Seorang Perempuan Usia 35 Tahun dengan Diagnosis Morbus

advertisement
Advisedly|SeorangPerempuanUsia35TahundenganDiagnosisMorbusHansendanUlkuspadaRegioDorsumPedis
Lateral
SeorangPerempuanUsia35TahundenganDiagnosisMorbusHansendan
UlkuspadaRegioDorsumPedisLateral
Advisedly
FakultasKedokteranUniversitasLampung
Abstrak
Kustaadalahpenyakitinfeksikronis,yangdisebabkanolehbasilMycobacteriumleprae,yangmempengaruhikulitdansaraf
perifer menyebabkan lesi kulit, hilangnya sensasi, dan kerusakan saraf. Hal ini dapat menyebabkan gangguan sekunder
ataucacatpadamata,tangandankaki.Saatinikustamasihmenjadimasalahkesehatanglobal,terutamadinegara-negara
berkembang seperti Indonesia. Pasien perempuan 35 tahun datang ke Rumah Sakit Ahmad Yani (RSAY) dengan keluhan
muncul bercak kemerahan pada kulit tangan pasien sejak tahun 2008 namun semakin lama membesar dan meluas dan
menyebarkekakidankepunggung.Pasienmengeluhkanmatirasaatauterasabaalpadakakidantangannya.Pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran komposmentis, gizi baik, tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi: 80x/menit reguler, pernapasan 20 kali per menit, suhu 36,5ºC. Pada status dermatologis ditemukan kelainan pada
kulit yaitu pada regio ante brachii sinistra et dextra dan regio pedis sinistra et dextra terdapat makula hipopigmentasi
berukuran numular sampai plakat, lesi multiple dan irregular. Pada regio dorsum pedis lateral dekstra terdapat ulkus
jumlah1,bentukbulattidakberaturan,tepimeninggihiperpigmentasi,ukuran2x2,5x0,3cm,terabahangat,nyeritekan(+),
dasareritematous.Pasienditerapidenganrifampisin600mgsetiapbulan,diaminodiphenylSuffone(DDS)100mgsetiap
hari,Lamprene300mgsetiapbulan,diteruskan50mgsehari,asammefenamat500mgjikaperlu.Faktorresikointernal
didapatkan sumber penularan yaitu pasien memiliki teman yang mempunyai penyakit yang sama yang telah didiagnosa
kustaterlebihdahuludanseringberaktivitasbersamasejakkecil(kontaklamadanerat).Pasiendidiagnosamorbushansen
tipemultibasilerdenganulkuspadaregiodorsumpedislateraldekstra,karenapadapasienbercakataulesikustayangmati
rasaberjumlahlebihdarilima.
Katakunci:lepra,mikrobakteriumlepra,ulkus
A35YearsOldWomanWithMorbusHansenandUlceronTheDorsumPedis
LateralDextra
Abstract
Leprosy is a chronic infectious disease, caused by the bacillus Mycobacterium leprae, which cause skin lesions, loss of
sensation, and nerve damage. This damage caused secondary impairments or deformities of the eyes, hands and feet.
Currentlyleprosyremainsaglobalhealthproblem,especiallyindevelopingcountrieslikeIndonesia.A35yearsoldfemale
patientcometotheAhmadYanihospitalwithcomplaintsappearreddishspotsontheskinofthepatient'shandsince2008,
butthelongertheredspotswidenedandspreadtothefeetandbody.Patientsfeelsnumbnessonthefeetandherhand.
