analisis pengaruh earning per share, return on assets dan

advertisement
ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON ASSETS DAN FINANCIAL
LEVERAGETERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS
YANG TERDAFTAR DI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA:
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE JANUARI 2009- DESEMBER 2011
Arini Faranisa Rt. Thresna Biyanti
[email protected]
Abstract. The purpose of this study was to analyze the effect of Earning, This research was
conducted using quantitative data. Sampling the financial statements of each company complete
2009-2011. The analytical method used was multiple linear regression analysis. By using a
significant positive effect on stock prices. Earning per Share has a positive effect on stock price,
Return on Assets have significant positive effect on stock prices. Financial Leverage significant
positive effect on stock prices. From this research, it could be concluded that the stock price was
affected by the Earning per Share Return on Assets and Financial Leverage. And this research
result is also showed that Earning per Share, Return on Assets, and Financial Leverage and
simultaneously affected the stock price of the Consumer Goods company which was registered in
Index Stock Exchange Syariah Indonesia.
Keywords: Stock Prices, Earnings per Share, Return on Assets and Financial Levearge
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Earning, Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif. Sampling laporan keuangan masing-masing
perusahaan 2009-2011. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Dengan menggunakan pengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham. Earning per Share
memiliki efek positif pada harga saham, Return on Assets berpengaruh positif signifikan terhadap
harga saham. Financial Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Dari hasil
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh Earning per Share Return on
Assets dan Financial Leverage. Dan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Earning per
Share, Return on Assets, dan Financial Leverage dan sekaligus mempengaruhi harga saham
perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indeks Syariah Indonesia.
Kata kunci: Harga Saham, Laba per Saham, Return on Asset dan Keuangan Levearge
Untuk memperoleh pendapatan (earning)
yang diinginkan, seorang investor perlu
melakukan analisis penilaian terhadap kinerja
perusahaan sebelum membuat keputusan untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut. Analisis penilaian saham yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan investasi meliputi analisis teknikal
dan analisis fundamental. Analisis mengenai
penilaian saham yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah analisis fundamental. Salah
satu cara yang digunakan dalam analisis ini
adalah laporan keuangan dalam bentuk rasiorasio keuangan. Terdapat banyak rasio
keuangan yang dapat menunjukkan kinerja
perusahaan, diantaranya adalah Earning per
Share (EPS), Return on Assets (ROA), dan
Financial Leverage (FL). Dengan menganalisis
laporan keuangan para investor dapat melihat
hubungan antara risiko dan hasil yang
diharapkan dari modal yang ditanamkan.
Earning per Share (EPS) adalah rasio
antara laba bersih dengan jumlah lembar saham
yang beredar. Informasi EPS suatu perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan
yang siap dibagikan bagi semua pemegang
saham perusahaan. Apabila Earnings per Share
perusahaan tinggi, akan semakin banyak
investor yang mau membeli saham tersebut
sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi
(Dwiatma, 2011). Tetapi pada kenyataannya ada
perusahaan yang EPS nya menurun harga
sahamnya meningkat.
Return on Assets (ROA) mempunyai arti
yang sangat penting sebagai salah satu teknik
analisis keuangan. Analisis ROA merupakan
151
teknik analisis yang lazim digunakan oleh
investor untuk mengukur efektifitas dari
keseluruhan operasi perusahaan. ROA ini
sendiri adalah salah satu bentuk rasio
profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aset yang
dimilikinya. Dengan demikian rasio ini
menghubungkan keuntungan yang diperoleh
perusahaan (laba bersih) dengan jumlah asset
yang
digunakan
untuk
menghasilkan
keuntungan perusahaan. Semakin tinggi ROA
berarti kinerja keuangan semakin baik dan
keuntungan juga semakin tinggi sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan investor dan
biasanya harga saham juga akan meningkat.
Financial
Leverage
(FL)
adalah
perbandingan antara utang yang dimiliki
perusahaan dan total asset yang dimiliki
perusahaan FL mencerminkan kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa
bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk
membayar utang, Rasio Leverage yang cukup
tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang
semakin buruk, karena tingkat ketergantungan
permodalan perusahaan terhadap pihak luar
semakin besar. Dengan demikian apabila FL
perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga
saham perusahaan akan rendah karena jika
perusahaan memperoleh laba, perusahaan
cenderung untuk menggunakan laba tersebut
untuk membayar utangnya dibandingkan
dengan membagi deviden. Namun pada
kenyataannya ada beberapa perushaan yang
harga sahamnya meningkat, tetapi nilai FL juga
meningkat.
Secara teori apabila tingkat rasio keuangan
tertentu mengalami kenaikan maka dapat
diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan
tersebut optimal. Sehingga apabila kinerja
perusahaan tersebut dinilai positif, seharusnya
investor berani menginvestasikan dananya
untuk perusahaan tersebut, dan jika banyak
investor cenderung ingin membeli saham
perusahaan tersebut maka harga saham
perusahaan tersebut akan mengalami tren yang
meningkat.
Fakta teori ini tidak selalu sejalan dengan
fenomena praktek di lapangan hal ini terlihat
dari hasil penelitian beberapa peneliti yang
pernah mengkonfirmasi pengaruh rasio-rasio
152
keuangan terhadap harga saham di antaranya:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Angrawit
(2010) dengan judul “Analisis Pengaruh EPS,
PER, ROE, FL, DER, CR dan ROA pada harga
Saham dan Dampaknya terhadap Kinerja
Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI periode
2005-2009”. Menunjukkan hanya variabel EPS,
PER, ROE, DER,dan ROA yang memiliki
pengaruh pada harga saham. Sedangkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ester (2009)
“Analisis faktor Fundamental terhadap Harga
saham dengan menggunakan rasio Probabilitas
(EPS, ROA, ROE, dan BEP) pada industri
Properti
di
Burtsa
Efek
Indonesia”.
Menunjukkan hanya variable EPS yang
berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan
perbedaan hasil penelitian yang diperoleh, maka
penulis tertarik untuk menguji kembali
pengaruh Earning per Share (EPS), Return on
assets (ROA) dan Financial Levarage (FL)
terhadap harga saham.
Dalam penelitian ini, data penelitian pada
saham perusahaan Consumer Goods. Hal ini
dikarenakan perusahaan Consumer Goods dapat
bertahan pada krisis global yang terjadi pada
pertengahan tahun 2008. Perusahaan Consumer
Goods dapat bertahan karena pada umumnya
kurang berpengaruh terhadap kondisi ekonomi,
artinya perubahan ekonomi tidak memengaruhi
konsumen atas kebutuhannya terhadap produk
perusahaan Consumer Goods. Dengan tidak
terpengaruhnya perusahaan Consumer Goods
terhadap krisis global yang terjadi maka saham
pada kelompok perusahaan Consumer Goods ini
lebih banyak menarik minat investor karena
tingkat konsumsi masyarakat akan semakin
bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan
manusia yang semakin
tinggi. Dengan
banyaknya penelitian yang dilakukan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, membuat peneliti tertarik untuk
meneliti dalam bidang saham syariah. Karena
dengan berkembangnya waktu yang semakin
pesat saham syariah saat ini semakin
berkembang dengan baik dengan ini peneliti
semakin tertarik untuk melakukan penelitian
pada Consumer good yang terdaftar di Indeks
Saham Syariah Indonesia yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia.
