BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah organisasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah organisasi bagaikan sebuah lingkaran, dimana setengah bagian
bawah adalah operasional dan setengah bagian atas yakni faktor human atau
manusia. Setengah bagian bawah, operasional, yaitu tentang apa yang dikerjakan,
piranti keras, sistem, kontrol, produksi, dan keuntungan. Adapun setengah bagian
atas, human, yaitu mengenai bagaimana kita melakukan operasi dengan
pengertian komunikasi, kepercayaan, hubungan dan keikutsertaan.
Umumnya sebuah organisasi atau perusahaan lebih memfokuskan kepada
bagian bawah yaitu operasional. Organisasi akan lebih fokus dan memperhatikan
apa yang meraka raih, capai, produksi dan keuntungan. Sehingga dapat terjadi
ketidakseimbangan dalam lingkaran tersebut dimana organisasi akan lebih
condong untuk memperhatikan bagian bawah dari lingkaran tersebut.
Budaya perusahaan yang terbuka dan seimbang dapat menjadi sangat
bermanfaat dan produktif bagi perusahaan karena dapat memberikan kesempatan
pada orang untuk membawakan dirinya dalam pekerjaan dan mengembangkan
kemampuan mereka dalam bekerja. Namun kebanyakan perusahaan atau
organisasi yang cenderung mempunyai bagian setengah bawah, yaitu faktor
operasi, berkembang dengan baik. Tetapi bagian setengah atasnya, yaitu faktor
human, dan kurang berkembang.
1
2
Jika ketidakseimbangan tersebut terjadi di dalam sebuah organisasi atau
perusahaan, tentunya dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi
perusahaan maupun orang – orang yang tergabung dalam organisasi tersebut. Dari
ketidakseimbangan ini dapat berpengaruh besar pada Sense of Belonging atau
rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan. Saat organisasi lebih memfokuskan
dalam mengembangkan faktor operasional saja, tentunya faktor human akan lebih
terabaikan. Sehingga perkembangan ataupun rasa memiliki karyawan terhadap
perusahaan akan berkurang karena kurangnya perhatian dari organisasi terhadap
bagian human tersebut.
Sense of Belonging atau rasa memiliki terhadap perusahaan dapat
dipengaruhi oleh budaya organisasi yang dimiliki oleh perusahaan serta faktor
kepemimpinan dari para pemimpin perusahaan tersebut. Setiap perusahaan
tentunya memiliki budaya organisasi atau aturan – aturan yang diterapkan dan
diimplementasikan kepada setiap karyawannya. Sense of Belonging dapat
diartikan juga sebagai keadaan dimana seseorang merasakan bahwa ia telah
menjadi bagian dari sesuatu, baik itu dalam sebuah keluarga, lingkungan sosial
ataupun dalam sebuah organisasi.
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, rasa memiliki tentunya
berkaitan dengan kondisi yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi rasa kenyamanan karyawan dan pembelajaran mereka. Karyawan
yang mengalami sense of belonging di perusahaan, memiliki masukan dan
pengaruh yang lebih besar. Mereka akan berusaha untuk menjadi lebih kompeten
dan otonom dan memiliki tingkat motivasi yang lebih tinggi. Karyawan –
3
karyawan ini tentunya juga memiliki sikap yang lebih positif terhadap pekerjaan,
kewajiban mereka, atasan maupun terhadap sesama rekan kerja mereka. Terlebih,
karyawan ini tentunya memiliki rasa kompetensi sosial yang kuat dan dapat
berinteraksi dengan rekan kerja dan atasan dengan cara yang positif dan
mendukung.1
Perilaku ataupun contoh sikap dari karyawan yang memiliki tingkat rasa
memiliki yang tinggi yakni jika terjadi kerjasama yang baik antar karyawan yang
dapat dilihat dari saling membantu karyawan jika ada kesulitan dalam bekerja.
Adanya rasa kekeluargaan yang sudah melekat yang membuat karyawan lain
merasa nyaman bekerja di tempat tersebut dan menganggap bahwa rekan kerja
sudah seperti keluarga sendiri. Selain itu, ketepatan waktu karyawan pada saat
masuk jam kerja dan bersedianya karyawan dalam bekerja lembur untuk
mempercepat penyelesaian pekerjaan merupakan ciri dari rasa tanggung jawab
karyawan terhadap peraturan yang telah dibuat oleh perusahaan.
