Case Study at Manufacturing Industries in South

advertisement
Jurnal Analisis, Desember 2012, Vol. 1 No. 2 : 190 – 200
ISSN 2303-1001
PENGARUH DINAMIKA LINGKUNGAN TERHADAP DAYA SAING PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada Industri Manufaktur di Sulawesi Selatan)
The Effect of Environmental Dynamics Toward the Companies Competitiveness
(Case Study at Manufacturing Industries in South Sulawesi)
Syamsul Bahri
Dosen Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Menguji dan menganalisis pengaruh dinamika lingkungan terhadap daya saing
perusahaan.Penelitian ini dilaksanakan propinsi Sulawesi Selatan dengan Obyek penelitian adalah industri manufaktur
baik industri skala sedang maupun skala besar. Alasan pemelihan lokasi ini karena berdasarkan data bahwa ada
penurunan kontribusi sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan terhadap PDRB, yang diikuti oleh sejumlah
perusahaan yang Collapse selama empat terakhir. Metode penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan pola eksplanasi (eksplanatory research), yakni
berusaha menjelaskan hubungan kausalitas (causality relationship) antara variabel dinamika lingkungan, selanjutnya
dilakukan skenario simulasi dengan konsep sistem dinamik untuk melihat posisi daya saing yang lebih baik akibat
lingkungan yang dinamis.Hasil pengolahan data hasil survey dilakukan dengan tahapan Struktural Equation Modeling
(SEM) dipakai sebagai sebagai equation pada simulasi sistem dinamisnya. Berdasarkan data-data yang diperoleh maka
dilakukan pembuatan model. Pembuatan model dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu vensim. Model
tersebut akan didukung oleh hasil pengolahan SEM yang menghasilkan persamaan tiap variabelnya. Setelah model
dibuat maka dilakukan percobaan dan melihat apakah model sesuai atau tidak. Hasil penelitian diperoleh Dinamika
lingkungan eksternal bisnis perusahaan manufaktur yang ada di Sulawesi Selatan menunjukkan pengaruh yang
positif/signifikan dalam capaian daya saing perusahaan terhadap perusahaan pesaingnya. Hal ini membuktikan
kebenaran hipotesis pertama yang menyatakan bahwa dinamika lingkungan berpengaruh terhadap daya saing
perusahaan.
Kata Kunci: Dinamika lingkungan, daya saing
ABSTRACT
This study aims to examine and analyze the effect of the environmental dynamics toward the competitiveness of the
companies. This study was carried out in South Sulawesi province by choosing the manufacturing industries more
medium-scale or large scale as the research object. The reason for choosing location was based on the available data
that there is a decline contribution in the manufacturing industries sector toward PDRB in South Sulawesi, which was
followed by a number of companies were Collapse in the last four years. The research methods used explanation pattern
(explanatory research), which explain causality relationship between the dynamics variable of the environment, and
further simulation scenarios was done by using the concept of a dynamical system to find out the better competitive
position caused by dynamical environment. Based on the data obtained, it was done modeling. Modeling was then done
by using software that is vensim. The model will be supported by the results of SEM processing resulting equation in
each variable. When the model was done, the experiment was then conducted in order to find out if the model is
appropriate or not. The study results showed that the external environmental dynamics of the manufacturing business in
South Sulawesi have a positive/significant influence in the achievement of the company's competitiveness against its
competitor. In this case, the first hypothesis stated that the dynamics of the environment affect the company's
competitiveness could be proved.
Keywords: Environmental dynamics, competitiveness
190
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
(Teece, 2007: vii). Ketidak mampuan mengelola
sumber daya, ketidak mampuan mengoptimalkan
kapabilitas dinamis, dan ketidakmampuan
mengimplementasikan strategi yang tepat akibat
lemahnya manajerial akan berdampak pada
peningkatan biaya operasional.
Daya saing (competitiveness), telah “diawali”
oleh konsep keunggulan komparatif (comparative
advantage) oleh Ricardo sejak abad 18
dilanjutkan oleh Porter (1994:ix-xvii) dalam
Sumihardjo (2008:8) menyebutkan bahwa: istilah
daya saing sama dengan competitiveness atau
competitive. Sedangkan istilah keunggulan
bersaing sama dengan competitive advantage.
Secara bebas, Sumihardjo (2008:8), memberikan
penjelasan tentang istilah daya saing ini, yaitu:
“Kata daya dalam kalimat daya saing bermakna
kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih
dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari
segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu.
Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan
untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu
yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi
tertentu.”
Daya saing (competitiveness) sangat
penting dalam menentukan keberhasilan bagi
suatu industri. Dimensi yang terkandung dalam
konsep daya saing sangat banyak, sehingga
pendekatannya dapat dikaji dari berbagai disiplin
ilmu dan dalam berbagai aspek. Dalam literatur
ilmu manajemen dan pemasaran modern daya
saing sering diterjemahkan sebagai kemampuan
atau keunggulan bersaing. Hal tersebut berkaitan
dengan kemampuan yang dimiliki atau didapat
oleh produsen atau perusahaan tertentu karena
kemampuannya
menggali
potensi
pasar,
memahami dan menyesuaikan diri dengan
kebutuhan atau tuntutan pasar, terutama dilihat
dari sudut konsumen (porter, 1993).