Rumusan Masalah
Dalam menentukan pemilihan saham,
investor dapat melakukan analisis menggunakan
analisis fundamental dengan melihat rasio
keuangan. Analisis fundamental selalu dijadikan
acuan investor dalam membuat keputusan
investasi di pasar modal. Analisis fundamental
mencoba memperkirakan harga saham dimasa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham, harga saham yang tinggi akan
mencerminkan faktor fundamental yang baik
dimata investor. Namun pada kenyataannya
apakah benar naik turunnya harga saham
dipengaruhi oleh faktor fundamental.
Permasalahan pada penelitian ini adalah
apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada
harga saham dengan menggunakan analisis
fundamental. Maka rumusan masalah yang akan
dibahas adalah: (1) Apakah Earning per Share
(EPS) berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan Consumer Goods di Indeks saham
Syariah Indonesia (ISSI) yang tercatat di BEI?;
(2) Apakah Return on Assets (ROA)
berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan Consumer Goods di Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) yang tercatat di BEI?
(3) Apakah Financial Leverage (FL)
berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan Consumer Goods di Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)yang tercatat di BEI?;
(4) Apakah Earning per Share (EPS), Return on
Assets (ROA), dan Financial Laverage (FL)
secara simultan berpengaruh terhadap harga
saham pada perusahaan Consumer Goods di
Indeks saham Syariah Indonesia (ISSI) yang
tercatat di BEI ?
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan diadakannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1)
Menguji dan menganalisis Earning per Share
(EPS) terhadap harga saham perusahaan
Consumer Goods di Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) di BEI; (2) Menguji dan
menganalisisis Return on Assets (ROA)
terhadap harga saham perusahaan Consumer
Goods di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) di BEI; (3) Menguji dan menganalisis
Financial Leverage (FL) terhadap harga saham
perusahaan Consumer Goods di Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) di BEI; (4) Menguji
dan menganalisis EPS, ROA, dan FL secara
simultan terhadap harga saham perusahaan
Consumer Goods di Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) di BEI
Saham Syariah
Sejarah Pasal Syariah di Indonesia dimulai
dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh
PT Danareksa Investment Management pada 3
Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia
bekerja sama dengan PT Danareksa Investment
Management meluncurkan Jakarta Islamic
Index pada tanggal 3 juli 2000 yang bertujuan
untuk
memandu
investor
yang
ingin
menginvestasi dananya secara syariah. Dengan
hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal
telah disediakan saham-saham yang dapat
dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan
prinsip syariah.
Pada 18 April 2011, untuk pertama kali
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa
berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu
Fatwa Nomor 20/SN-MUI/IV.2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa
Dana Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi
syariah di pasar modal terus bertambah dengan
kehadiran Obligasi Syariah PT.Indosat Tbk
pada awal September 2002. Instrumen ini
merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad
yang digunakan adalah akad mudrabah.
Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat
ditelusuri dari perkembangan institusional yang
terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah
tersebut. Perkembangan tersebut dimulaii dari
MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada14
Maret 2003. MoU menunjukkan adanya
kesepahaman antara Bapepam dan DSN_MUI
untuk mengembangkan pasar modal berbasis
syariah di Indonesia.
Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK,
perkembangan Pasar Modal Syariah ditandai
dengan pembentukan Tim Pengembangan Pasar
Modal Syariah pada tahun 2003. Selanjutnya,
pada tahun 2004 pengembangan Pasar Modal
Syariah masuk dalam struktur Bapepam dan
LK, dan dilaksanakan oleh unit setingkat eselon
IV yang secara khusus mempunyai tugas dan
fungsi mengembangkan pasar modal syariah.
Sejalan dengan perkembangan industri yang ada
pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada
sebelumnya diingatkan menjadi unit setingkat
eselon III.
153
Pada 23 November 2006, Bapepem-Lk
menerbitkan paket Peraturan Bapepem dan LK
terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan
tersebut yaitu Peraturan bapepam dan LK
Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah
dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang
digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah dan
diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah
pertama kali oleh Bapepam dan Lk pada 12
September 2007. Selama ini, pasar modal
syariah di indonesia bukan hanya 30 saham
syariah yang menjadi konstituen JII saja tetapi
tersendiri dari berbagai macam jenis Efek.
Perkembangan Pasar Modal Syariah
mencapai tonggak sejarah baru dengan
disahkannya UU Nomor 19 tahun 2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada 7
Mei 2008. Undang-Undang ini diperlukan
sebagai landasan hukum penerbitan surat
berharga syariah negara atau sukuk negara pada
26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya
Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN seri
IFR001 dan IFR002.
Pada 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah
melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan
Bapepem-LK
Nomoe
IX.A.13
tentang
penerbitan Efek Syariah dan II.K.I tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
merupakan indeks yang telah diluncurkan oleh
BEI pada 12 Mei 2011. Konstitusi ISSI adalah
seluruh saham yang tergabung dalam Daftar
Efek Syariah dan tercatat di BEI di mana pada
saat ini jumlah konstitusi ISSI adalah lebih dari
200 saham, Dengan telah diluncurkan ISSI
maka BEI memiliki 2 indeks Yng berbasis
saham Syariah yaitu ISSI dan JII.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
PT Bursa Efek Indonesia bersama PT
Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia meluncurkan
Fatwa Mekanisme Syariah Perdagangan Saham
sekaligus Indeks Saham Syariah Indonesia di
Jakarta.
Fatwa itu adalah Fatwa Nomor 80 tentang
Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme
Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di pasar
Reguler Bursa Efek. Fatwa itu disahkan Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) pada 8 Maret 2011.
154
Dengan pengesahan fatwa itu maka
penyelenggaraan perdagangan efek di BEI
memiliki dasar dan atau hukum fikih yang kuat
bahwa
mekanisme lelang berkelanjutan
(continuous auction) yang digunakan di BEI
dalam transaksi efek bersifat ekuitas di pasar
reguler telah sesuai dengan prinsip syariah.
Momen ini menjadi tonggak sejarah
perkembangan ekonomi syariah di indonesia
sistem syariah diminati pengusaha di dunia
karena sistem ini dirasa lebih aman dari
penipuan dan manipulais, tak hanya bagi
pengusaha muslim semata tetapi secara umum
menurut Ketua badan Pelaksanaan Harian
(BPH) Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) , KH Maruf Amin.
Menurut Direktur Utama BEI Warsito,
penerbitan fatwa ini tidak instan tapi melalui
proses panjang oleh otoritas BEI dan MUI.
