4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsultan Secara umum yang

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsultan
Secara umum yang dimaksudkan dengan konsultan profesional atau
disingkat dengan konsultan menurut Shenson(1990) adalah sebagai berikut.
“Konsultan profesional adalah perorangan atau perusahaan yang memiliki
keahlian, kecakapan dan bakat khusus dan tersedia bagi yang memerlukan (klien),
dengan imbalan sejumlah upah.Konsultan profesional memberikan nasehat dan
seringkali membantu melaksanakan nasehat tersebut dengan dan untuk klien.”
2.1.1 Kualitas dan Kredibilitas
Beberapa syarat minimal yang dianggap perlu dimiliki dan diperhatikan
oleh konsultan dalam upaya menjaga mutu hasil-hasil pekerjaannya, antara lain
menurut Soeharto (1995):
1. Pendekatan bersifat menyeluruh (comprehensive). Berarti melihat permasalah
dari segala segi. Kemudian menyuguhkan alternatife pemecahannya.
2. Didasarkan atas kenyataan. Segala sesuatu diusahakan berdasarkan fakta,
bukan perasaan kemudian dikaji ulang akan kebenaran dan akurasinya.
3. Adanya keterkaitan (relevansi) terhadap permasalahan. Kemampuan untuk
mengenal hal-hal yang betul-betul ada hubungannya dengan masalah yang
sedang dibahas dengan menjauhi penjelasan atau keterangan yang tidak
relevan.
4. Kecakapan melihat kedepan. Dapat mengantisipasi dan memperkirakan akibat
dan dampak dari keputusan-keputusan yang diambil.
5. Menguasai perbendaharaan bahas yang diperlukan. Kecakapan merumuskan
dan mengkomunikasikan pendapatnya dengan baik.
6. Bersifat ulet. Konsultan seringkali diserahi tugas yang kompleks. Untuk itu
perlu keuletan dan kepandaian menguraikan tugas tersebut dan menentukan
lingkup yang mempunyai posisi kunci, kemudian mencari cara pendekatan
dan metode yang tepat untuk menanganinya.
4
7. Kreatif. Dalam banyak hal tidak perlu menunggu, bahkan harus mendahului
menyuguhkan ide atau gagasan yang baru dan segar, untuk menyelesaikan
tugas yang diserahkan kepadanya.
8. Penguasaan teknis secara prima atas disiplin ilmu atau profesi yang
ditawarkan.
2.1.2 Jasa Konsultansi dalam kegiatan Proyek
Jasa Konsultansi dalam kegiatan proyek menurut Soeharto (1995) adalah
sebagai berikut.
1. Menyiapkan paket kerja. Merupakan bagian atau komponen lingkup kerja
proyek, seperti paket pekerjaan arsitektur, engineering, analisis tanah untuk
tiang pancang dan pondasi dan lain-lain. Terdiri dari hasil perhitungan dan
analisis, gambar rancangan, hasil testing dan lain-lain.
2. Survei. Salah satau jenis proyek E-MK yang selalu memerlukan survey adalah
membangun jaringan radio telekomunikasi. Untuk proyek industri sering
dibutuhkan survey tenga kerja, misalnya perihal penawaran dan permintaan
tenaga kerja di sekitar daerah proyek yang akan dibangun.
3. Studi dan Penelitian. Studi dan penelitian tidak jarang dibutuhkan untuk
mendukung bagian-bagian tertentu kegiatan proyek. Misalnya bagi lokasi
proyek di daerah terpencil dan belum tersedia data yang cukup, seringkali
pemilik atau kontraktor meminta jasa konsultan untuk mempelajari dan
meneliti keadaan iklim, curh hujan, arah dan kecepatan angin, persediaan air
dan lain-lain.
4. Bantuan Manajemen. Bantuan ini meliputi sebagian atau seluruh lingkup
proyek. Salah satu kegiatan yang telah dipraktekan secara luas adalah
Konsultan Manajemen Konstruksi –KMK (construction management-CM).
Konsultansi
menejemen
untuk
aspek
lainnya
berupa
paket
usulan
restrukturisasiorganisasi, peningkatan efisiensi dan lain-lain.
5. Program Pelatihan. Untuk memenuhi disipakan program pendidikan dan
pelatihan khusus, mencakup antara lain merekrut, menyeleksi, melatih di kelas
dan di lapangan untuk calon operator dan mekanik.
