PENGUJIAN TERHADAP KETEPATAN KLASIFIKASI ANGGARAN

advertisement
PENGUJIAN TERHADAP KETEPATAN
KLASIFIKASI ANGGARAN
DIKLAT
BENDAHARA PENGELUARAN APBN
Klasifikasi Anggaran
D
alam pelaksanaan pengujian dan pembayaran tagihan Bendahara harus
memperhatikan ketepatann Klasifikasi Anggaran. Klasifikasi Anggaran
secara detil termuat dalam Permenkeu No.214 /PMK.05/2013 tentang
BAS sebagaimana dirinci lebih lanjut dengan Kep. Dirjen Perbendaharaan No. KEP311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar. Dalam
melaksanakan pembayaran Bendahara harus memperhatikan apakah tagihan yang
dimintakan sesuai dengan akun yang ada, apakah dana dalam akun tersebut masih
tersedia dan apakah akun tersebut boleh dibayarkan oleh Bendahara. Pembayaran
dengan mekanisme Uang Persediaan dapat diberikan dalam batas-batas akun sebagai
berikut:
1) Belanja Barang (Akun Belanja: 52).
2) Belanja Modal (Akun Belanja: 53);
3) Belanja Lain-lain (Akun Belanja: 58)
4) Diluar ketentuan pada butir diatas, dapat diberikan pengecualian untuk DIPA
Pusat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dan untuk DIPA Pusat yang
kegiatannya berlokasi di daerah serta DIPA yang ditetapkan oleh Kepala Kanwil
Ditjen Perbendaharaan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat.
Klasifikasi Akun Standar
1. Klasifikasi Berdasarkan Organisasi
2. Klasifikasi Berdasarkan Fungsi
3. Klasifikasi Berdasarkan Sub Fungsi
4. Klasifikasi Berdasarkan Program
5. Klasifikasi Berdasarkan Kegiatan
6. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Belanja (Ekonomi)
Klasifikasi berdasarkan jenis belanja menurut Penjelasan Pasal 11 UU 17
tahun 2003 terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Bunga,
Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja lain-lain dan Belanja Daerah. Secara rinci
klasifikasi berdasarkan jenis belanja sebagai berikut :
a. Belanja Pemerintah Pusat
1)
Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat
negara, Pegawai Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal.
2)
Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis
pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun
yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.
Belanja ini terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan
dan belanja perjalanan dinas.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
2
3)
Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih
dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi
aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap
tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu
satuan kerja bukan untuk dijual.
4)
Pembayaran Bunga Utang
Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) yang
dilakukan
atas
kewajiban
penggunaan
pokok
utang
(principal
outstanding) baik utang dalam maupun luar negeri yang dihitung
berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang. Jenis
belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan.
5)
Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada
perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya
yang memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan
jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya
dapat dijangkau masyarkat. Belanja ini antara lain digunakan untuk
penyaluran subsidi kepada masyarakat melalui BUMN/BUMD dan
perusahaan swasta. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan
dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
6)
Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang
atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak terus menerus kepada
pemerintahan negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan
organisasi kemayarakatan serta organisasi internasional.
7)
Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
3
dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan termasuk
lembaga
non
pemerintah
bidang
didalamnya bantuan untuk
pendidikan
dan
keagamaan.
Pengeluaran ini dalam bentuk uang/ barang atau jasa kepada
masyarakat
yang
bertujuan
untuk
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.
8)
Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya
tidak
dapat
diklasifikasikan
ke
dalam
pos-pos
pengeluaran
diatas.Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
Perbedaan Belanja Barang dan Modal
D
alam pelaksanaan belanja Negara sering sekali terjadi perbedaan
interpretasi terkait dengan penggunaan akun untuk belanja barang
dan belanja modal. Dalam prakteknya sering terjadi kerancuan dalam
menetapkan apakah suatu jenis belanja termasuk belanja barang (akun 52xxxx)
ataukah belanja modal (53xxxx). Dalam istilah akuntansi suatu belanja dikategorikan
sebagai belanja modal apabila:
1. Untuk peralatan dan mesin
a. Nilai barang per unit Rp.300.000 atau lebih untuk peralatan dan mesin;
b. Berumur lebih satu tahun;
c. Memerlukan biaya perawatan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
4
2. Untuk bangunan dan gedung
Pengeluaran untuk perawatan/perbaikan bangunan dan gedung dikelompokkan
dalam belanja modal apabila:
a. Nilai pengeluaran Rp.10.000.000 atau lebih;
b. Menambah masa manfaat;
c. Menambah kapasitas, kualitas,peningkatan standar kinerja atau volume
asset.
Apabila suatu belanja tidak memenuhi kriteria atau kategori belanja modal maka
dapat dipastikan belanja tersebut dapat dikategorikan sebagai belanja barang
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
5
Dalam pelaksanaan belanja Negara sering sekali terjadi perbedaan
interpretasi terkait dengan penggunaan akun untuk belanja barang dan belanja
modal. Dalam prakteknya sering terjadi kerancuan dalam menetapkan apakah suatu
jenis belanja termasuk belanja barang (akun 52xxxx) ataukah belanja modal
(53xxxx). Dalam istilah akuntansi suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal
apabila:
3. Untuk peralatan dan mesin
d. Nilai barang per unit Rp.300.000 atau lebih untuk peralatan dan
mesin;
e. Berumur lebih satu tahun;
f. Memerlukan biaya perawatan
4. Untuk bangunan dan gedung
Pengeluaran
untuk
perawatan/perbaikan
bangunan
dan
gedung
dikelompokkan dalam belanja modal apabila:
1) Nilai pengeluaran Rp.10.000.000 atau lebih;
2) Menambah masa manfaat;
3) Menambah kapasitas, kualitas,peningkatan standar kinerja atau volume
asset.
Apabila suatu belanja tidak memenuhi kriteria atau kategori belanja modal maka
dapat dipastikan belanja tersebut dapat dikategorikan sebagai belanja barang
1.
Download