(nht) berbantuan benda konkret terhadap hasil

advertisement
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) BERBANTUAN BENDA KONKRET
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS V GUGUS 1 DALUNG
KECAMATAN KUTA UTARA
Gusti Ayu Kd Yudiastuti1, Drs.I Wayan Wiarta,S.Pd.M.For2, Drs.Ketut Ardana,M.Pd3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail : [email protected], [email protected],
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar
Matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran tipe numbered heads
together berbantuan benda konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus 1 Kuta Utara Tahun Pelajaran
2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental)
dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group
Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SD Gugus I Kuta Utara
sebanyak 488 siswa. Sampel diambil dengan teknik Random sampling. Data yang
dikumpulkan adalah hasil belajar Matematika meliputi aspek kognitif yang digabungkan
dengan aspek afektif. Nilai kognitif didapat dari tes hasil belajar bentuk pilihan ganda
biasa dan nilai afektif didapat melalui lembar observasi berupa nilai karakter. Data
dianalisis dengan uji-t.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran
numbered heads together berbantuan benda konkret dengan siswa yang dibelajarkan
melalui pembelajaran konvensional. Dibuktikan dari hasil analisis diperoleh thitung = 2,25 >
ttabel = 2,000 dengan dk= 71 dan taraf signifikan 5%. Dengan nilai rata-rata kelas
eksperimen yang dibelajarkan melalui model numbered heads together berbantuan
benda konkret lebih dari kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional yaitu : 80,3 > 77,23. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran numbered heads together berbantuan benda konkret berpengaruh
terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran
2013/2014.
Kata kunci : Model Numbered Heads Together Benda Konkret, Matematika, Hasil
Belajar
ABSTRACT
This study aims to determine significant differences in mathematics learning outcomes of
students that learned through learning model Type-aided Numbered Heads Together with
the concrete objects that students be taught through conventional teaching fifth grade
elementary school students Force 1 North Kuta Academic Year 2013/2014. This study
was a quasi-experimental study (quasi-experimental) with the study design used is
Nonequivalent Control Group Design. The population in this study were all students from
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
elementary Cluster I North Kuta as 488 students. Samples were taken with a random
sampling technique. The data collected is the result of learning mathematics include
cognitive aspects combined with affective aspects. Values obtained from tests of
cognitive learning outcomes unusual form of multiple choice and affective values
obtained through observation sheet a character value. Data were analyzed by t-test.The
results showed that there were significant differences in mathematics learning outcomes
of students that learned through learning model types Numbered Heads Together
concrete objects aided by students that learned through conventional learning. Evidenced
from the results of the analysis obtained t = 2.25> t table = 2.000 with df = 71 and a
significance level of 5%. With the average value of the experimental class that learned
through learning model types Numbered Heads Together aided concrete objects over
control class that learned through conventional teaching, namely: 80.3> 77.23.It can be
concluded that the type of learning model aided Numbered Heads Together concrete
objects affect the results of the fifth grade students learn math elementary Cluster I North
Kuta academic year 2013/2014.
Keywords: Models Numbered Heads Together Concrete Objects, Mathematics, Learning
Outcome
PENDAHULUAN
Pemahaman dalam pembelajaran
matematika
sebagai
kemampuan
mengingat dan mengulang konsep, serta
prinsip
dan
prosedur.
Pemahaman
merupakan persyaratan untuk mencapai
kemampuan atau keterampilan kognitif
pada tingkatan yang lebih tinggi, oleh
karena itu pemahaman menduduki posisi
yang sangat strategis dalam pembelajaran.
Pendidikan matematika sangat penting bagi
siswa sebagai ilmu dasar yang harus
dikuasai
dengan
baik
karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak lepas dari kontribusi
matematika. Untuk menciptakan kondisi
yang mengarahkan siswa agar mampu
mengkontruksi pengalaman yang didapat
dalam kehidupan sehari – hari dengan
kontruksi pengetahuan di dalam kelas.
Siswa Sekolah Dasar secara formal
berada rentangan usia 7 – 12 tahun.
Rentangan usia ini jika dihubungkan
dengan tingkat perkembangan mental dari
Piaget berada pada tahap operasional
konkret. Piaget (dalam Suparno, 2001:69)
menyatakan bahwa anak – anak pada
tahap ini mengembangkan kemampuan
berfikir secara sistematis dan mengenal
dunia dengan bantuan benda – benda
kongkret. Ini artinya pemahaman siswa
pada materi banyak dipengaruhi oleh hasil
observasi mereka terhadap lingkungan.