6. Pengendalian Mutu. Pengendalian mutu merupakan pekerjaan yang tidak
dapat dipisahkan dari suatu kegiatan proyek. Sifat pekerjaannya memerlukan
5
prosedur yang khusus, menuntut ketelitian dan pengalaman. Perusahaan
konsultan yang menyediakan jasa dalam bidang tersebut, umumnya telah
melengkapi diri dengan personil yang terlatih dan peralatan yang cukup
sehingga mampu melakukan tugasnya dengan efisiendan terpercaya.
7. Prakomisi, Uji Coba dan Start-up. Bidang konsultansi untuk proyek meliputi
pula pekerja-pekerja inspeksi, prakomisis, uji coba dan start-up peralatan,
bagian instalasi ataupun keseluruhan. Jenis pekerjaan di atas umumnya amat
beragam, dan seringkali memerlukan judgment yang berbobot dalam
mengambil keputusan.
8. Administrasi, Perizinan dan Hukum. Contoh untuk ini adalah pengelolaan
administrasi pinjaman dana (loan administration), mempersiapkan sistem
akuntansi perusahaan dengan kode akuntansi yang dipakai untuk pembebanan
biaya dalam pengendalian proyek (project cost control), catatan asset (asset
record) dan lain lain. Mengenai perizinan, seringkali menyangkut hal-hal yang
berhubungan dengan masalah izin bangunan, impor barang, pemebebasan bea
masuk bagi proyek pemerintah, penggunaan tenaga asing, izin survei lokasi ke
daerah-daerah terpencil, misalnya untuk mendirikan repeater proyek
telekomunikasi dan lain-lain. Sedangkan untk konsultan hokum umumnya
diperlukan untuk memepersiapkan rancangan kontrak ikatan pembelian (PO)
untuk barang barang dengan harga yang tetinggi, dan pada waktu negoisasi
dengan kontraktor utama, kontraktor ataupun konsultan.
9. Pengadaan Dana. Mengusahakan terpenuhinya jumlah dana untuk proyek
bukan termasuk hal yang rutin untuk sebuah perusahaan. Sumber dana dapat
berasal dari bank, pemilik proyek. Subsidipemerintah atau institusi keuangan
yang lain.
10. Paket Kerja untuk Konsultan. Berbagai macam paket kerja proyek E-MK yang
acapkali diserahkan kepada konsultan untuk mengerjakannya terlihat seperti di
Gambar 2.1 berikut.Konsultansi butir-butir 1 sampai dengan 6 dikerjakan pada
tahap sebelum implementasi fisik, sedangkan 7 sampai dengan 14 umumnya
menjelang atau selama implementasi fisik berlangsung.
6
1
STUDI KELAYAKAN
8
SURVEI KELAUTAN &
HIDROLOGI
2
PENDANAAN
3
ANALISIS DAMPAK
5
LINGKUNGAN
10 INSPEKSI
4
ARSITEK
11 STUDI KELAYAKAN
5
DESAIN DAN
ENGINEERING
12 AKUNTANSI
6
PEMERIKSAAN
TANAH
(SOIL TEST)
LATIHAN &
PENDIDIKAN
TENAGA KERJA
13 AUDIT
9 REKAYASA NILAI
7
14
MANAJEMEN PROYEK
(CM)
Gambar 2.1 Macam-macam paket kerja bagian lingkup proyek
yang dapat diserahkan kepada konsultan
Sumber :Soeharto, (1995) “Manajemen Proyek”
2.1.3 Konsultan Manajemen Konstruksi
Satu bentuk jasa konsultansi yang memiliki hubungan unik dengan
kegiatan proyek adalah konsultan manajemen konstruksi – KMK atau dikenal
sebagai construction management-CM.dalam rangka mendapatkan kejelasan arti
maupun fungsinya, maka menarik untuk diperhatikan definisi yang dikemukakan
oleh Adrian serta AIA dalam buku Soeharto (1995) berikut ini.
Menurut Adrian:
“Manajemen Konstruksi adalah suatu proses dimana pemilik proyek membuat
ikatan kerja dengan agen yang disebut manajer konstruksi, dengan tugas
mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh kegiatan penyelenggaraan
proyek, termasuk studi kelayakan, desain engineering, perencanaan, persiapan
kontrak, konstruksi dan lain-lain kegiatan proyek, dengan tujuan meminimalkan
biaya dan jadwal, serta menjaga mutu proyek.”
