Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen
Istilah manajemen dalam kehidupan masyarakat dewasa ini bukanlah
merupakan istilah atau masalah baru. Manajemen berasal dari kata to manage
yang berarti mengelola aktifitas-aktifitas sekelompok orang agar dapat mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
Manajemen secara umum sering disebut sebagai suatu proses untuk
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung pengertian
bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana
cara mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk
melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan.
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Stoner (1994:14) :
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar tercapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan .
Sedangkan menurut Hasibuan (2000:1) :
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan
tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat .
Selain itu terdapat fungsi-fungsi manajemen, yaitu :
1.
Perencanaan (planning)
Merupakan fungsi manajemen yang fundamental, karena fungsi ini dijadikan
sebagai landasan atau dasar bagi fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Perencanaan meliputi tindakan pendahuluan mengenai apa yang harus
dikerjakan dan bagaimana hal tersebut akan dikerjakan agar tujuan yang
dikehendaki tercapai.
2.
Pengorganisasian (organizing)
Merupakan proses penyusunan kelompok yang terdiri dari beberapa aktivitas
dan personalitas menjadi satu kesatuan yang harmonis guna ditujukan ke arah
pencapaian tujuan.
3.
Menggerakan (actuating)
Merupakan
suatu
tindakan
menggerakan
semua
anggota
kelompok
sedemikian rupa agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan.
4.
Pengawasan (controlling)
Merupakan usaha mencegah terjadinya atau timbulnya penyimpanganpenyimpangan aktivitas yang telah dilakukan dari sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
proses dimana di dalam proses tersebut melalui fungsi-fungsi manajerial,
dikoordinasikan dengan sumber daya, yaitu sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya seperti mesin dan modal untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.2
Pengertian dan Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen bukan saja mengola sumber manusia tetapi juga material,
modal dan faktor produksi lainnya. Tetapi bagaimanapun juga, sumber daya
manusia merupakan salah satu faktor produksi yang paling penting yang harus
dimiliki oleh setiap organisasi, maka konsekuensi dari semua itu adalah perlunya
pengelolaan sumber daya manusia secara lebih baik agar diperoleh sumbangan
yang berarti bagi kemajuan organisasi atau perusahaan.
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat para ahli tentang
pengertian manajemen sumber daya manusia, seperti yang diungkapkan oleh
Flippo (1992:5) :
Personnel management is the planning, organizing, directing and
controlling of the procurement, development, compensation, integration,
maintenance, and separation of human resources to the end that individual,
organizational and societal objectives are accomplished .
Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pemberhentian karyawan, dengan maksud
terwujudnya tujuan perusahaan, individu, karyawan, dan masyarakat .
Sedangkan menurut Hasibuan (1996:15) :
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat .
Dari definisi-definisi tersebut kita menekankan pada kenyataan bahwa
yang utama sekali kita kelola adalah manusia bukan sumber daya yang lainnya.
Keberhasilan
pengelolaan
organisasi
pendayagunaan sumber daya manusia.
sangat
ditentukan
oleh
kegiatan
Pengelolaan manajemen sumber daya manusia tidaklah semudah
pengelolaan manajemen lainnya, karena manajemen sumber daya manusia khusus
menitik beratkan perhatiannya pada faktor produksi manusia yang memiliki akal,
perasaan dan juga mempunyai berbagai tujuan. Berhasil tidaknya suatu
perusahaan dalam mencapai tujuan sebagian besar tergantung pada manusianya.
Oleh karena itu, tenaga kerja ini harus mendapatkan perhatian khusus dan
merupakan sasaran dari manajemen sumber daya manusia untuk mendapatkan,
mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan karyawan sesuai dengan fungsi
atau tujuan perusahaan.
2.2.2
Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia yang lengkap harus mencakup fungsi
manajemen dan operasional. Menurut Flippo (1992:4), mengelompokan fungsi
manajemen sumber daya manusia kedalam fungsi manajerial dan fungsi
operasional :
1.
Fungsi Manajerial (management functional)
a.
Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah penetapan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai
dan bagaimana mencapainya. Untuk manajer personalia perencanaan
berarti menentukan terlebih dahulu program personalia yang akan
membantu tercapainya tinjauan perusahaan yang telah ditetapkan.
b.
Pengorganisasian (organizing)
Hal ini dibentuk untuk menyesuaikan tindakan-tindakan yang akan
dilaksanakan
berdasarkan perencanaan yang telah ditentukan. Dengan
penyusunan organisasi seorang manajer personalia dapat merencanakan
struktur hubungan antara pekerjaan, pegawai, dan faktor-faktor fisik.
c.
Pengarahan (directing)
Setelah rencana dan organisasi tersusun maka fungsi ini sebagai
pelaksanaanya memberitahukan kesalahan atau sanksi kepada karyawan
sesuai prestasi kerja yang mereka capai.
d.
