Determinan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil Trimester III di Poli

advertisement
Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 2, Maret 2017
Determinan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil Trimester III
di Poli Kebidanan RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang
Susi Irianti *
Abstrak
Wanita hamil di Indonesia, sebagian besar dapat mengalami komplikasi selama kehamilan atau persalinannya. Salah
satu intervensi yang bertujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir adalah melalui
kunjungan K4. Di Kabupaten Pandeglang masih terdapat 34% ibu hamil yang belum melakukan K4. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 ibu hamil di Poli Kebidanan RSUD
Berkah Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sejumlah 84 ibu hamil dengan usia
kehamilan 32 minggu yang telah memeriksakan kehamilannya ke Poli Kebidanan menjadi sampel dalam penelitian ini
yang diambil secara random. Hasil penelitian menunjukkan hampir sebagian besar kunjungan K4 yang tidak lengkap
(54,8%), berusia 20-35 tahun (51,2%), paritas primipara (56,0%), pendidikan rendah (60,7%), pengetahuan kurang baik
(52,2%), sikap negatif (53,6%), dan dukungan keluarga tidak mendukung (54,8%). Hasil uji Chi-Square didapatkan hasil
bahwa ANC berhubungan secara signifikan dengan pendidikan (nilai P 0,008), pengetahuan (nilai P 0,002), usia (nilai P
0,017), dan paritas (nilai P 0,015), namun tidak berhubungan dengan dukungan keluarga dan sikap. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah angka kunjungan K4 dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, usia, dan paritas responden.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus lebih memperhatikan tingkat penddikan dan pengetahuan ibu hamil untuk
memotivasi ibu dalam melakukan ANC.
Kata Kunci : Kunjungan K4, ibu hamil.
Abstract
The Most of pregnant women in Indonesia experienced complications during pregnancy or birth. One intervention
aimed for reducing morbidity and mortality of mothers and newborns is visit health facilities (K4). In Pandeglang
district still have 34% of pregnant women who did not visit health facility. The purpose of this study is to determine the
factors associated with pregnancy examination at obstetrics facilities at Pandeglang district. This study used crosssectional design. Counted 84 pregnant women aged 32 weeks gestation who have pregnancy examination in obstetrics
facilities taken randomly. The results showed most of the pregnancy examination was less than 4 times (54.8%),
respondents ages between 20 to 35 year (51.2%), primiparous parity (56.0%), have low education (60.7% ), have poor
knowledge (52.2%), have negative attitude (53.6%), and does not have family support 54.8%. Statistical test results
showed that the ANC significantly related to education (Pvalue 0,008), knowledge (P value 0,002), age (P value 0,017), and
parity (P value 0,015), but not related with family support also attitude. The conclusion of this study is the number of
pregnancy examination depends on knowledge, education, age, and parity. Midwife as health professionals should pay
more attention on education level and knowledge of pregnant women to motivate mothers in the ANC.
Keyword : Pregnancy examination, pregnancy woman
* Prodi Kebidanan STIKes Faletehan Serang ([email protected])
158
Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 3, Maret 2017
Pendahuluan
Pemeriksaan kehamilan sangat dipengaruhi
oleh faktor internal ibu hamil. Faktor internal
yang mungkin muncul dari seorang ibu hamil
terhadap kunjungan K4 ibu hamil antara lain
seperti: usia, pendidikan, paritas, pengetahuan,
sikap, dan dukungan keluarga1. Antenatal care
(ANC) adalah pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu
hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan yaitu minimal 4 kali
pemeriksaan selama kehamilan, yaitu 1 kali pada
trimester I dan II, 2 kali pada trimester III.
Idealnya ibu hamil mendapatkan pelayanan
antenatal care sebanyak 12 sampai 13 kali yaitu
setiap bulan pada trimester I dan III. Pada usia
kehamilan 28 sampai 32 minggu 2 kali dan 4 kali
kunjungan pada usia kehamilan 36 minggu2.
