Analisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat

advertisement
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA
SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING DI
BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
AZRUL REZA RIFQI AMIRUDDIN
H34086012
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
AZRUL REZA RIFQI AMIRUDDIN Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis
Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).
Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis akan memiliki kinerja
yang berbeda pada saat melakukan initial public offering. Salah satu cara untuk
mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa kinerja keuangan
perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan menghitung rasio
keuangan perusahaan. Rasio keuangan perusahaan yang dapat dihitung dan
dianalisa untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio likuiditas,
rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Perusahaan agribisnis
akan menghadapi tiga kemungkinan saat initial public offering. Pertama out
performed, keadaan tersebut terjadi jika harga saham setelah initial public
offering lebih baik dari harga perdananya. Kedua under performed, keadaan
tersebut terjadi ketika harga saham setelah initial public offering lebih rendah dari
harga perdananya. Ketiga balance performance, terjadi jika harga saham setelah
melakukan initial public offering tidak mengalami perubahan. Tujuan penelitian
ini adalah (1) mendeskripsikan proses initial public offering perusahaan sektor
agribisnis di Bursa Efek Indonesia, (2) menganalisis kinerja perusahaan agribisnis
pada saat melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia, dan (3)
menganalisis initial return sebagai indikator kinerja saham sektor agribisnis.
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia, Jalan Jenderal Soedirman
Kav. 52-53 Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama bulan September hingga
Desember 2010. Sampel yang didapat pada penelitian ini berjumlah 11
perusahaan agribisnis yang initial public offering pada tahun 2000 hingga 2008.
Penelitian ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2000 hingga 2008 berjumlah 11 perusahaan.
Perusahaan tersebut antara lain PT Bisi International Tbk, PT Malindo Feedmill
Tbk, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Gozco Plantations Tbk, PT
Sampoerna Agro Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, PT Central Proteinaprima
Tbk, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk, PT Dharma Samudera Fishing
Industries Tbk, PT FKS Multi Agro Tbk, dan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk.
Proses initial public offering perusahaan agribisnis tidak berbeda dengan
initial public offering perusahaan sektor lainnya. Tahap initial public offering
terdiri dari rencana go public, persiapan menuju go public, pelaksanaan go public,
penawaran umum, dan kewajiban emiten setelah go public. Berdasarkan sub
sistemnya, perusahaan yang memiliki initial return paling tinggi saat initial public
offering pada sub sistem hulu, on-farm dan hilir adalah PT Bumi Teknokultura
Unggul Tbk, PT Central Proteinaprima Tbk dan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk.
Initial return yang diperoleh PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dipengaruhi oleh
Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio yang rendah. Initial return PT
Central Proteinaprima Tbk dipengaruhi oleh ukuran perusahaan yang besar,
Return on Equity yang tinggi, dan umur perusahaan yang sudah tua. Initial return
PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dipengaruhi oleh persentase saham yang
ditawarkan ke publik sangat besar. Secara keseluruhan, perusahaan agribisnis
yang memiliki initial return yang tertinggi adalah PT Wahana Phonix Mandiri
Tbk.
Initial return yang diperoleh perusahaan pada saat melakukan initial
public offering dapat menunjukan seberapa besar saham perusahaan diminati oleh
investor. Tingginya initial return pada penutupan hari pertama dapat dipengaruhi
oleh kinerja perusahaan sebelum melakukan initial public offering dan penilaian
investor tentang prospek perusahaan agribisnis tersebut selanjutnya.
iii
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA
SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING DI
BURSA EFEK INDONESIA
AZRUL REZA RIFQI AMIRUDDIN
H34086012
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi
: Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial
Public Offering di Bursa Efek Indonesia
Nama
: Azrul Reza Rifqi Amiruddin
NIM
: H34086012
Disetujui,
Pembimbing,
Ir. Netti Tinaprilla, MM
NIP. 19690410 199512 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus
:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kinerja
Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia”
adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Azrul Reza Rifqi Amiruddin
H34086012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sengkang (Sulawesi Selatan) pada tanggal 1 Pebruari
1987. Penulis adalah anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Amiruddin Abu dan Ibunda Hajrah Amiruddin.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 7 Kuningan (Jawa
Barat) pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2002 di SMP Negeri 4 Kuningan. Pendidikan lanjutan menengah atas di
SMA Negeri 2 Kuningan diselesaikan pada tahun 2005.
Setelah lulus SMA, penulis diterima di Program Keahlian Ekowisata,
Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler dan
lulus pada tahun 2008. Setelah lulus dari Program Diploma Institut Pertanian
Bogor, penulis melanjutkan pendidikan pada tingkat sarjana. Penulis diterima
pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui
seleksi penerimaan mahasiswa pada tahun 2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
“Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di
Bursa Efek Indonesia”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat
kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis akan memiliki kinerja
yang berbeda pada saat melakukan initial public offering. Salah satu cara untuk
mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa kinerja keuangan
perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan menghitung rasio
keuangan perusahaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja
saham perusahaan agribisnis pada saat perusahaan tersebut initial public offering
di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, untuk menganalisis initial return sebagai
indikator kinerja saham sektor agribisnis. Penulis berharap agar skripsi ini dapat
dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Bogor, Januari 2011
Azrul Reza Rifqi Amiruddin
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1.
Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
2.
Muhammad Firdaus, PhD dan Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen
penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta
memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Ir. Juniar Atmakusuma, MS yang telah menjadi dosen evaluator kolokium
dan seluruh dosen serta staf Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan
Khusus.
4.
Orangtua dan kakak tercinta untuk setiap dukungan yang diberikan. Semoga
ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
5.
Dwiyanto Sastrajendra yang telah menjadi pembahas seminar.
6.
Pihak Bursa Efek Indonesia dan pengelola Pojok BEI STIE Kesatuan Bogor
atas kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
7.
Teman satu bimbingan Alfera Yusiana, teman-teman Program Sarjana
Agribisnis Penyelenggaraan Khusus seperti Hamdani, Afrilyadi E. Wibowo,
M. Reza Ilhami, Lillah Wedelia, Hafiz Muadz dan seluruh teman angkatan 5
atas semangat dan bantuan selama penelitian hingga penulisan skripsi selesai,
serta terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Bogor, Januari 2011
Azrul Reza Rifqi Amiruddin
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xvi
I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................
1
1
6
8
9
II
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
10
III
KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .....................................................
3.1.1 Struktur Modal .................................................................
3.1.2 Initial Public Offering ......................................................
3.1.3 Manfaat dan Konsekuensi Go Public ................................
3.1.4 Kinerja Keuangan ............................................................
3.1.5 Bursa Efek .......................................................................
3.1.6 Pengertian Saham.............................................................
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...............................................
15
15
15
16
24
28
30
31
33
IV
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
4.1 Lokasi dan Waktu ......................................................................
4.2 Data dan Instrumentasi ..............................................................
4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................
4.4 Metode Pengolahan Data ...........................................................
36
36
36
36
37
V
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..............................
5.1 Sejarah Pasar Modal Indonesia ..................................................
5.2 Instrumen Pasar Modal ..............................................................
5.3 Sektor Perusahaan di Bursa Efek Indonesia................................
5.4 Profil Perusahaan Agribisnis ......................................................
5.4.1 PT Bisi International Tbk .................................................
5.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk ................................................
5.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk .................................
5.4.4 PT Gozco Plantations Tbk ................................................
5.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk ..................................................
5.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk ..........................................
5.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk ..........................................
5.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk .............................
5.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk ..................
5.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk ................................................
5.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk ....................................
39
39
40
43
43
43
44
44
44
45
46
46
47
47
48
48
VI
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS ................
6.1 Gambaran Umum Perusahaan Agribisnis ...................................
6.2 Analisis Kinerja Initial Public Offering Perusahaan Sampel.......
6.2.1 PT Bisi International Tbk .................................................
6.2.2 PT Malindo Feedmill Tbk ................................................
6.2.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk .................................
6.2.4 PT Gozco Plantations Tbk ................................................
6.2.5 PT Sampoerna Agro Tbk ..................................................
6.2.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk ..........................................
6.2.7 PT Central Proteinaprima Tbk ..........................................
6.2.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk .............................
6.2.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk ..................
6.2.10 PT FKS Multi Agro Tbk ................................................
6.2.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk ....................................
6.3 Kinerja Initial Public Offering Sektor Agribisnis .......................
6.4 Kinerja Perusahaan Agribisnis setelah Initial Public Offering ....
6.4.1 PT Bisi International Tbk .................................................
6.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk ................................................
6.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk .................................
6.4.4 PT Gozco Plantations Tbk ................................................
6.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk ..................................................
6.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk ..........................................
6.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk ..........................................
6.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk .............................
6.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk ..................
6.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk ................................................
6.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk ....................................
49
49
50
50
53
56
59
62
65
68
71
73
76
79
82
85
85
86
88
90
91
93
95
96
97
99
101
VII
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
7.1 Kesimpulan ...............................................................................
7.2 Saran .........................................................................................
103
103
104
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
105
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Perkembangan Jumlah Emiten dan Indeks Harga Saham
PT Bursa Efek Indonesia Tahun 1997-2009 .........................................
2
2.
Pergerakan Indeks Sejumlah Sektor .....................................................
5
3.
Nama Emiten dan Sub Sektor Pertanian ..............................................
6
4.
Daftar Emiten Agribisnis yang Initial Public Offering Tahun
2000-2008 ............................................................................................
37
Perusahaan Agribisnis yang melakukan Initial Public Offering
Tahun 2000-2008 .................................................................................
49
6.
Sub Sektor dan Sub Sistem Agribisnis dari Perusahaan Agribisnis .......
50
7.
Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006 ............
52
8.
Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006............
53
9.
Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005 ...........
55
10. Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005 ...........
56
11. Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Tahun 2001-2003 .................................................................................
58
12. Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Tahun 2001-2003 .................................................................................
59
13. Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007 ...........
61
14. Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007 ..........
62
15. Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006 .............
63
16. Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006 ............
64
17. Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999 .....
66
18. Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999 .....
67
19. Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005 .....
69
20. Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005 ....
70
21. Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
Tahun 1999-2001 .................................................................................
72
22. Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
Tahun 1999-2001 .................................................................................
73
23. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
Tahun 1997-1999 .................................................................................
75
5.
24. Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
Tahun 1997-1999 .................................................................................
76
25. Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001..............
78
26. Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001 .............
79
27. Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk
Tahun 1998-2000 .................................................................................
80
28. Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk
Tahun 1998-2000 .................................................................................
81
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
Halaman
Jadwal Penawaran Umum sesuai dengan Peraturan BAPEPAM
No.IX.A.2…………………………………………………………….
24
2.
Kerangka Pemikiran Penelitian………………………………………
35
3.
Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun
2007-30 September 2010…………………………………………….
85
Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun
2007-30 September 2010…………………………………………….
86
Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun
2006-30 September 2010…………………………………………….
87
Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun
2006-30 September 2010……………………………………………
88
Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Tahun 2004- 2010…………………………………………………...
89
Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Tahun 2004- 2010…………………………………………………...
90
Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun
2008- 30 Juni 2010………………………………………………….
90
Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun
2008- 30 Juni 2010………………………………………………….
91
Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun
2007- 30 September 2010…………………………………………...
92
Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun
2007-30 September 2010……………………………………………
93
Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk
Tahun 2000- 30 September 2010……………………………………
94
Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk
Tahun 2000- 30 September 2010……………………………………
94
Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk
Tahun 2006- 30 September 2010……………………………………
95
Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk
Tahun 2006- 30 September 2010……………………………………
96
Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
Tahun 2002- 2005…………………………………………………...
96
Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
Tahun 2002- 2005…………………………………………………...
97
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries
Tbk Tahun 2000- 30 Juni 2010……………………………………...
98
Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
Tahun 2000- 30 Juni 2010…………………………………………..
99
Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun
2002-30 Juni 2010…………………………………………………..
100
Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun
2002-30 Juni 2010…………………………………………………..
100
Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun
2001- 30 Sepember 2010……………………………………………
101
Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun
2001- 30 Sepember 2010……………………………………………
102
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
2.
3.
Halaman
Perusahaan Agribisnis yang Melakukan initial Public Offering
Tahun 2000-2008 ............................................................................
108
Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering
Tahun 2000-2008 ............................................................................
109
Harga Penawaran dan Harga Penutupan...........................................
110
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pasar modal dapat menjadi sarana alternatif dalam kegiatan investasi
selain menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan. Pasar
modal merupakan pasar berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan. Instrumen jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal
berupa surat utang, ekuiti, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen
lainnya1. Dalam perekonomian modern, pasar modal di suatu negara seringkali
dijadikan tolak ukur kemajuan perekonomian negara tersebut.
Proses transaksi komoditi modal berlangsung di sebuah pasar khusus yang
disebut dengan bursa efek. Bursa efek berperan sebagai tempat bertemunya pihak
yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana dan produk yang
diperdagangkan di tempat tersebut berupa surat-surat berharga (efek). Bursa Efek
Indonesia (BEI) adalah tempat resmi untuk melakukan perdagangan efek di
Indonesia. BEI terbentuk pada tahun 2007 dan merupakan penggabungan dari dua
bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Pasar modal di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik dan
menjanjikan. Hal tersebut terlihat dari membaiknya nilai Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) sejak tahun 1997 hingga 2009. Meskipun nilai IHSG
cenderung berfluktuatif pada tahun 1997 hingga 2009 tapi terjadi trend
peningkatan pada nilai IHSG tersebut. Pada tahun 1997 hingga 2003, nilai IHSG
masih berada pada kisaran di bawah 1000 poin dimana nilai IHSG tertinggi terjadi
pada tahun 2003 dengan nilai IHSG sebesar 691,895 poin dan terendah pada tahun
2001 dengan nilai IHSG sebesar 392,036 poin. Pada tahun 2004 hingga 2009 nilai
IHSG menembus angka di atas 1000 poin dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada
tahun 2007 dengan nilai IHSG sebesar 2.745,826 poin dan terendah pada tahun
2004 dengan nilai IHSG sebesar 1.000,233 poin. Secara keseluruhan nilai IHSG
tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai 2.745,826 poin dan terendah pada
tahun 2001 dengan nilai 392,036 poin. Trend nilai IHSG yang meningkat pada
1
Bursa
Efek
Indonesia.
2010.
Mengenal
Pasar
Modal
http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/MengenalPasarModal/tabid/137/lang/idID/language/id
ID/Default.aspx [16 Juni 2010]
tahun 1997 hingga 2009 juga diikuti dengan trend peningkatan jumlah perusahaan
yang go public di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1997 hingga 2000 perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia masih berada di bawah 300 perusahaan
sedangkan pada tahun 2001 hingga 2009 jumlah perusahaan berada di atas 300
perusahaan. Jumlah perusahaan terbanyak yang go public terjadi pada tahun 2009
yaitu sebanyak 402 perusahaan sedangkan jumlah perusahaan go public paling
sedikit terjadi pada tahun 1999 yaitu sebanyak 277 perusahaan (Tabel 1).
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Emiten dan Indeks Harga Saham Gabungan PT
Bursa Efek Indonesia Tahun 1997-2009
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah Emiten
282
288
277
287
316
331
333
331
336
344
383
396
402
Indeks Harga Saham Gabungan
401,712
398,038
676,919
416,321
392,036
424,945
691,895
1.000,233
1.162,635
1.805,523
2.745,826
1.355,408
2.534,356
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Jumlah
perusahaan
yang
memperoleh
pernyataan
efektif
untuk
menawarkan saham kepada masyarakat umum sampai dengan tahun 2009
sebanyak 402 emiten. Perusahaan tersebut terbagi menjadi sembilan sektor
perusahaan diantaranya pertanian (3,73%), pertambangan (5,72%), industri dasar
(13,93%), aneka industri (11,19%), barang konsumsi (8,21%), property (11,44%),
infrastruktur (6,97%), keuangan (17,16%), dan perdagangan (21,64%).
Setiap perusahaan yang masih tertutup dapat memutuskan untuk
melakukan go public dengan menjual saham perusahaannya kepada masyarakat
(investor) melalui pasar modal. Saham yang dijual kepada masyarakat tersebut
merupakan saham perdana. Proses dalam penjualan saham pertama kalinya
tersebut disebut dengan penawaran umum perdana (initial public offering).
Perusahaan yang melakukan initial public offering secara otomatis akan berubah
status perusahaannya menjadi perusahaan terbuka dimana saham perusahaan
2
sekarang tidak hanya dimiliki pemilik lama tetapi juga oleh publik (investor).
Perusahaan yang melakukan initial public offering akan memperoleh banyak
manfaat dengan menjadi perusahaan terbuka salah satunya yaitu memperoleh
sumber pendanaan baru. Sumber pendanaan baru tersebut, dapat digunakan
perusahaan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan, kemudian untuk
mempermudah perusahaan dalam melakukan perluasan perusahaan dan untuk
mengurangi beban utang perusahaan. Pada perusahaan yang bergerak di sektor
agribisnis, penawaran perdana tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk
melakukan pengembangan teknologi di bidang agribisnis. Dengan pengembangan
teknologi tersebut akan meningkatkan produksi perusahaan sehingga perusahaan
akan memperoleh keuntungan yang meningkat pula. Selain perusahaan, manfaat
penawaran umum tersebut dapat pula dirasakan oleh masyarakat umum (investor)
yaitu dengan memiliki kesempatan untuk turut serta dalam kepemilikan saham
perusahaan (Febriana, 2004).
Perusahaan agribisnis yang memutuskan melakukan initial public offering
harus membuat suatu prospektus. Prospektus merupakan informasi tertulis yang
berhubungan dengan penawaran umum dan bertujuan agar pihak lain membeli
efek yang ditawarkan. Dalam prospektus terdapat banyak informasi yang
berhubungan dengan keadaan perusahaan yang melakukan penawaran umum.
Informasi dalam prospektus dapat membantu investor dalam membuat keputusan
yang rasional mengenai resiko dan nilai saham yang ditawarkan perusahaan (Kim
et al 1993, diacu dalam Umbara 2008)
Harga saham pada saat initial public offering ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi (underwriter).
Peran penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga saham juga
melaksanakan penjualan saham kepada calon investor. Namun, perusahaan emiten
seringkali menentukan harga saham yang dijual pada pasar perdana dengan
membuka penawaran harga yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan perusahaan
menginginkan pemasukan dana semaksimal mungkin. Sedangkan underwriter
berusaha untuk meminimalkan resiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak
terjualnya saham-saham yang ditawarkan. Cara yang dilakukan underwriter untuk
mencegah saham-saham emiten tidak laku adalah dengan melakukan perundingan
3
dengan emiten agar saham yang dijual tidak terlalu tinggi. Investor menginginkan
harga saham yang wajar dan berkualitas. Jika harga saham pada pasar perdana
lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder, maka akan
terjadi turunnya harga saham (underpricing) (Umbara, 2008). Underpricing
merupakan kejadian yang sering terjadi pada saat suatu perusahaan melakukan
initial public offering. Terjadinya underpricing mengakibatkan perusahaan tidak
dapat memperoleh keuntungan karena dana yang diperoleh dari proses initial
public offering tidak maksimal dan cenderung dapat merugikan perusahaan.
Penyebab terjadinya underpricing yaitu adanya kondisi asimetri dimana penjamin
emisi memiliki informasi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pihak
perusahaan emiten sehingga penjamin emisi menggunakan ketidaktahuan
perusahaan emiten tersebut untuk memperkecil resiko. Sebaliknya, jika harga
saham pada pasar perdana lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham pada
pasar sekunder, maka akan terjadi peningkatan harga saham. Tingginya harga
saham yang dapat ditawarkan perusahaan agribisnis pada saat initial public
offering mengakibatkan perusahaan tersebut memperoleh keuntungan yang
maksimal. Hal tersebut menunjukkan berhasilnya perusahaan agribisnis tersebut
dalam melakukan initial public offering.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 telah
mengakibatkan beberapa sektor usaha di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek
Indonesia) menjadi terpuruk. Keterpurukan tersebut terjadi pada beberapa sektor
diantaranya pertanian, aneka industri, pertambangan, properti dan real estate,
keuangan, dan perdagangan. Perusahaan yang memiliki indeks harga saham
paling kecil adalah indeks harga saham pada sektor properti dan real estate.
Indeks harga saham sektor tersebut pada tahun 1998 tercatat sebesar 27,42 poin.
Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks harga saham tertinggi pada tahun
1998 adalah indeks harga saham pada sektor pertanian. Indeks harga saham sektor
pertanian pada tahun 1998 tercatat sebesar 371,82 poin. Pada tahun 2008 ketika
terjadi krisis ekonomi global indeks harga saham sektor pertanian, aneka industri,
pertambangan, properti dan real estate, keuangan, dan perdagangan mengalami
penurunan. Sektor pertambangan merupakan sektor yang mengalami penurunan
indeks harga saham paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada
4
tahun 2008, sektor pertanian memiliki nilai indeks harga saham paling tinggi jika
dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 918,77 poin. Sektor yang paling
rendah nilai indeks harga sahamnya yaitu sektor properti dan real estate. Indeks
harga saham sektor tersebut pada tahun 2008 sebesar 103,49 poin (Tabel 2).
Tabel 2. Pergerakan Indeks Sejumlah Sektor
Tahun
Sektor
Properti
Pertamba
dan Real
ngan
Estate
173,92
72,00
Pertanian
Aneka
Industri
Keuangan
Perdagan
gan
1997
397,16
95,01
64,57
69,98
1998
371,82
82,31
152,14
27,42
45,76
61,08
1999
278,52
134,88
182,19
55,81
58,00
202,64
2000
176,18
95,23
129,67
27,86
36,69
130,62
2001
119,05
73,48
118,84
26,97
36,69
111,28
2002
144,36
88,13
94,87
24,33
51,03
107,61
2003
182,83
124,59
332,62
42,11
78,84
142,10
2004
304,66
192,01
491,16
68,22
133,72
171,14
2005
493,45
204,67
604,57
64,12
131,48
196,18
2006
1.218,45
284,12
933,21
122,92
206,57
275,08
2007
2.754,76
477,35
3.270,09
251,82
260,57
392,24
2008
918,77
214,94
877,68
103,49
176,33
148,33
2009
1.753,09
601,47
2.203,48
146,80
301,42
275,76
Sumber: Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Penelitian yang dilakukan oleh Saptono (2005), diacu dalam Ongkowijoyo
(2008) yang menguji tentang peranan sektor agribisnis termasuk di dalamnya
sektor pertanian di Bursa Efek Jakarta pada masa krisis moneter membuktikan
bahwa selama masa krisis dan pemulihan (recovery), kinerja saham-saham
agribisnis menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan pasar
saham secara umum. Kinerja saham-saham tersebut relatif stabil dan tidak terjadi
perbedaan yang signifikan baik pada masa pra krisis, krisis sampai dengan masa
pemulihan. Pada tahun 2009 tercatat 15 perusahaan yang termasuk kedalam sektor
pertanian dan terbagi menjadi beberapa sub sektor diantaranya tanaman pangan,
perkebunan, peternakan perikanan dan lainnya (Tabel 3).
5
Tabel 3. Nama Emiten dan Sub Sektor Sektor Petanian
No
1
2
Sub Sektor
Tanaman pangan
Perkebunan
3
Peternakan
4
Perikanan
5
Lainnya
Nama Emiten
Bisi International Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
BW Plantation Tbk
Gozco Plantations Tbk
PP London Sumatera Tbk
Sampoerna Agro Tbk
SMART Tbk
Tunas Baru Lampung Tbk
Cipendawa Tbk
Multibreeder Adirama Ind. Tbk
Central Proteinaprima Tbk
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
Inti Agri Resources Tbk
Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Sumber: IDX Statistics, 2009
1.2 Perumusan Masalah
Pasar modal di Indonesia menunjukan pertumbuhan yang positif setiap
tahunnya. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya nilai Indeks Harga Saham
Gabungan dan banyaknya perusahaan tertutup yang go public dengan melakukan
initial public offering di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang melakukan initial
public offering dibagi ke dalam sepuluh sektor perusahaan sesuai dengan bidang
usahanya. Meskipun secara keseluruhan nilai Indeks Harga Saham Gabungan
bergerak naik dan jumlah perusahaan yang melakukan go public mengalami
peningkatan dalam jumlah tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan pergerakan
indeks harga saham yang positif di sejumlah sektor. Sektor pertanian merupakan
salah satu sektor yang memiliki indeks harga saham yang relatif stabil dan hanya
mengalami sedikit penurunan pada saat terjadi krisis moneter Indonesia tahun
1998 akan tetapi pada saat krisis global tahun 2008 mengalami penurunan yang
tajam dan kembali menguat pada tahun 2009. Hal tersebut terjadi karena
perusahaan yang mengandalkan ekspor mengalami pelemahan ekspor, baik harga
maupun permintaan. Salah satu komoditi yang mengalami penurunan ekspor
tersebut adalah minyak sawit mentah (CPO)2.
2
Alisjahbana
AS.
23
Oktober
2008.
Menyikapi
Krisis
http://news.okezone.com/read/2008/10/23/58/156695/menyikapi-krisis-global [23
2011]
Global.
Januari
6
Perusahaan agribisnis khususnya di sektor pertanian yang telah melakukan
initial public offering di Bursa Efek Indonesia jumlahnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Hal tersebut mengakibatkan saham
sektor tersebut belum mampu berperan lebih dalam membantu pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan. Indeks harga saham pada sektor pertanian saat ini masih
ditopang oleh perusahaan pada sub sektor perkebunan terutama oleh perusahaan
penghasil minyak sawit mentah. Hal tersebut mengakibatkan saham perusahaan
pada sub sektor tersebut lebih diminati oleh investor karena dapat memberikan
keuntungan yang besar.
Kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering berbeda.
Salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa
kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan
menghitung rasio keuangan perusahaan. Rasio keuangan perusahaan yang dapat
dihitung dan dianalisa untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Pada saat
initial public offering, perusahaan agribisnis akan memperoleh initial return.
Initial return tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur kinerja initial public
offering perusahaan. Initial return merupakan return hari pertama perusahaan
setelah initial public offering. Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis
akan memiliki initial return yang berbeda pada saat melakukan initial public
offering. Perusahaan-perusahaan tersebut akan menghadapi tiga kemungkinan,
yaitu out performed, balance performed, dan under performed3. Keadaan out
performed terjadi jika harga saham setelah initial public offering lebih baik dari
harga perdananya. Hal tersebut terjadi pada PT Astra Agro Lestari Tbk dimana
harga saham perdana perusahaan tersebut ditawarkan sebesar Rp 1.150 per lembar
saham dan pada saat penutupan hari pertama naik menjadi Rp 1.850 per lembar
saham. Kenaikan tersebut menunjukan perusahaan memperoleh initial return
sebesar 60,8%. Keadaan out performed lebih sering terjadi pada perusahaan yang
baru melakukan initial public offering dan pada umumnya harga saham yang
menghasilkan return tinggi hanya terjadi pada tahun pertama perusahaan
3
Wahyudi
S.
9
Juni
2003.
Pengukuran
Return
http://www.suaramerdeka.com/harian/0306/09/eko9.htm [6 Januari 2011]
Saham
IPO.
7
melakukan initial public offering, tetapi makin lama return tersebut akan mulai
berkurang.
Keadaan sebaliknya yaitu under performed, keadaan tersebut terjadi ketika
harga saham setelah initial public offering lebih rendah dari harga perdananya.
Hal tersebut terjadi pada PT Indofarma Tbk dimana harga saham perdana
perusahaan tersebut ditawarkan sebesar Rp 250 dan pada saat penutupan harga
saham turun menjadi Rp 230. Penurunan tersebut menunjukan perusahaan
menghasilkan initial return yang bernilai negatif yaitu sebesar -8%. Nilai initial
return perusahaan yang bernilai negatif tersebut berpengaruh terhadap kinerja
harga saham PT Indofarma Tbk yang terus megalami penurunan setelah initial
public offering. Perusahaan yang berada pada keadaan under performed akan
mengalami masa sulit pada awal go public karena harga saham sangat sulit untuk
naik melewati harga initial public offering.
Keadaan yang jarang terjadi pada perusahaan yang Initial Public Offering
di Bursa Efek Indonesia yaitu balance performance. Balance performed terjadi
jika harga saham setelah melakukan initial public offering tidak mengalami
perubahan. Kondisi balance performed hanya terjadi pada hari-hari awal
perusahaan setelah initial public offering dan setelah itu akan terjadi kenaikan atau
penurunan harga saham. Hal tersebut terjadi pada PT Bank Central Asia Tbk
dimana harga Initial Public Offering perusahaan tersebut tidak mengalami
perubahaan pada hari pertama penawaran.
Berdasarkan uraian diatas, timbul pertanyaan mengenai analisis kinerja
perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di bursa efek indonesia.
Pertanyaan yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana
kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek
Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian perumusan permasalahan, tujuan dari penelitian ini
adalah:
1)
Mendeskripsikan proses initial public offering perusahaan sektor agribisnis di
Bursa Efek Indonesia.
8
2)
Menganalisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat melakukan initial public
offering di Bursa Efek Indonesia.
3) Menganalisis initial return sebagai indikator kinerja saham sektor agribisnis.
1.4 Manfaat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada:
1) Bagi perusahaan agribisnis, sebagai tambahan informasi tentang faktor-faktor
yang menentukan kinerja initial public offering saham sektor agribisnis di
bursa efek Indonesia sehingga harga initial public offering perusahaan
agribisnis tidak jatuh.
2) Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan pembelian
saham pada perusahaan sektor agribisnis.
3) Bagi penelitian lanjutan, sebagai referensi untuk melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang menentukan kinerja initial public offering saham
sektor agribisnis di Bursa Efek Indonesia.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
Setiap perusahaan memerlukan modal untuk menjalankan proses
operasional perusahaannya tidak terkecuali perusahaan yang bergerak di bidang
agribisnis. Namun, setiap perusahaan termasuk perusahaan sektor agribisnis
sering mengalami masalah dalam memperoleh modal tersebut sehingga pemilik
perusahaan tidak mampu untuk mengembangkan perusahaannya baik dari sisi
sumberdaya maupun teknologi. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh oleh
perusahaan agribisnis untuk memperoleh sumber modal selain mengandalkan
hasil produksi perusahaan yaitu dengan cara menjual surat berharga perusahaan
kepada investor salah satunya yaitu menjual saham di pasar modal. Perusahaan
agribisnis yang akan menjual sahamnya kepada investor umum harus merubah
status perusahaannya terlebih dahulu dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan
terbuka (go public). Perusahaan agribisnis yang telah go public akan terbantu
dalam memperoleh sumber pendanaan baru sehingga pemilik perusahaan dapat
lebih mengembangkan perusahaannya dari berbagai aspek seperti pengembangan
teknologi dan sumber daya. Pada perusahaan agribisnis pengembangan teknologi
dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi perusahaan
sehingga perusahaan agribisnis tersebut dapat meningkatkan keuntungannya dan
memperluas jangkauan usahanya.
Setiap perusahaan yang baru pertama kali melakukan go public akan
melalui proses yang disebut dengan penawaran umum perdana (initial public
offering) di pasar modal. Pada proses tersebut perusahaan menawarkan saham
perdananya kepada investor. Jumlah saham yang ditawarkan perusahaan kepada
publik disesuaikan berdasarkan kesepakatan pimpinan di perusahaan tersebut,
sedangkan untuk harga saham yang ditawarkan pada saat initial public offering
diperoleh dari kesepakatan antara perusahaan dan penjamin emisi. Perusahaan
agribisnis yang melakukan initial public offering akan mendapatkan return dari
aktivitasnya tersebut. Initial public offering return merupakan salah satu daya
tarik pada setiap pasar modal karena initial public offering memiliki porsi terbesar
dalam investasi, rata-rata tingkat pengembalian cukup tinggi dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan berupa initial return tersebut tidak terkena pajak. Meskipun
initial public offering tersebut menjanjikan keuntungan yang besar, tapi tetap
memiliki risiko kerugian. Kerugian terjadi pada saat harga pada saat penawaran
perdana mengalami penurunan dimana harga penutupan pada hari pertama initial
public offering lebih rendah jika dibandingkan dengan harga penarwarannya
kepada publik. Hal tersebut dapat berdampak pada turunnya nilai initial return
dari perusahaan sehingga kejadian tersebut menunjukan kinerja initial public
offering dari perusahaan agribisnis tersebut rendah. Penyebab terjadinya
penurunan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan.
Topik mengenai kinerja initial public offering diangkat dalam penelitian
Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin
(2006). Ketiga penelitian tersebut menetapkan bahwa initial return yang diperoleh
perusahaan pada hari pertama initial public offering sebagai tolak ukur dalam
menentukan kinerja initial public offering. Initial return tersebut merupakan
persentase dari selisih harga saham pada penutupan hari pertama dengan harga
penawaran perdana. Perusahaan yang memiliki initial return yang bernilai positif
menunjukan perusahaan tersebut berhasil dalam melakukan initial public offering
dengan banyaknya jumlah saham yang dibeli oleh investor, sedangkan perusahaan
yang memiliki nilai initial return negatif menunjukan perusahaan tersebut gagal
dalam melakukan initial public offering karena harga saham turun karena hanya
sedikit saham yang dapat dijual kepada investor. Perusahaan yang sukses dalam
melakukan initial public offering menandakan kinerja dari perusahaan tersebut
sangat baik dalam menawarkan saham perdana perusahaan tersebut kepada publik
karena harga saham pada penutupan di hari pertama initial public offering lebih
tinggi jika dibandingkan dengan harga penawaran perdana. Pada kondisi tersebut
perusahaan memperoleh keuntungan maksimal sehingga dengan keuntungan
tersebut perusahaan dapat lebih mengembankan usahanya. Kondisi sebaliknya,
perusahaan yang gagal melakukan initial public offering menandakan kinerja dari
perusahaan tersebut kurang baik dalam melakukan penawaran saham perdana
sehingga perusahaan tidak dapat meraih keuntungan yang diharapakan. Pada
kondisi tersebut harga saham pada penutupan di hari pertama initial public
offering lebih rendah jika dibandingkan dengan harga penawaran. Hal tersebut
dapat terjadi karena kurangnya investor yang membeli saham perusahaan tersebut.
11
Selain initial return terdapat juga istilah return yang dapat dijadikan
sebagai pengukur kinerja saham suatu perusahaan. Return dan initial return
memiliki pengertian yang sama yaitu keuntungan yang diperoleh perusahaan
setelah melakukan perdagangan. Istilah initial return muncul pada saat
perusahaan baru telah melakukan initial public offering. Sedangkan return
merupakan pengembalian pada perusahaan yang melakukan perdagangan di bursa
efek dan merupakan perusahaan lama. Return diperoleh dari selisih harga saham
penutupan pada periode saat ini dengan harga saham penutupan pada periode
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Zumaili (2005) menggunakan return
dalam menetukan kinerja suatu perusahaan agribisnis peternakan pada periode
Januari 2003-Desember 2003. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat
perusahaan peternakan yang memperoleh return negatif. Hal tersebut menunjukan
bahwa kinerja keuangan perusahaan tersebut masih rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan
Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) menggunakan beberapa variabel
yang sama untuk mengetahui variabel apa yang menentukan kinerja dari initial
return dari suatu perusahaan. Beberapa variabel yang sama tersebut diantaranya
ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan rasio utang. Variabel yang sama
ditemukan pada penelitian yang dilakukan Iman (2008) dalam menetukan kinerja
saham pada perusahaan agribisnis sektor peternakan. Variabel ukuran perusahaan
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi calon investor dalam membeli saham
suatu perusahaan. Perusahaan yang besar biasanya telah banyak dikenal oleh
calon investor sehingga calon investor dapat lebih mudah dalam memperoleh
informasi mengenai kondisi perusahaan. Selain itu, perusahaan besar juga
memiliki prospek kedepan yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan
dengan ukuran kecil. Variabel umur perusahaan menunjukkan sudah berapa lama
perusahaan tersebut telah beroperasi. Perusahaan yang telah berdiri sejak lama
telah memiliki banyak pengalaman bersaing di pasar. Umur perusahaan yang lama
tersebut juga menunjukan kemampuan bertahan perusahaan yang tinggi di pasar.
Kemampuan perusahaan bertahan lama di pasar tersebut dapat meningkatkan
kepercayaan calon investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Variabel
rasio utang merupakan perbandingan antara jumlah kewajiban perusahaan dengan
12
jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Bagi calon investor, informasi mengenai
rasio utang tersebut dapat memberikan gambaran mengenai besarnya penggunaan
kewajiban yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktiva yang dimiliki
perusahaan. Nilai rasio utang yang tinggi menunjukkan semakin besar
penggunaan kewajiban untuk membiayai aktiva perusahaan sehingga perusahaan
memiliki risiko gagal yang besar dalam mengembalikan pinjaman. Selain
variabel-variabel tersebut, Durukan (2002) dan Juma’atin (2006) juga mengukur
variabel offering price. Variabel offering price merupakan porsi saham yang akan
diberikan perusahaan kepada publik. Semakin besar porsi saham yang ditawarkan
perusahaan kepada publik akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan
memperoleh
keuntungan
pada
saat
melakukan
initial
public
offering.
Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) juga
mengukur Return on Asset sebagai indikator penentu kinerja initial return
perusahaan. Return on Asset merupakan ukuran profitabilitas perusahaan yang
digunakan untuk mengukur perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva
perusahaan. Return on Asset perusahaan yang tinggi menunjukkan naiknya tingkat
keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan
dari segi penggunaan asset.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002), Chiraphadhanakul
dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006), analisis data yang digunakan
untuk mengetahui keterkaitan antar initial return dan variabel-variabel penentu
kinerja perusahaan pada saat initial public offering yaitu dengan menggunakan
analsis regresi berganda. Analisis regresi berganda tersebut digunakan untuk
mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel independent (variabel bebas)
terhadap variabel dependent (terikat). Pada ketiga penelitan tersebut, variabel
dependent yaitu initial return sedangkan variabel independent terdiri dari ukuran
perusahaan, umur perusahaan, dan rasio utang. Meskipun menggunakan metode
analisis yang sama dan memiliki beberapa variabel yang sama tetapi hasil yang
diperoleh dari ketiga penelitian tersebut menunjukan hasil yang berbeda. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002) dan Juma’atin (2006) diperoleh
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return.
Hasil yang berbeda didapatkan oleh Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005),
13
dimana terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap initial return.
Variabel dependent lainnya yaitu umur perusahaan Chiraphadhanakul dan
Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) pada penelitiannya tidak menemukan
pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan dengan initial return. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan
Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) diperoleh hasil yang sama yaitu
variabel rasio utang perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap initial
return. Variabel offering price yang diteliti Durukan (2002) dan Juma’atin (2006)
menghasilkan hasil yang berbeda dimana pada penelitian Durukan (2002) offering
price berpengaruh signifikan terhadap initial return sedangkan penelitian
Juma’atin
(2006)
menunjukan
hasil
yang
sebaliknya.
Sedangkan
Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) yang meneliti
variabel Return on Asset tidak menemukan pengaruh signifikan antara initial
return dan Return on Asset.
Perbedaan hasil yang diperoleh dari ketiga penelitian tersebut dapat terjadi
karena ketiga penelitian tersebut berlokasi di negara yang berbeda, dimana setiap
negara memiliki kebijakan, aturan dan kondisi perekonomian yang berbeda.
Penelitian yang dilakukan Durukan (2002) berlokasi di Istambul Stock Exchange,
Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) berlokasi di Thailand Stock
Exchange sedangkan Juma’atin (2006) dan Iman (2008) di Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia). Selain itu periode pengambilan sampel juga
dapat mempengaruhi hasil akhir dari penelitian.
Berdasarkan studi yang dilakukan Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan
Gunawardana (2005), Zumaili (2005), Juma’atin (2006) dan Iman (2008) terdapat
perbedaan kajian dan periode penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kajian yang
dilakukan peneliti yaitu mengenai kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial
public offering di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, periode waktu sampel yang
digunakan peneliti yaitu selama sembilan tahun. Penggunaan periode sampel
penelitian yang panjang diharapkan mampu menggambarkan bagaimana kinerja
saham perusahaan sektor agribisnis pada saat initial public offering.
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Struktur Modal
Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan
dalam aktivitas riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal antara
modal utang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal suatu
investasi perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan struktur
modal optimal untuk menunjang kegiatan investasi perusahaan (Harmono, 2009).
Menurut Van Horne (1980) diacu dalam Harmono (2009) asumsi yang
dibutuhkan untuk menganalisis teori struktur modal adalah:
1) Tidak ada pajak pendapatan, dan asumsi ini pada akhirnya dalam aplikasi
dapat diabaikan.
