi dan
kabupaten/kota;
Pelaksanaan penataan
ruang wilayah provinsi
meliputi: perencanaan
pemanfaatan dan
pengendalian.
Pengaturan, pembinaan,
dan pengawasan
pelaksanaan penataan
ruang wilayah
kabupaten/kota dan
kawasan strategis
kabupaten/kota;
pelaksanaan penataan
ruang wilayah
kabupaten/kota meliputi:
perencanaan,
pemanfaatan dan
pengendalian..
pelaksanaan penataan
ruang kawasan
strategis nasional;
meliputi: penetapan;
perencanaan;
pemanfaatan;
pengendalian.
kerja sama penataan
ruang antarnegara dan
memfasilitasi kerja
sama penataan ruang
antarprovinsi.
Pelaksanaan penataan pelaksanaan penataan
ruang kawasan
ruang kawasan
strategis provinsi
strategis
meliputi: penetapan,
kabupaten/kota
perencanaan
meliputi: penetapan,
pemanfaatan dan
perencanaan,
pengendalian.
pemanfaatan dan
Kerja sama penataan
pengendalian.
ruang antarprovinsi
kerja sama penataan
dan memfasilitasi kerja
ruang antar
sama penataan ruang
kabupaten/kota.
antar kabupaten/kota.
RENCANA TATA RUANG DALAM UU PPLH
Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
(RPPLH) adalah perencanaan tertulis yang memuat
potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya
perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu
tertentu.
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dilaksanakan melalui tahapan inventarisasi
lingkungan hidup; penetapan wilayah ekoregion; dan
penyusunan RPPLH.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
 Untuk memastikan prinsip pembangunan
berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan wilayah
 Wajib dilaksanakan Pemerintah dan Pemda dalam
penyusunan dan evaluasi RTRW, RPJP,RPJM,
kebijakan,rencana atau program yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan hidup
Pengelolaan Kehutanan
Fungsi Hutan : Konservasi,Lindung dan Produksi
Perencanaan Kehutanan :
a.inventarisasi hutan,
a.pengukuhan kawasan hutan,
b.penatagunaan kawasan hutan,
c.pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan
d.penyusunan rencana kehutanan.
Pengukuhan Kawasan Hutan memperhatikan
Rencana Tata Ruang Wilayah
RENCANA TATA RUANG DALAM
UU PERKEBUNAN
• Perkebunan mempunyai fungsi: ekonomi, dan sosial
budaya.
• Dalam fungsi ekologi, perkebunanan diharapkan
berfungsi dalam peningkatan konservasi tanah dan air,
penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga
kawasan lindung.
• Perencanaan Perkebunan terdiri atas perencenaan
nasional, provinsi, kabupaten/kota
Dasar Perencanaan Perkebunan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
rencana pembangunan nasional;
rencan tata ruang wilayah;
kesesuaian tanah dan iklim serta ketersediaan tanah
untuk usaha perkebunan;
kinerja pembangunan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
sosial budaya;
lingkungan hidup;
kepentingan dan masyarakat;
pasar; dan
aspirasi daerah dengan tetap menjunjung tinggi
keutuhan bangsa dan negara.
RENCANA TATA RUANG DALAM PP PENERTIBAN DAN
PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR
Obyek penertiban tanah terlantar
Hak Milik,
Hak Guna Usaha,
 Hak Guna Bangunan,
 Hak Pakai,
 Hak Pengelolaan,
 Penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan
keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau
dasar penguasaannya.
