simulasi reservoir berdasarkan impedansi akustik dan uji

advertisement
KARAKTERISASI RESERVOIR TERPADU ANALISA SEISMIK DAN HASIL UJI SUMUR
DALAM MEMODELKAN RESERVOIR REKAH ALAMI VULKANIK JATIBARANG
SEBAGAI DASAR ACUAN RENCANA LANJUT PENGEMBANGAN LAPANGAN
Oleh : Andrie Haribowo / Reservoir Engineering PERTAMINA DOH-JBB
Pendahuluan
Struktur Jatibarang terletak kurang lebih
126 km ke arah Timur Laut kota Bandung atau
35 km sebelah Barat Daya kota Cirebon,
merupakan salah satu struktur penghasil
hidrokarbon PERTAMINA Daerah Oparasi
Hulu Jawa Bagian Barat dimana secara
administratif termasuk dalam pemerintahan
kabupaten Indramayu.
Jawa Sea
MB
TB N -1
JA KAR TA
RDL
W N J -1
B JR
C IL A M A YA
S K D -1
J A W A IS LA N D
tektonik global Asia Selatan, Asia Tenggara dan
Australia. Pembentukan dan perkembangan
cekungan – cekungan Tersier di dalam dan
sekitar Lempeng Sunda, dikontrol dan
dipengaruhi
oleh
terjadinya
tumbukan
(collision) antara Lempeng (benua) India
dengan bagian tepi selatan dari Lempeng
(benua) Eurasia. Gejala tektonik yang terjadi
pada awal Eosen itu, mengawali pembentukan
cekungan-cekungan
di
Sumatera,
Jawa,
Malaysia, Thailand, dan Kalimantan.
PM S
K AN D AN G H U R
P E G A D EN
P A S IR J A D I
J A T IB A R A N G
J A T IN EG A R A
CIR EB O N
SU B AN G
R AN D EG AN
Ja tib a ra n g
N
B A N D UN G
0
25
1 00 km s
Gambar 1. Peta Lokasi dan Stratigrafi Lap. JTB
Hasil analisa perilaku produksi dan
tekanan dari sumur-sumur yang berproduksi
dari formasi produktif vulkanik jatibarang
menyimpulkan bahwa distribusi zona produksi
reservoir kajian sangat terkait dengan
pembentukan dan penyebaran rekahan (fracture)
disamping
efektivitas
penyebaran
/
perkembangan dari unit siklus dan fasies di
seluruh areal struktur. Hal tersebut didukung
pula oleh hasil analisa seismik yang
mengaplikasi
Trace attribute instantaneous
frequency untuk menemukan indikasi intensitas
rekahan yang berkembang di sekitar suatu
patahan sebagai media konduktivitas antar
kompartmen hingga membentuk suatu ‘flow
unit’. Low Instantaneous frequency mengindikasikan adanya intens fracture zone, dan
sebaliknya untuk high instantaneous frequency.
pemilihan model dimaksud juga diperkuat oleh
hasil interpretasi / analisa ‘uji transient tekanan’
dari sumur-sumur yang berlokasi dekat Dengan
patahan-patahan utama dari struktur ini, yang
mana kebanyakan memberikan gambaran
‘reservoir boundary’ dengan tipe ‘Leaky Fault’.
Geologi Regional
Struktur Jatibarang recara regional
terletak pada Sub Cekungan
Jatibarang,
Cekungan Jawa Barat Utara. Sejarah tektonik
cekungan ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah
Gambar 2. Peta Struktur kedalaman Top ‘V’ Jatibarang
Geologi Struktur
Cekungan Jawa Barat Utara terpotong
sebagai blok-blok akibat patahan-patahan yang
berarah umum Utara-Selatan. Patahan-patahan
ini memegang peranan penting dalam
perkembangan sub cekungan dan kontrol
sedimentasi (Suyanto,1977). Cekungan Jawa
Barat Utara terdiri atas 3 sub cekungan yaitu sub
cekungan Ciputat, Pasir Putih dan Jatibarang
diantaranya
terdapat
tinggiantinggian
Tanggerang, Rengasdengklok dan Pamanukan.
Gambar 2. Cekungan Jawa barat Utara
Stratigrafi
Urut-urutan litologi dari cekungan
Cekungan Jawa Barat Utara ini dari tua ke
muda, sebagai berikut :
Batuan Dasar ;
Terdiri dari batuan beku dan batuan metamorf.