Mereka cenderung ingin tahu beragam
kejadian yang terjadi pada lingkungan
sekitar. Oleh karena itu, mereka perlu
diberikan kesempatan untuk memperkaya
pengetahuan tentang hal – hal yang
konkret, urutan logis, tetapi masih
tergantung pada objek konkret.
Pembelajaran matematika pada
siswa sekolah dasar perlu dimatangkan dan
diberikan kesempatan mengalami secara
langsung, mengenal serta menemukan
kaitan informasi yang satu dengan
informasi yang lain. Dalam hal ini guru
sebaiknya membawa anak belajar pada
dunia mereka bukan sebaliknya guru yang
mendominasi
pembelajaran.
Akibat
dominasi oleh guru maka akan dapat
menimbulkan berbagai masalah antara lain
hasil
belajar
matematika
masih
rendah,kebanyakan
siswa
tidak
menyiapkan diri sebelum pembelajaran
dimulai, siswa masih tertutup dan kelihatan
enggan bekerjasama dengan teman dan
siswa belum mampu memecahkan masalah
sendiri. Karena guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah, kurangnya
pemanfaatan media dan ketidakcocokan
dalam pemilihan pendekatan pembelajaran.
Oleh karena itu alangkah baiknya
dalam
pembelajaran
diusahakan
menggunakan pembelajaran yang inovatif
dan
menyenangkan
seperti
model
pembelajaran
kooperatif,
dalam
pembelajaran kooperatif terdapat berbagai
model/tipe-tipe yang lebih spesifik guna
guru lebih leluasa dalam merancang
pembelajaran dikelas agar lebih bervariasi.
Salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif Tipe NHT. Model pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
kooperatif tipe NHT merupakan salah satu
tipe
pembelajaran
kooperatif
yang
menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik.
Model pembelajaran kooperatif Tipe
NHT memiliki kelebihan diantaranya dapat
memupuk hasil belajar siswa, mampu
memperdalam
pamahaman
siswa,
menyenangkan siswa dalam belajar,
mengembangkan sikap positif siswa dan
sikap
kepemimpinan
siswa
serta
mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
Meningkatkan rasa percaya diri siswa dan
mengembangkan rasa saling memiliki.
Terjadinya interaksi antara siswa melalui
diskusi/siswa secara bersama dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Siswa pandai maupun siswa lemah samasama memperoleh manfaat melalui aktifitas
belajar kooperatif . Dapat memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menggunakan
keterampilan
bertanya,
berdiskusi, dan mengembangkan bakat
kepemimpinannya.
Hal
tersebut
didukung
oleh
penelitian yang dilakukan Putri Agustiana
(2012) dalam penelitiannya mengenai
model pembelajaran kooperatif Tipe NHT
menemukan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar matematika
66,25% pada siswa kelas IV SD No 4
Blahkiuh Abiansemal Badung. Penelitian
Ngurah
Wirahmat
(2012)
dalam
penelitiannya mengenai model kooperatif
NHT menemukan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar IPA mencapai
87,5% pada siswa kelas IVB. Tentunya
dengan
bantuan
benda
konkret
pembelajaran dapat lebih menyenangkan
dan bermakna.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan
tipe
pembelajaran
yang
dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan
akademik.
Selanjutnya,
Nurhadi
(2004:
121)
menyatakan pembelajaran kooperatif tipe
NHT dikembangkan dengan melibatkan
siswa dalam melihat kembali bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek atau memeriksa pemahaman
mereka mengenai isi pelajaran tersebut.
Tahapan
pelaksanaan
pembelajaran
kooperatif tipe NHT diungkapkan oleh
Nurhadi (2004: 121) dalam empat langkah
sebagai berikut :
(a) Penomoran (Numbering) yaitu
guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga hingga lima
orang dan memberi mereka nomor
sehingga
tiap
siswa
dalam
kelompok memiliki nomor yang
berbeda. Pemberian nomor pada
siswa dalam satu kelompok
disesuaikan dengan banyaknya
siswa dalam kelompok itu.
(b) Pengajuan
Pertanyaan
(Questioning)
yaitu
guru
mengajukan pertanyaan kepada
para siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi dari yang bersifat
spesifik hingga yang bersifat
umum.
(c)
Berpikir Bersama (Heads
Together), para siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan
dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban tersebut.
