Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Pelayanan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa prenatal merupakan lingkungan manusia sebelum
lahir ataupun lingkungan embrio/janin yang ada di dalam
kandungan ibu selama 28 minggu (Soetjiningsih,1995 : 5).
Periode ini sangat penting untuk diperhatikan karena sangat
mempengaruhi kesehatan janin/calon bayi yang akan lahir dan
bertumbuh menjadi manusia yang produktif. Dalam hal ini, tidak
hanya calon bayi yang dikategorikan sehat dalam proses
menjadi manusia yang sehat dan produktif tetapi kondisi ibu dan
lingkungan pada saat ibu mengandung janin pun sangat
mempengaruhi keberadaan janin dan produktifitasnya untuk
berkembang dalam rahim ibunya (Slamet,1996). Untuk itulah
sangat penting bagi ibu hamil agar selalu menjaga dan
memeriksakan kesehatan kandungannya agar calon bayi yang
akan lahir nantinya dan dirinya memperoleh derajat kesehatan
yang baik.
Syaifudin (2001) yang mengklasifikasikan ibu hamil dalam
status resiko ringan, sedang dan berat tidak bisa dijadikan
patokan lagi, karena semua ibu hamil beresiko tinggi. Sekalipun
1
kehamilan berjalan normal, namun dalam persalinan bisa terjadi
komplikasi tanpa diprediksi sebelumnya. Pada saat memasuki
usia kehamilan trimester tiga, seorang ibu perlu berhati–hati
dalam melakukan kegiatan sehari-hari , seperti berpergian atau
melangkah di dalam rumah maupun di halaman rumah dan
lingkungan sekitar rumah. Kondisi jalan yang licin dapat
membuat ibu terjatuh serta benturan–benturan kecil seperti
benturan meja, benturan pintu dapat membuat trauma pada
kehamilan. Trauma yang sering terjadi pada ibu hamil
merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya perdarahan
pada kehamilan usia lanjut atau yang biasa disebut ante partum
bleeding (APB) ( William,1995).
Apapun penyebab dari kecelakaan yang dialami pada masa
kehamilan bila terjadi perdarahan, seberapa ringan pun sifat
perdarahan tersebut tidak dapat disepelekan, sifat perdarahan
tersebut
tetap
harus
dicurigai
sebagai
sesuatu
yang
membahayakan ibu dan janin. Hal-hal tersebut mempertegas
bahwa seorang ibu perlu melakukan pelayanan antenatal agar
dapat
mengetahui
seberapa
bahayanya
keadaan
yang
dialaminya pada saat itu dan tindakan apa saja yang perlu
dilakukan oleh ibu pada saat kejadian tersebut terjadi ( Yanti,
2010 ). Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus memeriksakan
2
kehamilannya secara bertahap dan teratur
serta mendapat
pelayanan kesehatan yang optimal.
Lebih lanjut Syaifudin, (2001) menambahkan sikap para
tenaga
kesehatan
dalam
mengasuh
ataupun
melayani
pengasuhan antenatal juga sangat mempengaruhi ibu dan
merupakan strategi dalam upaya peningkatan motivasi ibu
hamil akan pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Ryan (dalam Pustaka Kesehatan Popular 2009 : 14)
merumuskan salah satu faktor kehamilan beresiko adalah usia
ibu, yakni ibu yang berusia 30 – 40 tahun yang baru
mengandung anak pertamanya berpeluang untuk melahirkan
bayi yang sehat bahkan dapat mengandung lebih dari satu kali,
Tetapi resiko untuk memiliki kehamilan di usia yang beresiko
juga perlu disadari. Keadaan ini dapat menimbulkan kejadian
kelahiran dengan syndrome down dan dapat meningkat seiring
usia ibu, tetapi kejadian ini bisa dideteksi pada tahap awal
kehamilan pada saat ibu melakukan asuhan atau kunjungan
control kehamilan. Ryan menegaskan pada saat kunjungan
control kehamilan kepada bidan, dokter atau tenaga kesehatan
yang lainnya, ibu dapat dirujuk ke konselor genetic
untuk
merumuskan langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh
ibu.
