pendidikan islam dan peningkatan kualitas sumber daya manusia

advertisement
PENDIDIKAN ISLAM DAN PENINGKATAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
Mariatul Qibtiyah Harun AR.
Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan
Email: [email protected]
Abstrak: Memasuki abad ke-21, masyarakat dunia, khususnya
bangsa Indonesia menghadapi tiga tantangan utama, yaitu kependudukan, lingkungan, dan pembangunan. Dalam menjawab
tantangan ini, sumber daya manusia berkualitas menjadi sangat
penting. Karena itu, saat ini terjadi pergeseran paradigmatis, dari
pembangunan yang berorientasi keunggulan komperatif yang lebih
mengandalkan kekayaan sumber daya alam, ke arah yang lebih
menekankan keunggulan kompetitif. Jalan yang paling efektif
untuk mengembangkan potensi atau sumber daya manusia yang
berkualitas adalah melalui pendidikan Islam yang berkualitas.
Pendidikan Islam dalam hal ini dapat dilihat sebagai upaya
pembentukan manusia-manusia yang ideal bagi kehidupannya.
Kata kunci: Pendidikan Islam, kualitas, sumber daya manusia
Abstract: Entering the 21st century, the world community, especially the Indonesians face three main challenges, namely population, environment and development. To answer these challenges,
human resources are essential. Therefore, in this current paradigmatic shift, from a development comparative-orientation relying on
natural resources towards competitive orientation. The most
effective way to develop the potential or the qualified human
resources is through providing qualified Islamic education. Islamic
education is regarded as the efforts to produce an ideal human
beings in their lives
Keywords: Islamic education, quality, human resources
Pendahuluan
Secara umum, pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam rangka mencetak generasi muda yang dipersiapkan
sebagai generasi penerus di masa mendatang. Pendidikan merupakan
sebuah proses dan sekaligus sistem yang bermuara pada pencapaian
tujuan tertentu yang dinilai dan diyakini sebagai suatu yang ideal.1
Bagi bangsa Indonesia tujuan ideal yang hendak dicapai lewat proses
dan sistem pendidikan nasional ialah sebagaimana yang telah
dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab II pasal 3 bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.2
Salah satu fungsi pendidikan adalah proses memanusiakan manusia dalam rangka mewujudkan budayanya. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, yang pada
dasarnya memiliki arti “potensi” yaitu kesiapan manusia untuk menerima kondisi yang ada di sekelilingnya dan mampu menghadapi
tantangan serta mempertahankan dirinya untuk survive dengan tetap
berpedoman kepada al-Qur’an dan sunnah. Upaya untuk melestarikan potensi manusia adalah menciptakan kebudayaan yang sesuai
kondisi sekarang dan masa mendatang. Dalam tataran mikro (individu dan keluarga), pendidikan memiliki fungsi strategis dalam menciptakan manusia yang mampu mengembangkan potensinya.3
Istilah potensi yang seringkali dikemas dengan istilah sumber daya manusia (human resourses) yang dijadikan dalam tema-tema pem1A.
Malik Fajar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, ed. Mustofa Syarif dan Juanda
Abubakar, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah
Indonesia, 1998), hlm. 30
2Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada Bab II Pasal 3.
3Ishomuddin, Spektrum Pendidikan Islam, Restrospeksi Visi dan Aksi (Malang: UMM
Press, 1996), hlm. 11.
Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
237
bangunan sekarang ini adalah muncul karena peranan lembagalembaga yang ada termasuk pendidikan belum sepenuhnya mampu
membangun potensi manusia sebagai subjek pembangunan.
Keadaan dan lingkungan yang semakin kompleks, globalisasi
yang membuat dunia seolah tanpa batas dan saling ada keterkaitan
yang sangat erat, menuntut pendidikan semakin siap menghadapi
tantangan-tantangan baik berkenaan dengan isi maupun model-model
pelaksanaannya.
