Diagnosis Stroke dengan Computerized Tomography Scanner (CT

advertisement
Cici | Diagnosis Stroke dengan Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
Diagnosis Stroke dengan Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
Cici Yuliana Sari, Rekha Nova Iyos
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi secara
mendadak dan menimbulkan gejala atau tanda sesuai daerah otak yang terganggu.CT-Scan merupakan gold standard dalam
penegakan diagnosis tipe stroke.Pasien perempuan usia 44 tahun datang ke Rumah Sakit Umum Abdoel Moeleok (RSUAM)
Bandar Lampung dengan keluhan lemah pada lengan dan tungkai kiri sejak satu hari sebelum masuk RSUAM Bandar
Lampung.Berdasarkan hasil anamnesis, pasien mengalami keluhan lemah pada lengan dan tungkai kiri sejak satu hari
sebelum masuk RSUAM Bandar Lampung, keluhan disertai nyeri kepala hebat, mulut tertarik ke kanan, dan bicara tidak
jelas(pelo). Keluhan muncul tiba-tiba saat pasien sedang beraktifitas.Sebelumnyapasien merasakan nyeri kepala.Pasien
memiliki riwayat hipertensi sejak ±10 tahun yang lalu.Keluarga pasien memiliki riwayat hipertensi dan stroke. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, GCS E4V5M6=15. Tanda vital
o
didapatkan TD 180/110 mmHg, nadi 88x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,8 C. Kekuatan otot ekstremitas superior
dekstra/sinistra 5/2, inferior 5/2. Pemeriksaan N.VII wajah tertarik ke kanan, pemeriksaan N.IX dan N.X yaitu suara
bindeng/nasal(+), posisi uvula deviasi ke dekstra, palatum mole sisi kiri lebih rendah. Pemeriksaan N.XIIlidah deviasi ke
sinistra.Pasien ini didiagnosis stroke hemoragik berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,Gajah Mada skor dan Siriraj
Skor dan pemeriksaan penunjang gold standard yaitu CT-Scan pada hari ke tiga, pasien dirawat selama empat hari di
bangsal dan dipulangkan pada hari kelima, selama perawatan pasien mengalami perbaikan tekanan darah, namun belum
ada perbaikan keadaan neurologis.
Kata kunci: CT-Scan, gold standard, stroke
Abstract
Stroke is an acute neurologic deficit diseases caused by disorders of the brain blood vessels, occurs suddenly and cause
symptoms or signs corresponding area of the brain is disrupted. CT-Scan is the gold standard in the diagnosis of the type of
stroke. Female patients aged 44 years came to the General Hospital Abdoel Moeleok (RSUAM) Bandar Lampung with
complaints of weakness in the arms and legs left from the day before admission RSUAM Bandar Lampung. Based on the
results of anamnesis, the patient had complaints of weakness in the arms and legs left from the day before admission
RSUAM Bandar Lampung, complaints accompanied by severe headache, mouth drawn to the right, and slurred speech
(pelo). The complaint appears suddenly when the patient is active. The previous patients experience pain patient's head.
The patient had a history of hypertension since ±10 years ago. The patient's family has a history of hypertension and stroke.
On physical examination found the general condition seemed ill being, consciousness of compos mentis, E4V5M6 GCS = 15.
o
Vital signs obtained TD 180/110 mmHg, pulse 88x/minute, RR 20 x/min, the temperature 36,8 C. Dekstra superior extremity
muscle strength/the left 5/2, 5/2 inferior. Examination N.VII interested faces to the right, checks and N.X N.IX ie nasal tone
voice/nasal (+), the position deviation to dekstra uvula, soft palate lower left side. Examination N.XII tongue deviation to
the left. In conclusion, in these patients diagnosed with hemorrhagic stroke based on the history, physical examination,
Gajah Mada score and Siriraj scores and investigations gold standard is a CT-scan on the third day, the patient is treated for
four days in the ward and discharged on the fifth day, during treatment patients experienced improvements in blood
pressure, but there is no improvement in the state of neurological.