(d)
Pemberian
Jawaban
(Answering) yaitu guru memanggil
satu nomor tertentu kemudian
siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat
tangan dan menyiapkan jawaban
untuk seluruh kelas.
Sehingga
dalam
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
siswa
lebih
bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan karena dalam tipe pembelajaran
ini siswa dalam kelompok diberi nomor
yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa
hanya satu murid yang dipanggil untuk
mempresentasikan
jawaban.
Setiap
kelompok melakukan diskusi untuk berbagi
informasi antar anggota sehingga tiap
anggota mengetahui jawabannya.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Adapun
ciri-ciri pembelajaran
kooperatif tipe Numbered heads Together
(NHT) yaitu :
1. Kelompok Heterogen.
2. Setiap anggota kelompok memiliki
nomor kepala yang berbeda-beda.
3. Berpikir
bersama
(Heads
Together)
Menurut Kagan (2007) model
pembelajaran NHT ini secara tidak
langsung
melatih
siswa
untuk
saling berbagi informasi, mendengarkan
dengan cermat serta berbicara dengan
penuh perhitungan,sehingga siswa lebih
produktif dalam pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, benda
konkret dapat digunakan sebagai media.
Menurut Ibrahim dan Nana Syahodih ( 1992
: 3) mengatakan bahwa : benda konkret
termasuk media atau sumber belajar yang
secara spesifik dikembangkan sebagai
komponen sistem instruksional untuk
mempermudah radar belajar yang formal
dan
direncanakan.
Benda
konkret
merupakan benda yang sebenarnya
membantu pengalaman nyata peserta didik
dan menarik minat dan semangat belajar
siswa”. Dengan menggunakan benda
konkret akan memberikan rangsangan yang
amat penting bagi siswa untuk mempelajari
berbagai
hal
terutama
menyangkut
pengembangan keterampilan tertentu.
Benda konkret memiliki kelebihan
dan
keunggulan
antara
lain
:
1)
Dapat membantu guru dalam
menjelaskan suatu materi kepada peserta
didik
2) Dapat memberikan kesempatan siswa
untuk mempelajari situasi yang
nyata
3) Dapat melatih keterampilan siswa
menggunakan alat indera.
Berdasarkan uraian di atas dapat diperjelas
kembali bahwa kelebihan benda konkret
dapat memberikan kesempatan kepada
siswa
untuk
mempelajari
sesuatu
menggunakan obyek-obyek nyata.
Selain memiliki kelebihan, juga
memiliki kelemahan-kelemahan antara lain :
1) Membawa siswa ke berbagai tempat
di luar sekolah yang terkadang
memiliki resiko dalam bentuk
kecelakaan dan sejenisnya
2) Biaya
yang
diperlukan untuk
mengadakan berbagai obyek nyata
tidak
sedikit
dan
memiliki
kemungkinan kerusakan dalam
menggunakannya
3) Tidak selalu memberikan gambaran
obyek yang seharusnya (R. Ibrahim
dan Nana Syahodih, 1993 : 82)
Kelemahan-kelemahan yang diuraikan di
atas hendaknya dapat diatasi dengan cara
menggunakan benda konkret yang ada di
sekitar lokasi sekolah yang dapat dijadikan
penunjang dalam proses pembelajaran,
disesuaikan
dengan
pelajaran
dan
berusaha membawa benda konkret ke
dalam kelas yang dapat digunakan untuk
menjelaskan materi dalam lingkup kelas.
Dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
berbantuan benda konkret merupakan tipe
pembelajaran yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik dan
membantu
pengalaman nyata peserta didik untuk
menarik minat serta semangat belajar siswa
dengan
menggunakan
benda
yang
sebenarnya.
Pembelajaran
konvensional
menekankan pada resitasi konten, tanpa
memberikan waktu yang cukup kepada
anak untuk merefleksi materi – materi yang
dipresentasikan,
menghubungkannya
dengan pengetahuan sebelumnya, atau
mengaplikasikannya
dalam
kehidupan
sehari – hari. Ciri – ciri dalam pembelajaran
konvensional yaitu :
1) pembelajaran berpusat pada guru
2) terjadi passive learning interaksi
antar siswa kurang
3) tidak
ada
kelompok-kelompok
kooperatif
Sumber belajar dalam pembelajaran
konvensional adalah berupa informasi
verbal yang diperoleh dari buku dan
penjelasan guru atau ahli. Siswa dituntut
untuk
menguasai
potongan-potongan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
informasi yang disampaikan oleh guru.