3
Youngson (2009 : 20)
menegaskan bahwa kurangnya
partisipasi ibu dalam pengontrolan kehamilan juga akan
berdampak pada pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap
kehamilan seperti nutrisi yang harus dipenuhi ibu pada saat
kehamilan berlangsung serta persiapannya sampai pada saat
proses kelahiran. Youngson juga mengemukakan penyebab
kelahiran bayi sebelum waktunya (premature) salah satunya
adalah kurang pengetahuan ibu dan kebiasaan ibu sewaktu
hamil seperti kebiasaan merokok, memakai obat terlarang,
infeksi alat kelamin (bacterial vaginosis), dan pengaruh kondisi
serviks (leher rahim) yang seharusnya tertutup rapat selama
kehamilan menjadi melebar dan membuka jalan lahir sebelum
waktunya, dengan pengontrolan kehamilan yang teratur dokter
atau tenaga medis dapat memutuskan kehamilan yang dialami
ibu sangat beresiko, maka akan lebih baik dan aman jika bayi
dilahirkan lebih awal.
Dalam Rakernas dan seminar Loka Karya Aliansi Pita Putih
tahun 2008 dengan mengusung tema “ Penurunan Kematian
Ibu : Pencapaian MDG dalam Perspektif pemerintahan”
dipaparkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia cenderung
menurun tetapi masih tinggi dari segi jumlah kematian
(magnitude) paling besar di ASEAN. Dari seminar tersebut
4
dirumuskan lima faktor determinan yang menjadi penyebabkan
kematian ibu di Indonesia, yaitu (1) komplikasi saat melahirkan
yang merupakan penyebab secara langsung kematian ibu, (2)
status kesehatan dan gizi, ditetapkan sebagai faktor- faktor
yang
memperburuk
keadaan
ibu,
(3)
keterbatasan
pengetahuan, (4) ketersediaan sumber daya, (5) status
perempuan seperti yang dimaksudkan adalah taraf pendidikan
perempuan, status sosial ekonomi perempuan, pengambilan
keputusan ditingkat rumah tangga. Faktor ke empat dan ke lima
merupakan faktor–faktor dasar. Faktor kedua dan faktor ketiga
ditempatkan sebagai faktor-faktor yang paling mempengaruhi
kematian ibu di Indonesia dan dianalisis berdasarkan
tiga
aspek yaitu (1) perlindungan dan perilaku dalam keluarga, (2)
kepatuhan terhadap tata cara melahirkan,(3) akses dalam
penggunaan layanan kesehatan. (http://p3b.bappenas.go.id)
Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 2009 mencatat bahwa jumlah kematian ibu maternal di
Rumah Sakit di Indonesia cenderung meningkat sampai tahun
2008. Pada tahun 2006 tercatat jumlah kematian ibu maternal di
Indonesia sebesar 237 kasus pada tahun 2007 menurun
menjadi 170 kasus dan pada tahun 2008 meningkat menjadi
505 kasus (dalam http://www.depkes.go.id). Angka Kematian
5
Ibu
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
termasuk
status
kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama
kehamilan dan melahirkan (Profil kesehatan Indonesia 2008
:46). Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007
memaparkan salah satu faktor yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang selain lingkungan fisik, kimia, biologis dan
keturunan adalah perilaku sosial budaya dan pelayanan
kesehatan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menyatakan
bahwa
angka
pemeriksaan
kehamilan
dengan
tenaga
kesehatan sudah lebih baik, yaitu 84%. Akan tetapi masih ada
2,8% tidak melakukan pemeriksaan kehamilan bahkan 3,2%
masih
memeriksakan
kehamilan
ke
dukun.
(http://www.diskes.jabarprov.go.id/)
Di Indonesia tingkat pemanfaatan antenatal care oleh ibu
hamil di sarana kesehatan yang disediakan pemerintah dan
swasta masih belum sepenuhnya mencapai hasil atau target
yang
diharapkan
(Peranginangin,
2006).