Pada daerah Jatibarang batuan dasar ini terdiri
dari
metasedimen
dan
tidak
didapati
hidrokarbon. Kelompok ini berumur Pre Tersier
hingga Awal Paleosen.
Formasi Jatibarang
Satuan ini merupakan endapan early synrift,
terutama dijumpai di bagian tengah dan timur
dari Cekungan Jawa Barat Utara. Formasi ini
berkembang sangat baik di daerah studi
(Struktur Jatibarang). Pada bagian barat
cekungan ini (daerah Tambun-Rengasdengklok),
formasi Jatibarang tidak dijumpai (sangat tipis).
Formasi ini terdiri dari tufa, breksi, aglomerat
dan konglomerat atas. Formasi ini diendapkan
pada fasies fluvial/non marine-marine.
Formasi Talangakar
Pada fase synrift berikutnya diendapkan
Formasi Talangakar. Litologi formasi ini diawali
oleh perselingan sedimen batupasir dengan
serpih non marin dan diakhiri oleh perselingan
antara batugamping, serpih dan batupasir dalam
fasies marin. Ketebalan Formasi ini sangat
bervariasi dari beberapa meter di Tinggian
Rengasengklok sampai 254 m di tinggian
Tambun - Tangerang hingga diperkirakan lebih
dari 1500 m pada pusat Dalaman Ciputat.
Formasi Baturaja
Pengendapan Formasi Baturaja yang terdiri dari
batugamping, baik yang berupa paparan maupun
yang berkembang sebagai reef buildup
menandai fase post rift yang secara regional
menutupi seluruh sedimen klastik Formasi
Talangakar di Cekungan Jawa Barat Utara.
Perkembangan batugamping terumbu umumnya
dijumpai pada daerah tinggian. Pada sub
Cekungan Jatibarang diperkirakan Formasi
Baturaja yang tidak berkembang cukup baik.
Formasi Cibulakan Atas
Formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih
dengan batupasir dan batugamping. yang
umumnya merupakan batugamping klastik serta
batugamping terumbu yang berkembang secara
setempat-setempat. Batugamping terumbu ini
dikenali sebagai Mid Main Carbonate (MMC).
Formasi Parigi
Formasi Parigi terdiri dari batugamping klastik
maupun batugamping terumbu. Pengendapan
batugamping ini melampar ke seluruh Cekungan
Jawa Barat Utara dan pada umumnya
berkembang sebagai batugamping terumbu.
Yang menumpang secara selaras di atas Formasi
Cibulakan Atas. Formasi Parigi Pada daerah
Jatibarang berkembang cukup baik.
Formasi Cisubuh
Di atas Formasi Parigi diendapkan sedimen
klastik serpih, batulempung, batupasir dan di
tempat yang sangat terbatas diendapkan juga
batugamping tipis yang dikenal sebagai Formasi
Cisubuh. Seri sedimentasi ini sekaligus
mengakhiri proses sedimentasi di Cekungan
Jawa Barat Utara.
Interpretasi dan Pemodelan Geologi
Identifikasi
fasies
volkanik
dan
volkaniklastik formasi jatibarang dilakukan
dengan mengacu data petrofisika(logging)
dengan membuat cross plot log NPHI dan
RHOB pada Interval prospek dari setiap sumur.
Hasil cross plot diinterpretasi dengan melakukan
modifikasi daftar interpretasi litologi milik
‘Schlumberger’ yang selama ini lazim
digunakan pada batuan sedimen.
Hasil cross plot diinterpretasikan dengan
menentukan ‘cluster’ atau ‘area’ pada hasil
‘plotting’ yang diartikan kelompok ploting
tersebut memiliki kesamaan nilai pada kedua
variabel. Dari hasil Cross Plot semua sumur
yang ada dapat ditentukan empat ‘cluster data’
atau ‘area’ yang masing-masing menggambarkan fasies-fasies yang berbeda, yaitu :
1. V1 : Tuff / Lithictuff; yang memiliki kisaran
log RHOB : 2.4 – 2.6; dan NPHI: 0.07 – 0.2
2. V2 : Lithictuff / Aglomerat yang memiliki
kisaran nilai log RHOB : 2.0 - 2.5; dan
NPHI: 0.2 – 0.4
3. V3 : Detrital / Ruble (epiclastic), yang
memiliki kisaran nilai log RHOB : 2.0 –
2.45; dan NPHI: 0.1 – 0.3
4. V4 : Andesit / Basalt Lava: yang memiliki
kisaran nilai log RHOB >2.5; NPHI <0.2
Penerapan hasil interpretasi cross plot
dari setiap sumur pada penampang komposit
sumurnya
memperlihatkan terdapat siklus
pengendapan endapan volkaniklastik yang
ditandai perulangan fasies dan kelompok fasies.