Menurut Tyson dalam Cho dan Moon
(2003) daya saing adalah kemampuan untuk
memproduksi barang dan jasa yang memenuhi uji
persaingan
internasional.
Porter
(1993)
mengemukakan bahwa secara nasional daya saing
dipandang sebagai suatu fenomena makroekonomi
yang berkaitan dengan peubah tingkat kurs,
tingkat bunga dan defisit pemerintah. Jika daya
saing diarahkan dengan kebijakan pemerintah
(proteksi, promosi impor dan subsidi) akan
mendorong suatu industri ke dalam keunggulan
global. Daya saing suatu negara merupakan
PENDAHULUAN
Sektor industri manufaktur sebagai salah satu
tumpuan pembangunan perekonomian nasional
seharusnya tangguh (robust) terhadap dinamisasi
dan goncangan pasar global. Sektor industri
manufaktur mempunyai peranan penting dalam
pembentukan produk domestik bruto (PDB).
Besarnya persentase kontribusi sektor
industri manufaktur tersebut dibandingkan dengan
sektor lain menjadikan sektor ini sebagai salah
satu harapan dan tumpuan pembangunan
perekonomian nasional. Data yang juga dimuat
oleh BPS 2010 bahwa dalam rentang tahun 2006
sampai tahun 2009 terdapat 66 perusahaan yang
bangkrut (collapse) di Sulawesi Selatan, seperti
yang terlihat pada grafik 1.1
Malian
(2000);
Handayani
(2008)
mengungkapkan bahwa ketidakmampuan bersaing
dengan produk sejenis di pasar domestik dan
dunia adalah permasalahan yang banyak
menyebabkan
perusahaan
mengalami
kebangkrutan atau mengalikan investasi pada
bidang lain. Peran kelembagaan dalam proses
pengolahan dan pemasaran, dukungan informasi
mengenai permintaan ekspor produk di pasar
tujuan dan persaingan harga di pasar dunia adalah
bagian-bagian yang berpengaruh terhadap daya
saing tersebut.
Namun kenyataan banyak perusahaan setiap
saat mengalami ancaman kemacetan likuidasi,
ancaman kebangkrutan. Kebangkrutan perusahaan
ini disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor
internal perusahaan. Porter (2009) mengemukan
bahwa faktor eksternal tersebut terkait dengan
lokasi dan dukungan partisipasi kluster dimana
perusahaan berbasis dan juga faktor eksternal
tersebut dapat menyerupai kondisi perekonomian
nasional secara umum yang menimpa suatu
negara, seperti halnya krisis ekonomi yang
berkepanjangan yang tentunya berdampak
langsung terhadap sektor industri. Perkembangan
teknologi yang pesat, perubahan selera konsumen,
ketidakpastian ketersediaan pasokan adalah
kondisi dinamika lingkungan yang berpengaruh
terhadap daya saing perusahaan.
Faktor internal penyebab kemacetan likuidasi
dan
kebangkrutan
perusahaan
adalah
ketidakmapuan perusahaan melakukan penyesuain
(adaptasi) dan rekonfigurasi kapabilitas (sumber
daya) secara menyeluruh untuk merespon
perubahan lingkungan bisnis yang sangat dinamis
191
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
derajat negara tersebut dalam kondisi pasar bebas
dan andilnya dapat memproduksi barang dan jasa
yang memenuhi uji pasar internasional secara
simultan meningkatkan pendapat riil wilayah
negaranya. Daya saing pada tingkat nasional
didasarkan pada kinerja produktifitas yang
superior.
Faktor penentu keunggulan bersaing pada
industri nasional menurut porter (1993) yaitu (1)
faktor sumber daya (factor conditions), (2)
kondisi permintaan (demand conditions), (3)
industri pendukung yang terkait (related and
supporting industries), (4) struktur dan strategi
perusahaan (struktur of firm and rivalry).
Keempat faktor ini didukung oleh peranan
kesempatan (chance) dan pemerintah (goverment)
dalam meningkatkan daya saing industri nasional,
bersama-sama membentuk sistem yang disebut
the national “diamond” seperti terlihat pada
gambar 1.
Menurut Porter (1993), kekuatan kompetitif
menentukan tingkat persaingan dalam suatu
industri, baik domestik maupun international yang
manghasilkan barang dan jasa. Dalam aturan
persaingan tersebut terdapat lima faktor
persaingan yaitu (1) persaingan antara perusahaan
yang ada, (2) masuknya para pendatang baru
(barrier-entry), (3) kekuatan tawar menawar
(bargaining power) para pembeli, (4) kekuatan
tawar menawar para pemasok, dan (5) ancaman
dari barang jasa pengganti (subtitusi) seperti
ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 1. Sistem Diamond Nasional (Sumber : Porter, 1993)
Gambar 2. Faktor-faktor kekuatan yang mempengaruhi persaingan industry. (Sumber: Porter, 1993).