7
Menurut AIA (American Institute of Architects) :
“… mengelola desain dan konstruksi proyek untuk mencapai program arsitektur
dan konstruksi, dengan biaya yang minimal bagi pemilik dan keuntungan yang
wajar bagi (organisasi) peserta yang lain. Tugas utama mengelola desain dan
konstruksi di atas adalah memadukan (integrasi) sebagai kegiatan peserta melalui
perencanaan, organisasi dan pengendalian. Adapun fungsinya adalah bertindak
sebagai agen dari pemilik proyek…”
Meskipun, masih terdapat pandangan yang berbeda, namun definisidefinisi di atas dapat dianggap sebagai kerangka yang memberikan pengertian
dasar tentang arti dan fungsi manajemen konstruksi.Bertitik tolak dari definisidefinisi di atas maka arti dan fungsi CM serta dampak kehadirannya, dapat
diuraikan lebih lanjut sebagai berikut (Soeharto,1995).
1. Tidak Terbatas Konstruksi
Meskipun lingkup kegiatan sering diasosiasikan dengan istilah yang
dipakainya yaitu “konstruksi”, tetapi sesungguhnya mencakup spectrum yang
lebih luas, yaitu keseluruhan penyelenggaraan proyek, mulai dari pelayanan
prakonstruksi, yang dilanjutkan pada tahap konstruksi, sampai dengan
masalah-masalah setelah konstruksi.
2. Agen Mewakili Kepentingan Pemilik
Fungsi
Konsultan
Manajemen
Konstruksi
yang
amat
penting
dan
membedakan dari kontraktor atau konsultan lainnya, adalah Konsultan
Manajemen Konstruksi bertindak sebagai agen yang dalam kegiatannya harus
selalu “memperjuangkan” kepentingan pemilik.
3. KMP Tidak Mengerjakan Paket
Meskipun lingkup kerja Konsultan Manajemen Konstruksi meliputi berbagai
aspek kegiatan terentang mulai dari prakonstruksi smapai penutupan proyek,
tetapi pada dasarnya Konsultan Manajemen Konstruksi tidak mengerjakan
sendiri paket kerja yang merupakan komponen lingkup proyek, seperti
arsitektur, engineering, maupun konstruksi. Pekerjaan – pekerjaan tersebut
berikut integritas dan keandalan hasil-hasilnya, tetap merupakan tugas dan
tanggung jawab dari para konsultan professional dan kontraktor yang
8
bersangkutan.Hal
ini
dimaksudkan
untuk
menghindari
kemungkinan
timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest) antara Konsultan
Manajemen Konstruksi dengan pemilik.
4. Bermanfaat Bagi Peserta Lain
Bila
dilihat
dari
fungsi
Konsultan
Manajemen
Konstruksi,
yaitu
mengkoordinasikan pekerjaan peserta proyek dan meningkatkan kualitas
pekerjaan-pekerjaan yang erat kaitannya dengan mereka, maka mudah
dimengerti bila keberhasilan pelaksanaan tugas Konsultan Manajemen
Konstruksi tergantung sekali atas kerjasama yang diperoleh dari pesertapeserta tersebut. Juga bila diingat bahwa sebagaian dari lingkup kerja
Konsultan Manajemen Konstruksi, dulu atau bahkan sampai “lahan” dari
konsultan lain, maka pendekatannya harus hati-hati, dengan menunjukkan
bahwa dengan kehadiran Konsultan Manajemen Konstruksi, berbagai manfaat
akan diperoleh, selain untuk pemilik juga untuk peserta lainnya seperti
Arsitek, Konsultan Engineering dan lain-lain, Kontraktor Utama dan atau
Kontraktor.
2.2
Peranan
Berikut akan dijelaskan pengertian peranan.
2.2.1 Pengertian Peranan Secara Umum
Pengertian peranan menurut Soekanto, (2002;243) adalah sebagai berikut.
“Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan (status).Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan”.
Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994:768) dalam buku
“Ensiklopedia Manajemen” mengungkapkan sebagai berikut.
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.
2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status
3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok ata pranata.
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada
padanya,
5. Fungsi setiap variable dalam hubungan sebab akibat.
9
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan
adalah suatu penilaian tentang sejauh mana fungsi dari seseorang dalam
menunjang kegiatan usaha dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
2.2.2 Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi
Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
(http://karniadewi.wordpress.com/2013/03/11/manajemen-konstruksi/)
1. Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak
pemilik dan berfungsi sebagai koordinator penghubung (interface) antara
perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat
mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu
penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik
mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai
dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
2. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak
kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan
terjadi konflik-kepentingan karena peninjauan terhadap proses perancangan
tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan
menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada tipe yang lain kemungkinan
melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik
ESCM/ Kontraktor
3. Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi
profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang
dilaksanakan
4. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil
pemilik.Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi
tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu.
Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini
bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
10
2.3
Proyek
Berikut akan dijelaskan pengertian proyek.
2.3.1 Pengertian
Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu
dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah ditentukan
dengan jelas.Tugas tersebut dapat berupa membangun pabrik, membuat produk
baru atau melakukan penelitian dan pengembangan. Dari pengertian tersebut
terlihat bahwa ciri-ciri proyek adalah :
1. memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir,
2. jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan
di atas telah ditentukan,
3. bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik
awal dan akhir ditentukan dengan jelas,
4. nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.
Di dalam mencapai tujuan telah ditentukan batasan yaitu besar biaya
(anggaran) yang dialokasikan dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi.Menurut
Dispohusodo (1996), ketiga batasan di atas disebut
tiga kendala (triple
constraint).
2.3.2 Jenis – Jenis Proyek
Menurut Kirkham (2003) dalam jurnal Jaya, (2013) yang mengacu pada
proses konstruksi, proyek konstruksi yang dikategorikan menjadi dua jenis yaitu
1. Konstruksi Bangunan dan 2. Bangunan Sipil. Sedangkan menurut Hendrickson
dan Au (1989) memperkenalkan empat jenis utama dari proyek-proyek konstruksi
yang didasarkan pada kepentingan klien dan kekuasaan, diperoleh jenis bangunan
tertentu berdasarkan fasilitas: 1. Pembangunan perumahan, 2. Kelembagaan dan
komersial bangunan, 3. Infrastruktur dan konstruksi berat, dan 4. Industri
konstruksi yang khusus. Ostwald (2001) konstruksi proyek memiliki empat jenis
proses yang berbeda: 1.rumah tinggal, 2. gedung komersial, 3. rekayasa berat dan
infrastruktur, dan 4. bangunan industri. Selanjutnya, Gould (2005); Sears et al
(2008); dan Gould dan Joyce (2009) diklasifikasikan konstruksi proyek ke dalam
11
empat jenis proyek yang senada dengan apa diperkenalkan oleh Hendrickson dan
Au (1989), dan Swiss (2001), seperti: 1. proyek-proyek perumahan, 2.
membangun proyek-proyek konstruksi, 3. proyek konstruksi berat, dan proyekproyek industri. Jenis empat proyek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Bangunan Perumahan (Residential Building)
Bangunan rumah tinggal yang dipengaruhi oleh peran pemerintah tentang
pajak , kebijakan fiskal , dan hukum , dan yang dikembangkan untuk tempat
tinggal dari tiap-tiap orang atau keluarga; misalnya , individu di rumah ,
multifamily tempat tinggal , kondominium , apartemen sederhana dan kecil ,
dan lain sebagainya.
2. Bangunan Komersial(Commercial Building)
Bangunan komersial adalah bangunan yang cenderung bersifat teknis yang
kompleks, dimana diperlukan control yang lebih terhadap keuangan untuk
mengatur praktek manajemen dalam perencanaan pembangunan konstruksi
dan operasi. Bentuk bangunan komersial misalnya, bangunan pemerintah,
kantor, stadion olahraga, hotel, resort, apartemen dan kompleks besar, rumah
sakit, universitas, sekolah, gereja, mall perbelanjaan, toko eceran, bioskop,
dan gudang, dan lain-lain..
3. Bangunan Infrastruktur (Infrastructure and Heavy Engineering)
Infrastruktur dan rekayasa berat biasanya melayani kebutuhan masyarakat,
cenderung lama selama konstruksi, dan sebagian besar dipublikasikan dan
didanai oleh pemerintah, seperti bandara, jalan raya, jembatan, bendungan,
sistem pengendalian banjir, pembangkit listrik hidro, kanal, terowongan,
sistem irigasi, air badai koleksi, pengolahan air dan distribusi, dan sistem
angkutan cepat perkotaan, dan lain-lain.
4. Bangunan Industri (Industrial Building)
Bangunan industri dibangun untuk mempertahankan produksi industri rumah
kegiatan yang didanai swasta dan atau pribadi, misalnya pabrik,
kilang
minyak, tanaman nuklir, tanaman fossil-fuel, tanaman synthetic-fuel, tanaman
oxygen-fuel, tugas berat, dan produksi tanaman dan lain-lain.