Pengendalian (controlling)
Pengendalian adalah fungsi manajerial yang berhubungan dengan rencana
personalia yang sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan analisis
terhadap sasaran dasar organisasi.
2.
Fungsi Operasional (operational functional)
a.
Pengadaan (procurement)
Pengadaan adalah merumuskan dan mencari karyawan tepat umtuk
mengisi kesempatan kerja karyawan yang ada dalam perusahaan. Fungsi
ini
terutama
menyangkut
penentuan
kebutuhan
tenaga
kerja,
penarikannya, seleksi dan penempatannya.
b.
Pengembangan (development)
Penarikan, seleksi dan penempatan karyawan dijalankan dengan baik
belum tentu menjamin bahwa mereka mampu menjalankan pekerjaannya
di
tempat
yang
baru
sebaik
mungkin.
Untuk
itu
diperlukan
pengembangan karyawan baru dengan maksud agar karyawan baru
mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya.
Biasanya ini dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan
karyawan.
c.
Kompensasi (compensation)
Kompensasi ini diartikan sebagai pemberian imbalan atau penghargaan
yang adil dan layak dari pihak perusahaan terhadap karyawannya atas
prestasi yang telah diberikan karyawan. Kompensasi ini dapat berupa
gaji, upah, tunjangan dan sarana-sarana lainnya yang memberikan
kepuasan kepada karyawan.
d.
Intergrasi (integration)
Integrasi merupakan usaha untuk mempengaruhi karyawan sedemikian
rupa sehingga segala tindakan-tindakan mereka dapat diarahkan pada
tujuan-tujuan yang menguntungkan perusahaan, pekerjaan dan rekan
kerja.
e.
Pemeliharaan (maintenance)
Fungsi ini mempermasalahkan bagaimana memelihara para karyawan
sehingga karyawan betah dan mampu bekerja dengan baik di perusahaan.
Pemeliharaan karyawan yang baik akan memberikan hal yang baik, salah
satunya adalah tingkat labour turnover yang rendah. Dua hal yang perlu
diperhatikan
perusahaan
dalam
memelihara
pemeliharaan kondisi fisik dan sikap karyawan.
f.
Pemutusan (separation)
karyawan
adalah
Merupakan aktivitas perusahaan untuk memberhentikan karyawannya
atau melepaskan karyawan karena suatu hal. Biasanya pemutusan kerja
ini terjadi karena lanjut usia atau melampaui masa kerja karyawan yang
telah ditentukan perusahaan, perusahaan sudah tidak memerlukan
karyawan itu lagi, perusahaan merasa tidak puas dengan prestasi kerja
atau karyawan mengajukan permohonan
pengunduran diri dari
perusahaan.
Maksud dari semua kegiatan di atas yakni manajerial dan operasional
adalah untuk membantu dalam menjelaskan sasaran dasar. Manajemen sumber
daya manusia diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia
dalam organisasi.
Agar manajemen sumber daya manusia diperhatikan, maka dapat kita lihat
perannya menurut Hasibuan (1999:15) yang menyatakan bahwa manajemen
sumber daya manusia adalah mengatur dan menerapkan program kepegawaian
yang mencakup masalah-masalah seperti :
1.
Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif
sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job
specification, job requirement dan job evaluation.
2.
Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan asas
the right man on the right place and the right man on the right job.
3.
Menetapkan
pemberhentian.
program
kesejahteraan,
pengembangan,
promosi
dan
4.
Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa
yang akan datang.
5.
Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan
perusahaan khususnya.
6.
Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijakan
pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis yang diantaranya :
a.
Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
b.
Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penilaian prestasi karyawan.
c.
Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.
d.
Mengatur pensiun, pemberhentian dan pesangonnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perlu adanya
penetapan program tenaga kerja, pengaturan, serta pelaksanaan untuk memperoleh
sumber daya manusia yang berkualitas.
2.3
Kompetensi
Setiap organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu untuk mencapai
keberhasilan, untuk mencapai keberhasilan diperlukan landasan yang kuat berupa
Kompetensi kepemimpinan, Kompetensi pekerja, dan budaya organisasi yang
mampu memperkuat dan memaksimumkan kompetensi.
2.3.1
Pengertian Kompetensi
Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada
tingkat yang memuaskan ditempat kerja termasuk diantaranya seseorang untuk
mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan tersebut dalam
situasi yang baru.
Pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh para ahli, menurut
Wibowo (2007:86) mengemukakan bahwa:
Suatu kemampuan untuk malaksanakan atau melakukan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan
pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan itu tersebut .
Spencer and Spencer (1993:9), dikutip oleh Umi Narimawati, (2007:75)
kompetensi adalah:
Karakter sikap dan perilaku, atau kemauan dan kemampuan
individual yang relatif stabil ketika menghadapi situasi dan tempat
kerja yang terbentuk dari sinergi antara watak, konsep diri, motivasi
internal, serta kapasitas pengetahuan konseptual .