On physical examination found a general state is well, composmentis awareness, good nutrition, blood pressure 120/80
mmHg,pulse:80x/minregular,respiratory20timesperminute,temperature36,5ºC.Indermatologicalstatuswasfound
abnormalities in the skin: In the region of the left brachii ante et dextra and regio pedis et sinistra dextra macular
hypopigmentationaresizednumularupplacards,multiplelesions,andirregullerside.Onthedorsumpedislateraldextra
region found a ulcer irregular round shape, hyperpigmentation, 2x2,5x0,3 cm size, feels warm, tenderness (+),
erythematous base. Patients treated with rifampicin 600 mg every month,diamino diphenyl Suffone (DDS) 100 mg daily,
300 mg clofazimine every month, passed on 50 mg a day, mefenamic acid 500 mg pro renata. The risk of transmission
sourceinternalobtainedinwhichpatientshaveafriendwhohasthesamediseasethathadbeendiagnosedwithleprosyin
advanceandworkedatthesameplacesincechildhood(longandclosecontacts).Inpatientsfoundthattwocardinalsign
anesthetic skin lesions and thickening of peripheral nerves. Patients diagnosed with Morbus Hansen multibacillary type,
becausethepatchesorlesionsofleprosypatientswerenumbamountedtomorethanfive.
Keywords:leprosy,mycobacteriumleprae,ulcer.
Korespondensi:AdvisedlyS.Ked.,alamatJl.BumiManti,PondokIndahno57,HP085382476180,e-mail
[email protected]
Pendahuluan
Kusta adalah penyakit infeksi kronik,
penyebabnya adalah Mycobacterium leprae
yang pertama kali menyerang susunan saraf
tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit,
mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian
atas, sistem retikulo-endothelial, mata, otot,
tulang, dan testis. Kusta telah ada sejak
zaman dahulu dan terus menjadi endemik di
beberapanegaraberkembang.1
Penyakit kusta menyebar di seluruh
dunia mulai dari Afrika, Amerika, Asia
Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik
Barat. Jumlah penderita kusta di dunia pada
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|1
Advisedly|SeorangPerempuanUsia35TahundenganDiagnosisMorbusHansendanUlkuspadaRegioDorsumPedis
Lateral
tahun 1997 sebanyak 888.340 orang. Jumlah
penderitakustabarupadatahun2007adalah
sekitar 296.499 orang. Dari jumlah tersebut
paling banyak terdapat pada regional Asia
Tenggara201.635orang,Afrika42.814orang,
Amerika41.780orang,dansisanyaterdapatdi
regional lain di dunia. Pada tahun 2013
dilaporkan 16.856 kasus baru kusta, lebih
rendah dibandingkan tahun 2012 yang
sebesar 18.994 kasus. World Health
Organization (WHO) juga melaporkan bahwa
17.441 kasus baru yang terdeteksi di
Indonesia pada tahun 2008, yang
menempatkan negara Indonesia sebagai
insidentertinggiketigakusta.2
Diagnosis penyakit kusta didasarkan
atas gambaran klinis, bakteriologis dan
histopatologis. Diantara ketiganya, diagnosis
secara klinislah yang terpenting dan yang
paling sederhana. Untuk mendiagnosis
penyakit kusta pada seseorang, paling sedikit
diperlukan satu cardinal sign.3 Cardinal sign
yaitu sekumpulan tanda-tanda utama untuk
menegakkan diagnosis kusta: (1) lesi
(kelainan) kulit yang mati rasa berupa
hipopigmentasi atau eritematous. Mati rasa
bisa total atau sebagian saja tehadap rasa
raba, rasa suhu (panas/dingin) dan rasa sakit.
(2) Penebalan saraf tepi disertai gangguan
fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf berupa:
sensoris (anestesi), motoris (parese/paralisis),
otonom (kulit kering). (3) Dijumpai Bakteri
TahanAsam(BTA)padahapusanjaringankulit
misalnya kerokan kulit pada cuping telinga
ataubiopsikulit.Untukmenegakkandiagnosa
pastiadalahditemukanBTA(+)padajaringan
kulit.4,5
Kustamerupakanpenyakityangditakuti
di masyarakat karena dapat terjadi ulserasi,
mutilasi, dan oleh karena itu diagnosis dini
dan tepat pengobatan sangat penting pada
penyakit kusta agar tidak berdampak
memperbesarresikotimbulnyacacat6,7
Kasus
Pasiendatangdengankeluhanterdapat
bercakkemerahanpadakulittangan,sebagian
kulit berwarna putih, dan semakin lama
semakin melebar. Pada bagian bercak, pasien
tidak mengeluh gatal ataupun nyeri namun
mengeluh terasa tebal dan kulit seperti
ditarik-tarik. Pasien tidak berobat, namun
semakinlamakulityangberwarnakemerahan
tersebutberubahmenjadiputih.Pasiensering
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|2
mengangkat panci yang panas namun tidak
terasapanas.Pasienseringmengeluhkanmati
rasa atau terasa baal pada kaki kanannya.