Yang dapat diinterpretasikan sebagai siklus
endapan volkaniklastik yang setiap sikusnya
selalu diakhiri oleh terendapkannya epiklastik.
Dengan fakta tersebut dan penerapan
model konseptual tentang geometri yang
mungkin, volume material terendapkan,
permukaan pengendapan, perubahan fasies dan
adanya permukaan erosional (ketidakselarasan)
maka dapat disimpulkan bahwa setidaknya
terdapat 5 siklus pengendapan volkaniklastik
pada perkembangan Formasi Jatibarang ini.
Interpretasi seismik
Penelusuran Horizon seismic dilakukan
dengan menggunakan data seismik standar
(amplitude), check shot/Well Velocity Survey
dan data VSP sumur yang ada. Horizon yang
ditelusuri pada awal interpretasi adalah Top
Parigi, Upper Cibulakan , Top dan Intra
Volcanic Jatibarang serta perkiraan basement.
Hasilnya digunakan untuk proses seismic
Inversi (acoustic impedance section) yang
selanjutnya digunakan untuk interpretasi detil
lapisan Volcanic Jatibarang.
Penelusuran seismic detil dengan data
hasil seismic inversion (acoustic impedance)
diawali
dengan
penentuan
marker
(parasequence set) dengan kontrol data sumur.
Marker/Horizon seismic yang ditelusuri
mewakili satu satuan volcano stratigraphi/cycle.
Pada marker yang sama dapat memperlihatkan
litologi (impedansi) yang berbeda, perubahan ini
di Interpretasikan sebagai adanya suatu
perubahan fasies secara lateral dan adanya
ketidak menerusan suatu Cycle pada Volkanik
Jatibarang (erotional / facies change).
Pemetaan StrukturWaktu dan kedalaman
Pemetaan struktur waktu puncak
Formasi Jatibarang menunjukkan pola struktur
utama di Lapangan Jatibarang adalah relatif
utara-selatan. Pola tinggian dikontrol oleh sesar
geser yang merupakan rejuvenasi dari sesar
normal yang telah ada sebelumnya. Diantara dua
sesar utama tersebut terdapat beberapa sesar dari
orde yang lebih kecil yang cukup intensif dan
dapat membentuk zona-zona fracture. Pola peta
kontur waktu menunjukkan pola tinggian di
bagian tengah dan mendalam ke utara dan barat.
Pembuatan peta kedalaman Formasi
Jatibarang dilakukan dengan menggunakan data
kontur waktu dan menggunakan data checkshoot
yang ada serta dengan kontrol data sumur di
struktur Jatibarang sebagai data utama. Peta
kedalaman dibuat sebagai suatu Horizon yang
menerus, dan dengan konsep Cycle - Volcano
Stratigraphy dimana Cycle tersebut dapat tidak
menerus, dilakukan penelusuran batas cycle
yang dinyatakan dalam batas facies. Hal ini
dapat diamati terutama pada Cycle 5,4 dan 3.
Pemetaan Acoustic Impedance
Pemetaan accoustic impedance dilakukan untuk
mengetahui perubahan fasies dan reservoar zona
produksi Lapangan Jatibarang. Pendekatan yang
dilakukan untuk pemetaan akustik impedance
diintegrasikan dengan data volcano stratigraphy
dilakukan pada beberapa sumur sebagai marker.
Pemetaan Acoustic Impedance dihasilkan
dengan melakukan CSA (Compute Seismic
Amplitude) dari dua horizon (Horizon – horizon
Computation) dan horizon ke kedalaman
tertentu sebagai batas (Horizon–Z Computation)
dari muda ke tua (stratigrafi dari atas ke bawah)
sebagai berikut :
Gambar.5 : Peta Horizon dan AI Ke-5 Siklus Fasies
Reservoir Kajian
Karakterisasi Dan Simulasi Reservoir
Karakterisasi Reservoir
Dalam pengelolaan reservoir konvensional
tujuan dari kajian-kajian geologi, geofisika dan
teknik reservoir sering dipandang sebagai hal
yang terpisah, padahal kenyataannya proses
karakterisasi reservoir memerlukan pendakatan
dalam berbagai skala dan bidang keilmuan. .
