9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan atau bisa disebut dengan periode antepartum adalah periode
kehamilan yang di hitung sejak hari pertama haid terahir (HPHT) hingga
dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode antepartum.
Sebaliknya, periode prenatal adalah kurun waktu terhitung sejak hari
pertama haid terahir hingga kelahiran bayi yang menandai awal periode
pasca natal (Varney, dkk. 2006; h. 492).
Menurut
Federasi
Obstetri
Ginekologi
Internasional,
kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi. Kehamilan normal akan berlangsun
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional (Prawirohardjo,2010;h.213).
Kehamilan adalah berkembangnya hasil konsespsi yang dihitung dari
hari pertama haid terakhir sampai berahirnya kehamilan selama 40
minggu atau lebih.
b. Proses Terjadinya Kehamilan
Menurut Sukarni dan Elizabeth (2013) menyatakan bahwa Kehamilan
adalah peristiwa yang melewati beberapa tahapan seperti
c. Pembuahan / fertilisasi
Adalah bertemunya sel telur
/ ovum wanita dengan sel benih /
spermatozoa pria.
d. Pembelahan sel (zigot)
Adalah hasil dari pembuahan tersebut.
e. Nidasi / implantasi
Adalah menempelnyazigot tersebut pada dinding saluran reproduksi
(pada keadaan normal: implantasi pada lapisan endometrium dinding
kavum uteri)
f. Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal
individu baru.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
10
g. Pembagian Kehamilan
Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester, yang masing masing
terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender.
Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan
bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang leih 280 hari, 40 minggu, 10
bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT). Pada kenyataannya,
kehamilan tidak selama itu. Pembuahan terjadi ketika terjadi ovulasi,
kurang lebih 14 hari setelah haid terakhir (dengan perkiraan siklus 28
hari). Hal ini membuat kehamilan berlangsung selama kurang lebih 266
hari atau 38 minggu.
Dengan penambahan 14 hari,
kehamilan menjadi 280 hari,
praktiknya,
trimester
maka lama
bila dihitung dari haid terakhir. Pada
pertama
secara
umum
dipertimbangkan
berlangsung pada minggu pertama hingga ke -12 (12 minggu), trimester
kedua pada minggu ke-13 hingga ke-27 (15 minggu), dan trimester 3
pada minggu ke-28 hingga ke-40 (13 minggu) (Varney, dkk. 2006; h.
492).
1) Trimester pertama
Menurut Sukarni dan Elizabeth (2013; h. 18). Trimester pertama
sejak kehamila 0 minggu sampai 12 minggu, merupakan hal penting
bagi pertumbuhan fisik janin dan masa ini disebut dengan masa
germinal. Karakteristik masa ini adalah pembelahan sel. Sejak
pembuahan atau vertilisasi ovum oleh sperma, zigot yang terbentuk
membelah diri sampai fase morulablastula. Menjelang akhir minggu
pertama terjadi implantasi di endometrium kavum uteri. Pada minggu
kedua terjadi diferesiensi massa seluler embrio menjadi dua lapis
(stadium bilaminer). Kedua lapisan itu ialah lempeng epiblas (akan
menjadi endokterm). Akhir stadium bilaminer ditandai munculnya alur
primitif /sederhana. Pada minggu ketiga ini terjadi pembentukan tiga
lapis, dan embrio ini terletak pada stadium tiga lapis. Selanjutnya
pada minggu ketiga atau awal minggu ke-4 mulai terbentuk ruas ruas
badan, sampai minggu ke 8-12 pertumbuhan dan diferensiasi somit
terjadi begitu cepat. Beberapa organ melanjutkan pembentukan
awalnya sampai akhir minggu ke-2.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
11
2) Trimester dua
Trimester kedua ini dimulai pada minggu ke 12-28,
karakteristik
utama
ini
perkembangan
intrauterine
pada
trimester
adalah
penyempurnaan struktur program umum dan mulai berfungsinya
berbagai sistem organ. Sistem sirkulasi janin mulai menunjukkan
adanya aktifitas denyut jantung dan aliran darah, dengan alat
ekokardiografi detak jantung dapat ditemukan pada minggu ke-12,
dengan linek dapat didengar setelah 20 minggu (Sukarni dan
Elizabeth, 2013; h. 82).
Menurut Sukarni dan Elizabeth (2013) h.83 bahwa terdapat beberapa
perubahan yang terjadi selama TM 2 ini seperti :
a) Sistem respirasi
Pada sistem respirasi janin mulai menunjukan gerak pernafasan
sejak usia 18 minggu. Perkembangan system alveoli paru sendiri
baru sempurna pada usia 24-26 minggu. Surfaktan mulai di
produksi sejak minggu ke-20, tetapi jumlah dan konsistensinya
sangat minimal dan baru adekuat untuk survival ekstrauterine
pada akhir trimester ketiga. Aliran keluar masuk yang terjad pada
pernafasan janin dalam intrauterine adalah amnion, bukan udara.
Seluruh struktur saluiran nafas janin sampai alveolus terendam
dalam cairan amnion tersebut.
b) Sistem gastrointestinal
Janin mulai menunjukan aktifitas gerak menelan sejak usia gestasi
14 minggu. Gerakan aktif menghisap tampak pada 26 -28 minggu.
Cairan empedu mulai diproduksi sejak akhir trimester pertama,
diikuti dengan saluran enzim pencernaan lainnya. Mekonium
terjadi pada usia 16 minggu. Mekonium berasal dari sel-sel
saluran dinding saluran cerna yang mengalami deskuamasidan
rontok, Cairan enzim yang di sekresi sepanjang saluran cerna,
mulai dari saliva sampai enzim enzim pencernaan dan cairan
amnion yang diminum oleh janin yang mengandung lanugo, dan
sel sel dari kulit janin yang rontok.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
12
c) Sistem saraf
Pada trimester ini janin sudah mulai bergerak, namun karena pada
usia ini janin masih kecil sehingga belum bisa dirasakan oleh
Ibunya dan dapat dirasakan jika usianya sudah 13-14 minggu.
Secara psikis pada usia ini terdapat hubungan emosionaldengan
tingkat aktifitas janin seperti marah dan gembira.
(1) Sistem saraf sensorik khusus /indra
Pada fase ini mengalami pertumbuhan beberpa saraf indra
seperti mata, telinga, hidung, lidah.
(2) Sistem urinarius
Pada fase ini glomelurus ginjal mulai terbentuk sejak usia 8
minggu, namun ginjal belum sepenuhnya berfungsi, baik
system filtrasi maupun eksresi,
karena vaskularisasi juga
masih relative sedikit.
(3) Sistem endokrin
Pada usia ini hormone plasenta mulai di distribusikan dan
kelenjar
reproduksi
pria
(testis)
dapat
menghasilkan
testosterone dan androstenedion, namun pada wanita (ovum)
tidak
ditemukan
sekresi
estrogen
dan
progesterone,
kemungkinan karena belum terjadi pematangan teka dan
granulose folikel lebih lanjut (sukarni dan Elizabeth, 2013; h.
83).
3) Trimester ketiga
TM 3 ini dimulai pada minggu ke28-38/42.
perkembangan
intrauterine
pada
Karakteristik utama
trimester
ketiga
adalah
penyempurnaan struktur organ khusus /detail dan penyempurnaan
fungsi berbagai sistem organ ( Sukarni dan Elizabeth 2013; h. 86).
h. Perubahan Pada Ibu Hamil
1) Perubahan fisiologis
Selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimia
yang mencolok. Banyak perubahan ini dimulai segera setelah
pembuahan dan berlanjut selama kehamilan dan sebagian besar
terjadi pada respons terhadap rangsangan fisiologis yang di timbulkan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
13
oleh janin dan plasenta. Berikut terdapat beberapa perubahan yang
terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilannya :
2) Saluran Reproduksi
(a) Uterus
Menurut Varney, dkk (2006) h.112 menyatakan bahwa, selam
kehamilan uterus berubah menjadi organ muscular dengan dinding
relative tipis yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan
amnion. Volume total isi uterus pada aterm adalah sekitar 5 L
meskipun dapat juga mencapai 20 L atau lebih. Pada ahir
kehamilan uterus mencapai kapasitas 500 sampai 1000 kali lebih
besar daripada keeadaan tak hamil. Peningkatan berat uterus juga
setara sehingga pada aterm organ ini memiliki berat sekitar 1100
g.
Selama hamil, pembesaran uterus terjadi akibat peregangan
hipertrofi mencolok sel sel otot, sementara produksi miosit baru
terbatas. Peningkatan ukuran sel otot ini diiringi oleh akumulasi
jaringan
fibrosa,
terutama
dilapisan
otot
eksternal,
dan
peningkatan bermakna jaringan elastic. Anyaman yang terbentuk
ikut memperkuat dinding uterus.
Meskipun mengalami penebalan yang lebih bermakna selama
beberapa bulan pertama kehamilan, dinding korpus sebenarnya
menipis seiring dengan kemajuan gestasi. Pada aterm, ketebalan
dinding ini hanya 1 atau 2 cm atau kurang. Pada bulan bulan
terahir, uterus berubah menjadi suatu kantung berotot dengan
dinding yang tipis , lunak, dan lentur sehingga janin dapat teraba
dari luar.
Menurut Sukarni dan Elizabeth (2013; h. 66). Perubahan pada
uterus bisa terjadi karena hormone estrogen dan progesterone.
Hormon
estrogen
menyebabkan
hiperplapsi
jaringan,
progesterone berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi uterus :
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
Gambar 2. 1 : TFU menurut umur kehamilan (Kemenkes, 2013).
(b) Serviks
Pada 1 bulan setelah konsepsi serviks sudah mulai mengalami
perlunakan dan sianosis mencolok. Peningkatan peningkatan ini
terjadi karena peningkatan vaskularitas dan edema servik
keseluruhan, disertai oleh hipertrofi dan hiperplasi kelenjar servik.
Sel mukosa endoserviks menghasilkan suatu mucus lengket
dalam jumlah besar yang menyumbat kanalis servivis uteri segera
setelah konsepsi. Mukus ini kaya akan imunoglobulindan sitokin
serta berfungsi sebagai sawar imunologis untuk melindungi isi
uterus terhadap infeksi dari vagina. Selain itu konsistensi mucus
servik berubah selama kehamilan, pada sebagian besar wanita
hamil, jika mucus servik di sebarkan dan di keringkan dengan kaca
objek akan terjadi kristalisasi atau beading akibat adanya
progesterone (Cuningham, 2012; h. 114).
(c) Vagina dan Perinium
Selama kehamilan, terjadinya peningkatan vaskularitas dan
hyperemia
dikulit
dan
otot
perineum
serta
vulva
disertai
perlunakan jaringan ikat dibawahnya. Meningkatnya vaskularitas
mempengaruhi vagina dan menyebabkan warnanya menjadi
keunguan
(tanda
Chadwick).
Dinding
vagina
mengalami
perubahan mencolok sebagai persiapan untuk meregang sewaktu
persalinan. Perubahan perubahan ini mencakup peningkatan
bermakna ketebalan mukosa, melonggarnya jaringan ikat, dan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
hipertofi sel otot polos. Papila epitel vagina mengalami hipertrofi
sehingga terbentuk gambaran berpaku paku hus (Cuningham,
2012; h. 116).
Sedangkan menurut Sukarni dan Elizabeth (2013).
Bahwa
perubahan pada vulva dan vagina atau servik adalah terjadinya
hipervaskularisasi akibat pengaruh dari hormone estrogen dan
progesterone sehingga warna servik menjadi merah kebiruan.
(d) Kulit
Hiperpigmentasi adalah garis tengah yang ada pada kulit
abdomen sehingga warnanya menjadi hitam kecoklatan ireguler
dengan berbagai ukuran di wajah dan leher, menimbulkan
kloasma atau melasma gravidarum, perubahan pigmentasi ini
biasanya hilang setelah melahirkan (Cuningham, 2012; h :116)
(e) Payudara
Pada awal kehamilan wanita sering merasakan parestesia dan
nyeri payudara. Setelah bulan kedua payudara membesar dan
memperlihatkan vena vena hus di bawah kulit. Puting menjadi
lebih besar,
berwarna lebih gelap dan lebih tegak. Perubahan
besar yang terjadi pada payudara tidak berkaitan dengan air susu
yang dilahirkan. (Cuningham, 2012; h.116)
(f) Perubahan metabolic
Wanita hamil biasanya pertumbuhan yang paling menonjol adalah
berat badan hal tersebut menurut Cuningham (2012;h.177) adalah
disebabkan adanya penambahan berat pada uterus dan isinya,
payudara, dan peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel
exstravaskuler.
(g) Perubahan hematologis
(1) Volume darah
Setelah 32 atau 34 minggu kehamilan, hipervolemia yang telah
diketahui besarnya rerata adalah 40 sampai 45 persendiatas
volume darah orang tak hamil. Hipervolemia imbas kehamilan
ini memiliki fungsi penting :
(i) Memenuhi kebutuhan metabolic uterus yang membesar
dengan system vaskuler yang mengalami hipertrofi hebat.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
(ii) Menyebabkan nutrient dan elemen secara berlimpah untuk
menunjang pertumbuhan pesat plasenta dan janin.
(iii) Melindungi ibu dan janin terhadap efek buruk gangguan
aliran balik vena pada posisi terlentang dan berdiri
(iv) Melindungi ibu terhadap efek buruk kehilangan darah
selama proses kehamilan.
Volume darah ibu akan mulai meningkat selama
trimester pertama.
Pada minggu ke-12 volume plasma
bertambah sebesar 15 persen dibandingkan dengan keadaan
sebelum hamil (Cuningham,2012; h. 120).
(2) Sistem kardiovaskuler
Menurut Varney(2006;h.498) bahwa perubahanhemodinamik
memudahkan system kardiovaskuiler pada ibu memenuhi
kebutuhan
janin
sambil
mempertahankan
status
kardiovaskulernya sendiri. Perubahan perubahan ini di sebabkan
oleh peningkatan kadar estrogen dan progesterone serta
prostaglandin, dan perubahan ini akan kembali normal setelah
kehamilan berakhir.
Volume darah total ibu akan meningkat sekitar 30 hingga 50 %
pada kehamilan tunggal dan 50% pada kehamilan kembar.
Volume darah total merupakan kombinasi volume plasma yang
meningkat 75% dan volume sel darah merah yang juga
meningkat
33%
dari
nilai
sebelum
hamil.
Semua
ini
menyebabkan hemodilusi, yang terlihat pada hematokrit rendah,
yang dikenal dengan anemia fisiologis pada kehamilan dan
sering terjadi pada usia kehamilan 24 hingga 32 minggu.
Peningkatan volume darah total dimulai pada awal trimester
pertama, yang kemudian meningkat pesat hingga pertengahan
kehamilan dan kemudian melambat hingga menjelang minggu
ke-32. Setelah itu voluime darah kembali stabil meski masa
eritrosit tetap meningkat (Varney, 2006; h. 498).
(3) Sistem Kemih
Menurut Sukarni dkk(2013;h.70). Perubahan yang terjadi pada
Ibu hamil yaitu tentang ketidaknyamanan seperti sering kencing
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
hal tersebut karna disebabkan oleh uterus yang membesar,
tonus otot otot saluran kemih menurun akibat pengaruh estrogen
dan progesterone. Kencing lebih sering (polinuria), laju filtrasi
meningkat sampai 60%-150%. Dinding saluran kemih dapat
tertekan oleh pembesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan
mungkin hidronefrosis sementara.
Kadar kreatinin,
urea dan
asam urat dalam darah mungkin menurun, namun hal ini
dianggap normal.
(4) Saluran pencernaan
Perubahan ini juga menjadi salah satu ketidaknyamanan pada
ibu
hamil
yaitu
hormone
estrogen
yang
menyebabkan
peningkatan aliran darah kemulut sehingga gusi menjadi rapuh
dan dapat menimbulkan gingivitis. Hal ini juga dapat mendorong
ibu untuk memperhatikan perawatan gigi dan mulut, berarti
bukan karna akan kehilangan kalsium yang dialirkan ke janin.
Janin memperoleh kalsium dari cadangan kalsium didalam tubuh
ibu,
bukan dari gigi ibu . Saliva menjadi lebih asam,
tetapi
jumlahnya tidak meningkat (Varney,2006; h. 501).
3) Perubahan psikis
Selain dari perubahan fisik yang terjadi, ibu hamil juga dapat
mengalami perubahan psikis, yaitu pada sikap penerimaan ibu
terhadap keadaan hamilnya, hal tersebut juga sangat mempengaruhi
kesehatan dan keadaan umum ibu serta keadaan janin dalam
kandungannya. Umumnya kehamilan yang diinginkan akan disambut
dengan gembira, diiringi dengan pola makan yang baik, perawatan
tubuh dan upaya memeriksakan diri secraa teratur dengan baik.
Kadang
timbul gejala yang lazim disebut dengan ngidam, yaitu
keinginnan terhadap hal hal tertentu yang tidak seperti biasanya
(misalnya jenis makananan tertentu, tapi mungkin juga hal hal lain).
Tetapi kehamilan yang tidak diinginkan keungkinan akan disambut
dengan sikap yang tidak mendukung, nafsu makan menurun, tidak
mau memeriksakan diri secara teratur,
bahkan ibu sampai
melakukan usaha usaha untuk menggugurkan kandungannya, hal
tersubut apabila sampai terjadi maka akan mempengaruhi kesehatan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
ibu dan janinnya di dalam kandungan. Maka dari itu perubahan psikis
yang terjadi harus diperhatikan dan dikondisikan dengan baik, supaya
tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah
(Sukarni dan
Elizabeth,2013; h. 70).
a) Pembagian Fase selama Kehamilan
(1) Fase Penyesuaian
Pada Fase ini merupakan fase penyesuaian bahwa ia sedang
mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti
semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling
penting. Fokus kehamilan di trimester pertama ini adalah pada
dirinya
sendiri
kehamilan.
sehingga
Beberapa
timbul
wanita
ambivalensi
yang
mengenai
merencanakan
kehamilannya akan melanjutkan kehamilannya dengan suka
cita, dan berat badan pada trimester ini juga sangat bermakna
karna untuk pertumbuhan janinnya dan sebagai bukti bahwa
wanita tersebut sedang mengandung. Hasrat seksual pada
trimester
ini sangat
bervariasi,
mengalami hal tersebut,
meski
beberapa
wanita
namun secara umum trimester
pertama ini merupakan waktu terjadinya penurunan libido da
fase ini terjadi pada trimester pertama (varney,2016;h. 501).
(2) Fase Kesehatan
Pada fase ini dikenal dengan fase periode kesehatan yang
baik, yakni bahwa periode ketika ibu hamil merasa nyaman
dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami
pada saat hamil. Fase ini juga dibagi menjadi dua yaitu fase
pra quickening dan pasca quickening. Fase quickening
menunjukan menunjukan adanya kehidupan yang terpisah,
yang menjadi dorongan bagi wanita yang menjadi tugas
psikologis utamanya pada hamilan ini, yakni mengembangkan
identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari
ibunya Dan pada fase ini terjadi pada trimester kedua
(Varney,2006;h. 502).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
(3) Fase Penantian
Pada fase ini terjadi pada trimester ketiga, periode ini terjadi
dengan penuh kewaspadaan.
Pada fase ini ibu mulai
menyadari kehadiran bayinya sebagai makhluk yang terpisah
sehingga
ia
tidak
sabar
menantikan
kelahirannya
(Varney,2006;h.503).
4) Tanda dan Gejala Dalam kehamilan
Selain perubahan yang terjadi pada ibu hamil menurut Sukarni dan
Elizabeth (2013), hal yang harus diperhatikan lagi adalah tanda gejala
atau diagnostik dalam kehamilan, seperti
a) Amenorea, atau tidak menstruasi
b) Pembesaran uterus (tampak disertai pembesaran perut atau pada
kehamilan muda dapat diperiksa dengan palpasi)
c) Adanya kontraksi uterus pada palpasi (braxton hicks)
d) Teraba / terasa gerakan janin, dan ballotemen positif
e) Terdengar DJJ dengan dopler atau visual tampak jantung berdenyut
pada imaging (fetal ultrasound echoscopy)
f) Teraba bagian tubuh janin pada palpasi (Leopold) atau tampak
pada imaging (ultrasonografi)
g) Perubahan serviks uterus(Chadwick/hegar sign)
h) Kurva suhu badan meningkat
i) Tes urin positif
j) Perasaan mual dan muntah berulang (morning sickness)
k) Perubahan payudara
l) Polinuria
Apabila ibu merasakan dan ada tanda gejala seperti yang telah
disebutkan diatas dapat terjadi kemungkinan kehamilan, maka dari itu
harus segera di perhatikan hal hal yang harus dihindari untuk menjaga
kehamilannya.
5) Ketidaknyamanan Pada Kehamilan
Menurut
Varney (2016) h.536-541, Ketidaknyamanan umum selama
kehamilan :
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
a) Nausea
Nausea dengan atau tanpa muntah muntah, ditafsirkan keliru sebagai
morning sickness, tetapi paling sering terjadi pada siang atau sore hari
bahkan sepanjang hari. Nausea lebih kerap terjadi pada saat perut
kosong sehingga biasanya lebih parah dari pagi hari. Penyebab orning
sicknes belum diketahui dengan pasti kendati sejumlah ide telah
dikmbngkan. Ide ini mencakup perubahan hormon selama kehamilan,
kadar gula darah yang rendah, lambun yang terlalu penuh, peristaltik
yang lambat dan faktor faktor emosi lainnya.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah nausea adalah :
(1) Makan porsi kecil, sering, bahkan setiap dua jam karena hal ini
lebih mudah dipertahankan dibanding makan porsi bsar 3 kali
sehari
(2) Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat
tidur sebelum beranjak dari tempat tidur.
(3) Jangn
menyikat
gigi
anda
segera
setelah
makan
untuk
menghindari stimulasi refleks gag.
(4) Minumlah minuman yang mengandung karbohidrat.
(5) Hindari makanan yang bearoma kuat atau menyengat
(6) Batasi lemak dalam diet
(7) Istirahat
(8) Gunakan obat obatan apabila sudah tidak bisa ditahan lagi.
b) Ptialisme
Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat disebabkan
oleh peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva
pada wanita yang rentan mengalami sekresi berlebihan. Pada wanita
yag mengalami ptialisme biasanya juga mengalami mual. Kondisi
mereka berlangsung terus menerus dan enjadi suatu siklus karena
bukan saja saliva yang berlebihan ini membuat rasa mual emakin kuat,
tetapi keinginan untuk menghindari nausea juga mengakibatkan pasien
menelan lebih sedikit makanan shingga jumlah saliva didalam tubuh
meningkat.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
c) Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama, namun alasannya belum
diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan disebabkan
karena penurunan drastis laju metabolisme dasar pada awal
kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas. Dugaan lain
adalah bahwa peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan
tidur. Untungnya keletihan merupakan ketidaknyamanan yang tebatas
dan biasanya hilang pada ahir trimester pertama. Keletihsn dapat
meningkatkan intensitas respon psikologis yang dialami wanita pada
saat ini.
d) Nyeri punggung bagian atas
Terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan ukuran payudara,
yang membuat payudara menjadi berart. Hal ini merupakan salah satu
tanda praduga kehamilan.