Setelah 2 tahun kemudian timbul bercak
keputihan yang menebal pada paha kanan
pasien dan semakin lama semakin menyebar
ke tungkai bawah maupun kaki kiri sampai
keduatanganpasien.Sampaipadatahun2008
yaitu tepatnya pada bulan april pasien
berobat ke puskesmas Tegineneng dan
terdiagnosa kusta, lalu segera menjalani
pengobatan.
Pasien mengaku tidak mempunyai
riwayatpenyakitdarahtinggi,diabetes,asma,
alergi makanan ataupun penyakit kulit
sebelumnya. Pasien mengaku jarang
melakukan pemeriksakan kesehatan ke
puskesmas terdekat maupun rumah sakit.
Pasienhanyamenjalanipengobatanalternatif
seperti pijat dan meminum jamu. Pasien
tinggal di rumah bersama suami dan anakanaknya. Tidak ada keluarga pasien yang
mengalami sakit serupa namun terdapat
seorang teman pasien yang mengalami sakit
kusta, pasien mengaku sehari-hari melakukan
kegiatan dan beraktivitas bersama temannya
tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum (KU) tampak sakit ringan,
kesadaran composmentis, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80x/menit (reguler,
tegangan cukup), respirasi 20 x/menit. Suhu
36,50C(aksila),tinggibadan155cmdanberat
badan 60 kg. Status generalis didapatkan
kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher,
paru, jantung, abdomen dalam batas normal.
Wajah bentuk facies leonine, garis muka
menjadikasardancekung.
StatusDermatologis
Regio
Inspeksi
Antebrachii
dekstra
dan
sinistra.
Tampak makula hipopigmentasi
berbatas tegas, lesi multiple ukuran
nummular sampai plakat, dengan
tepi ireguler permukaan agak kasar
danberkilat.
Tampakulkusjumlah1,bentukbulat
tidak beraturan, tepi meninggi
hiperpigmentasi,ukuran2x2,5x0,3
cm, teraba hangat, nyeri tekan (+),
dasareritematous.
Dorsum
pedis
lateral
dekstra
Advisedly|SeorangPerempuanUsia35TahundenganDiagnosisMorbusHansendanUlkuspadaRegioDorsumPedis
Lateral
Pedis
sinistra
Tampak makula hipopigmentasi
ukuran terbesar 10x2cm, ukuran
terkecil1x0,5cmberbatastegas,lesi
multiple dengan tepi ireguler,
permukaan agak kasar dan berkilat
dandisekitarnyakulittampakretak.
Pedis
dekstra
Tampak makula hipopigmentasi
ukuran terbesar 15x2cm, ukuran
terkecil 0,5x0,4 cm berbatas tegas,
lesi multiple dengan tepi ireguler,
permukaan agak kasar dan berkilat
dandisekitarnyakulittampakretak.
Pemeriksaan penunjang pada pasien adalah
pemeriksaan bakteriologis didapatkan hasil
BTA Reitz Serum (+2) dan bentuk kuman
(globus):negatif.