Dapat disimpulkan dari kedua pengertian di atas bahwa kompetensi adalah
karakteristik dari suatu kemampuan seseorang yang dapat dibuktikan sehingga
memunculkan suatu prestasi kerja.
2.3.2
Karakteristik Kompetensi
Kompetensi merupakan karekteristik yang mendasar pada setiap individu
yang dihubungkan dengan kriteria yang dideferensiasikan terhadap kinerja yang
unggul atau efektif dalam sebuah pekerjaan atau situasi.
Spencer and Spencer (1993:9) yang dikutip oleh Wibowo menyatakan
bahwa:
Kompetensi merupakan landasan dasar karekteristik orang dan
mengindikasikan cara berprilaku atau berfikir, menyamakan situasi,
dan mendukung untuk periode waktu cukup lama .
Terdapat lima tipe Karakteristik Kompetensi, yaitu sebagai berikut:
1.
Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang
yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih
perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.
2.
Sifat adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi
atau informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik
kompetensi seseorang pilot tempur.
3.
Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri
merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap
situasi adalah bagian dari konsep diri orang.
4.
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.
Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks.
5.
Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental
tertentu.kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berfikir
analitis dan konseptual.
2.3.3
Indikator Kompetensi
Menurut Spencer and Spencer (1993:34-36), dikutip oleh Umi
Narimawati (2007:75) kompetensi individual dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu:
1.
Kompetensi intelektual adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemampuan intelektual individu (dapat berupa pengetahuan, keterampilan,
pemahaman profesional, pemahaman konseptual dan lain-lain) yang bersifat
relatif stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja, yang dibentuk
dari sinergi antara watak konsepdiri. Motivasi internal, serta kapasitas
pengetahuan konstektual.
2.
Kompetensi emosional adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemampuan untuk menguasai diri dan memahami lingkungan secara objektif
dan moralis sehingga pola emosinya relatif stabil dalam menghadapi
permasalahan ditempat kerja, yang dibentuk dari sinergi antara watak
konsepdiri. Motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan emosional.
3.
Kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain
yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja
yang terbentuk melalui sinergi antara watak, konsep diri motivasi internal
serta kapasitas pengetahuan sosial konseptual.
2.3.4
Tipe Kompetensi
Tipe Kompetensi yang berbeda dikaitkan denagn aspek perilaku manusia
dan dengan kemampuannya mendemonstrasikan kemampuan perilaku tersebut,
beberapa Tipe Kompetensi sebagai berikut :
1.
Planing Competency, dikaitkan dengan tindakan tertentu seperti menetapkan
tujuan, menilai resiko dan mengembangkan urutan tindakan untuk mencapai
tujuan.
2.
Influence Competency, dikaitkan dengan tindakan seperti mempunyai dampak
pada orang lain, memaksa melakukan tindakan tertentu atau membuat
keputusan tertentu, dan memberi inspirasi untuk bekerja menuju tujuan
organisasional.
3.
Comunication
Competency,
dalam
bentuk
kemampuan
berbicara,
mendengarkan orang lain, komunikasi tertulis dan nonverbal
4.
Interpersonal Competency, meliputi: empati, membangun konsensus,
networking, persuasi, negoisasi, diplomasi, manajemen konflik, menghargai
orang lain, dan menjadi team player.
5.
Thinking Competency, berkenaan dengan: berpikir strategis, berpikir analistis,
berkomitmen
terhadap
tindakan,
memerlukan
kemampuan
kognitif,
mengidentifikasi mata rantai dan membangkitkan gagasan kreatif.
6.
Organizational competency, meliputi kemampuan:merencanakan pekerjaan,
mengkorganisasi sumber daya, mendapatkan pekerjaan dilakukan, mengukur
kemajuan dan mengambil resiko yang diperhitungkan.
7.
Human Resources Management Competency, merupakan kemampuan dalam
bidang : Team building, mendorong pertisipasi, mengembangkan bakat,
mengusahakan umpan balik kinerja, dan menghargai keberagaman.
8.
Leadership Competency, merupakan Kompetensi meliputi kecakapan
memosisikan diri, pengembangan organisasional, mengelola transisi, orientasi
strategis, membangun visi, merencanakan masa depan, menguasai perubahan
dan mempelopori kesehatan tempat kerja.
9.
Client Service Competency, merupakan Kompetensi berupa: mengidentifikasi
dan menganalisis pelanggan, orientasi pelayanan dan pengiriman, bekerja
dengan pelanggan, tindak lanjut dengan pelanggan, membangun partnership
dan berkomitnterhadap kualitas.
10. business Competency, merupakan Kompetensi yang meliputi : manajemen
Finansial, keterampilan pengambilan keputusan bisnis, bekerja dalam sistem,
menggunakan
ketajaman
bisnis,
membuat
keputusan
bisnis
dan
membangkitkan pendapatan.
11. Self Mnagement Competency, Kompetensi berkaitan dengan menjadi motivasi
diri, bertindak dengan percaya diri, mengelola pembelajaran sendiri,
mendemonstrasikan fleksibilitas, dan berinisiatif.