Key word: CT-Scan, gold standard, stroke
Korespodensi: Cici Yuliana Sari,S.Ked., alamatJl. Dr. Sutomo no.27 Kel. Penengahan Kec. Kedaton, Bandar Lampung, HP
085269054148, e-mail [email protected]
Pendahuluan
Stroke adalah penyakit gangguan
fungsional otak fokal maupun general secara
akut, lebih dari 24 jam kecuali pada intervensi
bedah atau meninggal, berasal dari gangguan
sirkulasi serebral.1Stroke merupakan salah satu
penyebab
kematian
dan
kecacatan
neurologisyang utama di Indonesia. Sebagian
besar kejadian stroke tersebut adalah stroke
non-hemoragik.2Di Asia khususnya Indonesia
kasus stroke menduduki peringkat pertama,
setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |38
mengalami serangan stroke. Sekitar 28,5%
klien dengan penyakit stroke di Indonesia
meninggal dunia dan sisanya mengalami cacat
ringan atau berat.Disabilitas akibat stroke tidak
hanya memberikan bebanekonomi bagi
keluarga, tetapi juga beban mentalemosional
yang
mengganggu
produktivitas
anggotakeluarga yang lain.3
Riset kesehatan dasar tahun 2007
mendapatkan prevalensi stroke nasional
sebesar 0.8%. Stroke juga menjadi penyebab
kematian paling tinggi yaitu mencapai 15.9%
Cici | Diagnosis Stroke dengan Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
pada kelompok umur 45 sampai 54 tahun dan
meningkat jadi 26.8% pada kelompok umur 55
sampai 64 tahun.4
Dari seluruh penderita stroke di
Indonesia, stroke iskemik merupakan jenis
yang paling banyak diderita yaitu sebesar
52,9%, diikuti secara berurutan oleh
perdarahan
intraserebral,
emboli
dan
perdarahan subarakhnoid dengan angka
kejadian sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4%.5
Hasil penelitian lain menyatakan bahwa
risiko stroke terdiri dari faktor risiko yang tidak
dapat diubah, seperti usia, jenis kelamin, ras,
riwayat keluarga, riwayat Transient Ischaemic
Attack(TIA), dan penyakit jantung coroner.
Faktor resiko yang dapat diubah yaitu
hipertensi, diabetes melitus, merokok,
penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi
oral, hematokrit meningkat, bruit karotis
asimtomatis, hiperurisemia dan dislipidemia.6
Tujuan dari manajemen stroke akut
secara komprehensif adalah; (1) untuk
meminimalkan jumlah sel yang mengalami
kerusakan
melalui
perbaikan
jaringan
panumbra dan pencegahan terjadinya
perdarahan lebih lanjut pada perdarahan
intraserebral, (2) untuk mencegah secara dini
terjadinya komplikasi neurologik maupun
komplikasi medik, dan (3) untuk mempercepat
perbaikan
fungsi
neurologis
secara
keseluruhan.6 Untuk dapat menangani stroke
secara tepat dibutuhkan diagnosis dini stroke
secara tepat yang akan menentukan terapi
yang akan diberikan sesuai dengan jenis stroke,
yang pada akhirnya akan menentukan
prognosis bagi pasien.
Penegakkan diagnosis jenis patologis
stroke dengan segera saat ini memungkinkan
karena di beberapa rumah sakit sudah ada
dokter spesialis saraf dan tersedia layanan CTScan yang merupakan gold standard
penengakan diagnosis stroke, sehingga
manajemennya akan lebih cepat sesuai dengan
jenis patologisnya.6
Kasus
Pasien perempuan usia 44 tahun
datangke RSUAM Bandar Lampung dengan
keluhan lemah pada lengan dan tungkai kiri
sejak satu hari sebelum masuk RSUAM Bandar
Lampung.
