Islam Digest (Page 6)

advertisement
tema utama
REPUBLIKA ● AHAD, 2 JANUARI 2011
B4
Jejak Islam di Dunia Baru
PARA PEDAGANG
MUSLIM DARI ARAB
JUGA SANGAT AKTIF
BERNIAGA DENGAN
MASYARAKAT YANG
TINGGAL DI
AMERIKA.
● Muslim Indian Cherokee
Oleh Heri Ruslan
agi umat Islam, Amerika bukanlah
‘dunia yang baru’ seperti diungkapkan Christopher Columbus—penjelajah berkebangsaan Spanyol—yang
mengklaim sebagai penemu
pertama benua itu. Jauh sebelum
Columbus menginjakkan kakinya pada 21
Oktober 1492, umat Islam telah tiba di Benua
Amerika.
Menurut Fareed H Numan dalam American
Muslim History A Chronological Observation, jauh
sebelum Columbus tiba umat Islam telah sampai
di Amerika. Ia mengungkapkan, orang Islam
pertama yang tiba di Benua Amerika adalah
seorang pelaut dari Cina.
Pada 1178 M, berdasarkan sebuah dokumen
Dinasti Sung—sebuah dinasti yang memerintah di
Cina antara 960 M sampai 1279 M—seorang pelaut
Muslim telah menemukan sebuah benua yang
disebut sebagai Mu-Lan-pi atau Amerika. Dinasti
Sung memang dikenal memiliki angkatan laut yang
sangat kuat.
Dua abad kemudian, papar Fareed, tepatnya
1310 M, Abu Bakri (Abu Bakar), seorang Kaisar dari
Mali, Afrika Barat, telah melakukan serangkaian
perjalanan menuju ‘Dunia Baru’, yakni Benua
Amerika. Selain itu, kata dia, pada 1312 M, Muslim dari
Afrika Barat terutama Mali yang dikenal dengan istilah
Mandinga telah sampai diTeluk Meksiko.
“Mereka mengeksplorasi wilayah pedalaman
Amerika dengan menggunakan Sungai Mississippi
sebagai jalur perjalanannya,” papar Fareed. “Tak perlu
diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah
memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika
beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya.”
Sejarawan Ivan Van Sertima dalam karyanya They
Came Before Columbus membuktikan adanya kontak
antara Muslim Afrika dan orang Amerika asli. Dalam
African Presence in Early America, Van Sertima,
menemukan fakta bahwa para pedagang Muslim dari
Arab juga sangat aktif berniaga dengan masyarakat
yang tinggal di Amerika.
Saat menginjakkan kaki di Benua Amerika, papar
Van Sertima, Columbus sempat mengungkapkan kekagumannya kepada orang Karibian yang sudah
beragama Islam. “Columbus juga tahu bahwa Muslim
dari pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia, Amerika Tengah, Selatan, dan Utara,” paparnya.
Umat Islam yang awalnya berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan menikahi
penduduk asli. Menurut Van Sertima, Columbus pun
mengaku melihat sebuah masjid saat berlayar
B
● Kedatangan Colombus di benua Amerika
melalui
Gibara di
Pantai Kuba.
Selain itu, penjelajah
berkebangsaan Spanyol
itu juga telah menyaksikan
bangunan masjid berdiri megah di
Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada.
Dr Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa
dari Universitas Harvard dalam karyanya berjudul
Saga America, menyebutkan bahwa umat Islam tak
hanya tiba sebelum Columbus di Amerika. Namun,
umat Islam juga telah membangun sebuah peradaban di benua itu.
Fell juga menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Menurut dia, bahasa yang digunakan orang
Pima di Barat Daya dan bahasa Algonquina, perbendaharaan katanya banyak yang berasal dari bahasa
Arab. Arkeolog itu juga menemukan tulisan tua
Islami di beberapa tempat seperti di California.
Di Kabupaten Inyo, negara bagian California, Fell
juga menemukan tulisan tua lainnya yang berbunyi
‘Yasus bin Maria’ yang dalam bahasa Arab berarti
“Yesus, anak Maria”. “Ini bukan frase Kristen,” cetus
Fell. Faktanya, menurut dia, frase itu ditemukan dalam
kitab suci Alquran. Tulisan tua itu, papar dia, usianya
lebih tua beberapa abad dari Amerika Serikat.
Arkeolog dan ahli bahasa itu juga menemukan
teks, diagram, serta peta yang dipahat di batu yang
digunakan untuk kepentingan sekolah. Temuan itu
bertarikh antara tahun 700 hingga 800 M. Teks serta
diagram itu berisi mata pelajaran matematika,
sejarah, geografi, astronomi, dan navigasi laut.
Bahasa pengajaran yang ditemukan itu menggunakan tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.
Sejarawan seni berkebangsaan Jerman, Alexander
Von Wuthenau, juga menemukan bukti dan fakta
keberadaan Islam di Amerika pada tahun 800 M
hingga 900 M. Wuthenau menemukan ukiran kepala
yang menggambarkan seperti bangsa Moor. Itu
berarti, Islam telah bersemi di Amerika sekitar
separuh milenium sebelum Columbus lahir.
Dia juga menemukan ukiran serupa bertarikh 900
M hingga 1500 M. Artefak yang ditemukan itu mirip
foto orang tua yang biasa ditemui di Mesir. Youssef
Mroueh dalam tulisannya Muslim in The Americas
Before Columbus, memaparkan penuturan Mahir
Abdal-Razzaaq El, orang Amerika asli yang menganut
agama
Islam. Mahir
berasal dari suku
Cherokee yang dikenal
sebagai Eagle Sun
Walker.