Lebih
lanjut
Peranginangin memaparkan hal ini berdasarkan gambaran dari
kunjungan ibu hamil untuk pelayanan antenatal di Indonesia
berdasarkan hasil Survei Kesehatan Ibu Pendekatan Kemitraan
dan Keluarga di 10 Kabupaten Propinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur berkaitan dengan penggunaan fasilitas pelayanan untuk
6
pemeriksaan kesehatan selama kehamilan, ditemukan lebih dari
83 persen wanita memeriksakan kesehatan selama kehamilan
di fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah ataupun
swasta. Angka ini masih lebih rendah dari target cakupan
antenatal care (ANC) yang diharapkan menjadi 90 persen pada
tahun 2004 hingga 2008( dalam http://regionalinvestment.com/).
Salah satu propinsi yang menjadi sorotan utama pemerintah
dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah propinsi
Nusa Tenggara Timur. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
memaparkan Propinsi NTT merupakan salah satu propinsi dari
7
propinsi
yang
dikategorikan
belum
maksimal
dalam
memanfaatkan layanan kesehatan ditinjau dari faktor akses
tempat pelayanan kesehatan dan jarak. Propinsi Kalimantan
Barat 16,3%, Sulawesi barat 14,5%, Nusa Tenggara Timur
14,2%, Papua 12,7%, NAD 10,8%, Sulawesi Tenggara 10,4%,
dan Maluku 10,4%.(http://www.docstoc.com/doc//Laporan-HasilRiset-Kesehatan-Dasarl-2007/). Hasil Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2010 memaparkan
akses (K1) oleh ibu hamil di
Indonesia dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
dalam hal ini layanan untuk pemeriksaan kehamilan sudah lebih
baik dibandingkan dengan hasil riset kesehatan tahun 2007.
Angkanya mampu mencapai 92,8% dalam mengikuti program
7
pelayanan
antenatal,
akan
tetapi
hanya
61,3%
yang
memanfaatkan pelayanan antenatal secara benar. Dalam hal ini
masih ada ibu hamil yang tidak memanfaatkan pelayanan
antenatal atau tidak melakukan pemeriksaan kehamilan pada
tenaga
kesehatan
bahkan
masih
ada
3’2%
ibu
yang
memeriksakan kehamilannya pada dukun.
Pelayanan Antenatal (ANC)
merupakan perawatan atau
asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran,
yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif
bagi ibu hamil maupun bayinya dengan alasan menegakkan
hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi
yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan kesehatan. Asuhan Antenatal penting
untuk menjamin proses alamiah kelahiran berjalan normal dan
sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan
(Mochtar, 1998).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan oleh tenaga
kesehatan
profesional
(dokter
spesialis
kandungan
dan
kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil
selama
masa
kehamilannya,
yang
mengikuti
pedoman
pelayanan antenatal yang ada diutamakan pada kegiatan
promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat
8
dari cakupan
pelayanan K1 (kunjungan pertama) dan K4
(kunjungan 4 kali). Cakupan K1 atau juga disebut akses
pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil
yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan
kesehatan
untuk
mendapatkan
pelayanan
antenatal.
Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta
paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali
pada trisemester pertama, sekali pada trisemester dua dan dua
kali
pada
trimester
(http://www.depkes.go.id//profil_ntt_07//).
Angka
ketiga
ini
dapat
dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan
kepada ibu hamil (Dinas Kesehatan NTT: Profil Kesehatan NTT,
2007 : 61).
Masyarakat Kabupaten Sumba Timur pada tahun
2007
dikategorikan masih kurang dalam memanfaatkan atau mencari
pelayanan kesehatan. Hal ini dikemukakan oleh Gidion Mbiljora
Wakil Bupati Kabupaten Sumba Timur pada masa itu (dalam
Seminar: Pemerintah Kabupaten Sumba Timur Menjawab
Tantangan MDGs 2006 : 3). Prosentase Cakupan Pelayanan
K4 ibu hamil menurut Kabupaten/kota di Propinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2007, Kabupaten Sumba Timur memiliki
9
prosentase di bawah 60%, dan nilai prosentase tertingginya
adalah 84,70% oleh Kabupaten Ende dan Kabupaten TTS
dengan nilai terendah dengan prosentase sebesar 47,36%.