Pembesarn ini dapat mengakibatkan
tarikan otot jika payudara tidak dikosongkan adekuat.
Metode untuk mengurangi nyeri ini adalah dengan menggunakan bra
yang berukuran sesuai ukuran payudara.
mobilitas payudara,
Dengan mangurangi
bra penyokong yang berukuran tepat juga
mengurangi ketidaknyamanan akibat nyeri tekan pada payudara yang
timbul karena pembesaran payudara.
e) Leukorea
Adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi kental
atau cair yang dimulai pada trimester pertama. Sekresi ini besifat asam
akibat pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina
menjadi asam laktat oleh hasil doderlein. Meski hasil ini berfungsi
melindungi ibu dan janin dari kemungkinan infeksi yang mengancam,
tetapi hasil ini merupakan medium yang dapat mempercepat
pertumbuhan organisme yang bertanggungjawab terhadap terjadinya
vaginitis.
Produktifitas kelenjar serviks dalam menyekresi sejumlah
besar lendir pada saat ini guna membentuk sumbat lendir serviks
ternyata juga dapat mengakiatkan leukorea. Upaya untuk mengatasi
leukorea adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh pada area
tersebut dan mengganti panty berbahan katun dan sering.
Wanita
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
sebaiknya tidak melakukan douch atau menggunakan seprot untuk
menjaga kebersihan area genetalia
f)Peningkatan frekuensi berkemih
Peningkatan frekuensi berkemih sebagai ketidaknyamanan nonpatologis
pada kehamilan sering terjadi pada dua kesempatan yang berbeda
selama periode antepartum. Frekuensi berkemih selama trimester
pertama terjadi akibat peningkat berat pada fundus uterus. Peningkatan
berat pada fundus uterus ini membuat instmus menjadi lunak (hegar),
menyebabkan
anteflesi
pada
uterus
yang
membesar.
Hal
ini
menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Tekanan ini akan
berkurang seiring uterus terus membesar dan keluar dari panggul
sehingga menjadi salah satu organ abdomen,
sementara kandung
kemih tetap merupakan organ panggul. Uterus yang membesar atau
bagian presentasi uterus juga mengambil ruang didalam rongga panggul
sehingga ruang distensi kandung kemih lebih kecil sebelum wanita
tersebut merasa perlu berkemih.
Satu-satunya metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi
berkemih ini adalah menjelaskan hal tersebut mengapa terjadi dan
mengurangi asupan caira sebelum tidur malam sehingga wanita tidak
bolak-balik berkemih.
g) Nyeri uluh hati
Hal tersebut mulai timbul menjelang akhir trimester kedua dan
bertahan hingga trimester ketiga. Penyebab nyeri uluh hati:
(1) Relaksiasi svingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang
ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron
(2) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi
otot hus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah
progeteron dan tekanan uterus
(3) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan
tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar.
Cara untuk mengurangi nyeri uluh hati adalah.
(1) Makan dalam porsi kecil tapi sering untuk menghindari lambung
terlalu penuh
(2) Pertahankan postur tubuh yang baik
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
(3) Hindari makanan berlemak
(4) Hindari minum bersama dengan makan karena cairan cenderung
menghambat asam lambung
(5) Hindari makanan dingin, pedas, atau yang dapat menyebabkan
gangguan pencernaan
h) Konstipasi
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat memiliki
masalah ini pada trimester kedua atau ketiga.
Konstipasi diduga
terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksasi otot
polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron.
Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran uterus atau
bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada saluran
saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi.
Cara untuk menghindar konstipasi adalah.
(1) Asupan cairan yang adekuat
(2) Konsumsi buah dan makanan yang seimbang
(3) Makanan seimbang serta berserat
6) Memberikan Suplemen dan Pencegahan Penyakit
Menurut Mogni dan Ocviyanti (2013) h. 28-30 bahwa, pada wanita hamil
harus di berikan :
a) Beri ibu 60 mg zat besi elemental segera setelah mual/muntah
berkurang, dan 400 μg asam folat 1x/hari sesegera mungkin selama
kehamilan. 60 mg besi elemental setara 320 mg sulfas ferosus. Efek
samping yang umum dari zat besi adalah gangguan saluran cerna
(mual, muntah, diare, konstipasi). Tablet zat besi sebaiknya tidak
diminum bersama dengan teh atau kopi karena mengganggu
penyerapan.
b) Jika memungkinkan, idealnya asam folat sudah mulai diberikan sejak
2 bulan sebelum hamil (saat perencanaan kehamilan).
c) Di area dengan asupan kalsium rendah, suplementasi kalsium 1, 5-2
g/ hari dianjurkan untuk pencegahan preeklampsia bagi semua ibu
hamil, terutama yang memiliki risiko tinggi (riwayat preeklampsia di
kehamilan sebelumnya, diabetes, hipertensi kronik, penyakit ginjal,
penyakit autoimun, atau kehamilan ganda)
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
d) Pemberian 75 mg aspirin tiap hari dianjurkan untuk pencegahan
preeklampsia bagi ibu dengan risiko tinggi, dimulai dari usia
kehamilan 20 minggu
e) Beri ibu vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasinya.
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus
didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan
status) imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama
hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang
waktu) maksimal, hanya terdapat interval minimal antar dosis TT.
f) Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak
diketahui, berikan dosis vaksin (0, 5 ml IM di lengan atas) sesuai
tabel berikut.
Tabel 2. 1. Pemberian vaksin TT untuk ibu yang belum pernah
imunisasi (DPT/TT/Td) atau tidak tahu status imunisasinya
Pemberian
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
Selang Waktu Minimal
Saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada kehamilan)
minggu setelah TT1 (pada kehamilan)
6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang waktu
minimal terpenuhi)
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4
Sumber : Moegni danOctaviany, 2013; h. 29.
g) Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah pernah
diimunisasi. Pemberian dosis booster 0, 5 ml IM disesuaikan dengan
jumlah vaksinasi yang pernah diterima sebelumnya seperti pada tabel
berikut:
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
Tabel 2. 2. Pemberian vaksin tetanus untuk ibu yang sudah
pernah diimunisasi (DPT/TT/Td) .
Pemberian
TT1
Selang waktu Berkunjung
TT2, 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan)
TT3, 6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang waktu
TT2
minimal terpenuhi)
TT4, 1 tahun setelah TT3
TT3
TT5, 1 tahun setelah TT4
TT4
Tidak perlu lagi
TT5
Sumber : Moegni dan Octaviany, 2013; h. 30.
h) Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mempunyai kontra
indikasi dalam pemberiannya.
Meskipun demikian imunisasi TT
jangan diberikan pada ibu dengan riwayat reaksi berat terhadap
imunisasi TT pada masa lalunya (contoh. kejang, koma, demam
>400C,
nyeri/bengkak ekstensif di lokasi bekas suntikan).
Ibu
dengan panas tinggi dan sakit berat dapat diimunisasi segera
setelah sembuh.
i) Selalu sedia KIPI Kit (ADS 1ml, epinefrin 1:1000 dan infus set (NaCl 0.
9% jarum infus, jarum suntik 23 G)
7) Kunjungan Kehamilan
Menurut Yuni, dkk (2009; h.168) bahwa rencana dan penatalaksanaan
selama hamil memerlukan minimal empat kali kunjungan :
a) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
b) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
c) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 dan sesudah
minggu ke 36)
Bila ibu hamil mengalami masalah,
tanda bahaya tau jika merasa
khawatir dapat sewaktu waktu melakukan kunjungan. Berikut tabel
tindakan bidan untuk setiap kali kunjungan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
Tabel 2. 3 : Kunjungan minimal ibu hamil
KN
TM
I
Waktu
Sebelum
14
minggu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
TM
II
Sebelum
minggu ke-28
TM
III
Antara minggu
28 dan 36
Setelah
36
minggu
Kegiatan
Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu hamil
Mendeteksi masalah dan cara mengatasinya
Memberitahuan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan
Mengajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan
Mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat (cara hidup
sehat bagi wanita hamil, nutrisi, mengenai tanda tanda bahaya
kehamilan)
Memberikan imunisasi tetanus toxoid, tablet besi
Mulai mendiskusikan mengenai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi kegawatdaruratan
Menjadwalkan kunjungan berikutnya
Mendokumentasikan kunjungan dan asuhan.
1. Sama seperti diatas di tambahkan
2. Kewaspadaan kasus terhadap preeklamsi (tanya ibu tentang
gejala gejala preeklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk mengetahui proteinurea)
1. Sama seperti diatas, ditambahkan
2. Palpasi abdominal untuk mengetahui kehamilan ganda
1. Sama seperti diatas ditambahkan
2. Deteksi letak janin dan kondisi lain kontra indikasi bersalin diluar
RS
Apabila
ibu
mengalami
komplikasi
/
masalah
/
kegawatdarura
tan
1. Diberikan pertolongan awal sesuai dengan masalah yang timbul .
2. Ibu dirujuk ke SpOG / RSU untuk konsultasi/kolaborasi dan
melakukan tindak lanjut
Sumber : Yuni, dkk 2009 h. 168.
8) Komplikasi Kehamilan
a) Hiperemis Gravidarum
Adalah mual dan muntah berlebihan, keluhan ringan atau minor berupa
“emesis gravidarum” dapat semakin meningkat menjadi hiperemis
gravidarum. Pada keadaan ini sudah terdapat gejala klinis yang
memerluka
perawatan,
seperti
muntah
yang
berlebihan
yang
menyebabkan dehidrasi, berat badan menurun, keluhan mental dalam
bentuk delirium, diplopia, nistagmus, sert terdapat benda keton dalam
darah
sebagai
sebagai
akibat
metaolisme
anaerobik
(Manuaba,2007;h.396).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
b) Hipertensi Dalam Kehamilan
Terminologi hipertensi dalam kehamilan, mempunyai jangkauan lebih
luas, komplikasi ini meliputi 5 bentuk, yaitu:
(1) Hipertensi Gestasional
Bisanya tekanan darah pada pemeriksaan awal 140/90 mmHg, tidak
dijumpai proeinuria, TD akan normal setelah 12 minggu post partum,
bisa dijumpai gejala nyeri pada epigastrium, trombositopenia.
(2) Preeklamsi
TD 140/90 mmHg setelah hamil 20 minggu, proteinuria 300 mg/24
jam (+), dan akan menjadi preeklamsi pasti jika TD160/110 mmHg,
proteinuria 2,0 gr/24 jam (++), kreatinin serum diatas 1,2 mg/dl
kecuali siketahui sebelumnya telah meningkat, trombosit kurang dari
100.000/mm, sakit kepla, gangguan penglihatan.
(3) Eklamsia
Kejang yang tidak doiketahui penyebab lainnya pada wanita dengan
preeklamsi.
(4) Preeklamsi superimpose pada hipertensi menahun
(a) Proteinuria mendadak lebih dari 300 mg/24 jam pada hamil
dengan hipertensi yang sebelum umur kehamilan 20 minggu
tidak dijumpai.
(b) Mendadak menjadi pada hipertensi atau proteinuria atau jumlah
trombosit dibawah 100.000/mm, pada wanita dengan hipertensi
dan proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
(5) Hipertensi menahun
Tekanan darah yang terjadi sebelum hamil dan sebelum umur
kehamilan 20 minggu (Manuaba,2007;h.401).
c) Inkompatibilitas Rhesus
Adalah inkompabilitas kecocokan rhesus yaitu penyebab penyakit
hepatolikpaling umum, penyakit hepatolik ini juga bisa disebabkan
karena ketidakcocokan golongan darah ABO (Hanretty,2010;104).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
d) Persalinan Prematur
Persalinan prematur didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi
sebelum
kehamilan
berlangsung
lengkap
37
minggu
(Hanretty,2014;h.204).
e) Ketuban Pecah Dini
Istilah ini berarti pecahnya selaput ketuban yang tidak disertai dengan
tanda tanda persalinan (Hanretty,2014;h.206).
f) Polihidramnion
Adalah cairan ketuban yang lebih banyak dari normal atau lebih dari 2 L,
cairan
air
ketuban
normalnya
adalah
500-1500
ml
(Hanretty,2014;h.210).
g) Kehamilan serotinus
Kehamilan serotinus dimaksudkan dengan usia kehamilan telah lebih
dari 42 minggu lengkap mulai dari menstruasi pertama. Untuk kehamilan
yang melampaui batas 42 minggu dikemukakan dari beberpa nama
lainnya yaitu :
(1) Postdate, menunjukan kehamilan telah melaumpau umur kehailan
lebih dari 42 minggu sejak hari pertaa menstruasi.
(2) Posterm, menunjukan bahwa kehamilan telah melampaui waktu
persalinan menurut hari pertama menstruasi.
(3) Postmature, menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yag
lahir telah melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat
menimbulkan bebrapa komplikasi (Cuningham, 2007; h.450).
Dampak insufiensi plasenta yang memerlukan perhatian serius
adalah Insufiensi kemampuan memberikan nutrisi dan 0 2
yang
patofisiologinya plasenta telah mengalami proses penuan sejak
kehamilan berumur 28-30 minggu, sehingga fungsinya semakin
menurun. Hal ini ikut mendorong proses dimulainya persalinan. oleh
karna itu kehamilan postdate proses penuaan plasenta telah
berjalan terlalu jauh sehingga menimbulkan janin tumbuh kembang
dalam keadaan kekuarangan nutrisi dan 02 (Cuningham, 2007;
h.451).
Menurut Prawirohardjo (2010; h.690) menyatakan bahwa kehamilan
postterm
dapat
menyebabkan
perubahan
pada
plasenta.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan penurunan
kader estriol dan plasenta laktogen. Perubahan yang terjadi pada
plasenta sebagai berikut :
(1) Penimbunan kalsium, timbunan kalsium plasenta meningkat
sesuai dengan progresivitas degenerasi plasenta.
(2) Selaput vaskulosinsial menjadi tambah tebal dan jumlahnya
berkurang.
Keadaan
ini
dapat
menurunkan
mekanisme
transport plasenta.
(3) Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema,
timbunan fibrinoid, fibrosis, trombosis intervili, dan infark vili.
2. Persalinan
a. Pengertian
Menurut Varney (2007:672), persalinan adalah rangkaian proses yang
berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini
dimulai dengan kontraksi yang ditandai oleh perubahan pogresif pada
serviks, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
Sedangkan menurut Sukarni dan Elizabeth (2013 h.185) persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan,
lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik
ibu atau janin.
Barbara (2009) dalam Siwi Walyani (2016;h.4) mengemukakan bahwa
persalinan adalah suatu proses saat janindan produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat.
Jadi yang dimaksud dengan persalinan adalah pengeluaran hasil
konsepsi mulai dari air ketuban, janin, sampai dengan plasenta. Mulai
dari kenceng kenceng kala 1 sampai dengan kala 4 setelah 2 jam post
partum.
b. Teori terjadinya Persalinan
Teori terjadinya persalinan yaitu penurun kadar progesteron, teori
oxytosin, peregangan otot-otot uterus yang berlebihan, pengaruh janin,
teori prostaglandin. Sebab terjadinya persalinan sampai sekarang
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
masih masih merupakan teori teori yang komplek, faktor faktor
hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, pengaruh syaraf
dan nutrisi disebut sebagai faktor faktor yang mengakibatkan
persalinan. Perubahan yang terjadi seperti penurunan kadar estrogen
dan progesteron, seperti diketahui progesteron merupakan penenang
bagi otot otot uterus. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari
minggu ke-15 hingga aterm meningkat, dan lasenta menjadi tua
sehingga
vili
coeralis
mengalami
perubahan
perubahan
dan
mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun (Sukarni dan
Elizabeth, 2013;h:185-186).
c. Tanda dan gejala persalinan
Menurut Varney (2007 h.672-674), menunjukan bahwa ada sejumlah
tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain perasaan distensi
abdomen berkurang (lightning), perubahan serviks, persalinan palsu,
bloody show, lonjakan energi, dan gangguan pada saluran cerna.
1) Lightening
Lightining muai dirasa kira kira dua minggu sebelum persalinan,
lightining adalah penurunan presentasi bayi kedalam pelvis minor.
Pada
presentasi
sefalik,
kepala
bayi
biasanya
menancap
(enganged) setelah lightening. Dan kabibat dari lightening tersebut
adalah :
a) Ibu jadi sering berkemih, karena kandung kemih ditekan
sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang
b) Perasaan
tidak
nyaman
akibat
tekanan
panggul
yang
menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul
sensasi teus menerus bahwa sesuatu harus perlu dikeluarkan
atau didefeksi
c) Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan bagian
presentasi pada saraf yang menjalar melalui foramen iskiadikum
mayor dan menuju ketungkai
d) Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen
akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat
aliran balik darah dari ekstremitas bawah.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun keposisi yang
sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan.
2) Perubahan Serviks
Perubahan serviks diduga terjadi akibat penngkatan intensitas
kontraksi braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode
berbeda
beda
sebelum
persalinan.
Kematangan
serviks
mengindikasikan kesiapan untuk persalinan. Setelah menentukan
kematangan serviks, bidan dapat meyaknkan ibu bahwa ia akan
berlanjut ke proes persalinan.
3) Bloody show
Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil ploriferasi kelenjar lendi
serviks pada awal kehamilan plak ini menjadi sawar pelindung dan
menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak lendir
inilah
yang
dimaksud
dengan
bloody
show.
Bloody
show
merupakan tanda persalinan ang akan terjadi, biasanya dalam 24
atau 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda
persalinan
yang
bermakna
jika
pemeriksaan
vagina
sudah
dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur
darah selama waktu tersebut mungkin akibat traauma kecil
terhadap atau perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut
dilakukan.
4) Lonjakan energi
Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai
48 jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberpa hari dan
minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka
terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga
penuh. Umumnya, para wanita ini merasa energik selama beberapa
jam sehingga mereka semangat melakkan berbagai aktifitas seperti
membersihkan rumah dll.
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaskan selain bahwa
hal tersebut terjadi alamiah, memungkinkan wanita memperoleh
energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus di
informasikan tentang kemunkinan lonjakan energi ini dan diarakan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
untuk menahan diri mengunakan dan jutru menghemat energi untuk
perslinan.
5) Gangguan saluran cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan
mencerna, mual, dan muntah, diduga hal hal tersebut merupakan
gejala menjelang persalinan walupu belum ada penjelasan untuk
hal ini. Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala
tersebut.
d. Faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut
Sukarni dan
Elizabeth
(2013;h.186-199) Faktor yang
mempengaruhi persalinan adalah :
1) Power/tenaga yang mendorong anak
Power atau tenaga yang mendorong anak adalah his adalah
kontraksi otot otot rahim pada persalinan. His disini ada beberapa
yaitu :
a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan
servik terdiri dari : his pembukaan, his pengeluaran dan his
pelepasan uri
b) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks
2) Tenaga mengejan
Tenaga mengejan dapat menyebabkan kontraksi di bagian otot otot
dinding perut ini disebabkan karena kepala didasar panggul
merangsang mengejan dan tenaga ini paling efektif digunakan
untuk mengejan saat persalinan.
3) Passage/panggul
a) Bagian bagian tulang panggul
Panggul terdiri dri 4 buah tulang yaitu :
(1) Dua os coxcae
Yaitu Os iscium yang terdiri atas corpus tempat bersatunya
ramus inferior dan sperior dan os pubis yang terdiri dari
corpus dan dua buah rami, corpus mempunyai permukaan
medial yang kasar. Bagian ini menjadi dengan bagian yang
sama pada os pubis sisi yang lain sehingga membentuk
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
simpisis pubis. Muskulus lefatol ani melekat pada permukan
dalam os pubis.
(2) Os sacrum
Os sacrum berbentuk segitiga,basis diatas, aspek dibawah.
Os sacrum ini terdiri dari 5 os veterbra yang tumbuh menjadi
satu, diantara os coxae melekat pada tulang tersebut melalui
artikulatio sacroiliaka. Permukaan atas veterbra sacralis
pertama bersendi dengan permukaan bawah veterbra lumbal
kelima, Permukaan depan cekung belakangnya cembung.
Promotorium adalah tepi arterior superior veterbra sakralis
pertama. Bagian ini sedikit menonjol dalam cavum pelvis
sehingga mengurangi diameter snterior posterior aditus pelvis.
(3) Os ilium
Titik penting di os ilium ini adalah pada bagian spina iliaka
anterior posterior yang berfungsi sebagai tempat perlekatan
ligamentum inguinale, spina iliaka posterior superior seinggi
veterbra sacral kedua dari luar tampak sebagai leukuk tampak
pada kulit, crista iliaka yang memanjang dari spina iliaka
anterior posterior ke spina iliaka posterior superior
(4) Os coccygis
Pelvis mayor disebelah atas pelvis minor, superior dari linea
terminalis. Fungsi obstetriknyainya menyangga uterus yang
membesar waktu hamil.
Os coccygis terbentuk dari 4 buah veterbra rudimenter.
Permukaan atas veterbra coccygealis pertama bersendi
dengan
permukaan
veterbra
sakralis
kelima,
sehingga
membentuk artikulasi ocoocygealis. Dari atsa ke bawah pada
os cossigis melekat otot coccygeus, lefator ani, dan spingter
ani eksternus.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
(a) Bagan bagian pelvis minor
i. Pelvis minor dibagi tiga bagian
(i) Pintu atas panggul PAP
PAP dibagi menjadi beberapa bagian yaitu anterior berada
pada crista dan spina pubica, bagian lateral pada bagian
iliopectinea dan os coxae, bagian posterior berada pada
tepi anterior ossis sacri dan promontorium
(ii) Cavum pelvis
Beberapa kriteria dari cavum pelvik adalah dinding depan
lurus dangkal os pubis panjang nya 5 cm, dinding belakang
cekung dan dalam, os sacrum 10 sampai 15 cm, dan
osiscium dan sebagian corpus ossis illi terdapat disebelah
lateral
(iii) Pintu bawah pangul /PBP
Bentuk jajar genjang batas batasannya yaitu anterior
sejajar dengan ligarcuatum pubis dan artcus pubis, lateral
sejajar dengan tuber ischidikum dan ligamentum dan
posterior sejajar dengan ujung os sacrum.
(b) Bidang panggul
Adalah bidang datar imajiner yang melintang terhadap panggul
pada tempat yang berbeda.
Bidang ini digunakan untuk
menjelaskan proses persalinan
i.PAP, Diameter transversal 13, 5 cm
ii. Bidang terbesar pada cavum pelvis
Bagian terluas dan bentuk hampir seperti lingkaran batasnnya
adalah
(i)
Anterior : titik tengah permukaan belakang os pubis
(ii) Lateral : sepertiga bagian atas dan tengah foramen
opturatorium
(iii) Posterior : hubungan antara veterbra skralis kedua dan
ketiga
iii.Bidang terkecil pada cavum pelvis
Ruang paling sempit, paling terjadi kemacetan persalinan,
Batas batas :
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
(i)
Tepi bawah simpisis pubis
(ii) Spina isciadika
(iii) Lig sacrospinosum
(iv) Os sacrum
iv. Pintu bawah panggul
Dua buah segitiga yang mempunyai basis bersama dan
merupakan bagian terbawah, yaitu distansia inetrsspinosum.