Berdasarkan
hasil
anamnesis,
pasien
mengalami keluhan lemah pada lengan dan
tungkai kiri sejak satu hari sebelum masuk
RSUAM Bandar Lampung, keluhan disertai
dengan nyeri kepala hebat, mulut tertarik ke
kanan, dan bicara tidak jelas (pelo). Keluhan
muncul tiba-tiba saat pasien sedang menyapu
lantai depan rumah pasien. Beberapa menit
sebelum pasien mengalami lemas pada lengan
dan tungkai kiri pasien pasien merasakan nyeri
kepala, namun karena pasien sering mengalami
nyeri kepala sebelumnya, pasien menganggap
bahwa nyeri kepala akan mereda dengan
sendirinya. Setelah pasien merasakan nyeri
kepala kemudian lengan dan tungkai kiri terasa
lemas tiba-tiba, pasien juga berbicara tidak
jelas (pelo) dan mulut tertarik ke kanan.Selama
ini ±10 tahun pasien sering merasakan nyeri
kepala berdenyut yang hilang timbul, biasanya
pasien sering merasakan nyeri kepala saat
pasien merasa lelah.Pasien juga memiliki
riwayat hipertensi ±10 tahun.Saat nyeri kepala
kambuh, pasien biasanya meminum obat yang
dibelinya di warung dan melakukan
pengobatan tradisional secara mandiri dengan
melakukan kerokan pada daerah punggung dan
leher belakang.Keluhan mual, muntah, dan
pingsan disangkal oleh pasien.Pasien mengaku
tidak memiliki riwayat stroke ataupun keluhan
serupa sebelumnya.Dalam keluarga pasien
yaitu ibu kandung dan kakak kandung pasien
memiliki riwayat hipertensi sejak usia muda
dan juga pernah mengalami serangan stroke
sebelumnya.
Sehari-hari pasien dan suaminya
berkerja sebagai pedagang di toko sembako
miliknya.Pasien memiliki dua orang anak lakilaki
dan
satu
orang
anak
perempuan.Penghasilan
keluarga
pasien
sekitar 5 juta/ bulan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran komposmentis, GCS E4V5M6 = 15.
Tanda vital didapatkan tekanan darah180/110
mmHg, nadi 88x/menit, RR 20 x/menit, suhu
36,8oC. Kekuatan otot ekstremitas superior
dekstra/sinistra 5/2, inferior 5/2. Pemeriksaan
Nervus Facialis VII wajah tampak asimetris,
wajah tertarik ke kanan, sisi kiri lebih rendah,
tertawa wajah tertarik ke kanan, meringis
wajah tertarik ke kanan, mengembungkan pipi
sisi
kiri
lebih
rendah.
Pemeriksaan
N.Glossopharingeus dan N.Vagus (N.IX dan N.X)
suara bindeng/nasal
(+),
posisi
uvula
deviasi ke dekstra, palatum mole sisi kiri lebih
rendah.Pemeriksaan N. XII tampak lidah deviasi
ke sinistra.Refleks patologis Babinski (-/-),
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |39
Cici | Diagnosis Stroke dengan Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
Chadock (-/-), Schaefer (-/-) dan Gonda (-/).Rangsang meningeal Kaku kuduk (-),
Burdzinsky sign I (-), Burdzinsky sign II (-),
Kernigs sign (-), Laseque sign (-).
Pada penilaian menggunakan skor Gajah
Mada yaitu pemberian nilai terhadap nyeri
kepala (+), penurunan kesadaran (-), refleks
babinski (-), maka didapatkan hasil stroke
hemoragik. Pada penilaian menggunakan siriraj
skor didapatkan nilai 2,5 (<1= stroke nonhemoragik; 0= lihat hasil CT-Scan; >1= stroke
hemoragik). Kedua penilaian menunjukkan
hasil sebagai stroke hemoragik.Pemeriksaan
laboratorium darah rutin tidak ditemui
abnormalitas.
Berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksan fisik dan penilaian menggunakan
skor Gajah Mada dan Siriraj Skor ditegakkan
beberapa diagnosis yaitu diagnosis klinis
hemiparese sinistra & paresis N. VII, IX, X, XII.