192
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
Menurut Gray, et al (1992) berpendapat
bahwa
daya saing merupakan kemampuan
produsen untuk memproduksi suatu komoditi
dengan mutu cukup baik dan ongkos produksi
yang cukup rendah, sehingga pada harga-harga
yang terjadi di pasar internasional dapat
diproduksi dan dipasarkan produsen dengan
memperoleh laba yang mencukupi untuk dapat
mempertahankan
kelanjutan
kegiatan
produksinya. Dengan kata lain, daya saing
komoditas tercermin dari harga jual yang bersaing
dan mutu yang baik. Banyak faktor yang
mempengaruhi pilihan arah dan tindakan suatu
perusahaan dalam menentukan posisinya dalam
industri. Faktor tersubut terdiri terdiri atas faktor
eksternal dan faktor internal perusahaan. Faktor
eksternal terdiri terdiri atas tiga sub kategori yaitu,
faktor dalam lingkungan jauh, faktor dalam
lingkungan industri/pesaing, faktor dalam
lingkungan pesaing. Faktor internal terdiri atas
manajemen fungsional dan budaya perusahaan
(Robinson & Pearce, 1997).
Faktor-faktor eksternal ini lebih dikenal
sebagai lingkungan organisasi yang didefinisikan
oleh Duncan (1972; Elenkov 1997) “... as the
relevan physica and social factor outside the
boundary of an organization that are taken into
consideration during organizational decision
making”. Lingkungan ini dibagi menjadi dua
batasan, pertama yaitu yang paling dekat dengan
orgaisasi adalah the task environmet, yang secara
langsung mempengaruhi strategi. Elemen-elemen
lingkungan yang secara langsung berhubungan
dengan organisasi adalah pesaing, supplier,
pelanggan dan kebijakan. Kedua, diluar batas
organisasi yaitu lingkungan umum yang secara
tidak langsung mempengaruhi organisasi.
Lingkungan umum ini terdiri atas lingkungan
ekonomi, politik dan sosial (Elenkov, 1997)
Hunger dan Wheelen (2003), mengemukakan
bahwa sebelum perusahaan merumuskan strategi,
manajemen
harus
mengamati
lingkungan
eksternal untuk mengidentifikasi kesempatan dan
ancaman yang mungkin terjadi. Pengamatan
lingkungan adalah pemantauan, pengevaluasian
dan penyebaran informasi dari lingkungan
eksternal kepada orang-orang kunci perusahaan.
Pengamatan lingkungan adalah alat manajemen
untuk menghindari strategis dan memastikan
kesehatan manajemen dalam jangka panjang.
Lingkungan adalah salah satu faktor
terpenting untuk menunjang keberhasilan
perusahaan dalam persaingan. Banyak kegagalan
perusahaan terjadi karena tidak memperhitungkan
aspek lingkungan dan implikasinya terhadap
manajerial. Oleh karena itu analisis lingkungan
harus menjadi bagian penting dalam proses
manajemen strategi. Hal ini terutama didorong
oleh: a) bahwa organisasi atau perusahaan tidak
berdiri sendiri (terisolasi) tetapi berinteraksi
dengan bagian-bagian dari lingkungannya dan
lingkungan itu sendiri selalu berubah setiap saat.
b) pengaruh lingkungan yang sangat rumit dan
kompleks dapat mempengaruhi kinerja dari
sebuah organisasi (Winardi, 1997).
Dimensi Lingkungan
Agar perusahaan mampu mencapai tujuan
yang ingin dicapai, maka perlu diketahui
karakteristik
lingkungan
yang
dihadapi
perusahaan, sebab lingkungan eksternal ini akan
memberikan peluang (opportunity), ancaman
(threath), dan kendala (constraint) bagi
perusahaan (Robinson & pearce, 1997) dengan
memandang bahwa lingkungan memang benarbenar tidak terkontrol, maka yang pertama kali
dilakukan adalah mengidentifikasi lingkungan
eksternal perusahaan sebelum membuat strategistrategi dalam menghadapi kondisi lingkungan.
Ketidakpastian lingkungan (enviromental
uncertainty) dikonsepkan oleh beberapa peneliti
diantaranya Duncan (1972), Milburn et. All
(1983). Milliken (1987). Secara sederhana
ketidakpastian adalah tidak dapat diperkirakan
(unpredictability) (Clark, 1994). Sedangkan
menurut Thomson,”uncertainty appears as the
fundamental problem for complex organizations
respond to uncertainty in the enviromental by
‘buffering’ their ‘technical core’ from its effects”
Pengaruh ketidakpastian terhadap organisasi
akan mendorong organisasi membuat kebijakan
strategis, diantaranya adalah penyusunan struktur
organisasi yang menjadi kunci keputusan strategis
dan pengambilan keputusan mengenai integrasi
vertikal.
Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidakpastian lingkungan terdiri dari tiga
dimensi,
yaitu
kompleksitas
(complexiy),
dinamika
(dynamism)
dan
heterogenitas
(heterogeneity). Terdapat pendapat bahwa kedua
193
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
dimensi ketidakpastian yakni kompleksitas dan
dinamika dinyatakan oleh Clark et Al (1994).
Konsep mengenai dua dimensi tersebut;
kompleksitas “...refers to the number of elements
in an enviromental event”
dan dinamika
(dynamism or instabiliti) “...refers turnover of
those elements” (Clark et. Al, 1994). Sedangkan
heterogenitas adalah “...reflect the extent to which
the enviromental entities facing are dissimilar to
one another and the minimal extent to which this
entitis are coordinated or structred”. Dimensi
dinamika dikonsepkan oleh Child (1972).