Indeks Saham Syariah Indonesia (Indonesia
Sharia Stock Index (ISSI) akan menjadi acuan
bagi investor untuk berinvestasi di saham.
Khususnya saham syariah, ISSI sekaligus
menjadi acuan utama yang menggambarkan
kinerja seluruh saham syariah yang tercatat di
bei,
yang
membantu,
menghilangkan
kesalahpahaman masyarakat yang menganggap
saham syariah hanya terdiri 30 saham yang
masuk dalam Jakarta islamic Index (JII) saja.
Metode perhitungan ISSI sama dengan
metode perhitungan indeks lainnya di BEI,
yakni menggunakan market capitalization
weighted average. Komponen penghitungannya
adalah semua saham yang masuk dalam Daftar
Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan Badan
Pengawas Pasar Modal dan lembaga Keuangan
setiap enam bulan. Hari Dasar penghitungan
ISSI adalah Desember 2007 dengan nilai indeks
100. Saat ini terdapat 214 Saham Syariah
dengan kapitalisasi pasar sekitar 43,6 persen
dari total nilai kapitalisasi BEI.
Di JII hanya dipilih 30 perusahaan, jumlah
yang dianggap idel saat itu, tapi masyarakat
kemudian hanya menganggap hanya 30
perusahaan itu saja yang sistem dan
mekanismenya secara syariah, maka peluncuran
fatwa dan ISSI kali ini diharapkan membuka
pandangan masyarakat umum, melengkapi JII
yang sudah ada lebih dulu
Harga Saham
Harga dasar suatu saham sangat erat
kaitannya dengan harga pasar suatu saham.
Harga dasar suatu saham dipergunakan dalam
perhitungan indeks harga saham. Harga saham
adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli
saham. Kebanyakan harga saham berbeda
dengan nilai saham, makin sedikit informasi
yang bisa diperoleh untuk menghitung nilai
saham, makin jauh perbedaan tersebut
(Jogiyanto, 2005). Harga saham merupakan
salah satu indikator pengelolaan perusahaan.
Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan
akan memberikan kepuasan bagi investor yang
rasional.
Pengertian Laporan Keuangan
Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu
perusahaan, diperlukan informasi keuangan
dalam bentuk laporan keuangan yang
memungkinkan analisis untuk menelaah kondisi
dan hasil dari suatu usaha. Beberapa pendapat
yang dikemukakan oleh para ahli mengenai arti
dari laporan keuangan adalah sebagai berikut,
menurut prinsip–prinsip Akuntansi Indonesia
dikatakan bahwa: (1) “Laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai
laporan arus kas, atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul
dan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan tersebut, misalnya informasi keuangan
segmen
industri
dan
geografis
serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.”; (2)
“ Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari
suatu proses pencatatan yang merupakan suatu
ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan.
Disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah ringkasan dari transaksi – transaksi yang
terjadi dalam proses akuntansi yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi serta laporan keuangan
lainnya yang merupakan alat komunikasi antara
data keuangan dengan pihak – pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan
tersebut.
Terkait dengan pengertian di atas, terdapat
analisis laporan keuangan (Neraca dan Rugi
laba), untuk memperoleh gambaran mengenai
keadaan keuangan perusahaan, dari berbagai
perspektif keuangan bisnis hasil dari analisis
dari laporan keuangan biasanya disebut juga
dengan analisis rasio, yang biasanya digunakan
sebagai parameter dalam menilai kinerja
perusahaan.
Pengertian Rasio Keuangan
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan (mathematical relati onship)
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah
yang lain (Munawir, 2000: 54). Rasio
sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan
dalam aritmathical terms yang dapat digunakan
untuk menjelaskan hubungan antara dua macam
data finansial (Bambang Riyanto, 2001: 329).
Rasio keuangan merupakan suatu informasi
yang menggambarkan hubungan antara berbagai
macam akun (accounts) dari laporan keuangan
yang mencerminkan keadaan keuangan serta
hasil operasional perusahaan. Sedangkan studi
yang berfungsi untuk mempelajari rasio
keuangan tersebut disebut analisis rasio
keuangan (financial ratios analysis). Financial
ratio analysis ini dapat dibagi atas dua jenis
berdasarkan variate yang digunakan dalam
analisis (Robert Ang, 1997:18.23), yaitu: (1)
Unvariate Ratio Analysis. Unvariate ratio
analysis merupakan analisis rasio keuangan
yang menggunakan satu variate di dalam
melakukan analisis (profit margin ratio, Return
on Assets, return on equity, dan sebagainya); (2)
Multivariate Ratio Analysis. Multivariate ratio
analysis merupakan rasio keuangan yang
menggunakan lebih dari satu variate di dalam
melakukan analisis (alman’s z-score, zeta score,
dan sebagainya). Penganalisis finansial dalam
mengadakan analisis rasio finansial pada
dasarnya dapat melakukannya dengan dua
macam pembanding (Bambang Riyanto,
2001:329), yaitu: (1) Membandingkan rasio
sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan
rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktuwaktu yang akan datang dari perusahaan yang
sama; (2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu
perusahaan (rasio perusahaan atau company
ratio) dengan rasio-rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio
industri/rasio rata-rata/rasio standar) untuk
waktu yang sama.
155
Penggolongan Rasio
Untuk menganalisis laporan keuangan
tersebut diperlukan suatu alat analisis yaitu rasio
keuangan. Menurut Munawir (2000:68), angka
rasio dapat dibedakan menjadi tiga menurut
sumber datanya, antara lain: (1) Rasio-rasio
neraca (balance sheet ratio) adalah semua rasio
yang semua datanya diambil atau bersumber
pada neraca (misalnya: current ratio, acid test
ratio); (2) Rasio-rasio Laporan laba rugi
(income statement ratio), yaitu angka-angka
rasio yang dalam penyusunannya semua datanya
diambil dari Laporan laba rugi (misalnya: gross
profit margin, net operating margin, operating
ratio, dan sebagainya); (3) Rasio-rasio antar
laporan (interstatement ratio) Ialah semua
angka rasio yang penyusunan datanya berasal
dari neraca dan data lainnya dari laporan laba
rugi (misalnya: inventory turnover, account
receivable turnover, sales to fixed assets, dan
sebagainya)
Sedangkan
menurut
Robert
Ang
(1997:18.23-18.38) rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan
ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai,
yaitu: (1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios).
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan
jangka pendek untuk memenuhi obligasi
(kewajiban) yang jatuh tempo. Rasio likuiditas
ini terdiri dari: current ratio (rasio lancar), quick
ratio, dan net working capital. Rasio likuiditas
merupakan rasio
yang
menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek (fred weston). Fungsi
lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukan
atau mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiabnya yang jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan
(likuiditas badan usaha) maupun di dalam
perusahaan (likuiditas perusahaan) (Kasmir,
2008:110); (2) Rasio Aktivitas (Activity Ratios).
