KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN

advertisement
KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BROKOLI (BRASSICA
OLERACE VAR ITALICA)
Fuat Asfari
Prodi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang
Jl. Candi Blok IIA No.446 Malang
E-mail:[email protected]
Advisors: (1) Juarti, (2) Johanis Paluin Buranda
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
karakteristik lahan dan tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman
brokoli di Kecamatan Sendang. Penelitian merupakan jenis
penelitian survai. Pengumpulan data dilakukan dengan
dokumentasi, pengukuran di lapangan dan uji laboratorium.
Sampel penelitian adalah hasil overlay Peta Jenis Tanah, Peta
Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan. Berdasarkan
hasil overlay tersebut maka ditentukan 4 sampel penelitian
menggunakan purposive sampling. Metode analisis penelitian
ini adalah analisis data matching yaitu membandingkan hasil
pengukuran pada setiap unit lahan penelitian dengan pedoman
klasifikasi kesesuaian lahan tanaman brokoli Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Bogor (2009). Hasil penelitian menunjukkan satuan lahan Si.28.D memiliki sub kelas kesesuaian lahan S2 tc, S3 wa, S3 nr,
satuan lahan St.8-15.A memiliki sub kelas kesesuaian lahan S2
tc, S3 wa, S2 nr, S2 eh, sedangkan satuan lahan St.25-40.C
memiliki sub kelas kesesuaian lahan S2 tc, S3 wa, S3 nr, S2 nr,
S3 eh, S2 eh dan satuan lahan St.15-25.B memiliki sub kelas
kesesuaian lahan S3 wa, S3 nr, S2 eh untuk budidaya tanaman
brokoli.
Kata kunci: evaluasi, kesesuaian lahan, tanaman brokoli
Kecamatan Sendang merupakan wilayah Kabupaten Tulungagung yang
berada di lereng Gunung Willis. Pemerintah Kabupaten Tulungagung
mencanangkan kawasan agropolitan di kecamatan Sendang yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan petani. Program yang dicanangkan adalah
pengembangan 23 jenis sayuran yang tergolong baru di wilayah Sendang. Salah
satu jenis sayuran yang akan dikembangkan adalah brokoli. Evaluasi kesesuaian
lahan perlu dilakukan untuk mengetahui lokasi dan pengelolaan yang tepat untuk
budidaya tanaman brokoli.
Menurut Sitorus dalam Djaenudin, (2000) Kesesuaiana lahan merupakan
tingkat kecocokan suatu lahan jika diperuntukkan sesuatu kebutuhan atau
penggunaan tertentu, misalnya lahan A lebih cocok digunakan untuk lahan
pemukiman daripada lahan industri, comtoh yang lain misalnya lahan B sangat
cocok ditanami brokoli akan tetapi tidak cocok ditanami kubis.Menurut Sitorus
(1985) evaluasi lahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi lahan secara
langsung dan tidak langsung. Evaluasi lahan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah evaluasi lahan secara tidak langsung dimana peneliti mengambil data
primer dan sekunder tentang lahan yang diteliti sehingga mengetahui karakteristik
dari lahan penelitian dan akhirnya dapat menentukan sub kelas kesesuaian lahan
untuk tanman brokoli.
Klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan menggunakan metode
klasifikasi kesesuaian lahan telah dikembangkan diantaranya adalah metode FAO
(1976). Terdapat empat macam kategori dalam klasifikasi lahan yaitu : 1. Order
kesesuaian lahan (ordo) menunjukkan jenis atau macam kesesuaian lahan. Ordo
kesesuaian lahan dibedakan menjadi dua yaitu: Ordo Sesuai (S) dan Ordo Tidak
Sesuai (N), 2. Kelas kesesuaian lahan (Class) menunjukkan tingkat kesesuaian
lahan dalam ordo klasifikasinya yaitu: Sangat sesuai (S1), Cukup sesuai (S2),
Sesuai marginal (S3), Tidak sesuai sementara (N), 3. Sub kelas kesesuaian lahan
(Sub-class) menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan
dalam suatu kelas, 4. Satuan kesesuaian lahan (Unit) menunjukkan pembagian
lebih lanjut dari sub kelas.