Rasa memiliki merupakan motivasi dasar manusia yang berhubungan
dengan perbedaan dalam pengolahan kognitif, pola emosi, perilaku, kesehatan dan
kesejahteraan. Merasa diterima dapat mengarah kepada emosi dan perilaku positif,
sedangkan merasa tidak diterima atau penolakan dapat menyebabkan perasaan
negatif seperti kecemasan, depresi, kesepian, serta perilaku antisosial. Menjadi
bagian dari suatu organisasi yang mendukung dapat mengurangi tingkat setress
1
Osterman, Karen F. "Belonging." Encyclopedia of Educational Leadership and Administration.
Ed. Fenwick W. English. Vol. 1. Thousand Oaks, CA: SAGE Reference, 2006. 74-75. Gale Virtual
Reference Library. Web. 2 Jan. 2015.
4
yang berbanding terbalik dengan tidak adanya hubungan dengan organisasi yang
tentunya dapat dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis dan perilaku.2
Selain dari budaya organisasi yang digunakan, perusahaan tentu memiliki
beberapa pimpinan yang memiliki cara atau gaya memimpin mereka masing –
masing. Pemimpin organisasi atau perusahaan juga memegang peran penting
dalam
membangun rasa
memilliki karyawan.
Upaya pemimpin dalam
membangun sense of belonging dari setiap karyawan, gaya kepemimpinan yang
digunakan serta budaya organisasi yang pemimpin akan implementasikan ke
dalam organisasi tentunya dapat memberikan pengaruh dalam membangun dan
meningkatkan rasa memiliki dari para karyawan.
Dalam
menjalankan
suatu
organisasi,
kepemimpinan
memegang
bagian/peran terpenting dalam membantu kelancaran organisasi tersebut.
Memimpin setiap individu yang ada dalam sebuah organisasi tidaklah mudah,
pemimpin harus memastikan bahwa setiap suara atau aspirasi dari setiap anggota
dapat terdengar. Karena melalui pemimpin lah para anggota dapat menyampaikan
atau menyalurkan pendapat mereka dan pemimpin lah yang wajib mendengar dan
menyalurkan apa yang disampaikan oleh tiap anggota organisasi tersebut. Selain
itu, kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan
atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,
memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
2
Ibid.
5
Kepemimpinan tentunya sangat berpengaruh terhadap motivasi kerja,
tingkat loyalitas karyawan dalam sebuah perusahaan atau organisasi tersebut.
Pemimpin/leader merupakan seseorang yang memiliki integritas dan dipercaya
dapat membantu organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan atau target dari
organisasi tersebut. Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah dan
bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Selain itu pemimpin juga
memiliki tanggung jawab yang tinggi. Tanggung jawab akan setiap individu di
dalam organisasinya dan juga tanggung jawab akan program yang ia lakukan
dalam membantu organisasi mencapai tujuan kelompok secara bersama-sama.
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang
menentukan atas berhasil tidaknya suatu organisasi. Sebab, kepemimpinan yang
sukses menunjukkan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil dilaksanakan
dengan sukses pula. Jika organisasi tersebut berhasil, maka gaya kepemimpinan
ataupun budaya organisasi yang digunakan oleh pemimpin tersebut dapat dinilai
berhasil dan dapat bekerja dengan baik.
Dalam menjalankan perannya, seorang pemimpin juga harus memastikan
bahwa informasi atau pesan dapat tersampaikan dengan baik dan sesuai dengan
harapan agar tidak terjadinya misunderstanding. Dapatkah proses komunikasi ini
terjadi sesuai harapan jika pemimpin tersebut merupakan pemimpin asing yang
tidak berbahasa lokal sesuai dengan para karyawannya. Hal ini tentunya dapat
menimbulkan beberapa kendala dalam proses komunikasi antara pemimpin
dengan para karyawan. Proses komunikasi yang terjadi tentunya akan berbeda
dengan pemimpin lokal. Walau adanya kendala dalam bahasa yang digunakan,
6
proses komunikasi tetap harus dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan agar
tujuan dari komunikasi dapat tersampaikan dan tercapai. Sebab itu, proses
komunikasi dapat mengalami permasalahan karena adanya kendala dalam proses
komunikasi internal dalam sebuah perusahaan yang memiliki pemimpin asing.
