Tugas Etika Bisnis “ Kliping Etika Bisnis Dalam Beriklan”

advertisement
Tugas Etika Bisnis
“ Kliping Etika Bisnis Dalam Beriklan”
Disusun Oleh:
Nama
: Lussiana
NIM
: 01110027
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
TAHUN 2012
PENGANTAR
Saat ini perlu kita ketahui bahwa banyak sekali iklan-iklan yang ditayangkan di televisi.
Berbagai produk saling berlomba dalam menayangkan iklan tersebut agar produk mereka
diminati oleh para khalayak umum dan mereka tertarik untuk membelinya. Bukan lewat media
televisi saja, tetapi para produsen produk tersebut juga membuat semacam baliho di jalan raya.
Secara tidak sengaja para pengguna jalan raya pun melihat iklan yang dipasang itu. Mungkin
saja tidak melalui media televisi atau baliho tetapi lewat selebaran juga bisa. Contohnya saja
minimarket-minimarket yang sekarang sudah dapat kita jumpai di daerah mana pun. Dalam
memasarkan produk yang mereka jual, cara yang mereka lakukan yakni dengan menampilkan
gambar produk tersebut beserta dengan harga masing-masing produk, tetapi kadang mereka
juga menambahkan iming-iming berupa diskon agar para konsumen tergiur untuk membeli
produk tersebut.
Dalam masing-masing iklan yang ditayangkan di televisi ataupun di pajang dengan
menggunakan baliho tersebut mempunyai arti dan maksud tersendiri. Mayoritas dari produsen
iklan tersebut memasang iklan tersebut dengan maksud untuk mengenalkan merek kepada
masyarakat umu dan memaksa mereka untuk membeli produk tersebut. Dengan kalimatkalimat yang berada dengan serangkaian gambar tersebut itu mempunyai makna memaksa
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk tersebut. Terlebih lagi masyarakat
indonesia ini adalah masyarakat yang konsumtif. Sekalinya melihat produk baru keluar langsung
mereka mencoba untuk membeli tanpa memikirkan ekonomi mereka dan dari segala aspek.
Yang terpenting bagi orang yang konsumtif adalah barang keluaran baru harus di dapatkannya.
Sebenarnya iklan itu sebagian besar adalah membohongi publik agar produk mereka
dikenal oleh orang banyak. Mereka mempunyai cara banyak dalam mengenalkan produk
mereka sampai para konsumen terbohongi oleh kalimat yang di ucapkan oleh model iklan
tersebut.
Definisi Iklan
Definisi atau pengertian iklan menurut KBBI adalah “berita atau pesan untuk mendorong,
membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.” Dari definisi
diatas, terdapat beberapa komponen utama dalam sebuah iklan yakni “mendorong dan
membujuk”. Dengan kata lain, sebuah iklan harus memiliki sifat persuasi.
Komponen lain dari sebuah iklan adalah adanya barang atau jasa yang ditawarkan. Di era
sekarang ini, pengertian iklan menjadi diperluas lagi bukan hanya barang dan jasa yang
ditawarkan,
namun
juga
kondisi
tertentu.
Kita
mengenal
adanya
istilah
“iklan
layanan masyarakat”. Dalam sebuah iklan layanan masyarakat, isi iklan tidak membujuk
seseorang untuk membeli barang atau jasa tertentu. Iklan layanan masyarakat menawarkan
suatu kondisi ideal atau sebuah kondisi yang lebih baik dalam sebuah masyarakat.
Macam Jenis Iklan

Iklan komersial
Yaitu iklan yang bertujuan untuk mendukung kampanye pemasaran produk atau jasa.
Contohnya saja iklan yang di edarkan melalui selebaran-selebaran.

Iklan strategis
Yaitu iklan ini digunakan untuk membangun merek dan mengkomunikasikan nilai merek
dan manfaat produk.
Contohnya saja iklan ponds, baterei alkaline,dll.