Diameter PBP;
(i)
Diameter antero posterior anatomis dari marco inverior
simpisis pubis keujung os coccygis, 9, 5 cm.
(ii) Diameter antero posterior obstetrik dari margo inverior
simpisis pubis artikulatio sacrococcygealis11, 5 cm
(iii) Diameter transversal , jarak antara permukaan dalam tuber
isciadicum kanan sampai kiri 11 cm
(iv) Diameter sagitalis posterior,
dari pertengahan diameter
transversal ke articulasio sacrococcygealis 9 cm.
(v) Diameter sagitalis antrior dari pertengahan diameter
transversa ke angulus subpubicus 6cm
4) Passanger/fetus
a) Ahir minggu ke8 janin muli nampak menyerupai manusia dewasa
menjadi jelas pada ahir mingu 12
b) Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah dapat dikenali
c) Cuickening (terasa gerakan janin dalam ibu hamil ) terjadi usia
kehamilan 16-20 minggu
d) DJJ mulai terdengar minggu 18 atau 10
e) Panjang rata rata janin cukup bulan 50 cm
f) Berat rata rata janin laki laki 3400 gr, perempuan 3150 gr
g) Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama
Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari
faktor passanger adalah :
a) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian depan
jalan lahir, seperti
b) presentasi kepala (verteks, muka, dahi)
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
c) Presentasi bokong (bokong murni, tau frank breech) bokong kaki
(komplit brecch), letak lutut dan letak kaki (incomplit breech)
d) Presentasi bahu ( letak lintang )
e) Sikap janin
Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya
(badan ) misalnya fleksi, defleksi, dll .
f) Posisi janin
Hubungn bagian atau poin penentu dari bagian terendah janin
dengan panggul ibu, dibagi dalam tiga unsur
1) Sisi pangul ibu : kiri, kanan, dan melintang
2) Bagian terendah jannin, oksiput, sacrum, dagu, dan scapula
3) Bagian panggul ibu depan, belakang
g) Bentuk atau ukuran kepala janin, menentukan kepala untuk
melewati jalan lahir
h) Hubungan janin dan panggul
Menurut Sukarni dan Elizabeth (2013) h.199-200 menytakan
bahwa, untuk memahami keadaan janin didalam uterus dan
panggul ada beberapa hubungan diantaranya :
(1) Letak
Hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu
panjang ibu
(2) Presentasi
Menunjukan pada bagian janin yang ada diatas PAP,
presentasi bokong, prekep, presentasi bahu
(3) Bagian terendah
Bagian terbawah janin dan terletak paling dekat dengan
serviks. Pada periksa dalam bagian yang teraba pertama kali.
(4) Sikap
Hubungan antara bagian janin yang satu dengan yang lain
(5) Fleksi, ekstensi
Petunjuk yaitu titik yang telah ditentukan pada bagian
terendah
janin
yang
digunakan
utuk
menyebabkan
kedudukan.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37
(6) Kedudukan
Hubungan antara penunjuk dengan bagian depan, belakang
atau samping panggul
(7) Plsenta
Plasenta
merupakan
salah
satu
faktor
dengan
memperhitungkan implantasi plasenta pada dinding rahim.
(8) Psycologic
Psycologic adalah kondidi psikis klien, tersedianya dorongan
poitif,
persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi
adaptasi atau coping.
e. Mekanisme Persalinan
Menurut
Sukarni
dan
Elizabeth
(2013)
h.200-205
mekanisme
persalinan adalah gerakan utama kepala janin pada proses perslinan
diantaranya :
1) Engangement
Pada minggu minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan
dimlai kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan presentasi
biparietal (diameter lebar yang paling panjang berkisar 8,5 -9,5 cm)
atau 70% pada panggul ginekoid.
2) Fleksi
Pada umumnya terjadi flexi penuh /sempurna sehingga sumbu
panjang kepala sejajar sumbu panggul
3) Descent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis
dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga
penurunan kepala berlangsung lambat. Kepala turun kedalam
rongga panggul akibat tekanan langsung his dari daerah fundus
kearah daerah bokong, tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot
dinding perut dan diafragma (mengejan) dan badan janin terjadi
ekstensi dan menegang.
4) Internal rotation (putaran paksi dalam)
Rotasi internal selalu disertai turunnya kepala, putran ubun ubun
kecil kearah depan (kebawah simpisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38
5) Exstensi
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin
menurun dan menyebabkan distensi. Pada saat ini puncak kepala
berada disimpisis dan dalam keadaan begini kontraksi yang kuat
akan mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus vaginae.
6) Exsternal rotation (putaran paksi luar)
Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi
pada saat engangement. Dengan demikian bahu depan da
belakang dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong dan
seluruh tungkai
7) Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan dibawah simpisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul lahir,
diikuti eluruh badan anak, lengan, pinggul depan dan belakang,
tungkai dan kaki.
f. Tahapan Persalinan
1) Kala I
a) Pengertian
Kala satu persalinan adalah persalinan yang dimulai sejak
terjadinya
kontraksi
uterus
dan
pembukaan
serviks
hingga
mencapai pembukaan lengkap 10 cm, persalinan kala satu dibagi
menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif (sukarni dan
Elizabeth,2013;h. 213).
Sedangkan menurut Mochtar (2001) pada proses persalinan kala I
adalah
waktu
untuk
pembukaan
serviks
sampai
menjadi
pembukaan lengkap.
Menurut manuaba (2010) h.173 kala 1 adalah kala pembukaan
yang berlangsung anara pembukaan nol sampai lengkap. Lama
kala I untuk primigrvida 12 jam, sedangkan multigravida 8 jam.
Kala satu persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus
dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala I
persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap 10 cm,
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39
oleh karna itu kala satu prsalinan sering disebut stadium pendataran
dan dilatasi serviks, kala I persalinan dibagi menjadi dua yaitu :
(1) Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan seerviks
kurang dari 4 cm dan berlangsung selama 8 jam (Sukarni dan
Elizabeth, 2013; h. 213).
Fase laten adalah titik ketika ibu mengalami kontraksi reguler.
Fase laten untuk sebagian besar perempuan berakhir pada
dilatasi antara 3 dan 5 cm.
dimanfaatkan secara klinis,
Ambang batas ini dapat
karena dapat menentukan batas
dilatasi serviks persalinan aktif (Cuningham, 2012;h. 404).
(2) Fase aktif persalinan
Frekuensi dan
lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih). Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya
dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga pembukan
lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian bawah janin. Fase
aktif dibagi 3:
(a) Fase akselerasi. Fase akselerasi terjadi dalam waktu 2 jam
pembukaan 3cm menjadi 4cm.
(b) Fase
dilatasi
maksimal
terjadi
dalam
waktu
2
jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi
9cm.
(c) Fase deselarasi adalah pembukaan jadi lambat sekali,
dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap.
Fase-fase
tersebut
dijumpai
pada
primigravida.
Pada
multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase
aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme
pembukaan servik berbeda antara primigravida dan multigravida.
Pada yang pertama,
ostium uteri internum akan membuka
terlebih dahulu sehingga servik akan mendatar dan menipis baru
kemudian ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40
uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
servik terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah
sendiri ketika pembukaan akan lengkap atau telah lengkap. Bila
ketuban pecah sebelum pembukaan 5cm disebut ketuban pecah
dini (Sukarni dan Elizabeth,2013; h. 214).
b) Fisiologis Kala I Persalinan
Kontraksi uterus pad persalinan merupakan kontraksi otot
fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh.
Kontraksi ini
merupakan kontraksi yang involunter karena berada dibawah
pengaruh saraf instrinsik, wanita tidak memiliki kendali fisiologis
terhadap frekuensi dan durasi. Perubahan-perubahan Fisiologis
Kala I adalah:
(1) Perubahan hormon
(2) Perubahan pada vagina dan dasar panggul. Apabila pada
Kala I ketuban akan meregang divagina bagian atas, setelah
ketuban pecah perubahan akan terjadi pada vagina dan dasar
panggul karena bagian depan anak.
(3) Perubahan servik
(4) Pendataran atau penipisan
Penipisan terjadi karena saluran servik yang semula memiliki
panjang 2-3cm memendek sampe pada titik saluran servik
menghilang sehingga hanya menyisakan os eksternal sebagai
muara sirkular dengan bagian tepi tipis.
Proses penipisan
juga difasilitasi dan merupakan penyebab plak lendir yang
terdorong keluar (Varney, 2007 h. 676).Sedangkan menurut
Prawirohardjo (2010) pendataran servik adalah pemendekan
saluran servik dari panjang sekitar 2cm menjadi hanya berupa
muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas.
(5) Pembukaan atau dilatasi
Pembukaan atau dilatasi adalah pelebaran os servik eksternal
dari muara dengan diameter berukuran beberapa milimeter
sampai muara tersebut cukup lebar untuk dilewati bayi selain
akibat kontraksi sebagai daya pendorong utama, dilatasi juga
difasilitasi oleh gaya hidrostatik cairan amion dibawah
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41
pengaruh kontraksi,
yang melibatkan ketuban berperan
sebagai baji yang berdilatasi pada area dengan tahanan
paling kecil pada uterus (Varney, 2007;h.676).
(6) Perubahan uterus
Menurut Sukarni dan Elizabeth (2013;h.216) perubahan
uterus meliputi:
(a) Segmen atas dan segmen bawah
Pada saat kontraksi aktif segmen atas akan menjadi
bartambah tebal, dan segmen bawah rahim pada saat tidak
brerkontraksi menjadi makin tipis.
(b) Sifat khas kontraksi
Setelah kontraksi tidak relaksasi kembali (retraksi), dan
kekuatan kontraksi tidak sama kuat, dan paling kuat di
fundus.
(c) Karena segmen atas makin tebal dan bawah makin tipis
maka dapat terjadi lingkaran retraksi fisiologis.
(d) Jika SBR sangat diregang maka dapat terjadi reraksi
patologis
(lingkaran
BANDL).
Lingkaran
BANDL
merupakan ancaman robekan rahim.
(7) Bentuk rahim
(a) Apabila rahim sedang berkontraksi maka sumbu panjang
bertambah
ukuran
melingkar
dan
muka
belakang
berkurang.
(b) Lengkung punggung anak berkurang dan kutub atas anak
ditekan oleh fundus, kutub bawah ditekan masuk PAP.
(c) Bentuk
rahim
bertambang
panjang
dan
otot-otot
memanjang diregang menarik SBR dan servik maka akan
terjadi pembukaan.
(8) Penurunan janin
Pada banyak nulipara, masuknya bagian kepala janin kepintu
atas panggul telah tercapai sebelum persalinan dimulai, dan
penurunan janin lebih jauh tidak akan terjadi sampe awal
persalinan. Sementara itu, pada multipara masuknya kepala
janin kepintu atas panggul mula-mula tidak begitu sempurna,
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42
penurunan lebih jauh akan terjadi pada Kala I persalinan.
Dalam penurunan pola aktif biasanya terjadi setelah dilatasi
servik sudah maju beberapa lama. Pada nulipara, kecepatan
tutrun
biasanya bertambah
cepat
selama fase
lereng
maksimum dilatasi servik. Pada waktu ini, kecepatan turun
bertambah sampai maksimum dan laju penurunan maksimal
ini dipertahankan sampai bagian terbawah janin mencapai
dasar perineum. (Prawirohardjo, 2010; h. 305)
c) Pikologis Kala I Persalinan
Menurut Sukarni dan Elizabeth (2013;217), Pada Kala I tidak
jarang ibu akan mengalami perubahan psikologi diantaranya
adalah :
(1) Rasa takut, ini terjadi pada primigravida yaitu wanita yang
belum pernah hamil
(2) Stres
(3) Ketidaknyamnan
(4) Cemas
(5) Marah marah, dll
d) Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Kala I
Menurut Sukarni dan Elizabeth (2013; h.217), Kebutuhan ibu
selama kala I :
(1) Kebutuhan akan rasa nyaman dan aman
(2) Kebutuhan nutrisi, seperti makan dan minum
(3) Kebutuhan privasi
(4) Kebutuhan emosional, sosial dan spiritual
e) Penyulit kala I
Menurut Sukarni dan Elizabeth (2013;217), penyulit yang dapat
terjadi pada ibu bersalin kala I adalah :
(1) Partus lama
Menurut Saifudin (2009) persalinan dengan kala I lama adalah
persalinan yang fase latennya berlangsung lebih dari 8 jam
dan pada aktif laju pembukaannya tidak adekuat atau
bervariasi, kurang dari 1 cm 1 cm setiap jam selama kurang
kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan. kurang dari 1,2
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43
pada primigravida dan kurang dari 1,5 per jam pada multipara.
Lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai embukaan
lengkap (rata rata 0,5 cm per jam). Klasifikasi kala I lama
dibagi menjadi dua, yaitu :
(a) Fase laten menanjang, adalah fase pembukaan servik
yang tidak melewati 3 cm setelah 8 jam inpartu
(Saifudin,2009).
(b) Fase aktif memanjang, adalah adalah fase yang lebih
panjang dari 12 jam dengan pembukaan servik kurang
dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan 6 jam rata rata
2,5 jam dengan laju dilatasi servik kurang dari 1,5 cm per
jam pada multigravida (Oxorn,2010).
(2) Gawat janin
(3) Ruptur uteri
f) Evaluasi Kesejahteraan Ibu dan Janin
Menurut Varney (2007;h.708-710) bahwa evaluasi kesejahteraan
ibu dan janin yang berkelanjutan mencakup pemantauan sebagi
berikut :
(1) kesejahteraan ibu
(a) Tanda tanda vital
Semua tanda vital dicek setiap kali wanita datang untuk
diagnosis persalinan dan sekaligus evaluasi awal ketika
sedang proses persalinan. Penjadwalan pengecekn tanda
tanda vital berikut menunjukan
frekuensi normal yang
dapat diterima untuk seorang wanita normal selama fase
aktif kala I persalinan tanpa memperhatikan lingkungan.
Tanda tanda vital yang dinilai adalah tekanan darah setiap
jam, dan temperatur, denyut nadi, dan pernafasan setiap 2
jam (atau setiap 4 jam ) jika temperatur normal dan
ketuban utuh setiap jam (atau setiap 2 jam) setelah
ketuban pecah.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44
(b) Kandung kemih
Kandung kemih wanita harus dievaluasi untuk melihat
adanya distensi paling sedikit setiap dua jam selama fase
aktif
kala
I persalinan,
kandung
emih
memerlukan
perhatian karena merupakan organ panggul.
Seiring penurunan bagian presentasi janin kedalam pelvis
minor, kandung kemih mengalami penekanan sehingga
terjadi distensi walaupun jumlah urin didalam kadang
kandung kemih sekitar 100 ml. Apabila kandung kemih
tidak diperhatikan dengan cermat dan dikosongkan,
melainkan dibiarkan lebih distensi maka akan terjadi hal
hal :
i. Persailnan terhambat, karena distensi kandung kemih
yang
berlebihan
dapat
menghambat
kemajuan
persalinan karena mencegah penurunan janin
ii. Ketidaknyamanan,
meningkatkan
kandung kemih yang distensia
ketidaknyamanan
atau
nyeri
pada
abdomen bawah, yang sering kali dialami anita selama
persalinan.
iii. Kesulitan penatalaksanaan distosia bahu, kandung
kemih yang mengalami distensia secara berlebihan
akan mengganggu penurunan bahu dan mengurangi
ruangan dalam pelvis minor.
iv. Kesulitan penatalaksanaan perdarahan pascapartum
yang segera akibat atonia uteri, karena distensi kandung
kemih
yang
berlebihan
menggeser
uterus
paca
melahirkan sehinga enghambat kemamuan berkontraksi
dan mempengaruhi hemostatis uterus
v. Hipotonisitas kandung kemih, stasis urine, dan infeksi
selama periode pasca melahirkan. Hal ini dapat terjadi
akibat trauma yang dialami karena teanan terhadap
kandun kemih yang distensia selama persalnan.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
45
(c) Urine
Selain
pengumpulan
spesismen
awal
pada
saat
pendaftaran untuk pemeriksaan mikroskopik rutin , juga
harus dilakukan pemeriksaan reagen protein dan keton
ketika wanita berkemih selama persalinan. Tindakan ini
penting
dilakukan
karena
pemeriksaan
protein
urin
merupakn penapisan rutin terhadap salah satu tanda
preeklamsi.
(d) Kondsi Umum
Evaluasi kesejahteraan wanita selalu melibatkan evlaluasi
beberapa area yang saling berhubungan dan tumpang
tindih, keletihan dan penuruna fisik, perilaku dan responnya
terhadap persalinan, dan persepsi wanita terhadap nyeri
dan kemampuan menghadapi persalinan.
(2) Kesejahteraan janin
Menurut Varney (2007) h. 710 bahwa kesejahteraan janin
dapat dilihat dari evaluasi letak, presentasi, sikap, posisi, dan
variasi janin dilakukan pertama klai dengan palpasi abdomen.
Pengkajian semua informasi keejahteraan janin dilakukan
setiap kali wanita dievaluasi untuk didiagnosis persalinan,
selama evaluasi awal ketika wanita sedang dalam persalinan,
baik untuk tujuan memperbarui informasi atau mengevaluasi
kemajuan persalinan berdsarkan kemajuan serviks dan
penurunan janin, selain itu h yang harus dinilai dan
diperhatikan adalah detka jantung janin, frekuensi dan detak
jantung janin harus dievaluasi melalui auskultasi dengan
menggunakan linek atau dopler setiap 30 menit selama
persalinan aktif. Selain itu,
kesempatan
lain
selama
jantung janin diperiksa dalam
proses
persalinan
normal,
dianteranya adalah :
(a) Ketika ketuban pecah
(b) Setiap kali ada perubahan tiba tiba pada pola kontraksi
atau persalinan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
46
(c) Setelah wanita di beri obat dan sekli lagi pada saat kerja
obat mencapai puncak
(d) Setiap kali ada indikasi munculnya komplikasi obstetri atau
medis.
(3) Evaluasi dan fasilitas kemajuan persalinan yang kontinu
Menurut Varney (2007) h.710 evaluasi dilakukan diantaranya :
(a) Penipisan
(b) Pembukaan
(c) Pola kontraski
(d) Frekuensi
(e) Durasi
(f) Intensitas
(g) Perubahan perilaku pada ibu
(h) Tanda dan gejala transisi dan menjelang kala dua
persalinan
(i) Posisi nyeri punggung bawah dan pola lokasi inensitas
maksimal denyut jantung janin (Varney,2007 h. 710).
Sedangkan Menurut Moegni dan Ocviyanti (2013;) h. 37
bahwa penilaian dan intervensi selama kala I diantaranya :
Tabel 2. 4: Tabel intervensi selama kala I
Intervensi
Tekanan darah
Suhu
Nadi
DJJ
Kontraksi
Pembukaan serviks
Penurunan kepala
Warna cairan amnion
Frekuensi pada kala
I laten
Tiap 4 jam
Tiap 4 jam
Tiap 30-60 menit
Tiap 1 jam
Tiap 1 jam
Tiap 4 jam
Tiap 4 jam
Tiap4 jam
Sumber : Moegni dan Ocviyanti, 2013; h. 37.
Frekuensi pada kala
I fase aktif
Tiap 4 jam
Tiap 2 jam
Tiap 30-60 menit
Tiap 30 menit
Tiap 30 menit
Tiap 4 jam
Tiap 4 jam
Tiap 4 jam
g) Fase Transis
Fase transisi, wanita mengalami kala I persalinan pada saat
hampir memasuk dan sedang mempersiapkan diri untuk
persiapan persalinan. Sejumlah besar tanda dan gejala,
termasuk
perubahan
perilaku,
telah
diidentifikasi
sebagai
penunjuk transisi ini. Tanda dan gejala yang terjadi pada fase ini
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
47
disbut sebgai tanda memasuki kala dua, diantara tanda tanda
nya adalah :
(1) Berkeringat
(2) Tungkai gemetar
(3) Kram pada paha, bokong, dan betis
(4) Cegukan
(5) Bersendawan
(6) Haus
(7) Aneroksia
(8) Mual dan kemungkinan muntah
(9) Tidak mampu bernafas memlalui perut
(10) Abdomen sensitif
(11) Gelish
(12) Tidak mudah mengikuti arahan
(13) Peningkatan bloody show
(14) Tekanan pada rektum, ketubn pecah
(15) Penonjolan dan pendataran rektum pada perinium (Varney,
2007;h. 681)
2) Kala II Peralinan
a) Pengertian
Menurut Sukarni dan Margareth (2013;h. 217),
Persalinan kala II
adalah kala pengeluaran di mulai dari pembukaan lengkap 10 cm
sampai bayi lahir. Sedangkan menurut Varney (2007) bahwa yang
disebut dengan persalian kala II adalah dimulai dengan dilatasi
lengkap servik dan diahiri dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal
dengan kala ekpulsi.
Menurut Walyani dan purwoastuti (2016;h.13) bahwa kala dua ini
merupakan waktu pengeluaran janin, pada waktu his kepala janin
mulai kelihatan, vulva membuka dan perinium meregang. Lama pada
kala ini apabila primipara berlangsung 1,5 jam sampai 2 jam, dan
apabila multipara belangsung 0,5 sampai 1 jam.
b) Tanda dan gejala
Menurut Sukarni dan Margareth (2016;h.219),
tanda dan gejala
persalinan kala II adalah :
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
48
(1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan kontraksi
(2) Ibu merasakan ada penngkatan tekanan pada rektum atau vagina
(3) Perineum menonjol
(4) Vulva vagina, spingter ani membuka
(5) Menigkatnya pengeluaran lendir darah
c) Fisiologis ibu bersalin
Menurut Sukarni dan Margareth (2013; h. 217),
perubahan yang
terjadi secara fisiologis bagi ibu bersalin adalah :
(1) His menjadi lebih kuat dan lebih sering
(2) Timbulnya tenaga untuk meneran
(3) Perubahan yang terjadi dalam dasar panggul
(4) Lahirnya fetus
Sedangakan menurut Varney (2007) h :686, bahwa perubahan fisiologis
ibu bersalin adalah :
(1) Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai peningkatan
sistolik rata rata 15 mmHg dan diatolik 5-10 mmHg
(2) Selama persalinan metabolisme karbohidrat baimaerob aupun
anaerob meningkat dengan kecepatan tetap
(3) Suhu mengalami peningkatan yang tidak lebih dari 0, 5 derjt sampai
1 derajat celcius, selama persalinan, tertingggi selama dan setelah
melahirkan
(4) Frekuensi denyut nadi, frekuensi denyut nadi selama kontraksi lebih
panjang dibanding dengan menjelang persalinan
(5) Pernafasan, sedikit mengalami peningkatan frekuensi normal
selama persalinan
d) Tanda bahaya kala II
Menurut Sukarni dan Margareth (2013; h. 221), tanda bahaya kala II
bagi janin adalah takikardi, brakikardi, deselerasi, meconium staining,
dan hiperaktif. Serta bagi ibu adalah seperti perdarahan post partum,
dan ruptur uteri.
e) Faktor Resiko
Sukarni dan Margareth (2013; h. 222), faktor resiko yang dapat
menyebabkan tanda bahaya ini adalah :
(1) Kehamilan lewat waktu
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
49
(2) Obesitas pada ibu
(3) Bayi makrosomia
(4) Riwayat distosi bahu sebelumnya
(5) Kelahiran lewat oprasi
(6) Persalinan lama
(7) Doabetes yang tidak normal
f) Penatalaksanaan kala II
Menurut Cuningham (2012; h. 412-415) kala II adalah sebagai berikut :
(1) Pelahiran kepala
Pada saat kontraksi perinium semakin menonjol,
vulvovaginal terdilatasi oleh kepal janin,
membentuk pembukaan yang ovoid,
pembukaan
secara bertahap
dan pada ahirnya bukaan
yang hampir bulat. Lingkaran diameter kepala terhadap lingkaran
vulva disebut
crowning.