Pemeriksaan
neurologi
Tangan
Nyeri
tekan
Kekuatan
otot
Rasaraba
Lunglai
Saraf
ulnaris
:tidak
Sedang
Negatif
Tidak
Kanan
Kaki
Kiri
Kanan
Kiri
Saraf
ulnaris
:tidak
Sedang
Negatif
Tidak
Saraf
peroneus:
tidak
Sedang
Negatif
Tidak
Saraf
peroneus:
tidak
Sedang
Negatif
Tidak
Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi dua
yaitu:
1.Umum
• Menjelaskan pada pasien bahwa
penyakit ini bisa disembuhkan, tetapi
pengobatan berlangsung lama antara
12-18 bulan, untuk itu pasien harus
rajinmengambilobatdipuskesmasdan
tidakbolehputusobat.
• Memperbaiki gizi dan keadaan umum
penderita.
• Mengobatipenyakitpenyerta
• Kompres
terbuka
pada
ulkus
menggunakanbetadin+NaCl0,9%.
2.Khusus:
Rifampisin 600 mg/bulan, lamprene 300
mg/hariditambahkanlamprene50mg/hari
dan DDS 100 mg/hari, Asam mefenamat
3x500mg,bilaperlu.
Pembahasan
Kusta adalah penyakit infeksi kronis,
penyebabnya adalah basil Mycobacterium
lepraeyangmerupakanbakteribersifattahan
asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8
μm, lebar 0,3 μm dan bersifat obligat
intraselluler.8
Waktu
pembelahan
Mycobacterium leprae lambat, membutuhkan
waktu 12 -13 hari dan mencapai fase plateau
daripertumbuhanpadaharike20-40.Bakteri
tumbuh baik pada temperatur 27-30oC (8186oF).910
Gejalaklinismorbushansentipemulti
basileradalahlesikulitberupamakula,plakat,
nodul dan papul yang meninggi. Jumlah lesi
lebih dari lima, terjadi penebalan dan
pembengkakan pada bercak, distribusi lebih
simetris. Keadaan ini disertai kerusakan
banyak saraf tepi dan hasil pemeriksaan
bakteriologis positif (+), tipe multi basiler
sangatmudahmenular.11,12
Pada kasus ini status dermatologis yang
didapatkan
yaitu
terdapat
makula
hipopigmentasi berbatas tegas, lesi multiple
(jumlah lesi yang didapatkan pada pasien ini
lebih dari lima) ukuran numular sampai
plakat, dengan tepi ireguler permukaan agak
kasar dan berkilat. Tes neurologis yaitu rasa
nyeri, raba, dan panas didapatkan bahwa
pasien tidak dapat merasakan adanya
rangsangan sentuhan, dingin atau panas dan
tidak terasa adanya nyeri, dari ketiga hal ini
menunjukkan bahwa penyakit yang diderita
pasien menyebabkan kerusakan saraf
sensorik. Pada pemeriksaan BTA pada pasien
ini ditemukan positif. Berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis
kerja pada pasien ini adalah morbus hansen
tipe multi basiler dengan ulkus pada regio
dorsum pedis lateral dekstra. Diagnosis
tersebutsudahtepatsesuaidenganklasifikasi
klinismenurutWHO(1995)yaitu:
1. Lesi kulit
(makula yang
datar, papul
yangmeninggi,
infiltrat, plak
eritem,nodus)
PB
MB
(Pausi
(Multi
Bacillary)
Bacillary)
-1-5lesi
->5lesi
-Hipopigmen
-Distribusi
tasi/eritema
lebih
-Distribusi
simetris
tidaksimetris
-Hilangnya
-Hilangnya
sensasi
sensasi yang
kurangjelas
jelas
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|3
Advisedly|SeorangPerempuanUsia35TahundenganDiagnosisMorbusHansendanUlkuspadaRegioDorsumPedis
Lateral
2. Kerusakan Hanya satu Banyak
pada
saraf cabangsaraf cabangsaraf
(menyebabkan
hilangnya
sensasi atau
kelemahan
otot
yang
dipersyarafi
olehsarafyang
terkena
Sebelum diagnosis klinis ditegakkan,
harus dilakukan anamnesis, pemeriksaan
klinik (pemeriksaan kulit, pemeriksaan saraf
tepi dan fungsinya). Untuk menetapkan
diagnosis klinis penyakit kusta harus ada
minimal satu tanda utama atau cardinal sign.