Iklan taktis
Yaitu iklan ini mempunyai sifat mendesak, maksudnya untuk mendorong konsumen agar
segera melakukan kontak dengan merek yang di iklankan.
Contohnya saja iklan semir sepatu.

Iklan corporate
Yaitu iklan ini digunakan untuk membangun citra suatu perusahaan yang sedang
memasarkan produk atau jasa yang sedang di produksi oleh perusahaan tersebut.
Contohnya saja iklan kartu perdana GSM, cat tembok, dll.

Iklan layanan masyarakat Yaitu iklan ini untuk menjual gagasan atau ide untuk kepentingan
masyarakat bersama. Contohnya saja iklan yang berisi ajakn untuk segera membayar pajak.
Ciri-ciri iklan yang baik

Etis : berkaitan dengan kepantasan.

Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus
ditayangkan?).

Artistik: bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak.
Contoh Penerapan Etika

Iklan rokok: Tidak menampakkan secara eksplisit orang merokok.

Iklan pembalut wanita: Tidak memperlihatkan secara realistis dengan memperlihatkan
daerah kepribadian wanita tersebut

Iklan sabun mandi: Tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh.
ETIKA SECARA UMUM

Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk yang diiklankan

Tidak memicu konflik SARA

Tidak mengandung pornografi

Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

Tidak melanggar etika bisnis, ex: saling menjatuhkan produk tertentu dan sebagainya.