2) Perubahan rasio utang terhadap modal disebabkan oleh penerbitan surat utang
yang digunakan untuk membeli saham, dan sebaliknya menerbitkan saham
untuk membayar utang dan tidak ada biaya transaksi.
3) Perusahaan menetapkan kebijakan dividen sebesar 100 persen dari laba
dibagikan sebagai dividen.
4) Tingkat subjektivitas probabilitas prediksi para investor di pasar terhadap
tingkat laba operasi perusahaan yang akan datang adalah sama.
5) Tingkat laba operasi perusahaan diprediksi konstan. Nilai prediksi distribusi
probabilitas laba operasi prediksi selama periode yang akan datang sama
dengan nilai laba operasi sekarang.
Berdasarkan asumsi tersebut dapat ditentukan persamaan berikut
(Harmono, 2009):
ki
ke
Dimana:
Ki = biaya utang
Ke = biaya modal sendiri
Tingkat rate of return yang dikehendaki para investor adalah laba
diprediksi konstan dan laba 100 persen dibagikan sebagai dividen, bisa dihitung
melalui rumus dividend pay out ratio, yaitu laba atau harga saham, kemudian
rasio laba atau harga saham dapat merefleksikan tarif keuntungan pasar yang
menyamakan nilai sekarang prediksi dividen yang akan datang dengan nilai
sekarang harga pasar saham. Namun, tarif keuntungan pasar (discount rate of
market) pasar ini tidak serta merta dapat digeneralisir sebagai besarnya biaya
modal. Dasar pertimbangan yang terakhir adalah:
ko
Dalam hal ini, V= B+S, dan Ko adalah kapitalisasi biaya modal perusahaan
secara keseluruhan. Dengan demikian dapat diperoleh rata-rata tertimbang biaya
modal (Weight Average Cost of Capital/WACC) yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
ko
3.1.2 Initial Public Offering
Pasar Perdana merupakan tempat diperdagangkannya efek (surat berharga)
untuk pertama kalinya, sebelum dicatatkan di Bursa Efek. Di Pasar tersebut terjadi
penawaran saham dan efek lainnya antara pihak penjamin emisi (underwriter)
melalui perantara pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai agen
penjual saham kepada investor. Proses transaksi tersebut disebut dengan
penawaran umum perdana (Initial Public Offering). Initial Public Offering terjadi
ketika saham perusahaan dijual kepada masyarakat umum untuk pertama kali,
dengan harapan bahwa pasar akan berkembang (Ritter, 1998; Samsul, 2006).
Menurut Samsul (2006) initial public offering membutuhkan beberapa tahapan,
diantaranya:
1) Rencana go public
Rencana go public membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan kondisi
internal perusahaan seperti:
a) Rapat umum pemegang saham, dewan direksi, dan dewan komisaris
Rapat gabungan ini membahas alasan go public, jumlah dana yang
dibutuhkan, dan penerbitan saham atau obligasi. Perusahaan berniat
16
untuk go public karena meningkatkan kapasitas produksi dengan
menambah mesin baru sebagai perluasan, inovasi produk baru dalam
upaya diversifikasi, membayar utang untuk memperbaiki struktur modal
dan memperluas jaringan pemasaran.
Jumlah dana yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kebutuhan
sebenarnya dan bukan menarik dana sebesar-besarnya dari masyarakat.
Kebutuhan dana harus realistis karena akan dicantumkan dalam buku
Prospektus yang dibagikan kepada para calon investor. Penggunaan dana
yang diperoleh dari emisi efek wajib dilaporkan kepada Bapepam
sehingga calon emiten harus bertindak jujur. Penggunaan dana juga akan
dicantumkan dalam laporan keuangan yang telah diaudit, sehingga
masyarakat
investor
penyimpangan,
akan
organisasi
mengetahuinya
masyarakat
dan
apabila
investor
terjadi
akan
mempertanyakannya. Apabila calon emiten mengalami kesulitan
menghitung dana yang dibutuhkan maka mereka dapat meminta bantuan
jasa financial advicer, kantor konsultan manajemen keuangan, atau
konsultan go public.
b) Kesiapan mental personel
Personel dari semua lapisan manajemen harus siap secara mental
menghadapi perubahan atau kejadian yang sebelumnya tidak pernah
terjadi. Sebelum go public perusahaan tidak pernah dikritik oleh
wartawan tetapi setelah go public kritikan tajam dapat saja muncul dalam
berita surat kabar. Banyak kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
emiten setelah perusahaan go public, seperti kewajiban melaporkan
secara rutin dan insidentil atas suatu peristiwa penting yang apabila tidak
dilaksanakan emiten akan terkena sanksi denda atau sanksi pidana.
c) Perbaikan organisasi
Organisasi perusahaan yang ada sebelum go public harus disesuaikan
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal.
Misalnya kewajiban mengelola perusahaan secara baik atau disebut good
corporate governance yang tercermin dari kewajiban mengangkat
komisaris independen, kewajiban membentuk komite audit, dan
17
kewajiban mengangkat corporate secretary. Prosedur pengangkatan
komisaris independen dan corporate secretary sera kualifikasi persyaraan
personel telah diatur oleh Bapepam atau bursa efek, demikian juga
dengan pembentukan komite audit.
Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak mempunyai
hubungan afiliasi dengan anggota komisaris lainnya, anggota dewan
direksi dan pemegang saham pengendali. Komisaris independen
berjumlah proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh non
pemegang saham pengendali. Ketentuannya adalah jumlah komisaris
independen sekurang-kurangnya harus 30 persen dari seluruh anggota
komisaris.
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
perusahaan tercatat, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh
dewan komisaris untuk membantu melakukan pemeriksaan atau
penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi
dalam mengelola perusahaan tercatat. Keanggotaan komite audit
sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang, dimana seorang diantaranya
merupakan komisaris independen tercatat yang merangkap sekaligus
menjadi ketua komite audit, sedangkan dua anggota lain merupakan
pihak eksternal yang independen dan salah satu diantaranya harus
memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan. Sedangkan
Sekertaris perusahaan adalah direktur atau pejabat perusahaan tercatat
yang melaksanakan fungsi sekertaris sesuai dengan tercantum dalam
peraturan Bapepam nomor IX.I.4 tentang pembentukan sekertaris
perusahaan.
d) Perbaikan sistem informasi
Perbaikan sistem meliputi keberadaan sistem akuntansi keuangan yang
mengacu pada Standard Akuntansi Keuangan dan Ikatan Akuntan
Indonesia, sistem laporan tahunan yang memasukan standard tambahan
dari bursa efek seperti hasil kerja dari komite audit dan sistem akuntansi
manajemen yang dapat menghitung laba ekonomis yang akan digunakan
sebagai dasar menentukan jumlah dividen tunai yang harus dibagikan.
18
e) Perbaikan aspek hukum
Pada umumnya emiten berasal dari perusahaan keluarga walaupun
berbadan hukum perseroan terbatas. Perusahaan keluarga semacam ini
desebut dengan perseroan terbatas tertutup. Go public berarti perseroan
tertutup tersebut harus berubah menjadi perusahaan terbuka. Dalam
perseroan terbuka tersebut tersangkut kepentingan masyarakat umum
yang harus dilindungi maka status kepemilikan asset tetap harus jelas.
Sebelum go public perusahaan harus mengubah kepemilikan asset dari
atas nama keluarga menjadi atas nama perusahaan.
f)
Perbaikan struktur permodalan
g) Persiapan dokumen
Sebelum persiapan menuju go public dimulai, yaitu penunjukan lembaga
penunjang dan lembaga profesi, semua dokumen yang dibutuhkan oleh
lembaga tersebut harus disediakan. Pihak yang terlibat dalam proses go
public ini adalah: penjamin emisi, akuntan publik, notaris konsultan
hukum dan perusahaan penilai serta pihak yang berkompeten lainnya.
Dokumen yang dibutuhkan antara lain: laporan keuangan yang telah
diaudit, proyeksi laporan keuangan, bukti kepemilikan aktivatetap dan
aktiva bergerak, anggaran dasar perseroan, perjanjian notariil atau yang
di bawah tangan, polis asuransi, peraturan perusahaan, pajak-pajak,
perkara pengadilan dan lainnya. Sementara dokumen riil yang
dibutuhkan tercantum dalam peraturan pencatatan bursa efek yang selalu
diperbaharui.
2) Persiapan Menuju Go public
Persiapan menuju go public meliputi penunjukkan lembaga penunjang dan
lembaga profesi, uji tuntas (due diligence) dengan penjamin pelaksana
emisi/profesi, pernyataan pendaftaran ke Bapepam, dan Public expose.
a) Penunjukan lembaga penunjang dan lembaga profesi
Setelah rencana go public diselesaikan maka calon emiten akan
menunjuk perusahaan penjamin emisi efek, akuntan publik, notaris,
konsultan hukum, dan perusahaan penilai yang terdaftar di Bapepam.
Emiten akan melakukan pembicaraan dengan setiap lembaga profesi dan
19
pembicaraan tersebut akan menghasilkan kelengkapan dokumen yang
dibutuhkan dalam proses berikutnya.
Penjamin emisi akan bertidak sebagai coordinator dalam kegiatan
menentukan komitmen sesuai kondisi pasar, rapat-rapat teknis,
pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, public expose, persiapan
prospectus dan penawaran resmi. Calon emiten tidak dapat menjual
sendiri sahamnya kepada masyarakat secara langsung tetapi diserahkan
kepada penjamin emisi.
b) Due Diligence Meeting
Untuk memperoleh gambaran awal mengenai kekuatan pasar, emiten
memerlukan due
diligence
meeting
yang
dikoordinasikan
oleh
underwriter, yaitu pertemuan antara emiten, underwriter, dan lembaga
profesi lainnya di satu sisi dengan para pialang dan para analis keuangan
serta investor kelembagaan di sisi lainnya. Pada kesempatan tersebut
pialang akan menanyakan keadaan keuangan perusahaan dan prospek
serta tujuan penggunaan dana hasil emisi tersebut. Calon emiten harus
hati-hati dalam menjelaskan prospek perusahaannya karena para investor
dapat mengklaim apabila terjadi perbedaan negatif yang besar pada saat
realisasinya.
c) Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam
Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada
Bapepam oleh emiten dalam rangka penawaran umum atau perusahaan
publik. Emiten mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam,
kemudian menunggu tanggapan dari Bapepam. Apabila Bapepam
meminta data tambahan, emiten wajib memenuhinya. Bapepam akan
mengeluarkan pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran setelah
emiten memenuhi permintaan data tambahan tersebut. Apabila dalam
waktu tertentu, misalnya 45 hari setelah tanggal pernyataan pendaftaran
diajukan atau setelah tanggal penyerahan data tambahan dimaksud
berlalu dan Bapepam belum memberikan pernyataan efektif, berarti
pernyataan efektif tersebut berlaku secara otomatis.
20
d) Public Expose dan Road Show
Setelah pernyataan efektif berlaku, sering kali diadakan persiapan untuk
melakukan public expose dan road show. Public expose dan road show
bukan merupakan suatu kewajiban formal, tetapi merupakan upaya
sendiri oleh emiten yang menjual saham dengan nilai kapitalisasi sangat
besar sehingga perlu mengundang calon investor. Agar calon investor
memenuhi undangan mereka, calon emiten akan memberikan hadiah
sebelum memasuki ruangan.
3) Pelaksanaan Go Public
Kegiatan pelaksanaan go public meliputi:
a) Penyerahan dokumen ke Bapepam
b) Tanggapan Bapepam
c) Perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran
d) Mini expose di Bapepam
e) Penentuan harga perdana
f)
Sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi
4) Penawaran Umum
Penawaran umum atau sering pula disebut Go Public adalah kegiatan
penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan
yang akan go public) untuk menjual saham atau Efek kepada masyarakat
berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal dan
Peraturan Pelaksanaannya.
Penawaran umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut:
a) Periode pasar perdana yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh
penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk
b) Penjatahan saham yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai
dengan jumlah efek yang tersedia
c) Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan
di bursa.
Proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan
berikut:
21
a) Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada
tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham
terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka
penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya
emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi
penunjang pasar yaitu:
i)
Penjamin emisi (underwriter), merupakan pihak yang paling banyak
keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka penerbitan
saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain:
menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus,
dan memberikan penjaminan atas penerbitan.
ii) Akuntan publik (Auditor Independen), bertugas melakukan audit
atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten.
iii) Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan
dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut;
iv) Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum
(legal opinion).
v) Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta
perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga
notulen-notulen rapat.
b) Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon
emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga
BAPEPAM-LK menyatakan pernyataan pendaftaran menjadi efektif.
c) Tahap Penawaran Saham
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu ini emiten
menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli
saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa
Penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja.
22
d) Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham
tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
e) Kewajiban Emiten setelah Go Public
Pemilik lama perusahaan sebagai pemegang saham sendiri pada awal
setelah go public masih menjadi mayoritas. Dengan berjalannya waktu
pemegang saham pendiri akan melepaskan lebih banyak sahamnya
kepada masyarakat umum. Walaupun masyarakat merupakan pemegang
saham minoritas, kepentingannya harus dijaga oleh pemegang saham
mayoritas. Pemegang saham mayoritas harus menjaga kepercayaan yang
sudah diberikan oleh pemegang saham minoritas dengan cara:
i)
Tidak melakukan tindakan yang menjatuhkan harga saham di pasar
ii) Selalu member informasi secepat mungkin kepada investor.
iii) Tidak melakukan penipuan harga dalam transaksi internal yang
mengandung conflict of interest
iv) Menyampaikan laporan keuangan yang sudah diaudit (short form
report) langsung ke alamat pemegang saham
v) Menyampaikan laporan berkala yang sudah diwajibkan oleh
Bapepam/Bursa
vi) Menyampaikan laporan insidentil atas suatu peristiwa yang terjadi
dan dapat mempengaruhi harga saham di pasar.
23
Efektif
PP
Pengumuman
PR
Laporan
Keuangan
Perubahan / Keterangan
Tambahan PR
Pencatatan & Laporan
Penjatahan ke BAPEPAM
Penjatahan
Refund &
Distribusi Efek
Masa Penawaran
Umum
Red Herring
≤ 2 HK
≤ 2 HK
≤ 2 HK
≥ 3 HK
≤ 3 HK
≤ 5 HK
180 Hari
≤ 15 Hari
Keterangan:
HK
PP
PR
= Hari Kerja
= Pernyataan Pendaftaran
= Prospektus Ringkas
Gambar 1. Jadwal Penawaran Umum sesuai dengan Peraturan BAPEPAM No.IX.A.2
Sumber: Panduan Go Public Bursa Efek Jakarta (2007)
3.1.3 Manfaat dan konsekuensi Go Public
Menurut buku Panduan Go Public yang di terbitkan pada tahun 2007 oleh
otoritas Bursa Efek Indonesia, dengan menjadi perusahaan publik, banyak sekali
manfaat yang dapat diperoleh perusahaan, di antaranya:
1) Memperoleh Sumber Pendanaan Baru
Dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun
untuk ekspansi usaha, adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak
perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik kendala pendanaan tersebut
akan lebih mudah diselesaikan, yaitu:
a) Perolehan dana melalui hasil penjualan saham kepada publik. Dengan
cara ini, perusahaan dapat memperoleh dana dalam jumlah yang besar
dan diterima sekaligus dengan cost of fund yang relatif lebih kecil
dibandingkan perolehan dana melalui perbankan. Selain itu di masa
mendatang, dengan telah menjadi perusahaan publik, perusahaan juga
dapat melakukan secondary offering, tanpa batas.
b) Mempermudah akses kepada perbankan. Dengan menjadi perusahaan
publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, kalangan perbankan
24
akan dapat lebih mengenal dan percaya kepada perusahaan. Hal tersebut
tidak berlebihan mengingat setiap saat perbankan dapat mengetahui
kondisi keuangan perusahaan melalui berbagai keterbukaan informasi
yang diumumkan perusahaan melalui Bursa. Dengan kondisi demikian,
tidak hanya proses pemberian pinjaman baru akan lebih mudah
dibandingkan pemberian pinjaman kepada perusahaan yang belum
dikenal, namun tingkat bunga yang dikenakan juga mungkin akan lebih
rendah mengingat credit risk perusahaan terbuka relatif lebih kecil
dibandingkan credit risk pada perusahaan tertutup;
c) Mempermudah akses perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui
penerbitan surat hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Umumnya pembeli surat hutang tentunya akan lebih menyukai jika
perusahaan yang menerbitkan surat hutang tersebut sudah menjadi
perusahaan publik. Dengan menjadi perusahaan publik, citra dan nama
perusahaan dengan status Tbk (Terbuka) akan lebih dikenal di komunitas
keuangan. Kondisi demikian umumnya tidak hanya akan sangat
membantu
mempermudah
penerbitan
surat
hutang,
tetapi
juga
memungkinkan perusahaan untuk menerbitkan surat hutang dengan
tingkat bunga yang lebih bersaing karena tingkat kepercayaan pasar
terhadap bond issuer yang sudah go public lebih tinggi dibandingkan
bond issuer yang belum go public.
2) Memberikan Competitive Advantage untuk Pengembangan Usaha
Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh banyak
competitive advantages untuk pengembangan usaha di masa yang akan
datang, yaitu antara lain:
a) Melalui penjualan saham kepada publik perusahaan berkesempatan untuk
mengajak para partner kerjanya seperti pemasok (supplier) dan pembeli
(buyer) untuk turut menjadi pemegang saham perusahaan. Dengan
demikian, hubungan yang akan terjadi tidak hanya sebatas hubungan
bisnis tetapi berkembang menjadi hubungan yang lebih tinggi tingkat
kualitas dan loyalitasnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka sebagai
salah satu pemegang saham akan memberikan komitmen yang lebih
25
tinggi untuk turut serta membantu pengembangan perusahaan di masa
depan
b) Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan dituntut oleh banyak
pihak untuk dapat selalu meningkatkan kualitas kerja operasionalnya,
seperti dalam hal pelayanan kepada pelanggan ataupun kepada para
stakeholders lainnya, sistem pelaporan, dan aspek pengawasan. Dengan
demikian akan tercipta suatu kondisi yang senantiasa memacu
perusahaan dan seluruh karyawannya untuk dapat selalu memberikan
hasil yang terbaik kepada para stakeholdersnya. Bila kondisi ini tercapai,
maka perusahaan dari waktu ke waktu akan menjadi lebih baik dalam
menyajikan produknya sehingga akan membuka peluang untuk
pengembangan operasi selanjutnya. Banyak perusahaan yang mampu
mempertahankan kelangsungan usahanya dalam waktu yang sangat
panjang dengan menjadi perusahaan publik.
3) Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiyaan melalui
penerbitan saham baru.
Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu cara
yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha
perusahaan. Saham perusahaan publik yang diperdagangkan di bursa
memiliki nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang
sahamnya diperdagangkan di bursa, pembiayaan untuk merger atau akuisisi
dapat lebih mudah dilakukan yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai
alat pembiayaan merger atau akuisisi tersebut.
4) Peningkatan Kemampuan Going Concern
Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap
dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi yang dapat
mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya kegagalan
pembayaran hutang kepada pihak ketiga, perpecahan di antara para pemegang
saham pendiri, atau bahkan karena adanya perubahan dinamika pasar yang
dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bertahan di
bidang usahanya.
26
5) Meningkatkan Citra Perusahaan
Dengan go public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media
dan komunitas keuangan. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut mendapat
publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya.
Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi
pengembangan usaha di masa depan. Hal ini sangat dirasakan oleh banyak
perusahaan yang berskala kecil menengah karena dengan menjadi perusahaan
publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, citra mereka menjadi setara
dengan banyak perusahaan besar yang telah memiliki skala bisnis yang besar
dan pengalaman historis yang lama.
6) Meningkatkan Nilai Perusahaan
Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa,
setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap
peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan
mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
Konsekuensi yang dihadapi perusahaan yang go public diantaranya:
1) Berbagi Kepemilikan
Hal ini dapat diartikan bahwa prosentase kepemilikan akan berkurang.
Banyak perusahaan yang hendak go public merasa enggan karena khawatir
akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan. Sebenarnya hal ini tidak perlu
dikhawatirkan karena jumlah minimum saham yang dipersyaratkan untuk
dijual kepada publik melalui proses Penawaran Umum (Initial Public
Offering/IPO) tidak akan mengurangi kemampuan pemegang saham pendiri
untuk tetap dapat mempertahankan kendali perusahaan.
2) Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku
Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua
ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk
dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang. Para pemegang
saham, pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir dengan
berbagai pemenuhan peraturan tersebut karena cukup banyak pihak
profesional yang dapat dimanfaatkan jasanya untuk membantu.
27
3.1.4 Kinerja Keuangan
Menurut Syamsuddin (2004), terdapat beberapa cara yang dapat digunakan
di dalam menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisa dengan
menggunakan rasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan dimana hasilnya
akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Data pokok sebagai
input dalam analisis rasio ini adalah laporan rugi-laba dan neraca perusahaan.
Kedua laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini
dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.
Rasio keuangan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu
1) Rasio likuiditas dan aktivitas,
Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan
untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh
tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak
hanya berkenan dengan keadaan seluruh keuangan perusahaan, tetapi juga
berkaitan dengan kemampuan untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi
uang kas. Terdapat tiga cara penting dalam pengukuran tingkat likuiditas
diantaranya:
a) Net working capital, cara ini digunakan untuk menghitung kelebihan
aktiva lancar di atas utang lancar.
b) Current ratio, cara ini digunakan untuk menghitung kemampuan
perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang
tersedia.
c) Acid test ratio, cara ini digunakan untuk menghitung kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban atau utang lancar
dengan aktiva yang lebih likuid.
2) Utang
Jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman
yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman dapat berupa
utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Pada umumnya
perusahaan memiliki pinjaman jangka panjang yang lebih besar dibandingkan
dengan pinjaman jangka pendek. Pengukuran tingkat utang didasarkan pada
28
data yang berasal dari neraca perusahaan. Rasio yang digunakan pada
pengukuran ini yaitu,
a) Debt ratio, cara ini digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur.
b) The debt equity ratio, cara ini digunakan untuk menghitung perbandingan
antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
c) The debt to total capitalization, cara ini digunakan untuk mengukur
beberapa bagian utang jangka panjang yang terdapat di dalam modal
jangka panjang perusahaan.
3) Profitabilitas
Terdapat beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan di mana
masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total
aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan
memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan
dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi
tertentu dari pemilik perusahaan. Rasio yang digunakan pada pengukuran ini
yaitu,
a) Gross profit margin, cara ini digunakan untuk membandingkan tingkat
laba kotor dengan volume penjualan.
b) Operating profit margin, cara ini digunakan untuk membandingkan
tingkat laba operasi dengan volume penjualan.
c) Net profit margin, cara ini digunakan untuk membandingkan laba bersih
sesudah pajak dengan volume penjualan.
d) Total assets turn over, cara ini digunakan untuk mengukur berapa kali
total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan.
e) Return on investment/assets, cara ini digunakan untuk mengukur tingkat
penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan.
f)
Return on equity, cara ini digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan
bersih
yang
diperoleh
pemilik
perusahaan
atas
modal
yang
diinvestasikan.
g) Return on common stock, cara ini digunakan untuk mengukur tingkat
penghasilan bagi pemegang saham biasa.
29
h) Earning per share, cara ini digunakan untuk mengukur jumlah
pendapatan per lembar saham biasa.
i)
Dividend per share, cara ini digunakan untuk menghitung jumlah
pendapatan yang dibagikan (dalam bentuk dividen) untuk setiap lembar
saham biasa.
j)
Book value per share, cara ini digunakan untuk menghitung nilai atau
harga buku saham biasa yang beredar.
Langkah awal dan yang terpenting agar mendapatkan saham yang
menguntungkan adalah mengetahui kinerja perusahaan. Dengan mengetahui
kinerja perusahaan penerbit saham (emiten) dapat dianalisa kemampuan emiten
memberikan pendapatan bagi pemegang sahamnya. Salah satu cara popular untuk
mengetahui kinerja emiten adalah menganalisa rasio keuangan (Sulistyastuti,
2002).
Menurut Samsul (2006) rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitbilitas. Apabila ingin menetahui
kekuatan manajemen maka rasio likuiditas (Cash Ratio, Acid Test Ratio, dan
Current Ratio), rasio aktivitas (Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan)
dan rasio solvabilitas (Debt to Equity, Long term Debt to Equity, dan Debt to
Total Assets) harus dianalisis sedangkan jika ingin menilai kinerja perusahaan
maka rasio profitabilitas (Return on Equity, Return on Assets, dan Return on
Investment) harus diperhatikan. Selain menganalisis rasio keuangan, pengukuran
kinerja saham juga dapat dianalisis melalui beberapa metode sesuai dengan
keperluan analisis seperti Earning per Share (EPS), dividend yield, Price Earning
Ratio dan Dividend Discount Model. EPS merupakan metode pengukuran kinerja
saham yang paling sederhana. EPS menceminkan pendapatan per lembar saham
yang diperoleh dari laba bersih setelah pajak dibagi jumlah saham yang
diterbitkan (Sulistyastuti, 2002).
3.1.5 Bursa Efek
Menurut buku Panduan Go Public yang di terbitkan pada tahun 2007 oleh
otoritas Bursa Efek Indonesia, Bursa efek adalah pihak ynag menyelenggarakan
dan menyediakan sistem atau sarana untuk perdagangan efek. Bursa efek
sebenarnya sama dengan pasar-pasar lainnya yaitu tempat dimana bertemunya
30
penjual dan pembeli. Hanya saja, di bursa efek yang diperdagangkan adalah efekefek (surat berharga). Pemegang saham dari bursa efek adalah para pialang
(broker) anggota bursa efek bersangkutan yang telah memperoleh izin usaha
sebagai perantara pedagang efek. Bursa efek memiliki peran yaitu:
1) Menyediakan semua sarana perdagangan efek (fasilitator)
2) Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa
3) Mengupayakan likuiditas instrument
4) Mencegah praktik-praktik yang dilarang di bursa (kolusi, pembetukan harga
yang tidak wajar, insider trading, dsb)
5) Meyebarluaskan informasi bursa (transparansi)
6) Menciptakan instrumen dan jasa baru
Selain memiliki peran, bursa efek juga memiliki kewajiban yaitu:
1) Menyerahkan laporan kegiatannya kepada BAPEPAM-LK
2) Menetapkan peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan, perdagangan,
kesepadanan efek, kliring dan penyelesaian transaksi bursa, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan kegiatan bursa
3) Memiliki satuan pemeriksa
3.1.6 Pengertian Saham
Investasi yang paling banyak dikenal dan dipilih oleh para investor karena
memberikan banyak keuntungan adalah saham. Saham merupakan sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Pemegang saham
memiliki hak pengakuan untuk memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan
sesuai dengan proporsi modal yang ditanamkan di dalam perusahaan tersebut
(Puspopranoto, 2004).
Menurut buku Panduan Go Public yang di terbitkan pada tahun 2007 oleh
otoritas Bursa Efek Indonesia, terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor
dengan membeli atau memiliki saham antara lain:
1) Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada
pemegang saham. Dividen tersebut diberikan perusahaan setelah tercapai
persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
Pemodal harus memegang saham dalam kurun waktu yang relatif lama
hingga pemegang saham tersebut diakui sebagai pemegang saham yang
31
berhak mendapatkan dividen. Dividen yang diterima pemegang saham dapat
berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai diberikan kepada
setiap pemegang saham berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk
setiap saham. Sedangkan dividen saham diberikan kepada setiap pemegang
saham dalam bentuk sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham
tersebut.
2) Capital Gain, yaitu selisih antara harga beli dan harga jual. Perusahaan
memperoleh capital gain pada saat harga jual lebih tinggi dari pada harga
beli. Capital gain tersebut terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan
saham di pasar sekunder.
Selain menguntungkan, saham sebagai instrument investasi juga memiliki
risiko, antara lain:
1) Capital Loss, yaitu kebalikan dari capital gain, yaitu selisih antara harga beli
dan harga jual. Capital loss terjadi pada kondisi dimana investor menjual
saham lebih rendah dari harga beli.
2) Risiko Likuidasi, terjadi pada saat perusahaan yang sahamnya dimiliki,
dinyatakan bangkrut atau perusahaan tersebut dibubarkan. Hak klaim dari
pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban
perusahaan dapat dilunasi. Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan
kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional
kepada seluruh pemegang saham. Risiko yang terberat terjadi jika tidak
terdapat kekayaan perusahaan, pemegang saham tidak akan memperoleh hasil
dari likuidasi tersebut.
Menurut Puspopranoto (2004), para pemegang saham mempunyai hak
untuk memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan sesuai dengan besar modal
yang ditanamkan pada perusahaan. Saham dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Saham biasa, merupakan pengakuan kepemilikan dasar atas suatu perusahaan.
Pemegang saham memiliki satu suara per satu saham dalam penentuan suatu
keputusan yang penting seperti perubahan anggaran dasar dan pemilihan
dewan direktur. Pembayaran keuntungan perusahaan kepada para pemegang
saham disebut dividen. Dividen saham biasa tidak dijamin dan sebuah
32
perusahaan tidak menjadi default (ingkat janji) jika tidak ada pembayaran
dividen. Dividen terkena pajak dua kali, sekali ketika perusahaan membayar
pajak penghasilan dan yang kedua ketika investor membayar pajak pribadi.
2) Saham preferen, merupakan pengakuan kepemilikan dasar atas suatu
perusahaan dengan ciri-ciri dividen tunai dijamin, dividen tidak meningkat
jika
keuntungan
perusahaan
meningkat,
pemegang
saham
preferen
memperoleh prioritas pertama dalam pembagian dividen sebelum dividen
dibagikan kepada para pemegang saham biasa dan pemegang saham preferen
tidak memiliki hak suara dalam operasi perusahaan kecuali perusahaan
menunggak dalam pembayaran dividen. Saham preferen kebanyakan bersifat
kumulatif dengan tuntutan bahwa jika ada dividen yang tidak terbayar maka
dividen tersebut harus dibayarkan terlebih dahulu sebelum dividen untuk
saham biasa dibayarkan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Pasar modal merupakan tempat terjadinya transaksi berbagai instrumen
keuangan jangka panjang, salah satu bentuknya yaitu saham. Pasar modal dapat
menjadi sumber pendanaan alternatif bagi perusahaan agribisnis. Pasar modal di
Indonesia memiliki prospek yang sangat baik sehingga banyak perusahaan tidak
terkecuali perusahaan pada sektor agribisnis yang memanfaatkan pasar modal.
Perusahaan agribisnis yang memanfaatkan pasar modal sebagai sumber
pendanaan alternatif tersebut tersebar pada tiga sub sistem yaitu perusahaan sektor
agribisnis sub sistem hulu, on farm, dan hilir. Bursa Efek Indonesia merupakan
tempat berlangsungnya transaksi antara perusahaan dan calon investor.
Perusahaan agribisnis yang akan bergabung ke dalam pasar modal harus go public
terlebih dahulu dan menjual saham perusahaan kepada masyarakat (investor)
melalui proses initial public offering. Perusahaan yang akan melakukan initial
public offering menetapkan harga saham perdana tersebut berdasarkan
kesepakatan dengan pihak penjamin emisi (underwriter). Selain bertindak sebagai
penentu harga underwriter juga berperan dalam menjual saham perusahaan
kepada investor. Permasalahan yang sering dialami oleh sebagian perusahan tidak
terkecuali perusahaan agribisnis pada saat melakukan initial public offering yaitu
turunnya harga saham di pasar perdana. Hal tersebut dapat mengakibatkan
33
perusahaan tidak memperoleh dana yang maksimal sehingga mempengaruhi
kinerja perusahaan.
Tahap pertama dari penelitian ini adalah dengan menganalisis indikator
yang dapat mempengaruhi initial return dari perusahaan agribisnis pada saat
initial public offering. Indikator-indikator tersebut diantaranya reputasi penjamin
emisi (underwriter), umur perusahaan, ukuran perusahaan, debt to assets ratio,
debt to equity ratio, return on asset, return on equity dan offering public.
Indikator tersebut merupakan ukuran yang dijadikan acuan untuk mengetahui
kinerja initial public offering suatu perusahaan. Indikator tersebut dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi para calon investor sebelum membeli saham suatu
perusahaan yang akan melakukan initial public offering.
Tahap kedua adalah dengan menghitung dan menganalisis initial return
dari perusahaan agribisnis (sub sistem hulu, on farm dan hilir) yang melakukan
initial public offering. Initial return merupakan return awal pada saat perusahaan
melakukan initial public offering. Initial return tersebut dapat menjadi tolak ukur
dalam melihat kinerja dari harga initial public offering perusahaan. Initial return
diperoleh dari selisih harga penutupan hari pertama initial public offering dengan
harga penawaran perdananya. Tingginya nilai initial return dari suatu perusahaan
menunjukan perusahaan tersebut mampu memperoleh keuntungan pada hari
pertama penawaran perdana. Apabila initial return dari perusahaan bernilai kecil
dan negatif menunjukan turunnya harga penawaran perdana perusahaan yang
berakibat perusahaan mengalami kerugian.
Tahap terakhir adalah menentukan indikator yang menentukan kinerja
initial public offering perusahaan agribisnis. Analisis data yang digunakan yaitu
dengan cara mendeskripsikan gambaran tentang kinerja perusahaan agribisnis
sebelum perusahaan-perusahaan tersebut melakukan initial public offering selama
tiga tahun. Selain itu, memberikan rekomendasi kepada perusahaan agribisnis
yang akan melakukan initial public offering. Secara ringkas kerangka pemikiran
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
34
Pasar modal menjadi sumber pendanaan alternatif bagi perusahaan agribisnis
Pasar modal di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik sehingga banyak
perusahaan termasuk perusahaan pada sektor agribisnis yang go public dan
mencatat nama perusahaan di Bursa Efek Indonesia
Perusahaan sektor agribisnis
Sub Sistem Hulu
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Perusahaan sektor agribisnis
Sub Sistem on farm
Perusahaan sektor agribisnis
Sub Sistem Hilir
Reputasi penjamin emisi (underwriter)
Umur perusahaan
Ukuran perusahaan
Debt to Assets Ratio (DAR)
Debt to Equity Ratio (DER)
Return on Asset (ROA)
Return on Equity (ROE)
Offering Public
Initial Public Offering
Kinerja perusahaan sektor agribisnis pada saat
Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia
Rekomendasi untuk calon investor dan perusahaan
agribisnis yang akan Initial Public Offering
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
35
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jalan Jenderal
Soedirman Kav. 52-53 Jakarta. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan BEI merupakan lembaga resmi yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dalam bertransaksi antara investor dan emiten secara
langsung atau melalui perantara. Penelitian ini dilakukan selama bulan September
sampai dengan bulan Desember 2010.
4.2 Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder khusus
untuk perusahaan sektor agribisnis. Data penelitian ini diperoleh dari Pusat
Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia di Jakarta dengan periode tahun
2000 hingga 2008. Data yang digunakan berupa:
1) Data penawaran perdana, harga saham pembukaan dan penutupan pada saat
emiten agribisnis melakukan initial public offering tahun 2000 hingga 2008.
2) Laporan keuangan perusahaan sektor agribisnis selama tiga tahun sebelum
melakukan initial public offering.
3) Laporan keuangan perusahaan sektor agribisnis setelah melakukan initial
public offering
4) Data perusahaan penjamin emisi (underwriter) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode sensus. Penarikan sampel dalam
penelitian ini dipilih secara sengaja dengan menggunakan kriteria tertentu.
Kriteria-kriteria tersebut diantaranya:
1) Perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering pada periode
tahun 2000 hingga 2008.
2) Perusahaan agribisnis yang melakukan penghapusan pencatatan (delisting) di
bursa efek tidak dimasukan kedalam sampel.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan agribisnis yang
melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2000
hingga 2008. Pada periode tersebut, perusahaan agribisnis yang melakukan initial
public offering sebanyak 11 perusahaan (Tabel 4).
Tabel 4. Daftar Emiten Agribisnis yang Initial Public Offering pada tahun 2000-2008
No Kode Emiten
Nama Perusahaan
Tanggal IPO
1
BISI
Bisi International Tbk
28 Mei 2007
2
MAIN
Malindo Feedmill Tbk
10 Februari 2006
3
BTEK
Bumi Teknokultura Unggul Tbk
14 Mei 2004
4
GZCO
Gozco Plantations Tbk
15 Mei 2008
5
SGRO
Sampoerna Agro Tbk
18 Juni 2007
6
TBLA
Tunas Baru Lampung Tbk
14 Februari 2000
7
CPRO
Central Proteinaprima Tbk
28 Nopember 2006
8
ATPK
Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
17 April 2001
9
DSFI
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk 24 Maret 2000
10
FISH
FKS Multi Agro Tbk
18 Januari 2002
11
WAPO
Wahana Phonix Mandiri Tbk
22 Juni 2001
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
4.4 Analisis Data
Pada penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
Data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
initial public offering perusahaan agribisnis yaitu,
1) Initial return
Initial return merupakan persentase keuntungan saham dari selisih harga
penawaran perdana dengan harga penutupan pada hari pertama initial public
offering (Durukan, 2002).
2) Reputasi Penjamin Emisi (underwriter)
Reputasi underwriter, diukur dengan memberi nilai 1 untuk penjamin emisi
yang masuk ke dalam top 10 dalam top 20 active brokerage houses in total
frequency di Bursa Efek Indonesia. Nilai 0 untuk penjamin emisi yang tidak
masuk top 10.
3) Umur perusahaan
Umur perusahaan dihitung mulai perusahaan didirikan berdasarkan akte
pendirian perusahaan sampai perusahaan melakukan initial public offering.
37
4) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aktiva perusahaan. Semakin
besar total total aktiva perusahaan maka semakin besar pula ukuran
perusahaan.
5)
Debt to Assets Ratio (DAR)
Debt to Assets Ratio merupakan pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh utang atau modal yang bersal dari kreditor (Samsul, 2006).
6) Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan pengukuran yang menghitung perbandingan
antara utang perusahaan dengan modal sendiri (Samsul, 2006).
7) Return on Asset (ROA)
Return on Asset merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total
aktiva yang tertanam di perusahaan. Laba bersih yang digunakan adalah laba
bersih setelah bunga dan pajak (Syamsuddin, 2004).
8) Return on Equity (ROE)
Return on Equity merupakan pengukuran
laba bersih perusahaan setelah
bunga dan pajak atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan
(Syamsuddin, 2004).
9) Offering Public
Offering Public merupakan bagian saham yang ditawarkan perusahaan
kepada publik. Rasio tersebut diukur dari total saham yang ditawarkan
perusahaan kepada publik.
38
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Sejarah Pasar Modal Indonesia
Secara historis, pasar modal sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal pertama tersebut diberi nama
Vereniging Voor De Effecten. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun
pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar
modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode
kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Pada tahun 1914 hingga 1918 bursa
efek di Batavia ditutup karena terjadi Perang Dunia I dan dibuka kembali pada
tahun 1925. Pembukaan bursa efek di Batavia tersebut juga diikuti dengan
pembukaan bursa efek baru di dua kota yaitu bursa efek di Semarang dan
Surabaya. Bursa efek di Semarang dan Surabaya tidak bertahan lama, pada awal
tahun 1939 kedua bursa efek tersebut ditutup karena adanya isu politik dan
terjadinya Perang Dunia II. Perang Dunia II juga memaksa kegiatan di bursa efek
Batavia ditutup kembali pada tahun 1942 hingga 1952. Setelah Perang Dunia II
berakhir, pemerintah melakukan program nasionalisasi terhadap perusahaanperusahaan milik Belanda. Hal tersebut membuat bursa efek menjadi semakin
tidak aktif sehingga perdagangan di bursa efek tersebut menjadi vakum dari tahun
1952 hingga 1977.
Pada 10 Agustus 1977, bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. Bursa efek tersebut diberi nama Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pembukaan
tersebut didasarkan pada Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia
nomor 52/1976 dan dilanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan.