Sehingga sumber belajar yang sering
digunakan dalam pembelajaran lebih
banyak bersifat tesktual bukan kontekstual.
Hasil belajar matematika tidak lain
adalah hasil terakhir dari proses balajar
matematika sebagai perwujudan segala
upaya yang telah dilakukan selama proses
itu berlangsung. Sementara itu, pencapaian
hasil belajar lebih sering dikaitkan dengan
nilai perolehan siswa setelah proses belajar
mengajar dan evaluasi yang diberikan.
Prestasi belajar yang diperoleh setelah
terjadinya proses belajar merupakan bukti
utama dari proses belajar.
Seorang
siswa
yang
belajar
matematika, akan berusaha untuk dapat
memahami materi pelajaran matematika
yang telah dipelajarinya. Keberhasilan yang
dicapai siswa dalam menguasai materi
pelajaran yang telah dipelajarinya disebut
prestasi belajar matematika. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar matematika adalah hasil yang
dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu
tes
matematika
dan
penilaiannya
didasarkan pada standar tertentu.
Pengertian Hasil Belajar Siswa
Belajar dan mengajar merupakan konsep
yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk
pada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan
mengajar merujuk pada apa yang
seharusnya dilakukan seseorang guru
sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa dan guru terpadu
dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu
terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan
yang dimiliki siswa dari proses belajar
mengajar saja harus bisa mendapatkan
hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang
itu tanpa adanya intervensi orang lain
sebagai pengajar. Oleh karena yang
dimaksud disini adalah kemampuankemampuan yang dimiliki seorang siswa
setelah ia menerima perlakukan dari
pengajar (guru), seperti yang dikemukakan
oleh Sudjana.
Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari
dalam diri siswa dan faktor dari luar diri
siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat
ini faktor yang dimaksud adalah faktor
dalam diri siswa perubahan kemampuan
yang dimilikinya seperti yang dikemukakan
oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa
hasil belajar siswa disekolah 70 %
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30 % dipengaruhi oleh lingkungan.
Demikian juga faktor dari luar diri siswa
yakni lingkungan yang paling dominan
berupa kualitas pembelajaran (Sudjana,
2002 : 39).
Belajar adalah suatu perubahan
perilaku,
akibat
interaksi
dengan
lingkungannya. Perubahan perilaku dalam
proses belajar terjadi akibat dari interaksi
dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan
demikian belajar dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan dalam diri individu.
Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam
diri individu maka belajar tidak dikatakan
berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah
profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya
kemampuan dasar guru baik di bidang
kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif)
dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka
hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua
faktor dari dalam individu siswa berupa
kemampuan personal (internal) dan faktor
dari luar diri siswa yakni lingkungan.
Dengan demikian hasil belajar adalah
sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa
berkat adanya usaha atau fikiran yang
mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek
kehidupa sehingga nampak pada diri
indivdu penggunaan penilaian terhadap
sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar
yang terdapat dalam berbagai aspek
kehidupan sehingga nampak pada diri
individu perubahan tingkah laku secara
kuantitatif.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
METODE
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen semu
(quasi experiment), yaitu “Non-equivalent
Control Group Design”. Pre-test dilakukan
untuk menyetarakan kelompok. Kelompok
pertama merupakan kelompok eksperimen
dan kelompok kedua merupakan kelompok
kontrol. Kelas yang terpilih sebagai kelas
kontrol dan kelas eksperimen sebagaimana
adanya dan tidak dilakukan pencacahan
individu untuk mencegah kemungkinan
objek mengetahui dirinya dilibatkan dalam
penelitian sehingga penelitian ini benarbenar menggambarkan pengaruh perlakuan
yang diberikan. Kelompok eksperimen
diberi perlakuan berupa penerapan model
pembelajaran tipe NHT berbantuan benda
konkret, sedangkan kelompok kontrol diberi
perlakuan
berupa
pembelajaran
Konvensional. Setelah itu kedua kelompok
diberikan post-test.
Terdapat tiga tahapan yang dilakukan
dalam penelitian ini , yaitu persiapan,
pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen.