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta
efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan
harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas ini
terdiri dari: total asset turnover, fixed asset
turnover, accounts receivable turnover,
inventory turnover, average collection period
(day’s sales inaccounts receivable) dan day’s
sales in inventory. Rasio aktivitas merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan
(penjualan, persediaan, penagihan piutang dan
156
lainya) atau rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari dari hasil pengukuran dengan rasio
ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien
atau sebaliknya dalam mengelola asset yang
dimilikinya (Kasmir, 2008:114); (3) Rasio
Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios).
Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan
di dalam menghasilkan keuntungan. Rasio
rentabilitas ini terdiri dari: gross profit margin,
net profit margin, operating Return on Assets,
Return on Assets, return on equity, dan
operating ratio. Rasio profitabilitas merupakan
rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan atau laba dalam
suatu periode tertentu (Kasmir, 2008: 114).
Rasio pfrofitabilitas sekelompok rasio yang
menunjukan
kombinasi
dari
pengaruh
likuiditasi, manajemen aset, dan utang pada
hasil operasi; (4) Rasio Solvabilitas (Solvency
Ratios). Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage
ratios, karena merupakan rasio pengungkit yaitu
menggunakan uang pinjaman (debt) untuk
memperoleh keuntungan. Rasio leverage ini
terdiri dari: debt ratio, debt to equity ratio, longterm debt to equity ratio, long-term debt to
capitalization ratio, times interest earned, cash
flow interest coverage, cash flow to net income,
dan cash return on sales. Rasio solvabilitas atau
leverage ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang. Artinya seberapa besar
beban utang yang di tanggung perusahaan yang
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur suatu kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibanya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) Kasmir,
2008:151); (5) Rasio Pasar (Market Ratios).
Rasio ini menunjukkan informasi penting
perusahaan yang diungkapkan dalam basis per
saham. Rasio pasar ini terdiri dari: dividend
yield, dividend per share, Earning per Share,
dividend payout ratio, price earning ratio, book
value per share, dan price to book value.
Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan
langsung dengan kepentingan analisis kinerja
perusahaan dalam penelitian ini meliputi:
Earning per Share (EPS)
Dalam lingkungan keuangan, alat ukur
yang paling sering digunakan adalah EPS.
Angka yang ditunjukan dari EPS inilah yang
sering dipublikasikan mengenai performance
perusahaan yang menjual sahamnya kepada
masyarakat luas (go public) karena investor
maupun calon investor berpandangan bahwa
EPS mengandung informasi yang penting untuk
melakukan prediksi mengenai tingkat harga
saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan
untuk menilai efektivitas manajeman keuangan
perusahaan tersebut.
Earning per Share (EPS) merupakan
perbandingan
antara
pendapatan
yang
dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang
beredar.
Earnings
per
Share
(EPS)
menggambarkan profitabilitas perusahaan yang
tergambar pada setiap lembar saham. Menurut
Sawidji Widoatmodjo (2005:102) Earning per
Share merupakan rasio antara pendapatan
setelah pajak dengan jumlah saham yang
beredar.
Dengan demikian bila seorang investor
ingin meraih keuntungan berupa Earning per
Share, maka perlu memahami kondisi keuangan
suatu perusahaan yang disajikan dalam bentuk
laporan keuangan. Untuk mengetahui besarnya
keuntungan yang diterima pemegang saham per
lembar sahamnya.
Hubungan Harga Saham dengan Earning per
Share (EPS)
Earning per Share (EPS) adalah rasio
keuangan yang paling sering digunakan
mengukur kondisi dan pertumbuhan perusahaan.
Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan per lembar
saham bagi pemiliknya maka semakin profitabel
dan menarik investasi pada perusahaan tersebut.
Hal ini akan memberikan efek positif pada
harga saham (Susilo, 2005).
Informasi
EPS
suatu
perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan
yang siap dibagikan bagi semua pemegang
saham perusahaan. Seorang investor membeli
dan mempertahankan saham suatu perusahaan
dengan harapan akan memperoleh dividen atau
capital gain. Laba biasanya menjadi dasar
penentuan pembayaran dividen dan kenaikan
nilai saham dimasa datang. Oleh karena itu, para
pemegang saham biasanya tertarik dengan
angka EPS yang dilaporkan perusahaan
(Dwiatma,2011).
Jumlah
EPS
tidak
berarti
akan
didistribusikan semuanya kepada pemegang
saham biasa, karena berapapun jumlah yang
akan didistribusikan tergantung pada kebijakan
perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS
yang
besar
menandakan
kemampuan
perusahaan
yang
lebih
besar
dalam
menghasilkan keuntungan bersih dari setiap
lembar saham. Peningkatan EPS menandakan
bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf
kemakmuran investor, dan hal ini akan
mendorong inevstor untuk menambah jumlah
modal yang ditanamkan pada perusahaan.
Makin
tinggi
nilai
EPS
akan
menggembirakan pemegang saham karena
semakin besar laba yang disediakan untuk
pemegang saham. Hal ini akan berakibat dengan
meningkatnya laba maka harga saham
cenderung naik, sedangkan ketika laba
menurun, maka harga saham ikut juga menurun.
Return on Asset (ROA)
“ROA merupakan suatu indikator keuangan
yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba atas total asset yang
dimiliki perusahaan” (Hendy m Fakhruddin,
2008:170).
“ROA adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba berasal dari aktivitas
investor” (Mardiyanto,2009:196).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa ROA adalah alat ukur
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih dengan memanfaatkan sumber daya
(asset).
Hubungan Harga Saham dengan Return on
Assets (ROA)
ROA
mencerminkan
kemampuan
perusahaan dalam mempereloeh laba bersih
setelah pajak dari total asset yang digunakan
untuk operasional perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan
bahwa
perusahaan
semakin
efektif
memenfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba
bersih setelah pajak. Dengan demekian, semakin
tinggi ROA menunjukkan semakin efektif
kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan
daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut
157
dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi
perusahaan yang diminati oleh banyak investor
karena tingkat pengembaliannya akan semakin
besar (Almas, 2007). Minat yang besar dari
investor berdampak terhadap kenaikan harga
saham perusahaan di pasar modal. Dengan kata
kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan.
Financial Leverage (FL)
“Financial Leverage merupakan tingkat
penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan
perusahaan” (Brigham ,2009: 299). Semakin
banyak perusahaan melakukan pembiayaan
dengan utang, akan menambah risiko pada
saham biasanya. Penggunaan utang tersebut
akan menciptakan leverage keuangan.