12. Technical/Operasional
Competency,
Kompetensi
berkaitan
denan
mengerjakan tugas kantor, bekerja dengan teknologi computer, menggunakan
peralatan lain, mendemonstrasikan keahlian teknis dan professional dan
membiasakan bekerja dengan dta dan angka.
2.3.5
Kompetensi Pimpinan
Menurut Spencer and Spencer (1993:9), dikutip oleh Umi Narimawati
(2007:75) ada 18 jenis kompetensi-Kompetensi yang membentuk suatu model
kompetensi meliputi:
1.
Entrepreneurial orientation
Dengan kompetensi ini, pemimpin memiliki motivasi yang kuat untuk
menjadi pemenang (champion) dalam produk baru, pelayanan, dan proses
produksi. Lemah dalam kompetensi ini, pemimpin organisasi akan sulit
mengembangkan bahkan mempertahankan keberlanjutan hidup organisasi,
karena mereka akan kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan
organisasi-organisasi sejenis yang lain.
2.
Strategic thinking
Adalah kemampuan untuk memahami kecenderungan perubahan lingkungan
organisasi yang cepat, peluang pasar, ancaman kompetisi, dan kekuatan serta
kelemahan organisasi itu sendiri. Dengan kompetensi ini, pemimpin dapat
menciptakan dan menjalankan strategi organisasi. Kelemahan akan strategic
thinking pada beberapa pemimpin dalam organisasi mengakibatkan
pandangan yang sempit (shortsighted perspective) yang pada gilirannya akan
menyulitkan organisasi dalam jangka pajang.
3.
Flexibility
Adalah
kemampuan
untuk
lingkungan secara cepat
beradaptasi
dan
menanggapi
perubahan
dan efektif. flexibility sangat diperlukan untuk
merespon berbagai perubahan yang sangat kompleks dalam masyarakat,
perkembangan tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan ataupun tuntutan
lain seperti demokratisasi, transparansi dan partisipasi dalam proses
pembangunan. Kompetensi ini juga diperlukan untuk menanggapi perubahanperubahan yang terjadi di tingkat global yang secara langsung atau pun tidak
langsung dapat mempengaruhi atmosfir kehidupan bermasyarakat di tingkat
nasional dan lokal.
4.
Relationship building
Adalah usaha untuk membangun atau menjaga pertalian (relationship) atau
jejaring (networks) hubungan dengan mereka yang mungkin suatu saat akan
bermanfaat bagi pencapaian tujuan-tujuan kerja (work-related goals).
Kompetensi ini sangat penting, karena sebagian besar pencapaian tujuan
berbagai pekerjaan ditentukan oleh kemampuan bekerja sama para pelaku
yang terkait dengan pekerjaan tersebut.
5.
Analytical thinking
Adalah memahami sesuatu melalui pemecahan atau pemilahan persoalan
kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, atau mengenali implikasi dari
sesuatu melalui tahap demi tahap dari jalur sebab musabab (step by step
causal way). Kompetensi ini melibatkan penggunaan logika, pemikiran yang
sistematik untuk memahami, menganalisis dan menyelesaikan masalah.
Mereka yang memiliki kompetensi ini mampu mengidentifikasi dan
mengevaluasi beberapa penyebab yang mungkin dari suatu masalah, dan
selanjutnya membangun serta melaksanakan rencana untuk mengatasi
masalah.
6.
Building organizational commitment
Kemampuan pemimpin untuk membangun loyalitas dan komitmen pekerja
akan mempengaruhi semua aspek kinerja organisasi yang berhubungan
dengan moral, loyalitas dan motivasi pekerja. Dengan demikian pemimpin
harus mampu menciptakan kesearahan akan tindakan dan tujuan pekerja
terhadap aktivitas, tujuan, misi dan visi organisasi.
7.
Team work
Adalah kemampuan untuk berfungsi secara efektif sebagai bagian dari
kelompok orang-orang yang melakukan kerja sama. Team work ini lebih dari
sekedar aktivitas memainkan peran dan mempertahankan tujuan masingmasing, tetapi juga sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja anggota lain
dalam tim. Dalam hal ini, meskipun tim seringkali beranggotakan orangorang yang memiliki kontribusi berbeda-beda, namun demikian akan lebih
baik jika tim memiliki anggota dengan kemampuan-kemampuan yang baik
untuk hal-hal penting dari suatu proyek atau kegiatan.
8.
Result orientation
Kompetensi ini meliputi kegiatan penetapan tujuan (goal setting), upaya keras
untuk mencapai tujuan yang menantang, pengukuran kinerja, perbaikan
effisiensi atau efektivitas, dan kalkulasi untung (benefit) dan rugi (cost) bagi
bawahan mereka atau tim sebaik untuk pribadi mereka sendiri. Result
orientation oleh Spencer & Spencer (1993:25) disebut juga dengan
achievement orientation.