Salah satu pilar penyangga utama masyarakat modern adalah
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai konsekuensi logis dari upaya
para ilmuan dalam menjawab berbagai persoalan yang ada dalam
alam realitas ini. Kemunculan ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah sesuatu yang tidak memiliki konsekuensi-konsekuensi, karena
entitasnya bersentuhan langsung dengan unsur hakiki kemanusiaan.
Eksistensi pengembangannya sangat tergantung pada dunia kependidikan, sehingga perhatian yang sungguh-sungguh terhadap dunia ini
merupakan suatu kemestian jika kita ingin menciptakan masyarakat
yang beradab dan berkepribadian utuh.
Konsep Sumber Daya Manusia Berkualitas
Memasuki keadaan dunia yang semakin mengglobal, abad ke-21
dan seterusnya, tampaknya masyarakat dunia, khususnya bangsa
Indonesia menghadapi tiga tantangan utama, yaitu tantangan kependudukan, tantangan lingkungan, dan tantangan pembangunan.4
Untuk menjawab ketiga tantangan itu, kata kunci yang perlu
dipegang adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan
karena manusia Indonesia mayoritas beragama Islam, maka pembinaan kualitas manusia Indonesia itu kiranya pantas didasarkan pada
nilai-nilai ajaran agama Islam yang kosmopolit (rahmat li al ’âlamîn) itu.
Sumber daya manusia merupakan potensi yang dianugerahkan
Allah kepada manusia, yaitu fitrah yang berupa wadah atau bentuk
yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan. Fitrah
yang merupakan kekuatan (potensi) yang terpendam di dalam diri
4Emil
Salim, Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif, dalam Conny R. Seniawan et.al.
(ed), Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI, (Jakarta:
Grasindo, 1991), hlm. 29.
238
Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
manusia yang dibawa sejak lahir itu jumlahnya amat banyak, yang
menurut Syahminan Zaini terdiri atas:
1. Fitrah agama
2. Fitrah intelek
3. Fitrah sosial
4. Fitrah susila
5. Fitrah seni
6. Fitrah ekonomi (mempertahankan hidup)
7. Fitrah kawin (mempertahankan jenis)
8. Fitrah kemajuan
9. Fitrah keadilan
10. Fitrah kemerdekaan
11. Fitrah persamaan
12. Fitrah politik (ingin kuasa)
13. Fitrah cinta, bangsa dan tanah air
14. Fitrah ingin dihargai, dan fitrah lainnya. 5
Secara garis besar, kualitas manusia Indonesia dapat dikelompokkan kepada dua bagian. Pertama, kualitas fisik, yang menyangkut
ciri-ciri kualitas yang bersifat lahiriyah atau badaniyah, yaitu daya
atau tenaga fisik yang dimilikinya, kesegaran jasmani, kesehatan jasmani, dan lain-lain. Kedua, kualitas non fisik, menyangkut kualitas
yang bersifat batiniyah, yang meliputi: 1) kualitas pribadi yang melekat pada diri; 2) kualitas hubungan dengan pihak lain; 3) kualitas
kekaryaan yang tercermin dalam produktivitas, disiplin, keswadayaan, keswakaryaan, dan wawasan masa depan.6 Dari pengelompokan
di atas dapat dirumuskan bahwa manusia yang berkualitas adalah
manusia yang memiliki ciri-ciri berikut:
1. Memiliki iman dan taqwa serta moralitas.
2. memiliki tanggung jawab pribadi dan sikap jujur.
3. Memiliki fisik atau jasmaniah yang sehat.
4. Menghargai ketepatan waktu.
5. Memiliki etos kerja yang tinggi.
6. Memiliki visi yang jelas mengenai masa depannya.
5Syahminan
Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam
Mulia, 1986), hlm. 56.
6Ibid, hlm.30.
Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
(Jakarta: Kalani
239
7. Menghargai dan memiliki ilmu pengetahuan.7
Dalam tingkat tertentu, rumusan ini relevan dengan ciri manusia
modern yang dirumuskan oleh Alex Inkeles--sebagaimana dikutip
Weiner Myron--yaitu kecenderungan menerima gagasan-gagasan
baru, kesediaan menyatakan pendapat, kepekaan pada waktu, dan
lebih mementingkan waktu kini dan mendatang ketimbang waktu
yang telah lalu, rasa ketepatan waktu yang lebih baik, keprihatinan
yang lebih besar untuk merencanakan organisasi dan efisiensi,
kecenderungan memandang dunia sebagai suatu yang bisa dikalkulasi, menghargai kekuatan ilmu dan teknologi, dan keyakinan bahwa
keadilan bisa dilaksanakan. 8
Rumusan tentang manusia berkualitas yang identik dengan manusia modern, dan pengembangan sumber daya manusia Indonesia
tampaknya memang absah jika diarahkan pada terwujudnya manusia
Indonesia yang modern dan berkualitas, yang dalam terminologi pembangunan di negara Indonesia dirumuskan sebagai pembangunan
manusia seutuhnya.
Pengembangan sumber daya manusia memilki akar teologis yang
cukup kuat dan jelas dalam Islam. Dalam termenologi Islam, bahwa
orang mukmin yang kuat akan lebih baik dan akan lebih disayangi
Allah SWT dibanding mukmin yang lemah, dan Allah SWT tidak akan
mengubah nasib kelompok manusia mana pun, sebelum mereka
mengubah pola hidupnya. Untuk itu Allah dan Rasul-Nya memberi
petunjuk yang sangat jelas dan mengesankan:
”Orang mukmin yang kuat lebih baik dan disukai Allah dari pada
orang mukmin yang lemah, meskipun pada kedua-duanya terdapat kebaikan. Perhatikanlah hal-hal yang bermanfaat bagimu,
serta mohonlah pertolongan dari Allah, dan janganlah menjadi
lemah.”(H.R. Muslim).9
7Syahrin
Harahap, Islam Dinamis, Menegakkan Nilai-Nilai al-Qur’an dalam Kehidupan
Modern di Indonesia (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm. 91.
8Weiner Myron, Modernisasi Dinamika Pertumbuhan (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1980), hlm xii.
9Lihat Shahîh Muslim bi Syarh al-Nawawî, Juz. VI (Beirut: Dar al-Turs al ’Araby, 1982),
hlm. 215.
240
Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu komunitas, sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.” (Q.S. 13/al-Ra’d: 11)
Dalam pandangan Islam manusia yang memiliki kriteria/kualitas
di atas, dipandang sebagai sumber daya yang dapat merencanakan
masa depan yang lebih baik. Sementara manusia yang tidak memiliki
kriteria itu dipandang sebagai sumber daya yang tidak berkualitas
atau miskin.
Syahrin Harahap mengemukakan bahwa ada beberapa tinjauan
yang dapat dilakukan dalam menelaah kemiskinan. Dari satu sisi
kemiskinan dapat dikategorikan pada dua hal. Pertama, kemiskinan
alamiah, yaitu kemiskinan yang bersumber dari kualitas sumber daya
alam dan manusia yang rendah, sehingga peluang produksi relatif
kecil. Kedua, kemiskinan struktural yang sering disebut dengan
kemiskinan buatan (man made poverty). Misalnya untuk menentukan
desa miskin dengan menggunakan tiga variabel: (1) prasarana dan
sarana ekonomi desa, (2) fasilitas pemukiman dan lingkungan, (3)
keadaan sosial demografi penduduk. Pada sisi lain kemiskinan
seringkali dikategorikan kepada dua macam pula, yaitu kemiskinan
ekonomi dan kemiskinan rohaniah.10
Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan oleh
orang-orang atau lembaga-lembaga di luar diri, atau motivasi dari
dalam, yaitu motivasi manusia yang datangnya dari dalam dirinya
sendiri. Pengembangan sumber daya manusia oleh dirinya sendiri ini
merupakan hal yang dipandang sangat relevan, dan karena agama
Islam memiliki ajaran yang kosmopolit dan up to date, maka pengembangan sumber daya manusia paling bermakna adalah pengembangan yang berwawasan keislaman.