Resolusi pengukuran data geologi, geofisika dan
teknik reservoir itu sendiri memiliki kisaran
yang sangat luas. Misalnya resolusi vertikal log
mencapai skala sentimeteran, resolusi lateralvertikal seismik mencapai 10-100 meter, dan
sekala uji transient tekanan dapat mencakup
skala radius pengurasan sumur / reservoir.
4.1.1. Sejarah Tekanan
Data tekanan reservoir dihasilkan dari sejumlah
bottomhole pressure survey (BHP) pada sumursumur yang dikomplesi pada zona produktif
vulkanik jatibarang sejak tahun 1973, sebagian
merupakan data data uji penutupan sumur
(PBU) sebagian dari Drawdown /flow after flow
test dan yang lain merupakan hasil survey
gradient tekanan statik / Alir dasar sumur.
Time (Infinite Acting Radial Flow). Sedangkan
untuk periode yang berada dibelakangnya (Late
time) dijumpai banyak sekali variasi diantaranya
konstan pressure, leaky fault dan sebagian lagi
tidak mencapai periode / flow regim ini
disebabkan pendeknya / kurang mencukupinya
waktu uji yang digunakan. Namun secara umum
didapatkan informasi bahwa kualitas / kondisi
reservoir vulkanik Jatibarang ini sangat kuat
dipengaruhi oleh rekahan-rekahan hingga
menyebabkan blok-blok patahan yang ada
teridentifikasi konduit (leaky fault).
Dari analisa / interpretasi ‘pressure
history’ dan pressure transient test analysis
(PTA) didapatkan gambaran model reservoir
yang lebih dikontrol oleh silkus fasies (5 cycle)
serta perkembangan dan intesitas dari rekahanrekahan (fracture) yang ada.
Gambar.7: Sejarah Tekanan reservoir Vulk. JTB
Seismik attribute Instaneus Frequensi
Hasil analisa sesimik attribute instaneous
Frequensi dari beberapa lintasan yang di anggap
mewakili kodisi reservoir dapat dilihat pada
gambar 4.1.3.1 dan 4.1.3.2.
Analisa / interpretasi sejarah tekanan reservoir
vulkanik Jatibarang (plot tekanan vs waktu)
sepintas terlihat menyebar, namun jika dicermati
lebih lanjut ternyata pada sejarah tekanan
reservoir tersebut teridentifikasi pola-pola
(trend-trend) yang terlihat mengelompok dan
memiliki korelasi terhadap waktu produksinya.
Hasil interpretasinya mengidentifikan sedikitnya
terdapat 5 sistem / flow unit yang terlihat tidak
berhubungaan antara satu dengan lainnya.
Analisa Uji Transient Tekanan
Dari 170 buah sumur yang menebus reservoir
vulkanik jatibarang terinventarisasi 21 sumur
yang memiliki data PBU test dengan lama
waktu penutupan bervariasi anatar 4 – 72 jam.
kemudian pada data-data test tersebut dilakukan
analisa dan interpretasi ulang menggunakan
perangkat lunak komersial PTA ‘Well Test-200’
(dari Geoquest). Analisa dilakukan berdasarkan
3 metoda (pressure plot) yaitu linier plot, horner
plot (Pws vs tp+dt/dt) serta Pressure derivatif.
Sumur-sumur kajian merupakan sumursumur kunci yang memiliki posisi yang relatif
dekat dengan patahan-patahan yang ada serta
yang berada didaerah batas terluar (outer
reservoir boundary). Berdasarkan hasil analisa
‘pressure transient test’ dari sumur-sumur kajian
didapatkan gambaran / informasi untuk dua
periode rambat tekanan (flow regim) yang relatif
sama yaitu constan wellbore stroge untuk early
time (ETR) dan dual porosity untuk Middle
Gambar Peta Instaneous Frequensi Dari masing2 Cycle
Pemodelan Reservoir
Pemodelan reservoir merupakan penggunaan
model fisik maupun matematika yang dianggap
dapat merepresentasikan perilaku suatu sistem
reservoir. Adapaun tujuan dari pemodelan
reservoir adalah untuk memperkirakan kinerja
reservoir terhadap berbagai kondisi / perlilaku
produksi. Lebih lanjut bentuk dan kondisi
reservoir termasuk heterogintas reservoir secara
detail dapat dmasukan kedalam model yang
bersangkutan. Dalam implementasinya suatu
areal reservoir dapat dibagi menjadi unit-unit
blok grid (cells) dengan bentuk, kondisi serta
posisi yang disesuaikan dengan koordinat dan
heterogenitas reservoir yang direpresentasikannya. Dengan demikian setiap cells yang ada
diharapkan dapat mewakili kondisi reservoir
secara detail.