9.
Initiative
Yakni preferensi untuk melakukan suatu tindakan. Orang yang memiliki
inisiatif tidak akan tergantung pada perintah-perintah atau petunjuk dari
atasan untuk melakukan suatu pekerjaan. Oleh karenanya, kompetensi
inisiatif ini sangat penting bagi keberhasilan suatu organisasi.
10. Concern for quality
Concern for quality atau yang disebut juga dengan monitoring adalah
kompetensi yang diperlukan untuk menjamin bahwa output dari setiap
kegiatan memiliki akurasi yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan banyak
pihak baik internal customers maupun external customers. Kompetensi ini
merefleksikan arahan mendasar untuk mengurangi ketidakpastian dalam
lingkungan sekitar.
11. Conceptual thinking
Adalah memahami sesuatu atau masalah dengan cara meletakkan secara
bersama bagian-bagian yang terpisah (putting the pieces together) dan
melihat gambaran secara utuh (seeing the large picture). Kompetensi ini
melibatkan penggunaan konsep-konsep dan abstraksi untuk menemukan
persamaan, dan untuk meletakkan gagasan-gagasan secara bersama dalam
upaya meningkatkan pemahaman, penyelesaian masalah, hasil dalam inovasi,
dan keuntungan lain. Bagi organisasi, orang dengan kompetensi conceptual
thinking yang tinggi dapat dengan cepat menangkap konsep-konsep kunci dan
isu-isu sentral. Mereka kemudian dapat memanfaatkan pengalaman atau
pengetahuan yang diperoleh dari situasi yang sama untuk menciptakan
pendekatan atau penyelesaian yang sama.
12. Empowering others
Melalui kompetensi ini pemimpin dapat membantu orang lain dalam
membangun tanggung jawab dan kompetensi mereka. Empowering others
dapat dilakukan melalui sharing informasi, menumbuhkembangkan berbagai
gagasan dari para pekerja,
mengembangkan pekerja, pendelegasian
wewenang, memberikan feed back atas hasil kerja pekerja, menunjukkan
harapan positif pada berbagai persoalan, dan penghargaan atas perbaikan
kinerja pekerja.
13. Service orientation
Service orientation merupakan kompetensi yang mendasari semua usaha
(business) dari organisasi. Pemuasan kebutuhan pelanggan (customer needs)
adalah tujuan akhir dari seluruh organisasi. Adapun komitmen untuk
melayani dan memuaskan kebutuhan orang lain adalah kunci dari kompetensi
ini. Kompetensi ini berlaku untuk semua hubungan, bukan hanya external
customers. Pada tingkatan yang paling dasar, kompetensi ini melibatkan
penyediaan
pelayanan baik yang secara eksplisit
maupun implisit
dikontrakkan dalam suatu hubungan (relationship). Bentuk kontrak yang
implisit adalah dalam hubungan antarsesama pekerja, seperti adanya
perlakuan saling menghormati dan adanya komitmen bahwa seseorang akan
melakukan apa yang telah diucapkannya. Pada tingkat yang lebih tinggi,
meliputi
perhatian
serius
atas
feed
back
dari
pelanggan
untuk
mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memonitor kepuasan mereka.
Sedangkan pada tingkat yang paling tinggi, service orientation meliputi
komitmen pada kepentingan terbaik jangka panjang dari orang lain.
14. Interpersonal awareness
Adalah kemampuan untuk mendengarkan secara akurat dan memahami
pemikiran yang tidak terucapkan atau yang hanya merupakan bagian kecil
yang diekspresikan, perasaan, dan perhatian orang lain. Adapun komponen
kunci dari kompetensi ini adalah kemampuan untuk mendengarkan secara
efektif dan memiliki empathy atas perasaan orang lain.
15. Developing others
Kompetensi ini penting untuk menciptakan organisasi pembelajar (learning
organization) yang mendorong pekerja untuk menjadi yang terbaik. Inti dari
kompetensi ini adalah developmental intent and effect daripada peran formal.
Pengiriman orang pada program pelatihan rutin untuk memenuhi tuntutan
organisasi (corporate requirement), tidak menunjukkan adanya intent untuk
membangun orang lain. Karena itu, hal ini tidak termasuk sebagai bagian dari
kompetensi developing others. Developing others biasanya diekspresikan
dalam bentuk harapan positif pada orang lain, percaya bahwa orang lain ingin
dan akan belajar, memberi arahan atau petunjuk, identifikasi kebutuhan
pelatihan atau pengembangan, dan mendesain program untuk keperluan
tersebut.