Tentang pengembangan sumber daya manusia, Islam sangat
memotivasi setiap orang untuk mengupayakan secara maksimal pemilikan karakter sumber daya manusia berkualitas. Setiap orang harus
mengupayakan pengembangan diri sendiri, karena itu merupakan
suatu hal yang amat penting bagi orang beriman.
10Syahminan
Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam (Jakarta: Kalani
Mulia, 1986), hlm. 56
Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
241
Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kemajuan Bangsa
Kehadiran manusia di dunia ini mengemban amanat yang sangat
mulia, yaitu mengemban kekhalifahan serta pelaksana syari’at Allah,
menata bumi dan isinya, untuk suatu rencana ketertiban, kedamaian,
kebaikan, dan kemakmuran individu dan masyarakat serta kemajuan
suatu bangsa.11 Tugas semacam ini hanya dapat dilaksanakan oleh
manusia-manusia yang telah memiliki persyaratan tertentu. Sebab
apabila suatu tugas tertentu diserahkan kepada manusia yang tidak
memiliki persyaratan yang dikehendaki oleh tugas tersebut, pastilah
tugas itu akan gagal.
Menurut Tobroni dan Syamsul Arifin, bukti komitmen seseorang
terhadap suatu agama terletak sejauh mana komitmen orang tersebut
dalam membangun, berkarya, berperadaban, menjaga dan menyelamatkan kehidupan manusia dan lingkungan hidup serta mengembangkan perdamaian di dunia. 12
Untuk merealisasikan tugas ini maka ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh manusia, antara lain adalah: manusia harus
mempunyai jasmani yang sehat dan kuat, mempunyai jasmani yang
terampil, mempunyai otak yang cerdas dan ilmu pengetahuan yang
banyak, mempunyai hati yang tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya
dan mempunyai keteguhan pendirian (istiqâmah).13 Agar manusia dapat melaksanakan tugas ini dengan sebaik-baiknya serta penuh rasa
tanggung jawab, maka Allah menganugerahkan kepada manusia
dengan kelengkapan alat indra sebagaimna dijelaskan Allah di dalam
al-Qur’an surat al-Nahl ayat 48, yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”.14
11Moh.
Nurhakim, Islam, Doktrin, Pemikiran dan Realitas Historis (Malang: UMM Press,
1998), hlm.10.
12Tobroni dan Syamsul Arifin, Islam: Pluralisme Budaya dan Politik (Refleksi Teologo
Untuk Aksi dalam keberagamaan dan Pendidikan) (Yogyakarta: Sipress, 1994), hlm.1.
13Djumransyah dan Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi,
Meneguhkan Eksistensi (Malang: UIN Malang Press, 2007), hlm. 37.
14Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta:
Poyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1977), hlm. 413.
242
Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
Dalam masa persaingan global sekarang ini, kelemahan dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disebabkan oleh
kelemahan sumber daya manusia merupakan ancaman yang nyata
dan sekaligus tantangan bagi bangsa dalam perjuangan merebut masa
depan. Sumber daya manusia dengan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi merupakan penentu persaingan utama.
Syamsul Arifin mengungkapkan betapa pentingnya sumber daya
manusia dalam pemikiran pembangunan dewasa ini yang ditandai
oleh adanya pergeseran paradigmatis, dari pembangunan yang berorientasi keunggulan komperatif yang lebih mengandalkan kekayaan
sumber daya alam, ke arah yang lebih menekankan keunggulan kompetitif. Dalam paradigma baru ini, kualitas sumber daya manusia yang
mempunyai akses pada penguasaan teknologi tinggi dan peningkatan
peran serta masyarakat, memperoleh perhatian paling utama. 15
Sehubungan dengan sumber daya manusia ini, menurut Mungin
Eddy Wibowo, sebagaimana dikutip oleh Moh. Kasiram, berpendapat
bahwa pengembangan sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan seluruh
potensi manusia secara terpadu untuk mencapai kompetensinya
sebagai subjek pembangunan sesuai dengan tuntutan zaman. Sumber
daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan di era global
sekarang ini paling tidak ada lima kompetensi yang harus dimilikinya,
yaitu:
1. Kompetensi akademik, yaitu berkaitan dengan penguasaan dan
kemampuan metodologis keilmuan dalam rangka penguasaan dan
pengembangan ilmu dan teknologi.