Tujuan mengetahui karakteristik lahan dan tingkat kesesuaian lahan untuk
tanaman brokoli di Kecamatan Sendang. Karakteristik di dapat dari pengukuran,
pengamatan, uji coba laboraturium sampel tanah dan data sekunder dari instansi
terkait. Tingkat kesesuaian lahan dihasilkan dari analisis data matching yaitu
membandingkan hasil pengukuran pada setiap unit lahan penelitian dengan
pedoman klasifikasi kesesuaian lahan tanaman brokoli Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor (2009). Hasil akhir dari
penelitian ini adalah peta kesesuaian lahan untuk tanaman brokoli. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pertimbangan ataupun landasan dalam pengembangan
budidaya tanaman brokoli di Kecamatan sendang.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif yaitu memberikan penjelasan data yang diperoleh dari
pengukuran lapangan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, melalui
observasi, dokumentasi, pengukuran dilapangan, wawancara dan uji laboratorium.
Penelitian ini dimulai dari kegiatan overlay peta yaitu peta jenis tanah, peta
penggunaan lahan dan peta kemiringan lereng yang menghasilkan peta unit lahan.
Peta unit lahan digunakan untuk menentukan titik sampel daerah
penelitian. Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive
sampling yang didasarkan dari hasil tumpang susun (overlay) tiga peta, yaitu: peta
jenis tanah, peta penggunaan lahan, dan peta kemiringan lereng. Data yang
diambil berdasarkan hasil uji laboratorium, pengamatan dan pengukuran di
lapangan.
Analisis data yang digunakan adalah membandingkan (matching) antara
kualitas dan karakteristik lahan di lapangan dengan kriteria kelas kesesuaian lahan
untuk brokoli di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Matching
digunakan untuk menguraikan proses dimana persyaratan yang diperlukan untuk
suatu penggunaan lahan dibandingkan dengan kondisi lahan untuk menduga
prestasi lahan (Land use performance).
Subjek penelitian ini yaitu keseluruhan lahan di Kecamatan Sendang
Kabupaten Tulungagung, sedngkan Objek penelitian ini yaitu lahan pertanian di
Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Objek dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel melalui
pertimbangan dan tujuan tertentu. Obyek penelitian diambil dari hasil overlay tiga
peta yaitu peta jenis tanah, peta penggunaan lahan, dan peta kemiringan lereng.
Hasil dari overlay tiga jenis peta menghasilkan peta unit lahan sebanyak 18 unit
lahan. Berdasarkan hasil overlay ketiga peta tersebut maka ditentukan sampel
penelitian menggunakan purposive sampling yaitu dengan pertimbangan
penggunaan lahan persawahan yang memiliki jenis tanah dan kemiringan yang
berbeda. Sampel yang diambil mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan pertanian brokoli, hasil yang diperoleh adalah 4 unit lahan yaitu, Si.28.D, St.8-15.A, St.25-40.C dan St.15-25.B.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu menjelaskan
secara detail karakteristik lahan di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung
serta menjelaskan secara rinci hasil matching atau pembandingan antara
karakteristik lahan yang ada di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung
dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman brokoli. Hasil akhir dari
penelitian ini adalah peta kesesuaian lahan untuk tanaman brokoli dengan skala 1 :
125.000.
HASIL PENELITIAN
Hasil Matching Kesesuaian Lahan secara umum dapat dilihat pada tabel
1.1. Hasil Matching Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Brokoli. Hasil penelitian
ini merupakan hasil pengamatan, pengukuran dan wawancara di lokasi penelitian,
hasil uji laboraturium sampel tanah yang diambil dari unit lahan penelitian dan
hasil pengumpulan data sekunder dari instansi terkait.