Hubungan Harga Saham dengan Financial
Leverage (FL)
Financial Levarage menurut Sartono
(2008:263) adalah Penggunaan sumber dana
yang memiliki beban tetap dengan harapan
bahwa akan memberikan tambahan keuntungan
yang lebih besar dari pada beban tetapnya
sehingga akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa
pembiayaan perusahaan melalui Financial
Leverage bertujuan untuk meningkatkan return
bagi pemegang saham, tetapi Financial
Leverage juga berpotensi terhadap besarnya
risiko yang dihadapi oleh investor jika beban
tetap yang harus dibayar perusahaan atas utang–
utangnya lebih besar dari para laba yang
diperolehnya. Sehingga financial Leverage
perusahaan yang tinggi cendrung membuat
harga saham turun sedangkan Financial
Leverage yang rendah akan membuat harga
saham cenderung naik (Iswandi,2006) (lihat
Tabel 1).
Metode Penelitian
Data
Objek penelitian adalah saham-saham yang
tergabung dalam Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) yang tercatat di BEI selama
2009 sampai dengan 2011. Penelitian yang
berjudul “Pengaruh Earning per Share (EPS),
Return on Assets (ROA) dan Financial
158
Leverage (FL) Terhadap
Perusahaan Consumer Goods
Syariah Indonesia (ISSI) yang
Efek Indonesia (BEI)” data
dalam penelitian ini: (Tabel 2)
Harga Saham
di Index saham
tercatat di Bursa
yang digunakan
Operasional Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah harga saham. Menghitung
harga saham yang digunakan adalah harga
saham perbulan.
Operasioanl Variabel Independen
Variabel - variabel independen yang
digunakan pada penelitian ini adalah rasio
keuangan berupa data Earning per Share (EPS),
Retrun On Assets (ROA), Finanncial Leverage
(FL), pada perusahaaan Consumer Goods yang
terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) yang tercatat di BEI. variabel-variabel
independen pada penelitian ini berdasarkan data
bulanan dan triwulanan yang diterbitkan oleh
Indonesia Stock Exchange pada periode
Desember 2009 hingga Desember 2011.
Berikut ini dijelaskan definisi dari masingmasing variabel penelitian disertai cara
pengukurannya:
Earning per Share (EPS)
Perhitungan EPS dapat dirumuskan sebagai
berikut:
EPS =
πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π΅π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž
π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘†π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π΅π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿ
Return on Asset (ROA)
Perhitungan ROA dapat dirumuskan sebagai
berikut:
ROA = Laba Bersih *100%
Total Aset
Financial Leverage (FL)
Perhitungan FL dapat Rumuskan sebagai
berikut:
FL = Total Utang
Total Aset
No
1.
Peneliti
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Tahun
Hasil Penelitian
Pengaruh Earning per
Share (EPS), Deviden Per
Share (DPS) dan Financial
Leverage (FL) terhadap
Harga saham pada
perusahaan LQ-45 di Bura
Efek Jakarta
2006
Uji t = Hanya variabel Financial
leverage dan Tingkat Inflasi yang
memiliki pengaruh signifikan pada
harga saham secara parsial.
Uji F = Secara simultan Laba
Ajuntansi, Financial leverage dan
Tingkat inflasi berpengaruh terhadap
harga saham.
(dalam penelitian
Madichah)
2
3
4
Pengaruh Earning per
Share (EPS), Return on
Assets (ROA), dan
Finanncial Leverage (FL)
terhadap harga saham pada
Perusahaan Rokok di Bursa
Efek Indonesia.
(dalam Penelitian Ester
Farida Irawaty)
Analisis Pengaruh EPS,
PER,ROE, FL, DER, CR,
dan ROA pada Harga
Saham dan Dampaknya
terhadap KInerja
Perusahaan LQ-45 yang
terdaftar di BEI periode
2005-2009.
(dalam penelitian Angrawit
Kusumawardani)
Analisis Pengaruh EPS,
ROE, dan DER terhadap
harga saham pada
perusahaan Wholesale an
Retail Trade yang terdaftar
di BEI periode 2006-2008
(dalam penelitian
Dwiatma)
2009
2003
2011
Uji t = Hanya variabel EPS yang
mempunyai pengaruh signifikan
terhadap harga saham secara parsial.
ROA,ROE,EPS, dan BEP mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham perusahaan property
secara bersama-sama.
Menguji adanya anomali winner-loser
Uji t = Hanya variabel EPS, PER,
ROE, DER, dan ROA yag memiliki
pengaruh pada harga saham, serta
memiliki pengaruh yang sangat
signifikan terhadap kinerja.
Uji F = Secara serentak EPS, PER,
ROE, FL, DER, CR, dan ROA
berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Uji t = EPS secara signifikan
berpengaruh positif terhadap harga
saham, ROE secara signifikan
berpengaruh terhadap harga saham,
sedangkan DER tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
Uji F = Secara serentak EPS, ROE,
dan DER memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham.
159
Tabel 2. Daftar Nama Perusahaan Consumer Goods yang Terdafar di ISSI
yang Menjadi Penelitian Tahun 2009 - 2011
Kode
Nama Perusahaan
ADES
PT. Aksha Wira International Tbk.
AISA
PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
CEKA
PT.Cahaya Kalbar Tbk.
DVLA
PT.Darya-Varia Labotaria Tbk.
INAF
PT.Indofarma Tbk.
INDF
PT.Indofood Sukses Makmur Tbk.
KAEF
PT.Kimia Farma (Persero) Tbk.
KDSI
PT.Kedawung Setia Industrial Tbk.
KICI
PT.Kedaung Indah Can Tbk.
KLBF
PT.Kalbe Farma Tbk.
LMPI
PT.Langgeng Makmur Industry Tbk.
MERK
PT.Merck Tbk.
MRAT
PT.Mustika Ratu Tbk.
MYOR
PT.Mayora Indah Tbk.
PSDN
PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk.
PYFA
PT.Pyridam Farma Tbk.
SKLT
PT.Sekar Laut Tbk.
STTP
PT.Siantar Top Tbk.
TCID
PT.Mandom Indonesia Tbk.
TSPC
PT.Tempo Scan Pasific Tbk.
ULTJ
PT.Ultra Jaya Milk Indus Tbk.
UNVR
PT.Unilever Indonesia Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Tahapan Penelitian
Teknik analisis data dalam penelitian ini
adalah kuantitatif menggunakan perhitungan
statistik. Tehnik analisis data yang digunakan
dalam penelitian adalah regresi linear berganda,
uji asumsi klasik statistik (deskriptif, normalitas,
multikolinearitas,
heterokedastisitas
dan
autokorelasi), uji t, uji f dan regresi berganda,
R2 (koefesien determinasi) yang akhirnya untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variable
independent yang mempengaruhi harga saham.
160
Data tersebut kemudian diolah menggunakan
software SPSS 20.
Metode Analisis Data
Melihat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi
sebagai dasar pemilihan pengujian maka
sebelum melakukan pengujian hipotesis,
dilakukan terlebih dahulu pengujian normalitas
data dengan menggunakan uji asumsi klasik.
Pengujian Asumsi Klasik
Analisis data adalah cara-cara mengolah
data yang telah terkumpul untuk kemudian
dapat
memberikan
interprestasi.