Diagnosis topis yaitu hemisfer cerebri
dextra.Dan
diagnosis
etiologi
stroke
hemoragik. Penatalaksanann pada pasien ini
yaitu terdiri dari terapi umum berupa tirah
baring dan pemantauan tanda vital, dan untuk
terapi medikamentosa diberikan cairan infus
Ringer Laktat (RL) sebanyak 20 tetes/menit,
Amlodipin 1x10mg, ceftazidime 2x1 gr, drip
manitol 20% dalam 500cc dibagi dalam 3 dosis.
Pasien dirawat di bangsal bagian saraf
selama empat hari. Hari pertama, pasien
mengalami lemah pada lengan dan tungkai kiri
sejak satu hari sebelum masuk RSUAM Bandar
Lampung, keluhan disertai dengan nyeri kepala
hebat, mulut tertarik ke kanan, dan bicara
tidak jelas (pelo),kesadaran komposmentis, TD:
180/110mmHg, kekuatan otot ekstremitas
superior dan inferior sinistra 2/2, pemeriksaan
nervus VII wajah tampak asimetris, wajah
tertarik
ke
kanan,
pemeriksaan
N.Glossopharingeus dan N.Vagus (N.IX dan N.X)
suara bindeng/nasal (+), posisi uvula deviasi ke
dekstra, palatum mole sisi kiri lebih rendah.
Pemeriksaan Nervus Hipoglosus tampak lidah
deviasi ke sinistra. Hari kedua, diberikan obat
yang sama dengan hari sebelumnya. Keluhan
sakit kepala sudah sedikit mereda.Pada
pemeriksaan fisik neurologis lengan dan
tungkai kiri masih lemas, wajah tertarik ke
kanan, terdapat perubahan pada tekanan
darah menjadi 160/100mmHg.Pada hari ketiga,
pasien sudah tidak merasakan nyeri kepala
sehingga pemberian manitol dihentikan dan
obat lainnya masih diteruskan.Tekanan darah
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |40
mengalami penurunan tekanan darah menjadi
140/90mmHg,
pada
pasien
dilakukan
pemeriksaan penunjang gold standardCT-Scan
dan didapatkan hasil :
- Sistem ventrikel tampak menyempit,
- Falk cerebri di tengah
- Tampak lesi hipodens/hiperdens di
thalamus kanan.
Kesan : Stroke Hemoragik
Gambar 1. Foto CT-Scan
Pada hari keempat keadaan pasien semakin
membaik dari hasil pemeriksaan tanda vital TD:
130/90mmHg, pasien sudah tidak merasakan
nyeri kepala, namun untuk keadaan neurologi
belum menunjukan adanya perbaikan. Pada
hari kelima pasien diizinkan pulang dan
diberikan obat Amlodipin 1x10 mg selama tiga
hari dan dengan catatan bahwa pasien harus
kontrol ke Poli Saraf setelah tiga hari pulang
dari RSUAM.
Pembahasan
Pada
anamnesis
pasien
ini
didapatkankeluhan lemah pada lengan dan
tungkai kiri sejak satu hari sebelum masuk
RSUAM Bandar Lampung, keluhan disertai
dengan nyeri kepala hebat, mulut tertarik ke
kanan, dan bicara tidak jelas (pelo) yang terjadi
tiba-tiba saat pasien sedang beraktifitas.