Tabel 1.1 Hasil Matching Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Brokoli
Hasil Pengukuran dan Matching
Karakteristik Lahan
Satuan Lahan 1
Satuan Lahan 2
Satuan Lahan 3
Si.2-8.D
St.8-15.A
St.25-40.C
TEMPERATUR (tc) :
26,73 (S2)
26,35 (S2)
25,49 (S2)
Temperatur rataan (°C)
KETERSEDIAAN AIR (wa)
2806,54 (S3)
2806,54 (S3)
2806,54 (S3)
Curah hujan (mm/th)
77,83 (S1)
77,83 (S1)
77,83 (S1)
Kelembaban udara (%)
KETERSEDIAAN
OKSIGEN
Agak terhambat
Agak terhambat
Agak baik
Drainase
(S1)
(S1)
(S1)
MEDIA PERAKARAN (rc)
Satuan Lahan 4
St.15-25.B
22,72 (S1)
2806,54 (S3)
77,83 (S1)
Agak baik
(S1)
Liat (t1) (S1)
Liat (t1) (S1)
Liat (t1) (S1)
< 2 (S1)
>50 (S1)
< 2 (S1)
>50 (S1)
< 2 (S1)
>50 (S1)
Lempung
berliat (t2)
(S1)
< 2 (S1)
>50 (S1)
41,43 (S1)
31 (S3)
6,5 (S1)
0,55 (S2)
40,29 (S1)
35 (S2)
6,4 (S1)
0,48 (S2)
42,11 (S1)
29 (S3)
6,4 (S1)
0,66 (S2)
27,46 (S1)
27 (S3)
6 (S1)
0,92 (S1)
3,25 (S1)
3,40 (S1)
3,56 (S1)
4,12 (S1)
0,82 (S1)
0,84 (S1)
0,93 (S1)
1,13 (S1)
2 (S1)
Sangat ringan
(S1)
14 (S2)
Sedang
(S2)
25 (S3)
Sedang
(S2)
16 (S2)
Sedang
(S2)
F0 (S1)
F0 (S1)
F0 (S1)
F0 (S1)
< 0,01 (S1)
< 2 (S1)
S3
< 0,01 (S1)
< 2 (S1)
S3
< 0,01 (S1)
< 2 (S1)
S3
Sub Kelas Kesesuaian Lahan
S2 tc, S3 wa, S3
nr
S2 tc, S3 wa, S2
nr, S2 eh
< 0,01 (S1)
< 2 (S1)
S3
S2 tc, S3 wa, S3
nr, S2 nr, S3 eh,
S2 eh
Unit Kesesuaian Lahan
S2 tc-1, S3 wa-1,
S3 nr-2, S2 nr-4
S2 tc-1, S3 wa-1,
S2 nr-2, S2 nr-4,
S2 eh-1, S2 eh-2
Tekstur
Bahan kasar (%)
Kedalaman efektif tanah (cm)
RETENSI HARA (nr)
KTK liat, cmol
Kejenuhan basa, %
pH H2O
C-Organik, %
TOKSOSITAS (xc)
Salinitas ( m V )
SODOSITAS (xn)
Alkalinitas (ESP) %
BAHAYA EROSI (eh) :
Lereng (%)
Bahaya erosi
Bahaya Banjir
Genangan
PENYIAPAN LAHAN (lp)
Batuan di permukaan, (%)
Singkapan batuan, (%)
Kelas kesesuaian lahan
Sumber : Data Primer Tahun 2012
Keteranagan :
S1
: sangat sesuai
S2
: cukup sesuai
S3
: sesuai marginal
N
: tidak sesuai
S2 tc-1, S3 wa-1,
S3 nr-2, S2 nr-4,
S3 eh-1, S2 eh-2
S3 wa, S3 nr, S2
eh
S3 wa-1, S3 nr-2
S2 eh-1, S2 eh-2
S3 wa : kelas sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersedian air
S3 nr : kelassesuai marginaldengan faktor pembatas retens hara
S2 nr : kelas cukup sesuai dengan faktor pembatas retensi hara
S3 eh : kelas sesuai marginal dengan faktor pembatas bahaya erosi
S2 eh : kelas cuku marginal dengan faktor pembatas bahaya erosi
S3 wa-1 : kelas sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersediaan air untuk curah hujan
S3 nr-2 : kelas sesuai marginal denga faktor pembatas retensi bara untuk kejenuhan basa
S2 nr-2 : kelas cukup marginal denga faktor pembatas retensi hara untuk kejenuhan basa
S2 nr-4 : kelas cukup marginal denga faktor pembatas retensi hara untuk C-organik
S3 neh-1 : kelas sesuai marginal denga faktor pembatas bahaya erosi untuk lereng
S2 eh-1 : kelas cukup marginal denga faktor pembatas bahaya erosi
S2 eh-2 : kelas sesuai marginal denga faktor pembatas bahaya erosi untuk bahaya erosi
Data Temperatur rerata dan Curah hujan merupakan data sekunder yang di
dapat dari BMKG Karangploso dan Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung. Uji
laboratorium tanah dari sampel tanah yang diambil dari lahan penelitian
menghasilkan data tekstur, bahan kasar, KTK liat, kejenuhan basa, pH H2O, COrganik, salinitas, dan alkanitas. Data yang didapat dari pengamatan dan