Kecuali episiotomi telah dilakukan,
perinium dapat menipis dan terutama ada wanita nulipara hal
tersebu dapat terjadi laserasi spontan.
Pelahiran kepala yang
lambat sambil menginstrusikn ibu untuk tidak mengedan dapat
mengurangi laserasi. Anus menjadi sangat teregang dan menonjol,
dinding anterior rektum dapat terlihat dengan mudah melalui anus.
Untuk melahirkan kepala digunakan dengan manuver ritgen, yaitu
ketika kepala mendorong vulva dan perinium cukup kuat untuk
membuka introitus vagina hingga mencapai diameter 5 cm atau
lebih, handuk dan tangan yang telah dilapisi sarung tangan dapat
digunakan unutkmenahan tekanan kedepan pada dagu janin
melalui perinium tepat didepan koksigis. Secara bersamaan,tangan
yang lainnya menahan tekanan kearah superior kearah oksiput .
(2) Pelahiran bahu
Setelah lahir kepala janin jatuh kearah posterior , sehingga wajah
hampir menyentuh anus maternal, oksiput berputar kearah salah
satu paha ibu, dan kepala berada pada posisi transversal.
Umumnya bahu muncul di vulva tepat setelah rotasi eksternal dan
lahir secara spontan. Jika terlambat dianjurkan untuk dilakukan
ekstrasi segera. Sisi kepala di pegang dengan kedua tangan, dan
secara hati hati dilakukan traksi kearah bawah sampai bahu bagian
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
50
anterior dibawah arkus pubis. Selanjutnya dengan gerakan keatas
bahu bagian posterior dilahirkan.
Sisa bagian tubuh hampir selalu mengikuti bahu tanpa kesulitan.
Namun dengan adanya penundaan yang lama, pelahirannya dapat
dipercepat dengan traksi sedang pada kepala dan tekanan sedang
pada fundus uteri. Mengaitkan jari di aksila harus dihindarkan. Hal
ini dapat menimbulkan cedera pada saraf ekstremitas atas dan
menimbulkan paralisis transien atau kemungkinan permanen, selain
itu traksi sebaiknya hanya dilakukan searah dengan aksis panjang
neonatus. Jika dilakukan secara oblik
dapat mengkibatkan
perdrahan dileher dan peregangan berlebihan pada pleksus
brakialis.Segera setelah kelahiran neonatus lahir, biasanya cairan
amnion keluar secara tiba tiba dan dalam jumlah banyak.
(3) Membersihkan nesofaring
Begitu toraks dilahirkan dan neonatu dapat melakukan inspirasi,
wajah segera diusap, hidung serta mulut diapirasi, tindakan ni
meminimalisir terjadinya spirasi cairan amnion,
artikel maternal,
dan darah pada janin.
(4) Lilitan tali pusat
Setelah pelahiran bahu anterior, sebuah jari harus diselipkan pada
leher janin untuk menentukan apakah leher dikelilingi oleh satu atau
lebih puntiran tali pusat. Lilitan tali pusat dileher ditemukan pada
sekitar 25 % pelahiran dan biasanya tidak menimbulkan bahaya.
Jika puntiran tali pusat dirasakan, tali pusat harus diangkat
kebagian atas kepala jika cukup longgar, jika terlalu ketat lingkaran
harus dipotong diantara dua klem dan neonatus segera dilahirkan.
(5) Penjepitan tali pusat
Tali pusat di potong diantara dua buah klem yang diletakan 4 -5 cm
dari abdomen bayi dan kemudian klem tali pusat dipotong 2 atau 3
cm dari abdomen janin .
3) Kala III Persalinan
Menurut Cuningham (2012;h.416) kala III adalah sebagai berikut :
Segera setelah pelahiran neontus, ukuran dan konsistensi fundus uteri
diperiksa. Jika uterus tetapkeras dan tidak ada perdarahan yang
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
51
abnormal, biasanya tunggu secara seksama hingga plasenta terpisah,
pada kala tiga hal yang harus di perhatika adalah tanda tanda kala tiga,
diantaranya adalah.
a) Uterus menjadi globuler dan lebih kaku
b) Keluar darah yang banyak dan tiba tiba
c) Uterus naui didalam abdomen karena plasenta saat terlepas berjalan
menuju kesegmen uterus bagian bawah dan vagina. Disini masa
terbesar mendorong uterus kearah atas.
d) Tali pusat memanjang lebih jauh ke luar vagina, menunjukan bahwa
plasenta telah berjalan turun.
Setelah ada tanda tanda pelepasan plasenta, maka pelahiran plasenta
sudah dekat, dan sebaiknya pelahiran plasenta tidak boleh dipaksa
karena dapat menyebabkan inversi uterus. Traksi tali pusat tidak boleh
digunakan untuk menarik plasenta keluar dari uterus. Ketika tekanan
kebawah kearah vagina diberikan kearah korpus uteri, tali pusat dijaga
agar tetap teregang. Uterus kemudian diangkat kearah kepala dengan
tangan yang lain diatas abdomen. Manuver ini digunakan terus sampai
plasenta mencapai introitus vagina. Ketika plasenta keluar melewati
introitus, maka tekanan pada uterus dihentikan. Plasenta kemudian
diangkat dan menjauhi dari introitus. Pada langkah ini dilakukan secara
hati hati untuk mencegah robekan membran dan tersisanya membran
didalam uterus. Jika mulai robek membran dipegang dengan klem dan
dilepaskan secara perlahan. Permukaan maternal plasenta harus
diperiksa secara sekama untuk memastikan tidak ada potongan
plasenta yang tertinggal di dalam uterus.
4) Kala IV Persalinan
a) Pengertian
Bobak (2006) dikutip oleh Jenny (2013) mengatakan bahwa Kala IV
merupakan tahap pemulihan, yaitu periode yang kritis untuk ibu dan
bayi baaru lahir. Mereka bukan saja pulih dari proses fisik persalinan,
tetapi juga memulai uatu hubungan baru.
Sedangkan menurut Cuningham (2012) bahwa kala IV ini adalah
beberpa jam setelh pelahiran
dan masa ini adalah masa kritis,
meskipun oksitosin sudah diberikan,
perdarahan pascapartum
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
52
sebagai akibat atonia uterus lebih memungkinkan terjadi pada saat
ini, akibatnya uterus dan perinium harus sering dievaluasi, dan pada
kala ini direkomendasikan bahwa tekanan darah dan nadi iu dicatatat
segera setelah pelahiran dan 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam ke dua.
b) Data Dasar Kala IV Persalinan
Menurut varney (2007 h.835), bahwa pada kala IV ini komponen data
dasar persalinan mencakup informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi
dan penatalaksanaan perawatan ibu selama jam pertama pasca
partum dan pengetahuan fase taking in pada bayi baru lahir dan
proses bonding ibu anak.
c) Hal yang harus diamati pada kala IV
Menurut varney (2007 h.835-836) hal yang harus diamati adalah :
(1) Uterus
Setelah kelahiran plasenta, terus dapat ditrmukan ditengah tengah
abdomen kurang lebih dua pertiga sampai tiga perempat antara
simpisis pubis dan umbilikus. Jika uterus ditemukan dibagia
tengah, hal ini menandakan adanya darah dan bekuan didalam
uterus, yang perlu ditekn dan dikeluarkan. Uterus yang normal
harus keras ketika ditekan. Jika segmen atas uterus keras, tetapi
perdarahan
menetap,
pengkajian
segmen
bawah
penting
dilakukan. Uterus yang lunak hipotonik, longgar tidak berkontraksi,
denganbaik, atoni uteri adalah penyebab utama perdarahan
pascapartum.
(2) Serviks Vagina, dan perinium
Serviks, vagina, dan perinium diinpeksi, apakah ada laserasi,
memar, dan pembentukan hematoma awal. Segera setelah
kelahiran, serviks bersifat patuolus, terkulai, dan tebal. Tapi
anterior selama persalinan, atau setiap bagian servik yang
terperangkap akibat penurunan kepala janinselama periode yang
memanjang, tercermin pada peningkatan edema dan memar pada
area tersebut. Tonus vagina,
juga tampilan jaringan vagina
tersebut dipengaruhi oleh peregangan yang telah terjadi selama
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
53
kala dau persalinan. Edema atau memar pada introitus atau pada
area perinium sebaiknya dicatat.
(3) Plasenta, Membran, dan Tali Pusat
Inspeksi
unit
plasenta
membutuhkan
kemampuan
untuk
mengidentifikasi tipe tipe plasenta dan insersi tali pusat.
(4) Penjahitan Episiotomi dan Laserasi
Penjahitan episiotomi dan laserasi memerlukan pengetahuan
anatomi perinium, tipe jahitan, hemostatis, pembedahan asepsi,
dan penyembuhan luka. Selain itu juga harus mempunyai
pengetahuan tentang benang dan jarum, instrumen standar, dan
peralatan yang tersedia dilingkungan praktek.
(5) Status Fisiologis
Banyak perubahan fidiologis yang terjadi selama persalinan dan
pelahiran kembali ke level pra persalinan dan menjadi stabil
setelah setelah satu jam pasca partus. Manifestasi fisiologi lain
yang terlihat selama periode ini muncul akibat atau terjadi setelah
stres persalinan. Pengetahuan tentang temuan persalinan penting
untuk evaluasi ibu yang akurat.
(6) Tanda Vital
Tekanan darah, nadi, dan pernafasan harus stabil pada level pra
persalinan selama jam pertama pasca partus. Pemantauan
tekanan darah dan nadi yang rutin selama intrval ini adalah satu
sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah berlebihan. Suhu
ibu berlanjut sedikit meningkat tetapi biasanya dibawah 38 derajat.
(7) Gemetar
Umum pada wanita mengalami tremor selama kala IV persalinan,
tremor seperti itu dianggap normal jika tidak ada demam >38
derajat celcius atau tanda tanda infeksi lain .
(8) Sistem Gastrointestinal
Mual dan muntah jika da selama persalinan, harus diatasi. Haus
biasnya dilami dan bayak ibu bersalin lapar setelah persalinan.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
54
(9) Sistem Renal
Kandung kemih yang hipotonik disertai retensi urine bermakna dan
pembesaran umum terjadi. Tekanan dan kompresi pada kandung
kemih dan uretra selama persalinan dan pelahiran adalah
penyebabnya. Mempertahankan kandung kemih wanita kosong
guna mencegah uterus berubah posisi dan atonia uteri.
(10) Dokumentasi
Menurut Prawirohardjo (2010;h.347) bahwa yang dimaksud disini
adalah mmelengkapi partograf pada haman depan dan belakang.
5) Asuhan Kebidanan pada persalinan normal
Menurut Prawiroharjo (2014;h.341-347) terdepat 60 langkah asuhan
persalinan normal di antaranya yaitu:
a) Melihat tanda dan gejala kala dua
(1) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua
(2) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
(3) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vagina
(4) Perineum tampak menonjol.
(5) Vulva-vagina dan sfingter ani merbuka
b) Menyiapkan pertolongan persalinan
(1) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obat esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bay
baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60cm
dari tubuh bayi.
(2) Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal
bahu bayi.
(3) Menyiapkan oksitosin 10 unit
c) Memakai celemek plastic
d) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai,
mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir dan mengeringkan
dengan handuk pribadi yang bersih dan kering
e) Memakai satu sarung DTT atau steril untuk setiap kali pemeriksaan
dalam.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
55
f) Memasukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)dan
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.
g) Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
(1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekannya dengan hatihati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.
(2) Jika introitus vagina, perineum anus terkontaminasi oleh kotoran
Ibu, membersihkan dengan cara seksama dari depan kebelakang
pembersih kasa atau kapas
(3) Membuang (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
(4) Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0, 5%)
(5) Melakukan
pemeriksaan
dalam
untuk
memastikan
bahwa
pembukaan sudah lengkap,
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
lengkap, lakukan amniotomi.
(6) Mendekontaminasi dengan tangan sarung cara mencelupkan
tangan kedalam larutan klorin dan kemudian melepaskanya dan
rendam dalam keadaan dalam larutan klorin 0, 5% selama 10
menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan.
(7) Memeriksa Denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
relaksasi untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120-160 kali/menit)
(8) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
h) Mendokumentasikan hasil hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua
hasil-hasil penilaian dan asuhan Iainnya pada partograf
i) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran.
j) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginanya
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
56
(1) Menunggu hingga timbul rasa ingina meneran. pemantauan kondisi
dan kenyamanan ibu serta janin (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dan didokumentasikan semua temuan yang ada.
(2) Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat kepada ibu untuk
meneran
(3) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran.
(bila ada rasa ingin meneran dan kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk dan posisi lain yang di inginkan dan pastikan
ibu merasa nyaman)
(4) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan yang kuat untuk meneran
(a) Memimbing ibu untuk meneran secara benar dan efektif.
(b) Mendukung dan beri ibu semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesual.
(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihanya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
(d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
(e) Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan memberi
semangat pada ibu
(f) Memberikan cukup asupan cairan per oral(minum)
(g) Menilai DJJ setiap lima menit
(h) Segera rujuk bila apabila bayi belum atau tidak akansegera
lahir setelah 120 menit (2jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida).
(i)
Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran selama 60 menit.
k) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
(1) Meletakan handuk yang bersih(untuk mengeringkan bayi)di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm.
(2) meletakan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
(3) Membuka tutup partus setdan perhatikan kemmbali kelengkapan
alat dan bahan.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
57
(4) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
l) Menolong Kelahiran Bayi:
Lahirnya Kepala
(1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6cm membuka
vulva, maka lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi kain
kering dan bersih, tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksidan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu untuk meneran perlahan sambilbernafas cepat dan dangkal.
(2) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika h itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran
bayi
(3) Jika tali pusat melilit secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
(4) Jika tali pusat melilit leher secara, klem tali puast di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut.
(5) Tunggu kepala bayi me!akukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir Bahu
(1) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal.
Anjurkan
ibu
untuk
meneran
saat
kontraksi
berikutnya. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah alas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
(2) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perenium ibu untuk menyangga kepala, iengan dan siku
sebelah bawah, gunakan tangan atas untuk menyelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
(3) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan di atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.
Pegang
kedua mata kaki(masukan telunjunjuk antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainya)
m) Penanganan Bayi Baru Lahir
(1) Lakukan penilaian (selintas)
(a) Apakah bayi menangis kuat atau bayi bernafas tanpa kesulitan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
58
(b) Apakah bayi bergerah aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau lakukan tindakan
megap-megap segera resusitasi (langkah 25 ini berianjut ke
langkah- langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan
asfiksia).
n)
Mengeringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
(1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepata, dan bagian tubuh lainya
(tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan.
(2) Ganti handuk basah dengan handuk kering.
(3) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
o) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain yang
ada di dalam uterus (bayi tunggal)
p) Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin
(agar uterus berkontraksi baik)
q) Setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit (intramuscular) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin)
r) Dengan menggunakan klem jepit tali pusat (dua menit setelah bayi
lahir)pada sekitar 3cm dari pusar umbilicus bayi. Dari Sisi luar klem
penjepit, dorong isi tah pusat kea rah distal(ibu) dan lakukan penjepitan
kedua pada 2cm distal dari klem pertama.
s) Pemotongan dan Pengikatan tali pusat
(1) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah di jepit kemudian
lakukan penggurltingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara dua
kiem tersebut.
(2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steriI pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan
kedua dengan menggunakan simpul kunci
(3) Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
t) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Meletakan bayi dengan posisi tengkurab di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari putting payudara ibu.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
59
u) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
v) Penatalaksanaan aktif kala tiga
(1) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
(2) meletakan satu tangan di atas kain yang ada di atas perut ibu, di
tepi atas simpisis, untuk mendeteksi, tangan yang satu memegang
tali pusat.
(3) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang kiri mendorong uterus kea rah belakang —atas
(dorcocranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
(a) Jika plasenta tidak lahir selama 30-40 detik,
hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas
(b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
(4) Mengeluarkan plasenta
(a) Lakukan penegangan dan dorongan dorco-cranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan sejajar arah sejajar dengan lantai dan
kemudian kea rah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap di
lakukan tekanan dorco-cranial)
(b) Jika tali pusat bertambah panjang, klem hingga berjarak sekitar
5-10 dari vulva dan lahirkan plasenta
(c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat.
i. Beri ulang dosis oksitosin 10 unit 1M
ii. Lakukan katerisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh
iii. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
iv. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
v. Segera rujuk bila plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir.
vi. Bila terjadi perdarahan, lakukan manual plasenta.
vii. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
60
selaput ketuban terpilinkemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah di sediakan.
viii. Jika selaput ketuban robek pake sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan ekplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari- jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
ix. Rangsangan taktil (massase) uterus
x. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
massase uterus, letakan telapak tangan di fundus dan
lakukanmassase dengan melingkar dengan lembut hingga
berkontraksi (fundus teraba keras) gerakan uterus
xi. Lakukan
tindakan
yang
diperlukan
jika
uterus
tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil
atau massase
xii. Menilai Perdarahan
(i) Periksa kedua Sisis plasenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat
khusus.
(ii) Evaluasi
kemungkinan
laserasi
pada
vagina
dan
perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan.
w) Melakukan asuhan pasca persalinan
x) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
y) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit dengan ibubayi(di dada ibu paling sedikit 1 jam)
(1) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit, menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara.
(2) Berikan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sedah berhasil menyusu.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
61
z)
Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotic profilaksis dan vitamin k 11 mg intramuscular dipaha
kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi
aa) Memberikan suntikan imunisasi Hepatitis-B (setelah satu jam
pemberian vitamin K 1) di paha kanan antero lateral.
(1) Meletakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktuwaktu bisa disusukan
(2) Meletakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu did lam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
bb) Evaluasi
cc) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
(1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
(3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
(4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.
dd) Menganjurkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus
dan menilai kontraksi.
ee) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
ff) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemif', setiap 15
menit selama I jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persaiinan.
gg) Memeriksa temperature ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
hh) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
ii)
Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60x/menit) serta suhu tubuh normal
(36, 5-37, 5oc)
jj)
Kebersihan dan Keamanan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
62
kk) menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah dekontaminasi.
ll)
membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
mm)
Bersihkan badan ibu dengan air D TT Bersihkan sisa air
ketuban, lender dan darah . bantu ibu memakai pakaian yang
kering dan bersih.
nn) Memastikan posisi ibu nyaman, Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang di inginkan.
oo) mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
pp) Menyelupkan sarung tangan kotor keda!am larutan klorin
balikan bagian daem ke luar dan rendam dalam larutan kiorin 0,
5% selama 10 menit.
qq) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
dan kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi
yang kering dan bersih.
rr) Dokumentasi
ss) Melengkapi patograf (haman depan dan belakang),
periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.
g. Komplikasi persalinan
1) Persalinan dengan distosia
Adalah proses yang menyimpang dalam proses persalinan normal,
yang disebabkan karena ketidakserasian antara tiga komponen
penting yaitu : power, passanger, dan passage yang menimbulkan
kesulitan dalam persalinan.
2) Perdrahan Postpartum
Adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan dan
melebihi 500 cc yang dibagi dalam bentuk perdarahan primer dan
skunder.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
63
3) Inversio Uterus
Adalah terbalik dan melipatnya uterus demikian rupa sehingga
lapisan endometriumnya dapat tampak sampai diluar perinium atau
dunia luar (Manuaba,2007;h.810-822).
4) Presentasi Muka
Adalah bagian presentasi janin muka dan denominatornya adalah
dagu dan pipi (Hanretty,2014;h.266).
5) Presentai Bokong
Adalah bagian presentasinya adalah bokong (Hanretty,2014;h.270).
6) Evulsi tali pusat
Jangan pernah memberi tarikan pada tali pusat kapan pun kecuali
uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dan plasenta atau
membran melekat ke dinding uterus, inversi uterus adalah bahaya
potensial. Pada keadaan demikian, tarikan pada tali pusat tidak
hanya menarik plasenta tapi juga dinding uterus yang menyatu.
Inversi dicegah dengan mengecek untuk meyakinkan bahwa uterus
berkontraksi sebelum tarikan diberikan pada tali pusat dan dengan
tidak mencoba melahirkan plasenta dengan mendorong pada tali
pusat sebelum benar benar yakin bahwa pemisahan plasenta telah
terjadi.
Demikian juga mendorong tali pusat dapat menyebabkan tali pusat
terpisah dari plasenta (evulsi), sehingga dibutuhkan pengeluaran
plasenta secara manual sehingga memajan wanita pada trauma yang
tidak perlu dan meningkatkan risiko infeksi intrauterus (Varney, 2007;
h.829).
3. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 3742 minggu dengan berat lahir berat badan lahir antara 2500-4000 gram
(Sondakh,2013;h.150).
Menurut Dewi dan Vivian (2010;h.1) menatakan bahwa yang disebut
dengan neonatus adalah individu yang baru tumbuh dan baru saja
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
64
mengalami trauma serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Bayi baru lahir adalah janin yang baru saja keluar dari rahim ibu dan
mulai beradaptasi dengan keadaan diluar rahim. Lahir dengan normal
dan tanpa adanya permasalahan yang dialami bayi tersebut.
b. Bayi Baru Lahir Normal
Dikatakan bayi baru lahir normal jika termasuk dalam kriteria sebagai
berikut menurut Sondakh (2013;h.150).
1)
Berat badan lahir bayi antara 2500-4000
2)
Panjang badan bayi 48-50 cm
3)
Lingkar dada bayi 32-34 cm
4)
Lingkar kepala bayi 33-35 cm
5)
Bunyi jantung dalam menit pertama 180 x/menit, kemudian turun
sampai 140-120 kali/menit pada saat banyi berumur 30 menit.
6)
Pernapasan
cepat
pada
menit-menit
pertama
kita-kita
80
kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprastelnal
dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.
7)
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks caseosa.
8)
Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala telah baik.
9)
Kuku telah agak panjang dan lemas.
10)Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora
telah menutupi labia mayora(pada bayi perempuan).
(11) Refleks hisap, menelan dan moro telah terbentuk.
(12) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam
pertama.
Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan
lengket.
c. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Menurut Cuningham (2012;624) bahwa penatalaksanaan pada bayi
baru lahir diantaranya adalah :
1) Profilaksis Infeksi Mata
(a) Infeksi Gonokopus
Dimasa lalu, kebutaan sering terjadi pada anak yang menngidap
oftalmia gonokokus neonatorum yang terkena saat melintasi
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
65
jalan lahir yang terinfeksi. Berbagai anti mikroba lainnya juga
telah
terbukti
efektif
dan
profilaksis
oftlmia
gonokokus
neonatorum sekarang diwajibkan untuk semua neonatus.