Tandautamatersebutyaitu:
a.Lesikulityanganestesi.
Lesi kulit berupa makula, plakat, nodul atau
papul dengan hilangnya rasa raba dan rasa
sakit. Kelainan lain pada kulit yang spesifik
berupa perubahan warna dan tekstur kulit
sertakelainanpertumbuhanrambut.13
b.Penebalansarafperifer.
1.Tangan
Gejala kerusakan saraf pada nervus ulnaris
adalahanestesiapadaujungjarianteriorjari
kelingkingdanjarimanis,clawingkelingking
dan
jari
manis,
dan
atrofi
hipotenar dan otot interoseus serta kedua
otot lumbrikalis medial. Pada N.medianus
adalah anestesia pada ujung jari bagian
anterior ibu jari, telunjuk, dan jari tengah,
tidak mampu aduksi ibu jari, clawing ibu jari,
telunjuk, dan jari tengah, ibu jari kontraktur,
dan juga atrofi otot tenar dan kedua otot
lumbrikalis lateral. Pada N.radialis adalah
anestesidorsummanus,sertaujungproksimal
jari telunjuk, tangan gantung (wrist drop) dan
tak mampu ekstensi jari atau pergelangan
tangan.
2.Kaki
Gejala kerusakan N.Poplitea lateralis adalah
anestesi tungkai bawah, bagian lateral dan
dorsum pedis, kaki gantung (foot drop) dan
kelemahan otot peroneus. Pada N.tibialis
posterior adalah anestesi telapak kaki, claw
toesdanparalisisototintrinsikkakidankolaps
arkuspedis.
3.Muka
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|4
Pada N. Fasialis adalah cabang temporal dan
zigomatik menyebabkan lagoftalmus dan
cabang bukal, mandibular serta servikal
menyebabkan kehilangan ekspresi wajah dan
kegagalanmengatupkanbibir.
4.Mata
PadaN.trigeminusadalahanestesikulitwajah,
kornea
dan
konjungtiva
mata.
Kerusakanmatapadakustadapatprimerd
an sekunder. Primer mengakibatkan
alopesiapadaalismatadanbulumata,jug
a dapat mendesak jaringan mata lainnya.
Sekunder disebabkan oleh rusaknya N.
Facialis yang menyebabkan paralisis
orbikularis palpebrarum sebagian atau
seluruhnya, mengakibatkan lagoftalmus yang
selanjutnya menyebabkan kerusakan bagian–
bagianmatalainnya.
c.DitemukannyaM.Leprae.
Pemeriksaan bakteriologis digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis. Sediaan
dibuatdarikerokanjaringankulitatauusapan
mukosa hidung yang diwarnai dengan
pewarnaan ZIEHL NEELSON. Pertama–tama
harusditentukanlesidikulitdanmenentukan
jumlah tepat lesi yang diambil. Untuk riset
dapat diperiksa 10 tempat dan untuk rutin
sebaiknya minimal 4–6 tempat yaitu kedua
cuping telinga bagian bawah dan 2-4 lesi lain
yang paling aktif berarti yang paling
eritematosa dan paling infiltratif. Pemilihan
cuping telinga tanpa menghiraukan ada atau
tidaknya lesi di tempat tersebut karena pada
cuping telinga biasanya didapati banyak M.
leprae.14,15
Cara penularan penyakit ini melalui
saluranpernapasan(inhalasi)dankulit(kontak
langsung yang lama dan erat). Kuman
mencapai permukaan kulit melalui folikel
rambut, kelenjar keringat, dan diduga juga
melaluiairsusuibu. 16Faktorresikopenularan
yangditemukandarianmanesapadakasusini
adalah kontak dengan teman pasien yang
menderita sakit kusta, penularan bisa melalui
saluranpernafasanmaupunkontakkulit.