Kegiatan di BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Tanggal pembukaan Bursa Efek Jakarta pada tanggal 10 Agustus ditetapkan
menjadi hari ulang tahun pasar modal dan selalu diperingati setiap tahun oleh
pelaku pasar modal. Pengaktifan kembali pasar modal tersebut juga ditandai
dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Perdagangan di
bursa efek sangat lesu sejak dibuka kembali pada tahun 1977 hingga 1987. Jumlah
emiten pada tahun 1987 hanya mencapai 24 perusahaan. Sedikitnya jumlah emiten
pada saat itu disebabkan oleh penentuan harga perdana harus mendapat
persetujuan dari Bapepam, calon emiten harus untung dan membagi dividen
selama lima tahun berturut-turut, fluktuasi harga saham dibatasi empat persen per
hari, bunga deposito dibebaskan dari pajak dan investor asing tidak diperbolehkan
melakukan investasi di pasar modal.
Pada tahun 1987 aktivitas perdagangan di bursa efek mulai meningkat. Hal
tersebut ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia. Selain itu, pada 1988 paket
deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan dan pintu BEJ sudah
terbuka untuk asing. Setahun kemudian, pada 1989 pemerintah membuka Bursa
Paralel Indonesia. Bursa tersebut merupakan bursa yang ditujukan untuk
perusahaan-perusahaan yang masih belum memenuhi syarat untuk terdaftar di
bursa utama. Pada tahun yang sama Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi
dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
Bursa Efek Jakarta mengalami swastanisasi pada 13 Juli 1992. Tanggal
tersebut juga dijadikan sebagai hari ulang tahun Bursa Efek Jakarta. Selain itu,
Bapepam juga berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Peningkatan
aktivitas transaksi perdagangan membuat pengelola Bursa Efek Jakarta membuat
suatu sistem otomasi perdagangan. Sistem otomasi tersebut beroperasi pada 22
Mei 1995 dan diberi nama sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading
Systems). Pada tahun yang sama Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa
Efek Surabaya. Untuk memudahkan transaksi perdagangan BEJ mengaplikasikan
sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) di tahun 2002.
Pada tahun 2007 dibuat suatu kebijakan dengan melakukan penggabungan
Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penggabungan tersebut
merubah nama kedua bursa efek tersebut menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
juga lebih mengefektifkan aktivitas perdagangan. Penggabungan tersebut
menghasilkan banyak inovasi baru untuk melakukan aktivitas perdagangan.
5.2 Instrumen di Pasar Modal
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek. Efek yang berupa surat
berharga tersebut berupa saham, obligasi, derivatif dan reksadana.
40
1) Saham
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling
popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham
merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena
saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan
modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham.
2) Obligasi
Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang
kepada masyarakat yaitu diatas tiga tahun. Pihak yang membeli obligasi
disebut pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan
menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3
atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang
obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi.
Surat Utang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terdiri dari :
a) Obligasi Korporasi adalah obligasi yang di terbitkan oleh Perusahaan
Swasta Nasional termasuk BUMN dan BUMD.
b) Surat Utang Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh
Pemerintah sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, terdiri dari
Obligasi Negara (termasuk Obligasi Negara Retail/ORI) dan Surat
Perbendaharaan Negara (SPN).
c) Sukuk Korporasi adalah instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan Bapepam&LK Np. IX.A.13
tentang Efek Syariah. Pendapatan Sukuk Korporasi berdasrkan Akadakad yang tertuang dalam ketentuan Bapepam&LK tentang Akad-akad
Efek Syariah.
d) Surat Berharga Syariah Negara/SBSN atau Sukuk Negara adalah Surat
Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah yang berdasarkan Syariah
41
Islam sesuai dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN).
e) Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan
dengan Underlying Aset sebagai dasar penerbitan.
3) Reksa dana
Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak
waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa
Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat
yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi,
namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu
Reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk
berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat
(27) didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi. terdapat tiga hal yang terkait
dari definisi tersebut yaitu, adanya dana dari masyarakat pemodal, dana
tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan dana tersebut dikelola oleh
manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa dana
merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah
pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.
4) Derivatif
Efek derivatif merupakan efek turunan dari efek utama baik yang bersifat
penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari
efek utama maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau
perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset
lain. Aset lain tersebut disebut sebagai underlying assets. Dalam pengertian
yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara dua atau
lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual
assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada
waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual
42
dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang
diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang
ada dispot market.
Derivatif yang terdapat di Bursa Efek Indonesia adalah derivatif keuangan
(financial derivative). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di
mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen
keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi,
mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan
lainnya. Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku
pasar (pemodal dan perusahaan efek) sebagai sarana untuk melakukan
lindung nilai (hedging) atas portofolio yang mereka miliki.
5.3 Sektor Perusahaan di Bursa Efek Indonesia
Perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia dibagi
kedalam sembilan sektor. Sembilan sektor tersebut diantaranya pertanian,
pertambangan, industri dasar, aneka industri, industri barang konsumsi, properti,
infrastruktur, keuangan dan perdagangan. Sektor-sektor tersebut kembali dibagi
menjadi ke dalam beberapa sub sektor. Perusahaan-perusahaan akan ditempatkan
secara khusus di sebuah sub sektor yang disesuaikan dengan bidang usaha yang
dijalankanya.
5.4 Profil Perusahaan Agribisnis
5.4.1 PT Bisi International Tbk
PT BISI International Tbk yang didirikan pada tahun 1983, merupakan
perusahaan penghasil benih hibrida terbesar di Indonesia untuk komoditas jagung,
padi, buah-buahan serta sayuran, sekaligus salah satu penghasil utama pestisida di
Indonesia serta pemasar berbagai jenis pupuk. Kantor pusat Perseroan berada di
Sidoarjo, Jawa Timur. Sementara pusat pengolahannya berlokasi di Desa Sumber
Agung, Kediri, Jawa Timur. Pada 1 Januari 2007 PT BISI International Tbk
memutuskan untuk go public di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan tersebut
melakukan initial public offering dengan melepaskan 900 juta lembar saham
kepada masyarakat. Setiap saham ditawar dengan harga penawaran sebesar Rp200
setiap saham.
43
5.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk
PT Malindo Feedmill Tbk didirikan pada tahun 1997 dengan nama PT
Gymtech Feedmill Indonesia. Perusahaan secara hukum telah berubah namanya
menjadi PT Malindo Feedmill pada tahun 2000 dan telah mengalami kemajuan
yang sangat pesat sampai saat ini. PT Malindo Feedmill Tbk merupakan
perusahaan yang memproduksi dan menjual pakan ternak, khususnya pakan
ternak ayam ras pedaging induk, pakan ternak ayam ras pedaging komersial,
pakan ternak ayam ras petelur, dan anak ayam berusia satu hari (DOC).
Perusahaan juga telah melakukan investasi di beberapa anak perusahaan yang
memproduksi dan memasarkan parent stock DOC, Commercial DOC dan ayam
ras pedaging. Perusahaan berkantor pusat di Duta Mas Fatmawati No.39 Jakarta.
Perusahaan mempunyai pabrik pakan ternak yang berlokasi di Cakung (Jakarta
Timur) dan Gresik (Jawa Timur), peternakan yang berada di Purwakarta (Jawa
Barat), Wonosari-Gunung Kidul (Yogyakarta), Probolinggo dan Lumajang (Jawa
Timur) serta melalui anak perusahaannya, peternakan Parent Stock (PS) yang
berlokasi di Cikaum (Jawa Barat) dan Majalengka (Jawa Barat) dan peternakan
ayam ras pedaging di Bandung, Bogor, Sukabumi dan Serang. Pada 10 Februari
2006 perusahaan memutuskan untuk go public dan harga saham yang ditawarkan
pada saat initial public offering sebesar Rp 880 per lembar sahamnya.
5.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk didirikan pada 6 juni 2001,
merupakan perusahaan yang memiliki kegiatan utama perusahaan terkait dengan
bioteknologi dan pertanian, kehutanan, agribisnis, peternakan, farmasi, unggas
dan pengolahan telur. PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk berdomisili dan
beroprerasi di Indonesia. Perusahaan tersebut memiliki kantor pusat di Cikupa
Tangerang Banten. Saat ini perusahaan tersebut mempekerjakan sekitar 315
pekerja. Pada 14 Mei 2004, perusahaan tersebut memutuskan go public dan
membuka penawaran perdana sebesar Rp 125 per lembar saham.
5.4.4 PT Gozco Plantations Tbk
PT Gozco Plantations Tbk adalah produsen kelapa sawit yang berbasis di
Indonesia. Perusahaan tersebut berdiri pada 10 Agustus 2001. Perusahaan tersebut
bergerak dalam bidang perdagangan dan pengolahan inti sawit, minyak kelapa dan
44
minyak sawit mentah. Perusahaan memiliki anak perusahaan yang bergerak di
industri kelapa sawit seperti PT Suryabumi Agrolanggeng, PT Golden Blossom
Sumatera, PT Cahya Vidi Abadi, PT Pemdas Agro Citra Buana, PT Mulia Agro
Persada, PT Pemdas Agroasia Makmur Lestari, PT Telaga Sari Persada, PT
Perkebunan Siberut Wahana Golden, Siberut Pratama Perkebunan PT Golden, PT
Mentawai Siberut Golden Plantation, PT Perkebunan Golden Mentawai Pratama
dan PT Mulia Agrotama Lintas. Perusahaan memiliki beberapa area perkebunan.
Perkebunan tersebut berlokasi di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah. Hingga 31 Desember 2009, perusahaan telah
memiliki total 27.085 ha lahan yang ditanami. Untuk mengembangkan
perusahaan, PT Gozco Plantations Tbk melakukan go public dan secara resmi
perusahaan tersebut mulai mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia pada 15
Mei 2008 dengan harga saham penawaran perdana sebesar Rp 225 per lembar
saham.
5.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk
PT Sampoerna Agro Tbk berdiri pada 7 Juni 1993. Perusahaan tersebut
awalnya menjalankan perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatera Selatan. Saat
ini, PT Sampoerna Agro Tbk bersama dengan anak-anak perusahaannya adalah
salah satu produsen terbesar kelapa sawit dan inti sawit di Indonesia. Perseroan
juga merupakan satu dari sedikit produsen kecambah kelapa sawit yang menerima
izin dari Menteri Pertanian Republik Indonesia untuk memproduksi dan menjual
kecambah kelapa sawit kepada pihak ketiga. Untuk pengembangan usaha,
perusahaan tersebut memutuskan untuk go public di pasar modal. Perusahaan
tersebut secara resmi mencatatkan nama di Bursa Efek Indonesia pada 18 Juni
2007 dengan harga penawaran perdana sebesar Rp 2.340 per lembar saham.
Pada tanggal 31 Desember 2009, kebun inti dan plasma Perseroan yang
berada di wilayah Sumatera sebesar 57.547 ha tanaman menghasilkan dan 17.196
ha tanaman belum menghasilkan. Sedangkan perkebunan Perseroan di wilayah
Kalimantan termasuk kebun dengan pola kemitraan, terdiri dari sekitar 12.604 ha
tanaman menghasilkan dan 7.320 ha tanaman belum menghasilkan. Dalam kata
lain, Perseroan mengelola kebun inti sekitar 50.768 ha sementara kebun plasma
dan kemitraan sekitar 43.898 ha. Perseroan memiliki sekitar 112.481 ha Hak Guna
45
Usaha dan 109.363 ha izin lokasi untuk dikembangkan. Perseroan memiliki lima
Pabrik Kelapa Sawit (PKS), empat diantaranya berlokasi di Sumatera dan satu
berada di Kalimantan. PKS di Sumatera memiliki kapasitas produksi 320 ton
tandan buah segar (TBS) per jam, sedangkan PKS di Kalimantan memiliki
kapasitas produksi 75 ton TBS per jam. Satu PKS tambahan berkapasitas 60 ton
TBS per jam yang berlokasi di Sumatera akan memulai operasi pada paruh
pertama tahun 2010.
5.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk
PT Tunas Baru Lampung Tbk adalah sebuah perusahaan yang
berkedudukan di Indonesia. Perusahaan tersebut berdiri pada 22 Desember 1973
dan mulai bergabung di Bursa Efek Indonesia pada 14 Februari 2000 dengan
harga penawaran perdana sebesar Rp 2.200 per lembar saham. Perusahaan
tersebut memiliki bidang usaha dalam pembuatan dan distribusi produk konsumen
berbasis pertanian. Perusahaan ini menawarkan minyak goreng sawit, minyak
goreng kelapa, minyak kelapa mentah, minyak sawit mentah (CPO) dan sabun.
Produk-produknya dipasarkan baik di pasar domestik dan internasional.
Perusahaan juga bergerak di bidang perkebunan dan bisnis real estate. Perusahaan
tersebut mengoperasikan tiga perkebunan, bank tanah lebih dari 50.000 ha di
Lampung, 30.000 ha di Palembang, dan 10.000 ha di Pontianak. Lahan tersebut
digunakan terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Pada tanggal 31 Desember
2009, perusahaan telah memiliki beberapa anak perusahaan perseroan seperti PT
Bumi Sentosa Abadi, PT Bangun Nusa Indah Lampung, PT Budi Dwiyasa
Perkasa, PT Adikarya Gemilang, PT Bangun Tatalampung Asri, PT Budinusa
Ciptawahana, PT Agro Bumi Mas, PT Mulya Mandra Mukti, PT Bumi Perkasa
Gemilang dan PT Abadi Mulia Sentosa.
5.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk
PT Central Proteinaprima Tbk didirikan pada tahun 1980 dan merupakan
salah satu produsen dan pengolah udang terintegrasi terbesar di dunia. Perusahaan
tersebut merupakan pemimpin pasar Indonesia dalam produksi benur, pakan
udang dan pakan ikan. Produk yang dihasilkan meliputi udang beku, pakan udang,
benur dan probiotik. Perusahaan tersebut memiliki lebih dari 70.000 ha lahan
tambak udang dan dibudidayakan di tiga lokasi yaitu PT Centralpertiwi Bahari,
46
PT Aruna Wijaya Sakti, dan PT Wachyuni Mandira. PT Central Proteinaprima
Tbk memproduksi udang bermutu tinggi dengan menjamin rekam jejak produk
melalui pembudidayaan bibit udang yang bebas penyakit, memproduksi pakan
udang bermutu, memanen, mengolah, menyimpan dalam cold storage, dan
mengekspor produk-produk yang berkualitas. PT Central Proteinaprima Tbk
bergabung di Bursa Efek Indonesia pada 28 November 2006 dengan harga
penawaran perdana sebesar Rp 110 per lembar saham.
5.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk didirikan pada 12 Januari 1988
dengan bidang usaha budidaya udang. Perusahaan tersebut memiliki lokasi usaha
di Deli Serdang Sumatera utara. Perseroan tersebut menerapkan sistem corp
rotation dan penggunaan ikan dalam membersihkan saluran air dan kolam
tambak. Sistem yang ramah lingkungan tersebut dapat membantu perusahaan
dalam meningkatkan kuantitas hasil panen. Pada tahun 2002 hasil panen
perusahaan tersebut mencapai 616 ton. PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
pertama kali mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia pada 17 April 2002
dengan melakukan penawaran perdana saham dengan harga Rp 300 per lembar
saham.
5.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk adalah sebuah perusahaan
yang berbasis maritim di Indonesia. Perusahaan berdiri di Jakarta pada 2 Oktober
1973. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang perikanan, termasuk
penangkapan, pengolahan, penjualan dan bisnis lain yang terkait dengan industri
perikanan. Produk ikan yang diproduksi meliputi produk ikan kakap, malabar
snapper, grouper, kaisar, baramundi, kingfish, tuna, ikan parrot, golden threadfin,
red mullet dan silver jobfish. Perusahaan tersebut mengoperasikan fasilitas
produksi di Jakarta dan memiliki dua cabang di Kendari dan Kupang, Indonesia.
Pada 24 Maret 2000, perusahaan mencatatkan nama di Bursa Efek Indonesia
dengan menawarkan saham perdana sebesar Rp 900 per lembar saham.
47
5.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk
PT FKS Multi Agro Tbk adalah sebuah perusahaan yang berbasis maritim
Indonesia. Perusahaan berdiri pada 27 Juni 1992 dan memulai operasi
komersialnya pada tahun 1993. Perusahaan tersebut beraktivitas pada bidang
perikanan industri, yang meliputi tepung ikan, minyak ikan, dan ikan beku; makan
protein hewani, yang mencakup makan bulu, unggas tepung daging dan tepung
daging dan tulang; makan minyak biji, yang meliputi bungkil kedelai, tepung
perkosaan benih dan tanah makan kacang, dan jagung dan produk, termasuk
jagung dan tepung jagung gluten. Hasil produksi perusahaan dijual ke pasar
domestik dan internasional, termasuk negara-negara Asia lainnya. Perusahaan
mengoperasikan fasilitas produksi di Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.
Kapasitas pengolahan ikan mentah pada pabrik tersebut mencapai 500 ton metrik
per hari. PT FKS Multi Agro Tbk listing di Bursa Efek Indonesia pada 18 Januari
2002 dengan penawarkan saham perdana seharga Rp 125 per lembar saham.
5.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk
PT Wahana Phonix Mandiri Tbk adalah perusahaan Indonesia yang
berbasis agribisnis. Perusahaan yang didirikan pada 7 Agustus 1993 tersebut
bergerak dalam bidang usaha penyediaan produk-produk pertanian dan maritim,
perdagangan umum dan industri transportasi. PT Wahana Phonix Mandiri Tbk
memiliki anak perusahaan perseroan yaitu PT Phonix Mas Persada. Perusahaan
tersebut mengoperasikan fasilitas produksi di Mataram dan bergerak dalam bidang
penyediaan kacang mete, rumput laut dan produk pertanian dan maritim terkait.
Kapasitas produksi perusahaan tersebut sebesar 400 ton kacang mete per tahun
dan 300 ton rumput laut per tahun. Hasil dari produksi dari perusahaan tersebut
sebagian besar diekspor ke India, produsen kacang mete utama dunia. PT Wahana
Phonix Mandiri Tbk listing di Bursa Efek Indonesia pada 22 Juni 2001 dengan
harga initial public offering Rp 175 per lembar saham.
48
VI. ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS
6.1 Gambaran Umum Perusahaan Agribisnis
Perusahaan-perusahaan tertutup dapat merubah status perusahaannya
menjadi perusahaan terbuka dengan cara menjual saham perusahaan kepada
publik di pasar modal. Perusahaan tertutup tersebut terlebih dahulu harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia dan
Badan Pengawas Pasar Modal. Setelah persyaratan untuk menjadi perusahaan
terbuka dinyatakan efektif maka perusahaan dapat melakukan initial public
offering (penawaran saham perdana) kepada publik. Setiap perusahaan yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia akan dikelompokkan ke dalam beberapa sektor
sesuai dengan bidang usahanya. Sektor-sektor yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia antara lain pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri,
barang konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, dan perdagangan.
Pada
penelitian ini, perusahaan yang menjadi sampel yaitu perusahaan emiten yang
bergerak di bidang agribisnis. Perusahaan-perusahaan agribisnis yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tersebar di beberapa sektor. Hasil identifikasi terhadap
seluruh sektor diperoleh 11 perusahaan emiten yang masuk ke dalam kelompok
perusahaan agribisnis. Perusahaan-perusahaan agribisnis tersebut melakukan
initial public offering pada tahun 2000 hingga 2008. (Tabel 5)
Tabel 5. Perusahaan Agribisnis yang melakukan Initial Public Offering Tahun
2000-2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kode
BISI
MAIN
BTEK
GZCO
SGRO
TBLA
CPRO
ATPK
DSFI
FISH
WAPO
Nama Perusahaan
Bisi International Tbk
Malindo Feedmill Tbk
Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Gozco Plantations Tbk
Sampoerna Agro Tbk
Tunas Baru Lampung Tbk
Central Proteinaprima Tbk
Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
FKS Multi Agro Tbk
Wahana Phonix Mandiri Tbk
Harga Penawaran
Rp 200
Rp 800
Rp 125
Rp 225
Rp 2340
Rp 2200
Rp 110
Rp 300
Rp 900
Rp 125
Rp 175
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Perusahaan agribisnis yang teridentifikasi dibagi ke dalam tiga sub sistem
agribisnis yaitu sub sistem agribisnis hulu, on farm, dan sub sistem agribisnis
hilir. Perusahaan-perusahaan agribisnis tersebut bergerak pada berbagai bidang
usaha seperti tanaman pangan, pakan ternak, perkebunan, perikanan dan
perdagangan. (Tabel 6)
Tabel 6. Sub Sektor dan Sub Sistem Agribisnis dari Perusahaan Agribisnis
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Perusahaan
Bisi International Tbk
Malindo Feedmill Tbk
Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Gozco Plantations Tbk
Sampoerna Agro Tbk
Tunas Baru Lampung Tbk
Central Proteinaprima Tbk
Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
FKS Multi Agro Tbk
Wahana Phonix Mandiri Tbk
Sub sektor
Tanaman pangan
Pakan Ternak
Pertanian lainnya
Perkebunan
Perkebunan
Perkebunan
Perikanan
Perikanan
Perdagangan
Perdagangan
Perdagangan
Sub Sistem
Agribisnis
Hulu
Hulu
Hulu
on farm
on farm
on farm
on farm
on farm
Hilir
Hilir
Hilir
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
6.2 Analisis Kinerja Initial Public Offering Perusahaan Sampel
6.2.1 PT Bisi International Tbk
PT Bisi International Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
tanaman pangan. Perusahaan tersebut memproduksi bibit untuk komoditas jagung,
padi, buah-buahan dan sayuran. PT Bisi International Tbk berdiri pada 1 Januari
1983 dan mencatatkan sahamnya di bursa efek pada 28 Mei 2007. Pada saat
melakukan initial public offering, PT Bisi International Tbk dibantu oleh sebuah
perusahaan penjamin emisi yaitu PT Indo Premier Securities. Perusahaan
penjamin emisi tersebut tidak termasuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin
emisi yang paling aktif berdasarkan frekuensi perdagangan. Perusahaan tersebut
pada tahun 2007 hanya melakukan perdagangan sebanyak 287.515 kali dan
menempatkan perusahaan tersebut pada urutan ke 25 berdasarkan total frekuensi
perdagangan.