(b) Infeksi Clamidia
Profilaksis yang adekuat untuk neonatus terhada konjungtifitis
clamidia bersifat
kompleks.
Dari 12-25% neonatus yang
dilahirkan pervaginam pada ibu dengan infeksi clamidia aktif
akan beresiko mengalamai konjungtifitis.
(c) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi rutin pada semua BBL terhada hepatitis B sebelum
pulang dari rumah sakit sudah dianjurkan sejak tahun 1991.
Vaksin bebas thimerosal ini tidak terbukti meningkatkan jumlah
episode demam. Evaluasi sepsis, atau gejala sisa neurologis
yang merugikan.
(d) Vitamin K
Suntikan ini dilakukan untuk mencegah penyakit hemorogic
bergantung vitamin K pada BBL. Pemberin dosis tunggal Vit K
0,5-1 mg IM dalam waktu 1 jam setelah lahir.
d. Perawatan Rutin Neonatus
Menurut
Cuningham
(2012;h.625-628),
bahwa
perawatan
rutin
neonatus adalah :
1) Perawatan kulit
Setelah pelahiran, kelebihan verniks, darah, dan mekonium, harus
dibersihkan dengan lembut. Sisa verniks mudah diserap dan hilang
spenuhnya dalam waktu 24 jam. Mandi pertama harus ditunda
sampai suhu neonatus stabil.
2) Tali pusat
Infeksi tali pusat yang serius kadang terjadi. Organisme yang
kemungkinan
besar
mengganggu
adalah
stapilococusarieus
escersia coli, dan streptokokus grup B. Karena tunggal tali pusat
dalam beberapa kasus seperti itu kemungkinan tidak menunjukan
tanda infeksi luar, maka diagnosis aan sulit ditegaskan. Tindakan
penceghan aseptik yang ketat harus diamati dalam peraawatan
langsung tali pusat.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
66
3) Pemberian makanan
Pemberian ASI ekslusif disarankan sampai 6 bulan. Dibanyak
rumah sakit, bayi muli menyusu di rumah bersalin. Sebagian besar
bayi baru lahir tumbuh dengan baik jika diberi makan pada intrval
etiap 2 hingga 4 jam. BBL yang kurang bulan atau dengan
hambatan pertumbuhan memerlukan pemberian makanan pada
interval yang lebih pendek. Dalam banyak contoh, interval 3 jam
sudah cukup. Jeda pada setiap pemberian makanan yang tepat
bergantung pada beberapa faktor, seperti kuantitas ASI, kesiapan
payudara untuk mengeluarkan ASI, dan kenginan kuat untuk
menyusui bayi.
4) Kehilangan Berat badan awal
Karena sebgian besar nenonatus sebenarnya hanya menerima
sedikit nutrisi pada 3 atau 4 hari pertama kehidupan, mereka
emakin kehilangan berat badan sampai pemberian ASI lancar aau
diberikan makanan lainnya. Bayi kurang bulan relatif lebih banyak
kehilangan berat badan dan proses pemulihan berat badannya lebih
lambat dari pada bayi aterm. Bayi yang kecil untuk usia kehamilan
namun sehat mendapatkan berat badannya kembali lebih cepat
ketika disusui dibandingkan dengan yang lahir kurang bulan.
5) Tinja dan Urin
Untuk 2 atau 3 hari pertama setelah lahir, kolon berisi mekonium
lunak berwarna hijau kecoklatan. Mekonium terdiri dari sel sel epitel
deskuamasi dari traktus intestinal, mukus, sel sel epidermis, dan
lanugo yang tertelan bersama cairan amnion. Warna yang khas
dihasilkan dari pigmen empedu. Selama janin hidup dan beberapa
jam stelah lahir, isi usus steril, tetapi bakteri dengan cepat
berkolonisasi di usus besar.
Tinja mekonium ditemukan pada 90 % BBL dalam 24 jam pertama,
dan sebagian besar sisanya dalam waktu 36 jam. Pengeluaran tinja
pertama pada BBL biasanya terjadi segera setelah lahir,
tetapi
tidak mungkin sampai hari kedua. Keluarnya mekonium dan urin
menunjukan patensi saluran pencernaan dan kemih. Kegegelan
BBL untuk BAB dan berkemih setelah waktu tersebut menunjukan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
67
adanya defk kongenital, seperti impperforata anus atau imperforata
katup uretra.
Setelah hari ketiga atau keempat, sebagai
konsekuensi mencerna susu, mekonium digantikan oleh feses
homogen kuning terang dengan konsistensi mirip dengan slai
kacang.
6) Ikterus Neonatorum
Antara hari kedua dan ke-5 kehidupan, sekitar sepertig dari
neonatus mengalami ikterik fisiologis pada BBL (penyakit kuning)
tingkat bilirubin serum saat lahir biasanya 1,8 – 2,8 per dl. Angka ini
makin meningkat selama beberapa hari berikutnya tetapi sangat
berfriasi pada setiap individu. Diantara hari ketiga ke empat,
bilirubin pada bayi baru lahir umumnya melebihi 5 mg/dl yaitu kadar
dimana pnyakit kuning biasnya terlihat. Sebagian besar bilirubin
bebas,
yaitu takterkonjuguasi. Dalam hati, bilirubin terikat atu
terkonjugasi dengan asam glukuronik dan diekskresi kedalam
empedu. Pada hati yang imatur, bilirubin yang terkonjugasi dengan
asam glukuronik menjadi lebih sedikit sehingga ekskresi didalam
empedu berkurang.
Tatalaksanan standar dan noninfasif pada bayi penderita adalah
dengan fototerapi. Dengn cara ini, bayi mnghadap cahaya dengan
panjang gelombang tertentu yang dapat diserp molekul bilirubun.
Akibatnya, bilirubin takterkonjugasi pada kulit diubah menjadi stereo
isomer larut air, yang kemudian dieksresi kedalam empedu.
7) Rawat Gabung
Model perawatan ini menempatkan bayi bayi baru lahir diruangan
yang sama dengan ibu, bukan ditempatkan perawata khusus bayi.
Disebut rawat gabung (Romiing in).
8) Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Menurut Varney (2007 h. 921) pemeriksaan fisik pada bayi baru
lahir adalah pada pendekatan dasar dalam melakukan pemeriksaan
selama pemeriksaan BBL, bidan menggunakan 4 teknik dasar
pemeriksaan
fisik
inpeksi,
palpasi,
auskultasidan
perkusi.
Pemeriksaan yang lengkap menggunakan tiga jenis evaluasi yaitu
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
68
pemerikaan antropomorfik, evaluasi sistem organ dan evaluasi
neurologis.
Pemeriksan fisik pada BBL dirancang untuk menapis adanya variasi
dan malforasi fisik serta keseluruhan status kesehatan BBL. Ada
banyak perbedaan diantara komponen pemeriksaan fisik untuk
orang dewasa dan bayi bru lahir. Juga ada banyak variasi minor
pada fisik dan perilaku BBL yang dianggap normal.
a) Pengukuran Antropomorfik
Bidan bertanggungjawab mengukur panjang dan lingkar dada
serta lngkar kepala bayi. Badan BBL memiliki penampilan yang
unik. Normalnya, lingkar kepala leih besar dari pada lingkar daa,
abdomen buncit, dan tonus fleksi. Pengukuran harus dilakukan
dengan cara standar.
Panjang BBL paling akurat dikaji jika
kepala BBL terletak rata terhadap permukaan yang keras. Kedua
tungkai diluruskan dn kerta dimeja pemeriksaan diberi tanda.
Setelah BBL dipindahkan,
bidan kemudin dapat mengukur
panjang bayi dalam satuan cm.
Lingkar kepala BBL diukur dari oksiput dan mengelilingi kepala
tepat diatas alis mata. Ukuran ini dapat berubah pada minggu
pertama
kehidupan
setelah
pembengkakan
pada
kepala
berkurang. Lingkar dada diukur dibawh ketiak dan melewati garis
puting. Berat bayi harus dikaji diatas timbangan dengan alas
dintara bayi baru lahir dan timbangan.Timbangan tersebur harus
dikalibrasi untuk menyertakan berat alas.
Tindakan itu dapat
mencegah kehilangan panas dan infeksi akibat kontaminasi
silang (Varney, 2007 h.921).
Tabel2. 5 : Mean BB, Panjang, dan lingkar kepala BBL cukup bulan
Usia Gestasi (minggu)
38 minggu
39 minggu
40 minggu
41 minggu
42 minggu
Berat (gr)
3050 gr
3225 gr
3364 gr
3501 gr
3598 gr
Sumber : Varney, 2007:921.
Panjang (cm)
48, 3 cm
49, 0 cm
49, 5 cm
50, 2 cm
50, 5 cm
Lingkar kepala (cm)
33, 6 cm
34, 0 cm
34, 3 cm
34, 7 cm
34, 9 cm
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
69
b) Pemeriksaan Neurologis
Prosedur pengkjian reflek, saraf kranial, dan indera khusus
terintregasi dalam skema keseluruhan pemeriksaan fisik. Namun,
penting untuk memikirka secara seksama tentang pemeriksaan
neurologis sebagai indikator integritas sistem saraf. Baik respon
yang menurun (hipo) maupun yang meningkat (hiper) merupakan
penyebab masalah. Respon yang menurun dapat muncul akibat
tidak adanya suatu saraf secara kongenital atau terhadap
kerusakan pada jalur sensorik maupun motorik. Respon yang
menurun
atau
meningkat
terhadap
stimulasi
juga
dapat
merefleksikan adanya defisit neurologis.
Selama pemeriksaan neurologis, bidan melakukan engkajian
terhadap indra bayi baru lahir. Melihat,
mendengar, dan
mencium dapat dievaluasi pada BBL. Respon yang buruk atau
tidak ada respon terhadap stimulasi dapat mengindikasikan
kerusakan
pada
saraf
tersebut (optikus,
auditorius, atau
olfaktorius).
Peran bidan mencakup memunculkan reflek reflek berikut,
ssebagai bagiandari pemeriksaan fisik :
(1) Mata : Reflek pupil, reflek merah, reflek mata boneke, reflek
mata engedip
(2) Ekstremitas atas : Reflek genggam telapak tangan
(3) Ekstremitas bawah : reflekpatel,
reflek plantar ,
reflek
babynsky
(4) Porso : membuka dan menutupnya anus,
reflek leher
tonicknek (Varney, 2007 h. 923).
Sedangkan menurut Sondakh (2013; h. 154) ada
beberapa reflek bayi baru lahir yaitu :
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
70
Tabel 2. 6:Reflek yang normal dan yang tidak normal
Reflek
Rooting dan
menghisap
Menelan
Respon Normal
BBL menolehkan kepala kearah stimulus,
membuka mulut, dan mulai menghisap
bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi
disentuh dengan jari atau puting
BBL menelan berordinasi dengan
menghisap
bila
cairaan
ditaruh
dibelakang lidah
Ekstrusi
BBL menjulurkan lidah keluar bila ujung
lidah di sentuh dengan jari atau puting
Moro
Ekstensi simestris bilateral dan abduksi
seluruh ekstremtas, dengan ibu jari dan
jari telunjuk membentuk huruf C diikuti
dengan abduksi ekstremitas dan kembali
ke fleksi rileks jika posisi bayi berubah
tiba tiba atau jika bayi diletakan
terlentang pada permukaan yang datar
Bayi akan melangkah dengan satu kaki
dan kemudian kaki lainnya dengan
gerakan berjalan bila satu kaki disentuh
pada permukaan rata abnormal
Bayi akan berusaha untuk merangkak
kedepan engan kedua tangan dan kaki
bila diletakan telungkup pada permukaan
datar
Ekstremitas pada satu sisi dimana saat
kepala ditolehkan akan ekstensi, dan
ekstremitas yang berlawanan akan fleksi
bila kepala bayi di tolehkan kesatu sisi
selagi beristirahat
Bayi melakukan abduksi dan fleksi
seluruh ekstremitas dan dapat mulai
menangis bila mendapat
gerakan
mendadak atau suara keras
Melangkah
Merangkak
Reflek tonik
leher
atau
fencing
Terkejut
Ekstensi
Silang
Glabellar
“blink”
Palmar
grasp
Babinsky
Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi
dan kemudian ekstensi dengan cepat
seolah
olah
berusaha
untuk
memindahkan stimulus ke kaki yang lain
bila diletakan terlentang,
bayi akan
mengekstensikan satu kaki sebagai
respon
terhadap
stimulusterhadap
telapak kaki
Bayi akan berkedip bila dilakukan empat
atau lima ketuk pertama pada batang
hidung saat mata terbuka
Jari bayi akan melekuk disekeliling benda
dan menggenggamnya seketika bila jari
diletakan ditangan bayi
Jari jari kaki bayi akan hiperekstensi dan
terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu
jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari
tumit keatas melintasi bantalan kaki
Respon Abnormal
Respon yang kemah atau tidak ada respon
terjadi pada prematuritas,
penurunan atau
cedera neurologis, atau depresi sistem syaraf
pusat
Muntah, batuk atau regurgitasi cairan dapat
terjadi kemungkinan berhubungan dengan
sianosis skunder karena prematuritas, defisit
neurologis, atau cidera terutama terlihat setelah
larinoskopi
Ekstrusi lidah secara kontinu atau menjulurkan
lidah yang berulang ulang terjadi pada kelainan
sistem syaraf pusat dan kejang
Respon asimetris terlihat cedera saraf perifer
(pleksus brakialis) atau faktur klafikula atau
fraktur fraktur tulang panjang lengan atau kaki
Respon asimetris terlihat pada cedera syaraf
Sistem saraf pusat (SSP) atau perifer atau
fraktur tulang panjang kaki
Respon asimetris terlihat pada cedera sistem
saraf pusat dan gangguan neurologis
Respon persiste setelah bulan keempat dapat
menandakan cedera neurologis.
Respon
menetap tampak pada cedera SSP dan
gangguan neurologis
Tidak ada respon dapat menandakan defisit
neurologis atau cedera. Tidak adanya respon
secara lengkap dan konsisten terhadap bunyi
keras dapat menandakan ketulian. Respon
dapat menjadi tidak ada atau berkurang selama
tidur malam
Respon yang lemah atau tidka ada respon yang
terlihat pada cedera syaraf perifer atau fraktur
tulang panjang
Terus berkedip dan gagal untuk berkedip
menandakan adanya kemungkinan gangguan
neurologis
Respon ini berkurang terjadi pada prematuritas.
Tidak ada respon yang terjadi pada defisit
neurologis yang berat
Tidak ada respon yang terjadi pada defisit SSP
Sumber Sumber: sondkh, 2013.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
71
e. Komplikasi Bayi Baru Lahir
Menurut Sondakh (2012; h. 176) ada komplikasi bayi baru lahir seperti:
1) Asfiksia
Di kutip dari AH Markum (2001 h.261) menyatakan bahwa asfiksia
adalah suatu keadaan bayi saat lahir yang mengalami gangguan
pertukaran
gas
dan
transpor
oksigen,
sehingga
penderita
kekuranagn persediaan oksigen dan kesulitan dalam mengeluarkan
karbondioksida.
a) Tanda Gejala
Beberapa tanda gejala yang dapat muncul pada asfiksia
neonatorum adalah:
(1) Tidak ada pernafasan atau apnea (pernafasan lambat
kurang dari 30 kali per menit). Apnea terbagi menjadi dua
yaitu
(2) Apnea primer : pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan
tonus muskuler menurun.
(3) Apnea skunder : apabila asfiksia berlanjut, bayi menunjukan
pernafasan megap megap yang dalam denyut jantung terus
menerus, terlihat lemah (pasif dan pernafasan makin lama
makin menurun).
(4) Pernafasan
tidak
teratur,
dengkuran
atau
retraksi
(perlekukan dada)
(5) Tangisan lemah
(6) Warna kulit pucat dan biru
(7) Tonus otot lemah atau terkulai
(8) Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari 100 kali
per menit) (Sondakh, 2012; h 176).
b) Etiologi
Aliran darah ibu ke bayi dapat dipengaruhi oleh keadaan ibu. Jika
aliran oksigen ke janin berkurang, akan mengakibatkan gawat
janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia pada BBL. Akan tetapi
bayi dapat mengalami asfiksia tanpa didahului tanda gawat janin.
Yang dimaksud gawat janin disini adalah banyak hal yang
menyebabkan bayi tidak bernafas saat lahir. Sering kali hal ini
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
72
terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin. Akibat
gawat janin, bayi tidak menerima oksigen yang cukup. Gawat
janin
adalah
reaksi
janin
pada
kondisi
dimana
terjadi
ketidakcukupan oksigen. Gawat janin dapat diketahui dengan
hal hal berikut:
(1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 100 atau lebih dari
180 kali per menit
(2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari
10 kali per hari)
(3) Adanya air ketuban yang tercampur dengan mekonium atau
berwarna kehijauan(pada bayi dengan presentasi kepala )
(Sondakh, 2012; h 176).
c) Patofisiologi
Bayi bayi yang mengalami proses asfiksia lebih jauh berada
dalam tahap apnea skunder. Apnea skunder dapat dengan cepat
menyebabkan kematian jika bayi tidak benar benar didukung
oleh pernafasan buatan, dan bila diperlukan, dilakukan kompresi
jantung. Warna bayi berubah dari biru ke putih karena BBL
menutup sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran
darah ke organ organ seperti jantung, ginjal, dan adrenal.
Dalam praktek menentukan tingkat asfiksia bayi dilakukan
dengan penilaian skor APGAR biasanya dinilai 1 menit setelah
bayi lahir lengkap dan 5 menit setelah bayi lahir. Patokan klinis
dimulai dengan :
(1) Menghitung frekuensi jantung
(2) Melihat usaha bernafas
(3) Menilai tonus otot
(4) Menilai reflek rangsangan
(5) Memperlihat warna kulit
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR sebagai berikut :
(1) Asfiksi berat dengan nilai APGAR 0-3
(2) Asfiksia ringan dan sedang dengan nilai APGAR 4-6
(3) Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
(4) Bayi norrmal dengan nilai APGAR 10 (Sondakh, 2012; h 177).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
73
Menurut Cuningham (2012;h.620), bahwa Sistem penilaian
ini adalah alat klinis yang berguna untuk mengidentifikasikan
neonatus yang membutuhkan resisutasi serta menilai efektifitas
setiap tindakan resusitasi.
Tabel 2. 7 APGAR acore
Tanda
Denyut jantung
0 Poin
Tidak ada
Usaha
pernafasan
Tonus otot
Tidak ada
Refleks
iritabilitas
Warana
Tidak
ada
respon
Biru, Pucat
Lunak
1 Poin
<100 denyut per
menit
Lambat, tak teratur
2 poin
≥100 denyut per
menit
Baik, menangis
Beberapa
ekstremitas fleksi
Menyeringai
(
grimace)
Badan
berwarna
merah muda
Alat gerk biru
Gerakan ktif
Menangis aktif
Merah
muda
seluruhnya
Sumber : Mochtar, 2011.
d) Penatalaksanaan
Menurut Sondakh (2012;h.176) bahwa ada beberapa tahap
penatalaksanaan asfiksia yaitu :
(1) Tahap 1 : Langkah awal
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi
sebagian besar bayi baru lahir, 5 langkah awal dibawah ini
cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur
(a) Menjaga bayi tetap hangat
(b) Mengatur posisi bayi
(c) Mengisap lendir
(d) Mengeringkan dan merangsang bayi
(e) Mengatur kembali posisi kepala bayi dan selimut bayi
(f) Melakukan penilaian bayi
(2) Tahap 2 : ventilasi
Ventilasi
adalah
tahapan
tindakan
resisutasi
untuk
memasukan sejumlah volume udara kedalam paru dengan
tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
bernafas spontan dan teratur. Langlah langkah ventilasi
adalah :
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
74
(a) Pasang sungkup dan lakukan ventilasi dua kali
i.
Lakukan dengan tekanan 30 cm air
ii.
Lihat apakah dada bayi mengembang
(b) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
i.
Lakukan dengan tekanan 20 cm air, sampai bayi
menangis dan bernafas.
ii.
Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik lakukan
penilaian, jika bayi mulai menangis hentikn secara
bertahap.
iii. Jika megap megap dan tidak bisa bernfas lakkan :
(c) Ventilasi setiap 30 detik, hentikan dan lakukan penilaian
ulang nafas
i.
Lanjutkan ventilasi setiap 20 kali dalam 30 detik
ii.
Hentikan ventilasi dan lakukan penilaian apakah bayi
bernafas atau tidak, jika masih megap megap :
(d) Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah
2 menit resisutasi
(e) Lakukan resisutasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
(3) Tahap 3 : pasca resisutasi
(a) Resisutasi berhasil
Lakukan perawatan BBL secara umum dan awasi tanda
bahaya pada BBL
(b) Jika perlu rujukan
Lakukan tindakan :
i. Pemantaun dan perawatan tali pusat
ii. Pencegahan hipotermipemberian vit k
iii. Pencegahan infeksi
(c) Resisutasi tidak berhasil
Apabila resisutasi tidak berhasil selama 10 menit sesudah
resisutasi, bayi tetap tidak bernafas dan tidak ada denyut
jantung tindakan berikutnya adalah bidan melakukan
tindakan pencatatan dan pelaporan kasus.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
75
f. Jadwal kunjungan Neonatal
Menurut Sondakh (2013) bahwa ada beberapa kunjungan yang harus
dilakukan selama masa neonatus, yaitu :
1) Kunjungan Neonatal hari ke-l (KN I)
a) Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat di
laksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (>24
jam)
b) Untuk bayi yang lahir di rumah , bila bidan meninggalkan bayi
sebelum 24 jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6 jam
setelah lahir.
c) Hal yang di laksanakan:
(1) jaga kehangatan tubuh bayi
(2) berikan Asi Ekslusif
(3) Cegah Infeksi
(4) Rawat tali Pusat
2) Kunjungan neonatal hari ke 2- (KN 2)
a) Jaga kehangatan tubuh bayi
b) Berikan Asi Ekslusif
c) Cegah Infeksi
d) Rawat tali Pusat
3) Kunjungan neonatal minggu ke -3 (KN 3)
Hal yang di lakukan meliputi
a) Memeriksa ada/tidaknya tanda bahaya atau gejala sakit pada
bayi
b) Menjaga kehangatan bayi
c) Memberikan ASI Ekslusif
4. Nifas
a. Pengertian
Periode pascapartum adala masa dari kelahiran plasaenta dan selaput
janin (menandakan ahir periode intrapartum) hingga kembalinya
traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini juga
disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
76
disebut puerpera. Periode pemulihan pascapartum berkisar sekita
enam minggu (Varney, 2007 ;h. 958).
Sedangkan menurut Sukarni dan Elizabeth (2012; h. 315) yang
dimaksud dengan nifas adalah setelah kelahiran bayi dan pengeluaran
plasenta, dan pada masa ini ibu mengalami suatu periode pemulihan
kembali kondisi fisik dan psikologinya. Yang diharapkan pada 6
minggu setelah melahirkan adalah semua sistem dalam tubuh ibu akan
pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan
ebelum hamil.
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat
reprduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,2010; dalam
Siwi Malyani,2016).