Jenis ulkus yang dijumpai pada pasien
kusta mempunyai karakteristik yang berbeda
berdasarkanlokasidangambaranklinis.Ulkus
pada pasien kusta dapat dibagi atas dua
kelompok yaitu berdasarkan ada atau
tidaknya kerusakan saaraf yaitu nonneurophatic ulcers dan neurophaticulcers.
non-neurophatic ulcers dijumpai pada pasien
Advisedly|SeorangPerempuanUsia35TahundenganDiagnosisMorbusHansendanUlkuspadaRegioDorsumPedis
Lateral
kustatipelepromatousyangsudahlanjutdan
tidak mendapat pengobatan. Lokasi yang
sering adalah wajah, siku, dari tangan
termasuk disini eritema nodusum leprosum
yaitureaksikustayangmerupakangambaran
dari
reaksi
kusta
yang
berat.
Neurophaticulcers biasanya ditemukan pada
daerahplantardanekstraplantar1718
Reaksi kusta adalah suatu episode
dalam perjalan kronis penyakit kusta yang
merupakan suatu reaksi kekebalan (respon
seluler) atau reaksi antigen antibodi (respon
humoral)denganakibatmerugikanpenderita.
Reaksi dapat terjadi pada saat sebelum, saat,
dan sesudah pengobatan. Namun sering
terjadi pada 6 bulan sampai setahun sesudah
pengobatan.
Reaksikustadapatdibagimenjadi2yaituENL
(eritema nodusum leprosum) yaitu nodus
eritema, nyeri dengan tempat predileksi di
lengan dan tungkai dan reversal yaitu
sebagian atau seluruh lesi yang telah ada
bertambah aktif atau timbul reaksi baru yang
relatifsingkat.
Klasifikasireaksi:
Reaksitipe1
Ringan Berat
kulit Bercak:
Bercak:
merah,
merah,
tebal,
tebal,
panas,
panas,
nyeri.
nyeri
yang
bertamb
ah parah
sampai
pecah
Saraf Nyeri
Nyeri
tepi perabaan perabaan
(-),
(+), gangGangguan
guan
fungsi(+)
fungsi(-)
KU
Demam
(-)
Gang- (-)
guan
organ
lain
Demam
(+/-)
(-)
Reaksitipe2
Ringan
Berat
Nodul: Nodul:
merah, merah,
panas,
panas,
nyeri
nyeriyang
bertamba
parah
sampai
pecah
Nyeri
perabaan
(-),
Gangguan
fungsi
(-)
Demam
(+/-)
(-)
Nyeri
perabaan
(+), gangguan
fungsi(+)
Demam
(+/-)
(+) misal
pada
mata,
sendi,
testis,dll.
Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat
yaitu menjelaskan pada pasien bahwa
penyakit ini bisa disembuhkan, tetapi
pengobatan berlangsung lama antara 12-18
bulan,untukitupasienharusrajinkontroldan
tidak boleh putus obat. Pada pasien ini
diberikan obat rifampisin 600 mg/bulan,
lamprene 300 mg/hari. Untuk tujuan
pengobatan, kusta diklasifikasikan sebagai
Pausi Bacillary (PB) dan Multi Bacillary (MB).
Pengobatanstandaruntukkustaadalahterapi
multidrugpadatipePBpasiendirawatselama
6 bulan dengan dapson dan rifampisin
sedangkan pasien kusta tipe MB dirawat
selama 12 bulan dengan dapson, rifampisin
danclofazamine.21,22
Regimen pengobatan multi drug
therapy (MDT) dipergunakan di Indonesia,
regimen ini berdasarkan rekomendasi WHO,
yaitu:23,24
a.PenderitaMultibacillary(MB)
Minumdidepanpetugas
• Rifampisin600mg/bulan
• DS100mg/bulan
• Clofazimine/Lampre300mg/bulan
Minumdirumah
• DDS100mg/hari
• Clofaziamine50mg/hari
Jangkawaktupengobatan12-18bulan.
b.PenderitaPausibacillary(PB)
1). Penderita PB lesi 1 Diberi dosis tunggal
ROM(rifampisin,ofloksasindanminosiklin).