Menurut definisi, stroke adalah penyakit
gangguan fungsional otak fokal maupun global
akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian
otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa
peringatan dan dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau kematian yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak
karena perdarahan atau non-perdarahan.7
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis
Cici | Diagnosis Stroke dengan Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak
dan menimbulkan gejala atau tanda sesuai
daerah otak yang terganggu.8 Stroke dapat
terjadi akibat perdarahan spontan di dalam
otak (stroke hemoragik) atau kurangnya
pasokan darah yang memadai ke otak (stroke
non hemoragik) sebagai akibat dari sumbatan
bekuan darah dan penyempitan pembuluh
darah. Besarnya angka mortalitas dan
morbiditas pada penderita stroke berhubungan
dengan kerusakan pada jaringan otak.7Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa stroke adalah gejala defisit neurologis
fokal atau global yang terjadi pada otak secara
mendadak akibat gangguan peredaran darah di
otak, biasanya menetap lebih dari 24 jam. Jadi,
stroke murni terjadi akibat gangguan
peredaran darah otak yang disebabkan faktor
dalam tubuh itu sendiri, sehingga gengguan
pembuluh darah di otak yang disebabkan oleh
trauma tidak termasuk dalam definisi
stroke.Sehingga dari keluhan yang didapat dari
anamnesis pasien sesui dengan pengertian
stroke.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesadadaran
komposmentis
dengan
abnormalitas vital signpada tekanan darah
yaitu 180/110mmHg. Menutut Joint National
Committee
(JNC)7
tekanan
darah
>160/100mmHg termasuk hipertensi kelas
II.Sesorang yang memiliki riwayat hipertensi
memiliki risiko 2 kali lebih tinggi untuk terjadi
serangan stroke.Berdasarkan hasil penelitian,
hipertensi meningkatkan risiko 3,8 kali untuk
terkena stroke. Hipertensi merupakan risiko
paling besar terkena stroke dibandingkan
dengan riwayat keluarga stroke dan status
merokok.Tekanan darah diastolik diatas
100mmHg akan meningkatkan risiko terkena
stroke 2,5 kali dibandingkan tekanan diastolik
normal. Sangat penting untuk menjaga tekanan
darah
dalam
keadaan
normaluntuk
menurunkan risiko terjadinya stroke.Hipertensi
dapat menyebabkan pembuluh darah yang
lemah menjadi pecah, jika terjadi pada
pembuluh darah di otak maka akan
mengakibatkan perdarahan di otak yang akan
bermanifestasi sebagai stroke.8Dari uraian
diatas maka temuan hipertensi pada pasien
merupakan faktor risiko untuk terjadinya
stroke, khususnya stroke hemoragik.
Faktor risiko terjadinya stroke dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi
usia, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga,
ras dan faktor risko yang dapat dimodifikasi
yaitu tekanan darah, diabetes mellitus,
merokok, hiperlipidemia dan ketergantungan
alkohol.6
Adanya kelainan pada pemeriksaan fisik
pasien yaitu kelemahan pada kekuatan otot
ekstremitas superior dan inferioer sinistra, dan
pemeriksaan saraf kranialis terdapat kelainan
pada N.VII (fasialis) wajah tampak asimetris,
wajah tertarik ke kanan, sisi kiri lebih rendah,
tertawa wajah tertarik ke kanan, meringis
wajah tertarik ke kanan, mengembungkan pipi
sisi
kiri
lebih
rendah.
Pemeriksaan
N.Glossopharingeus dan N.Vagus (N.IX dan N.X)
suara bindeng/nasal (+), posisi uvula deviasi ke
dekstra, palatum mole sisi kiri lebih rendah.
Pemeriksaan N. IIX (Nervus Hipoglosus) tampak
lidah deviasi ke sinistra.Tidak didapatkan
kelainan pada rangsang meningeal dan refleks
patologis.Menurut teori, beberapa akibat
stroke
yang
sering
dijumpai
adalah
kelumpuhan satu sisi tubuh. Ini merupakan
salah satu akibat stroke yang paling sering
terjadi.
Gejala yang terjadi pada pasien dengan
serangan stroke adalah:
1. Kelumpuhan biasanya terjadi di sisi yang
berlawanan dari letak lesi di otak, karena
adanya pengaturan representasi silang oleh
otak yang pemulihannya bervariasi untuk
masing-masing individu.
2. Gangguan
penglihatan.
Penderita
strokesering
mengalami
gangguan
penglihatanberupa
defisit
lapangan
pandang yang dapatmengenai satu atau
kedua mata.
3. Afasia.
Afasia
adalah
kesulitan
berbicaraataupun memahami pembicaraan.
Strokedapat mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berbicara/berbahasa,
membaca
danmenulis
atau
untuk
memahami
pembicaraanorang
lain.
