Inisiatif Listrik dari Rakyat untuk Rakyat di Batang Uru

advertisement
SIARAN PERS
Habis Gelap Terbitlah Listrik Mandiri
- Mikrohidro Batang Uru, Kabupaten Mamasa di Tengah Krisis Energi :
“Desa Kami Berencana Jual Listrik ke PLN”
Di tengah krisis listrik yang melanda banyak daerah di tanah air, listrik mandiri
masyarakat di Desa Batang Uru menjadi inspirasi yang layak diapresiasi. Inisiatif
mikrohidro pertama dijalankan di desa ini tahun 1993, namun belum sampai memenuhi
kebutuhan energi desa ini.. Setelah melewati proses panjang, dengan sedikit dukungan
dari pihak lain, tahun 2008 Desa Batang Uru memperoleh penghargaan Desa Mandiri
Energi.
Adalah Linggi (nama lengkap) yang berada di balik keberhasilan listrik mandiri ini,
sekaligus menjadi inspirator warga lainnya untuk percaya pada kemampuan mereka
sendiri memanfaatkan sumber daya alam guna menghasilkan energi dan menggerakkan
roda pembangunan desa. Yang menarik dari mikrohidro Desa Batang Uru, karena
penyediaan turbin untuk pembangkit listriknya pun dihasilkan sendiri. Turbin-turbin ini
pun disuplai ke desa-desa lain yang menjalankan program mikrohidro.
Untuk menghasilkan turbin-turbin ini, Desa Batang Uru mendirikan satu bengkel yang
mempekerjakan 12 pemuda setempat. Pemuda-pemuda ini rata-rata lulusan sekolah dasar
atau bahkan tidak sempat menyelesaikan sekolahnya. Namun mereka diberi pelatihan dan
bekal kemampuan sehingga mampu memproduksi turbin.
Dihitung sejak tahun 1993 sampai 2009, inisiatif mikrohidro yang dirintis oleh Pak
Linggi, telah menghasilkan sekitar 115 pembangkit listrik berkapasitas lebih dari 1
megawatt, dan disalurkan ke lebih dari 15 ribu pelanggan.
Praktik Cerdas yang Diidentifikasi BaKTI
Listrik mandiri Desa Batang Uru adalah satu dari 12 praktik cerdas dari 12 provinsi KTI
yang diidentifikasi BaKTI dan telah dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Forum
KTI bulan Agustus lalu. Listrik mandiri Pak Linggi menjadi relevan dibicarakan kembali,
termasuk disebarkan melalui media massa, di tengah krisis listrik yang melanda tanah air.
Dalam analisa yang dilakukan tim BaKTI menggunakan seperangkat indikator
keberhasilan yang ketat, listrik mandiri ini menjadi praktik cerdas terpilih, yang dianggap
memiliki nilai lebih dibandingkan 11 praktik cerdas lainnya. BakTI bekerjasama dengan
Rumah Ide –sebuah rumah produksi berbasis di Makassar, yang terkenal lewat film
dokumenter Suster Apung- sedang mengerjakan film dokumenter yang berkisah tentang
upaya Pak Linggi menggerakkan pembangunan desa melalui program mikrohidro.
1
Program Mikrohidro di Batang Uru dianggap paling memenuhi kriteria praktik cerdas
terpilih, yakni: telah terbukti berhasil, bisa diterapkan di daerah lain dan berkelanjutan.
Bukti keberhasilan
Setiap desa mampu menghasilkan listrik antara 10 – 50 kilowatt meski besaran listrik
yang dihasilkan system ini memang tergantung dari debit dan sudut ketinggian aliran air
sungai. Sekarang bahkan sedang dibangun fasilitas turbin untuk menghasilkan listrik 100
kilowatt.
Yang mencengangkan, karena bahkan telah terbetik rencana kelebihan listrik desa
ini akan dijual ke PLN, di mana dananya digunakan untuk membiayai pembangunan
desa.
Keberhasilan kedua, karena Desa Batang Uru mendirikan bengkel kerja pembuatan turbin
yang mempekerjakan pemuda-pemuda setempat. Hasil produksinya dijual ke desa-desa di
sekitar Sulawesi Barat, Sulsel, dan Sulteng.