Dewasa 50-70 kg : rifampisin 600 mg,
ofloxacin 400 mg dan minosiklin 100 mg
Anak 5-14 tahun : rifampisin 300 mg,
ofloxacin 200 mg dan minosiklin 50 mg.
Pemberian pengobatan hanya sekali saja
danpenderitadigolongkandalamkelompok
RFT(releasefromtretment).Dalamprogram
kusta di Indonesia, regimen ROM ini tidak
dipergunakan, penderita PB dengan 1 lesi
diobatisepertipadaPBdengan2-5lesi.
2).PenderitaPBlesi2-5untukdewasayaitu:
rifampisin600mg,dapson100mg(diminum
haripertamadidepanpetugas)dandapson
100 mg (diminum di rumah hari ke 2-28).
Lamapengobatan:6-9bulan.
Penderita yang telah menyelesaikan
regimen pengobatan disebut RFT (release
from treatment). Setelah RFT, penderita
tetap dilakukan pengamatan secara pasif
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|5
Advisedly|SeorangPerempuanUsia35TahundenganDiagnosisMorbusHansendanUlkuspadaRegioDorsumPedis
Lateral
yaitutipekustaPBselama2tahundantipe
kusta MB selama 5 tahun. Penderita kusta
yang telah melewati masa pengamatan
setelah RFT disebut RFC (release from
control) atau bebas dari pengamatan.
Pencegahan cacat atau Prevention Of
Disabillity (POD) adalah suatu usaha untuk
memberikantindakanpencegahanterhadap
penderita agar terhindar dari risiko cacat
selamaperjalananpenyakitkusta,terutama
akibat reaksi kusta. Tujuan pencegahan
cacat adalah jangan sampai terjadi
kecacatan yang timbul atau bertambah
setelah
penderita
terdaftar
dalam
pengobatan dan pengawasan. Terjadinya
cacatpadapenderitakustadisebabkanoleh
kerusakanfungsisaraftepibaikolehkuman
maupunkarenaterjadinyaperadangansaraf
(neuritis)sewaktuterjadireaksikusta.25
Simpulan
Diagnosis dini sangat penting bagi
pasien kusta sehingga tidak menimbulkan
kecacatan. Timbulnya cacat tubuh pada
penderita kusta dapat mempengaruhi
kepribadian dan mengurangi rasa percaya
diripadapenderitakusta.Haliniakantidak
menguntungkan baik dalam proses
pengobatan maupun penyembuhannya.
Oleh karena itu diagnosis dini dan tepat
pengobatan serta edukasi sangat penting
padapasienkusta.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
DaftarPustaka
1. VickGL,TillmanEA,FialaKH.Leprosyin
aTexan. 28 april 2015; USA. Texas:
BaylorScottandWhiteHealth;2015.
2. Lastoria JC, Abreu MAMM. Leprosy:
review of the epidemiological, clinical,
and etiopathogenic aspects Part 1. An
BrasDermatol.2004;89(2):205–218.
3. Scollard DM, Joyce MP, Gillis TP.
Development of leprosy and type 1
leprosy reactions after treatment with
infliximab: a report of 2 cases. Clin
InfectDis.2006;43(3):19-22.
4. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta. Edisi ke-5. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia;2008.
5. Emmy S. Kusta. Jakarta: Fakultas
KedokteranUniversitasIndonesia;2006.
6. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Buku Pedoman Nasional
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|6
13.
14.
15.
16.
17.
Pengendalian Penyakit Penyakit Kusta.
Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
UniversitasIndonesia;2007.
Carlos LC. Development of Leprosy and
Type 1 Leprosy Reactions after
Treatment with Infliximab: A Report of
2 Cases. Clin Infect Dis. 2006;43(2):1922.
Misra DP, Parida JR, Chowdhury AC,
Pani KC, Kumari N, Krishnani N, et al.