Pada tahap persiapan eksperimen langkah
– langkah yang dilakukan yaitu:
1) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran, menyiapkan sumber
belajar yakni alat peraga, LKS, silabus
dan
kurikulum
serta
media
pembelajaran yang digunakan selama
pembelajaran
pada
kelompok
eksperimen,
2) Menyusun instrumen penelitian berupa
tes hasil belajar pada ranah kognitif
dan afektif untuk mengukur hasil
belajar Matematika siswa.
3) Mengadakan
validasi
rehabilitas
instrumen penelitian yaitu tes hasil
belajar Matematika.
Langkah-langkah
pelaksanaan
eksperimen yang dilakukan yakni .
1) Menentukan sampel penelitian berupa
kelas dari populasi yang tersedia.
2) Kedua sampel telah disetarakan dan
kemudian dipilih secara acak untuk
menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
3) Melaksanakan penelitian setelah kedua
sampel setara yaitu memberikan
perlakuan kepada kelas eksperimen
berupa model pembelajaran tipe NHT
berbantuan
benda
konkret
dan
memberikan perlakuan kepada kelas
kontrol
berupa
pembelajaran
konvensional.
Tahap akhir eksperimen ini dengan
memberikan post test kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol agar
mengetahui hasil belajar Matematika
berdasarkan perlakuan yang berbeda.
Menurut Sugiyono (2013: 117)
pengertian
populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah totalitas objek penelitian
yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuhan, dan benda yang mempunyai
kesamaan sifat. Populasi merupakan
kelompok besar yang menjadi objek
penelitian. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa Kelas V
Gugus 1,
Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.
Sampel merupakan sebagian yang
diambil dari totalitas populasi yang
digunakan sebagai pusat dalam penelitian.
Menurut Sugiyono (2013 : 118) menyatakan
bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut . Selain itu Musfiqon (2012: 90)
menyatakan bahwa sampel adalah bagian
dari populasi . Keberadaan sampel
mewakili populasi. Jadi berdasarkan
pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa sampel adalah bagian
yang mewakili dari jumlah populasi sebagai
objek penelitian.
Penelitian ini dilakukan di dua sekolah
dengan kelas V yang memiliki jumlah siswa
30 orang atau lebih perkelasnya. Sampel
dalam penelitian ini diambil dengan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menggunakan teknik acak atau random
sampling yang kemudian didapat dua
sekolah secara random yaitu SDN. 6
Dalung dan SDN.2 Dalung.
Setelah diperoleh dua kelas sebagai
sampel penelitian kemudian kedua kelas ini
dilakukan uji kesetaraan dengan
uji-t.
Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat
yang meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas. Kemudian telah diperoleh
bahwa hasil pre-test SD N.6 Dalung dan SD
N. 2 Dalung
Dalam
penelitian
ini
variabel
bebasnya adalah model pembelajaran tipe
NHT
berbantuan benda konkret yang
dilakukan pada kelas experimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar Matematika.
Data tentang hasil belajar matematika
kelas V dilakukan dengan memberikan tes
hasil belajar Matematika yang peneliti
susun sendiri untuk nilai kognitif siswa dan
lembar observasi untuk memperoleh nilai
afektif siswa. Dan Tes hasil belajar
Matematika
yang
digunakan
dalam
penelitian ini terlebih dahulu tes diuji
validitas dan reliabilitasnya, daya beda dan
indeks kesukaran.
Uji homogenitas digunakan untuk
mengetahui apakah kelompok-kelompok
sampel berasal dari populasi yang sama.
Kesamaan asal sampel ini dibuktikan
dengan
adanya
kesamaan
variansi
kelompok-kelompok
yang membentuk
sampel tersebut. Jika tidak ada perbedaan
variansi antara kelompok-kelompok sampel
ini berarti bahwa kelompok tersebut
bersifat homogen.
Data yang telah diuji normalitas dan
homogenitasnya selanjutnya dilakukan uji
hipotesis. Uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji beda mean
(uji t polled varians). Dengan kriteria
pengujian adalah H0 ditolak jika thit  t(1 ) ,
di mana t (1 ) didapat dari tabel distribusi t
pada taraf signifikan (  ) 5% dengan
derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha
ditolak jika thit < t( 1 - α).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen
semu
dengan
desain
nonequivalent control group design yang
melibatkan dua kelompok yaitu kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol.