Gangguan lain dapat berupadisatria, yaitu
gangguan artikulasi kata-katasaat berbicara.
4. Gangguan
persepsi.
Stroke
dapat
mengganggu persepsi seseorang. Penderita
stroke dapat tidak mengenali obyek-obyek
yang ada di sekitarnya atau tidak mampu
menggunakan benda tersebut.
5. Emosi
yang
labil.
Stroke
dapatmengakibatkan
penderitanya
mengalamiketidakstabilan emosi sehingga
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |41
Cici | Diagnosis Stroke dengan Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
menunjukkanrespons
emosi
yang
berlebihan atau tidak sesuai.
6. Gangguan memori. Penderita stroke dapat
mengalami gangguan memori dan kesulitan
mempelajari dan mengingat halbaru.9
Untuk pemeriksaan N. IX, X terdapat
kelianan yaitu suara menjadi bindeng dan
uvula deviasi ke dekstra sesuai dengan teori
bahwa N. kranialis dipersarafi oleh saraf yang
berlawanan letaknya dengan otak.Sama
dengan kelainan pada N. XII yang
mempersarafi lidah terjadi deviasi lidah ke
sinistra. Dari hasil pemeriksaan fisik dan teori
dapat disimpulkan bahwa letak lesi berada
pada hemisfer cerebri dextra.10
Pada pasien ini telah dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah rutindan
hasilnya tidak didapatkan kelainan.Pada pasien
ini belum dilakukan pemeriksaan pencitraan
CT-Scan.Selain anamnesis dan pemeriksaan
fisik
neurologis,
maka
pemeriksaan
kardiovaskuler, pemeriksaan laboratorium
darah, dan pemeriksaan neuroimaging adalah
sangat penting untuk membantu memprediksi
diagnosis dan prognosis stroke akut. Ada dua
jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan)
untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit
pembuluh darah otak Cerebrovascular Disease
(CVD), yaitu Magnetic Resonance Imaging
(MRI) dan Computerized Tomography Scanner
(CT-Scan) secara cepat, tepat dan dapat
membedakan antara stroke iskemik dengan
stroke
perdarahan intraserebral.6CT-Scan
merupakan
golden
standard
untuk
membedakan stroke hemoragik dan iskemik.
Alat ini memiliki sensitivitas tinggi untuk
membedakan stroke perdarahan intraserebral
(hemoragik)
dan
stroke
infark
(iskemik).Menurut
suatu
penyelidikan
padazaman pra CT-Scan, ketepatan diagnosis
klinis mengenai stroke hemoragikternyata
hanya berlaku untuk 65% saja. Sedangkan
ketepatan diagnosisklinis mengenai stroke non
hemoragik, dapat dikonfirmasi hanya pada57%.
Kini CT-Scan mengungkap banyak fakta,
sehingga pegangan klinisperlu ditinjau
kembali.6
Setelah CT-Scan digunakan, diketahui
bahwa 19% kasus adalah stroke hemoragik dan
81% adalah non hemoragik. Tetapi, meski
kasusnya lebih jarang terjadi stroke hemoragik
lebih berbahaya dan banyak menyebabkan
kematian.11 Prognosanya sangat tidak baik
dengan angka kematian mencapai82-90%.
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |42
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang CT-scan sebagai golden standard
dalam penegakan diagnosis stroke, untuk
mengetahui
jenis
stroke
dan
untuk
menentukan pengobatan yang akan diberikan
kepada pasien, mengingat pengobatan untuk
kedua tipe stroke sangatlah berbeda. Pada
pasien diatas, tidak dilakukan pemeriksaan CTScanhingga perwatan hari ke-2 di bangsal
RSUAMuntuk menentukan jenis stroke yang
dialami. Penilaian jenis stroke didasarkan pada
anamnesis meliputi gejala awal, waktu awitan,
aktivitas penderita saat serangan, gejala
seperti nyeri kepala, mual, muntah, penurunan
kesadaran, serta faktor risiko stroke
(hipertensi, diabetes, dan lain-lain).12Selain itu
juga dilakukan penialian menggunakan skor
Gajah Mada dan Siriraj skor. Sehingga pasien
didiagnosis mengalami stroke hemoragik.