Tidak plagiat
Tata Krama Isi Iklan
1. Hak Cipta
Penggunaan materi yang bukan milik sendiri, harus atas ijin tertulis dari pemilik atau
pemegang merek yang sah.
2. Bahasa yaitu:
(a) Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya,
dan tidak menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan penafsiran
selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut.
(b) Tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”, ”top”,
atau kata-kata berawalan “ter“.
(c) Penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk menyatakan sesuatu kandungan
harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber
yang otentik.
(d) Penggunaan kata ”halal” dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh produk-produk
yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia, atau lembaga
yang berwenang.
3. Tanda Asteris (*)yaitu:
(a) Tanda asteris tidak boleh digunakan untuk menyembunyikan, menyesatkan,
membingungkan atau membohongi khalayak tentang kualitas, kinerja, atau harga
sebenarnya dari produk yang diiklankan, ataupun tentang ketidaktersediaan sesuatu
produk.
(b) Tanda asteris hanya boleh digunakan untuk memberi penjelasan lebih rinci atau
sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut.
4. Penggunaan Kata ”Satu-satunya”:
Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “satusatunya” atau yang bermakna sama,
tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satusatunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.
5. Pemakaian Kata “Gratis”:
Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh dicantumkan dalam iklan,
bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan
kepada konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.
6. Pencantum Harga:
Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus ditampakkan dengan
jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga
tersebut.
7. Garansi:
Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka
dasar-dasar jaminannya harus dapat dipertanggung- jawabkan.
8. Janji Pengembalian Uang (warranty):
(a) Syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus dinyatakan secara jelas dan
lengkap, antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin, dan jangka waktu
berlakunya pengembalian uang.
(b) Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang telah
diiklankannya.
9. Rasa Takut dan Takhayul:
Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun
memanfaatkan kepercayaan orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif.
10. Kekerasan:
Iklan tidak boleh – langsung maupun tidak langsung -menampilkan adegan kekerasan
yang merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya tindakan kekerasan.
11. Keselamatan:
Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan segi-segi keselamatan,
utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang diiklankan.
12. Perlindungan Hak-hak Pribadi:
Iklan tidak boleh menampilkan atau melibatkan seseorang tanpa terlebih dahulu
memperoleh persetujuan dari yang bersangkutan, kecuali dalam penampilan yang
bersifat massal, atau sekadar sebagai latar, sepanjang penampilan tersebut tidak
merugikan yang bersangkutan.
13. Hiperbolisasi:
Boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata dimaksudkan sebagai penarik perhatian
atau humor yang secara sangat jelas berlebihan atau tidak masuk akal, sehingga tidak
menimbulkan salah persepsi dari khalayak yang disasarnya.
14. Waktu Tenggang (elapse time):
Iklan yang menampilkan adegan hasil atau efek dari penggunaan produk dalam jangka
waktu tertentu, harus jelas mengungkapkan memadainya rentang waktu tersebut.
15. Penampilan Pangan:
Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau perlakuan yang tidak
pantas lain terhadap makanan atau minuman.
16. Penampilan Uang:
(a) Penampilan dan perlakuan terhadap uang dalam iklan haruslah sesuai dengan
norma-norma kepatutan, dalam pengertian tidak mengesankan pemujaan ataupun
pelecehan yang berlebihan.
(b) Iklan tidak boleh menampilkan uang sedemikian rupa sehingga merangsang orang
untuk memperolehnya dengan cara-cara yang tidak sah.
(c) Iklan pada media cetak tidak boleh menampilkan uang dalam format frontal dan
skala 1:1, berwarna ataupun hitam-putih.
(d) Penampilan uang pada media visual harus disertai dengan tanda “specimen” yang
dapat terlihat Jelas.
17. Kesaksian Konsumen (testimony):
(a) Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama perorangan, bukan mewakili
lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.
(b) Kesaksian konsumen harus merupakan kejadian yang benar-benar dialami, tanpa
maksud untuk melebih-lebihkannya.
(c) Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang
ditanda tangani oleh konsumen tersebut.
(d) Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh lembaga penegak etika,
harus dapat diberikan secara lengkap. Pemberi kesaksian pun harus dapat dihubungi
pada hari dan jam kantor biasa.
18. Anjuran (endorsement):
(a) Pernyataan, klaim atau janji yang diberikan harus terkait dengan kompetensi yang
dimiliki oleh penganjur.
(b) Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh individu, tidak diperbolehkan
mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.
19. Perbandingan:
(a) Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis
produk, dan dengan kriteria yang tepat sama.
(b) Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka metodologi, sumber dan
waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut
harus sudah memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara riset
tersebut.
(c) Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan
khalayak.
20. Perbandingan Harga:
Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan kemanfaatan penggunaan produk, dan
harus diserta dengan penjelasan atau penalaran yang memadai.
21. Merendahkan:
Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.
22. Peniruan:
(a) Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa
sehingga
dapat
merendahkan
produk
pesaing,
ataupun
menyesatkan
atau
membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur
cerita, setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi termasuk
model, kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi huruf dan
gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan
properti.
(b) Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu digunakan oleh
sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir.
23. Istilah Ilmiah dan Statistik:
Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah ilmiah dan statistik untuk
menyesatkan khalayak, atau menciptakan kesan yang berlebihan.
24. Ketiadaan Produk:
Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada kepastian tentang tersedianya produk yang
diiklankan tersebut.
25. Ketaktersediaan Hadiah:
Iklan tidak boleh menyatakan “selama persediaan masih ada” atau kata-kata lain yang
bermakna sama.
26. Pornografi dan Pornoaksi:
Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan cara apa pun, dan
untuk tujuan atau alasan apa pun.
27. Khalayak Anak-anak:
(a) Iklan yang ditujukan kepada khalayak anakanak tidak boleh menampilkan hal-hal
yang dapat mengganggu atau merusak jasmani dan rohani mereka, memanfaatkan
kemudahpercayaan, kekurangpengalaman, atau kepolosan mereka.