Masa nifas merupakan masa dimana setelah 2 jam kelahiran plasenta
atau kala 4 persalinan, dan masa ini adalah masa yang digunakan
untuk ibu dalam pemulihan keadaan fisiknya, biasanya masa nifas
berlangsung selama 40 hari.
b. Perubahan fisiologis Ibu Nifas
Meskipun istilah involusi telah digunakan unutk mnunjukan perubahan
etrogesif yang terjadi disemua organ dan struktur saluran reproduksi,
istilah ini lebih spesifik menunjukan adanya perubahan retrogesif pada
uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus.
1) Uterus
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengamblan desidua atau
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang
ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada
lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokhea.
Banyaknya lokhea dan kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh
pemberian rangkaian preparat yang hanya mempunyai efek jangka
pendek tetapi menyusui akan mempercepat involusi.
Regenerasi endometium lengkap pada tempat perlengkapan
plasenta memakan waktu hampir 6 minggu. Epitel tumbuh pada
tempat perlekatan tersebut dari samping dan dari sekitar lapisan
uterus, dan keatas dari bawah tempat perlekatan plasenta.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
77
Pertumbuhan endometrium ini membut pembuluh darah yang
mengalami pembekuan pada tempat perlekatan tersebut rapuh
sehingga meluruh dan dikeluarkan dalam bentuk lokhea.
Uterus segera setelah kelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin,
beratnya sekitar 1000 gr. Berat uteru menurun sekitar 500 gr pada
minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang
biasanya pada saat tidak hamil yaitu 70 gr pada minggu kedelapan
pasca partum.
Penurunan ukuran yang cepat ini direflesikan dengan perubahan
lokasi uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan menjadi organ
panggul. Segera setelah pelahiran TFU terletak sekitar duapertiga
per empat bagian atas antara simpisis pubis dan umbilikus. Letak
TFU kemudian naik, sejajar dengan umbilikus setelah beberapa
jam. Tfu tetap terletak kira kira sejajar umbilikus elama satu atau
dua hari dan secara bertahap turun kedalam panggul sehingga tidak
dapat lagi dipalpasi lagi diatas simpisis pubis setelah hari kesepuluh
pascapartum. Walaupun terdapat variasi lokasi umbilikus terhadap
simpisis pubis pada setiap individu dan varisi ukuran ruas jari
diantara pemeriksa dengan pemeriksa lain sehingga membuat
adanya rentang normal dalam penurunan dan lokasi TFU harian,
terdpat keseragaman untuk memfasilitasi generalisasi penurunan
uterus (Varney, 20017; h. 960).
2) Lokhea
Lokhea adalah istilah untuk sekret atau uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya,
nama
deskriptif lokhea berubah yaitu lokhe lubra, serosa, alba.
a) Lokhea rubra, berwarna merah karena mengandung darah. Ini
adalah lokhea pertama yang mulai keluar segera setelah pelahiran
dan terus berlanjut selama dua hingga tiga hari pasca partum.
Lokhea rubra mengandung darah dan jaringan desidua (Varney,
2017; h. 960).
b) Lokhea serosa, mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari
lokhea rubra serosa dan merah muda. Lokhea ini berhenti sekitar 7
hingga 8 hari kemudian dengan warna merah muda, kuning, atau
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
78
putih hinga transisi menjadi lokhea alba. Lokhea serosa terutama
mengandung cairan serosa, jaringan dsidua, leukosit, dan eritrosit
(Varney, 20017; h. 960).
c) Lokhea alba, Lokhea ini terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum
dan hilang sekitar periode dua higga empat minggu. Pada beberapa
wanita, lokhea ini tetap ada
pada pemeriksaan pascapartum.
Warna ini putih krem dan mengandung leukosit dan sel darah
desidua.Lokhea
mempunyai
karakteristik
bau
seperti
aliran
menstruasi. Bau lokhea ini paling kuat pada lokhea serosa (Varney,
2017; h. 960).
3) Vagina dan perineum
Segera setelah pelahiran vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengaami bebebrapa derajat edema dan memar. Serta celah pada
introitus. Setelah atu hingga dua minggu postpartum tonus otot
vagina kembali,
celah vagina tidak lebar dan vaina tidak lagi
edema. Sekarang edema menjadi berdinding lunak lebih besar dari
biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan
rugae vagina ekitar minggu ketiga pascapartum. Ruang vagina
selalu sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama. Akan
tetapi latihan pengencangan otot periniu akan mengencngkan
kembali ototnya dan memungkinkan wanita secar perlahan
mengencangkan vaginanya. Pengencangan vagin ini sempurna
pada ahir puerperium dengan latihan setiap hari (Varney, 20017; h.
960).
4) Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat
melahirkan. Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum
meliputi penampilan dan integritas pting susu,
memar atau iritasi
jaringan pasyudara karena posisi bayi pada payudara, adanya
kolostrum, apakah payudara terisi air susu,
dan adanya sumbatan
duktus, kongesti, dan tanda tanda mastitis potensial.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
79
5) Tanda Tanda Vital, dan Tanda Gejala serta Perubahan Fisik lain
a) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan banyak wanita mengalami peningkatan
semenara tekanan darah sistolik dan dstolik, yang kembali secara
spontan ketekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.
b) Suhu
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat
selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama
pascapartum.
c) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir,
kembali
normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi,
demam selama persalinan, dan nyeri akut selama persisten dapat
mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 elama
puerperium hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukan
adanya infeksi (Varney, 2017; h. 961).
d) Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam
pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain
memerlukan evaluasi, adanya kondisi kondisi kelebihan cairan,
eksaserbasi, asma dan embolus paru (Varney, 2017; h.961).
e) Perubahan Sistem Renal
Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama
kehamilan, kembali normal pada ahir minggu ke empat pacapartum.
Segera setlah pasca partum kandung kemih, edema, mengalami
kongesti, dan hipotomik, yang dapat menyebabkan overdistensi,
pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urin yang berlebihan
kecuali perawatan diberikan untuk memastikan berkemih secara
periodik. Uretra jarang mengalami obstrusi, tetapi mungkin tidak
dapat hihindari akibat persalinan lama dengan kepala janin dalam
panggul. Efek persalinan pada kandung
kemih dan uretra
menghilang dalam 24 jam pertama pasc prtum, kecuali wanita yang
mengalami infeksi saluran kemih (Varney, 2017; h. 961).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
80
f) Penurunan Berat Badan
Wanita mengalami penurunan berat badan rata rata 4,5 kg pada
waktu melahirkan. Penurunan ini mewakili gabungan berat bayi,
plasenta, dan cairan amnion. Wanita dapat kembali mengalami
penurunan berat badan sebanyak 5 pon selama minggu pertama
pasca partum krena kehilangan cairan. Salah satu study menemukan
bahwa berat badan mayoritas wanita mendekati berat badan
prakhamilan dalam 6 bulan pasca partum. Penentu utama penurunan
berat badan pasca partum adalah peningkatan berat badan saat
hamil, wania yang mengalami peningkatan berat badan yang paling
banyak akan mengalami penurunan berat badan yang paling besar
pula. Akan tetapi, menyusui yang banyak dilaporkan mempengaruhi
penurunn berat badan setelah melahirkan, tidak memeliki efek yang
signifikan pada study ini (Varney, 2017; h. 961).
g) Perubahan gastrointestinal
Wanita ungkin kelaparan dan menimbulkan satu atau dua jam setelah
melahirkan kecuali ada komplikasi klahiran, tidak ada alasan untuk
menundan pemberian wanita pada pasca partum yang sehat lebih
lama dari waktu yang dibutukan untuk melakukan pengkajian awal.
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awalkarena
kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita
mengalami defekasi, wanita mungkin menahan defekasi karena
periniumnya mengalami perlukaan atau karena pengetahuan dan
takut akan merobek atau merusak jahitan jika melakukan defekasi
(Varney, 2017; h. 961).
h) Dinding abdomen
Stiare abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempurna, tetapi
dapat berubah
menjadi garis putih keperakan yang hus setelah
periode beberapa bulan. Dinding abdomen lunak setelah pelahiran,
karena dinding ini meregang selama kehamilan. Semua wanita
puerpera mengalami beberapa derajat diestasis rekti pemisahan
otot rektus abdomen. Seberapa berat berat diestasis bergantung
pada sejumlah faktor termasuk kondisi umum dan tonus otot wanita,
apakah wanita melakukan latihan untuk mengembalikan tonus
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
81
ototnya dan menutup diastasisnya setelah setiap kehamilan,
paritasnya (pengembalian tonus otot yang sempurna akan semakin
sulit jika paritasnya tinggi), jarak kehamilannya,
dan apakah
kehamilannya menyebabkan distensi berlebihan pada abdomen
(Varney, 2017; h 961)
c. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Menurut Sondakh (2012) h.87 proses adptasi psikologis ada beberapa
tahap diantaranya :
1) Periode taking in
a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung,
perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran pada tubuhnya.
b) Ia akan mengulang ulang menceritakan pengalaman melahirkan.
c) Tidur
tanpa
gangguan
sangat
penting
untuk
mengurangi
gangguan kesehatan akibat kurang istirahat
d) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proes laktasi aktif.
e) Dalam memberikan asuhan,
kebutuhan psikologis ibu.
bidan harus dapat memfasilitasi
Pada tahap ini bidan dapat menjadi
pendengar yang baik
2) Periode taking hold
a) Periode ini berlangsung pada hari ke2-4 post partum
b) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua
yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
c) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB,
BAK, kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
d) Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan perawatan pada
bayi
e) Pada masa ini ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir
dalam melakukan hal hal tersebut
f) Pada tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi
g) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk
memberikan bimbingan cara perawatan bayi
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
82
3) Periode letting go
a) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah. Periode
ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga.
b) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia
harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat
bergantungn padanya. Hal ini menyebabkan berkurngnya hak ibu,
kebebasan, dan hubungan sosial.
c) Depresi pos partum uumumnya terjadi pada periode ini.
Selain dari ketiga fase tersebut hal yang dapat dialami oleh ibu
nifas adalah :
1) Post Partum Blues
Selain dari ketiga fase diatas fenomena pasca partum awal
atau baby blues juga dapat terjadi hal ini merupakan sekuel
umum kelahiran bayi biasanya terjadi pada 70% wanita.
Penyebabnya ada beberpa hal, antara lain lingkungan tempt
melahirkan yang krang mendukung, perubahan hormon yang
cepat, dan keraguan terhadap peran yang baru. Pada
dasarnya, tidak satupun dari ketiga hal tersebut termmasuk
penyebab hal yang konsisten. Faktor penyebab biasanya
merupakan kombinasi dari berbagai faktor, termasuk adanya
gangguan tidur ang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa
masa awal menjadi ibu, dan biasanya ini terjadi pada anita
primipara (Sukarni dan Elizabeth, 2013).
2) Kesedihan dan Duka Cita
Dalam hal in duka cita dibagi dalam tiga tahap antara lain :
a) Tahap syok
Tahap ini merupakan tahap awal dari kehilangan
b) Tahap penderitan (fase realitas)
Tahap ini merupakan penerimaan terhadap fakta kehilangan
dan upaya penyesuaian terhadap realitas yang harus ia
lakukan terjadi selama periode ini
c) Tahap
Resolusi
(fase
menentukan
hubungan
yang
bermakna)
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
83
Selama
periode
ini,
orang
yang
berduka
kehilangan, penyesuaian telah komplek,
menerima
dan individu
kembali pada fungsinya secara penuh (Sondkh, 2012).
Selain periode nifas diatas juga ada yang menyebutkan
dengan periode lain, namun fase yang dialaminya hampir
sama, ini dikemukakan oleh Sondakh (2012;) h.5 bahwa
masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
1) Puerperium dini
Adalah masa kepulihan,
yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan, dalam agama islam
dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial
Adalah masa kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu
3) Remote puerperium
Adalah masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna berlangsung selama
berminggu minggu, bulanan, bahkan tahunan.
d. Perawatan Ibu pada Masa Nifas
Menurut Wiliams (2012;) h.683 mengatakan bahwa perawatan
pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Ambulasi awal
Ibu turun dari tempat tidur dalam beberapa jam setelah pelahiran.
Pendamping pasien harus ada selama paling kurang pada jam
pertama, mungkin saja ibu mengalami sinkop.
Keuntungan
ambulasi awal yang terbukti mencakup komplikasi kandung kemih
yang jarang terjadi dan yang lebih jarang lagi, konstipasi. Ambulasi
awal telah menurunkan frekuensi trombosisi vena puerperal dan
embolisme paru.
2) Perawatan Perineal
Ibu diberitahu untuk membersihkan vulva dari anerior ke posterior
dari vulva kearah anus. Aplikasi kantung es keperinium dapat
membantu mengurangi edema dan ketidaknyamanan selama
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
84
beberapa jam pertama jika terdapat laserasi atau episiotomi.
Sebagian besar wanita juga reda nyeri. Nya dengan pemberian
semprotan anastesi lokal. Perasaan yang sangat tidak nyaman
biasanya menandakan suatu masalah, seperti hematoma dalam
hari pertama atau lebih,
dan infeksi setelah hari ketiga atau ke
empat.
3) Fungsi kandung kemih
Pengisian kandung kemih setelah pelahiran dapat bervariasi. Pada
sebagian besar unit, cairnan intravena diinfuskan slama persalinan
dan satu jam setelah pelahiran. Oksitosin dalam dosisi yang berefek
antidiuretik, sering diinfuskan pasc partum, dan sering terjadi
pengisian kandung kemih. Sealain itu, baik sensasi kandung kemi
maupun kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara
spontan dapat berkurang karena analgesi lokal maupun umum,
episiotomi, atau laserasi, dan karna pelahiran yang dibantu alat.
Jadi, retensi urin dengan distensi berlebihan kandung kemih sering
terjadi ada awal nifas.
e. Ketidaknyamanan Masa Nifas
Menurut Cuninghamn (2012;h.684) ada beberapa ketidaknyamanan
selama masa nifas, yaitu :
1) Depresi
Mood yang menurun dalam tingkat tertentu hampir umum terjadi
pada seorang ibu dalam beberapa hari setelah melahirkan. Istilah
pospartum blues tampaknya merupakan konsekensi dari sejumlah
faktor,
termasuk
ganguguan
emosional
yang
menyertai
kegembiraan dan ketakutan yang dialami selama kehamilan dan
persalinan. Ketidaknyamanan pada nifas awal, kelelahan karena
tidur yang terganggu, kecemasan akan kemampuan merawat bayi
yang teap, dan masalah citra tubuh.
2) Relaksasi Dinding Abdomen
Jika abdomen biasnya tidak lembek atau kendor, korset yang biasa
sering sudah memuaskan. Penggunaan pengikat perut sebaiknnya
merupakan tindakan sementara. Latihan untuk mengembalikan
tonus dinding abdomen dapat dimulai kapanpun. Setelah pelahiran
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
85
pervaginam dan setelah anyeri abdomen pasca bedah sesar
berkurang.
3) Diet
Pada masa nifas tidak terdapat pembatasan diet bagi wanita yang
telah melahirkan. Dua jam setelah persalinan pervaginam normal,
jika tidak terdapat komplikasi, seorang wanita harus diijinkan untuk
makan. Dengan menyusui, jumlah kalori dan protein yang
dikonsumsi selama kehamilan harus ditingkatkan sedikit. Dan jika
ibu tidak menyusui, kebutuhan diet harian sama dengan wanita
yang tidak hamil. Melanjutkan pemberian suplementasi besai
selama paling kurang 3 bulan seetelah melahirkan dan memeriksa
hematogrid pada kunjungan pasca partum merupakan prosedur
standar di dalam rumah sakit kita.
4) Hubungan seksual
Kebutuhan informasi dan konseling tentang kehidupan seksual dan
konrasepsi merupakan salah satu pernyataan yang banyak
diajukam pada masa pascapersalinan. Ada kemungkinan besar
bahwa sebagian besar ibu menghindri hubungan seksual selama
terjadinya kehamilan sampai dengan persalinan.
kelelahan dan
gangguan tidur adalah keluhan yang paling sering menyebabkan
terjadinya penuruna libido. Kembalinya perilaku seksual sebelum
kehamilan pada umumnya akan berjalan sangat lambat.
Setelah 8 minggu pasca persalinan, hanya 71% responden
menyatakan telah melkukan hubungan seksual dan pada 10 minggu
90% diantara perempuan yang memiliki pasangan telah melakukan
hubungan seksual. Menyusui lebih berpengaruh pada penurunan
aktifitas seksual apabila dibandingkan dengan penggunaan susu
formula (Prawirohardjo, 2010; h. 365 ).
f. Komplikasi yang terjadi selama masa nifas
Menurut
Cuningham
(2012;h.691-692)
bahwa
ada
beberapa
komplikasi yang terjadi selama masa nifas yaitu :
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
86
1) Demam Nifas
Terdapat jumlah faktor yang dapat menyebabkan demam suhu 38,0
derajat celcius atau lenih tinggi pada masa nifas. Sebagian besar
demam persisten setelah kelahiran bayi disebabkan oleh infeksi
saluran genital. Harus ditekan bahwa kenaikan suhu mencapai 39
derajat celcius atau lebih yang terjadidalam 24 jam pertama pasca
partum
dapat
disebabkan
oleh
infeksi
pelvis
virulen
oleh
streptococcus grup A. Penyebab umum demam nifas lainnya adalah
pembengkakan payudara dan pielonevritis atau kadang kadang
komplikasi respiratorik setelah bedah caesar.
2) Infeksi Uterus
Infeksi uterus pasca partum sering disebut dengan berbagai macam
nama, yaitu endometritis, endomeotritis, dan endopaarametritis,
karena infeksi tidak hanya mengenai desidua melainkan juga
meometrim dan jaringan parametrial.
3) Faktor Prediposisi
a) Pelahiran pervaginam
Dibandingkan dengan bedah caesar, metritis yang terjadi setelah
pelahiran pervaginam relatif jarang terjadi. Ibu ibu yang
melahirakan pervaginam di parkland hospital mempunyai 1
sampai 2% insiden metritis. Ibu yang beresiko tinggi mengalami
infeksi disebebkan oleh pecah ketuban, persalinan lama, dan
pemeriksaan pembukaan serviks berulang, mempunyai 5-6 %
insiden metritis aetelah pelahiran pervaginam. Dan manul
plasenta meningkatkan angka metritis puerperal tigkali lipat
dalam penelitian yang dilakukan oleh baksu dkk (2005).
b) Bedah Caesar
Profilaksis antimikrobian
peioperatif
dosis
tunggal
hampir
diberikan secara rutin pda bedah sesar. Profilaksis antimikroba
dosis tunggal itu telah banyak berperan mengurangi insiden dan
keparahan infeksi pasca bedah casar di banding tindakan lain
dlaam 30 tahun terahir ini.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
87
c) Bakteriologi
Sebagian besar infeksi pelvi wanita disebabkan oleh bakteri yang
hidup disaluran reproduksi wanita. Dalam dekade terahir,
terdapat laporan laporan steptococcus B—Hemolitik grup A
menyebabkan sindrom seperti syok tosik dan infeksi yang
membahayakan nyawa ( aronoff dan mulla, 2008).
g. Kunjungan Nifas
Menurut profil kesehatan (2013) menyatakan bahwa Pelayanan
kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai
standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal
yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca
persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca
persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca
persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan
meliputi:
1) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)
2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
3) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain
4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu
nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana
6) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
5. Kontrasepsi
a. Pengertian
Menurut Marmi (2016;h.83) bahwa yang disebut dengan KB menurut UU
No.10 Tahun 1992 adalah upaya untuk peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui
pendewasaan
usia
perkawinan,
pengaturan
kehamilan,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan keejahteraan keluarga
untuk
mewujudkan
keluarga
kecil,
bahagia,
dan
sejahtera
(Kurniawati,2014;h.23).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
88
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya dengan kondisi 4 T (Kepmenkes RI;2015h.120).
Dari
beberapa
pengertian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
Kb
merupakan program pemerintah untu menjarangkan kehamilan, sebagai
program pemerintah untuk meminimalisir mortalitas dan morbiditas AKI
dan AKB.
Menurut Varney (2007; h.414) bahwa kemampuan untuk membantu
wanita atau pasangan suami istri lebih efektif dalam keluarga berencana
dapat meningkat atau terhambat oleh perasaan dan sikap bidan terhadap
hal hal berikut karena keterkaitannya dengan keluarga bersama:
1)
Jenis kelamin dan seksualitas
2)
Agama
3)
Ras/etik
4)
Status ekonomi
5)
Status pernikahan
b. Faktor Yang Mempengaruhi KB
Sebelum menetapkan metode kontrasepsi, individu atau pasangan suami
istri, mula mula harus memutuskan apakah mereka ingin menerapkan
program keluarga berencana. Sejumlah faktor dapat memengaruhi
keputusan ini, antara lain :
1) Faktor sosial budaya
2) Faktor pekerjaan dn ekonomi
3) Faktor keagamaan
4) Faktor hukum
5) Faktor fisik
6) Faktor hubungan
7) Faktor psikologis
8) Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik
c. Kefektifitasan KB
Menurut varney (2007:416) bahwa penentuan efektifitas suatu metode
kontrasepsi yang didasarkan pada perbandingan penurunan dengan
kemungkinan konsepsi setiap bulan. Karena tidak mungkin menentukan
proporsi wanita yang akan mengalami keamilan jika mereka tidak
menggunakan metode kontrasepsi dibawah pengawasan, sangat sulit
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
89
untuk mengukur efektifitas metode konrasepsi secara langsung. Namun
angka kegagalan atau kemungkinannya dapat dihitung. Dua faktor utama
yang mempengaruhi kemungkinan bahwa suatu metode kontrasepsi akan
gagal untuk melindungi individu yang menggunakan kontrasepsi adalah :
1) Kecenderungan keberhasilan metode itu sendiri jika digunakan secara
konsistensi dan benar.
2) Fakto manusia, termasuk motifasi, kemampuan untuk menggunakan
suatu metode, pnggunaan yang tidak konsisten, dan penggunaan
secara benar, tetapi tidak konsisten.
d. Penapisan Klien
Penapisan ini menurut BKKBN (2010) bahwa, tujuan utama penapisan
klien sebelum pemberian suatu metod kontrasepsi (misalnya pil KB,
suntikan atau AKDR) adalah untuk menentukan menentukan apakah
anda hamil atau mengalami keadaan yang membutuhkan perhatian
khusus. Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang
membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.
Untuk sebagian besar klien keadaan ini bisa diselesaikan dengan
anamnesis terarah, sehingga masalah utama dapat dikenali atau
kemungkinan hamil dapat disingkirkan. Sebagian besar cara kontrasepsi,
kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap tidak membutuhkan pemeriksaan
fisik maupun panggul. Pemeriksaan laboratorium untuk klien keluarga
berencana atau klien baru umumnya tidak diperlukan karena :
1) Sebagian besar klien keluarga berencana berusia muda ( umur 1635 tahun) dan umumnya sehat.
2) Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan
perhatian ( misalnya kangker genetalia dan payudara, fibroma
uterus ) jarang didapat pada umur sebelum 35 atau 40 tahun.
3) Pil kombinasi dosisi rendah yang sekarang tersedia (berisi
esterogen dan progesteron lebih baikdari pada produk sebelumnya
karena efek samping lebih sedikit dan jarang menimbulkan masalah
medis.