pengukuran dilapangan adalah drainase, bahan kasar, lereng, bahaya erosi,
bantuan permukaan dan singkapan batuan, sedangkan wawancara dilakukan untuk
mengetahui data genangan.
Penelitian dilapangan tentunya memerlukan landasan landasan teori dalam
menentukan kriteria yang di perlukan pada setiap variabel.seperti pada kelas
drainase tanah, bahaya erosi dan genangan. Untuk mengetahui ketersediaan
oksigen dalam tanah dapat dilakukan pengamatan secara langsung dilapangan
dengan berpedoman pada Tabel 1.2 kriteria kelas drainase tanah. Pedoman
pengamatan dan pengukuran dilapangan untuk mengukur tingkat bahaya erosi
disajikan dalam Tabel 1.3 klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE), sedangkan
untuk bahaya erosi kelas bahaya erosinya dapat dilihat pada tabel 1.4 kelas bahaya
erosi.
Tabel 1.2 Karakteristik Kelas Drainase Tanah
No. Kelas Drainase
Uraian
Cepat
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi
1
(excessively
dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk
drained)
tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu
tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium
serta warna gley (reduksi).
Agak cepat
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air
2
(somewhat
rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau
excessively
tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah
drained)
berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta
warna gley (reduksi).
Baik (well
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air
3
drained)
sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah
demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan
besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai
100 cm.
Agak baik
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah
4
(moderately well dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah
drained)
demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan
besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai
50 cm.
Agak terhambat
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya
5
(somewhat
menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke
poorly drained)
permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian
kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu
tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau
mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 25 cm.
Terhambat
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air
6
(poorly drained)
rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup
lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah
dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau
karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.
Sangat terhambat Tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan
7
(very poorly
air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk
drained)
waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok
untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat
diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi)
permanen sampai pada lapisan permukaan.
Sumber: Ritung (2007)
Tabel 1.3. klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Jumlah Tanah Permukaan yang
No.