Pada saat PT Bisi International Tbk melakukan initial public offering,
harga yang ditawarkan perusahaan tersebut sebesar Rp 200 per lembar saham dan
jumlah saham yang ditawarkan perusahaan ke publik mencapai 900 juta lembar
saham atau sebesar 30 persen dari total saham perusahaan. Harga initial public
offering yang dibuka tersebut merupakan harga yang ditentukan berdasarkan
50
kesepakatan antara perusahaan emiten dan perusahaan penjamin emisi. Pada hari
pertama melakukan initial public offering, harga saham PT Bisi International Tbk
berhasil naik dan pada penutupan hari pertama harga saham perusahaan tersebut
ditutup pada harga Rp 310 per lembar saham. Kenaikan harga pada penutupan
tersebut menunjukan perusahaan memperoleh initial return positif sebesar 55
persen. Kenaikan tersebut juga dapat menunjukan keberhasilan perusahaan dalam
melakukan initial public offering karena calon investor banyak yang tertarik untuk
membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga naik dan perusahaan
memperoleh keuntungan sebesar 55 persen.
Perusahaan yang memutuskan untuk go public akan memperoleh
keuntungan dari keputusannya tersebut. Salah satu keuntungan yang didapat
ketika perusahaan sudah go public yaitu tersedianya sumber pendanaan bagi
perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kinerja dari operasional
perusahaan. Sebelum melakukan initial public offering kinerja keuangan pada
neraca konsolidasi PT Bisi International Tbk selama tiga tahun terakhir
mengalami peningkatan. Pada tahun 2004, PT Bisi International Tbk memiliki
total aktiva sebesar 262,6 milyar rupiah dan meningkat menjadi 343,9 milyar
rupiah pada tahun 2005. Pada tahun berikutnya di tahun 2006, total aktiva PT Bisi
International Tbk kembali meningkat menjadi 534,2 milyar rupiah. Peningkatan
total
aktiva
tersebut
disebabkan
karena
bisnis
perusahaan
mengalami
perkembangan sebelum melakukan initial public offering. Peningkatan total
aktiva PT Bisi International Tbk juga diikuti oleh peningkatan jumlah
kewajibannya. Pada tahun 2004 tercatat perusahaan memiliki jumlah kewajiban
sebesar 124,3 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 149,6 milyar
rupiah. Jumlah kewajiban tersebut kembali meningkat pada tahun 2006 menjadi
268,8 milyar rupiah. Jumlah kewajiban yang meningkat menunjukan bahwa
perusahaan memiliki utang yang terus meningkat. Pada tahun 2004, total ekuitas
PT Bisi International Tbk tercatat sebesar 109,03 milyar rupiah dan meningkat
pada 2005 menjadi 156,01 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2006, total
ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 217,5 milyar rupiah. Total ekuitas
yang terus meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal
dari usaha perusahaan.
51
Sebelum melakukan initial public offering, PT Bisi International Tbk
berhasil meningkatkan jumlah laba bersih selama tiga tahun berturut-turut. Pada
tahun 2004, PT Bisi International Tbk memperoleh laba bersih sebesar 25,2
milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 46,9 milyar rupiah. Laba
bersih PT Bisi International Tbk kembali meningkat pada tahun 2006 menjadi
60,7 milyar rupiah. Laba bersih yang terus meningkat menunjukan perusahaan
mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha perusahaan
(Tabel 7).
Tabel 7. Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006
Uraian
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
2006
534.262.000.000
268.873.000.000
217.513.000.000
60.737.000.000
Tahun
2005
343.943.000.000
149.633.000.000
156.011.000.000
46.974.000.000
2004
262.618.000.000
124.332.000.000
109.037.000.000
25.263.000.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas PT Bisi International Tbk seperti Debt to Equity
Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 2004 sebesar
114,03 dan 47,34 persen. Nilai DER sebesar 114,03 persen menunjukan bahwa
perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 114,03 dan nilai DAR
47,34 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 47,34
persen. Pada tahun 2005, DER PT Bisi International Tbk turun menjadi 95,91
persen dan kembali meningkat pada tahun 2006 menjadi 50,33 persen. Nilai DAR
PT Bisi International Tbk pada tahun 2005 juga mengalami penurunan menjadi
95,91 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang
turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali naik pada
tahun 2006 dimana nilai DAR naik menjadi 123,61 persen. Selain rasio
solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung
nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on
Equity (ROE). ROA PT Bisi International Tbk pada tahun 2004 bernilai 9,62
persen. ROA sebesar 9,62 persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh
perusahaan adalah sebesar 9,62 persen dari total aktiva. Pada tahun 2005 nilai
ROA PT Bisi International Tbk meningkat menjadi 13,66 persen dan kembali
turun pada tahun 2006 menjadi 11,37 persen. ROA yang meningkat menunjukan
naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula
52
posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT Bisi International
Tbk pada tahun 2004 bernilai 23,17 persen. ROE sebesar 23,17 persen tersebut
menunjukan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang
diinvestasikan sebesar 23,17 persen. Pada tahun 2005, ROE PT Bisi International
Tbk bernilai 30,11 persen dan pada tahun 2006 nilai ROE tersebut turun menjadi
27,92 persen. Nilai ROE yang tinggi menunjukan para pemegang saham akan
memperoleh dividen yang tinggi dan kenaikan ROE akan mengakibatkan
kenaikan harga saham (Tabel 8).
Tabel 8.Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006
Uraian
2006
DAR (%)
DER (%)
ROA (%)
ROE (%)
50,33
123,61
11,37
27,92
Tahun
2005
2004
43,51
95,91
13,66
30,11
47,34
114,03
9,62
23,17
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering PT Bisi International Tbk berhasil memperoleh
initial return sebesar 55 persen. Perusahaan tersebut berhasil memperoleh initial
return sebesar 55 persen meskipun tidak menggunakan jasa penjamin emisi yang
memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia. Initial return perusahaan tersebut juga
tidak terpengaruh nilai DAR dan DER yang tinggi. Selain itu, initial return
tersebut juga tidak dipengaruhi oleh ROA yang rendah. Initial return PT Bisi
International Tbk dipengaruhi oleh umur perusahaan yang sudah tua, total aktiva
yang tinggi, nilai ROE yang tinggi dan persentase saham yang dijual ke publik
besar.
6.2.2 PT Malindo Feedmill Tbk
PT Malindo Feedmill Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pakan ternak. Perusahaan tersebut memproduksi dan menjual pakan ternak,
khususnya pakan ternak ayam ras pedaging induk, pakan ternak ayam ras
pedaging komersial, pakan ternak ayam ras petelur, dan anak ayam berusia satu
hari (DOC). PT Malindo Feedmill Tbk berdiri pada 10 Juni 1997 dengan nama PT
Gymtech Feedmill Indonesia dan bergabung di bursa efek pada 10 Februari 2006.
PT Malindo Feedmill Tbk dibantu oleh sebuah perusahaan penjamin emisi pada
saat melakukan initial public offering yaitu PT CIMB-GK Securities Indonesia.
Perusahaan penjamin emisi tersebut termasuk ke dalam 10 besar perusahaan
53
penjamin emisi yang paling aktif berdasarkan frekuensi perdagangan. Pada tahun
2006, perusahaan penjamin emisi tersebut melakukan perdagangan sebanyak
254.310 kali dan menempati peringkat ke 6 berdasarkan total frekuensi
perdagangan.
PT Malindo Feedmill Tbk dan perusahaan penjamin emisi menetapkan
harga penawaran perdana saham perusahaan tersebut sebesar Rp 880 per lembar
saham dan jumlah saham yang ditawarkan PT Malindo Feedmill Tbk sebesar 61
juta lembar saham atau sebesar 17,99 persen dari total saham perusahaan. Pada
hari pertama melakukan initial public offering, harga saham PT Malindo Feedmill
Tbk berhasil naik dan pada penutupan hari pertama harga saham perusahaan
tersebut ditutup pada harga Rp 1.130 per lembar saham. Pada hari pertama
tersebut PT Malindo Feedmill Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar
28,41 persen. Kenaikan tersebut menunjukan keberhasilan perusahaan dalam
melakukan initial public offering karena banyak investor yang membeli saham
perusahaan tersebut sehingga harga saham meningkat.
Sebelum melakukan initial public offering neraca konsolidasi PT Malindo
Feedmill Tbk selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun
2003, PT Malindo Feedmill Tbk memiliki total aktiva sebesar 192,7 milyar rupiah
dan naik menjadi 239,3 milyar rupiah pada tahun 2004. Pada tahun berikutnya di
tahun 2005, total aktiva PT Malindo Feedmill Tbk kembali meningkat menjadi
314,02 milyar rupiah. Meningkatnya total aktiva PT Malindo Feedmill Tbk
disebabkan oleh berkembangnya bisnis perusahaan. Akibat meningkatnya total
aktiva, total kewajiban PT Malindo Feedmill Tbk juga mengalami kenaikan. Pada
tahun 2003 PT Malindo Feedmill Tbk memiliki jumlah kewajiban sebesar 153,1
milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2004 menjadi 194,9 milyar rupiah.
Jumlah kewajiban kembali meningkat pada tahun 2005 menjadi 208,3 milyar
rupiah. Jumlah kewajiban yang terus meningkat menunjukan terjadinya kenaikan
jumlah utang perusahaan yang harus dibayarkan. Pada tahun 2003, total ekuitas
PT Malindo Feedmill Tbk tercatat sebesar 39,5 milyar rupiah dan meningkat pada
2004 menjadi 44,3 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2005, total ekuitas
tersebut kembali meningkat menjadi 105,7 milyar rupiah. Total ekuitas yang terus
meningkat terjadi karena meningkatnya laba perusahaan.
54
PT Malindo Feedmill Tbk berhasil meningkatkan jumlah laba bersih
sebelum perusahaan tersebut initial public offering. Pada tahun 2003, PT Malindo
Feedmill Tbk memperoleh laba bersih sebesar 6,2 milyar rupiah dan turun pada
tahun 2004 menjadi 4,8 milyar rupiah. Laba bersih PT Malindo Feedmill Tbk
berhasil naik kembali pada tahun 2005 menjadi 47,05 milyar rupiah. Laba bersih
yang meningkat tersebut menunjukan perusahaan mampu meningkatkan
pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 9).
Tabel 9. Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005
Uraian
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
2005
314.028.000.000
208.304.000.000
105.724.000.000
47.058.000.000
Tahun
2004
239.342.000.000
194.958.000.000
44.384.000.000
4.860.000.000
2003
192.721.000.000
153.197.000.000
39.524.000.000
6.219.000.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas PT Malindo Feedmill Tbk seperti Debt to Equity
Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 2003 bernilai
387,6 dan 79,4 persen. Nilai DER sebesar 387,6 persen menunjukan bahwa
perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 387,6 dan nilai DAR
79,4 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 79,4
persen. Pada tahun 2004, DER PT Malindo Feedmill Tbk naik menjadi 439,25
persen dan turun pada tahun 2005 menjadi 197,03 persen. Nilai DAR PT Malindo
Feedmill Tbk pada tahun 2004 mengalami meningkat menjadi 81,46 persen. Hal
tersebut terjadi karena aktiva yang dibiayai oleh utang perusahaan naik pada tahun
tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang turun pada tahun 2005 dimana nilai
DAR turun menjadi 66,33 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan
perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang
terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT
Malindo Feedmill Tbk pada tahun 2003 bernilai 3,23 persen. ROA sebesar 3,23
persen menunjukan bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar
3,23 persen dari total aktiva. Pada tahun 2004 nilai ROA PT Malindo Feedmill
Tbk turun menjadi 2,03 persen dan naik pada tahun 2005 menjadi 14,99 persen.
ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh
perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
55
penggunaan asset. ROE PT Malindo Feedmill Tbk pada tahun 2003 bernilai 15,73
persen. ROE sebesar 15,73 persen tersebut menunjukan bahwa tingkat return
yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 15,73
persen. Pada tahun 2004, ROE PT Malindo Feedmill Tbk turun menjadi 10,95
persen dan pada tahun 2005 nilai ROE tersebut naik menjadi 44,51 persen. Nilai
ROE yang meningkat menunjukan para pemegang saham akan memperoleh
dividen yang tinggi dan kenaikan ROE akan mengakibatkan harga saham naik
(Tabel 10).
Tabel 10. Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005
Uraian
DAR (%)
DER (%)
ROA (%)
ROE (%)
Tahun
2004
2005
66,33
197,03
14,99
44,51
81,46
439,25
2,03
10,95
2003
79,49
387,60
3,23
15,73
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering yang dilakukan PT Malindo Feedmill Tbk berhasil
memperoleh initial return sebesar 28 persen. Initial return tersebut tidak
dipengaruhi oleh ROA yang rendah, umur perusahaan yang masih muda dan
persentase saham yang ditawarkan ke publik sedikit. Jumlah saham PT Malindo
Feedmill Tbk yang ditawarkan ke publik berjumlah 17,99 persen. Hal tersebut
membuat calon investor memiliki peluang yang kecil untuk mendapatkan saham
perusahaan tersebut. Selain itu, nilai DAR dan DER yang tinggi tidak
mempengaruhi initial return PT Malindo Feedmill Tbk. Initial return PT Malindo
Feedmill Tbk dipengaruhi oleh penggunaan jasa penjamin emisi yang memiliki
reputasi, ROE yang tinggi dan total aktiva yang tinggi.
6.2.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang bioteknologi pertanian khususnya jenis tanaman hutan. PT Bumi
Teknokultura Unggul Tbk berdiri pada 6 Juni 2001 dan mulai bergabung di bursa
efek pada 14 Mei 2004. Pada saat melakukan initial public offering PT Bumi
Teknokultura Unggul Tbk dibantu oleh dua perusahaan penjamin emisi yaitu PT
Inovasi Utama Sekurindo dan PT Meridian Capital Indonesia. Dua perusahaan
penjamin emisi tersebut tidak masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin
56
emisi terbaik yang aktif berdasarkan frekuensi perdagangan. Pada saat PT Bumi
Teknokultura Unggul Tbk melakukan initial public offering, kedua perusahaan
penjamin emisi tersebut berada pada peringkat diluar 50 besar penjamin emisi
teraktif berdasarkan total frekuensi perdagangan.
Pada saat initial public offering, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
menetapkan harga penawaran perdana saham sebesar Rp 125 per lembar saham.
Total saham yang ditawarkan kepada publik yaitu sebesar 120 juta lembar saham
atau 13,04 persen dari seluruh saham perusahaan. Pada hari pertama melakukan
initial public offering, harga saham PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk berhasil
ditutup naik pada harga Rp 210 per lembar saham. Pada hari pertama tersebut PT
Bumi Teknokultura Unggul Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 68
persen. Kenaikan tersebut menunjukan banyak investor yang membeli saham
perusahaan tersebut pada saat initial public offering sehingga saham perusahaan
mengalami kenaikan.
Pada tahun 2001, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk memiliki total
aktiva sebesar 1,8 milyar rupiah dan turun menjadi 1,7 milyar rupiah pada tahun
2002. Pada tahun berikutnya di tahun 2003, total aktiva PT Bumi Teknokultura
Unggul Tbk naik menjadi 80,1 milyar rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut
menunjukan bisnis perusahaan mengalami peningkatan sebelum melakukan initial
public offering. Peningkatan total aktiva PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk tidak
diikuti oleh naiknya jumlah kewajiban perusahaan. Pada tahun 2001 tercatat
perusahaan memiliki total kewajiban sebesar 551,4 juta rupiah dan naik pada
tahun 2002 menjadi 822,4 juta rupiah. Jumlah kewajiban tersebut turun pada
tahun 2003 menjadi 290,5 juta rupiah. Turunnya total kewajiban PT Bumi
Teknokultura Unggul Tbk menunjukan perusahaan mengurangi jumlah utang
dalam menjalankan bisnisnya. Pada tahun 2001, total ekuitas PT Bumi
Teknokultura Unggul Tbk tercatat sebesar 1,2 milyar rupiah dan turun pada 2002
menjadi 822,4 juta rupiah. Kemudian pada tahun 2003, total ekuitas tersebut
meningkat menjadi 79,8 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat pada tahun
2003 menunjukan bahwa laba perusahaan mengalami kenaikan.
Sebelum melakukan initial public offering, PT Bumi Teknokultura Unggul
Tbk mengalami kerugian pada tahun 2001 dan 2002. Pada tahun 2001 PT Bumi
57
Teknokultura Unggul Tbk mengalami kerugian sebesar 226,1 juta rupiah dan pada
tahun 2002 perusahaan juga mengalami kerugian sebesar 326,07 juta rupiah. Pada
tahun 2003, keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk mengalami perbaikan
dengan berhasil memperoleh laba bersih sebesar 446,4 juta rupiah. Laba bersih
yang naik tersebut menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan
mengurangi beban usaha (Tabel 11).
Tabel 11. Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 20012003
Tahun
Uraian
2003
2002
2001
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
80.184.773.290
290.517.052
79.894.256.238
446.483.208
1.770.249.924
822.476.894
947.773.030
-326.077.794
1.825.309.371
551.458.547
1.273.850.824
-226.149.176
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk seperti Debt to
Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 2001
bernilai 43,29 dan 30,21 persen. Nilai DER sebesar 43,29 persen menunjukan
bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 43,29 dan nilai
DAR 30,21 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar
30,21 persen. Pada tahun 2002, DER PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk naik
menjadi 86,78 persen dan turun pada tahun 2003 menjadi 0,36 persen. Nilai DAR
PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk pada tahun 2002 mengalami kenaikan
menjadi 46,46 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh
utang naik pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang turun pada tahun
2003 dimana nilai DAR turun menjadi 0,36 persen. Selain rasio solvabilitas,
kinerja keuangan perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio
profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity
(ROE). ROA PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk pada tahun 2001 dan 2002
bernilai -12,39 dan -18,42 persen. ROA bernilai negatif tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan mengalami kerugian dalam menjalankan bisnis. Pada tahun
2003 nilai ROA PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk meningkat menjadi 0,56
persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang
dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari
segi penggunaan asset. ROE PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk pada tahun 2001
58
dan 2002 bernilai -17,75 dan -34,40 persen. Pada tahun 2003 ROE PT Bumi
Teknokultura Unggul Tbk bernilai 0,56 persen. Nilai ROE yang tinggi
menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi dan
kenaikan ROE akan mengakibatkan harga saham perusahaan naik (Tabel 12).