Pada tahun 2010 cakupan kunjungan
keempat (K4) di Indonesia baru belum ada
provinsi yang mencapai target. Secara nasional
antenatal care di Indonesia dengan cakupan K4
sebesar (61,4%)3. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Banten tahun 2014, jumah ibu
hamil sebanyak 39,163 orang dengan cakupan K4
sebesar (84,8%)2. Dampak atau akibat ibu tidak
melakukan antenatal care secara teratur adalah:
tidak dapat diketahui kelainan-kelainan pada ibu
dan janin, tidak dapat diketahui faktor-faktor
resiko yang mungkin terjadi pada ibu, tidak dapat
mendekteksi secara dini penyakit yang ada pada
ibu selama masa hamil2.
Data Profil Kesehatan Dinkes Pandeglang
pada tahun 2014 diketahui cakupan kunjungan
pertama kali (K1) ke f asilitas kesehatan
adalah 90% sedangkan cakupan K4 adalah 66%,
ini berarti masih terdapat 34% ibu hamil yang
tidak melakukan kunjungan ulang ke fasilitas
kesehatan4. Berdasarkan data yang diambil di
RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang pada tahun
2014 cakupan K1 jumlah kunjungan sebanyak
1.088 ibu hamil (57%) dan untuk cakupan K4
jumlah kunjungan sebanyak 835 ibu hamil (43%)
ini berarti masih terdapat 57% ibu hamil yang
tidak melakukan kunjungan ulang ke Poli
Kebidanan5.
Upaya
pemerintah
dalam
meningkatkan kunjungan K4 adalah dengan
menyediakan tempat pelayanan kesehatan yang
dekat dan terjangkau, dan menyediakan program
berobat gratis seperti BPJS, Jamkesmas, dan
Jamkesda4.
Melihat rendahnya angka kunjungan K4
khususnya di Kabupaten Pandeglang, perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor
yang berhubungan dengan kunjungan K4 tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor–
faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4
ibu hamil di Poli Kebidanan RSUD Berkah
Kabupaten Pandeglang5.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik
dengan menggunakan pendekatan crosssectional.
Studi seksional silang adalah suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
– faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada satu saat (point time approach)6.
Penelitian dilaksanakan di Poli Kebidanan RSUD
Berkah Kabupaten Pandeglang bulan Januari-Juni
2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu
hamil dengan usia kehamilan ≥ 32 minggu yang
telah memeriksakan kehamilannya pada bulan
Januari–April ke Poli Kebidanan Kabupaten
Pandeglang tahun 2015 sebanyak 517 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang yang
diambil dengan tehnik simple random sampling.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan
usia ibu hamil, 41 responden yang berusia <20
tahun atau >35 tahun sebagian besar responden
memiliki ANC tidak lengkap yaitu 28 orang
(68,3%), sedangkan responden yang berusia 20–
35 tahun sebagian besar memiliki kelengkapan
ANC yaitu 25 orang (58,1%). Hasil uji ChiSquare diperoleh nilai p 0,017 (p < α 0,05) yang
berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara
usia ibu dengan kelengkapan ANC dengan nilai
OR 2,991 yang berarti bahwa ibu hamil yang
berusia<20 tahun atau >35 tahun berisiko 2,991
lebih besar untuk memiliki kelengkapan ANC
tidak lengkap bila dibandingkan dengan ibu hamil
yang berusia 20 sampai 35 tahun.
Berdasarkan paritas, hasil penelitian juga
menunjukkan hampir sebagian besar responden
primigravida memiliki ANC lengkap yaitu 27
orang (57,5%) dan sebagian besar responden
multigravida memiliki ketidaklengkapan ANC
yaitu 26 orang (70,3%). Hasil uji Chi-Square
diperoleh nilai p 0,015 (p < α 0,05) yang berarti
bahwa terdapat hubungan bermakna antara paritas
ibu hamil dengan kelengkapan ANC.
159
Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 2, Maret 2017
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa dari 51
responden yang pendidikan rendah, sebagian
besar responden tidak lengkap dalam pemeriksaan
ANC (66,7%) sedangkan dari 33 orang responden
yang berpendidikan tinggi, sebagian besar
memiliki kelengkapan dalam ANC (63,6%). Hasil
uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,008 (p < α 0,05)
yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna
antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan
kelengkapan ANC, dengan nilai OR 3,500 yang
berarti bahwa ibu hamil yang berpendidikan
rendah berisiko 3,5 lebih besar untuk memiliki
riwayat pemeriksaan kehamilan yang tidak
lengkap bila dibandingkan dengan ibu hamil yang
berpendidikan tinggi.