Tingkat Bahaya Erosi
Hilang (cm/tahun)
1
Sangat ringan (sr)
<0,15
2
Ringan (r)
0,15-0,9
3
Sedang (s)
0,9-1,8
4
Berat
1,8-4,8
5
Sangat berat
>4,8
Sumber: Djaenudin (2003:10)
Tabel 1.4 Kelas Bahaya Banjir
Gambar 1.1 Peta Kelas Kesesuaian Lahan Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung
PEMBAHASAN
Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman brokoli di Kecamatan sendang
berbeda-beda. Secara umum kelas kesesuaian lahan yang dimiliki yaitu mulai dari
kelas sangat sesuai (S1) sampai kelas sesuai marginal (S3). Kelas kesesuaian
lahan yang dibahas hanya pada satuan lahan yang memiliki batasan atau hambatan
untuk kesesuaian tanaman brokoli yaitu variabel yang memiliki kelas kesesuaian
lahan cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Penjelasan secara rinci sebagai
berikut:
1. Kelas Sesuai Marginal (S3)
Satuan lahan Si.2-8.D, St.8-15.A, St.25-40.C dan St.15-25.B memiliki
batas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) pada variabel curah hujan. Curah
hujan Kecamatan Sendang 2806,54 mm/th sedangkan curah hujan yang tepat
untuk tanaman brokoli adalah 350-800 mm/th. Kelas kesesuaian lahan faktor
pembatas curah hujan dari kelas sesuai marginal (S3) dapat ditingkatkan ke dalam
kelas cukup sesuai (S2) dengan perbaikan drainase. Perbaikan drainase dapat
dilakukan dengan cara pemberian seluruh air. Pemberian seluruh air ini bertujuan
untuk mencegah adanya genangan air di tanah dan mengalirkan air pada aliran
pembuangan. Saluran air dapat meggunakan bedeng atau pipa yang dibangun
sesuai arah kemiringan.
Selain curah hujan masih ada batasan yang lain yaitu retensi hara. Satuan
lahan Si.2-8.D, St.25-40.C dan St.15-25.B memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai
marginal (S3) untuk kejenuhan kerena kejenuhan basanya terlalu rendah untuk
tanaman brokoli, sehingga memungkinkan tanaman akan teracuni karena
kandungan kation asam terlalu banyak. Kejenuhan basa satuan lahan Si.2-8.D,
St.25-40.C dan St.15-25.B secara berurutan yaitu 31%, 29% dan 27% sedangkan
kejenuhan basa yang tepat untuk tanaman brokoli adalah >50%. Oleh karena itu
perlu dilakukan tindakan pengapuran guna meningkatkan nilai kejenuhan basa.
Kapur karbonat atau kalsit (CaCO3) akan menghasilkan kation basa (Ca) sehingga
kejenuhan basa akan meningkat. kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3)
dapat ditingkatkan menjadi kelas cukup sesuai (S2) dengan meningkatkan 10%
kejenuhan basa. Penambahan kapur yang dibutuhkan untuk tambahan 10%
kejenuhan basa adalah 1ton CaCO3 ha-1 dengan asumsi tanah 2000 ton per hektar.
Satuan lahan St.25-40.C memiliki kemiringan lereng yang curam yaitu
25% sehingga satuan lahan St.25-40.C masuk dalam kelas sesuai marginal (S3).
Perlu dicatat disini bahwa pemilian lahan untuk satuan lahan yang berkemiringan
sangat curam seperti 25% sebenarnya kurang tepat, dikarenakan lahan yang
berlereng curam tidak tepat untuk tanaman brokoli. cara untuk meningkatkan
kelas kesesuaian lahan dengan batasan kemiringan lereng yaitu dengan pembuatan
teraserring. Pembuatan teraserring dapat dibarengi dengan pembangunan saluran
pembuangan air dan penanaman pohon pupuk hijau agar potensi erosi semakin
kecil.
2. Kelas Cukup Sesuai (S2)
Satuan lahan Si.2-8.D, St.8-15.A, dan St.25-40.C memiliki kelas
kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dengan batasan temperatur. Temperatur yang
dimiliki ketiga satuan lahan terlalu tinggi untuk tamanan brokoli. Satuan lahan
Si.2-8.D, St.8-15.A, dan St.25-40.C secara berurutan memiliki temperatur 26,73
0
C, 26,35 0C, dan 25,49 0C. Hubungan antara temperatur udara dan pertumbuhan
tanaman sangat kompleks, namun pada umumnya memengaruhi kinerja enzim
tanaman dan aktivitas air (wikipedia.org). Kelas kesesuaian lahan dengan batasan
temperatur sangat sulit dilakukan, jika bisa akan memerlukan biaya yang sangat
tinggi. Salah satu cara untuk menurunkan temperatur yaitu dengan menggunakan
sistem rumah kaca. Sistem rumah kaca yang digunakan menggunakan atap yang
berwarna gelap atau jangan transparan dan diberi ventilasi udara. Tujuan dari
penggunaan atap yang gelap dan ventilasi udara adalah pengurangan sinar
matahari dan sirkulasi udara, dimana sinar matahari yang berkurang sehingga
suhu dalam ruangan tidak terlalu tinggi dan ventilasi membantu sirkulasi udara
dalam ruang agar suhu turun. Akan tetapi pembangunan sistem rumah kaca akan
memerlukan biaya yang sangat tinggi dan tidak sesuai dengan outputnya sehingga
untuk kasus ini pembangunan sistem rumah kaca tidak dianjurkan.