Tabel 12. Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 20012003
Tahun
Uraian
2003
2002
2001
DAR (%)
0,36
46,46
30,21
DER (%)
0,36
86,78
43,29
ROA (%)
0,56
-18,42
-12,39
ROE (%)
0,56
-34,40
-17,75
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering yang dilakukan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
berhasil memperoleh initial return sebesar 68 persen. Perusahaan tersebut berhasil
memperoleh initial return sebesar 68 persen tanpa menggunakan jasa penjamin
emisi yang memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia berdasarkan total frekuensi
perdagangan. Initial return PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk tersebut tidak
dipengaruhi oleh nilai ROA dan ROE yang kecil. Selain itu, umur perusahaan
yang masih muda, total aktiva yang rendah dan persentase saham yang ditawarkan
ke publik sedikit tidak mempengaruhi nilai initial return PT Bumi Teknokultura
Unggul Tbk. Initial return PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dipengaruhi oleh
nilai DAR dan DER yang rendah.
6.2.4 PT Gozco Plantations Tbk
PT Gozco Plantations Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
perdagangan dan pengolahan inti sawit, minyak kelapa dan minyak sawit mentah.
PT Gozco Plantations Tbk berdiri pada 10 Agustus 2001 dan bergabung di bursa
efek pada 14 Mei 2008. Initial public offering PT Gozco Plantations Tbk dibantu
oleh dua perusahaan penjamin emisi yaitu PT CLSA Indonesia dan PT Semesta
Indovest. Kedua perusahaan penjamin emisi tersebut tidak masuk ke dalam 10
besar perusahaan penjamin emisi terbaik yang aktif berdasarkan frekuensi
perdagangan. Pada tahun pertama PT Gozco Plantations Tbk melakukan initial
public offering, PT CLSA Indonesia berada pada peringkat 12 dengan frekuensi
perdagangan sebanyak 39.649 kali. Sedangkan PT Semesta Indovest berada pada
peringkat 33 dengan frekuensi perdagangan sebanyak 15.695 kali.
59
Harga initial public offering PT Gozco Plantations Tbk ditetapkan sebesar
Rp 225 per lembar saham. Jumlah saham yang ditawarkan pada hari pertama
tersebut mencapai 1,5 milyar lembar saham atau 30 persen dari total saham
perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil
kesepakatan antara PT Gozco Plantations Tbk dan penjamin emisi. Pada hari
pertama melakukan initial public offering, harga saham PT Gozco Plantations Tbk
berhasil ditutup naik pada ke Rp 275 per lembar saham. Pada hari pertama initial
public offering tersebut PT Gozco Plantations Tbk berhasil memperoleh initial
return sebesar 22,22 persen. Kenaikan harga saham tersebut menunjukan banyak
investor yang tertarik membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga saham
perusahaan tersebut dapat naik.
Pada tahun 2005, PT Gozco Plantations Tbk memiliki total aktiva sebesar
387,6 milyar rupiah dan naik menjadi 433,6 milyar rupiah pada tahun 2006. Pada
tahun berikutnya di tahun 2007, total aktiva PT Gozco Plantations Tbk kembali
naik menjadi 1,01 triliun rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukan
perusahaan berhasil dalam mengembangkan bisnis perusahaan. Jumlah kewajiban
PT Gozco Plantations Tbk pada tahun 2005 tercatat berjumlah 558,5 milyar
rupiah dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 611,2 milyar rupiah. Jumlah
kewajiban tersebut turun pada tahun 2007 menjadi 480,6 milyar rupiah. Jumlah
kewajiban yang meningkat menunjukan bahwa perusahaan banyak menggunakan
utang untuk menjalankan kegiatan bisnis perusahaan dan turunnya jumlah
kewajiban perusahaan pada tahun 2007 menunjukan perusahaan telah mengurangi
dana yang berasal dari pinjaman. Pada tahun 2005, total ekuitas PT Gozco
Plantations Tbk tercatat sebesar -173,7 milyar rupiah dan turun pada 2006
menjadi -193,9 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2007, total ekuitas
perusahaan meningkat menjadi 28,8 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat
dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha
perusahaan.
Sebelum melakukan initial public offering, PT Gozco Plantations Tbk
berhasil meningkatkan jumlah laba bersih selama tiga tahun berturut-turut. Pada
tahun 2005, PT Gozco Plantations Tbk mengalami kerugian sebesar 63 milyar
rupiah dan pada tahun 2005 PT Gozco Plantations Tbk masih mengalami kerugian
60
sebesar 23,1 milyar rupiah. PT Gozco Plantations Tbk pada tahun 2007 berhasil
memperoleh laba bersih sebesar 25,8 milyar rupiah. Laba bersih yang terus
membaik menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan
mengurangi beban usaha (Tabel 13).
Tabel 13. Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007
Uraian
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
2007
1.018.105.800.000
480.628.000.000
506.317.200.000
25.803.100.000
Tahun
2006
433.698.100.000
611.248.200.000
-193.964.500.000
-23.194.600.000
2005
387.697.600.000
558.520.300.000
-173.732.300.000
-63.004.000.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas PT Gozco Plantations Tbk seperti Debt to Equity
Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 2005 bernilai 321,48 dan 144,06 persen. Nilai DER sebesar -321,48 persen menunjukan bahwa
perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah -321,48 dan nilai DAR
144,06 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar
114,06 persen. Pada tahun 2006, DER PT Gozco Plantations Tbk naik menjadi 315,13 persen dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 94,93 persen. Nilai DAR
PT Gozco Plantations Tbk pada tahun 2006 turun menjadi 140,94 persen. Hal
tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun
tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali turun pada tahun 2007 dimana
nilai DAR turun menjadi 47,21 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan
perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang
terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Gozco
Plantations Tbk pada tahun 2005 bernilai -16,25 persen. ROA sebesar -16,25
persen menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian sebesar 16,25 persen
dari total aktiva. Pada tahun 2006 nilai ROA PT Gozco Plantations Tbk naik
menjadi -5,35 persen dan kembali naik pada tahun 2007 menjadi 2,53 persen.
ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh
perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan asset. ROE PT Gozco Plantations Tbk pada tahun 2005 bernilai 36,26
persen. ROE sebesar 36,26 persen tersebut menunjukan bahwa tingkat return
yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 36,26
persen. Pada tahun 2006, ROE PT Gozco Plantations Tbk bernilai 11,96 persen
61
dan pada tahun 2007 nilai ROE tersebut turun kembali menjadi 5,10 persen. Nilai
ROE yang turun menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen
yang rendah akibat turunnya harga saham perusahaan (Tabel 14).
Tabel 14. Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007
Tahun
Uraian
2007
2006
2005
DAR (%)
47,21
140,94
144,06
DER (%)
94,93
-315,13
-321,48
ROA (%)
2,53
-5,35
-16,25
ROE (%)
5,10
11,96
36,26
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering PT Gozco Plantations Tbk berhasil memperoleh
initial return sebesar 22,22 persen. Initial return PT Gozco Plantations Tbk
tersebut dipengaruhi oleh total aktiva perusahaan yang tinggi dan jumlah saham
yang ditawarkan perusahaan ke publik sangat besar. Initial return PT Gozco
Plantations Tbk tidak dipengaruhi oleh penggunakan jasa penjamin emisi yang
tidak memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia, umur perusahaan yang masih
muda, ROA dan ROE yang rendah. Selain itu, initial return tidak dipengaruhi
oleh nilai DAR dan DER yang tinggi.
6.2.5 PT Sampoerna Agro Tbk
PT Sampoerna Agro Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
produsen kelapa sawit dan inti sawit di Indonesia. Selain itu, perusahaan tersebut
juga memproduksi dan menjual kecambah kelapa sawit kepada pihak ketiga. PT
Sampoerna Agro Tbk berdiri sejak 7 Juni 1993 dan bergabung di bursa efek pada
18 Juni 2007. Initial public offering PT Sampoerna Agro Tbk dibantu oleh sebuah
perusahaan penjamin emisi yaitu PT Danareksa Sekuritas. Perusahaan penjamin
emisi tersebut masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi yang aktif
berdasarkan total frekuensi perdagangan. Pada tahun pertama PT Sampoerna Agro
Tbk initial public offering, PT Danareksa Sekuritas berada di peringkat ke-4
dengan frekuensi perdagangan sebanyak 923.559 kali.
Harga initial public offering PT Sampoerna Agro Tbk pada hari pertama
ditetapkan sebesar Rp 2.340 per lembar saham. Jumlah saham yang ditawarkan
PT Sampoerna Agro Tbk mencapai 461,35 juta lembar saham atau 24,4 persen
dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut
62
merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Sampoerna Agro Tbk dan penjamin
emisi. Harga initial public offering PT Sampoerna Agro Tbk pada hari pertama
berhasil ditutup naik pada Rp 2.525 per lembar saham. Kenaikan tersebut
menunjukkan saham PT Sampoerna Agro Tbk sangat diminati oleh investor
sehingga saham perusahaan mengalami kenaikan. Hari pertama initial public
offering PT Sampoerna Agro Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 7,9
persen.
Pada tahun 2004, PT Sampoerna Agro Tbk memiliki total aktiva sebesar
635,6 milyar rupiah dan meningkat menjadi 655,1 milyar rupiah pada tahun 2005.
Pada tahun berikutnya di tahun 2006, total aktiva PT Sampoerna Agro Tbk turun
menjadi 615,4 milyar rupiah.. Pada tahun 2004 tercatat PT Sampoerna Agro Tbk
memiliki jumlah kewajiban sebesar 398,8 milyar rupiah dan turun pada tahun
2005 menjadi 356,4 milyar rupiah. Jumlah kewajiban tersebut kembali turun pada
tahun 2006 menjadi 203,6 milyar rupiah. Jumlah kewajiban yang turun
menunjukkan bahwa perusahaan meminimalkan pinjaman yang berasal dari luar
perusahaan dalam menjalankan bisnis perusahaan. Pada tahun 2004, total ekuitas
PT Sampoerna Agro Tbk tercatat sebesar 234,7 milyar rupiah dan meningkat pada
2005 menjadi 296,09 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2006, total ekuitas
tersebut kembali meningkat menjadi 408,2 milyar rupiah. Total ekuitas yang terus
meningkat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan laba perusahaan yang berasal
dari bisnis perusahaan.
Pada tahun 2004, PT Sampoerna Agro Tbk memperoleh laba bersih
sebesar 105,7 milyar rupiah dan turun pada tahun 2005 menjadi 61,3 milyar
rupiah. Laba bersih PT Sampoerna Agro Tbk kembali meningkat pada tahun
2006 menjadi 112,6 milyar rupiah. Laba bersih yang meningkat menunjukan
perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha
(Tabel 15).
Tabel 15. Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006
Uraian
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
2006
615.444.000.000
203.670.000.000
408.247.000.000
112.671.000.000
Tahun
2005
655.144.000.000
356.430.000.000
296.096.000.000
61.310.000.000
2004
635.658.000.000
398.840.000.000
234.787.000.000
105.706.000.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
63
Nilai rasio solvabilitas PT Sampoerna Agro Tbk seperti Debt to Equity
Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) PT Sampoerna Agro Tbk pada
tahun 2004 sebesar 169,87 dan 62,74 persen. Nilai DER sebesar 169,87 persen
menunjukkan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah
169,87 dan nilai DAR 62,74 persen menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang
dibiayai utang sebesar 62,74 persen. Pada tahun 2005, DER PT Sampoerna Agro
Tbk turun menjadi 120,38 persen dan kembali turun pada tahun 2006 menjadi
49,89 persen. Nilai DAR PT Sampoerna Agro Tbk pada tahun 2005 juga
mengalami penurunan menjadi 54,40 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa
aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang
dibiayai utang kembali turun pada tahun 2006 dimana nilai DAR turun menjadi
33,09 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat
diketahui dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on
Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Sampoerna Agro Tbk pada
tahun 2004 bernilai 16,63 persen. ROA sebesar 16,63 persen berarti bahwa laba
bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 16,63 persen dari total aktiva.
Pada tahun 2005 nilai ROA PT Sampoerna Agro Tbk turun menjadi 9,36 persen
dan naik pada tahun 2006 menjadi 18,31 persen. ROA yang meningkat
menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan
semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT
Sampoerna Agro Tbk pada tahun 2004 bernilai 45,02 persen. ROE sebesar 45,02
persen tersebut menunjukkan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan
atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 45,02 persen. Pada tahun 2005
ROE PT Sampoerna Agro Tbk bernilai 20,71 persen dan pada tahun 2006 nilai
ROE tersebut naik menjadi 27,60 persen. Nilai ROE yang naik menunjukkan para
pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi akibat dari kenaikan
harga saham perusahaan (Tabel 16).
Tabel 16. Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006
Uraian
DAR (%)
DER (%)
ROA (%)
ROE (%)
Tahun
2005
2006
33,09
49,89
18,31
27,60
2004
54,40
120,38
9,36
20,71
62,74
169,87
16,63
45,02
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
64
Initial public offering yang dilakukan PT Sampoerna Agro Tbk
memperoleh initial return sebesar 7,9 persen. Initial return tersebut tidak
dipengaruhi oleh nilai DAR dan DER yang tinggi. Initial return PT Sampoerna
Agro Tbk dipengaruhi oleh penggunaan penjamin emisi yang memiliki reputasi di
Bursa Efek Indonesia, total aktiva perusahaan yang tinggi, ROA yang tinggi, ROE
yang tinggi, umur perusahaan yang sudah tua dan persentase saham yang
ditawarkan oleh perusahaan cukup besar.
6.2.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk
PT Tunas Baru Lampung Tbk merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang pembuatan dan distribusi produk konsumen berbasis pertanian.
Perusahaan tersebut menawarkan minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa,
minyak kelapa mentah, minyak sawit mentah (CPO) dan sabun. PT Tunas Baru
Lampung Tbk berdiri sejak 22 Desember 1973 dan bergabung di bursa efek pada
14 Februari 2000. Initial public offering PT Tunas Baru Lampung Tbk dibantu
oleh tiga perusahaan penjamin emisi yaitu PT BNI Securities, PT Mandiri
Sekuritas, dan PT CIMB Niaga Securities. Ketiga perusahaan penjamin emisi
tersebut tidak masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi teraktif
berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT BNI Securities, PT Mandiri
Sekuritas, dan PT CIMB Niaga Securities hanya berada di peringkat 50 besar
perusahaan berdasarkan total frekuensi perdagangan.
Harga initial public offering PT Tunas Baru Lampung Tbk pada hari
pertama ditetapkan sebesar Rp 2.200 per lembar saham. Sedangkan jumlah saham
yang ditawarkan pada hari pertama tersebut mencapai 140,3 juta lembar saham
atau 41,24 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran
perdana saham tersebut merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Tunas Baru
Lampung Tbk dan ketiga penjamin emisinya. Harga initial public offering PT
Tunas Baru Lampung Tbk pada hari pertama initial public offering berhasil
ditutup naik ke Rp 2.400 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham
PT Tunas Baru Lampung Tbk diminati oleh investor. Hari pertama initial public
offering PT Tunas Baru Lampung Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar
9,09 persen.
65
Pada tahun 1997, PT Tunas Baru Lampung Tbk memiliki total aktiva
sebesar 441,8 milyar rupiah dan meningkat menjadi 623,8 milyar rupiah pada
tahun 1998. Pada tahun berikutnya di tahun 1999, total aktiva PT Tunas Baru
Lampung Tbk turun menjadi 620,4 milyar rupiah. Total aktiva yang meningkat
menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan dalam menjalankan bisnis.
Pada tahun 1997 tercatat perusahaan memiliki total kewajiban sebesar 362,8
milyar rupiah dan meningkat pada tahun 1998 menjadi 623,8 milyar rupiah. Hal
tersebut terjadi karena perusahaan meningkatnya jumlah utang perusahaan.
Jumlah kewajiban turun pada tahun 1999 menjadi 485,6 milyar rupiah. Hal
tersebut terjadi karena perusahaan mengurangi penggunaan utang dalam
menjalankan
bisnis
perusahaan.
Jumlah
ekuitas
perusahaan
mengalami
peningkatan sebelum initial public offering. Pada tahun 1997, total ekuitas PT
Tunas Baru Lampung Tbk tercatat sebesar 78,9 milyar rupiah dan meningkat pada
1998 menjadi
96,6 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 1999, total ekuitas
tersebut kembali meningkat menjadi 134,3 milyar rupiah. Total ekuitas yang
meningkat menunjukkan terjadi kenaikan laba perusahaan yang berasal dari bisnis
perusahaan.
Sebelum melakukan initial public offering, PT Tunas Baru Lampung Tbk
berhasil meningkatkan jumlah laba bersih selama tiga tahun berturut-turut. Pada
tahun 1997, PT Tunas Baru Lampung Tbk memperoleh laba bersih sebesar 15,9
milyar rupiah dan meningkat pada tahun 1998 menjadi 18 milyar rupiah. Laba
bersih PT Tunas Baru Lampung Tbk kembali meningkat pada tahun 1999 menjadi
37,7 milyar rupiah. Laba bersih yang terus meningkat menunjukan perusahaan
mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 17).
Tabel 17. Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999
Uraian
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
1999
620.442.000.000
485.650.000.000
134.350.000.000
37.730.000.000
Tahun
1998
623.805.000.000
526.738.000.000
96.620.000.000
18.073.000.000
1997
441.869.000.000
362.865.000.000
78.997.000.000
15.940.000.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk seperti Debt to
Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 1997
bernilai 459,34 dan 82,12 persen. Nilai DER sebesar 459,34 persen menunjukkan
66
bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 459,34 dan nilai
DAR 82,12 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar
82,12 persen. Pada tahun 1998, DER PT Tunas Baru Lampung Tbk naik menjadi
545,16 persen dan turun pada tahun 1999 menjadi 361,48 persen. Nilai DAR PT
Tunas Baru Lampung Tbk pada tahun 1998 juga naik menjadi 84,44 persen. Hal
tersebut menunjukkan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang naik pada tahun
tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang turun pada tahun 1999 dimana nilai
DAR turun menjadi 78,27 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan
perusahaan juga dapat diketahui dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang
terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Tunas
Baru Lampung Tbk pada tahun 1997 bernilai 3,61 persen. ROA sebesar 3,61
persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan sebesar 3,61 persen
dari total aktiva. Pada tahun 1998 nilai ROA PT Tunas Baru Lampung Tbk turun
menjadi 2,90 persen dan kembali naik pada tahun 1999 menjadi 6,08 persen. ROA
yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh
perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan asset. ROE PT Tunas Baru Lampung Tbk pada tahun 1997 bernilai
20,18 persen. ROE sebesar 20,18 persen menunjukan bahwa tingkat return yang
diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 20,18 persen.
Pada tahun 1998 ROE PT Tunas Baru Lampung Tbk bernilai 18,71 persen dan
pada tahun 1999 nilai ROE tersebut naik menjadi 28,08 persen. Nilai ROE yang
tinggi menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi
dan kenaikan ROE juga akan menyebabkan naiknya harga saham perusahaan
(Tabel 18).
Tabel 18. Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999
Uraian
DAR (%)
DER (%)
ROA (%)
ROE (%)
1999
78,27
361,48
6,08
28,08
Tahun
1998
84,44
545,16
2,90
18,71
1997
82,12
459,34
3,61
20,18
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering yang dilakukan PT Tunas Baru Lampung Tbk
memperoleh initial return sebesar 9,09 persen. Initial return tersebut dipengaruhi
oleh total aktiva yang besar, nilai ROE yang tinggi, persentase saham yang
67
ditawarkan perusahaan sangat besar dan umur perusahaan yang sudah tua. Initial
return PT Tunas Baru Lampung Tbk tidak dipengaruhi oleh penggunaan penjamin
emisi yang tidak memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia, nilai ROA yang
rendah, dan nilai DAR serta DER yang tinggi.
6.2.7 PT Central Proteinaprima Tbk
PT Central Proteinaprima Tbk merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang produksi dan pengolahan udang. Perusahaan tersebut menghasilkan
udang beku, pakan udang, benur dan probiotik. PT Central Proteinaprima Tbk
berdiri sejak tahun 1980 dan mencatatkan namanya di bursa efek pada 28
November 2006. PT Central Proteinaprima Tbk menunjuk sebuah penjamin emisi
untuk membantu dalam initial public offering. Perusahaan penjamin emisi
tersebut adalah PT Danatama Makmur. Perusahaan penjamin emisi tersebut tidak
masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi teraktif berdasarkan total
frekuensi perdagangan. PT Danatama Makmur berada di luar peringkat 50 besar
perusahaan berdasarkan total frekuensi perdagangan.