Berdasarkan variabel pengetahuan, hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 41 responden
yang
pengetahuannya
baik,
melakukan
pemeriksaan ANC secara lengkap (63,4%)
sedangkan
dari
43
responden
yang
pengetahuannya kurang baik sebagian besar
memiliki ANC tidak lengkap (72,1%). Hasil uji
Chi-Square diperoleh nilai p 0,002 (p < α 0,05)
yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan
kelengkapan ANC.
Berdasarkan sikap, Tabel 1 mengungkapkan
responden yang memiliki sikap positif hampir
sebagian besar memiliki kelengkapan ANC
(53,8%) sedangkan responden yang memiliki
sikap
negatif
sebagian
besar
memiliki
ketidaklengkapan ANC (62,2%). Hasil uji ChiSquare diperoleh nilai p 0,188 (p >α 0,05) yang
berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara
tingkat sikap ibu hamil dengan kelengkapan
pemeriksaan kehamilan.
Berdasarkan variabel dukungan keluarga,
ditemukan dari 38 responden yang mendapatkan
dukungan keluarga hampir sebagian besar lengkap
melakukan
pemeriksaan
ANC
(55,3%),
sedangkan dari 46 responden yang tidak
mendapatkan dukungan keluarga sebagian besar
tidak lengkap melakukan pemeriksaan ANC
(63,0%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p
0,124 (p > α 0,05) yang berarti bahwa tidak
terdapat hubungan bermakna antara dukungan
keluarga dengan kelengkapan pemeriksaan ANC.
Tabel 1: Hubungan Faktor Predisposisi dengan Kelengkapan ANC Di Poli Kebidanan Kabupaten
Pandeglang
Variabel Predisposisi
Usia
20 atau >35tahun
20 – 35 tahun
Paritas
Primigravida
Multigravida
Pendidikan
Rendah
Tinggi
Pengetahuan
Baik
Kurang Baik
Sikap
Positif
Negatif
Dukungan keluarga
Mendukung
Tidak Mendukung
Jumlah
160
Tidak
Kelengkapan ANC
%
Lengkap
%
Jumlah
Nilai p
OR (CI 95%)
28
18
68,3
41,9
13
25
31,7
58,1
41
43
0,017
2,991
(1,223-7,316)
20
26
42,5
70,3
27
11
57,5
29,7
47
37
0,015
0,313
(0,126-0,780)
34
12
66,7
36,4
17
21
33,3
63,6
51
33
0,008
3,500
(1,398-8,762)
15
31
36,6
72,1
26
12
63,4
27,9
41
43
0,002
0,223
(0,089-0,561)
18
28
46,2
62,2
21
17
53,8
37,8
39
45
0,188
17
29
46
44,7
63,0
54,8
21
17
38
55,3
37,0
45,2
38
46
84
0,124
Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 3, Maret 2017
Hubungan
Usia
Ibu
Hamil
dengan
Kelengkapan ANC K4
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara usia dengan pemeriksaan
ANC. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo6,
dimana semakin cukup usia, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan,
masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup
tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir
semakin matang dan teratur melakukan antenatal
care6.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Mugiarti7, dimana hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan antara usia dengan kelengkapan
pemeriksaan kehamilan ANC di kecamatan
Batealit Kabupaten Jepara tahun 2008 (p :
value
0,02)7. Dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan selama hidup semakin tua semakin
bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehinggga menambah pengetahuannya.Ibu hamil
perlu mengetahui jadwal kunjungan pemeriksaan
kehamilan. Pada kunjungan pertama, wanita hamil
akan senang diberitahu jadwal kunjungan
berikutnya. Untuk memenuhi kebutuhan ibu
dibutuhkan kunjungan yang lebih sering.
Hal ini tidak sesuai dengan teori
Wiknjosastro9 bahwa wanita hamil yang
diprioritaskan untuk mendapatkan perhatian
khusus antara lain adalah wanita hamil dengan <
20 tahun dan > 35 tahun. Hal itu disebabkan
karena pada ibu hamil dengan usia kurang 20
tahun dan 35 tahun ke atas berisiko lebih besar
untuk mengalami komplikasi atau penyulit saat
kehamilan
maupun persalinan, yang dapat
berdampak pada peningkatan angka kematian ibu
dan bayi9.
Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan
Kelengkapan ANC K4
Hasil penelitian juga menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara paritas dan
pemeriksaan ANC, dimana ibu primigravida
memiliki kelengkapan ANC lebih lengkap
dibandingkan dengan ibu multigravida. Hasil
penelitian Hidayatun10 di Puskesmas Siwalankerto
Kota Surabaya menunjukkan bahwa dari 54
responden sebagian besar adalah primigravida
35%10. Akan tetapi penelitian ini tidak sesuai
dengan pernyataan Wiknjosastro9
yang
menyatakan bahwa ibu hamil dengan paritas yang
lebih dari tiga juga perlu mendapat prioritas dalam
pelayanan, karena pada paritas yang lebih dari
tiga, komplikasi atau penyulit akan lebih mudah
muncul bila dibandingkan dengan yang paritasnya
kurang dari tiga.
Berdasarkan uraian tersebut menggambarkan
bahwa masih banyak ibu hamil yang berada di
Poli Kebidanan RSU Berkah Kabupaten
Pandeglang yang membutuhkan perhatian lebih,
sehingga mereka dapat melalui masa kehamilan,
persalinan, dan nifasnya dengan nyaman dan
aman. Untuk mengantisipasi terjadinya hal yang
tidak diinginkan pada ibu maupun bayi yang akan
dilahirkannya, maka perlu adanya kegiatan yang
lebih intensif berupa penyuluhan tentang
kesehatan ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan
keluarga berencana.
Hal itu sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Notoatmodjo6
yang
menyatakan
bahwa
pendidikan kesehatan penting dilakukan untuk
menunjang program-program kesehatan; dalam
jangka waktu pendek pendidikan kesehatan
menghasilkan perubahan atau peningkatan dalam
pengetahuan masyarakat, yang dalam jangka
panjang dapat mengubah perilaku masyarakat6.
Hubungan Pendidikan Ibu Hamil dengan
Kelengkapan ANC K4
Hasil penelitian menujukkan bahwa tingkat
pendidikan ibu hamil di Poli Kebidanan masih
sangat rendah, sehingga akses informasi menjadi
sangat terbatas bagi ibu. Pendidikan yang sangat
rendah identik dengan ketidakmampuan ibu dalam
menerima informasi karena pada umumnya orang
yang berpendidikan rendah daya saingnya rendah,
sehingga mereka cenderung tidak dapat bekerja di
tempat yang memungkinkan memberikan tingkat
kesejahteraan yang baik dan memungkinkan
keterbukaan dengan dunia luar sehingga akses
informasi dapat berjalan dengan baik. Padahal
diketahui bahwa melalui pendidikan, setiap
individu akan memperoleh pengetahuan, karena
dalam lembaga pendidikan banyak informasi yang
diperoleh. Dengan pengetahuan yang lebih baik,
maka orang tersebut diharapkan dapat lebih
mengembangkan
diri,
termasuk
dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraannya.
161
Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 2, Maret 2017
Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan
Kelengkapan ANC K4
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
antara pengetahuan dengan kelengkapan ANC.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nurlaila11,
dimana hasil uji chi square didapatkan p :0,000
value
yang menyatakan ada hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan ibu hamil
trimester III dalam melakukan ANC di Puskesmas
Menes tahun 201311.
Pengetahuan
yang
adekuat
akan
memudahkan individu dalam menerima dan
menterjemahkan suatu informasi yang diberikan.
Hal itu akan menimbulkan pemikiran yang positif
pada individu terhadap masalah yang dihadapi.
Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang. Menurut Green yang dikutip oleh
Notoatmodjo12 yang menyatakan bahwa faktorfaktor yang merupakan penyebab perilaku
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor
predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan,
dan nilai, berkenaan dengan motivasi seseorang
bertindak. Faktor pemungkin atau faktor
pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,
sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang
memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat.
Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan
Kelengkapan ANC
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
hubungan antara sikap ibu hamil dengan
kelengkapan ANC. Respon ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi keteraturan ANC.
Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini
mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap
kesehatan dirinya dan janin.
Hubungan Dukungan Keluarga Ibu Hamil
dengan Kelengkapan ANC
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan
kelengkapan ANC. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan Effendy13 yang menyatakan bahwa Ibu
yang sedang hamil sangat membutuhkan
dukungan dari orang-orang terdekatnya, yaitu
keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui sikap.