Kelompok eksperimen dibelajarkan dengan
model pembelajaran
Tipe NHT dan
kelompok kontrol dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional. Pemberian
treatment dilaksanakan sebanyak 6 kali
pertemuan baik di kelompok eksperimen
maupun kelompok control
Setelah
treatment
diberikan
sebanyak 6 kali, di akhir penelitian siswa
diberikan post-test untuk memperoleh data
hasil belajar Matematika siswa. , Data yang
diperoleh kemudian dianalisis untuk
mengetahui ukuran tendensi sentral (ratarata), ukuran penyebaran data (standar
deviasi dan varians), modus, median, skor
maksimum, dan skor minimum.
Setelah melaksanakan penelitian,
maka diperoleh data nilai akhir yang
meliputi aspek kognitif dari hasil post test
siswa dan aspek afektif dari perilaku siswa.
Hasil nilai akhir hasil belajar siswa kelas V
SDN 6 Dalung dan kelas V SDN 2 Dalung
diperoleh dari nilai kognitif dan nilai afektif
dikomulatifkan. Berdasarkan atas kurva
normal, kelas interval, frekuensi observasi
(fo) dan frekuensi empirik (fe) dari data nilai
akhir kognitif dan afektif Matematika siswa
kelas V SDN
2 Dalung pada kelas
eksperimen.
Kelas interval dapat ditentukan
melalui distribusi kurva normal yang dibagi
menjadi 6 bagian. Dari hasil uji prasyarat
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
diperoleh bahwa data dari kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol
berdistribusi normal dan homogen. Maka
dapat dilanjutkan dengan menguji hipotesis
dengan rumus t-test
Berdasarkan dari hasil analisis data
diperoleh thitung sebesar 2,25. Dengan
menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk
= 71 diperoleh batas penolakan hipotesis
nol sebesar 2,000. Berarti thitung> ttabel maka
hipotesis nol yang diajukan ditolak dan
menerima hipotesis alternatif. Maka dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
signifikan hasil belajar Matematika antara
siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran
Tipe Numbered Heads
Together berbantuan Benda Konkret dan
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
menerapkan
pembelajaran
secara
konvensional.
Berdasarkan perhitungan uji-t pada bab
sebelumnya dengan menggunakan taraf
signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf
kepercayaan 95% dengan dk = 71,
diperoleh ttabel= 2,000 dan thitung= 2,25.
Kedua nilai tersebut dibandingkan maka
diperoleh thitung ˃ ttabel (2,25 ˃ 2,000). Dari
perbandingan ini maka H0 ditolak dan Ha
diterima, yang artinya terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar Matematika
siswa yang dibelajarkan melalui penerapan
model pembelajaran
Tipe Numbered
Heads Together berbantuan Benda Konkret
dengan siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran secara konvensional pada
siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan
hasil analisis data post-test menunjukkan
bahwa rerata hasil belajar Matematika
siswa kelompok eskperimen lebih daripada
rerata hasil belajar Matematika siswa
kelompok kontrol (80,3 > 77,23). Hal ini
mengandung arti bahwa siswa yang
dibelajarkan menggunakan melalui model
pembelajaran Numbered Heads Together
berbantuan Benda Konkret hasil belajarnya
lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional pada standar kompetensi
memahami sifat-sifat bangun dan hubungan
antar bangun.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya
perbedaan hasil belajar antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol
antara lain : kelompok eksperimen yang
dibelajarkan melalui model pembelajaran
Tipe
Numbered
Heads
Together
berbantuan
Benda
Konkret
dalam
pembelajarannya
dibentuk
kelompokkelompok siswa untuk memecahakan suatu
masalah yang dekat dengan lingkungan
siswa sesuai dengan materi yang dipelajari,
penggunaan jam sebagai media baik jam
tombol, lepas, sebagai sugesti di dalam
pembelajaran. Penghargaan dalam setiap
aktivitas yang dilakukan siswa selalu
diberikan.
Sedangkan di kelas kontrol yang
dibelajarkan
melalui
pembelajaran
konvensional dalam pembelajarannya lebih
berpusat kepada guru, guru sebagai subjek
pembelajaran yang menyampaikan materi
pembelajaran.
Tidak
adanya
pengelompokkan
siswa.
Setelah
penyampaian materi siswa diberikan tugas
masing-masing dengan lembar kerja siswa .