Kejenuhan basa pada satuan lahan St.8-15.A terlalu rendah yaitu 35%
sehingga termasuk dalam kelas cukup sesuaia (S3). kelas kesesuaian lahan cukup
sesuai (S2) dapat ditingkatkan menjadi kelas sangat sesuai (S1) dengan
penambahan 20% kejenuhan bahan basa. Penabahan kapur yang dibutuhkan untuk
tambahan 20% kejenuhan basa adalah 2 ton CaCO3 ha-1 dengan asumsi tanah 2000
ton per hektar.
Satuan lahan Si.2-8.D, St.8-15.A, dan St.25-40.C memiliki kelas
kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dengan batasan C-organik karena kandungan
C-organik dalam tanah terlalu rendah. Secara berurutan satuan lahan Si.2-8.D,
St.8-15.A, dan St.25-40.C memiliki kandungan C-organik 0,55%, 0,48%, dan
0,66%. Nilai C-organik menunjukan kandungan bahan organik dalam tanah.
Bahan organik berperan menyediakan sumber makanan bagi hewan dan
mikroorganisme di dalam tanah.kandunagn Nilai C-organik dapat ditingkatkan
dengan penambahan bahan organik seperti pupuk hijau, kompos atau pupuk
kandang.
Tanaman pupuk hijau merupakan tanaman sela yang berada di antara
tanaman pokok dilahan perkebunan, umumnya dari family leguminosa
(pepohonan) (Hanafiah, 2005). Keuntungan dari tanaman pupuk hijau ini adalah
adanya simbiosis mutualistiknya dengan bakteri pengikat nitrogen bebas.
Pemberian bahan organik juga dapat dilakukan melalui pupuk kompos dan pupuk
kandang. Pupuk kandang berasal dari hasil pengolahan sisa-sisa tanaman yang
mengandung banyak mikroorganisme. Sementara pupuk kandang berasal dari
hasil pengolahan kotoran hewan.
Nilai C-organik dapat ditingkatkan dari kelas cukup sesuai (S2) menjadi
kelas sangat sesuai (S1) dengan cara pemberian pupuk kandang sebanyak
20ton/ha dari kotoran ayam. Berdasarkan penelitian Hanafiah bahwa pupuk
kandang dari kotoran ayam 20 ton / ha setelah 8 minggu dapat meningkatkan nilai
C-organik 0,43% (Hanafiah, 2005). Jika nilai C-organik ditambahkan 0,43% maka
nilai C-organik akan >0,80 sehingga kelas kesesuaian lahan untuk C-organik
menjadi kelas sangat sesuai (S1).
satuan lahan St.8-15.A dan St.15-25.B memiliki kemiringan lereng 14%
dan 16% sehingga dimasukkan kedalam kelas cukup sesuai (S2). Besar erosi pada
satuan lahan St.8-15.A , St.25-40.C dan St.15-25.B adalah sama yaitu termasuk
sedang (S2). Kemiringan lereng dan potensi bahya erosi sangat erat hubungannya,
dimana semakin besar kemiringan lereng maka semakin besar pula potensi
erosinya.
Lahan dengan kemiringan lereng yang terlalu curam menyebabkan proses
erosi juga akan semakin besar sehingga dapat mengikis akar tanaman yang
mengakibatkan pohon tumbang. Namun, kemiringan lereng dapat diatasi dengan
membuat teras. Tujuan utama dari pembuatan teras adalah untuk mengurangi
panjang lereng, sehingga dapat memperkecil aliran permukaan. Pembuatan teras
juga memberi kesempatan air untuk meresap kedalam tanah (infiltrasi).