12
2.3.3 Aspek Biaya
Anggaran proyek/biaya harus diselesaikan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah
besar dan jadwal bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan untuk total
proyek tapi dipecah bagi komponen-komponen atau per periode tertentu yang
jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagianbagian
proyek
pun
harus
memenuhi
sasaran
anggaran
per
periode
(Soeharto,1995:297).Berikut beberapa pengertian menurut narasumber.
1. Menurut Mulyadi (2008):
Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
2. Menurut Supriyono (1999):
Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan.
3. Menurut Miller (2000):
Biaya dalam ekonomi adalah Opportunity Cost, sebagai salah satu nilai suatu
sumber dalam penggunaan.
4. Menurut Mulyadi (2008):
Manajemen biaya/ akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang
merupakan alat manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya
secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan
biaya.
Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa biaya
merupakan suatu nilai yang diukur dalam bentuk uang dan berfungsi untuk tujuan
tertentu.Dengan demikian dapat dijelaskan peranan konsultan manajemen
konstruksi pada aspek biaya yang harus dipenuhi adalah merencanakan dan
menyusunestimasi biaya (Cost Estimating), pengendalian biaya/pengawasan biaya
(Cost Controlling) dan pengendalian perubahan terhadap budget proyek.
13
2.3.4 Aspek Mutu
Dalam arti yang luas mutu atau kualitas bersifat subyektif. Suatu barang
yang amat bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh
karena itu, dunia usaha dan idustri mencoba memberikan batasan yang dapat
diterima oleh kalangan yang berkepentingan (Soeharto, 1995:297).Berikut
beberapa pengertian menurut narasumber.
1. Menurut ISO 8402 (1956):
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya
memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers).
2. Menurut Soeharto(1995):
Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan
kriteria yang dipesyaratkan.
3. Menurut Whidya (2004):
Mutu secara umum dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
satu atau lebih karakteristik yang diharapkan terdapat dalam barang atau jasa
tertentu.
4. Menurut Nasution (2001):
Manajemen mutu adalah perpaduan semua fungsi ke dalam falsafah holistis
yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas dan
pengertian serta kepuasan pelanggan.
5. Menurut Gaspersz (2005):
Manajemen mutu terpadu merupakan pendekatan Manajemen sistimatik yang
berorientasi pada organisasi, pelanggan dan pasar melalui kombinasi
menciptkan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas
manajemen adalah merupakan antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian
masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas,
produktifitas dan kinerja lain dari organisasi.
Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mutu
merupakan suatu sifat/ hasil dari sesuatu produk yang harus memenuhi kualitas
yang dipersyaratkan. Dengan demikian dapat dijelaskan peranan konsultan
manajemen konstruksi pada aspek mutu yang harus dipenuhi adalah
merencanakan standar dan spesifikasi pada setiap pekerjaan, pengawasan terhadap
14
setiap pekerjaan di lapangan serta pengawasan terhadap bahan/ material yang
digunakan, dan membuat laporan secara detail terhadap semua pelaksanaan teknis
di lapangan .
2.3.5 Aspek Waktu
Waktu/Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan
tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir hasil adalah produk baru,
maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan.Berikut
beberapa pengertian menurut narasumber.
1. Menurut Choan-Seng Song (2008):
Waktu adalah suatu ruang yang di dalamnya mereka melakukan segala usaha
yang memperluasnya agar dapat memenuhinya dengan sebanyak mungkin hal.
(https://carapedia.com/pengertian_definisi_waktu_info3404.html)
2. Menurut Atkinson (Tanpa Tahun):
Manajemen waktu didefinisikan sebagai suatu jenis keterampilan yang
berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang individu yang
dilakukan secara terencana agar individu tersebut dapat memanfaatkan
waktunya dengan sebaik-baiknya.
3. Menurut Forsyth (2000):
Manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali
sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga
produktifitas.
Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa waktu
merupakan lamanya rangkaian proses tersebut terjadi. Dengan demikian dapat
dijelaskan peranan konsultan manajemen konstruksi pada aspek waktu yang harus
dipenuhi adalahmelakukan merencanakan penjadwalan proyek, mengendalikan
dan mengatur perubahan jadwal proyek.