Berdasarkan
pada
pendapat,
bahwa
lingkungan yang dinamik dan kompleks berada
pada posisi berdiri sendiri dan pendapat lain yaitu
ketidakpastian lingkungan dipengaruhi oleh
kompleksitas dan dinamika, peneliti berpendapat,
bahwa
untuk
mempengaruhi
organisasi,
ketidakpastian terlebih dahulu harus dilihat
seberapa jauh tingkat dinamika dan kompleksitas
lingkungan organisasi tersebut, sehingga nantinya
penelitian yang akan dilakukan terlebih dahulu
adalah
mengetahui
pengaruh
dinamika,
kompleksitas dan heterogenitas, selanjutnya
mengukur ketidakpastian lingkungan.
tenaga kerja, sumber modal. Untuk menilai
seberapa besar tingkat ancaman lingkungan
terhadap organisasi, kondisi ini dilihat dari dua
dimensi, yaitu kelangkaan sumber daya dan
konsentrasi sumber daya. Dua dimensi ini
diadaptasi dari Clark et al (1994) dalam Fauzi
(1999).
Dimensi kelangkaan sumber daya (resource
scarcity)
ini akan menjadi ancaman bagi
organisasi, sebab bila sumber daya menjadi
langka maka akan menjadikan organisasi harus
bersaing lebih ketat untuk mendapatkan
kecukupan suplai atau membuat output dalam
jumlah yang lebih sedikit atau mencari alternatif.
Dimensi konsentrasi sumber daya (resource
concentration ) menunjukkan bahwa apabila
sumber daya yang penting bagi organisasi
terkonsentrasi, maka organisasi akan mudah untuk
mencukupi kebutuhan sumber dayanya. Oleh
Aldrich (1979) dalam Fauzi (1999) dijelaskan
bahwa pengaruh distribusi dan konsentrasi
mengenai sumber daya yang penting terhadap
usaha organisasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Apabila sumber daya terkelompok maka
organisasi akan mengembangkan kemampuan
untuk mengidentifikasi, negosiasi dan menjaga
sumber dayanya.
Hunger dan Wheelen (2003), mengemukakan
bahwa sebelum perusahaan merumuskan strategi,
manajemen
harus
mengamati
lingkungan
eksternal untuk mengidentifikasi kesempatan dan
ancaman yang mungkin terjadi.
Tingkat Ancaman Lingkungan (Enviromental
Treath Level)
Dimensi tingkat ancaman lingkungan ini
mengacu pada pendapat Billing et. Al. (1980)
dalam Fauzi (1999), yang menjelaskan bahwa
treath level refers to that aspect of enviromental
events that poses immediate or potential harm to
organization and its interst bay jeopardizing its
resources. Kondisi ketidakpastian lingkungan
bisnis sekaligus bisa menjadi ancaman
kelangsungan organisasi.
Dalam mengukur
tingkat ancaman lingkungan terhadap organisasi,
pengukuran persepsi mengenai dimensi ini
dikembangkan dan dioperasionalkan dalam
konteks krisis politik, dilihat dari datangnya
bahaya, ancaman dalam hal merugikan
(injuriousness) bagi organisasi (Clark et. Al 1994;
Fauzi, 1999).
Hal yang menjadi pertimbangan bahwa
tingkat ancaman lingkungan dapat mempengaruhi
organisasi seperti Billing et al (1980) dalam Fauzi
(1999),
menjelaskan
mengenai
ancaman
lingkungan pada kondisi probability of loss to
organization. Tingkat ancaman lingkungan ini
muncul dari faktor eksternal, yaitu bahan baku,
Tingkat Perubahan (Rate of Change)
Tingkat
perubahan ini
menunjukkan
bagaimana frekuensi dan besaran gejolak yang
berlaku diantara faktor-faktor lingkungan dan
komponen-komponennya. Dibutuhkan sumber
daya dan kemampuan yang spesifik agar mampu
bersaing dalam kondisi yang fast moving (Zaheer,
1997; Fauzi, 1999).
Tingkat perubahan organisasi seperti yang
disebutkan oleh Zaheer (1997) dalam Fauzi
(1999) sebagai fast moving environment akan
membuat perusahaan harus mengidentifikasi
kemampuan
perusahaan
yang
mampu
menghasilkan rents,
yaitu alertnes dan
responsiveness yang menunjukkan kecepatan
tanggapan atas sinyal perubahan lingkungan.
Konsep daya saing berpijak dari konsep
keunggulan komparatif yang diperkenalkan oleh
194
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
david Ricardo sejak abad 18 yang dikenal dengan
model Ricardo atau hukum keunggulan
komparatif (the law of comparatif advantage).
Konsep ini merupakan penyempurnaan dari
kelemahan teori keunggulan absolut yang
dicetuskan oleh Adam Smith. Konsep keunggulan
komparatif maupun keunggulan absolut berasal
dari suatu pemikiran yang sama, yaitu bahwa
suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi
barang yang miliki keunggulan absolut atau yang
diproduksi lebih efisien dibandingkan jika
diproduksi oleh negara lain. Kedua negara akan
mendapatkan keuntungan bila masing-masing
negara berspesialisasi dalam produksi komoditi
yang memilki keunggulan absolut dan melakukan
perdagangan antar negara (Salvatore, 1996).
Suatu negara akan cenderung mengekspor
komoditas yang biaya produksinya relatif lebih
murah dibandingkan dengan negara lain, dengan
asumsi bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya
faktor produksi. Dengan demikian keunggulan
komparatif yang dikemukakan oleh Ricardo hanya
didasarkan pada perbedaan produktifitas tenaga
kerja antar negara, padahal masih terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi produksi selain tenaga
kerja seperti tanah, modal dan sumber daya
lainnya (Salvatore, 1996).