4) Pil progestin, suntik, dan susuk bebas dari efek yang berhubungan
dengan estrogen dan dosis progestin yng dikeluarkan perhari
bahkan lebih rendah dari pil kombinasi.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
90
Tabel 2. 8 Daftar tilik penapisan klien metode nonoperatif
Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntik dan susuk)
YA
TIDAK
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih.
Apakah anada menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca persalinan
Apakah mengalami perdarahan/ perdarahan bercak atau haid setelah
senggama. .
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata.
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual.
Apakah pernah nyeri yang hebat pada betis,
paha atau dada atau
tungkai bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90
mmHg (diastolik)
Apakah ada masa atau benjolan pada payudara.
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi)
AKDR (semua jenenis pelepas tembaga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu.
Apakah klien (atau pasangan)b mempunyai pasangan seks lain.
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan
ektopik.
Apakah pernah mengalami haid banyak ( lebih 1-2 pembalut 4 jam)
Apakah pernah mengalami dismenore berat yang membutukan
analgetika dan/atau istirahat baring.
Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid
atau setelah senggama.
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau
kongenital
Sumber : BKKBN, 2010.
1)
Apakah klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan
maka pil kombinasi adalah metode pilihan terakhir.
2)
Tidak cocok untuk pil progestin(minipil), suntikan (DMPA atau NETEN), atau susuk
3)
Tidak cocok untuk suntikan progestin ( DMPA atau NET-EN)
Jika semua keadaan di atas adalah “tidak” (negatif) dan tidak dicurigai
adanya kehamilan, maka dapat di teruskan dengan metode khusus. Bila
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
91
respon banyak yang “YA” (positif), berarti klien perlu di evaluasi sebelum
keputusan akhir dibuat. Catatan : klien tidak selalu memberikan informasi
yang benar tentang kondisi di atas. Namun,
petugas namun petugas
kesehatan harus mengetahui keadaan sebenarnya.
Bila diperlukan,
petugas dapat mengulangi pertanyaaan dengan cara yang berbeda. Jiga
perlu diperhitungkan masalah sosial, budaya atau agama yang mungkin
berpengaruh terhadap respon klien tersebut dan pasangannya.
Tabel 2. 9: Daftar tilik penapisan klien. Metode oprasi (Tubektomi)
Keadaan Klien
Keadaan
umum
(anamnesis
dan
pemeriksaan fisik
Dapat dilakukan difasilitas
rawat jalan
Kadaan umum baik tidak ada
tanda tanda penyakit jantung,
paru, atau ginjal
Keadaan emosional
Tekanan darah
Berat badan
tenang
Lebih dari160/100 mmHg
35-85 kg
Penyakit
abdomen
panggul
Bekas secio
perlekapan)
oprasi
atau
Riwayat
radang
panggul,
hamil
ektopik, apendesis
anemia
sesaria
tanpa
Pemeriksaan dalam normal
HB ≥8 g %
Sumber : BKKBN, 2010.
Dilakukan difasilitas rujukan
Diabetes
tidak
terkontrol,
riwayat gangguan pembekuan
darah,
ada tanda tanda
penyakitjantung, paru, atau
ginjal
Cemas, takut
≥160/100 mmHg
Lebih dari 85kg, kurang dari 35
kg
Oprasi
abdomen
lainnya,
perlekatan
atau
terdapat
kelainan pada pemeriksaan
panggul
Pemeriksaan
dalam
ada
kelainan
HB kurang dari 8 g %
Tabel 2. 10: Daftar tilik penapisan klien. Metode oprasi (fasektomi)
Keadaan Klien
Keadaan
umum
(anamnesa
dan
pemeriksaan fisik)
Dapat dilakukan difasilitas rawat jalan
Kadaan umum baik tidak ada tanda tanda
penyakit jantung, paru, atau ginjal
Keadaan
emosional
Tekanan darah
Infeksi
atau
kelainan
skrotum/ingunal
anemia
tenang
Dilakukan difasilitas rujukan
Diabetes tidak terkontrol, riwayat
gangguan pembekuan darah, ada
tanda tanda penyakitjantung, paru,
atau ginjal
Cemas, takut
Kurang dari 160/100 mmHg
normal
≥160/100 mmHg
Tanda tanda infeksi atau kelainan
HB ≥ 8 g %
HB kurang dari 8 g %
Sumber : BKKBN, 2010.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
92
Bagaimana meyakinkan bahwa klien tidak hamil klien tidak hamil apabila :
1)
Tidak senggama sejak haid terakhir
2)
Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar,
3)
Sekarang di dalam 7 hari pertama haid terakhir,
4)
Di dalam 4 minggu pasca persalinan,
5)
Dalam 7 hari pasca keguguran,
6)
Menyusui dan tidak haid
Pemeriksaan fisik jarang dibutuhkan,
kecuali untuk menyingkirkan
kehamilan yang lebih dari 6-8 minggu. Untuk kien yang akan memakai
kontrasepsi jangka panjang (suntikan, norplant pemeriksaan dalam guna
menyingkirkan kehamilan.
Tabel 2. 11: Prosedur penapisan klien
Prosedur
KBA
atau
MAL
Metode
barier
(kondom)
AKDR
Kontap
wanita/pri
a
Tidak
Metode hormonal
(pil kombinasi, pil
progestin/suntikan/i
mplan )
Ya (lihat daftar)
Penapisan
reproduksi
Tidak
Ya
(lihat
daftar)
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
(lihat
daftar)
Ya
Seleksi ISR/IMS
resiko tinggi
Pemeriksaan
Wanita umum
Abdomen
Pemeriksaan
spekulum
Pemeriksaan
dalam
Pria ( lipat paha,
penis,
testis,
skrotum)
tidak
-
Tidak
-
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
-
Ya
Tidak
Ya
Ya
-
Tidak
Sumber : BKKBN, 2010.
1) Metode hormonal
2) Oklusi tuba dan vasektomi
3) Bila ceklis penapisan semua “tidak” pemeriksaan tidak diperlukan.
e. Jenis Kontrasepsi
Menurut Cuninghm (2012;704) bahwa bagi wanita usia subur yang aktif
secara seksual serta tidak menggnakan kontasepsi, angka kehamilan,
mendekati 90 % dalam satu tahun. Jenis kontrasepsi ada beberapa,
diantaranya adalah :
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
93
1) Alat Kontrasepsi Hormonal
Saat ini tersedia dalam bentuk oral, injeksi, transdermal, patch, dan
cincin transvaginal. Pil kontrasepsi oral merupakan kombinasi estrogen
dan progestrin pil atau hanya progestrin.
Bentuk lainnya hanya
mengandung progestrin atau kombinasi estrogen dan progestrin.
Pilihan kontrasepsi hormonal pria telah dievaluasi dalam penelitian
dengan subjek manusia serta dapat menjadi pilihan dimasa depan.
a) Pil kb
(1) Pengertian
Pil KB aatau oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi
hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukan
melalui mulut, berisi kormon estrogen dan atau hormon
progesteron, yang bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau
mencegah kehamilan dengan menghambat pelepasan sel telur
dari ovurium setiap bulanya (Marmi, 2012; h. 190).
(2) Keefektifan
Alat kontrasepsi ini merupakan kontrasepsi yang hanya
mengandung
progestrin
yang
dikonumsi
setiap
hari.
Kefektifitasan jenis inin lebih bergantung pada perubahan
terhadap mukus serviks dan pengaruh terhadap endometrium.
Karena perubahan mukus tidak bertahan lebih dari 24 jam,
mini pil harus diminum pada waktu yang sama setiap hari
supaya kefektifitasannya maksimal (Cuningham, 2012; h 713).
(3) Keuntungan
Pil ini tidak menyebabkan hipertensi, sediaan ini juga mungkin
ideal dengan wanita yang mempunyai komplikasi kardiovaskuler,
selain itu mini pil ini sering menjadi pilihan utama untuk ibu
menyusui.
Dikombinasikan dengan menyuui sebenararnya
efektif 100 persen sampai 6 bulan dan tidak mengganggu
produksi ASI (Cuningham, 2012; h. 713).
(4) Kerugian
Kontrasepsi ini harus diberikan pada waktu yang sama atau
hampir setiap bulan, jika pil yang hanya mengandung rogestrin
terlambat diberikan bahkan hanya empat jam, maka kontrasepsi
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
94
cadangan harus diberikan dan digunakan selama 48 jam
berikutnya.
(5) Kontraindikasi
Pil yang hanya mengandung progestrin dikontraindikasikan
kepada wanita yang mengalami perdarahan uterus yang tidak
jelas, diktahui menderita kanker payudara, tumor hati jinak atau
ganas, kehamilan atau penyakit hati akut.
b) Suntik KB
Kontrasepsi suntik KB adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang
disuntikan kedalam tubuh wanita secara secara periodik dan
mengandung hormonal, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah
diserap sedikut denmi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk
mencegah kehamilan (Marmi, 2012; h. 216).
(1) Cara Kerja
(a) Mencegah ovulasi
(b) Mengentalkan
lendir
serviks
kemampuan penetrasi sperma,
sehingga
menurunkan
karena sperma sulit
menembus kanalis servikalis
(c) Perubahan
pada
endometrium
sehingga
implantasi
terganggu
(d) Menghambat transportasi gamet karena terjadi perubahan
peristaltik tuba falopi (Marmi, 2016; h. 217).
(2) Efektifitas
Kontrasepsi suntik progestrin memiliki efektifitas tinggi yaitu 0,3
kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal penyuntikannya
dilakukan secara teeratur seuai jadwal ang telah ditentukan.
Tingginya minat pemakain alat kontrasepsi ini oleh karena
murah, aman, sederhana, efektif dan dapat dipakai pada pasca
persalinan (Marmi, 2016; h.218).
(3) Keuntungan
(a) Sangat efetif
(b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
(c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
95
(d) Tidak mengandung estrogen sehinga tidak berdampak
serius
terhadap
penyakit
jantung,
dan
gangguan
pembekuan darah
(e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
(f) Klien tidak perlu menyimpan pil
(g) Dapat
digunakan
oleh
perempuan
≥
35
tahun
–
perimenopous
(h) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik
(i)
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
(j)
Mencegah beberapa penyakit radang panggul
(k) Menurunkan krisis anemia (Marmi, 2016; h :218).
(4) Keterbatasan
(a) Sering ditemukan gangguan haid
(b) Klien sagat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kemali untuk suntik)
(c) Tidak dapat dihentikan sewakti waktu sebelum suntikan
berikutnya
(d) Permasalahan kenaikan BB
(e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B maupun HIV
(f) Terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian
(g) Terlambat kembalinya kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/ kelainan pada organ melainkan karena belum
habis pelepasan obat suntikan
(h) Terjadinya perubahan lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
(i)
Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, sakit kepala,
nerfositas, dan jrawat (Marmi, 2016; h.219).
(5) Indikas
(a) Usia reproduksi
(b) Setelah melahirkan
(c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
96
(d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
(e) Perokok (kontraindikasi pada suntik kombinasi)
(f) Setelah abortus
(g) Telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi
(h) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
(i)
Tidak dapat menggunakan kontrasepsi berestrogen
(j)
Anemi defisiensi
(k) Tekanan darah kurang dari 180/110mmHg,
dengan
masalah pembekuan darah atau anemia
(l)
Penggunaan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiurat) atau
obat tuberculosis (rifampisin)
(m) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Marmi, 2016; h
:219).
(6) Kontraindikasi
(a) Hamil atau dicurigai hami
(b) Pendarahan pervaginam yang belum jelas akibat nya
(c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea
(d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
dan diabetes dengan komplikasi (Marmi, 2016; h.220).
(7) Efek Samping
(a) Gangguan haid
(b) Sakit kepala
(c) Penambahan BB
(d) Keputihan
(e) Pada sistem kardiovascular efeknya sangatsedikit, mungkin
ada sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan
HDL-kolestrol
(f) Galaktorea atau pengeluaran ASI yang berlebihan
(g) Depresi
(h) Pusing dan mual
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
97
(i)
Pada penggunaan jangka pangjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina,
menurunkan libido,
ganggaun
emosi (Marmi, 2016; h.220).
c) Implan / susuk kb
(1) Pengertian
Implan adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung
progestindengan masa kerja panjang, dosis rendah, reversibel
untuk wanita. Obat yang terdapat pada setiap batang itu akan
berfungsi secara teratur akan masuk kedalam peredaran darah.
Setelah obat steroid dalam batangan itu habis, maka semua
batang tersebut harus dikeluarkan dengan jalan pembedahan kecil
(Marmi, 2012; h. 235).
(2) Pembagian Implan
(a) Implan levonogestroel
Alat kontrasepsi ini adalah sistem dua batang yang mirip
dengan norplant. Sediaan ini memberikan kontrasepsi yang
sama selama 3 tahun,
namun karena terdiri dua batang,
maka dapat memperpendek waktu pengangkatan implan
secara signifikan (Cuningham, 2012; h.714).
(b) Implan etonogestrel
Alat kontrasepsi ini merupakan sebuah implan subdermal satu
batang yang mengandung 68 mg progestrin etonogestrel, dan
dilapisi kopolimer ethylene acetate. Implan ditempatkan
dipermukaan medial lengan atas 6-8 cm dari siku pada
lekukan iseps dalam 5 hari awitan menstruasi. Sediaan ini
dapat digunakan sebagai kntrasepsi selama 3 tahun dan
kemudian diganti pada lengan yang sama atau lengan yang
lain.
Progestrin dilepaskan secara terus menerus untuk menekan
ovulasi sebagai aksi kontrasepsi primer, walaupun penebalan
mukus serviks dan trofi endometrium menambah mnfaatnya.
Kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan terjadi
dengan cepat. Ini merupakan metode yang sangat efektif .
Efek samping penambahan berat badan bukan merupakan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
98
efek samping yang menonjol ataupun alasan umum untuk
menghentikan implan ini (Cuningham , 2012; h : 714).
2) Alat Kontrsepsi Non Hormonal
a) Pengertian
Agnesi yang sktif terkandung dalam sebagian besar sediaan
spermisida adalah nonoksinol. Agens ini membuat sperma tidak
aktif, tetapi tidak terbukti sebagai mikrobisid vagina yang efektif.
Karena zat kimia dalam spermisida beracun bagi sel sel epitel
normal pada vagina, penggunaan sediaan spermisida yang sering
dan dalam waktu lama dapat merusak epitel vagina dan
meyebabkan iritasi vagina serta ulersari vagina. Pada keadaan ini
wanita
rentan terhadap
merupakan
virus.
kontraindikasi
Alergi terhadap
terhadap
nonoksinol-9
penggunaan
sediaan
spermisida (Varney, 2007 h. 432).
b) Jenis Kontrasepsi Nonhormonal
Menurut Marmi (2016; h. 14) metode kontrasepsi nonhormonal atau
sering disebut alat kontrasepsi sederhana adalah suatu upaya
mencegah atau menghangi pembuahan atau pertemuan antara sel
telur dengan sperma yang menggunakan metode-metode atau cara
yang
dapat
dikerjakan
sendiri
oleh
peserta
KB,
hanya
membutuhkan alat sederhana yang tidak memerlukan obat-obatan
dan tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu.
Metode Barier adala metode kontrasepsi dengan cara menghangi
pertemuan sperma dengan sel telur yang sifatnya sementara.
Yakni menghangi masuknya sperma dari vagina sampe kanalis
servikalis. Metode ini antara lain sebagai berikut.
(1) Kondom
(a) Pengertian
Menurut Marmi (2016; h. 155) bahwa kondom adalah salah
satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet atau lateks
berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu
ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantong untuk
menampung sperma. Kebanyakan kondom terbat dari karet
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
99
lateks tetapi ada yang terbuat dari jaringan hewan (usus
kambing atau plastik politelin)
Gambar 2. 2 : Contoh alat kontrasepsi kondom
(Marmi, 2016).
(b) Cara kerja kondom
(i)
Mencegah sperma masuk kesaluran reproduksi wanita
(ii) Sebagai alat kontrasepsi
(iii) Sebagai pelindung terhadap inveksi atau transmisi
microorganisme penyebab PMS (Marmi, 2016; h.58).
(c) Keterbatasan kondom
(i)
Efektifitas tidak terlalu tinggi
(ii) Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom
yang benar
(iii) Adanya pengurangan sensitifitas pada penis
(iv) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
(v) Perasaan malu membeli ditempat umum
(vi) Masalah pembuangan kondom bekas pakai (Marmi,
2016; h.159).
(d) Kontra indikasi kondom
(i)
Setiap pria dapat memakai kondom kecuali dia atau
pasangannya rentan (alergi/sensitif) terhadap lateks.
(ii) Memiliki kelainan bentuk penis (malformasi)
(iii) Secara psikologi pasangan tidak dapat menerima
metode kondom (Marmi, 2016; h.161).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
100
(e) Jenis Kondom
(i) Kondom Pria
Kondom pria merupakan selubung atau sarung karet tipis
yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan
air mani yang di keluarkan pria pada saat senggama
sehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada dua
macam yaitu polos dan berputing. Bentuk berputing
memiliki kelebihan yaitu menampung sperma setelah
ejakulasi. Ada beberapa jenis dan tipe kondom pria,
diantaranya :
(a) Kondom latek, sebagian besar kondom terbuat dari
karet lateks halus dan berbentuk silinder bulat,
umumnya memiliki panjang 15-20cm, tebal 0,03-0,
08mm, garis tengah sekitar 3,0-3,5cm dengan satu
ujung buntu yang polos atau berpentil dan dipangkal
yang terbuka bertepi bulat.
(b) Kondom
berpelumas,
meningkatkan
variasi
sebagai
akseptabilitas,
kondom
yang
telah
usaha
untuk
diperkenalkan
berpelumas,
mengandung
spermatiside, berwarna, memiliki rasa dan aroma.
(c) Kondom anti alergi, kondom anti alergi terbuat dari
karet
lateks
dengan
rendah
residu
dan
tidak
dipralubrikasi.
(d) Kondom yang lebih tebal dan melebihi standar,
dipasarkan terutama untuk hubungan intim peranus
pada pria homoseks untuk memberikan perlindungan
tambahan terhadap penularan HIV atau AIDS.
Cara penggunan kondom pria
(a) Gunakan kondom pada penis sebelum penis mendekati
genetalia ekterna wanita atau saat penis memasuki vagina
(b) Apabila pria tidak disirkumsisi, ujung kulit penisnya harus ditarik
kebelakang sebelum memasukan kondom.
(c) Gunakan kondom pada penis yang sedang ereksi sepanjang
penis sampai mencapai rambut pubis dipangkal penis.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
101
(d) Apabila kondom memiliki ujung datar, bukan ujung yang
meruncing,
sisakan ruang kosong sepanjang 0,5 inci untuk
menahan semen. Ruang kosong ini sharusnya tidak berisi
udara. Bentuk ruang kosong dengan menekuk unjung kondom
saat dalam keadaan lemas sambil mulai memasang kondom ke
penis.
(e) Pastikan terdapat pelumas yang adekuat pada bagian luar
kondom karena jika peluas tidak adekuat,
kondom rentan
robek akibat gesekan.
(f) Setelah ejakulasi pria harus menarik kembali penisnya sebelum
penisnya menjadi lemas.
(g) Untuk mencegah kondom terlepas atau mengalami kebocoran
cairan ketika menarik penis, pria harus menahan pinggir
pangkal kondom dekat pangkal penisnya
(h) Lepaskan kondom dari penis menjauh dari wanita tanpa
menumpahkan semen dan buang pada tempat sampah.
(i)
Untuk mencapai tingkat efektifitas yang maksimal dalam
mencegah kehamilan, gunakan kondom dibarengi dengan
penggunaan sediaan spermisida (Varney, 2007 h.436).
(ii) Kondom Wanita
Kondom wanita adalah suatau sarung polyurethane dengan panjang
15cm dan garis tengah 7cm yang ujungnya terbuka melekat kesuatu
cincin polyurethane lentur. Cincin polyurethane ini berfungsi sebagai
alat untuk memasang dan meletakan kondom di vagina. Kondom
wanita mengandung pelumas berbahan dasar
silikon dan tidak
memerlukan pelumas spermisida serta hanya sekali pakai (Marmi,
2016; h.157).
Menurut Marmi (2016) yang mengutip Uniico (2009) mengatakan
bahwa ada beberapa jenis-jenis kondom yang beredar dipasaran,
diantaranya:
(a) Kondom dengan aroma dan rasa
(b) Kondom berulir, jenis kondom yang satu ini memiliki keunikan
dibentuknya yang berulir untuk menambahkan kenikmatan pada
saat bersenggama.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
102
(c) Kondom ekstra tipis, tipe ini berbahan karet dengan ukuran
sangat tipis
(d) Kondom bintik, tipe ini disertai dengan bintik-bintik disekitarnya
yang dapat menimbulkan efek mengejutkan bagi wanita.
(e) Kondom ekstra pengaman, jenis ini memiliki tambahan lubrikan,
serta
mengandung
perlindungan
ekstra
untuk
mencegah
kehamilan
(f) Kondom wanita berbahan lateks, kondom berbahan lateks atau
polyurethan sehingga bersifat elastis dan fleksibel.
(g) Kondom
twist,
tipe
ini
didesain
secara
khusus
untuk
menstimulasi area sensitif pada saat bersenggama
(h) Kondom getar, kondom ini dilengkapi dengan cincin getar
dibagian ujung kondom yang menggunakan baterai khususnya
untuk menggerakan cincin getarnya ini bisa bertahan hingga 30
menit.
(i)
Kondom baggy, tipe ini bentuknya agak membesar dibagian
ujung
serta
memiliki
ulir
dibagian
badannya,
untuk
memaksimalkan gerakan saat bersenggama.
(2) Diafragma
(a) Pengertian
Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma dan sel
telur. Alat ini berbentuk kubah, terbuat dari sejenis karet lateks
yang lebih tebal dari pada kondom, dan memiliki pegas logam
fleksibel pada bingkai diafragma. Pegas tersebu memungkinkan
penekanan ketika diafragma dimasukan sehingga diafragma dapat
kembali ke bentuk semula dan mengikuti bentuk dalam jaringan
vagina ketika ditempatkan didalam.
yang benar,
Ketika berada pada posisi
dengan sisi kubah berada di bawah dan bingkai
diafragma menempel ketat pada dinding anterior dan lateral,
diafragma secara keseluruhan dapat menutupi serviks seperti
sebuah cangkir didalam servik (Varney, 2007 h ; 439).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
103
Gambar 2. 3 : Contoh alat kontrasepsi diafragma(Marmi, 2016).
(b) Kap servik (cervical cap)
(i) Pengertian
Menurut Cuningham (2012; h. 723) bahwa cervical cap adalah
alat kontrasepsi yang fleksibel, berbentuk seperti cangkir,
terbuat dari karet alami dan melingkar sesuai dasar servik. Alat
ini dapat dimasukkan
sendiri dan
dapat
tetap
berada
ditempatnya sampai 48 jam. Alat ini harus digunakan bersama
dengan spermisida pada saat pemasangan alat.