Berdasarkan integrasi data hasil analisa
terpadu analisa seismik dan uji sumur
didapatkan gambaran reservoir vulkanik
jatibarang yang relatif lebih sederhana
dibandingkan model G&G dasar semula yang
begitu kompleksnya, dimana sedikitnya terdapat
300 kopartemen dengan sifat-sifat karakteristik
reservoir yang berbeda .
Model reservoir hasil penyederhanaan
ini terdiri dari 5 flow unit. Jadi zonasi produksi
pada reservoir objektif lebih dikontrol oleh
distribusi dan perkembangan dari siklus fasies di
seluruh areal struktur jatibarang. Fakta analisa
seismik maupun uji tekanan mendukung
gambaran bocornya kompartemenisasi oleh
rekahan-rekahan yang berkembang disekitar
patahan-patahan utama maupun patahan-patahan
minor yang ada menyebabkan terjadinya
hubungan / komunikasi antar blok-blok yang
telah terbentuk lebih dulu.
Perbandingan spesifikasi antar model
geologi-reservoir hasil penyederhanaan model
geologi mula-mula disajikan dalam tabel 4.1.4.
Tabel-1. Perbandingan model geologi dan
Reservoir
Regionisasi
Model Geologi
Zonasi Arah Verikal
Sub zonasi vertikal
Arah Horizontal
OWC
Dimensi Grid
5 (cycle)
1-5
12 (block)
Tiap sub zonasi
-
Model
Reservoir
5 (cycle)
6
Tiap cycle
50 x 40 x 16
4.2. 1. Persiapan Data
Persiapan data yang dilakukan untuk
simulasi reservoir vulkanik Jatibarang dapat
dikatagorikan tidak mengalami kesulitan yang
cukup berarti dikarenakan data-data yang relatif
lengkap yang berasal dari sumur-sumur yang
relatif banyak (170 sumur yang menembus
lapisan vulkanik) serta umur produksi yang
relatif lama.
Karakteristik fluida reservoir yang
digunakan dalam memodelkan reservoir
vulkanik Jatibarang berasal dari analisa PVT
pada 5 buah sample minyak dari 5 sumur yang
berbeda yang dianggap mewakili fluida
reservoir dari masing-masing zonasi produksi
yang bersangkutan.
Griding
Model reservoir yang digunakan
merupakan penyederhaan dari model geologi
hasil kerja sama PERTAMINA DOH JBB LPM ITB. Dimensi grid model yang digunakan
adalah 50x40x16 dengan luasan grid (i x j)
sebesar 136 x 135 meter. Gambar 1. 5 berikut
merupakan gambaran 3 dimensi dari model grid
reservoir vulkanik jatibarang dimana masingmasing fasies yang ada diwakili oleh warna
perlapisan /grid cell yang berbeda satu sama
lainnya.
Gambar 1. Griding model reservoir Vulkanik Jatibarang
Gambar : Hasil penyederhanaan model geologi awal
Simulasi Reservoir
Dalam mensimulasikan reservoir ‘vulkanik
Jatibarang’ penulis menggunakan perangkat
lunak komersial ‘ECLIPSE-100’sebagai alat
bantu
utama disamping perangkat lunak
bantuan lainnya (CPS-3, Stratlog, Seisex, well
test-200, OFM, Mandat dll.).
