BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan pasar

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keberadaan pasar modal dalam aktifitas perekonomian sebuah negara sangat
penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk
membesarkan aktivitas perdagangannya. Pasar modal juga berfungsi sebagai tempat
pencairan kepemilikan saham sebuah perusahaan dengan menjualnya. Dengan
demikian, pentingnya peranan pasar modal adalah dalam rangka memobilisasi dana
dari mayarakat dan dapat juga dijadikan sebagai indikator perekonomian negara
(Muhammad, 2004:147)
Instrumen investasi tidak hanya instrumen investasi konvesional namun juga
instrumen investasi yang mempunyai prinsip syariah, misalnya reksadana syariah,
obligasi syariah, dan saham syariah. Fenomena ini merupakan kabar baik bagi
investor atas kinerja suatu perusahaan. Pasar modal syariah sebenarnya telah
bermunculan di berbagai negara Islam ataupun Barat, seperti Amerika serikat,
Malaysia, Bahrain, Qatar, Pakistan, dan Brunei Darussalam. Keberadaan pasar modal
syariah merupakan suatu usaha positif untuk mempertemukan perusahaan yang
bergerak di bidang usaha dan sesuai dengan prinsip syariah serta investor muslim
yang ingin menanamkan modalnya di pasar saham. Meskipun diakui proses
berlansungnya pasar modal syariah sekarang belum sepenuhnya berjalan sesuai
1
2
dengan ajaran-ajaran ekonomi yang ditetapkan Islam karena masih terdapat beberapa
kendala.
Menurut Ngapon, beberapa kendala pasar modal syariah yaitu masih belum
meratanya sosialiasasi mengenai pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat
mengenai investasi di pasar modal yang berbasis syariah, peranan pemerintah dalam
pengembangan pasar modal syariah dirasa kurang khususnya melalui peraturan
tentang investasi syariah, adanya biaya yang lebih mahal dibandingkan melakukan
investasi di sektor keuangan yang lain, serta pengembangan instrumen keuangan
melalui inovasi produk yang lamban.
Di Indonesia, sejarah pasar modal syariah dimulai dengan diterbitkannya
Reksa Dana Syariah oleh PT Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997.
Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT Danareksa Investment Management
meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan
untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah.
Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham
yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah. Pada tanggal
18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu
Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk
Reksa Dana Syariah.
Selanjutnya, penerbitan obligasi syariah di Indonesia dipelopori oleh PT
Indonesian Satelite Corporation Tbk, (Indosat). Saat itu Indosat hanya menawarkan
3
sekitar 10-20% saja dari obligasinya dengan skema syariah. Dari sejumlah Rp 1
triliun, Indosat menjual sekitar Rp 100 milyar ke pangsa pasar modal syariah. Pada
saat peluncurannya, respon pasar sangat positif bahkan Indosat mengalami kelebihan
permintaan (oversubscribe) hingga meningkatkan penawaran mudharabahnya
menjadi Rp 175 milyar (Bachruddin, 2008)
Kesuksesan obligasi syariah yang diluncurkan oleh PT Indosat Tbk membuat
beberapa emiten menyusul meluncurkan obligasi syariah. Emiten-emiten tersebut
diantaranya PT Berlian Laju Tanker Tbk tahun 2003 dengan nilai emisi Rp 60 milyar,
PT Bank Bukopin tahun 2003 dengan nilai emisi Rp 50 milyar, PT Bank Muamalat
Indonesia Tbk tahun 2003 dengan nilai emisi Rp 200 milyar, PT Bank Syariah
Mandiri tahun 2003 dengan nilai emisi Rp 200 milyar, dan PT Indofood Sukses
Makmur Tbk tahun 2003 dengan nilai emisi Rp 1,5 triliun.
Jumlah penerbit sukuk suatu perusahaan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan karena peluang besar yang selama ini menunjukkan bahwa pasar akan
tertarik terhadap penerbitan sukuk. Hampir semua sukuk yang diterbitkan, diserap
habis oleh pasar, bahkan pada beberapa kasus menimbulkan kelebihan permintaan.
Perdagangan obligasi syariah di Indonesia diharapkan bisa berkembang seperti di
Malaysia yang telah mencapai hasil di atas Rp 3 milyar. Selain itu, potensi investor
dari negara muslim di seluruh dunia mencapai jumlah di atas US$ 7000 milyar, suatu
jumlah yang tidak sedikit dan sangat signifikan untuk dijadikan pasar yang perspektif
bagi obligasi syariah kedepan. Hal itu menunjukkan bahwa peluang bagi
perkembangan obligasi syariah terutama di Indonesia untuk menarik investor
4
terutama investor asing karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim (Fatah,
2011).
Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah
mengeluarkan fatwa mengenai mekanisme beroperasinya pasar modal syariah, objek
yang diperdagangkan, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu emiten yang
terlibat didalamnya dan pada tahun yang sama diresmikanlah pasar modal syariah
oleh Menkeu Boediono dan dihadiri oleh wakil dari MUI, Bapepam dan lainnya.