Hasil
pengolahan data kemudian digunakan untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
Alat pengolahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis statistic dengan
perangkat lunak (aplikasi) SPSS 20 untuk
mengetahui pengaruh EPS, ROA, dan FL
terhadap harga saham. Dengan metode analisis
data yang digunakan sebagai berikut :
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), Standar deviasi, maksimum,
minimum, dan jumlah sampel dari masingmasing variabel penelitian.
Analisis Regresi Berganda
Uji Persamaan Regresi Linear Berganda
Pengujian terhadap hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Analisis regresi berganda dalam
penelitian ini digunakan untuk menyatakan
hubungan fungsional antara variabel independen
dan variabel dependen. Adapun bentuk model
regresi yang digunakan sebagai dasar penentuan
harga saham adalah bentuk linear yakni :
Y = α + β1X1 + β2X2 +β3X3 + e
dimana :
Y = harga saham
X1 = EPS
X2 = ROA
X3 = FL
β1 β2 β3 = koefisien regresi
e = kesalahan pengganggu
Koefisien Determinasi (R ² )
Menurut
Imam
Ghozali
(2009:87)
menyatakan Uji koefisien determinasi bertujuan
untuk melihat seberapa besar kemampuan
variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang
dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini
digunakan karena variabel bebas dalam
penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak
antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5,
maka model yang digunakan dianggap cukup
handal dalam membuat estimasi.
Semakin besar angka R² maka semakin baik
model yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Jika R² semakin kecil berarti
semakin lemah model tersebut untuk
menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
Untuk memberikan interpretasi terhadap
kuatnya suatu hubungan, dapat digunakan
pedoman seperti yang terdapat dalam tabel
berikut: (lihat Tabel 3).
Uji Hipotesis
Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan
apakah variabel-variabel independen (X) secara
simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen (Y) (Imam Ghozali,
2009:88).
Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan
Ha diterima, yang berarti variabel independen
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen dengan menggunakan tingkat
signifikan sebesar 5 %, jika nilai Fhitung > Ftabel
maka secara bersama-sama seluruh variabel
independen mempengaruhi variabel dependen.
Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai
probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil
daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi = 5%),
maka variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar
dari pada 0,05 maka variabel independen secara
serentak tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Ho : β
= 0, Tidak terdapat pengaruh
signifikan secara simultan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha : β
≠ 0, Terdapat
pengaruh
signifikan secara simultan antara varibel
independen terhadap variabel dependen.
Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel individu
independen secara individu dalam menerangkan
variabel dependen (Imam Ghozali, 2006:88).
Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang berarti variabel independen
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
161
Tabel 3. Korelasi
No
1
2
3
4
5
Interval Koefisien
0.00 – 0.199
0.20 – 0.399
0.40 – 0.599
0.60 – 0.799
0.80 – 1.000
Tingkat Korelasi Atau Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Sumber: Ghozali (2009)
variabel dependen dengan menggunakan tingkat
signifikan sebesar 5 %, jika nilai t hitung > ttabel
maka secara satu per satu variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Selain itu,
dapat juga dengan melihat nilai probabilitas.
Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05
(untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel
independen secara satu persatu berpengaruh
terhadap variabel dependen. Sedangkan jika
nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05
maka variabel independen secara satu persatu
tidak berpengaruh terhadap variabel depenhden.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut: (1) Ho : β = 0, Tidak terdapat pengaruh
signifikan secara simultan antara variabel
independen terhadap variabel dependen; (2) Ha:
β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara
simultan antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
Hipotesa Penelitian
Hipotesa 1
Ho1 : tidak ada pengaruh EPS terhadap harga
saham.
Ha1 : ada pengaruh EPS terhadap harga saham.
Hipotesa 2
Ho2 : tidak ada pengaruh ROA terhadap harga
saham.
Ha2 : ada pengaruh ROA terhadap harga saham.
Hipotesis 3
Ho3 : tidak ada pengaruh FL terhadap harga
saham.
Ha3 : ada pengaruh FL terhadap harga saham.
Hipotesis 4
Ho4: tidak ada pengaruh EPS, ROA, FL,
secara simultan terhadap harga saham
Ha4 : ada pengaruh EPS, ROA, FL secara
simultan terhadap harga saham
162
Formula hipotesa yang digunakan untuk
hipotesa penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) H01 : µ0= µ1 = 0, Ha1 : µ0 ≠ µ1 ≠ 0:
(2) H02 : µ0 = µ2 = 0, Ha2 : µ0 ≠ µ2 ≠ 0; (3)
Ha3 : µ0 = µ3 = 0, Ha3 ; µ0 ≠ µ3 ≠ 0; (4) Ha4 ; µ0 =
µ1= µ2 = µ3= 0, Ha4 ; µ0 ≠ µ1 ≠ µ2 ≠ µ3 ≠ 0
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Statistik
deskripsi
menjelaskan
karakteristik dari masing-masing variable yang
terdapat dalam penelitian, baik variable
dependen maupun independen selama periode
2009-2011 yang terdiri dari nilai minimum,
maksimum, mean, dan standar deviasi.(tabel 4)
Nilai minimum variabel EPS adalah 3,91
yang berarti nilai minimum perusahaan
Consumer Goods dalam menghasilkan laba
bersih atas setiap lembar saham biasa adalah
sebesar Rp3,91. Sedangkan nilai maksimumnya
adalah 13,78 yang berarti nilai maksimum
perusahaan
Consumer
Goods
dalam
menghasilkan laba untuk setiap lembar saham
biasa adalah sebesar Rp13,78. Rata-rata variabel
EPS adalah 6,7828 dengan standar deviasi
1,71126 . Hal ini menunjukkan bahwa nilai ratarata keberhasilan perusahaan Consumer Goods
dalam menghasilkan laba untuk setiap lembar
saham biasa adalah Rp6,78..
Nilai minimum variabel ROA adalah -21,80
% yang berarti setiap Rp1,00 dari nilai asset
perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar
Rp0.-21 sedangkan nilai maksimumnya adalah
45,80 % yang berarti setiap Rp1,00 dari nilai
asset perusahaan menghasilkan laba sebesar
Rp0.45. Rata-rata variabel ROA adalah 8,7494
% dengan standar deviasi 11,10339 %. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata setiap Rp1,00 dari
nilai asset perusahaan Consumer Goods
menghasilkan
laba
sebesar
Rp0,08.
Tabel 4. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Harga
792
Eps
792
Roa
792
Fl
792
Valid N (listwise)
792
Minimum
3,91
-123,00
-21,80
1,32
Maximum
13,78
912,00
45,80
38,74
Mean
6,7828
116,4024
8,7494
3,5446
Std. Deviation
1,71126
190,79424
11,10339
3,27287
Sumber:Data diolah menggunakan SPSS 20
Nilai minimum variabel FL adalah 1,32
yang berarti setiap Rp 1,32 utang perusahaan
Consumer Goods dijamin oleh Rp1,00 aset
perusahaan. Sedangkan nilai maksimumnya
adalah 38,74 yang berarti setiap Rp 38,74 utang
perusahaan Consumer Goods dijamin oleh
Rp1,00 asset perusahaan. Rata-rata variabel FL
adalah 3,5446 dengan standar deviasi 3,27287.