Gambar 2. 4: Contoh alat kontrasepsi cervical cap(Marmi, 2016)
(3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
(a) Pengertian
AKDR adalah satu alat kontrasepsi modern yang telah diarancang
sedemikian rupa baik bentuk,
ukuran,
bahan dan masa aktif
fungsi kontrasepsinya yang dimasukan kedalam rhim yang sangat
efektif, refersibel dan berjangka panjang, dan dapat dipakai oleh
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
104
semua
perempuan
usia
reproduktif
sebagai
suat
usaha
pencegahan kehamilan (Marmi, 2016; h :256).
(b) Mekanisme kerja AKDR
Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual
terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan
mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak
terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat dalam beberpa kasus mmiliki
mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah
terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi
kedalam endometrium (Marmi, 2016; h ;257).
(c) Efek Samping dan Komplikasi
Menurut Varney (2007; h. 451) menyatakan bahwa efek samping
dan komplikasi berikut merupakan keadaan yang umum terjadi
pada saat penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim.
(i)
Sinkop vasovgal saat emasangan AKDR
(ii) Bercak darah dan kram abdomen sesaat setelah pemasangan
AKDR
(iii) Kram, nyeri punggung bagian bawah atau kedua eadaan
tersebut terjadi bersamaan selama beberapa hari setelah
pemasangan AKDR
(iv) Nyeri berat yang berlanjut akibat kram uterus
(v) Dismenrhea,
terutama yang terjadi selama satu sampai 3
bulan pertama setelah pemasangan AKDR
(vi) Perubahan
atau
gangguan
menstruasi
(menoraghia,
metroraghia, amenorhea, oligomenorea)
(vii) Pendarahan berat atau berkepanjangan
(viii) Anemia
(ix) Benan AKDR hilang, terlalu panjang, terlalu pendek
(x) AKDR tertanam dalam endometrium atau miometrium
(xi) AKDR terlepas spontan
(xii) Kehamilan, baik AKDR masih tertanam dalam endometrium
atau setelah AKDR lepas spontan tanpa diketahui
(xiii) Kehamilan ektopik
(xiv) Aborsi sepsis spontan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
105
(xv) Perforasi serviks atau uterus
(xvi) Penyakit inflamasi uterus (PID)
(xvii)
Kista ovarium-hanya pada penggunaan AKDR hormonal
(xviii)
Bahaya akibat terpajan diatermi medis (gelombang pendek
dan gelombang mikro) pada area abdomen, sacrum, atau
pelvik-hanya pada penggunaan AKDR tembaga.
(d) Kontra Indikasi
Menurut marmi (2016; h. 276) menyatakan bahwa kontraindikasi
pemasangan AKDR adalah :
(i)
Infeksi pelvis yang aktif
(ii) Kehamilan atau prasangka haml
(iii) Penyakit jantung katup
(iv) Endometritis, erosi serviks, myoma uteri
(v) Dismenorhea yang berat
(vi) Alergi terhadap cu
(4) Alat Kontrasepsi Alamiah
(a) Pengertian
Menurut Marmi (2016;h.124) bahwa mteode kontrasepsi
sederhana tanpa alat suatu upaya mencegah atau menghangi
pembuahan atau pertemuan antara sel telur denagn sperma
dengan
enggunakan
metode
metode
membutuhkan alat ataupun bahan kimia ,
yang
tidak
juga tidka
memerlukan obat obatan.
Dan menurut Vaney (2007; h. 424) bahwa kefektifitasan dari
metode alamiah adalah begantung bukan saja pada keiginan
pasangan untuk menerapkan apa yang mereka benar benar
ketahui, tetapi juga pada petunjuk yang diberikan instruktur
yang memiliki keahlian dalam hal tersebut. Pemahaman
menyeluruh tentang KB alami dan bahkan sedikit variasi dapat
membuat perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan,
hanya
dapat
dikuasai
melalui
pelatihan
intensif
yang
menyeluruh.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
106
(b) Jenis Metode Alamiah
(i) Metode Kalender/ pantang berkala
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode
keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua.
Metode
kalender
ini
berdasarkan
pada
siklus
haid/menstruasi wanita. (Marmi, 2016; h;125)
(a) Keterbatasan
Metode
ini
memiliki
banyak keterbatasan
panjang siklus mennstruasi.
karena
Oleh karena siklus
menstruasi yang cukup teratur sanagt diperlukan untuk
perkiraan waktu ovulasi yang dapat diandalkan, wanita
dengan kondisi berikut tidak dapat bergantung pada
metode
kalender
:
wanita
yang
memiliki
siklus
menstruasi lebih pendek dari 25 hari, wanita yang siklus
menstruasinya tidak teratur, wanita dengan siklus
menstruasi yang memiliki variasi waktu 8 hari atau lebih,
wanita yang berada pada masa nifas,
sedang menyusui,
wanita yang
wanita yang berada pada masa
perimenopause (Varney, 2007 h ; 424).
(b) Penerapannya
(1) Bila Haid teratur (28 hari)
Menurut Marmi (2016; h.127) bahwa siklus normal 28
hari, pertengahan siklusnya hari ke 14 (28:2). Berarti
masa suburnya 3 hari sebelum hari ke 14, yaitu hari
ke-11 (14-3) dan 3 hari stelah hari ke-14 yaitu hari
ke17 (14+3). Jadi, masa subur berlangsung antara
hari ke 11 sampai hari ke 17 (7 hari) dari siklus haid
wanita normal.
(2) Bila Haid Tidak Teratur
Menurut Marmi (2016; h.127) bahwa Jumlah hari
terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menetukan hari pertama masa subur.
Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi
11.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
107
(ii) Metode Suhu Basal
Menurut (2016; h;129) bahwa Suhu tubuh basal adalah
suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat
atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu
basal dilakukan pada pagi hari setelah bangun tidur dan
sebelum melakukan aktifitas lainnya.
(iii) Metode Simptotermal or Symptothermal method
Metode
ini
merupakan
metode
alamiah
yang
mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita.
Metode ini mengombinasikan metode suhu basal tubuh
dan mukosa serviks.
Akan tetapi,
ada teori lain yang
menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator
kesuburan yaitu : perubahan suhu basal tubuh, perubahan
mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui
metode
kalender.
mempredisikan
hari
menggunakan
salah
Metode
aman
satu
ini
pada
akan
lebih
wanita
metode
akurat
dari
saja.
pada
Ketika
menggunkan meode ini bersama sama, maka tanda tanda
dari satu dengan yan lainnya akan saling melengkapi
(Marmi, 2016; h. 134).
(iv) Metode Suhu Basal
Menurut
Marmi
(2016:140)
mnytakan
bahwa
metode
mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode
keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali
masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir
serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari
ovulasi.
(v) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Menurut Varney (2007; h. 430) bahwa ovulasi dapat
dihambat oleh kadar prolaktin yang tinggi. Ringkasan 13
penelitian
dari
delapan
negara
telah
memunculkan
kesimpulan, yang dikenal sebagai Pernyataan Konsensus
Bellagio, bahwa pemberian ASI mencegah kehamilan lebih
dari 98% selama enam bulan pertama setelah melahirkan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
108
bila ibu menyusui atau memberi ASI ditambah susu formula
dan belum pernah mengalami perdarahan pervaginam
setelah hari ke-56 pascapartum.
(5) Alat Kontrasepsi Darurat
Banyak wanita mencari suka sama suka namun tidka terproteksi,
atau pada beberapa kasus setelah perkosaan.
Metode
kontrasepsi darurat saat ini mencakup KOK, produk progestrin
saja, AKDR yang mengandung tembaga dan mifeptrison.
Gambar 2. 5 : Contoh alat kontrasepsi darurat (Marmi, 2016)
(a) Alat kontrasepsi Darurat Hormonal
(i) Kombinasi estrogen progesteron
Produk yang mengandung estrogen dan progesteron
yang telah disetujui untuk kontrasepsi darurat adalah
Preven Emergency Contraceptive Kit. Regimen KOK ini
telah efektif jika lebih cepat diberikan setelah hubungan
sosial yang tidak terproteksi. Dosis pertama idealnya
diberikan dalam 72 jam setelah hubungan seksual,
namun dapat diberikan sampai 120 jam. Dosis kedua
diberikan 12 jam kemudian setelah dosis pertama .
Regimen kontrasepsi hormonal darurat sangat efektif
dan menurunkan resiko kehamilan 94%.
muntah
merupakan
masalah
utama
Mual dan
sehubungan
dengan estrogen dosis tinggi didalam regimen ini
(Wiliams, 2012; h. 724).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
109
(ii) Sediaan progestrin saja
Produk progestrin ini tersedia dalam dua tablet, masing
masing mengandung 0,75 mg levonogestrol. Secara
optimal dosis pertama diberikan dalam 72 jam setelah
koitu yang tidak terproteksi,
namun masih dapat
diberikan sampai 120 jam. Dosis kedua diberikan 12 jam
kemudian (Wiliams, 2012; h : 724).
(iii) Alat
kontrasepsi dalam rahim
yang
mengandung
tembaga
Cuningham (2012; h.725) mengutip Fasoli dkk, (1989)
menyimpulkan
bahwa
sembilan
penelitian
yang
mencakup hasil dari 879 orang wanita yang menerima
beberapa tipe AKDR yang mengandung tembaga
sebagai satu satunya metode pasca koitus. Jika AKDR
dipasang sampai 5 hari setelah hubungan seksual yang
tidak terproteksi maka angka kegagalannya adlaah 1 %.
Keuntungan sekundernya adalah bahwa metode ini juga
dapat mendapat keuntungan 10 tahun yang efektif.
(6) Kontrasepsi modern dengan Metode Oprasi
(a) Metode Oprasi Wanita( MOW )/ Tubektomi
Adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan
dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel
telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sel
telur laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan. Tubektomi adalah
tindakan yang dilakukan pada kedua tuba valopi wanita yang
mengakibatkan seorang wanita tidak dapat hamil . Sterilisasi
adalah metode kontrasepsi permanene yang hanya diperuntukan
bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak
(karna alasan kesehatan) (Marmi, 2012; h : 306).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
110
Gambar 2. 6 : Contoh kontrasepsi steril MOW (Marmi, 2016)
(b) Metode Oprasi Pria (MOP)/ Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan memotong saluran sperma (vas
deferens) yang menyalurkan sperma keluar dari testis. Vasektomi
telah dikenal sejak lama. Pada abad 19 para ahli bedah telah
melakukan vasektomi untuk melakukan tujuan pengobatan seperti
mencegah infeksi darikelenjar prostat atau hipertrofi kelenjar
prostat. Di indonesia vasektomi sebagai salah satu pilihan jenis
kontrasepsi masih belum begitu digalakan.
Hal ini disebabkan
masih adanya anggapan vasektomi sama dengan dikebiri.
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens
sehingga
menghambat
perjalanan
spermatozoa
dan
tidak
didapatkan spermatozoa di dalam semen/ejakulat (tidak ada
penghantaran spermatozoa dari testis ke penis)
Gambar 2. 7 : Contoh kontrasepsi MOP(Marmi, 2016)
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
111
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
1. Manajemen 7 langkah Varney
a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu:
1) Riwayat kesehatan
2) Pemeriksaan fisik pada kesehatan
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
b. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman
wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai
diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa
takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat
ditunda
lagi.
Perasaan
takut
tidak termasuk dalam
kategori
“nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu
masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan
suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
c. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
112
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi.
d. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah
keempat
mencerminkan
kesinambunagan
dari
proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa
data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
(misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,
distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter,
misalnya prolaps tali pusat.
Situasi
lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
e. Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi,
pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan
penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada masalah-
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
113
masalah yg berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau masalah
psikologis.
Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan
teori yg up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
atau tidak akan dilakukan oleh klien.
f. Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan yang lain.
memikul
tanggung
Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap
jawab
untuk
mengarahkan
pelaksanaanya.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g. Langkah VII(Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana
telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum efektif (Mangkuji, 2012; h, 5-6).
2.Pendokumentasian Metode SOAP
Dokumentasi SOAP (Subyektif, objektif, Assesment, Planing)
a. Subyektif
1) Pendokumentasian hasil pengumplan data klien melalui anamnesa
2) Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (eksresi
mengenai keluhan dan kekhawatirannya)
3) Pada orang yang bisu di belakang diberi tanda o atau x
b. Assesment
1) Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien
2) Hasil pemeriksaan laoratorium / pemeriksaan diagnostik lain
3) Informasi dari keluaga atau orang lain
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
114
c. Assesment
1) Pendokumentasian
hasil
assesment
dan
interprestasi
(kesimpulan) data subyektif dan obyektif
2) Diagnosa / masalah
3) Diagnosa / masalah potensial
4) Antisipasi diagnosa / masalah potensial/ tindakan segera
d. Planning
Pendokumentasian tindakan dan evaluasi meliputi asuhan mandiri.
Kolaborasi, tes diagnosa/laboratorium, konseling dan tindak lanjut
(follow up) (Mangkuji, 2012; h ;8).
C. Tinjauan Landasan Hukum
Dalam prakteknya, seorang bidan memiliki hak dan wewenangnya, dalam
tugasnya bidan juga memiliki landasan hukum yang harus di ketahui dan
dijalankan, diantaranya :
1. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
(Permenkes)
Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
a. Kewenangan normal
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan
dan
keluarga
berencana
b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
c. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh
seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu
a) Ruang lingkup:
(1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
(2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
(3) Pelayanan persalinan normal
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
115
(4) Pelayanan ibu nifas normal
(5) Pelayanan ibu menyusui
(6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
b) Kewenangan:
(1) Episiotomi
(2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
(3) Penanganan
kegawat-daruratan,
dilanjutkan
dengan
perujukan
(4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
(5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
(6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi
air susu ibu (ASI) eksklusif
(7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
(8) Penyuluhan dan konseling
(9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
(10) Pemberian surat keterangan kematian
(11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2) Pelayanan kesehatan anak
a) Ruang lingkup:
(1) Pelayanan bayi baru lahir
(2) Pelayanan bayi
(3) Pelayanan anak balita
(4) Pelayanan anak pra sekolah
b) Kewenangan:
(1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi
vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (028 hari), dan perawatan tali pusat
(2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
(3) Penanganan
kegawatdaruratan,
dilanjutkan
dengan
perujukan
(4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
116
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah
(6) Pemberian konseling dan penyuluhan
(7) Pemberian surat keterangan kelahiran
(8) Pemberian surat keterangan kematian
3) Pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan
dan
keluarga
berencana, dengan kewenangan:
a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana
b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas,
khusus bagi bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat
kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
meliputi:
1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim,
dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
2) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter)
3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan
4) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
ibu dan anak,
anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan
lingkungan
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah
dan anak sekolah
6) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
7) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian
kondom, dan penyakit lainnya
8) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
9) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan
antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
117
pelaksanaan deteksi dini,
merujuk,
dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA),
hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah
mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut. Selain itu, khusus di
daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter,
bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah
ditetapkan
oleh
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di
daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.
2. Standar Kompetensi Bidan
Dalam tugasnya seorang bidan juga mempunyai kompetensi dalam
pekerjaanya,
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan,
Standar Kompetensi Bidan meliputi :
a. Kompetensi ke 1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan
keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,
kesehatan masyarakat dan etik
yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir, dan keluarganya.
b. Kompetensi ke 2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat,
perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua.
c. Kompetensi ke 3 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi
untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi :
deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
d. Kompetensi ke 4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
tanggap
terhadap
kebudayaan
setempat
selama
persalinan,
memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,
menangani
situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan
wanita dan bayinya yang baru lahir.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
118
e. Kompetensi ke 5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan
menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya
setempat.
f. Kompetensi ke 6 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
g. Kompetensi ke 7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun)
h. Kompetensi ke 8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komprehensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai
dengan budaya setempat.
i. Kompetensi ke 9 : Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu
dengan gangguan sistem reproduksi.
3. Permenkes RI no. 97 tahun 2014
Bidan dalam tugasnya harus sesuai dengan permenkes, yaitu
playanan kesehatan sebeum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, penyelenggaraan kontrasepsi, dan kesehatan seksual. Hal tersebut
diatur dalam :
a. Bagian kedua : Pelayanan Kesehatan Masa Hamil
Pasal 12
(1) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak
setiap ibu hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin
dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.
(2) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga sebelum
mulainya proses persalinan
(3) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib dilakukan melalui pelayanan antenatal terpadu.
(4) Pelayanan antenatal terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan pelayanan kesehatan komprehensif dan berkualitas
yang dilakukan melalui:
(a) pemberian pelayanan
dan
konseling
kesehatan
termasuk
stimulasi dan gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan
janinnya lahir sehat dan cerdas
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
119
(b) deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
(c) penyiapan persalinan yang bersih dan aman
(d) perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi
(e) penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan; dan
(f) melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan
kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.
Pasal 13
(1) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan sekurang-kurangnya 4
(empat) kali selama masa kehamilan yang dilakukan:
(a) 1 (Satu) kali pada trimester pertama
(b) 1 (Satu) kali pada trimester kedua; dan
(c) 2 (Dua) kali pada trimester ketiga
(2) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
dan kewenangan.
(3) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan sesuai standar dan dicatat dalam buku KIA.
(4) Ketentuan mengenai buku KIA dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Bagian Ketiga : Persalinan
Pasal 14
(1) Persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Persalinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada
ibu bersalin dalam bentuk 5 (lima) aspek dasar meliputi:
(a) membuat keputusan klinik
(b) asuhan sayang ibu dan sayang bayi;
(c) pencegahan infeksi;
(d) pencatatan (rekam medis) asuhan persalinan; dan
(e) rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
(3) Persalinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai
dengan standar Asuhan Persalinan Normal (APN).
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
120
c. Bagian Keempat : Pelayanan Kesehatan Sesudah Melahirkan
Pasal 15
(1) Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan meliputi:
(a) pelayanan kesehatan bagi ibu; dan
(b) pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
(2) Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a paling sedikit 3 (tiga) kali selama masa nifas.
(3) Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan dengan ketentuan waktu pemeriksaan meliputi:
(a) 1 (Satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga)
hari pascapersalinan;
(b) 1 (Satu) kali pada periode 4 (empat) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari pascapersalinan; dan
(c) 1 (Satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hari sampai
dengan 42 (empat puluh dua) hari pascapersalinan.
(4) Kegiatan Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
(a) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu;
(b) pemeriksaan tinggi fundus uteri;
(c) pemeriksaan lokhia dan perdarahan;
(d) pemeriksaan jalan lahir;
(e) pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif;
(f) pemberian kapsul vitamin A;
(g) pelayanan kontrasepsi pascapersalinan;
(h) konseling; dan
(i) penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas.
(5) Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundangan-undangan.
Pasal 16
(1) Pelayanan kontrasepsi pascapersalinan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4) huruf g bertujuan untuk menjaga jarak
kehamilan
berikutnya
atau
membatasi
jumlah
anak
yang
dilaksanakan dalam masa nifas
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
121
(2) Pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui pemilihan metode kontrasepsi sesuai pilihan
pasangan suami istri, sesuai indikasi, dan tidak mempengaruhi
produksi Air Susu Ibu.
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran
I
yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
d. Bab III : Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi
Pasal 18
(1) Penyelenggaan Pelayanan Kontrasepsi dilakukan dengan cara
yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi agama, norma
budaya, etika, serta segi kesehatan.
(2) Pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
(a) pergerakan pelayanan kontrasepsi;
(b) pemberian atau pemasangan kontrasepsi; dan
(c) penanganan terhadap efek samping, komplikasi, dan kegagalan
kontrasepsi.
Pasal 19
(1) Pergerakan pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) huruf a dilakukan sebelum pelayanan sampai
pasangan usia subur siap untuk memilih metode kontrasepsi.
(2) Penggerakan pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)
dilakukan
secara
berkesinambungan
oleh
tenaga
kesehatan dan tenaga nonkesehatanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 20
(1) Pemberian atau pemasangan kontrasepsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b harus didahului oleh konseling dan
persetujuan tindakan medik (Informed Consent).
(2) Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat pelayanan lain.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
122
(3) Konseling
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
berupa
komunikasi, informasi, dan edukasi tentang metode kontrasepsi.
(4) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dilakukan
secara lengkap dan cukup sehingga pasien dapat memutuskan
untuk memilih metoda kontrasepsi yang akan digunakan (informed
choise).
Pasal 21
(1) Penanganan terhadap efek samping, komplikasi, dan kegagalan
kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf
c dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat berupa konseling,
pelayanan sesuai standar, dan/atau rujukan ke fasilitas pelayanan
kesehatan lanjutan.
(2) Efek samping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
efek yang tidak diinginkan akibat penggunaan alat kontrasepsi
tetapi tidak menimbulkan akibat yang serius.
(3) Komplikasi kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien
yang terjadi akibat proses pemberian/pemasangan
metode
kontrasepsi
(4) Kegagalan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kejadian kehamilan pada akseptor KB aktif yang pada
saat tersebut menggunakan metode kontrasepsi.
(5) Dalam hal terjadi kegagalan kontrasepsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), tenaga kesehatan harus memberikan konseling
kepada ibu dan pasangannya untuk mencegah dampak psikologis
dari kehamilan yang tidak diinginkan.
Pasal 22
(1) Pilihan metode kontrasepsi yang dilakukan oleh pasangan suami
istri harus mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi
kesehatan, dan norma agama.
(2) Pilihan metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengikuti metode kontrasepsi rasional sesuai dengan fase yang
dihadapi pasangan suami istri meliputi :
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
123
(a) menunda kehamilan pada pasangan muda atau ibu yang belum
berusia 20 (dua puluh) tahun
(b) menjarangkan kehamilan pada pasangan suami istri yang
berusia antara 20 (dua puluh) sampai 35 (tiga puluh lima) tahun;
atau
(c) tidak menginginkan kehamilan pada pasangan suami istri yang
berusia lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun.
Pasal 23
(1) Metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dapat
berupa
(a) metode kontrasepsi jangka pendek; dan
(b) metode kontrasepsi jangka panjang
(2) Metode kontrasepsi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a meliputi suntik, pil, dan kondom.
(3) Pemberian pelayanan metode kontrasepsi jangka pendek berupa pil
dan kondom sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain.
(4) Metode kontrasepsi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit atau implan, Metode Operasi Pria
(MOP), dan Metode Operasi Wanita (MOW) harus dilaksanakan
sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan.
(5) Pemberian pelayanan Metode kontrasepsi jangka pendek berupa
suntik sebagaimana
dimaksud
pada
ayat (2) dan
metode
kontrasepsi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
(6) Dalam hal pasangan suami istri memilih metode kontrasepsi jangka
pendek berupa pil sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemberian
pelayanan untuk pertama kalinya harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
Pasal 24
(1) Kontrasepsi
darurat
diberikan
kepada
ibu
tidak
terlindungi
kontrasepsi atau korban perkosaan untuk mencegah kehamilan.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
124
(2) Pelayanan kontrasepsi darurat pada ibu yang tidak terlindungi
kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
(a) kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya;
(b) diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat;
(c) kegagalan senggama terputus (misal : ejakulasi di vagina atau
pada genitalia externa)
(d) salah hitung masa subur;
(e) AKDR ekspulsi;
(f) lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet;
(g) terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB yang setiap bulan;
dan
(h) terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB yang tiga bulanan
(3) Pemberian kontrasepsi darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai standar.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran
II
yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan menti ini.
Asuhan Kebinanan Komprehensif..., Siti Nur Aeroh, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download