Teori keunggulan komparatif Ricardo
kemudian disempurnakan oleh Haberler (1936)
yang
mengemukakan
konsep
keunggulan
komparatif berdasarkan teori biaya peluang
(opportunity cost theory). Haberler menyatakan
bahwa biaya dari satu komoditi adalah jumlah
komoditi kedua terbaik yang harus dikorbankan
untuk memperoleh sumber daya yang cukup untuk
memproduksi satu unit tambahan komoditi
pertama (Salvatore, 1996).
Keunggulan komparatif yang dimilki dalam
perdagangan memilki sifat yang dinamis bukan
statis. Sifat yang dinamis tersebut membuat
negara yang memilki keunggulan komparatif
disektor
tertentu
harus
mampu
mempertahankannya, agar tidak tersaingi oleh
negera lain atau digatikan oleh komoditi
substitusinya. Konsep yang dikembangkan oleh
Ricardo dan Heckscer-Ohin ini merupakan suatu
dasar yang sering dipakai dalam menjelaskan
alokasi sumber daya di antara industri dalam suatu
negara (Salvatore, 1996).
Hal senada diungkapkan oleh Kuncoro
(2008:73), bahwa:
“Keunggulan bersaing
merupakan kegiatan spesifik yang dikembangkan
oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan
dengan pesaingnya”. Kata unggul, berdasarkan
pendapat Sumihardjo (2008:8) dan Rangkuti
(2003) di atas, merupakan posisi relatif organisasi
terhadap organisasi lainnya.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Rahayu
(2008:66) bahwa: Keunggulan merupakan posisi
relatif dari suatu organisasi terhadap organisasi
lainnya, baik terhadap satu organisasi, sebagian
organisasi atau keseluruhan organisasi dalam
suatu industri. Dalam perspektif pasar, posisi
relatif tersebut pada umumnya berkaitan dengan
nilai pelanggan (customer value). Sedangkan
dalam perspektif organisasi, posisi relatif tersebut
pada umumnya berkaitan dengan kinerja
organisasi yang lebih baik atau lebih tinggi..
Dengan demikian dari pendapat Rahayu
(2008) tersebut dapat diambil satu kesimpulan
bahwa suatu organisasi, termasuk sekolah, akan
memiliki keunggulan bersaing atau memiliki
potensi untuk bersaing apabila dapat menciptakan
dan menawarkan nilai pelanggan yang lebih atau
kinerjanya lebih baik dibandingkan dengan
organisasi lainnya.
Sementara
dalam
Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses, dinyatakan bahwa:” daya saing
adalah kemampuan untuk menunjukan hasil lebih
baik, lebih cepat atau lebih bermakna”.
Kemampuan yang dimaksud dalam Permendiknas
No. 41 tahun 2007 tersebut, diperjelas oleh Tumar
Sumihardjo (2008:11), meliputi: (1) kemampuan
memperkokoh posisi pasarnya, (2) kemampuan
menghubungkan dengan lingkungannya, (3)
kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti,
dan (4) kemampuan menegakkan posisi yang
menguntungkan.
Berdasarkan pendapat Sumihardjo (2008),
Rahayu (2008), dan penjelasan Permendiknas No.
41 tahun 2007, maka dapat diambil satu
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan daya
saing
adalah kemampuan dari seseorang/
organisasi/institusi untuk menunjukan keunggulan
dalam hal tertentu, dengan cara memperlihatkan
situasi dan kondisi yang paling menguntungkan,
hasil kerja yang lebih baik, lebih cepat atau lebih
bermakna dibandingkan dengan seseorang/
organisasi/institusi lainnya, baik terhadap satu
organisasi, sebagian organisasi atau keseluruhan
organisasi dalam suatu industri.
195
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
Nilai pelanggan atau nilai customer atau
customer value adalah selisih antara manfaat yang
diperoleh customer dari suatu produk atau jasa
dengan
upaya
dan
pengorbanan
yang
dilakukannya
untuk
mendapatkan
dan
menggunakan produk itu. Suatu produk atau jasa
yang dibeli customer dari perusahaan semakin
memuaskan jika customer itu mendapatkan value
yang tinggi.
Bagi customer, value atau nilai produk atau
jasa yang ditawarkan suatu perusahaan memiliki
dua dimensi yaitu Kinerja atau fitur produk
dibandingkan dengan produk sejenis yang
ditawarkan pesaing perusahaan dan Harga atau
cost.
Dengan semakin banyaknya produk atau jasa
sejenis yang bersaing di pasar, cost atau
pengorbanan memiliki arti yang lebih luas, tidak
hanya sebatas harga beli suatu produk. Sebagai
contoh, kemudahan untuk mengoperasikan,
ketersedian suku cadang, layanan pasca
pembelian, dan biaya pemeliharaan, merupakan
unsur-unsur pengorbanan yang diperhitungkan
oleh customer, selain harga beli produk.
Dengan kata lain, customer berada dalam
posisi "bisa memilih". Istilah customer value
sangat populer dalam dunia bisnis masa kini yang
sangat kompetitif. Customer value semakin
penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan
dan menjadi bagian integral strategi perusahaan,
khusurnya dalam strategi pemasaran produknya.