Di setiap perusahaan atau organisasi yang memiliki karyawan ataupun
pemimpin asing tentunya memiliki cara ataupun strategi dalam menjalankan
program perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Tentunya salah satu
tujuan perusahaan yakni adalah kesejahteraan bagi setiap karyawannya sehingga
dapat memberikan tempat yang nyaman dalam bekerja. Namun perusahaan juga
harus bisa membuat para karyawan merasa bahwa mereka merupakan bagian dari
perusahaan dan ini merupakan salah satu tugas penting dari para pemimpin dalam
membuat karyawan mereka merasakan hal tersebut.
PT. Teleperformance merupakan International Outsourching Company
yang bergerak di beberapa bidang seperti call center, inbound customer service,
outbound telesales, face-to-face customer relationship management services,
loyalty management dan technical support. Pada awalnya perusahaan ini didirikan
di Perancis pada tahun 1978 oleh Daniel Jullien dan kini PT. Teleperformance
telah berhasil memperluas bisnis mereka hingga ke 62 negara lainnya termasuk
Indonesia. Di Indonesia, PT. Teleperformance didirikan sejak tahun 2003 dan
terus berkembang hingga di tahunnya yang ke 11. PT. Teleperformance
menawarkan layanan terbaik dan memuaskan di bidang call center. Hal ini dapat
terbukti dengan jumlah klien yang telah bekerja sama dengan perusahaan
international ini. Tidak hanya klien lokal dari Indonesia saja, namun PT.
7
Teleperformance berhasil bekerja sama dengan perusahaan luar dan tetap
menyediakan layanan call center di cabang mereka yang di Indonesia.
Klien – klien yang bekerja sama dengan PT. Teleperformance Indonesia,
baik itu perusahaan lokal maupun luar, merupakan perusahaan yang tidak asing
lagi seperti Zurich, Indofood, Kvision, Nutricia, Danone, Asus, Toshiba, Sony
dll. Sebagai perusahaan International, PT. Teleperformance memiliki leader atau
pemimpin yang berasal dari berbagai negara seperti India, Philippine, Singapore,
Thailand dll. Oleh karena itu, adanya kompentensi komunikasi dari para
pemimpin dalam perusahaan dapat berdampak terhadap rasa memiliki atau sense
of belonging yang dialami oleh karyawan terhadap perusahaan.
Kompetensi komunikasi dari para pemimpin yang dimaksud adalah sama
dengan kemampuan seorang pemimpin dalam berkomunikasi dan dalam
menjalankan organisasi tersebut. Kompetensi memiliki pengertian kemampuan
seseorang yang meliputi keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam melakukan
sesuatu kegiatan atau pekerjaan tertentu sesuai dengan standar-standar yang telah
ditetapkan. Begitu halnya dengan seorang praktisi PR yang harus memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik. Namun di perusahaan tidak terdapat divisi
PR sehingga siapakah yang akan menjalankan peran PR dalam perusahaan dan
bagaimana para pemimpin asing dapat memposisikan diri mereka di perusahaan.
Di perusahaan PT. Teleperformance Indonesia, terdapat beberapa
pemimpin yang memimpin divisi mereka masing – masing. Setiap divisi
merupakan client bagi perusahaan yang harus di jaga dan di pertahankan oleh para
8
pemimpin tersebut. Setiap karyawan pun di bagi ke dalam divisi masing – masing
tergantung dari kemampuan mereka. Sebagai contoh yakni salah satu client
perusahaan adalah Asus, maka setiap karyawan yang bekerja untuk Asus haruslah
memiliki keterampilan yang diinginkan oleh pihak Asus. Setiap tugas dan jobdesk
karyawan tentunya berbeda – beda tergantung dari divisi mana karyawan ini
berada.
Kompetensi pemimpin dapat dicerminkan dari kualitas dan sifat – sifat
pribadi individu. Hal ini termasuk rasa percaya diri, integritas (yang menginspirasi
kepercayaan),
dan
inisiatif.
Pemimpin
diharapkan
dapat
menunjukkan
keterampilan sosial yang efektif dan menerapkan konsep “helikopter faktor” yang
menjelaskan kemampuan untuk mengangkat detail – detail dari sebuah situasi dan
melihatnya dalam konteks yang lebih luas.3
Penelitian mengenai perilaku organisasi yang positif serta pentingnya
konsep psikologis yang positif dalam pengaturan organisasi terus meningkat.