(b) Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu siaran khalayak
anakanak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual, bahasa yang tidak
pantas, dan atau dialog yang sulit wajib mencantumkan kata-kata “BimbinganOrangtua”
atau simbol yang bermakna sama.
Keuntungan dan Kerugian Iklan
Mengikuti dokumen yang dikeluarkan oleh komisi kepausan bidang komunikasi sosial
mengenai etika dalam iklan,[6] paling kurang ada empat keuntungan dan ketugian yang bisa
diperoleh dari iklan, yakni keuntungan dan kerugian di dalam bidang ekonomi, politik,kultural
dan agama, serta moral. Keempat hal tersebut akan dideskripsikan berikut.
a. Bidang ekonomi
Dalam kerangka tindakan ekonomi secara luas, iklan merupakan sebuah jaringan
kerja yang amat kompleks karena melibatkan produsen (pemasang iklan), pembuat iklan
(advertiser), agen-agen, media iklan, para peneliti pemerintah, maupun masyarakat itu
sendiri. Maka keuntungan-keuntungan maupun kerugian-kerugian di bidang ekonomi
juga berpengaruh secara langsung terhadap para pelaku ekonomi itu.
b. Bidang Politis
Seringkali juga media massa menampilkan atau menayangkan iklan-iklan politik.
Ini bisa menguntungkan semua pihak sejauh tidak dipakai semata-mata demi
kepentingan tiranis pihak penguasa, tetapi sebagai ekspresi daru sebuah kehidupan
politik yang demokratis. Artinya, dengan iklan politik, masyarakat tidak hanya
mendapatkan informasi perihal segala kebiakan yang tengah dn akan diambil pemerinth,
tetapi juga—sebagai konsekuensi—semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
kehidupan politik, yakni dalam menentukan pilihan-pilihan politisnya.
c. Bidang Kultural
Secara ideal harus dikatakan bahwa iklan semestinya dikemas sebegitu rupa
supaya tidak hanya bernilai secara moral, tetapi juga intelektual dan estetis. Selain itu,
para pemasang iklan juga mesti mempertimbangkan kebudayaan dari masyarakat yang
menjadi “sasaran” iklan. Prinsip umum yang dianut adalah bahwa masyarakat harus
selalu diuntungkan secara kultural. Hal ini hanya bisa terwujud kalau isi iklan bukan
merupakan cerminan dari kehidupan glamor kelompok kecil masyarakat kaya atau pun
masyarakat dunia pertama yang wajib diimitasi secara niscaya oleh mayoritas
masyarakat miskin atau pun masyarakat dunia ketiga, tetapi merupakan cerminan dan
dinamisme kehidupan masyarakat miskin itu sendiri, karena iklan menginformasikan
barang dan jasa yang sungguh-sungguh mereka butuhkan, dan itu berarti sesuai
dengan stadar hidup mereka. Prinsip yang secara etis dipegang teguh adalah bahwa
iklan tidak harus pertama-tama menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru, atau
mengekspos pola kehidupan baru yang malah mengasingkan masyarakat dari
kebudayaannya sendiri.
d. Bidang Moral dan Agama
Ajaran-ajaran moral dan agama juga seringkali disampaikan lewat iklan. Ajaranajaran moral dan agama tersebut—kepatuhan kepada kehendak Yang Ilahi, toleransi,
belaskasihan, pelayanan dan conta kasih kepada sesama yang lebih membutuhkan
pertolongan, pesan-pesan mengenai kesehatan dan pendidikan, dll—bertujuan untuk
memotivasi masyarakat ke arah kehidupan yang baik dan membahagiakan.
Masalah muncul ketika iklan bertentangan dengan ajaran-ajaran moral dan agama.
Bagi kaum moralis maupun agamawan, hal yang secara jelas bertentangan dengan
aharan moral dan agama adalah pornografi dalam iklan. Mengapa demikian? Karena,
menurut mereka, pornografi yang diekspos itu merupakan sisi gelap dari kodrat
manusia—kaum agamawan menyebut sisi ini sebagai “gudang dosa”—dan pelecehan
terhadap martabat manusia. Selain itu, iklan yang diwarnai oleh kekerasan juga
bertentangan dengan ajaran moral serta agama, dengan alasan yang kurang lebih sama
seperti pada pornografi.
Fungsi Periklanan
Periklanan dibedakan dalam dua fungsi : fungsi informatif dan fungsi persuasif. Tetapi
pada kenyataannya tidak ada iklan yang semata-mata informatif dan tidak ada iklan yang
semata-mata persuasif.
Beberapa Prinsip Moral yang Perlu dalam Iklan
Terdapat paling kurang 3 prinsip moral yang bisa dikemukakan di sini sehubungan dengan
penggagasan mengenai etika dalam iklan. Ketiga prinsip itu adalah:
1. Masalah kejujuran dalam iklan / Prinsip kejujuran
Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan
seringkali dilebih-lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai
persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi
bahkan menciptakan kebutuhan baru. Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi
iklan yang dikomunikasikan haruslah sungguh-sungguh menyatakan realitas sebenarnya
dari produksi barang dan jasa. Sementara yang dihindari di sini, sebagai konsekuensi
logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa pun juga.
2. Masalah martabat manusia sebagai pribadi / Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi
Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi
semakin ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutn imperatif (imperative
requirement). Iklan semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang
dalam memilih secara bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini
berhubungan dengan dimensi kebebasan yang justru menjadi salah satu sifat hakiki dari
martabat manusia sebagai pribadi. Maka berhadapan dengan iklan yang dikemas
secanggih apa pun, setiap orang seharusnya bisa dengan bebas dan bertanggung jawab
memilih untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak.
Yang banyak kali terjadi adalah manusia seakan-akan dideterminir untuk memilih
barang dan jasa yang diiklankan, hal yang membuat manusia jatuh ke dalam sebuah
keniscayaan pilihan. Keadaan ini bisa terjadi karena kebanyakan iklan dewasa ini
dikemas sebegitu rupa sehingga menyaksikan, mendengar atau membacanya segera
membangkitkan “nafsu” untuk memiliki barang dan jasa yang ditawarkan (lust),
kebanggaan bahwa memiliki barang dan jasa tertentu menentukan status sosial dalam
masyarkat, dll.
3. Tanggung jawab sosial yang mesti diemban / Iklan dan Tanggung Jawab Sosial.
Meskipun sudah dikritik di atas, bahwa iklan harus menciptakan kebutuhankebutuhan baru karena perananya yang utama selaku media informasi mengenai
kelangkaan barang dan jasa yang dibutuhkan manusia, namun dalam kenyataannya sulit
dihindari bahwa iklan meningkatkan konsumsi masyarakat. Artinya bahwa karena iklan
manusia “menumpuk” barang dan jasa pemuas kebutuhan yang sebenarnya bukan
merupakan kebutuhan primer. Penumpukan barang dan jasa pada orang atau golongan
masyarkat tertentu ini disebut sebagai surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan.
Menyedihkan bahwa surplus ini hanya dialami oleh sebagai kecil masyarakat. Bahwa
sebagian kecil masyarakat ini, meskipun sudah hidup dalam kelimpahan, toh terus
memperluas batasa kebutuhan dasarnya, sementara mayoritas masyarakat hidup dalam
kemiskinan.
Berikut adalah contoh – contoh iklan yang ada di Indonesia :
1. Iklan Shampo Clear
Sumber : http://iklanindonesiaonline.blogspot.com/2008/10/clear-ads-19-oct-08-iklanshampoo-clear.html
2. Iklan Shampo Sunsilk
Sumber : http://hms27010yeyen.wordpress.com/tugas/tugas-3/penghargaan/
Pembahasan dari Iklan 2 iklan diatas
1. Berdasarkan Ciri – ciri Iklan yang baik