2. Kompetensi profesional, yaitu berkaitan dengan wawasan, perilaku
dan kemampuan penerapan ilmu dan teknologi dalam realitas
kehidupan masyarakat.
3. Kompetensi dalam menghadapi perubahan, yaitu kemampuan
untuk mengantisipasi, mengelola dan memanfaatkan perubahan
untuk mencapai keunggulan di masa depan.
15Syamsul
Arifin, Merambah Jalan Baru dalam Beragama, Rekonstruksi Kearifan Perenial
Agama dalam Masyarakat Madani dan Pluralitas Bangsa (Yogyakarta: Ittaqa Press dengan
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, 2000), hlm. 230.
Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
243
4. Kompetensi kecendekian, yaitu kemampuan untuk memberikan
perhatian dan kepedulian nyata kepada sesama manusia atau
kepedulian sosial.
5. Kompetensi nilai-nilai dan sikap-sikap, yaitu kemampuan untuk
selalu menempatkan segala persoalan dalam kerangka nilai-nilai
Pancasila, budaya bangsa, iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. 16
Pengembangan sumber daya manusia semacam ini orientasinya
bukan menempatkan manusia sebagai faktor produksi untuk memperoleh pertambahan nilai ekonomis, tapi ditekankan pada upaya meletakkan manusia sebagai sumber utama dalam peningkatan produktivitas ekonomi; dan sebaliknya modal, teknologi dan faktor-faktor
produksi yang lain sebagai penunjang terhadap kreativitas sumber
daya manusia itu sendiri. Di samping sumber daya manusia dituntut
untuk memiliki dan menguasai ilmu dan teknologi serta keterampilan
profesional agar bisa memasuki dunia kerja, juga diharapkan memiliki
sikap mandiri, tegas, wawasan yang luas, berorientasi pada nilai-nilai
moral serta bisa berpikir kreatif dan inovatif dalam menghadapi masa
depan dalam rangka membangun masyarakat dan bangsa.
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan
Membangun dan mengembangkan sumber daya manusia bukan
persoalan yang mudah karena membutuhkan pemikiran dan langkah
aksi yang sistematik dan serius. Pada tahap pemikiran, dibutuhkan
kerangka paradigmatis yang dapat memberikan konstruksi yang utuh
tentang manusia. Karena yang dikembangkan adalah manusia dengan
segala potensi dasar yang dimiliki.
Dalam hal pengembangan sumber daya manusia ini, Muhmidayeli berpendapat bahwa manusia adalah hamba Allah SWT yang
dianugerahkan kelengkapan potensi psikis berupa akal, kemauan dan
perasaan agar ia mampu berkreativitas dan berimajinasi dalam kehidupannya dengan berlandaskan pada iman dan moralitas yang tinggi
dalam memandang realitas yang sangat berguna bagi kemanusiaan16Moh.
Kasiram, Penelitian Pendidikan dalam Perspektif Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia, dalam Quo Vadis Pendidikan Islam Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial
dan Keagamaan, ed. Mudjia Rahardjo (Malang, UIN-Malang Press, 2006), hlm. 62.
244
Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
nya. Kondisi fitrah manusia demikian tidak bisa hidup subur dan
terarah dengan baik jika tidak dipelihara dan dikembangkan oleh
manusia itu sendiri melalui penyiapan berbagai perangkat pendukung
lahirnya perilaku moral potensial itu menjadi perilaku moral aktual. 17
Petunjuk Allah SWT di dalam al-Qur’an Surat al-Nahl: 48 yang
dapat dijadikan sebagai rujukan dimana menunjukkan pentingnya
proses pendiidkan untuk mengisi kemanusiaan. 18 Pada surat an-Nahl
ayat 48 tersebut memberikan pemahaman bahwa manusia tidak akan
menjadi manusia utuh, memiliki ilmu pengetahuan yang berguna bagi
kemudahan kehidupannya, jika ia belum mampu memaksimalkan
fungsi instrumen-instrumen jasmani dan rohaninya. Hanya dengan
demikian seseorang menjadi lebih baik dan memiliki nilai-nilai
kemanusiaan sebagai lambang bagi dirinya.