Salah satu fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional-MUI No. 32/DSNMUI/IX/2002 yaitu tentang obligasi syariah. Fatwa DSN mengartikan obligasi
syariah sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah, yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Jenis obligasi syariah yang digunakan hingga saat ini di Indonesia adalah
obligasi mudharabah dan obligasi ijarah, dan MUI sudah mengeluarkan fatwa untuk
kedua jenis obligasi syariah tersebut. Struktur mudharabah lebih luwes untuk
pengelolaan dana dalam jumlah besar, jangka panjang, serta tidak membutuhkan
jaminan lain (Ichsien, 2003), sedangkan ijarah lebih sederhana pengelolaannya
(Nurhayati, 2015:359).
Banyaknya penerbitan obligasi syariah ini disebabkan karena sukuk
mempunyai prospek yang menjanjikan, hal yang ada pada obligasi syariah telah
menarik minat investor untuk berinvestasi, serta telah mempunyai legistimasi dari
5
Dewan Syariah Nasional (DSN) akan kehalalannya dengan keluarnya fatwa DSN No.
32/DSN-MUI/IX/2002. Berdasarkan kajian Bapepam (dalam Kurniawati, 2013) yang
menjelaskan bahwa perkembangan jumlah kumulatif penerbitan emisi sukuk
korporasi mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Namun tidak
diikuti dengan volume perdagangan di pasar sekunder yang padahal dikatakan sukuk
adalah investasi yang menjanjikan. Selain itu, berdasarkan penjelasan sebelumnya
dikatakan Indonesia termasuk lambat dalam merespon peluang sukuk dibandingkan
dengan negara lain. Minimnya minat korporasi menerbitkan sukuk karena banyak
kendala dalam menerbitkan sukuk antara lain pemahaman manajemen terhadap sukuk
dan proses penerbitan sukuk. Investor juga kurang meminati sukuk korporasi karena
tidak likuid. Biaya dana atau cost of fund untuk penerbitan sukuk lebih besar
dibandingkan dengan ongkos menerbitkan surat utang konvensional sehingga
investor akan meminta risk premium lebih tinggi daripada konvensional karena pasar
sukuk belum likuid.
Selain itu, terdapat juga faktor yang secara tidak langsung terkait dengan
likuiditas pasar sekunder sukuk yaitu masih terbatasnya penerbitan sukuk korporasi di
Indonesia baik dari aspek jumlah variasi tenor maupun jenis akad; masih kurangnya
pemahaman investor terhadap perdagangan sukuk korporasi di pasar sekunder;
penerbitan sukuk korporasi masih ditawarkan tidak secara retail kepada masyarakat
luas namun terbatas kepada investor institusi atau individu dengan nilai nominal yang
relatif besar, walaupun beberapa regulasi yang telah ada cukup memfasilitasi untuk
dijadikan sebagai landasan dalam penerbitan sukuk korporasi ritel; mayoritas karakter
6
investor sukuk merupakan investor institusi lokal seperti Perusahaan Asuransi, Dana
Pensiun, dan reksadana terstruktur yang memiliki kecenderungan membeli untuk
disimpan hingga jatuh tempo (hold to maturity).
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi terlebih dahulu investor menilai
kinerja perusahaan yang menerbitkan sukuk. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban atas dana yang diperoleh yaitu salah satunya melalui nilai penerbitan,
rating penerbitan, dan umur obligasi. Saham perusahaan-perusahaan yang
menunjukkan kinerja paling baik yang diminati oleh para investor adalah alasan
investor menginvestasikan dananya untuk memperoleh return yang tinggi.
Investor yang berinvestasi melalui obligasi syariah tentunya akan memperoleh
keuntungan sehingga keputusan investor dalam menilai tingkat leverage yang
dimiliki perusahaan menjadi pertimbangan yang menentukan apakah perusahaan
dapat mengandalkan modal eksternal yaitu hutang (obligasi). Menurut Afaf (2007)
Penerbitan obligasi akan menyebabkan terjadi peningkatan leverage. Di satu sisi
peningkatan leverage akan membawa keuntungan bagi perusahaan berupa tax shield
dimana perusahaan dapat mengurangi bagian dari earning yang dibayarkan untuk
pajak sehiingga perusahaan dapat meningkatkan nilai dari perusahaan dan
memberikan keuntungan bagi pemegang saham. Namun pada titik tertentu
penggunaan hutang akan menurunkan nilai saham karena adanya pengaruh biaya
kepailitan dan biaya bunga yang ditimbulkan dari adanya penggunaan hutang.
7
Preferensi investor ini juga didukung oleh alasan adanya rating yang dimiliki
oleh setiap emiten untuk menarik investor. Peran peringkat obligasi menjadi penting
karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang
perubahan harga sekuritas dengan hutang perusahaan. Sama halnya dengan umur
obligasi atau jangka waktu tempo adalah waktu dimana emiten yang mempunyai
kewajiban mutlak untuk membayar nilai nominal obligasi kepada pemegang obligasi
pada saat jatuh tempo. Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang
lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Sehingga
umur obligasi yang pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi investment
grade.
Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya
dibandingkan dengan return ekspektasi (Hartono, 2010). Terjadinya peningkatan
return merupakan reaksi positif dari pasar yang ditunjukan dengan perubahan harga
dari sekuritas yang bersangkutan. Apabila pengumuman tersebut mengandung
informasi, maka pasar akan menunjukan perubahan harga, reaksi pasar yang
menunjukan perubahan harga tersebut dapat diukur dengan abnormal return saham
(Budiman, 2009). Untuk memperoleh abnormal return yang diharapkan, investor
perlu memperhatikan informasi-informasi, baik itu kinerja keuangan maupun non
keuangan yang diungkapkan oleh perusahaan yang membuat pasar modal bereaksi
dan tercermin dalam abnormal return sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan investor. Salah satunya pengumuman penerbitan obligasi syariah oleh
perusahaan yang menjadi sinyal yang diberikan oleh perusahaan.
8
Dengan menerbitkan obligasi syariah diharapkan bisa memberikan dampak
pada harga saham karena hal ini merupakan sinyal bagi investor untuk mengetahui
kondisi perusahaan saat ini dan diperkirakan perkembangannya dimasa mendatang
karena menerbitkan sukuk akan meningkatkan hutang jangka panjang perusahaan dan
struktur modalpun akan mengalami perubahan. Bagi investor lain atau bagi pasar,
adanya hutang ini dapat berarti positif atau negatif. Jika investor benar-benar
memanfaatkan informasi tersebut dalam mengambil keputusan investasinya, maka
pengumuman penerbitan obligasi syariah akan berdampak pada perubahan harga
saham melalui abnormal return saham. Ataupun sebaliknya, tidak akan berdampak
pada perubahan harga saham karena perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi
akan mempunyai risiko yang tinggi pula sehingga ketertarikan investor relatif rendah
untuk berinvestasi (Kusniati dan Ekawati, 2005).
Sebelumnya penelitian yang memiliki topik serupa juga sudah pernah
dilakukan. Baik dalam penerbitan saham, penawaran obligasi juga akan
mempengaruhi struktur modal perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Ashhari et al. (2009) bahwa dapat diamati dari semua koefisien variabel bebas yaitu
maturity, debt ratio, dan firm’s size tidak signifikan kecuali untuk ukuran penawaran
(nilai penerbitan) sukuk yang berpengaruh signifikan negatif sehingga pasar bereaksi
negatif atas penerbitan sukuk. Penelitian lainnya dilakukan oleh Tondoyekti (2012)
bahwa reaksi investor melihat penerbitan obligasi sebagai informasi negatif. Hasil
pengujian kedua dan ketiga juga tidak berhasil membuktikan bahwa besar nominal
dan rating obligasi berpengaruh terhadap reaksi investor. Hasil pengujian keempat
9
berhasil membuktikan bahwa lamanya jatuh tempo (tenor) obligasi berpengaruh
terhadap reaksi investor yaitu abnormal return.
Dari latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
dengan menguji apakah terdapat pengaruh antara nilai penerbitan, rating penerbitan
dan umur obligasi syariah (sukuk) terhadap reaksi pasar modal pada perusahaan yang
menerbitkan obligasi syariah dan terdaftar di BEI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1.
Apakah nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) berpengaruh terhadap reaksi
pasar modal?
2.
Apakah rating penerbitan obligasi syariah (sukuk) berpengaruh terhadap reaksi
pasar modal?
3.
Apakah umur obligasi syariah (sukuk) berpengaruh terhadap reaksi pasar modal?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian yang dikemukakan di atas dapat diperoleh
tujuan peneltian yaitu:
1. Untuk mengetahui nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) berpengaruh terhadap
reaksi pasar modal.
10
2. Untuk mengetahui rating penerbitan obligasi syariah (sukuk) berpengaruh
terhadap reaksi pasar modal.
3. Untuk mengetahui umur obligasi syariah (sukuk) berpengaruh terhadap reaksi
pasar modal.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat menambah dan memperluas
pengetahuan mengenai obligasi syariah (sukuk) terutama mengenai dampak
penerbitan obligasi syariah (sukuk) yang dipengerahui oleh nilai penerbitan,
rating penerbitan, dan umur obligasi terhadap reaksi pasar modal, serta dapat
menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan dan
melanjutkan analisis yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan kepada
investor untuk menetapkan strategi dalam memutuskan investasi pada
perusahaan mengenai obligasi syariah (sukuk) sehingga dalam keputusan tersebut
merupakan keputusan terbaik yang diambil oleh investor, serta bagi perusahaanperusahaan yang menerbitkan obligasi syariah dapat menggunakan penelitian ini
sebagai bahan kajian dalam pengambilan kebijakan.
11
3. Manfaaat Kebijakan
Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait (IAI, pemerintah) dalam menentukan
kebijakan seperti penentuan konsensus dan standarisasi yang sangat penting
untuk meningkatkan likuiditas pasar modal syariah dan pengembangan instrumen
keuangan syariah.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini mengenai pengujian pengaruh
nilai penerbitan, rating penerbitan, dan umur sukuk terhadap reaksi pasar modal
dengan menggunakan objek penelitian perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah
(sukuk) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan sampel pada
penelitian ini adalah 2003-2014.
Download