Menurut Sirilus Gang (petugas Kesehatan di Puskesmas
Kecamatan
Nggaha
Oriangu)
dari
tahun
2009-2010
masyarakat di Kecamatan Nggaha Oriangu terkhususnya yang
disebutkan adalah para ibu hamil yang datang dan melakukan
pengasuhan antenatal terbilang sangat rendah. Data terakhir
tahun 2010 yang direncanakan pusat pelayanan setempat yaitu
Puskesmas menargetkan setidaknya mencapai 70% angka
kunjungan Pelayanan Antenatal tersebut tetapi prosentase yang
didapatkan hanya sebesar 20%, dan dari total kunjungan yang
dijelaskan pun kunjungan yang dilakukan jika usia kehamilan
sudah memasuki usia trimester 3 dan rata-rata total kunjungan
tiap ibu hamil sampai dengan menjelang melahirkan adalah 2
kali.
Data
berikut
menggambarkan
yang
disampaikan
menurut
Sirilus
perilaku masyarakat di Kecamatan Nggaha
Oriangu ini pada umumnya sama. Jika pengalaman penatua
atau orang tua dikatakan baik maka generasi berikut dikatakan
harus mencontoh orang tua. Salah satu
perilaku yang
dicontohkan adalah jika wanita hamil harus tinggal di dalam
10
rumah dan tidak usah terlalu bersinggungan dengan lingkungan
di luar rumah. Meskipun ada beberapa keluarga yang tetap
menggunakan Puskesmas setempat sebagai pilihan tempat
bersalin tetap saja dalam prioritas masyarakat menggunakan
jasa dukun beranak atau tenaga terlatih tetapi bukan tenaga
kesehatan.
Pelayanan Antenatal di Kecamatan Nggaha Oriangu masih
sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat, mengingat
sangat pentingnya pemeliharaan kesejahteraan ibu dan janin
yang dikandung serta pencegahan komplikasi saat melahirkan,
dan disuguhkan dengan cerita masyarakat yang masih sulit
untuk memanfaatkan pelayanan antenatal dapat dilihat bahwa
penggunaan pelayanan antenatal oleh ibu hamil di Kecamatan
Nggaha Oriangu belum sepenuhnya maksimal. Masyarakat
masih berpegang pada cerita orang tua atau leluhur sehingga
mempengaruhi
keseharian
mereka
termasuk
dalam
menggunakan pelayanan kesehatan. Berdasarkan uraian dan
penjelasaan di atas maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “ Faktor–faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan
pelayanan antenatal (ANC) di Puskesmas Nggaha Oriangu
Kecamatan Nggaha Oriangu Kabupaten Sumba Timur NTT”.
11
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, fokus penelitian
yaitu mendeskripsikan faktor–faktor
jumlah kunjungan
yang mempengaruhi
Antenatal care (ANC) pada ibu hamil di
Puskesmas Nggaha Oriangu kecamatan Nggaha Oriangu
Kabupaten Sumba Timur NTT.
1.3 Signifikansi dan keunikan penelitian
Periode Prenatal merupakan periode yang sangat penting
bagi seorang ibu, karena periode ini sangat mempengaruhi
kesehatan janin/calon bayi yang akan lahir dan bertumbuh
menjadi manusia yang produktif. Dalam hal ini status kehamilan
seorang perlu diketahui agar kondisi janin maupun ibu dapat
terus diawasi. Untuk itulah seorang ibu perlu melakukan
pelayanan antenatal agar dapat mengetahui kondisi janin dan
ibu pada saat melakukan pemeriksaan tersebut serta tindakan
apa saja yang perlu dilakukan oleh ibu pada saat itu (Yanti,
2010).