Pembuatan teraserring atau teras bangku dapat dibarengi dengan pembangunan
saluran pembuangan air dan penanaman pohon pupuk hijau agar potensi erosi
semakin kecil. Dengan demikian batasan bahaya erosi dapat ditingkatkan dari
kelas cukup sesuai (S2) menjadi sangat sesuai (S1).
PENUTUP
1.
Kesimpilan
Satuan lahan Si.2-8.D memiliki sub kelas kesesuaian lahan S2 tc, S3 wa,
S3 nr yang berarti satuan lahan ini memiliki batasan pada temperatur (kelas
kesesuaian lahan cukup sesuai (S2)), ketersediaan air (kelas sesuai marginal (S3))
dan retensi hara (kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3)).Satuan lahan St.815.A memiliki sub kelas kesesuaian lahan S2 tc, S3 wa, S2 nr, S2 eh yang berarti
satuan lahan ini memiliki batasan pada temperatur (kelas kesesuaian lahan cukup
sesuai (S2)), ketersediaan air (kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3)),
retensi hara (kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2)) dan bahaya erosi (kelas
kesesuaian lahan cukup sesuai (S2)). Satuan lahan St.25-40.C memiliki sub kelas
kesesuaian lahan S2 tc, S3 wa, S3 nr, S2 nr, S3 eh, S2 eh yang berarti satuan lahan
ini memiliki batasan untuk budidaya tanaman brokoli pada temperatur (kelas
kesesuaian lahan cukup sesuai (S2)), ketersediaan air (kelas kesesuaian lahan
sesuai marginal (S3)), retensi hara (kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3)
dan cukup sesuai (S2)) dan bahaya erosi (kelas kesesuaian lahan sesuai marginal
(S3) dan cukup sesuai (S2)). Satuan lahan St.15-25.B memiliki sub kelas
kesesuaian lahan S3 wa, S3 nr, S2 eh yang berarti satuan lahan ini memiliki
batasan untuk budidaya tanaman brokoli pada ketersediaan air (kelas kesesuaian
lahan sesuai marginal (S3)), retensi hara (kelas kesesuaian lahan sesuai marginal
(S3)) dan bahaya erosi (kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2)).
2.
Saran
Satuan lahan di daerah penelitian akan sesuai untuk tanaman brokoli
dengan mengurangi pengaruh faktor pembatas, sehingga perlu adanya usaha
perbaikan pada faktor-faktor pembatas tersebut. Lahan untuk tanaman brokoli
sebaiknya diberikan saluran drainase dan tanaman peneduh untuk mengurangi
pengaruh curah hujan yang tinggi. Nilai kejenuhan basa yang rendah dapat
ditingkatkan dengan pengapuran. Kandungan C-organik yang kecil dapat
dilakukan penambahan bahan organik melalui pupuk hijau , kompos dan pupuk
kandang. Kemiringan lereng yang curam dapat diatasi dengan pembuatan teras
atau penanaman tanaman penyangga.
DAFTAR RUJUKAN
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian
(BBSDLP). 2009. Kriteria Kesesuaian Lahan, Brokoli (Brassica
oleracea var italica). (Online),
(http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/kriteria/brokoli), diakses 14 Juni 2012.
Djaenuddin, Marwan H., H. Subagyo., Mulyani, Anny., Suharto. 2000. Kriteria
Kesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Jakarta: Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pembangunan.
Hanafiah, Kemas Ali. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press
id.wikipedia.org. 2012. Lingkungan Dan Bangunan Pertanian. (Online),
http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_dan_bangunan_pertanian),
diakses 14 Juni 2012.
Ritung, Sofyan. Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi
Kesesuaian Lahan. Bogor: Balai Penelitian Tanah Dan World
Agroforestry Centre
Sitorus, Santun R.P.1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.
Download