Inisialisasi
Hasil
Inisialisasi
untuk
menyelaraskan
(matching) isi awal minyak ditempat
memberikan gambaran OOIP dari model
reservoir yang digunakan sebesar 83,890,419
SM3 (527.922 MMSTB) atau lebih kecil 1.05 %
dari hasil perhitungan volumetrik sebesar
88,084,940 SM3 (554.392 MMSTB). OOIP
matcing dari masing-masing cycle (5 cycle) dari
model reservoir yang digunakan di tunjukan
dalam tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan OOIP Volumetrik - Simulasi
Cycle
Cycle-5
Cycle-4
Cycle-3
Cycle-2
Cycle-1
Filed+
OOIP, SM3
Volumetrik
Simulasi
4,464,631
4,484,631
44,023,641
41,927,277
8,973,566
8,546,253
27,342,202
26,040,192
3,036,669
2,892,066
83,890,419
83,890,419
Perbedaan
%
0.5
Penyelarasan Sejarah Produksi dan Tekanan
Penyelarasan sejarah produksi dari reservoir
vulkanik Jatibarang dilakukan dalam skala
sumur (individual well), skala unit flow (cycle)
mapun skala besar lapangan. Data-data yang
dijadikan ‘taget’ ‘history matching’ meliputi ;
Laju aliran minyak (qo), gas (qg), Air (qw) dan
Tekanan dasar sumur (P res.), hasilnya disajikan
dalam Gambar berikut :
Gambar-7. Hasil RUN ke-5 Kasus Peramalan Produksi
Skenario-1 (Base case)
Skenario-1 di jalankan berdasarkan kondisi
dimana pengurasan reservoir dilakukan melalui
sumur-sumur existing. Dengan skenario
produksi ini sampai dengan tanggal 1 Januari
3030 akan didapatkan penambahan kumulatif
produksi sebesar 1,572,818 sm3/d dengan faktor
perolehan (RF)= 24.67 prosen.
Skenario-2
Skenario-2 merupakan modifikasi dari skenario1 (Base case) dengan penambahan pekerjan
‘work over’ terhadap 19 sumur existing..
Perbaikan sumur dilakukan bertahap (setiap
bulannya 1 sumur) yang dimulai Januari 2004.
Penambahan kumulatif produksi yang dihasilkan
dari skenario-2 sebesar 8,364,718 sm3/d dan
RF= 32.7%
Gambar 3. Penyelarasan perilaku Produksi dan tekanan
Reservoir Vulkanik Lapangan Jatibarang.
Peramalan Produksi (Prediction)
Peramalan perilaku produksi dan tekanan
resevoir vulkanik Jatibarang dimasa yang akan
datang terdiri dari 5 kasus (skenario) dengan
mempertimbangan hasil studi G&G terdahulu,
distribusi dari properties reservoir (porositas,
permeabilitas, saturasi) serta tekanan reservoir.
Batasan-batasan yang digunakan dalam
peramalan adalah laju produksi (economic limit)
sebesar 20 bopd, tekanan reservoir rata-rata
(BHP) = 1000 psia serta KA:97%. Secara rinci
gambaran
ke-lima
kasus
/
skenario
pengembangan lapangan tersebut adalah :
• Skenario-1 : Kondisi Existing (Base case)
• Skenario-2 : BC + reparasi 19 smr existing
• Skenario-3 : BC + 6 sumur side track
• Skenario-4 : BC + infill 9 sumur
• Skenario-6 : BC + 10 sumur deepening
Hasil peramalan perilaku serta kumulatif
produksi dari ke-5 skenario pengembangan
lapangan diatas ditunjukan oleh Gambar 5.5.
Skenario-3
Skenario-3 juga merupakan pengembangan dari
‘Base case’ dengan penambahan 6 sumur side
track. Rekomendasi dan arah dari ke-6 sumur
side track ini didasarkan / diarahkan pada areal
distribusi sifat fisik batuan reservoir (porositas
dan permeabilitas) yang berkembang dengan
baik.. Tata waktu pemboran side track 3 sumur
tiap satu tahun, dimulai Januari 2004.
Penambahan kumulatif produksi adalah
7,550,524 sm3/d dengan RF= 31.79 prosen.
Skenario-4
Pada skenario-4 dilakukan penambahan 9 titik
serap baru disamping mengandalkan produksi
dari sumur-sumur existing. Rekomendasi dan
lokasi dari ke-9 titik serap baru ini lebih
didasarkan pada areal distribusi / perubahan
saturasi fluida reservoir awal - akhir prediksi.
Tata waktu pemboran penambahan 3 buah
sumur tiap satu tahunnya, dimulai tanggal 1
Januari 2004. Penambahan kumulatif produksi
yang dihasilkan sebesar 12,885,756 sm3/d dan
faktor perolehan (RF)= 38.15 %
Skenario-5
Produksi minyak reservoir vulkanik Jatibarang
pada Skenario-5 berasal dari kontribusi sumursumur existing (Base case) serta 10 sumur
deepening atau yang lebih akrab / identik
sebagai KUPL (kerja ulang pindah lapisan).