2.4
Pengendalian Proyek
Proses Pengendalian proyek terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan
secara sistematis dan berurutan. Dalam hal ini, Soeharto(1995), memberikan
definisi bahwa pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan
standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,
15
membandingkan standar dengan pelaksanaan, kemudian mengadakan tindakan
pembetulan yangmdiperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan
efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Proses pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Menentukan sasaran.
Sasaran berguna untuk menghasilkan produk dengan batasan mutu yang
ditentukan, jadwal dan biaya.Sasaran merupakan tonggak dari pengendalian.
2. Definisi lingkup kerja.
Untuk memperjelas sasaran maka lingkup proyek didefinisikan lebih lanjut
yaitu mengenai ukuran, batas dan jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan lingkup proyek secara keseluruhan.
3. Menentukan standar dan kriteria patokan.
Dalam rangka mencapai sasaran secara efektif dan efisien perlu disusun suatu
standar, kriteria dan spesifikasi yang dipakai sebagai tolok ukur untuk
membandingkan dan menganalisa hasil pekerjaan.Standar, kriteria dan
patokan yang dipilih dan ditentukan harus bersifat kuantitatif, demikian pula
dengan metode pengukuran dan perhitungan harus dapat memberikan indikasi
terhadap pencapaian sasaran.
4. Memantau dan melaporkan.
Pada kurun waktu tertentu diadakan pemeriksaan, pengukuran, pengumpulan
data dan informasi hasil pelaksanaan kegiatan proyek.
5. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan.
Langkah ini berarti mengkaji segala sesuatu yang dihasilkan pada butir 4.
Disini diadakan analisis terhadap indikator yang diperoleh dan mencoba
membandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan.
6. Mengadakan tindakan pembetulan.
Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang
cukup berarti maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan. Jadi
pengendalian merupakan proses pengukuran, evaluasi dan pembetulan kinerja
proyek. Untuk proyek konstruksi, ada tiga unsur yang selalu dikendalikan dan
diukur
yaitu
kemajuan
dibandingkan
dengan
kesepakatan
kontrak,
16
pembiayaan terhadap rencana anggaran dan mutu hasil pekerjaan terhadap
spesifikasi teknik. Sehingga proses pengendalian dasar dalam setiap kegiatan
konstruksi pada umumnya terdiri dari 3 langkah pokok yaitu :
a. Menetapkan standar kinerja.
b. Mengukur kinerja terhadap standar.
c. Membetulkan penyimpangan terhadap standard yang diberlakukan, bila
terjadi penyimpangan.
Pemeriksaan kegiatan
untuk menghindarkan
penyimpangan
Perencanaan
dan
pengoordinasi
an proyek
Pelaksanaan
Proyek
Tindakan korektif
Pengendalian
- Pengukuran
- Evaluasi
- Pembandinga
n kinerja
Pencapaian
jadwal
Proyek
berhasil
Analisa penyimpangan
Gambar 2.2 Langkah-Langkah Operasi Proses Pengendalian
Sumber : Dipohusodo, “Manajemen Proyek Konstruksi”, 1996
2.5
Metode Analisis Data
Analisis Data menurut Hasan (2006:29) adalah memperkirakan atau
dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu (beberapa)
kejadian terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan/
meramalkan kejadian lainnya.Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai
variabel.
2.5.1 Kuisioner
Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden
atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian
mencatat jawaban yang berikan (Sulistyo dan Basuki, 2006:110). Pertanyaan yang
akan diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan menyangkut fakta dan
pendapat responden, sedangkan kuesioner yang digunakan pada penelitian ini
adalah kuesioner tertutup, dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan
17
menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif. Keuntungan bentuk tertutup
ialah mudah diselesaikan, mudah dianalisis, dan mampu memberikan jangkauan
jawaban.
2.5.2 Pemberian skor atau nilai
Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah satu
cara untuk menentukan skor. Kriteria penilaian ini digolongkan dalam empat
tingkatan dengan penilaian sebagai berikut(Sudjana, 2001: 106):
a. Jawaban Sangat , diberi skor 5
b. Jawaban menerapkan , diberi skor 4
c. Jawaban cukup, diberi skor 3
d. Jawaban kurang, diberi skor 2
e. Jawaban tidak, diberi skor 1
2.5.3 Statistical Package for Service Solution (SPSS)
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan
komputasi program Statistical Package for Service Solution (SPSS) karena
program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem
manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu dekriptif 18
dan
kotak-kotak
dialog
sederhana,
sehingga
mudah
dipahami
cara
pengoperasiannya (Sugianto, 2007:1).
18
Download