Terapi yang diberikan pada pasien sejak
hari pertama perawatan di bangsal RSUAM
adalah terapi umum berupa tirah baring dan
pemantauan tanda vital, dan untuk terapi
medikamentosa diberikan cairan infus Ringer
Laktat (RL) sebanyak 20 tetes/menit, Amlodipin
1x10mg, ciprofloxacin 2x250 mg, dan drip
manitol 20% dalam 500cc dibagi dalam 3 dosis.
Manejemen perawatan pasien stroke di bagsal
meliputi:1) cairan, cairan yang diberikan adalah
cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan
menjaga euvolemi. Penatalaksanaan pada
pasien sudah sesuai dengan literatur yaitu
cairan yang harus diberikan dalah cairan
isotonic 0,9% untuk menjaga keseimbangan
elektrolit, pada pasien diberikan Ringer Laktat
(RL) yang memiliki sifat isotonis; 2) pencegahan
dan penanganan komplikasi seperti pemberian
antibiotika atas indikasi dan usahakan sesuai
dengan tes kultur dan sensitivitas kuman atau
minimal terapi empiris sesuai dengan pola
kuman; 3) penatalaksanaan medis lain seperti
pemantauan kadar glukosa darah, analgesik
dan antimuntah sesuai indikasi, berikan H2
antagonis, apabila ada indikasi (perdarahan
lambung), kandung kemih yang penuh
dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi
intermiten, penatalaksanaan komplikasi stroke
akut khususnya Infeksi Saluran Kemih
(ISK).12Pilihan terapi antibiotika untuk ISK
meliputi cefixime, cortrimixazole, ciprofloxacin.
Pada pasien telah diberikan ciprofloxacin
2x250mg sudah sesuai dengan literatur
pencegahan komplikasi stroke khususnya ISK.
Cici | Diagnosis Stroke dengan Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
Ada pun penatalaksanaan tekanan darah
(hipertensi) pada stroke akut karena sebagian
besar (70-94%) pasien stroke akut mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik >140
mmHg. Penelitian di Indonesia didapatkan
kejadian hipertensi pada pasien stroke akut
sekitar 73,9%. Sebesar 22,5- 27,6% diantaranya
mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
>180 mmHg.12
Apabila TDS >180 mmHg atau Mean
Arterial Pressure (MAP)>130 mmHg disertai
dengan gejala dan tanda peningkatan tekanan
intrakranial, dilakukan pemantauan tekanan
intrakranial.Tekanan darah diturunkan dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena
secara kontinu atau intermiten dengan
pemantauan tekanan perfusi serebral ≥60
mmHg. Apabila Tekanan Darah Sistolik
(TDS)>180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa
disertai gejala dan tanda peningkatan tekanan
intrakranial, tekanan darah diturunkan secara
hati-hati
dengan
menggunakan
obat
antihipertensi
intravena
kontinu
atau
intermitten dengan pemantauan tekanan
darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg
atau tekanan darah 160/90 mmHg.Pada pasien
stroke perdarahan intraserebral dengan TDS
150-220 mmHg, penurunan tekanan darah
dengan cepat hingga TDS 140 mmHg cukup
aman.12
Pemakaian
obat
antihipertensi
parenteral golongan penyekat beta (labetalol
dan esmolol), penyekat kanal kalsium
(nikardipin dan diltiazem) intravena, digunakan
dalam upaya diatas. Hidralasin dan nitroprusid
sebaiknya
tidak
digunakan
karena
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
intrakranial, meskipun bukan kontraindikasi
mutlak.12 Pada pasien diberikan amlodipin
1x10mg yang merupakan obat golongan
penyekat kanal kalsium, hal ini sesuai dengan
literatur untuk penurunan hipertensi harusnya
digunakan adalah obat golongan golongan
penyekat beta dan penyekat kanal kalsium.