Tata waktu pemboran sumur setiap tahunnya
satu sumur, dimulai tanggal 1 Januari 2004,
Penambahan kumulatif produksinya yang
dihasilkan dari skenario ini sebesar 11,541,200
sm3/d dengan faktor perolehan (RF) = 36.55 %
yang ada yaitu ‘wellbore storage dan skin’
untuk ‘Early time rigime’ dan ‘Dual
porosity’ untuk midddle time regime (MTR).
Sedangkan untuk late time regime (pseudo
steady state) didapatkan gambaran yang
bervariasi (tergantung sifat-sifat konduitisasi
dari ‘reservoir boundary’ yang dijumpai)
namun sebagian besar menunjukan kuatnya
pengaruh (‘high intense‘) fracturasi dari
batuan dari sehingga fault-fault yang ada
teridentifikasi ‘leaky’ / ‘partially sealing’
Tabel 4.2.3. Kumulatif Produksi & RF dari ke-5
Skenario
5. Hasil ‘Run’ simulasi reservoir yang telah
dilakukan menunjukan bahwa
suatu
rekomendasi / skenario pengembangan yang
didasari analisa-analisa dengan pendekatan
‘terintegrasi’ memberikan gambaran kinerja
produksi dan faktor perolehan (RF) yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan yang
bersifat separatis.
Total
Penambahan
Faktor Perolehan
Skenario Kumulatif Produksi Kumulatif Produksi
(RF)
SM3
SM3
(%)
1
20,694,280
1,572,818
24.67
2
27,486,180
8,364,718
32.76
3
26,671,986
7,550,524
31.79
4
38.15
32,007,218
12,885,756
5
30,662,662
11,541,200
36.55
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil pemelajaran berdasarkan pendekatan
terpadu analisa seismik, Uji transient Tekanan
dan Simulasi reservoir Volkanik Jatibarang
adalah sebagai berikut :
1. Pada reservoir vulkanik Jatibarang dijumpai
5 Cycle (unit siklus pengendapan vulkanik
klastik) dengan 4 fasies yang berkembang
yaitu : Tuff/lithictuff, Lithictuff/Aglomerat,
andesit/basalt lava dan Detrital/Ruble
(epiclastic)
2. Analisa cross plot data attribute seismic
dengan data sumuran menunjukkan adanya
hubungan antara nilai impedansi seismik dan
porositas dari data sumur kajian, sehingga
nilai impedansi akustik ini dapat digunakan
sebagai kontrol penyebaran porositas batuan
volkanik Jatibarang.
3. Hasil analisa dan pengamatan terhadap peta
anomali seismik dari data hasil pengolahan
attribute instaneous frequensi menunjukkan
adanya hubungan antara
instantaneous
frequency seismic dengan intensitas fracture
pada reservoar Volkanik Jatibarang.
4. Hasil analisa uji sumur pada beberapa sumur
objektif menunjukan kesamaan model dari
dua periode depan dari transient tekanan
Saran
• Upaya-upaya / perencanaan pengembangan
lapangan dari suatu reservoir yang telah
relatif matang (developed) sebaiknyanya
dilandasi oleh kajian-kajian teritegrasi dari
berbagai
metoda
terkait
dengan
memanfaatkan seluruh potensi data yang ada
yang baik yang bersifat statik dan dinamik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adi Harsono,”Evaluasi Formasi dan
Aplikasi Log”, Schlumberger , 1997.
2. Benyamin, “Aplikasi Evaluasi Petrofisik
Pada Zona Unitisasi”,Proceeding IATMI
V,1997.
3. Miftah Mazied, “Application of Sequence
Stratigraphic Concepts and Depositional
Model for Reservoir Mapping an Example
from the Upper Cibulakan Formation in
The L and LL Fields, Offshore Northwest
Java”, Proceeding IPA XXVIII,2002.
4. R.Purwantoro,PJ.Butterworth, JG. kaldi,
CD.Alkinson, “A Sequence Stratigraphic
Model of The Upper Cibulakan Sandstone
(Main Interval),Offshore North West Java
Basin” Insights From U-11 Well, IPA 23 rd
Annual Convention, 2002.
5. Sukmono, Sigit, :“Seismic Reservoir
Analysis”, Dept. Geophysical Engineering
ITB, Bandung, 2002
Download