Instrumen EU RED
(Europe Union Renewable Energy Source Directive)
Tujuan
Mencapai pemenuhan energi sebesar 20% tahun 2020
konsumsi final energi dari sumber terbarukan bagi Uni
Eropa sekaligus pencapaian 10% konsumsi energi dari
sumber terbarukan dalam konsusi energi setiap negera
anggota
4 aspek utama dlm EU-RED
• Lingkungan Hidup
• Sosial ekonomi
• Tata Kelola Pemerintahan
• Keamanan Pangan
Aspek Lingkungan Hidup
1. Perubahan penggunaan tanah/lahan (baik secara
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
langsung dan/atau tidak langsung)
Jasa ekosistem dan keanekaragaman hayati
Kapasitas produksi tanah/lahan
Kualitas dan ketersediaan air
Emisi GHG
Kualitas Udara
Pengelolaan Sampah
keberlanjutan Lingkungan Hidup (lintas issue)
Kriteria Aspek Lingkungan Hidup
Sumber Bahan Baku yang harus dihindari :
a.
b.
c.
d.
hutan primer/alam;
lahan dengan stock karbon tinggi (antara lain :
wetlands/lahan basah, area hutan lebih dari satu hektar
dengan luas tutupan tajuk 30% serta tinggi pohon minimal 5
(lima meter), area hutan lebih dari satu hektar dengan
ketinggian pohon lebih dari 5 (lima) meter serta luas tutupan
tajuk 10% - 30% (kecuali terbukti terdapat stock karbon);
peat land/lahan gambut;
lahan dengan nilai biodiversity sangat tinggi( meliputi :
hutan primer, area yg ditetapkan sebagai kawasan pelestarian
alam dan spesies dan eksositem yg terancam punah), dan
padang rumput), ;
Kriteria Aspek Lingkungan Hidup EU RED dan
Regulasi Nasional
Pemerintah telah meratifikasi dua perjanjian internasional:
1.
2.
•
konservasi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan
Iklim (UNFCC)-UU No.6 tahun 1994
Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim(Kyoto Protokol to The United
Nations Framework Convention on Climate Change)- UU
No.17 tahun 2004
Kontribusi Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim
global dengan sukarela menurunkan emisi sebesar 26%
dari perkiraan emisi skenario BAU tahun 2020 dengan
biaya sendiri, 41% apabila mendapat bantuan
Internasional
Regulasi nasional ttg konservasi dan energi yg
terbarukan
1. Pengelolaan hutan dilakukan dengan memperhatikan fungsi hutan
(produksi, lindung, konservasi) – UU No.41/1999 ttg Kehutanan
2. Penyusunan RTRN/Prov/Kota dilakukan berbasis ekosistem – UU
No.26/2007
3. Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup bertujuan antara lain
menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem; menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas
lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; -- UU
no.32/2009
4. Setiap kegiatan pengelolaan energi wajib mengutamakan penggunaan
teknologi yang ramah lingkungan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam peraturan perundangundangan di bidang lingkungan
hidup.– UU no.30/2007.
UU No.41 tahun 2009 tentang Kehutanan
 hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan
 Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi
alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan
lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi
konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara
optimal dan lestari
 Pemerintah mengatur perlindungan hutan, baik di
dalam maupun di luar kawasan hutan
UU No.5 tahun 1990 tentang KSDE
bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya
alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat
lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan mutu kehidupan manusia.
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan (a) pemanfaatan kondisi
lingkungan kawasan pelestarian alam; (b) pemanfaatan jenis
tumbuhan dan satwa liar. Pemanfaatan kondisi lingkungan
kawasan pelestarian alam dilakukan dengan tetap menjaga
kelestarian fungsi kawasan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan
satwa liar dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan
potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa liar.
 Kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
PP No.26 tahun 2008 tentang RTRWN
• Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional
meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur
ruang dan pola ruang.
• Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi
(a) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;
(b) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi
daya; dan (c) kebijakan dan strategi pengembangan
kawasan strategis nasional.
Kebijakan pengembangan kawasan lindung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi (a) pemeliharaan
dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan (b)
pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
•
Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
lingkungan hidup meliputi (a) menetapkan kawasan lindung di
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi; (b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu
wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan
mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam
rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem
wilayah.
• Kawasan lindung nasional terdiri atas:
• kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
a) kawasan perlindungan setempat;
b) kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
c) kawasan rawan bencana alam;
d) kawasan lindung geologi; dan
e) kawasan lindung lainnya.