Hal ini berarti setiap Rp3,55 perusahaan
Consumer Goods dijamin oleh Rp 1,00 aset
perusahaan.
Nilai minimum variabel Harga Saham
adalah 3,91yang berarti nilai minimum harga
saham perusahaan Consumer Goods adalah
sebesar
Rp3,91.-.
Sedangkan
nilai
maksimumnya adalah 13,78 yang berarti nilai
maksimum harga saham perusahaan Consumer
Goods Rp13,78,-. Rata-rata variabel harga
saham adalah 6,7828 dengan standar deviasi
1,71126. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ratarata harga saham perusahaan Consumer Goods
adalah sebesar Rp6,78,Uji Asumsi Klasik
Agar model persamaan regresi linier
berganda
memberikan
hasil
yang
respresentative sesuai kriteria Best, Linier,
Unbiased, Estimated (BLUE) maka dilakukan
uji asumsi klasik sebelum model tersebut
digunakan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Persamaan yang dibangun harus
memenuhi asumsi dasar : data berdistribusi
normal, tidak terjadi gejala multikolinearitas,
tidak ada gejala autokorelasi, dan tidak terjadi
heteroskedasitas. Adapun uji asumsi dasar
klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Analisis Regresi Berganda
Hasil Uji Regresi Linear Berganda (lihat
Tabel 5).
Dari tabel 5 menunjukkan persamaan
regresi bergtanda sebagai berikut:
HARGA SAHAM = α + β1 EPS + β2 ROA
+ β3 FL
HARGA SAHAM = 5,414 + 0,003 EPS + 0,089
ROA + 0,075 FL Keterangan koefisien regresi :
(1) Konstanta sebesar 5,414 menyatakan jika
EPS , ROA dan FL bernilai nol maka besarnya
harga saham sebesar Rp5,41; (2) Koefisien
regresi variabel EPS adalah positif sebesar
0,003. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan EPS sebesar 1 % akan menaikkan
harga saham sebesar Rp 0003 dengan asumsi
variabel lain kontant (tetap); (3) Koefisien
regresi variabel ROA adalah positif sebesar
0,089. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan ROA 1 % akan menaikkan harga
saham sebesar Rp009 dengan asumsi variabel
lain konstant (tetap); (4) Koefisien regresi
variabel FL adalah positif sebesar Rp0,075.
Hasil ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan FL 1 % akan menaikkan harga
saham sebesar 0.075 dengan asumsi variabel
lain kontant (tetap).
Untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat dapat
terlihat dari besarnya koefisien determinasi (R2).
Dari hasil pengujian pada tabel diperoleh nilai
sebesar 0,609. Hal ini berarti 60 % variabel
terikat (harga saham) dapat dijelaskan oleh
ketiga variabel bebas (EPS, ROA, dan FL).
Sedangkan sisanya 40 % dijelaskan oleh faktorfaktor lain di luar model.
Uji Hipotesis
Uji Signifikansi Parsial (t-test)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen yang terdiri dari dari
Earning per Share, Return on Assets, dan
Financial
laverage
secara
parsial
mempengaruhi variabel dependen (harga
saham).
Berdasarkan hasil uji t, dapat di lihat nilai
signifikan dari t hitung masing-masing variabel
yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
163
Koefisien Determinasi
Tabel 5. Coefficientsa
Model
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
1
a.
5,414
Eps
,003
Roa
,089
Fl
,075
Dependent Variable: harga
,062
,000
,004
,012
,309
,580
,143
T
Sig.
Correlations
Zeroorder
87,101
,000
13,015
24,234
6,345
,000
,000
,000
,524
,709
,261
Partial
,421
,653
,220
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
,289
,539
,141
,877
,864
,975
VIF
1,140
1,157
1,026
Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 20
Hasil Uji Koefisien Determinasi
b
Tabel 6. Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the Durbin-Watson
Square
Estimate
a
1
,781
,610
,609
1,07026
2,045
a. Predictors: (Constant), fl, eps, roa
b. Dependent Variable: harga
Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 20
Hasil Uji t
Tabel 7. Coefficientsa
Unstandardized Standardized
T
Sig.
Correlations
Coefficients
Coefficients
B
Std.
Beta
Zero- Partial
Part
Error
order
Model
(Constant)
5,414
,062
87,101
,000
Eps
,003
Roa
,089
Fl
,075
a. Dependent Variable: harga
,000
,004
,012
,309 13,015
,580 24,234
,143 6,345
,000
,000
,000
1
,524
,709
,261
,421
,653
,220
,289
,539
,141
Collinearity Statistics
Tolerance
,877
,864
,975
VIF
1,140
1,157
1,026
Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 20
Sedangkan nilai t-tabel yang diperoleh sebesar
1,65251.
Earning per Share (EPS)
Ho1
: EPS tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham. Ha1 ; EPS
berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham. (1) Berdasarkan Probabilitas, Jika
probabilitas < 0,05 maka Ho1 ditolak, Jika
probabilitas >
0,05 maka Ho1 diterima.
Keputusan: Dapat dilihat dari tabel regresi, pada
kolom sig atau nilai signifikan adalah 0,000 atau
probabilitas di bawah 0,05. Maka Ha1 diterima>
Berarti EPS berpengaruh terhadap harga saham;
(2) Berdasarkan uji t (dengan membandingkan
t-hitung dengan t-tabel). Berdasarkan tabel di
atas, dapat dilihat bahwa t hitung adalah sebesar
164
13,015. Keputusan: Karena t hitung (13,015) > t
tabel (1,65251) maka Ha1 diterima. Yang
berarti EPS berpengaruh terhadap harga saham.
Return on Assets (ROA)
Ho2
ROA tidak berpengaruh secara
:
signifikan terhadap harga saham. Ha2 : ROA
berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham. (1) Berdasarkan Probabilitas. Jika
probabilitas < 0,05 maka Ho2 ditolak, Jika
probabilitas > 0,05 maka Ho2 diterima.
Keputusan: Dapat dilihat dari tabel regresi, pada
kolom sig atau nilai signifikan adalah 0,000 atau
probabilitas di bawah 0,05. Maka Ha2 diterima.
Berarti ROA berpengaruh terhadap harga
saham; (2) Berdasarkan uji t (dengan
membandingkan t-hitung dengan t-tabel).
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa t
Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)
Tabel 8. ANOVAa
Model
Regression
Residual
1
Total
Sum of Squares
1413,770
Df
3
Mean Square
471,257
902,614
788
1,145
2316,384
791
F
411,416
Sig.