Hal ini menyebabkan siswa cenderung
kurang aktif, merasa bosan dalam
pembelajaran,
kurang
dapat
mengembangkan pola pikir dan ide kreatif,
pembelajaran yang monoton membuat
siswa
kurang
termotivasi
dalam
pembelajaran
sehingga
menimbulkan
keributan di kelas kontrol . Dengan
demikian menurunnya motivasi dan minat
siswa dalam pembelajaran konvensional di
kelas kontrol yang merupakan salah satu
faktor internal hasil belajar menyebabkan
hasil belajar kelompok eksperimen lebih
besar dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Dengan demikian hal ini mendukung
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar
Matematika pada kelas yang dibelajarkan
melalui
model
pembelajaran
Tipe
Numbered Heads Together berbantuan
Benda Konkret dengan kelas yang
dibelajarkan secara konvensional siswa
kelas V SD Gugus 1 Kuta Utara, Badung.
PENUTUP
Hasil belajar Matematika siswa yang
dibelajarkan dengan menerapkan model
pembelajaran Tipe Numbered Heads
Together berbantuan Benda Konkret pada
siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014 diperoleh
rerata post-test = 80,3. Diketahui bahwa
terdapat 32 siswa atau 94,12% siswa
memperoleh hasil belajar di atas KKM yaitu
71 untuk Matematika dari 34 siswa dan 2
siswa atau 5,88% dari 34 siswa
memperoleh hasil belajar di bawah nilai
KKM pada kelompok eksperimen. Hal ini
menunjukkan bahwa kecenderungan siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang mengikuti model pembelajaran Tipe
Numbered Heads Together berbantuan
Benda Konkret memperoleh hasil belajar di
atas KKM.
Hasil belajar Matematika siswa yang
dibelajarkan
dengan
menerapkan
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun
Pelajaran 2013/2014 diperoleh rerata posttest = 77,23. Diketahui bahwa terdapat 34
siswa atau 87,18% siswa memperoleh hasil
belajar di atas KKM yaitu 71 untuk
Matematika dari 39 siswa dan 5 siswa
atau 12,82% dari 39 siswa memperoleh
hasil belajar di bawah nilai KKM pada
kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis data
post-test menunjukkan bahwa rerata hasil
belajar
Matematika
siswa
kelompok
eskperimen lebih tinggi daripada rerata
hasil belajar Matematika siswa kelompok
kontrol (80,3 > 77,23). Dari perhitungan uji-t
pada
bab
sebelumnya
dengan
menggunakan taraf signifikansi 5% (α =
0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan
dk = 71, diperoleh ttabel= 2,000 dan thitung=
2,25. Kedua nilai tersebut dibandingkan
maka diperoleh thitung ˃ ttabel (2,25 ˃ 2,000).
Dari perbandingan ini maka H0 ditolak dan Ha
diterima, yang artinya terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar Matematika
siswa yang dibelajarkan melalui penerapan
model pembelajaran
Tipe Numbered
Heads Together berbantuan Benda Konkret
dengan siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran secara konvensional pada
siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Tipe Numbered Heads
Together berbantuan Benda Konkret
berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar Matematika siswa kelas V SD
Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran
2013/2014.
Berdasarkan hasil penelitian ini
sekolah dapat membangun landasan terkait
dengan pengembangan dan kemajuan
pendidikan kedepan bagi sekolah itu
sendiri.
Bagi guru dapat menerapkan model
pembelajaran tipe NHT Berbantuan Benda
Konkret dalam aktifitas pembelajaran untuk
dapat meningkatkan hasil belajar
Para siswa agar aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran dan tidak
takut dalam mengeluarkan pendapat atau
bertanya, sehingga proses pembelajaran
bisa
berjalan
dengan
efektif
dan
menyenangkan. Bagi peneliti berikutnya
dapat menerapkan model pembelajaran
NHT berbantuan benda konkret pada
materi Matematika yang lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Moedjiono. 1994. Belaiar dan
Pembelaiaran.
Jakarta:
Proyek
Pembinaan dan Peningkatan Mutu
Tenaga Kependidikan Direktorat
Jendral
Pendidikan
Tinggi
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Djamarah, Syaiful Bahri da Zain Aswan.
2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Hadari, Nawawi. 1981 . Organisasi Sekolah
dan Pengelolaan Kelas. Jakarta:
Haji Masagung.
Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis,
Validitas,
Reliabilitas,
dan
Interpretasi Hasil Tes. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suharsaputra,
Uhar.
2012.
Penelitian.
Bandung:
Aditama.
Metode
Refika
Trianto.
2007.
Model
Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Trianto.
2009.
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Surabaya: Kencana.
Winarsunu.2010. Statistik Dalam Penelitian
Psikologi dan Pendidikan. Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang
Download