Dan untuk meraih Customer value yang lebih
tinggi maka perusahaan/organisasi harus memiliki
sumber daya yang mendukung. Oliver (1997)
memberikan perhatian pada sumber daya strategis
dan berargumen bahwa sumber daya yang
menghasilkan kompetensi haruslah langka, unik,
khusus, tak berwujud, sulit ditiru diganti dan sulit
ditiru. Meyer and Utterback (1993) menekankan
peran penting kompetensi teknologi, penelitian
dan pengembangan, kompetensi produksi dan
manufaktur, serta kompetensi pemasaran.
Selanjutnya Hamel and Heene (1994)
membagi kompetensi menjadi kompetensi aksespasar, kompetensi yang berkaitan dengan
integrasi, dan kompetensi dikaitkan dengan
fungsionalitas. Hall (1994) percaya bahwa
kemampuan fungsional, budaya, posisi, dan
pengaturan sebagai pembentuk dan penentu
keunggulan perusahaan secara keseluruhan.
Barney (1991) menyajikan struktur yang
lebih konkret
dan
komprehensif untuk
mengidentifikasi pentingnya kompetensi untuk
memperoleh
keunggulan
bersaing
yang
berkesinambungan. Barney (1991) mengutarakan
empat indikator sehingga kompetensi yang
dimiliki perusahaan dapat menjadi sumber
keunggulan bersaing yang berkesinambungan,
yakni: bernilai (valuable), merupakan kompetensi
langka diantara perusahaan-perusahaan yang ada
dan pesaing potensial (rare), tidak mudah ditiru
(inimitability), dan tidak mudah digantikan (nonsubstitutability).
METODE PENELITIAN
Rangcangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pola eksplanasi
(eksplanatory
research),
yakni
berusaha
menjelaskan hubungan kausalitas (causality
relationship)
antara
variabel
dinamika
lingkungan, selanjutnya dilakukan skenario
simulasi dengan konsep sistem dinamik untuk
melihat posisi daya saing yang lebih baik akibat
lingkungan yang dinamis.
Hasil pengolahan data hasil survey dilakukan
dengan tahapan Struktural Equation Modeling
(SEM) dipakai sebagai sebagai equation pada
simulasi sistem dinamisnya. Berdasarkan datadata yang diperoleh maka dilakukan pembuatan
model. Pembuatan model dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak yaitu vensim.
Model tersebut akan didukung oleh hasil
pengolahan SEM yang menghasilkan persamaan
tiap variabelnya. Setelah model dibuat maka
dilakukan percobaan dan melihat apakah model
sesuai atau tidak.
Dan pengambilan data dilakukan terhadap
perusahaan manufaktur di Sulawesi Selatan.
Pengambilan data dilakukan dengan metode
survei, dan dilakukan dengan sampling jenuh
(pengambilan data terhadap seluruh perusahaan
manufaktur yang berskala besar dan menengah di
Sulawesi Selatan).
Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian yang dipilih adalah
propinsi Sulawesi Selatan dengan Obyek
penelitian adalah industri manufaktur baik industri
skala sedang maupun skala besar. Alasan
pemelihan lokasi ini karena berdasarkan data
bahwa ada penurunan kontribusi sektor industri
196
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
manufaktur di Sulawesi Selatan terhadap PDRB,
yang diikuti oleh sejumlah perusahaan yang
Collapse selama empat terakhir. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai
dengan bulan Maret 2012.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen
yang
digunakan
dalam
pengumpulan data pada penelitian ini adalah
daftar pertanyaan terstruktur yang diadopsi dari
berbagai penelitian sebelumnya yang dianggap
telah teruji, sejumlah pertanyaan tersebut diajukan
untuk memperoleh jawaban menyangkut keadaan
dan perubahan lingkungan eksternal perusahaan,
kapabilitas dinamis, pilihan strategi bersaing dan
strategi operasional dan pencapaian daya saing
dan menggunakan alat perekam suara pada saat
melakukan
wawancara
dengan
manajer
perusahaan atau pihak-pihak yang dianggap
exspert dalam memberikan informasi.
Populasi dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur di Sulawesi Selatan, baik
yang berskala besar maupun berskala sedang.
Alasan memilih industri sedang dan besar dengan
pertimbangan bahwa perusahan-perusahan yang
berukuran sedang dan besar sudah memiliki
struktur organisasi yang baik bila dibandingkan
dengan perusahan berskala kecil, sehingga
diharapkan dapat mejawab semua data yang
diperlukan dalam penelitian. Jumlah perusahaan
manufaktur di Sulawsi Selatan berdasarkan data
BPS tahun 2010 adalah 301 perusahaan.
Karakteristik sampel dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang berukuran
sedang dan besar, karena unsur populasi
berkarakteristik heterogen dan heterogenitas
tersebut mempunyai arti yang signifikan pada
pencapaian tujuan penelitian, misalnya perbedaan
ukuran dan jenis peusahaan, maka penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan sample
proportional random sampling, Besarnya sampel
dalam penelitian ditentukan berdasarkan atas
pendapat Slovin (Umar, 2001; Pono 2009) yaitu
dengan menggunakan persamaan:
n
Analisis Data
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan, maka teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik deskriptif dan statistik inferensial
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mendiskripsikan variabel penelitian tanpa menarik generalisasi.