Kedua iklan di atas telah memenuhi ciri – ciri iklan dari segi Estetis dan
Artistik

Namun kedua iklan tersebut belum memenuhi ciri iklan dari segi Etis
2. Berdasarkan Prinsip Moral dalam Iklan
a. Prinsip Kejujuran
Dari segi kejujuran kedua iklan di terkesan hiperbola karena memberikan
gambaran tentang hal yang tidak ada hubungannya dengan manfaat produk
tersebut. Namun dari segi harga yang ditawarkan dan dipasaran tidak terjadi
kecurangan.
b. Prinsip Martabat Manusia Pribadi
Gambaran dari iklan diatas telah memenuhi prinsip martabat manusia
pribadi karena mereka tidak menekankan paksaan maupun konflik SARA
karena mereka memberikan tawaran yang semuanya dikembalikan kepada
konsumen untuk melakukan pilihan penggunaan.
c. Prinsip Tanggung Jawab Sosial
Iklan – iklan diatas menggambarkan tentang konsumsi secara terus menerus
yang membuat tingkat konsumsi meningkat. Itu karena tawaran yang
diberikan memberikan kesan penggunaan secara berkala dapat
menghasilkan seperti yang ditampilkan dalam iklan dan mendapat hadiah
yang dijanjikan.
3. Etika Iklan secara Umum