Regulasi terkait lainnya
• PerMenhut No.P.30/Menhut‐II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan
•
•
•
•
Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD);
Keppres No. 19 tahun 2010 tentang Satuan Tugas Persiapan
Pembentukan Kelembagaan REDD+;
Inpres No.10/2011 ttg Penundaan izin baru & penyempurnaan tata
kelola hutan alam primer dan lahan gambut.
Keppres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan
Inpres No. 1 tahun 2006 tentang pemanfaatan biofuels
Dokumen Sumatera Road Map (2010) utk penyelamatan hutan/SDA
sumatera.
REKOMENDASI
Jangka Panjang
1. Harmonisasi ketentuan-ketentuan dalam beberapa peraturan
perundang-undangan terkait baik dalam tingkatan UU maupun PP
hingga Peraturan Menteri. Harmonisasi tersebut meliputi keselarasan
pembagian kewenangan antara Pusat – Daerah , koordinasi antar
sektor maupun ketentuan yang sifatnya cross cutting issue;
2. Ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan nasional
yang sesuai dengan kriteria dalam EU RED masih memerlukan
pengaturan lebih lanjut yang bersifat khusus dan sangat teknis agar
dapat berlaku mengikat secara hukum, meskipun secara umum sudah
diatur. Pengaturan tersebut diantaranya berupa penetapan kawasankawasan strategis nasional/propinsi/kabupaten/kota yang memiliki
fungsi lindung maupun kawasan pelestarian alam.
Jangka Pendek
 Beberapa isu yang perlu diatur tersebut dalam jangka pendek dapat
dimasukan dalam Rancangan Kebijakan yang telah dibuat misalnya
Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera.
KESIMPULAN
1.
Aspek Lingkungan Hidup EU RED secara umum dibagi dalam 8
issue: ((1) perubahan penggunaan tanah/lahan (baik secara langsung
dan/atau tidak langsung); (2) Jasa ekosistem dan keanekaragaman
hayati; (3) Kapasitas produksi tanah/lahan; (4) Kualitas dan
ketersediaan air; (5) Emisi GHG; (6) Kualitas Udara; (7) Pengelolaan
Sampah; dan (8) Keberlanjutan Lingkungan Hidup (lintas issue)
2.
Terdapat 4 (jenis) asal bahan baku yang harus dihindari yaitu bahan
baku yang bersumber dari (a) hutan primer/alam; (b) lahan dengan
stock karbon tinggi (antara lain : wetlands/lahan basah, area hutan
lebih dari satu hektar dengan luas tutupan tajuk 30% serta tinggi
pohon minimal 5 (lima meter), area hutan lebih dari satu hektar
dengan ketinggian pohon lebih dari 5 (lima) meter serta luas tutupan
tajuk 10% - 30% (kecuali terbukti terdapat stock karbon); (c) peat
land/lahan gambut; (d) lahan dengan nilai biodiversity sangat
tinggi( meliputi : hutan primer, area yg ditetapkan sebagai kawasan
pelestarian alam dan spesies dan eksositem yg terancam punah),
dan padang rumput),
•
KESIMPULAN......
3.
4.
Dari kriteria sumber bahan baku yang diidentifikasikan dalam EU
RED untuk tidak dipergunakan sebagai sumber bahan baku bagi
penggunaan biofuel dan bioliquid yang berkelanjutan pada
tataran normatif menurut peraturan perundang-undangan di
Indonesia merupakan sumber – sumber yang masuk dalam
klasifikasi wilayah-wilayah yang harus dilindungi keberadaanya
untuk menjaga fungsi pokoknya.
Kesesuaian tersebut terdapat dalam berbagai peraturan antara
lain UU No. 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, UU No. 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdayaalam Hayati dan Ekosistemnya, UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan hidup serta beberapa peraturan pemerintah sebagai
peraturan pelaksana undang-undang. Beberapa peraturan
pemerintah yang mengatur antara lain PP No. 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PP No. 15
Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, PP No.
16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
SEKIAN & TERIMA KASIH
Download