,000b
a. Dependent Variable: harga
b. Predictors: (Constant), fl, eps, roa
Sumber ; Diolah menggunakan SPSS 20
Hipotesis
H1
H2
H3
H4
Tabel 9. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel
Hasil Uji
Keterangan
Ho ditolak, terdapat pengaruh
EPS
0,000
signifikan
Ho ditolak, terdapat pengaruh
ROA
0,000
signifikan
Ho ditolak, terdapat pengaruh
FL
0,000
signifikan
EPS, ROA,
Ho ditolak, terdapat pengaruh
dan FL
0,000
dignifikan
Sumber : Data yang diolah
hitung adalah sebesar 24,234. Keputusan:
Karena t hitung (24,234) > t tabel (1,65251)
maka Ho2 diterima. Yang berarti ROA tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
Financial Leverage (FL)
Ho3
FL tidak berpengaruh secara
:
signifikan terhadap harga saham. Ho3 : FL
berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham. (1) Berdasarkan Probabilitas, Jika
probabilitas < 0,05 maka Ho3 ditolak, Jika
probabilitas > 0,05 maka Ho3 diterima.
Keputusan: Dapat dilihat dari tabel regresi, ada
kolom sig atau nilai signifikan adalah 0,000 atau
probabilitas di bawah 0.05. Maka Ho 3 diterima.
Berarti FL berpengaruh terhadap harga saham;
(2) Berdasarkan uji t (dengan membandingkan
t-hitung dengan t-tabel). Berdasarkan tabel di
atas, dapat dilihat bahwa t hitung adalah sebesar
6,345. Keputusan: Karena t hitung (6,345) > t
tabel (1,65251) maka Ho3 diterima yang berarti
FL berpengaruh terhadap harga saham.
Uji Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen yang terdiri dari Earning
per Share, Return on Assets, dan financial
laverage secara simultan atau serentak. Ho4 :
Secara serentak tidak terdapat pengaruh antara
EPS, ROA, dan FL terhadap harga saham. Ho4
: Secara serentak terdapat pengaruh antara EPS,
ROA, dan FL terhadap harga saham.
Pengambilan Keputusan: Probabilitas < 0,05
maka Ho ditolak. Probabilitas > 0,05 maka Ho
diterima.
Pada tabel 8 terlihat tingkat signifikan (sig)
sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa F
test < α 0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ha4 diterima yang berarti bahwa secara
serentak EPS, ROA, dan FL memiliki pengaruh
terhadap harga saham.
Analisis Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis yang telah
dilakukan dapat dirangkum dalam tabel sebagai
berikut : (lihat tabel 9).
H1 yaitu Earning per Share (EPS)
berpengaruh signifikan positif dengan harga
saham. Melalui uji t dengan tingkat signifikan
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari ,.05. H2
yaitu Return on Assets (ROA) berpengaruh
signifikan positif terhadap harga saham. Melalui
uji t dengan tingkat signifikan sebesar 0,000
yang lebih kecil dari 0,05. H3 yaitu Financial
Laverage (FL) berpengaruh signifikan positif
terhadap harga saham. Melalui uji t dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih
kecil dari 0,05. H4 yaitu secara simultan variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap
165
variabel, dependen. Hasil regresi dengan
menggunakan
tingkat
signifikansi
005
menunjukkan F= 411.416 dan signifikansi =
0,000. Hasil ini memberikan dasar bagi
penarikan bahwa Ha4 diterima, artinya secara
serentak variabel independen Earning per Share
(EPS), Return on Assets (ROA), dan Financial
Laverage (FL) berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert. 1997. “ Buku Pintar Pasar
Modal Indonesia”, Edisi Pertama, Jakarta :
Mediasoft Indonesia.
Anonimous,
2002.
“Akuntansi
Syariah
Indonesia”. Jakarta : Salemba Empat.
Data
Harga
Saham
Bulanan.
www.yahoo.finance.com Januari 2009 sampai
Desember 2011.
Dwiatma, 2011. Analisis Pengaruh Earning per
Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan
perusahaan Whole dan
retail trade yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi
Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro, Malang.
Fakhrudin, Hendy M. 2008. Istilah Pasar Modal
A-Z, Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Gramedia..
Farida Irawaty, Ester. 2009. Analisis Faktor
Fundamental terhadap Harga Saham dengan
Menggunakan Rasio Probabilitas pada Industri
Properti di Bursa Efek Indonesia, Fakultas
Ekonomi, Medan: Universitas Sumatra Utara.
Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi
Keempat, Semarang: Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hariyanti dan Serfiyanto. 2010. “Buku Pintar
Hukum Bisnis Pasar Modal’’, Bisnis,
Manaejemen dan Keuangan, Jakarta:
Visi Media Pustaka.
Hijrah, Almas. 2007.
Pengaruh Faktor
Fundamental dan RisikoSistematik terhadap
harga SahamProperti di Bursa Efek Indonesia,
Medan: Universitas Sumatra Utara.
Husnan, Suad 2005. Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas.Yogyakarta:
AMP YKPN.
Iswadi. 2006. Pengaruh Laba Akuntansi,
Financial Leverage, dan Tingkat Inflasi
166
terhadap harga saham pada perusahaan LQ 45
di Bursa Efek Jakarta, Fakultas Ekonomi, Aceh:
Universitas Malikussaleh.
Jogiyanto, 2010, “Teori Portofolio dan Analisis
Investasi’’, Edisi Ketujuh, Yogyakarta: BPFE
UGM.
Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Kusumawardani, Angrawit. 2010. Analisis
Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, dan
ROA pada Harga Saham dan Dampaknya
terhadap Kinerja Perusahaan LQ-45 yang
terdaftar di BEI.
Madichah, 2006. Pengaruh Earning per Share
(EPS). Deviden Per Share (DPS), Financial
Leverage (FL) terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial, Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Mardiyanto,
Handono.
2009.
Intisari
Manajemen Keuangan, Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia (GRASINDO).
Nawari. (2010), “Analisis Regresi dengan MS
Excel 2007 dan SPSS 17”, Edisi Kedua, Jakarta.
Riyanto,
Bambang.
2001,
Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan; Cet.7, Yogyakarta :
BEP.
S. Munawir,2000, Analisa Laporan Keuangan
Yoyakarta: Liberty.
Sartono, R Agus. 2008. Manajemen Keuangan :
Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: BPFE.
Susilo. 2005. Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Return Saham pada
Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta.
Skripsi
Strata-1,
Fakultas
Ekonomi,
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Tendelilin, Eduardus, 2005, “Analisis Investasi
dan Menejemen Portofolio’’, Edisi Kedua,
Yogyakarta : BPFE.
Weston, J.F dan Brigham, E.F, 2009, Dasardasar Manajemen Keuangan.Jakarta: Erlanga.
Widiatmodjo, Sawidji. 2008. Forex Online
Trading Jakarta : Elex Media Komputindo.
(http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah.aspx
)
(http://bisniskeuangan.kompas.com).
www.idx.co.id.
Download