16. Cross-cultural sensitivity
Pada masa sekarang, hubungan antar individu dalam dunia usaha tidak lagi
dapat dibatasi oleh pilihan yang bersifat primordial, berdasarkan ikatan
kesukuan atau keagamaan. Mobilisasi manusia sudah sangat tinggi, sehingga
orang-orang dengan latar belakang budaya ataupun ras yang berbeda dapat
saling berinteraksi dengan intensitas yang tinggi. Seorang pemimpin
kelompok dalam suatu kegiatan dapat memiliki anggota yang berasal dari
suku bangsa yang berbeda. Demikian pula halnya dalam hubungan antara
customers yang dilayani dengan mereka yang memberi pelayanan, kondisi
yang terjadi menuntut orang-orang yang melaksanakan fungsi pelayanan
untuk memiliki kemampuan khusus dalam memahami orang lain dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Memiliki sensitifitas dan pemahaman
yang baik akan budaya orang lain, memungkinkan orang dapat mengambil
sikap dan tindakan yang lebih tepat dalam menanggapi tindakan dari orangorang yang memiliki nilai-nilai dan budaya yang berbeda.
17. Influence
Merupakan kompetensi untuk memberikan pengaruh pada orang lain dalam
rangka untuk mendapatkan dukungan atau sekedar memberikan efek tertentu
pada mereka. Bagi perkembangan karir seseoranag, influence ini sangat
penting. Hal ini karena influence akan memberikan impact pada organisasi
yang merupakan kunci dari promosi dan peningkatan karir.
18. Technical expertise
Kompetensi ini meliputi dua hal sekaligus yakni penguasaan akan substansi
pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan (a body of job-related
knowledge)
dan
motivasi
untuk
memperluas,
menggunakan
dan
mendistribusikan pengetahuan yang berhubungan dengan kerja (work-related
knowledge) kepada orang lain.
2.4
Pengertian Kompetensi Berdasarkan Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990
oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional
yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer dikutip oleh Shapiro (1998:8) mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai :
Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan
pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan
informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama
orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan
kecerdasan emosional.
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali
emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain
(empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang
lain.
Kecerdasan emosional menurut Goleman (2002:512):
Kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan
inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi kepemimpinan
berdasarkan kecerdasan emosional adalah kemampuan seorang pemimpin untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama)
dengan orang lain.
2.4.1
Faktor Kecerdasan Emosional
Goleman mengutip Salovey (2002:58-59) ada lima kemampuan utama
berdasarkan kecerdasan emosional, yaitu :
a.
Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri
sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
Menurut Mayer (Goleman, 2002:64)
Kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun
merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga
individu mudah menguasai emosi.
b.
Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan
tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi
berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak
kestabilan kita (Goleman, 2002:77-78). Kemampuan ini mencakup
kemampuan
untuk
menghibur
diri
sendiri,
melepaskan
kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya
serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
c.
Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang
berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang
positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
d.
Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut
Goleman (2002:57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki
kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang
tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang
mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu
menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah beraul, dan
lebih peka (Goleman, 2002:136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa
anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan
baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002 : 172). Seseorang
yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang
tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal
dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai
kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
e.
Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi
(Goleman, 2002:59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan
kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit
untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami
keinginan serta kemauan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan
sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
lingkungannya
dan
menjadi
teman
yang
menyenangkan
karena
kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002:59). Ramah tamah, baik
hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif
bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana
kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal
yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponenkomponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai
faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional
2.5
Prestasi Kerja
2.5.1
Pengertian Prestasi kerja
Kelangsungan hidup suatu perusahaan sangat tergantung pada prestasi
kerja
karyawannya
dalam
melaksanakan
pekerjaannya,
karena
pegawai
merupakan unsur terpenting yang harus mendapat perhatian. Pencapaian tujuan
perusahaan menjadi kurang efektif apabila banyak pegawainya yang tidak
berprestasi sehingga menimbulkan pemborosan bagi perusahaan, sebaliknya
dengan prestasi kerja yang baik maka karyawan akan mendapatkan kepuasan
kerja. Oleh karena itu prestasi kerja karyawan harus benar-benar diperhatikan.
Ada beberapa defenisi tentang prestasi kerja yang dikemukakan oleh
beberapa pakar manajemen, namun dari beberapa pendapat tersebut sebenarnya
memiliki pengertian dasar yang sama sebagai berikut.
Menurut Mangkunegara (2005:67) mendefinisikan prestasi kerja sebagai
berikut:
Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya .
Menurut Hasibuan (2006:94) menyatakan bahwa :
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu .
Prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu
kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas
penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja.
Semakin tinggi ketiga faktor tersebut, semakin besarlah prestasi kerja karyawan
yang bersangkutan.
Berdasarkan defenisi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi kerja pada dasarnya merupakan hasil yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas dengan menggunakan kemampuan / kecakapan, sikap /
persepsi, usaha, pengalaman dan motivasi dalam periode waktu tertentu.
2.5.2
Pengertian Penilaian prestasi Kerja
Penilaian
prestasi
kerja
(performance
appraisal)
dalam
rangka
pengembangan sumber daya manusia adalah sangat penting, mengingat bahwa
dalam kehidupan organisasi setiap orang ingin mendapatkan penghargaan dan
perlakuan yang adil dari pemimpin organisasi yang bersangkutan.