Tingkat pemanfaatan Antenatal care oleh ibu hamil di
sarana kesehatan yang disediakan pemerintah maupun swasta
masih belum sepenuhnya mencapai hasil atau target yang
diharapkan (Peranginangin, 2006). Riset Kesehatan Dasar
12
Tahun 2007 memaparkan propinsi NTT merupakan salah satu
propinsi yang masuk dalam kategori propinsi yang belum
maksimal dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu
dengan jumlah prosentase 14,2% ditinjau dari faktor akses
tempat
pelayanan
kesehatan
dan
jarak.
Dalam
(http://www.docstoc.com/docs/RISKESDAS2007//).
Pelayanan
antenatal
kesehatan
merupakan
pelayanan
oleh
tenaga
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa
kehamilannya
(http://www.depkes.go.id).
Riset
Kesehatan
Dasar Tahun 2010 menyebutkan bahwa masih ada 3,2% ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya pada dukun dan
61,3% yang memanfaatkan pelayanan antenatal secara benar,
termasuk
diantaranya
adalah
Kabupaten
Sumba
Timur.
Prosentasi cakupan pelayanan ibu hamil menurut Kab/kota di
propinsi NTT tahun 2007 di bawah 60% dengan nilai tertinggi
84,70%. Termaksud didalamnya adalah kecamatan Nggaha
Oriangu. Pusat pelayanan setempat menetapkan jumlah
kunjungan pelayanan antenatal sampai tahun 2010 adalah
sebesar 20% dan dari total kunjungan yang dijelaskan pun,
kunjungan yang dilakukan jika usia kehamilan sudah memasuki
13
usia trimester tiga dan rata rata total kunjungan tiap ibu hamil
sampai dengan menjelang melahirkan adalah 2 kali.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk :
1. Mengetahui Pelayanan antenatal (ANC) di Puskesmas
Nggaha Oriangu Kecamatan Nggaha Oriangu Kabupaten
Sumba Timur NTT.
2. Mendeskripsikan
faktor-faktor
penyebab
jumlah
pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) oleh ibu hamil
di Puskesmas Nggaha Oriangu Kec Nggaha Oriangu Kab.
Sumba Timur NTT.
3. Menjelaskan
keterkaitan
faktor
penyebab
jumlah
pemanfaatan pelayanan ANC dan pelayanan ANC di
Puskesmas Nggaha Oriangu. Kec. Nggaha Oriangu Kab.
Sumba Timur NTT.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Faktor-faktor yang teridentifikasi sebagai alasan ibu
memanfaatkan
pelayanan
antenatal
care
diharapkan
mampu memberi kontribusi dalam bidang keperawatan
14
maternitas khususnya dalam pengembangan teori motivasi
bagi ibu hamil untuk menggunakan pelayanan Antenatal
Care (ANC)
2. Manfaat Praktis
a. Peneliti
Pelakasanaan
pengalaman
penelitian
yang
berharga
ini
akan
untuk
menjadi
peneliti
dan
memperkaya pengetahuan peneliti serta hasil penelitian
dapat membantu peneliti merumuskan pendekatanpendekatan yang dapat digunakan dalam memberikan
pendidikan keperawatan pada pasien dan masayarakat
ke depannya dalam memasuki ranah pekerjaan.
b. Lahan Penelitian
Hasil
tambahan
Penelitian
diharapkan dapat
informasi,
atau
bahan
memberikan
masukan
bagi
Puskesmas untuk mengevaluasi sikap dan tindak para
tenaga kesehatan di Puskesmas dalam
memberikan
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada ibu hamil.
c. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat diharapkan menjadi bahan
masukan dalam proses belajar mengajar terutama
mengenai keperawatan maternitas dalam topik upaya
15
para tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
ANC kepada ibu hamil dan dalam mata ajar Pendidikan
keperawatan yaitu sebagai mahasiswa keperawatan
dituntut untuk memiliki kompetensi pemberian pendidikan
keperawatan kepada klien. Untuk itu hasil penelitian
diharapkan
dapat
membantu
mahasiswa
untuk
mengetahui pendekatan yang tepat kepada para ibu
hamil
sebelum
memberikan
pendidikan
ditinjau dari faktor-faktor yang teridentifikasi.
16
kesehatan
Download