Fokus penelitian organisasi terhadap pengaruh positif, perilaku dan kognisi telah
memperoleh kepentingan dalam konteks nasional dan internasional.4 Perilaku
positif serta kompetensi pemimpin dalam sebuah organisasi dipahami sebagai
"studi dan penerapan tentang kekuatan sumber daya manusia yang berorientasi
positif dan kapasitas psikologis yang dapat diukur, dikembangkan, dan efektif
untuk peningkatan kinerja serta rasa memiliki di tempat kerja saat ini .'' Penelitian
3
Morden, T. (1997). Leadership as competence. Management Decision, 35(7), 519-526. Web. 3
Jan 2015.
4
Donaldson, S.I., & Ko, I. (2010). Positive organisational psychology, behavior, and scholarship: A
review of the emerging literature and evidence base. The Journal of Positive Psychology, 5(3),
177-191. Web 10 Jan. 2015.
9
telah menunjukkan bahwa menekankan perilaku organisasi yang positif dapat
berpengaruh besar pada perilaku individu dan kelompok yang terkait dalam
organisasi tersebut.5
Kata kunci dari kompetensi adalah kemampuan yang sesuai standar.
Sedangkan kompetensi komunikasi memiliki pengertian kemampuan yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai dalam mengelola
pertukaran pesan verbal dan non-verbal berdasarkan ketentuan-ketentuan tertentu.
Adapun konsep kompetensi komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Knowledge (Pengetahuan) + Skill (Kemampuan) + Attitude (Sikap) yang akan
menghasilkan
Communication
Competency.6
Kemampuan
berkomunikasi,
pengetahuan dan sikap yang baik sangat diperlukan untuk menjalin sebuah
hubungan yang baik demi mencapai tujuan perusahaan.
Kompetensi yang dilihat disini yaitu kemampuan dari para pemimpin
dalam membangun rasa memiliki karyawan serta usaha atau gaya kepemimpinan
apa yang akan digunakan oleh para pemimpin tersebut. Oleh sebab itu penulis
tertarik untuk mengangkat topik penelitian mengenai ‘Kompetensi Komunikasi
Pemimpin Asing di PT. Teleperformance Indonesia dalam membangun sense of
belonging karyawan’ dengan periode riset mulai tanggal 5 Januari 2015 hingga 5
Juni 2015.
5
Luthans, F. (2002b). Positive organisational behavior: developing and managing psychological
strengths. Academy of Management Executive. Hal 59. Web. 10 Jan 2015
6
http://ngejurnal.wordpress.com/2010/11/15/kompetensi-komunikasi/diakses pada 18
September 2014
10
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan peneliti, maka fokus penelitian
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi komunikasi pemimpin
asing dalam membangun sense of belonging karyawan. Serta mengetahui
kompetensi komunikasi pemimpin yang dilihat dari sifat, pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh pemimpin tersebut dalam membangun rasa
memiliki dari karyawan.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan peneliti, maka terdapat
pertanyaan utama sebagai masalah penelitian ini yaitu :
Bagaimanakah
kompetensi
komunikasi
pemimpin
asing
PT.
Teleperformance Indonesia dalam membangun sense of belonging karyawan.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Perumusan Masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:
“Untuk mengetahui Kompetensi Komunikasi Pemimpin Asing di PT.
Teleperformance Indonesia dalam membangun Sense of Belonging karyawan.”
11
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Akademis
-
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya
yang tertarik untuk meneliti tentang Kompetensi Komunikasi Pemimpin
dalam membangun Sense of Belonging karyawan.
-
Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan dan masukan dalam bidang
ilmu
Kehumasan
khususnya
yang
berkaitan
dengan
kompetensi
komunikasi para pemimpin dalam meningkatkan rasa memiliki karyawan,
serta dapat menambah literatur ilmiah yang berkaitan dengan ilmu
komunikasi.
1.5.2 Praktis
-
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi PT.
Teleperformance
Indonesia
dalam
mengembangkan
kompetensi
komunikasi pemimpin di perusahaan sehingga lebih mampu untuk
meningkatkan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan.
Download