Penilaian prestasi kerja merupakan alat Manajemen Sumber Daya Manusia
yang digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
organisasi pada suatu periode tertentu, sekaligus untuk mengetahui kebutuhan
sumber daya manusia pada periode yang sama.
Salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya adalah penilaian
prestasi.
Menurut Wahyudi (2002;101) mendefinisikan penilaian prestasi kerja
sebagai berikut :
Suatu evaluasi yang dilakukan secara sistematis tentang prestasi
kerja atau jabatan (job performance) tenaga kerja termasuk potensi
pengembangannya .
Menurut Panggabean (2002;66) mengemukakan bahwa :
Penilaian prestasi merupakan sebuah proses peninjauan ulang dan
evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik .
Sedangkan menurut Sikula sebagaiman dikutip oleh Hasibuan (2002;87)
menyatakan bahwa :
Penilaian adalah suatu proses mengestimasi atau menetapkan nilai,
penampilan, kualitas atau status dari beberapa objek, orang atau
benda .
Yolder sebagaimana dikutip oleh Hasibuan (2002;88) menyatakan
bahwa :
Penilaian prestasi kerja merupakan prosedur yang dilakukan
dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai serta kepentingan
pegawai .
Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, dapat dijelaskan bahwa
penilaian prestasi kerja adalah penting dalam suatu organisasi dalam rangka
pengembangan Sumber Daya manusia. Penilaian prestasi kerja merupakan suatu
proses dalam menilai prestasi kerja dan potensi pengembangan yang telah
dilakukan karyawan dalam jangka waktu tertentu secara sitematis oleh
perusahaan.
Dengan adanya penilaian prestasi kerja akan diperoleh informasi untuk
membuat penilaian terhadap seluruh karyawan yang dinilai dengan cara penilaian
yang sama. Sehingga penilaian tersebut dilakukan secara adil dan efektif karena
setiap karyawan dinilai berdasarkan prestasi kerjanya masing-masing.
2.5.3
Tujuan dan kegunaan Penilaian Prestasi Kerja
Menurut Hasibuan (2002;89), tujuan dan kegunaan penilaian prestasi
kerja adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi dan
penetapan besarnya balas jasa.
2.
Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses
dalam pekerjaannya.
3.
Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan didalam
perusahaaan.
4.
Sebagai dasar untuk mengevaluasi program pelatihan dan keefektivan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, kondisi kerja dan peralatan kerja.
5.
Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan pelatihan bagi karyawan
yang berada di dalam organisasi.
6.
Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja untuk mendapatkan
performance kerja yang baik.
7.
Sebagai alat untuk melihat kekurangan atau kelemahan masa lalu dan
meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
8.
Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003;142) beberapa kegunaan dari
penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut :
1.
Peningkatan Prestasi Kerja
Dengan adanya penilaian, baik manajer maupun karyawan memperoleh
umpan balik, dan mereka dapat memperbaiki pekerjaan mereka.
2.
Kesempatan Kerja Yang Adil
Dengan adanya penilaian kerja yang akurat akan menjamin setiap karyawan
akan memperoleh kesempatan untuk menempati posisi pekerjaan sesuai
dengan kemampuannya.
3.
Kebutuhan-kebutuhan Pelatihan Pengembangan
Melalui penilaian prestasi kerja akan terlihat karyawan yang memiliki
kemampuan rendah, kemudian memungkinkan adanya program pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan mereka.
4.
Penyesuaian Kompensasi
Penilaian prestasi kerja membantu dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan pemberian kompensasi, gaji, bonus dan sebagainya.
5.
Keputusan-keputusan Promosi dan Demosi
Hasil penilaian prestasi kerja terhadap karyawan dapat digunakan untuk
keputusan mempromosikan karyawan yang berprestasi dan demosi untuk
karyawan yang tidak berprestasi.
6.
Penyimpangan-penyimpangan Proses Rekruitmen dan Seleksi
Penilaian prestasi kerja dapat digunakan untuk menilai proses rekruitmen dan
seleksi karyawan yang telah lalu. Prestasi kerja yang sangat rendah bagi
karyawan baru adalah mencerminkan adanya penyimpangan-penyimpangan
proses rekruitmen dan seleksi.
2.5.4
Unsur-unsur Prestasi Kerja
Menurut Hasibuan (2006:95), unsur-unsur yang dinilai dalam prestasi
kerja adalah sebagai berikut :
1.
Kesetiaan
Kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatan, dan organisasi.
Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela
organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari orang yang tidak
bertanggung jawab.
2.
Kualitas dan kuantitas
Penilaian menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat
dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.
3.
Kejujuran
Kejujuran dalam melaksanakantugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
4.
Kedisiplinan
Disiplin dalam mematuhi peraturan dan melakukan pekerjaan sesuai dengan
instruksi yang diberikan kepadanya.