Secara umum iklan diatas secara kejujuran masih belum memenuhi
karena tidak sesuai dengan konten yang disampaikan.

Iklan tersebut tidak menimbulkan konflik SARA

Iklan diatas sedikit mengandung Pornografi dan bertentangan dengan
norma ketimuran

Iklan diatas tidak melanggar etika bisnis, dan

Tidak Plgiat
Iklan Mobil EVEREST dari Ford
Sumber : Koran Jawa Pos Edisi Senin, 10 Desember 2012
Iklan Mobil Suzuki ERTIGA
Sumber: Koran Jawa Pos Edisi Senin, 3 Desember 2012
Pembahasan dari 2 iklan diatas
1. Berdasarkan Ciri – ciri Iklan yang baik

Kedua iklan di atas telah memenuhi ciri – ciri iklan dari segi Etis, Estetis dan
Artistik
2. Berdasarkan Prinsip Moral dalam Iklan
a. Prinsip Kejujuran
Dari segi kejujuran kedua iklan tersebut telah memenuhi prinsip ini karena
penyampaian iklan diatas diikuti dengan bukti penghargaan yang telah
dicapai.
b. Prinsip Martabat Manusia Pribadi
Kedua iklan diatas cukup mampu membangkitkan “Nafsu” pembaca untuk
membeli barang yang diiklankan diatas dengan menampilkan kelebihan
produk dan penawaran yang menarik dengan syarat & ketentuan yang
ditawarkan di iklan tersebut.
c. Prinsip Tanggung Jawab Sosial
Iklan – iklan diatas menggambarkan tentang konsumsi saja tanpa
menerangkan tentang kelebihan maupun keamanan bagi lingkungan sebagai
bentuk tanggung jawab Sosial.
3. Etika Iklan secara Umum

Dari segi kejujuran telah memenuhi.

Iklan tersebut tidak menimbulkan konflik SARA

Iklan di atas tidak mengandung unsur pornografi

Iklan diatas tidak melanggar etika bisnis, dan

Tidak Plgiat
Kesimpulan
Contoh iklan diatas adalah sebagian saja yang saya ketahui. Diantaranya memiliki tujuan
untuk menciptakan kesadaran pada suatu merek di dalam benak konsumen. Saat ini banyak
sekali iklan pada televisi yang menggunakan durasi lumayan lama padahal iklan itu mempunyai
aturan durasi sendiri. Apabila durasi iklan itu sama dengan program yang lain maka penonton
akan kebingungan bagaimana cara membedakan program televisi dengan iklan. Maka dari itu
ada baiknya apabila iklan-iklan yang menggunakan durasi lama itu ditegur agar masyarakat
tidak kebingungan.
Serta adanya unsur hiperbola dan pornografi yang dapat menimbulkan konflik pada
masyarakat luas sebagai konsumen hendaknya dapat menjadi pertimbangan pemerintah dalam
melakukan seleksi tayangan iklan yang memenuhi syarat dan ketentuan periklanan di Indonesia.
Download