Case Report Lepra Reaction with Luci
Phenomen on Mimicking Cutaneous
Vasculitis.
Hindawi
Publishing
Corporation
Case
Reports
in
Immunology.2014;1-4.
Schurin PR. Determinants for the
development and course of leprosy:
Findings from a prospective cohort
study [thesis]. Amsterdem: Ridderprint;
2009.
Lastoria, Carlos J, Abreu MAMMD.
Leprosy: review of the epidemiological,
clinical, andetiopathogenic aspects –
Part 1. An Bras Dermatol. 2014;
89(2):205-18.
Misch EA, Berrington WR, Vary JR,
Hawn TR. Leprosy and the human
genome. Microbiol Mol Biol Rev; 74
(4):589-62.
Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Buku
Pedoman
Nasional
PemberantasanPenyakitKusta.Cetakan
Ke-17. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia;2005.
SiregarRS.Kusta.2005.AtlasBerwarna
Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2.
Jakarta:EGC.
Departemen Kesehatan RI. Buku
Pedoman
Nasional
Pengendalian
Penyakit Penyakit Kusta. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia;2007.
The ILEP action group on teaching and
learningmaterials.Howtodiagnoseand
treat leprosy, learnong guide one. The
InternationalFederationofAnti-Leprosy
Associations(ILEP);2002.
Kampirapap
K,
Poonpracha
T.
Squamous cell carcinoma arising in
chronic ulcers in leprosy. J med Assoc
Thai.2005;88:58-60.
Srinivasan H, Desikan KV. Cauliflower
growthsinneuropathicplantarulcersin
Advisedly|SeorangPerempuanUsia35TahundenganDiagnosisMorbusHansendanUlkuspadaRegioDorsumPedis
Lateral
18.
19.
20.
21.
leprosy patients. J Bone Joint Surg Am.
1971;53(1):123-32.
Srinivasan H. Management of ulcers in
neuroligacally impaired feet in leprosy
affected persons. Dalam: Schwarz R,
Brandsma W, editors. Surgical
reconstruction & rehabilitation in
leprosy and other neuropathies.
Katmandu.
Nepal:
Ekta
Books
DistributorsPvtLtd;2004.hlm.193-223.
IdemaWJ,MajerIM,PahanD,OskamL,
Polinder S, Richardus JH. Costeffectiveness of a chemoprophylactic
interventionwithsingledoserifampicin
in contacts of new leprosy patients.
PLoSNeglTropDis.2010;4(11):e874.
Schurin RP. Determinants for the
development and course of leprosy:
Findings from a prospective cohort
study [thesis]. Amsterdam: Faculty of
Medicine(AMC-UvA);2009.
Bizuneh E, Brakel WHV, Declercq E,
Feenstra P, Fine P, Ji B. Report of the
International Leprosy Association
TechnicalForum:France22-28February
22.
23.
24.
25.
2002. Int J Lepr Other Mycobact Dis.
2002;70(1Suppl):S1-62.
Amirudin MD, Hakim Z, Darwis E.
Diagnosis penyakit Kusta. Dalam: Daili
ESS,MenaldiSL,IsmiartoSP,NilasariH,
editor. Kusta. Edisi ke-2. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia;2003.
Susanto T. Pengalaman Klien Dewasa
Menjalani Perawatan Kusta di wilayah
kerja Puskesmas Jenggawa Kabupaten
Jember
Jawa
Timur
Studi
Fenomenologi.
Jakarta:
Fakultas
KedokteranUniversitasIndonesia;2010.
Sarita S, Muhammed K, Najeeba R,
Rajan GN, Anza K, Binitha MP, et al. A
study on histological features of lepra
reactions in patients attending the
Dermatology Department of the
Government Medical College, Calicut,
Kerala, India. Lepr Rev. 2013;84(1):51–
64.
Zulkifli. Penyakit Kusta Dan Masalah
YangdiTimbulkannya.Medan:Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatra
Utara;
2004.
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|7
Download