Bisa diterapkan di daerah lain
Menurut hasil studi tim Mikrohidro dari World Bank, daerah-daerah di Sulawesi Barat,
Tengah, dan Selatan memiliki potensi sungai yang bisa dimanfaatkan untuk mikrohidro.
Sejauh ini, dengan dukungan program PNPM, sekitar 50 desa di tiga kecamatan di
Sulawesi Barat telah menggunakan mikrohidro sebagai sumber listrik mandiri justru di
saat ibukota kabupaten Mamasa masih mengalami pemadaman bergilir.
Berkelanjutan:
Desa-desa pengguna mikrohidro tidak hanya menerima instalasi fasilitas turbin, tapi juga
memiliki kemampuan manajemen alokasi listrik, administrasi pembayaran, perbaikan dan
perawatan.
Isu mikrohidro di Sulawesi Barat telah menjadi isu kabupaten, dan pemerintah daerah
terus didorong untuk menjadikan ini prioritas pembangunan di sana.
Pak Linggi di sela-sela pembuatan film dokumenter menyatakan harapan agar inisiatif ini
bisa dilihat dan dipelajari oleh sebanyak mungkin orang. Tapi yang terutama, ia ingin
agar Mamasa mau membuka mata untuk inisiatif mandiri ini dan tidak melulu
menggantungkan diri ke PLN atau pendanaan dari pusat.
* Untuk menulis tentang Praktik Cerdas yang Inspiratif, profil Pak Linggi dan
Listrik Mandiri di Kabupaten Mamasa, BaKTI menyediakan informasi, data
dan latar belakang program. Silakan menghubungi:
Desta ([email protected] / [email protected] / 0812 9044 605)
2
Kiko ([email protected]/ [email protected] / 0812 421 5088)
MENYEBARKAN PRAKTIK CERDAS MELALUI MEDIA MASSA
Praktik cerdas (smart practices) belakangan ini semakin mendapat tempat sebagai model
pembangunan sosial yang memberi dampak kuat dalam membangkitkan antusiasme
masyarakat untuk menularkan gagasan-gagasan inovatif mereka.
Menawarkan solusi cerdas dipandang sebagai langkah efektif yang strategis ketimbang
menghadirkan sejumlah teori dan rencana pembangunan yang rumit dan sulit diterapkan.
Untuk mendokumentasikan dan mempromosikan praktik cerdas yang inspiratif, media
massa diminta untuk ikut mengabarkan berbagai terobosan pembangunan berbasis
masyarakat, yang meskipun skalanya kecil dan cakupan dampaknya relatif terbatas, tapi
membawa perubahan. Begitu banyak kegiatan skala desa dan kampung yang berhasil
dilakukan dengan mengatasi kendala, dilakukan dengan pendekatan yang unik inovatif
dan kreatif.
BaKTI menyiapkan informasi praktik cerdas bagi media massa untuk disebarluaskan
seiring dengan upaya BaKTI mengidentifikasi, mendokumentasi dan mempromosikan
praktik cerdas pembangunan di KTI (meliputi 12 provinsi di Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, Papua) yang dimulai sejak pertengahan 2009.
Kriteria Praktik Cerdas yang digunakan BaKTI adalah:
1.Inovatif
Merupakan inisiatif baru atau hasil replikasi dari daerah lain tetapi disesuaikan
dengan kondisi local
2.Partisipatif
Melibatkan sedikitnya 2 pemangku kepentingan (stakeholders) lokal
dan merupakan program yang dijalankan berdasarkan kebutuhan masyaraka
3.Memiliki potensi keberlanjutan:
3
- Sudah berlangsung paling tidak 2 tahun
- Masih berlangsung saaat ini
-Ada rencana untuk dilanjutkan
-Program berjalan tanpa ketergantungan pembiayaan dari donor
4. Memiliki Akuntabilitas
- memiliki akuntabilitas publik yang tinggi dan transparan
5. Berpihak pada masyarakat miskin dan mempertimbangkan kesetaraan jender
- Dinilai berdasarkan target dan penerima manfaat program
6. Membawa Perubahan Positif
Dampak yang menjadi indikator misalnya, menurunkan angka kematian ibu
melahirkan (program bidang kesehatan), menggerakkan ekonomi pedesaan (pendanaan
pedagang/petani).
4
Download