Data yang dikumpulkan kemudian diedit dan
ditabulasi dalam tabel dan dilakukan pembahasan
secara deskriptif. Ukuran deskriptif adalah
pemberian angka baik dalam jumlah responden
maupun dalam angka persentase
Analisis Statistik Inferensi
Untuk analisis hubungan kausal yang
dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan
model persamaan struktural (structural equetion
model, SEM).
N
1  N (e ) 2
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persentase kelonggaran ketidaktlitian (presisi)
karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat ditolerir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis hasil penelitian dengan menggunakan
model persamaan struktural (Structural Equation
Model/SEM) dengan confirmatory factor analysis
(CFA) program AMOS 18.0 (Analysis of Moment
Structure, Arbukle, 1997). Kekuatan prediksi
variabel observasi baik pada tingkat individual
maupun pada tingkat konstruk dilihat melalui
critical ratio (CR). Apabila critical ratio tersebut
signifikan maka dimensi-dimensi tersebut akan
dikatakan bermanfaat untuk memprediksi
konstruk atau variabel laten. Variabel laten
(construct) penelitian ini terdiri dari dinamika
lingkungan, kapabilitas dinamis, strategi bersaing,
strategi operasional dan daya saing perusahaan.
Berdasarkan persamaan diatas, dengan tingkat
ketelitian 5%, maka ukuran sampel diperoleh adalah:
n
301
1  301(0,05 ) 2
n  171
197
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
Dengan
menggunakan
model
persamaan
struktural dari AMOS akan diperoleh indikatorindikator model yang fit. Tolok ukur yang
digunakan dalam menguji masing-masing
hipotesis adalah nilai critical ratio (CR) pada
regression weight dengan nilai minimum 2,0
secara absolut.
Kriteria yang digunakan adalah untuk menguji
apakah model
yang diusulkan memiliki
kesesuaian dengan data atau tidak. Adapun
kriteria model fit terdiri dari: 1) derajat bebas
(degree of freedom) harus positif dan 2) non
signifikan Chi-square yang disyaratkan (p ≥ 0,05)
namun untuk sampel besar (N > 250) maka
signifikansi p-value tidak dapat di ekspektasi
(Hair et al., 2006;753), 3) incremental fit di atas
0,90 yaitu GFI (goodness of fit indix), Adjusted
GFI (AGFI), Tucker Lewis Index (TLI), The
Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN)
dibagi dengan degree of freedomnya (DF) dan
Comparative Fit Index (CFI), dan 4) RMSEA
(Root Mean Square Error of Aproximation) yang
rendah.
Confimatory Factor Analysis digunakan untuk
meneliti variabel-variabel yang mendefinisikan
sebuah konstruk yang tidak dapat diukur secara
langsung. Analisis atas indikator-indikator yang
digunakan itu memberi makna atas label yang
diberikan pada variabel-variabel laten atau
konstruk-konstruk lain yang dikonfirmasikan.
.62
-.04
.17
.37
.03
.03
-.51
-.29
-.32
e8
DL1
e7
DL2
e6
DL3
e5
DL4
e4
DL5
e3
.68
.74
.73
.86
.72
.82
.60
DL6
.70
e2
DL7
e1
DL8
Dinamika Lingkungan
Variabel/konstruk laten yang diukur melalui
8 indikator, yaitu: kecepatan perubahan preferensi
konsumen
(DL1),
Kecepatan
perubahan
kebutuhan konsumen (DL2), kecepatan perubahan
teknologi pembuatan produk (DL3), tingkat
inovasi produk (DL4), kenaikan harga (DL5),
kenaikan tingkat bunga Bank (DL6), pengiriman
bahan baku (DL7), kelancaran transportasi (DL8).
Untuk pengujian model tahap awal,
digunakan 8 indikator untuk mengukur variabel
laten dinamika lingkungan, namun pada pengujian
tahap awal dengan menggunakan confirmatory
factor analysis, kriteria goodness-of-fit tidak
terpenuhi yang menunjukkan bahwa model awal
tidak fit digunakan, sehingga dilakukan modifikasi
model secara terus menerus hingga diperoleh
suatu model yang memenuhi kriteria.
Hasil pengujian tahap akhir variabel laten
dinamika lingkungan diperoleh hasil model
dengan confirmatory factor analysis sudah
memenuhi kriteria goodness of fit, sebagaimana
terlihat pada Gambar 3.
Hasil uji konstruk variabel dinamika
lingkungan yang dievaluasi berdasarkan kriteria
goodness of fit indices pada Tabel 1. dengan
disajikan hasil model serta nilai kritisnya (cut-off
value).
DL
e9
Goodness of Fit Tests:
Chi square = 3.637
Probability = .962
CMIN/DF = .364
RMSEA = .000
CFI = 1.000
TLI = 1.005
GFI = 0.891
AGFI = 0.794
.67
Gambar 3. Pengujian confirmatory factor analysis variabel dinamika lingkungan.