Mahir memaparkan, para penjelajah Muslim telah
datang ke tanah
kelahiran suku Cherokee
hampir lebih dari seribu
tahun lalu. Yang lebih penting
lagi dari sekadar pengakuan itu,
kehadiran Islam di Amerika,
khususnya pada suku Cherokee
adalah dengan ditemukannya perundang-undangan, risalah, dan resolusi
yang menunjukkan fakta bahwa umat
Islam di benua itu begitu aktif.
Salah satu fakta yang membuktikan bahwa
suku asli Amerika menganut Islam dapat dilacak
di Arsip Nasional atau Perpustakaan Kongres.
Kesepakatan 1987 atau Treat of 1987 mencantumkan bahwa orang Amerika asli menganut sistem
Islam dalam bidang per-dagangan, kelautan, dan
pemerintahan. Arsip negara bagian Carolina
menerapkan perundang-undangan seperti yang
diterapkan bangsa Moor.
Menurut Youssef, pemimpin suku Cherokee
pada 1866 M adalah seorang pria bernama
Ramadhan Bin Wati. Pakaian yang biasa dikenakan
suku itu hingga tahun 1832 M adalah busana
Muslim. “Di Amerika Utara sekurangnya terdapat
565 nama suku, perkampungan, kota, dan pegunungan yang akar katanya berasal dari bahasa
Arab,” papar Youssef. ■
Gelombang Migrasi Kaum Muslim ke Amerika
Oleh Heri Ruslan
igrasi kaum Muslim ke Benua
Amerika secara besar-besaran
diperkirakan terjadi pada abad ke17 hingga 19 M. Jhon L Esposito
dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam
Modern, mengungkapkan hampir seperlima
orang-orang yang dibawa ke Amerika dalam
era perdagangan budak adalah Muslim.
“Awalnya, mereka berupaya mempraktikkan ajaran agamanya (Islam), tetapi banyak
dari mereka yang dipaksa pindah agama
menjadi Kristen,” ungkap Esposito. Menurut
dia, tak banyak catatan tentang kisah para
budak Muslim yang tetap mempertahankan
keyakinannya.
Meski begitu, kata dia, kaum Muslim di Benua Amerika pernah melakukan gerakan
semacam revolusi. Menurut Esposito, pada
1758 umat Islam sempat melakukan revolusi
di Haiti. “Bahkan, pernah mendirikan sebuah
negara Islam yang berumur pendek di Brasil,”
paparnya.
M
Esposito mengungkapkan, lenyapnya kaum
Muslim Afrika awal di Amerika akibat penyiksaan yang keras, telah berbalik pada abad ke20 M dengan bertambahnya jumlah pemeluk
Islam keturunan Afrika di Amerika. Selain itu,
jumlah pemeluk Islam kian bertambah di negeri
Paman Sam, seiring dengan migrasi kaum Muslim dari berbagai negara di dunia ke benua itu.
Migrasi umat Islam dari berbagai penjuru
dunia ke Amerika terjadi pada akhir abad ke-19
M. “Mayoritas adalah orang-orang Arab dari
Kesultanan Usmaniyah,” tutur guru besar
Hubungan Internasional dan Studi Islam pada
Georgetown University, Amerika Serikat itu.
Menurut Esposito, gelombang migrasi besarbesaran umat Islam ke Amerika terjadi dalam
empat periode. Gelombang pertama, dimulai
pada 1975 yang ditandai dengan datangnya
imigran dari Suriah, Lebanon, Yordania, dan
Palestina. Mereka adalah orang-orang yang
kurang berpendidikan dan tak terampil.
Tujuan mereka datang ke Amerika dengan
alasan ekonomi, yakni mencari penghidupan
yang lebih baik dan kembali ke negara
asalnya. Pada gelombang pertama itu, para
imigran Muslim bekerja sebagai pekerja
tambang, pekerja tak tetap, penjaga toko,
hingga pedagang kecil-kecilan.
Gelombang kedua, berlangsung pada abad
ke-20 M dan sempat terhenti ketika Perang
Dunia II meletus. Imigran Muslim yang
diizinkan masuk sesuai Undang-Undang
Keimigrasian Amerika adalah orang-orang
Negro dan orang-orang kulit putih. Sedangkan,
orang-orang Arab tak bisa masuk ke Amerika.
Gelombang ketiga, terjadi antara pertengahan 1940 hingga 1960. Imigran Muslim
SHEIKYERMAMI.COM
yang datang ke Amerika Serikat pada periode
ketiga ini berpendidikan lebih tinggi dibandingkan pada gelombang sebelumnya.
Mereka hijrah ke Amerika untuk melepaskan
diri dari tekanan politik di negaranya.
“Pada gelombang ketiga ini, jumlah imigran
Muslim terbesar berasal dari Palestina, setelah
terbentuknya negara Israel,” papar direktur
Prince Alwaleed Bin Talal Center for MuslimChristian Understanding pada Georgetown
University itu. Selain itu, imigran dari Mesir
berdatangan setelah Gamal Abdul Nasser
melakukan nasionalisasi. Orang Irak hijrah ke
Amerika setelah pecahnya Revolusi 1948 dan
Muslim dari Eropa Tengah pindah menghindari
penguasa Komunis.
Gelombang keempat, dimulai dari 1967
hingga sekarang. Menurut Esposito, mayoritas Muslim yang hijrah ke Amerika pada
periode keempat ini berasal dari kalangan terdidik dan menguasai bahasa Inggris dengan
baik. Mereka, kata dia, datang untuk
meningkatkan keahlian. Mereka datang ke AS
untuk mendapat status sosial dan ekonomi
yang lebih baik. ■
Download