Jalan yang paling efektif untuk mengembangkan potensi atau
sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Ia
mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis untuk menjamin perkembangan dan berlangsungnya kehidupan individu, masyarakat dan bangsa bangsa.
Pendidikan dalam hal ini dapat dilihat sebagai pengupayaan
manusia sejatinya, disengaja, terarah dan tertata sedemikian rupa
menuju pembentukan manusia-manusia yang ideal bagi kehidupannya. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan adalah segala pengupayaan yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang baik dan ideal.19 Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan penyediaan kondisi
yang baik untuk menjadikan perilaku-perilaku potensial yang dianugerahkan kepada manusia tidak lagi sebatas kecenderungan
manusiawi an sich, tetapi benar-benar aktual dalam realita kehidupan17Muhmidayeli,
Teori-Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Pekanbaru: Program
Pascasarjana UIN Suska Riau dan LSFK2P, 2007), hlm. 67.
18Dalam konteks ini, Allah berfirman dalam surah al-Zumar ayat 9 bahwa: ”Adakah
sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?”. Begitu
juga dalam surat Fathir ayat 28, Allah menerangkan: ”Bahwa sesungguhnya diantara
hamba-hamba yang takut kepada Allah SWT hanyalah Ulama”. Karena memang
merekalah pengetahuan tentang itu, kemudian meyakininya sebagai sebuah kebenaran yang mesti diaplikasikan dalam bentuk amalan-amalan shalih.
19Muhmidayeli, Teori-Teori Pengembangan, hlm.69.
Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
245
nya. Jika demikian pendidikan adalah suatu kemestian bagi pemanusiaan manusia.
Sedemikian berartinya pendidikan bagi pemanusiaan manusia,
maka sudah semestinyalah ada upaya serius untuk menata lembaga
pendidikan itu sedemikian rupa agar dapat dipersiapkan percepatan
pencapaian cita-cita luhurnya yaitu ”pemanusiaan”. Perbaikan-perebaikan dalam kehidupan sebagai bukti nyata adanya aktivitas pendidikan akan hanya merupakan sebutan saja jika pengupayaannya
tidak ditata dengan terencana, sistematis dan terpadu.
Disamping itu pendidikan adalah tugas bersama manusia dalam
merealisasikan misi kemanusiaan. Oleh karena itu pendidikan mesti
diatur berdasarkan hubungan intersubjektif dan interrelasional,
sehingga semua komponen benar-benar berjalan secara fungsional
struktural dalam kerangka yang jelas dan terarah pada pencapaian
tujua-tujuan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar bersama
yang secara fungsional struktural melaksanakan tugas-tuganya menuju terciptanya manusia-manusia ideal, yakni manusia yang memiliki kepribadian moralis, baik fungsinya sebagai mu’abbid, khalîfah fî
al-ardl dan imârah fî al-ardl.
Menurut Fajar,20 ada beberapa rangkaian kebijakan dan aksi yang
layak dan memadai untuk dikembangakan agar cita pembentukan
sumber daya manusia Indonesia dapat dicapai, yaitu: Pertama, pengembangan sumber daya manusia Indonesia harus tetap berporos
pada pengembangan ”manusia seutuhnya”. Kedua, pengembangan
kualitas sumber daya manusia Indonesia diusahakan agar tidak
terlepas dari keadaan lingkungan sosio kultural dan ekologi. Ketiga,
pengembangan sumber daya manusia tidak dilihat sebagai proyek,
karena pada hakekatnya berurusan dengan pembangunan ruh kejiwaan suatu bangsa yang dapat berwatak multi dimensi. Keempat, telah
diketahui betapa strategis posisi pranata pendidikan dan pelatihan
sebagai pengembangan kualitas sumber daya manusia. Maka persoalan pokok yang harus kita atasi adalah pemerataan kualitas ”unggul”
sekolah-sekolah, sehingga sekolah berkualitas ”pinggiran” tidak semakin tertinggal dengan munculnya sekolah-sekolah unggulan. Kelima,
untuk memenangkan persaingan di era global, pengembangan kuali20Fadjar,
246
Visi Pembaruan Pendidikan Islam, hlm. 49.
Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
tas sumber daya manusia sepenuhnya diarahkan kepada pembentukan manusia-manusia dengan watak independen (mandiri), yang
mampu membangun kemitraan serta kerjasama secara positif dan
konstruktif serta menyadari saling ketergantungan dengan pihakpihak lain sebagai manusia yang sanggup memasuki persaingan global. Jadi kualitas sumber daya manusia yang diharapkan adalah pencerminan watak dinamis dari sifat ”independensi” ke ”interdependensi”.
Penutup
Setiap manusia lahir di dunia dianugerahkan oleh Allah SWT
potensi dasar yang merupakan sumber daya manusia yang harus
dikembangkan. Sumber daya manusia dengan penguasaan teknologi
merupakan penentu persaingan paling utama pada era modern saat
ini. Pentingnya sumber daya manusia dalam pemikiran pembangunan
dewasa ini ditandai oleh adanya pergeseran paradigmatis, dari
pembangunan yang berorientasi keunggulan komperatif yang lebih
mengandalkan kekayaan sumber daya alam, ke arah yang lebih
menekankan keunggulan kompetitif.
Dalam paradigma baru ini, kualitas sumber daya manusia yang
mempunyai akses pada penguasaan teknologi tinggi dan peningkatan
peran serta masyarakat, memperoleh perhatian paling utama. Pendidikan merupakan salah satu institusi sangat strategis untuk pengembangan sumber daya manusia, baik secara informal, formal dan
non formal. Tanpa pendidikan sumber daya manusia sebagai anugrah
itu tidak akan berkembang bahkan mungkin menjadi hilang atau mati.
Wa Allâh a’lam bi al-Shawâb.*
Daftar Pustaka
Fajar, A. Malik. Visi Pembaruan Pendidikan Islam, ed. Mustofa Syarif
dan Juanda Abubakar, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia, 1998.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
247
Djumbransyah dan Abdul Malik Karim Amrullah. Pendidikan Islam
Menggali Tradisi, Meneguhkan Eksistensi. Malang: UIN Malang
Press, 2007.
Salim, Emil. Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif dalam Conny R.
Seniawan et.al. (ed), Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan
Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo, 1991.
Ishomuddin. Spektrum Pendidikan Islam, Restrospeksi Visi dan Aksi. Malang: UMM Press, 1996.
Kasiram, Moh. Penelitian Pendidikan dalam Perspektif Pemberdayaan
Sumber Daya Manusis, dalam Quo Vadis Pendidikan Islam Pembacaan
Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan, ed. Mudjia Rahardjo. Malang: UIN-Malang Press, 2006.
Nurhakim, Moh. Islam, Doktrin, Pemikiran dan Realitas Historis. Malang:
UMM Press, 1998.
Muhmidayeli. Teori-Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Pakanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau dan LSFK2P, 2007.
Shahih Muslim bi Sarh al-Nawawi, Juz. VI. Beirut: Dar al-Turs al ’Araby,
1982.
Zaini, Syahminan. Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 1986.
Harahap, Syahrin. Islam Dinamis, Menegakkan Nilai-Nilai al-Qur’an
dalam Kehidupan Modern di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 1997.
Arifin, Syamsul. Merambah Jalan Baru dalam Beragama, Rekonstruksi
Kearifan Perenial Agama dalam Masyarakat Madani dan Pluralitas
Bangsa. Yogyakarta: Ittaqa Press dengan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Malang, 2000.
Tobroni dan Syamsul Arifin. Islam: Pluralisme Budaya dan Politik,
Refleksi Teologi Untuk Aksi dalam keberagamaan dan Pendidikan.
Yogyakarta: Sipress, 1994.
Myron, Weiner. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta, Gajah
Mada University Press, 1980.
248
Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011
Download