5.
Kreativitas
Kemampuan dalam mengembangkan kreativitas untuk menyelesaikan
pekerjaannya,
sehingga
karyawan
bekerja
lebih
terampil
dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
6.
Kerjasama
Kesediaan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lain di dalam
maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
7.
Kepemimpinan
Kemampuan dalam memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi kuat,
dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya
untuk bekerja secara efektif.
8.
Kepribadiaan
Sikap, perilaku sopan dan memberikan kesan yang menyenangkan,
memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan menarik, simpatik dan
wajar di dalam maupun di luar perusahaan.
9.
Prakarsa atau inisiatif
Kemampuan bersikap berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis,
menilai, membuat kesimpulan dan membuat keputusan untuk penyelesaian
masalah yang dihadapi.
10. Tanggung Jawab
Kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan pekerjaan, sarana dan
prasarana yang dipergunakan serta perilaku kerjanya.
2.5.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Dengan bekerja seseorang dilatih untuk memperhatikan tujuan orang lain
disamping tujuan pribadinya, sehingga kebutuhan berbagai pihak akan tercapai.
Seseorang bekerja karena dalam dirinya terdapat suatu kemampuan untuk bekerja
(ability to work) dan adanya dorongan untuk bekerja (willingness to work).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut diuraikan menjadi 5 (lima) tingkatan,
yaitu :
1.
Kebutuhan fisiologis / Basic needs
Kebutuhan ini menyangkut segala hal yang dapat dipakai oleh seseorang
dalam mempertahankan hidupnya, seperti kebutuhan makan dan minum yang
cukup, tempat tinggal yang memadai, istirahat yang cukup, pakaian yang
memenuhi syarat, liburan dan sebagainya.
2.
Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan ini pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu
rasa aman dalam artian psikologis (psychological security), dan rasa aman
dalam artian ekonomi. Rasa aman dalam artian psikologis tidak lain semacam
kepastian
atau
keyakinan
seseorang
akan
kemampuannya
dalam
menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya. Sedangkan dalam artian
ekonomi,
manusia
membutuhkan
sesuatu
yang
dapat
meyakinkan
mereka bahwa mereka tidak akan menderita kekurangan dikemudian hari.
Untuk itu seorang pekerja membutuhkan jaminan pensiun, asuransi dan
sebagainya.
3.
Kebutuhan sosial
Merupakan kebutuhan yang dapat terpuaskan oleh hubungan dengan orang
lain, misalnya kebutuhan akan persahabatan, memberi dan menerima kasih
sayang.
4.
Kebutuhan ego
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan penghargaan diri, yang pada
prinsipnya dapat dipenuhi oleh kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Dalam dunia bisnis, status seseorang cenderung ditentukan oleh nilai dari
suatu jabatan dimata orang lain. Kebutuhan ini terpuaskan dengan jabatan
yang diduduki maupun pekerjaan yang dilakukan.
5.
Kebutuhan realisasi diri
Manusia ingin menunjukkan bahwa ia mampu berprestasi, menyelesaikan
tugas, bertanggung jawab dan menunjukkan identitasnya. Kebutuhan ini tidak
akan terpenuhi hanya dengan uang yang cukup maupun kedudukan yang
tinggi. Jika kebutuhan seseorang terpenuhi, maka akan timbul suatu motif
dari orang yang bersangkutan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, yang
akhirnya akan menghasilkan prestasi yang diharapkan.
Dari uraian di atas maka prestasi kerja karyawan dapat dilihat dari kualitas
dan kuantitas dari hasil kerja karyawan bersangkutan, selain itu juga dilihat dari
kemampuan atau keterampilannya.
2.6
Hubungan Kompetensi Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Prestasi
Kerja
Kecerdasan emosional merupakan kompetensi kepemimpinan yang
diperlukan seorang pemimpin dalam menyesuaikan dirinya pada situasi kerja yang
dihadapinya.
Tannenbaum dan Schmidt yang dikutip oleh Gibson (2001:185)
mengatakan bahwa:
Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara
keseimbangan yang tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang
menentukan perilakunya yang paling cocok bagi waktu tertentu dan
benar-benar mampu bertindak demikian .
Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kompetensi
kepemimpinan yang efektif, agar dapat mempengaruhi bawahannya untuk
meningkatkan prestasi kerja mereka.
Seperti yang dikatakan oleh Timple (1999:31) mengatakan :
Pemimpin merupakan orang yang menerapkan prinsip dan teknik
yang memastikan motivasi, disiplin, dan produktivitas jika
bekerjasama dengan orang, tugas, dan situasi agar dapat berprestasi
sehingga sasaran perusahaan dapat tercapai .
Melalui kecerdasan emosional pemimpin akan mengerti dan mengetahui
hal-hal yang dapat membangkitkan motivasi dalam diri seseorang untuk
berprestasi yang merupakan kunci untuk mengatur orang lain.
Download