198
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
Tabel 1. Evaluasi kriteria Goodness of Fit Indices Dinamika Lingkungan
Goodness of Fit Index
Hasil Model*
Cut-off Value**
2
χ – Chi-square
3.637
Diharapkan kecil
Probability
0.962
≥ 0.05
CMIN/DF
0.364
≥ 2.00
RMSEA
0.000
≥ 0.08
CFI
1.000
≥ 0.92
TLI
1.005
≥ 0.92
GFI
0.891
≥ 0.90
AGFI
0.794
≥ 0.90
Tabel 2. Loading faktor (λ) Pengukuran faktor Dinamika lingkungan
Loading
Indikator Variabel
Factor
Critical Ratio
Probability (p)
(λ)
Selera Konsumen
0.681
7.772
0.000
Kebutuhan konsumen
0.744
8.428
0.000
Teknologi produksi
0.732
7.172
0.000
Inovasi produk
0.864
8.262
0.000
Kenaikan harga
0.721
8.171
0.000
Tingkat bunga Bank
0.817
8.809
0.000
Pengiriman bahan baku
0.601
11.271
0.000
Kelancaran transportasi
0.701
0.000
Dari evaluasi model yang diajukan
menunjukkan bahwa evaluasi terhadap konstruk
secara keseluruhan menghasilkan nilai di atas
kritis yang menunjukkan bahwa model telah
sesuai dengan data, sehingga dapat dilakukan uji
kesesuaian model selanjutnya. Tabel 1.
Menunjukkan bahwa model pengukuran dinamika
lingkungan telah menunjukkan adanya model fit
atau kesesuaian antara data dengan model. Hal ini
dibuktikan dari delapan criteria fix yang ada,
sudah ada enam yang telah memenuhi kriteria.
Dengan demikian mengacu pada prinsip
parsimony teori maka model di atas menunjukkan
tingkat penerimaan yang baik oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui indikatorindikator yang berkontribusi signifikan terhadap
variable dinamika lingkungan dapat diamati dari
nilai loading faktor atau koefisien lambda (λ) dan
tingkat signifikansinya, yang mencerminkan
masing-masing kontribusi indikator terhadap
variabel dinamika lingkungan tampak pada
Tabel 2.
Berdasarkan tabel 2. maka diperoleh hasil
bahwa seluruh dimensi berpengaruh dengan
Keterangan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Marginal
Marginal
Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
loading factor > 0,4 atau p< 0,05, sehingga
seluruh indikator signifikan mengukur variabel
dinamika lingkungan.
KESIMPULAN
Dinamika lingkungan eksternal bisnis
perusahaan manufaktur yang ada di Sulawesi
Selatan menunjukkan pengaruh yang positif/
signifikan dalam capaian daya saing perusahaan
terhadap perusahaan pesaingnya. Hal ini
membuktikan
kebenaran
hipotesis
yang
menyatakan bahwa
dinamika lingkungan
berpengaruh terhadap daya saing perusahaan.
Dengan demikian menjadi penting perusahaan
untuk
memperhatikan
kondisi
dinamika
lingkungan didalam menformulasi strategi
bersaing untuk mencapai daya saing yang
berkesinambungan
DAFTAR PUSTAKA
Barney, J., (1995) Looking inside for competitive
advantage. Akademi of management
executive, vol. 9 No. 4, pp. 49-61.
199
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
Barney, J (1991), Firms Resource and Sustained
Competitive
Advantage,
Journal
of
Management, Vol. 17, No 1, 99-120
Departemen perindustrian dan perdagangan
(2001). Strategi Industri nasional. Jakarta.
Fauzi, Mochamad (1999) Lingkungan organisasi
dan pengaruhnya terhadap manajemen
lingkungan. Thesis. Universitas Diponegoro.
Bandung.
Handayani (2008) simulasi kebijakan daya saing
kedelai pada pasar domestik. Thesis. Institut
Pertanian Bogor
Hamel, G. And A. Heene, (1994). Competencebased competititon, Chichester: John Willey
& Sons
Hunger., J.David., dan Wheelen., Thomas L
(2003), Manajemen Strategis, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Malian, H., (2005) Prospek Pengembangan
Agroindustri Dalam Meningkatkan Daya
Saing dan Ekspor Berdasarkan Permintaan
Jenis Produk Komuditas Perkebunan Utama,
Balitban, Departemen Pertanian
Pono, Maat (2009) Pengaruh Dinamika
Lingkungan, Strategi Bersaing dan Strategi
Operasi terhadap Kinerja Perusahaan.
Disertasi, Universitas Brawijaya, Malang
Porter, Michael (1998) The Adam Smith adress:
location,
clusters, and the “new”
microeconomics of competition. National
association for business economics.
Porter, Michael (2003), Strategi bersaing: Teknik
menganalisis
industri
dan
pesaing.
Terjemahan, cetakan keenam, penerbit
Erlangga.
Pujawan, I., Y., (2005) Supply Chain Manajemen.
Guna Widya. Surabaya, Indonesia.
Robinson, R., John, P., (2008) Strategic
Management; Formulation, Implementation,
& Control, McGraw Hill.
Salam A., Mohammad (2005) Supply chain
enablers, competitive advantage, and firm
perfomance: an empirical investigation of
Thai garmen industri. 1st
International
conference on operations and supply chain
management, Bali.
Sumihardjo, T., (2008) Daya Saing Berbasis
Potensi Daerah, Fokus Media. Jakarta
Indonesia.
Tambunan T., (2010)
Daya Saing Global
Indonesia 2008-2009 versi World Economic
Forum (WEF), Kadin, Indonesia.
Teece, D.T., G. Pisano and A. Shuen, (1997).
Dynamic
Capability
and
strategic
management journal, Vol.18, No.7, pp. 509533.
200
Download