Title of the document

advertisement
ILO gelar kampanye tentang hak-hak pekerja rumah tangga di
Indonesia
JAKARTA (Berita ILO): Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization/ ILO),
bekerjasama dengan Jaringan Kerja Layak Pekerja Rumah Tangga (Jakerla PRT) dan SmartFM Network,
akan menggelar serangkaian kampanye radio tentang penetapan standar untuk pekerja rumah tangga dari
November hingga Desember 2009 di enam kota di Indonesia: Medan (4 November), Samarinda (10
November), Semarang (16 November), Makassar (23 November), Yogyakarta (2 Desember) dan Surabaya
(5 Desember).
Kampanye akhir di Surabaya akan menghadirkan Rieke Dyah Pitaloka, Duta Pekerja Migran dan anggota
Parlemen baru sebagai juru bicara. Kampanye radio ini juga menampilkan diskusi dan debat di antara para
pemangku kepentingan di tingkat provinsi, dan disiarkan secara langsung secara interaktif dengan para
pendengar melalui jaringan radio SmartFM dengan jangkauan nasional.
Kampanye ini merupakan bagian dari upaya ILO untuk memberikan perlindungan dan pengakuan yang lebih
baik kepada pekerja rumah tangga, khususnya pekerja rumah tangga Indonesia. Kampanya pun ini digelar
menindaklanjuti penerbitan Laporan ILO tentang Peraturan Praktik berjudul “Pekerjaan yang Layak untuk
Pekerjaan Rumah Tangga” (Decent Work for Domestic Work) pada April 2009, yang menawarkan
penetapan standar ketenagakerjaan bagi pekerjaan rumah tangga. Laporan ini memfasilitasi diskusi tentang
pekerja rumah tangga pada sesi ke-99 Konferensi Ketenagakerjaan Internasional (ILC) pada 2010.
Kampanye ini bertujuan meningkatkan kesadaran mengenai lika-liku kehidupan pekerja rumah tangga di
Indonesia, khususnya di Medan, serta mendorong diskusi di antara para peserta mengenai kegiatan di
tingkat internasional dan nasional atas penetapan standar untuk pekerja rumah tangga, status kondisi kerja
dan perlindungan bagi pekerja rumah tangga Indonesia serta posisi para konstituen tripartit dalam hal ini.
Kampanye ini pun mengkaji cakupan pekerjaan rumah tangga di dalam standar ketenagakerjaan
internasional yang ada dan mengkaji jangkauan serta bentuk peraturan nasional terkait dengan kondisi kerja
pekerja rumah tangga, termasuk penerapan kontrak kerja, gaji, jam kerja dan hubungan kerja bagi pekerja
rumah tangga yang tinggal di dalam rumah.
“ILO telah lama menyoroti perlunya perhatian khusus kepada para pekerja rumah tangga. ILC telah secara
rutin menyerukan penetapan standar untuk pekerja rumah tangga sejak dari 1936. Kini saatnya bagi kita
semua mengakui pekerjaan rumah tangga sebagai pekerjaan. Karenanya, forum ini memainkan peran
penting untuk meningkatkan kapasitas konstituen tripartit untuk secara aktif terlibat tidak hanya pada proses
penetapan standar internasional tapi juga prakarsa nasional untuk memperkuat hak-hak ketenagakerjaan
dan perangkat perlindungan untuk pekerja rumah tangga,” ujar Alan Boulton, Direktur ILO.
Pekerjaan rumah tangga dianggap sebagai bentuk pekerjaan yang tidak berharga, tidak diatur dalam
perundangan, serta dengan jam kerja yang panjang, bergaji rendah dan tidak terlindungi. Sejumlah
pelanggaran dan penganiayaan, khususnya pada pekerja rumah tangga domestik maupun migran, acapkali
diberitakan di media. Selanjutnya, di banyak negara, banyak pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh pekerja
anak.
Pekerja rumah tangga mewakili kelompok pekerja perempuan terbesar yang bekerja di dalam rumah tangga
baik di negara mereka sendiri maupun di luar negeri. Meski pekerja rumah tangga memiliki peran penting,
pekerjaan rumah tangga masih belum diakui sebagai sebuah pekerjaan. Karena dilakukan di dalam rumah
tangga, yang tidak dianggap sebagai sebagai tempat kerja di banyak negara, hubungan kerja mereka tidak
diakui di dalam peraturan ketenagakerjaan nasional atau peraturan lainnya. Alhasil, mereka pun tidak dapt
mengenyam perlindungan kerja selaiknya pekerja lainnya.
Menurut studi ILO tahun 2004, terdapat sekitar 2.593.399 pekerja rumah tangga di Indonesia, dengan 1,4
juta di antaranya bekerja di Jawa. Mayoritas pekerja rumah tangga Indonesia merupakan kaum perempuan
dengan tingkat pendidikan yang rendah serta berasal dari keluarga miskin di daerah pedesaan. Dipandang
sebagai sektor kerja informal, peraturan ketenagakerjaan nasional saat ini belum mencakup pekerja rumah
tangga. Sejauh ini, hanya segelintir negara-negara Asia, seperti Filipina dan Hongkong, yang telah
meluaskan cakupan standar ketenagakerjaan internasionalnya kepada pekerja rumah tangga.
Kampanye ini diselenggarakan ILO melalui Proyek Memerangi Kerja Paksa dan Perdagangan bagi Pekerja
Migran Indonesia. Didanai Pemerintah Norwegia, Proyek telah secara aktif mendukung kegiatan
peningkatan kesadaran dan advokasi untuk memperkuat kebijakan dan peraturan pekerja rumah tangga dan
membantu Indonesia memberikan masukan yang mendalam untuk penyusunan penetapan standar tentang
pekerjaan rumah tangga.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Lotte Kejser
Kepala Penasihat Teknis Proyek Pekerja Migran ILO
Tel. +6221 3913112
Email
Albert Y. Bonasahat
Koordinator Program
Tel. +6221 3913112 ext. 125
Email
Gita Lingga
Humas
Tel. +6221 3913112 ext. 115
Email
Download