Motivasi ibu dalam pelaksanaan antenatal care
akan semakin teratur jika mendapat dukungan
besar dari keluarga karena keluarga merupakan
162
orang yang terdekat yang dapat memberika
motivasi pada proses antenatal care.
Dukungan sosial suami sangat diharapkan
oleh sang istri antara lain suami mendambakan
bayi dalam kandungan istri, suami menunjukan
kebahagiaan
dalam
kelahiran
bayi,
memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan
memahami istriya, tidak menyakiti istrinya,
berdoa untuk keselamatan istri dan suami
menunggu ketika istri dalam proses persalinan.
Simpulan dan Saran
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian
besar ibu hamil di RSU Berkah Pandeglang tidak
lengkap dalam melakukan ANC, terdapat
hubungan antara faktor usia, paritas, pendidikan
dan pengetahuan dengan kelengkapan ANC di
RSU Berkah Pandeglang tahun 2015.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan
penelitian ini adalah perlunya meningkatkan
cakupan K4, maka dibutuhkan upaya koordinasi
dalam rangka meningkatkan kemampuan bidan
untuk dapat memotivasi ibu hamil, sehingga ibu
hamil dapat memeriksakan kehamilannya secara
lengkap (minimal empat kali). Diperlukan kerja
sama secara lintas program dan lintas sektor
dalam rangka pemahaman dukun paraji tentang
fungsi
kemitraan
dengan
bidan
dalam
pemeriksaan
kehamilan
dan
pertolongan
persalinan pada masyarakat yang ada di
sekitarnya. Selain itu, bidan sebagai tenaga yang
langsung berhadapan dengan masyarakat maupun
pemberi layanan kesehatan bukan tenaga
kesehatan (dukun paraji) harus memiliki
kemampuan dalam memotivasi masyarakat untuk
dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin
dan lengkap ke tenaga kesehatan. Bidan juga
dituntut
memiliki
kemampuan
untuk
mengaplikasikan kemitraan bidan dengan dukun
paraji, sehingga para dukun paraji dapat menjadi
mitra kerja yang baik bagi bidan, dalam arti
bahwa dukun paraji dapat mengirimkan pasienpasiennya ke bidan terdekat. Oleh karena itu
bidan perlu mengikuti kegiatan-kegiatan formal
seperti pendidikan berjenjang dan berkelanjutan,
non-formal seperti pelatihan-pelatihan; baik
secara mandiri maupun dengan melalui ijin
belajar atau tugas belajar.
Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 3, Maret 2017
Referensi
1. Prawirohardjo,S., Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo. 2008.
2. Dinkes Prov.Banten. Profil Dinas Kesehatan
Provisi Banten. 2013.
3. Depkes R.I. Profil Kesehatan Indonesia
Jakarta. 2008.
4. Dinkes Pandeglang. Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Pandeglang. 2012.
5. RSU Pandeglang. Profil RSUD Berkah Kab.
Pandeglang. 2014.
6. Notoadmojo, S. Metodologi Penelitian
Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta. 2010.
7. Mugiarti, Ari. Hubungan Beberapa Faktor Ibu
Dengan Pemeriksaan Kehamilan [K4] Di
Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara
Oktober-Desember
[Triwulan
Iv]
2008.undergraduate
thesis,
diponegoro
university. http://www.fkm.undip.ac.id. 2009.
[Diakses tanggal 23 Januari 2010].
8. Manuaba,IBG. Ilmu Kebidanan, penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan
Edisi 2. Jakarta: EGC. 2010.
9. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo. 2006.
10. Hidayatun , MS,. Analisis Faktor Ibu Hamil
Terhadap Kunjungan Antenatal Care di
uskesmas
Siwalan
Kerto
Kecamatan
Wonocolo Kota Surabaya. Jurnal Promkes,
Vol 2 No. 1 Juli 2014 : 39-48. 2014.
11. Nurlaila. Hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan ibu hamil trimester III dalam
melakukan ANC di Puskesmas Menes tahun
2013.
12. Notoatmodjo. Pendidikan dan prilaku
kesehatan.Rineka cipta.Jakarta. 2002.
13. Effendy, OU,. Ilmu Komunikasi; Teori dan
Praktek. Bandung: Penerbit Remaja Rosda
Karya. 2006.
163
Download