Jika terjadi peningkatan tekanan
intrakranial berikan manitol bolus IV 0,25
sampai 1 g/kgBB per 30 menit, bila dicurigai
fenomena
rebound
(keadaan
umum
memburuk) dilanjutkan0,25g/kg per 30 menit
setiap 6 jam selama 3-5 hari.12Tanda
peningkatan tekanan intrakranial meliputi
nyeri kepala, papil edem, dan muntah
proyektil. Pada pasien mengalami nyeri kepala
sehingga diberikan manitol 20% dalam 500ml
yang pemberiannya dibagi menjadi tiga dosis
(200-150-150ml). Disini terdapat perbedaan
pemberian manitol pada pasien dengan
diliteratur.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa penatalaksanaan pada pasien stroke
akut sudah tepat dan sesuai dengan
literaturkecuali untuk pemberian manitol.
Simpulan
Pada pasien didapatkan faktor risiko
yang menyebabkan terjadinya serangan stroke
adalah hipertensi yang tidak terkontrol, dan
riwayat penyakit keluarga kandung yang
menderita hipertensi dan pernah mengalami
serangan stroke.
Pada pasien didiagnosis awal dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penilain
menggunakan skor Gajah Mada dan Siriraj skor
yang didapatkan hasil stroke hemoragik. Pada
pemeriksaan CT-Scan yang dilakukan setelah
hari kedua perawatan didaptkan hasil stroke
hemoragik.Setelah perawatan selama 4 hari di
bangsal saraf dengan pemberian obat yang
sama namun penghentian manitol pada hari
ketiga. Selama perawatanpasien mengalami
perbaikan tanda vital khususnya tekanan
darah, untuk keadaan neurologis belum
mengalami
perbaikan
samai
pasien
diperbolehkan pulang.Pasien diperbolehkan
pulang dengan catatan harus kontrol ke Poli
Saraf setelah tiga hari pulang dari RSUAM.
Daftar pustaka
1. Kustiowati E. Trombosis di bidang
neurologi: stroke iskemik. Semarang:
Bagian Neurologi Universitas Diponegoro;
2003.
2. Iskandar J. Patofisiologi stroke infark
akibat tromboemboli [internet]. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2002 [diakses
tanggal 30 April 2016]. Tersedia dari:
http://library.usu.ac.id/download/fk/beda
hiskandar%20japardi31.pdf
3. Yayasan Stroke Indonesia [internet].
Jakarta: Yayasan Stroke Indonesia; 2009
[diakses tanggal 30 April 2016]. Tersedia
dari:
http://www.yastroki.or.id/read.php?id=31
0
4. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen
Kesehatan
RI;
2008.
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |43
Cici | Diagnosis Stroke dengan Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
5.
6.
7.
8.
Basjiruddin A, Amir D. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Saraf (Neurologi). Sumatera
Barat: Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas; 2008.
Bustami M. Golden standard penanganan
stroke: saat kesadaran dan kemacetan
menjadi penghalang. Dalam: Fauzan,
editor. Jakarta: Parameter Info Medika;
2007.
Iskandar J. Pencegahan dan Pengobatan
Stroke. Jakarta: Buana ilmu popular; 2006.
Libre JDJ, Valhuerdi A, Fernandez O, Libre
JC, Porto R, Lopez AM, et al. Prevalence of
stroke and associated risk factor in older
adults in Havana city and Matanzas
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |44
Provinces, Cuba. MEDICC Review. 2010;
12(3):20-6
9. Heart and Stroke Foundation. Let’s talk
about stroke. Ottawa: an information
guide for survivors and their families;
2003.
10. Mahar M. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan
ke-11. Jakarta: PT. Dian rakyat; 2006.
11. Soeharto I. Serangan jantung dan stroke:
hubungannya
dengan
lemak
dan
kolesterol.Edisi ke-2. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 2004.
12. AHA/ASA Guideline. Guideline for the
early management of patient with acute
ischemic stroke. 2007; 38:1655-711.
Download