Harga initial public offering PT Central Proteinaprima Tbk pada hari
pertama ditawarkan sebesar Rp 110 per lembar saham. Sedangkan jumlah saham
yang ditawarkan pada hari pertama tersebut mencapai 3 milyar lembar saham atau
16,38 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana
saham tersebut merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Central Proteinaprima
Tbk dan PT Danatama Makmur. Harga initial public offering PT Central
Proteinaprima Tbk pada hari pertama initial public offering berhasil ditutup naik
menjadi Rp 185 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT
Central Proteinaprima Tbk diminati oleh investor. Pada hari pertama initial public
offering PT Central Proteinaprima Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar
68,18 persen.
Pada tahun 2003, PT Central Proteinaprima Tbk memiliki total aktiva
sebesar 2,09 triliun rupiah dan meningkat menjadi 2,2 triliun rupiah pada tahun
2004. Pada tahun berikutnya di tahun 2005, total aktiva PT Central Proteinaprima
Tbk kembali meningkat menjadi 2,4 triliun rupiah. Peningkatan total aktiva
tersebut menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan dalam menjalankan
bisnis sebelum melakukan initial public offering. Pada tahun 2003 tercatat PT
68
Central Proteinaprima Tbk memiliki total kewajiban berjumlah 1,7 triliun rupiah
dan meningkat pada tahun 2004 menjadi 1,8 triliun rupiah. Total kewajiban
tersebut turun pada tahun 2005 menjadi 1,3 triliun rupiah. Total kewajiban yang
turun menunjukkan bahwa perusahaan mengurangi pinjaman dari pihak luar
dalam menjalankan usaha. Pada tahun 2003, total ekuitas PT Central
Proteinaprima Tbk tercatat sebesar 294,9 milyar rupiah dan meningkat pada tahun
2004 menjadi 422,7 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2005, total ekuitas
tersebut kembali meningkat menjadi 1,1 triliun rupiah. Total ekuitas yang
meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha
perusahaan.
Sebelum melakukan initial public offering, laba bersih PT Central
Proteinaprima Tbk mengalami kenaikan selama tiga tahun berturut-turut. Pada
tahun 2003, PT Central Proteinaprima Tbk memperoleh laba bersih sebesar 58,1
milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2004 menjadi 112,9 milyar rupiah. Laba
bersih PT Central Proteinaprima Tbk
kembali meningkat pada tahun 2005
menjadi 201,1 milyar rupiah. Laba bersih yang terus meningkat menunjukan
perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha
(Tabel 19).
Tabel 19. Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005
Uraian
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
2005
2.498.007.000.000
1.336.070.000.000
1.154.605.000.000
201.148.000.000
Tahun
2004
2.268.694.000.000
1.828.985.000.000
422.736.000.000
122.904.000.000
2003
2.098.944.000.000
1.787.003.000.000
294.979.000.000
58.198.000.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to
Total Assets Ratio (DAR) PT Central Proteinaprima Tbk pada tahun 2003 sebesar
605,81 dan 85,14 persen. Nilai DER sebesar 605,81 persen menunjukkan bahwa
perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 605,81 dan nilai DAR
85,14 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 84,14
persen. Pada tahun 2004, DER PT Central Proteinaprima Tbk turun menjadi
432,65 persen dan kembali turun pada tahun 2005 menjadi 115,72 persen. Nilai
DAR PT Central Proteinaprima Tbk pada tahun 2004 juga mengalami penurunan
menjadi 80,62 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktiva yang dibiayai oleh
69
utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali turun
pada tahun 2005 dimana nilai DAR turun menjadi 53,49 persen. Selain rasio
solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat diketahui dengan
menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan
Return on Equity (ROE). ROA PT Central Proteinaprima Tbk pada tahun 2003
bernilai 2,77 persen. ROA sebesar 2,77 persen berarti bahwa laba bersih yag
diperoleh perusahaan adalah sebesar 2,77 persen dari total aktiva. Pada tahun
2004 nilai ROA PT Central Proteinaprima Tbk meningkat menjadi 5,42 persen
dan kembali naik pada tahun 2005 menjadi 8,05 persen. ROA yang meningkat
menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan
semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT
Central Proteinaprima Tbk pada tahun 2003 bernilai 19,73 persen. ROE sebesar
19,73 persen tersebut menunjukkan bahwa tingkat return yang diperoleh
perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 19,73 persen. Pada
tahun 2004 ROE PT Central Proteinaprima Tbk bernilai 29,07 persen dan pada
tahun 2005 nilai ROE tersebut turun menjadi 17,42 persen. Nilai ROE yang turun
mengakibatkan harga saham turun dan dividen yang akan diterima investor juga
turun (Tabel 20).
Tabel 20. Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005
Tahun
Uraian
2005
2004
2003
DAR (%)
53,49
80,62
85,14
DER (%)
115,72
432,65
605,81
ROA (%)
8,05
5,42
2,77
ROE (%)
17,42
29,07
19,73
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering PT Central Proteinaprima Tbk memperoleh initial
return sebesar 68,18 persen. Initial return perusahaan tersebut tidak dipengaruhi
oleh penggunaan jasa penjamin emisi yang tidak memiliki reputasi di Bursa Efek
Indonesia, ROA yang rendah, DAR yang tinggi, DER yang tinggi, persentase
saham yang ditawarkan ke publik kecil. Initial return PT Central Proteinaprima
Tbk dipengaruhi oleh total aktiva yang tinggi, ROE yang tinggi, dan umur
perusahaan yang sudah tua.
70
6.2.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang usaha budidaya udang. PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
berdiri pada 12 Januari 1988 dan mencatatkan namanya di bursa efek pada 4 April
2002. PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk menunjuk PT Usaha Bersama
Sekuritas untuk membantu perusahaan dalam melakukan initial public offering.
PT Usaha Bersama Sekuritas tidak masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin
emisi teraktif berdasarkan frekuensi perdagangan. PT Usaha Bersama Sekuritas
berada di peringkat 17 besar perusahaan berdasarkan total frekuensi perdagangan.
Total transaksi yang dilakukan perusahaan tersebut sebanyak 81.304 kali.
Harga initial public offering PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada
hari pertama sebesar Rp 300 per lembar saham. Sedangkan jumlah saham yang
ditawarkan perusahaan tersebut sebesar 135,4 juta lembar saham atau 33 persen
dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut
merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
dan perusahaan penjamin emisi. Harga initial public offering PT Anugerah
Tambak Perkasindo Tbk pada hari pertama initial public offering berada pada
harga Rp 365 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT
Anugerah Tambak Perkasindo Tbk diminati oleh investor. Initial return yang
diperoleh PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada penawaran hari pertama
tersebut sebesar 21,67 persen.
Pada tahun 1999, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk memiliki total
aktiva sebesar 59,1 milyar rupiah dan turun menjadi 58,3 milyar rupiah pada
tahun 2000. Pada tahun berikutnya di tahun 2001, total aktiva PT Anugerah
Tambak Perkasindo Tbk kembali naik menjadi 63,7 milyar rupiah. Peningkatan
total aktiva tersebut menunjukan perusahaan mengalami perkembangan dalam
menjalankan bisnisnya sebelum melakukan initial public offering. Pada tahun
1999 tercatat PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk memiliki total kewajiban
sebesar 60,4 milyar rupiah dan turun pada tahun 2000 menjadi 2,8 milyar rupiah.
Hal tersebut terjadi karena perusahaan mengurangi penggunaan utang dalam
menjalankan bisnisnya. Total kewajiban kembali meningkat pada tahun 2001
menjadi 7,2 milyar rupiah. Hal tersebut terjadi karena perusahaan kembali
71
meningkatkan jumlah pinjaman yang berasal dari pihak luar. Pada tahun 1999,
total ekuitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk tercatat sebesar -1,2 milyar
rupiah dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 55,4 milyar rupiah. Kemudian
pada tahun 2001, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 56,4 milyar
rupiah. Total ekuitas yang terus meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba
perusahaan yang berasal dari usaha perusahaan.
Pada tahun 1999, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk memperoleh laba
bersih sebesar 52,2 juta rupiah dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 2,7 milyar
rupiah. Laba bersih PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk turun pada tahun 2001
menjadi 994,8 juta rupiah. Laba bersih yang turun tersebut menunjukan
perusahaan mengalami penurunan pendapatan dan kenaikan beban usaha (Tabel
21).
Tabel 21. Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 19992001
Uraian
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
2001
63.759.320.000
7.269.564.000
56.489.756.000
994.812.000
Tahun
2000
58.323.497.000
2.828.553.000
55.494.944.000
2.749.400.000
1999
59.152.772.000
60.407.227.000
-1.254.455.000
52.256.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to
Total Assets Ratio (DAR) PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada tahun 1999
bernilai -4815,42 dan 102,12 persen. Nilai DER sebesar -4815,42 persen
menunjukkan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 4815,42 dan nilai DAR 102,12 persen menunjukkan bahwa total aktiva yang
dibiayai utang sebesar 102,12 persen. Pada tahun 2000, DER PT Anugerah
Tambak Perkasindo Tbk naik menjadi 5,1 persen dan meningkat pada tahun 2001
menjadi 12,87 persen. Nilai DAR PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada
tahun 1999 mengalami penurunan menjadi 4,85 persen. Hal tersebut menunjukkan
bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva
yang dibiayai utang kembali naik pada tahun 2001 dimana nilai DAR naik
menjadi 11,4 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga
dapat diketahui dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Anugerah Tambak
72
Perkasindo Tbk pada tahun 1999 bernilai 0,09 persen. ROA sebesar 0,09 persen
berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 0,09 persen
dari total aktiva. Pada tahun 2000 nilai ROA PT Anugerah Tambak Perkasindo
Tbk meningkat menjadi 4,71 persen dan turun pada tahun 2001 menjadi 1,56
persen. ROA yang turun menunjukan turunnya tingkat keuntungan yang dicapai
oleh perusahaan. ROE PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada tahun 1999
bernilai -4,17 persen. ROE sebesar -4,17 persen tersebut menunjukan bahwa
tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah
sebesar -4,17 persen. Pada tahun 2000 ROE PT Anugerah Tambak Perkasindo
Tbk bernilai 4,95 persen dan pada tahun 2001 nilai ROE tersebut turun menjadi
1,76 persen. Nilai ROE yang turun menunjukkan harga saham turun dan dividen
yang akan diterima investor juga akan turun (Tabel 22).
Tabel 22 Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 19992001
Uraian
DAR (%)
DER (%)
ROA (%)
ROE (%)
Tahun
2000
2001
11,40
12,87
1,56
1,76
1999
4,85
5,10
4,71
4,95
102,12
-4815,42
0,09
-4,17
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk berhasil
memperoleh initial return sebesar 21,67 persen. Initial return perusahaan tersebut
tidak dipengaruhi oleh penggunaan jasa penjamin emisi yang tidak memiliki
reputasi di Bursa Efek Indonesia, total aktiva yang rendah, ROA dan ROE yang
rendah, DAR dan DER yang tinggi. Initial return PT Anugerah Tambak
Perkasindo Tbk dipengaruhi oleh persentase saham yang ditawarkan ke publik
besar dan umur perusahaan yang sudah tua.
6.2.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang perikanan, termasuk penangkapan, pengolahan, penjualan dan
bisnis lain yang terkait dengan industri perikanan. PT Dharma Samudera Fishing
Industries Tbk berdiri pada 2 Oktober 1973 dan mencatatkan namanya di bursa
efek pada 24 Maret 2000. PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk menunjuk
PT Trimegah Securities Tbk untuk membantu perusahaan dalam melakukan initial
73
public offering. PT Trimegah Securities Tbk termasuk ke dalam 10 besar
perusahaan penjamin emisi teraktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT
Trimegah Securities Tbk berada di peringkat pertama perusahaan yang aktif
berdasarkan total frekuensi perdagangan dengan total frekuensi perdagangan
433.765 kali.
Harga initial public offering PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
pada hari pertama sebesar Rp 900 per lembar saham. Total saham yang
ditawarkan perusahaan tersebut sebesar 50 juta lembar saham atau 28,57 persen
dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut
merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Dharma Samudera Fishing Industries
Tbk dan perusahaan penjamin emisi. Harga initial public offering PT Dharma
Samudera Fishing Industries Tbk pada hari pertama initial public offering ditutup
pada harga Rp 1.150 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk diminati oleh banyak investor. Initial
return yang diperoleh PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk pada
penawaran hari pertama tersebut sebesar 27,78 persen.
Pada tahun 1997, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk memiliki
total aktiva berjumlah 78,8 milyar rupiah dan meningkat menjadi 85,4 milyar
rupiah pada tahun 1998. Pada tahun berikutnya di tahun 1999, total aktiva PT
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk kembali meningkat menjadi 103,9
milyar rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukan perusahaan
mengalami perkembangan yang berdampak dengan meningkatnya jumlah asset
perusahaan sebelum melakukan initial public offering. Pada tahun 1997 tercatat
perusahaan memiliki total kewajiban sebesar 61,5 milyar rupiah dan turun pada
tahun 1998 menjadi 53,3 milyar rupiah. Jumlah kewajiban tersebut meningkat
pada tahun 1999 menjadi 69,9 milyar rupiah. Total kewajiban yang meningkat
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang meningkat pada pihak luar.
Pada tahun 1997, total ekuitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
tercatat sebesar 15,3 milyar rupiah dan meningkat pada 1998 menjadi 32,06
milyar rupiah. Kemudian pada tahun 1999, total ekuitas perusahaan tersebut
kembali meningkat menjadi 33,9 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat
74
dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha
perusahaan.
Pada tahun 1997, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
memperoleh laba bersih sebesar 4,5 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 1998
menjadi 12,9 milyar rupiah. Laba bersih PT Dharma Samudera Fishing Industries
Tbk turun pada tahun 1999 menjadi 1,9 milyar rupiah. Laba bersih yang turun
menunjukan perusahaan memiliki pendapatan yang kecil dan beban usaha yang
tinggi (Tabel 23).
Tabel 23. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun
1997-1999
Tahun
Uraian
1999
1998
1997
Total Aktiva (Rp)
103.960.000.000
85.443.000.000 76.851.000.000
Total Kewajiban (Rp)
69.962.000.000
53.381.000.000 61.541.000.000
Total Ekuitas (Rp)
33.998.000.000
32.062.000.000 15.310.000.000
Laba Bersih (Rp)
1.936.000.000
12.901.000.000
4.542.000.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada
tahun 1997 sebesar 401,97 dan 80,08 persen. Nilai DER sebesar 401,97 persen
menunjukkan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah
401,97 dan nilai DAR 80,08 persen menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang
dibiayai utang sebesar 80,08 persen. Pada tahun 1998, DER PT Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk turun menjadi 166,49 persen dan naik pada tahun 1999
menjadi 205,78 persen. Nilai DAR PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
pada tahun 1998 mengalami penurunan menjadi 62,48 persen. Hal tersebut
menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut.
Total aktiva yang dibiayai utang kembali naik pada tahun 1999 dimana nilai DAR
naik menjadi 67,30 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan
juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk pada tahun 1997 bernilai 5,91 persen. ROA sebesar 5,91
persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 5,91
persen dari total aktiva. Pada tahun 1998 nilai ROA PT Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk meningkat menjadi 15,10 persen dan turun pada tahun
75
1999 menjadi 1,86 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi
perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk pada tahun 1997 bernilai 29,67 persen. ROE sebesar 29,67
persen tersebut menunjukan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas
modal yang diinvestasikan adalah sebesar 29,67 persen. Pada tahun 1998 ROE PT
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk bernilai 40,24 persen dan pada tahun
1999 nilai ROE tersebut turun menjadi 5,69 persen. Nilai ROE yang tinggi
menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi dan
kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham (Tabel 24).
Tabel 24. Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun
1997-1999
Uraian
Tahun
1998
1999
DAR (%)
DER (%)
ROA (%)
ROE (%)
67,30
205,78
1,86
5,69
62,48
166,49
15,10
40,24
1997
80,08
401,97
5,91
29,67
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
memperoleh initial return 28 persen. Initial return perusahaan tersebut
dipengaruhi oleh penggunaan penjamin emisi yang memiliki reputasi, total aktiva
yang tinggi, umur perusahaan yang sudah tua dan persentase saham yang
ditawarkan perusahaan besar. Initial return PT Dharma Samudera Fishing
Industries Tbk tidak dipengaruhi oleh nilai DAR yang tinggi, DER yang tinggi,
ROA yang rendah dan ROE yang rendah.
6.2.10 PT FKS Multi Agro Tbk
PT FKS Multi Agro Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
perikanan industri, makan protein hewani, dan makan minyak biji. PT FKS Multi
Agro Tbk berdiri pada 27 Juni 1992 dan mencatatkan namanya di bursa efek pada
18 Januari 2002. PT FKS Multi Agro Tbk menunjuk PT Bhakti Capital Indonesia
Tbk untuk membantu perusahaan dalam initial public offering. PT Bhakti Capital
Indonesia Tbk masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi teraktif
berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT Bhakti Capital Indonesia Tbk berada
di peringkat 9 perusahaan yang aktif berdasarkan total frekuensi perdagangan.
76
Frekuensi perdagang yang dilakukan PT Bhakti Capital Indonesia Tbk sebanyak
132.818 kali.
Harga initial public offering PT FKS Multi Agro Tbk pada hari pertama
sebesar Rp 125 per lembar saham. Total saham yang ditawarkan perusahaan
sebesar 80 juta lembar saham atau 16,67 persen dari total saham perusahaan.
Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil dari
kesepakatan antara PT FKS Multi Agro Tbk dan perusahaan penjamin emisi.
Harga initial public offering PT FKS Multi Agro Tbk pada penutupan hari
pertama initial public offering berada pada harga Rp 160 per lembar saham.
Kenaikan tersebut menunjukan saham PT FKS Multi Agro Tbk diminati oleh
investor sehingga harga saham mengalami kenaikan. Initial return yang diperoleh
PT FKS Multi Agro Tbk pada penawaran hari pertama tersebut sebesar 28 persen.
Pada tahun 1999, PT FKS Multi Agro Tbk memiliki total aktiva sebesar
12,4 milyar rupiah dan meningkat menjadi 43,1 milyar rupiah pada tahun 2000.
Pada tahun berikutnya di tahun 2001, total aktiva PT FKS Multi Agro Tbk turun
menjadi 42,1 milyar rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukan
perusahaan mengalami perkembangan dalam menjalankan bisnis sehingga dapat
meningkatkan jumlah asset sebelum perusahaan tersebut initial public offering.
Pada tahun 1999 tercatat perusahaan memiliki total kewajiban sebesar 3,04 milyar
rupiah dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 15,2 milyar rupiah. Jumlah
kewajiban turun pada tahun 2001 menjadi 1,3 milyar rupiah. Total kewajiban
yang turun menunjukan bahwa perusahaan mengurangi jumlah utang perusahaan
yang berasal dari pihak luar. Pada tahun 1999, total ekuitas PT FKS Multi Agro
Tbk tercatat sebesar 9,4 milyar rupiah dan meningkat pada 2000 menjadi 27,9
milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2001, total ekuitas tersebut kembali
meningkat menjadi 40,7 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat dipengaruhi
oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha perusahaan. Sebelum
melakukan initial public offering, PT FKS Multi Agro Tbk berhasil meningkatkan
jumlah laba bersih selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 1999, PT FKS
Multi Agro Tbk memperoleh laba bersih sebesar 101,7 juta rupiah dan meningkat
pada tahun 2000 menjadi 430,04 juta rupiah. Laba bersih PT FKS Multi Agro Tbk
kembali meningkat pada tahun 2001 menjadi 884,2 juta rupiah. Laba bersih yang
77
meningkat menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan
mengurangi beban usaha (Tabel 25).
Tabel 25. Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001
Uraian
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
2001
42.101.970.000
1.381.280.000
40.720.690.000
884.260.000
Tahun
2000
43.150.710.000
15.214.270.000
27.936.440.000
430.040.000
1999
12.455.840.000
3.049.440.000
9.406.400.000
101.740.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas PT FKS Multi Agro Tbk seperti Debt to Equity
Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 1999 sebesar
32,42 dan 24,48 persen. Nilai DER sebesar 32,42 persen menunjukkan bahwa
perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 32,42 dan nilai DAR
24,48 persen menunjukkan bahwa total aktiva yang dibiayai utang sebesar 24,48
persen. Pada tahun 2000, DER PT FKS Multi Agro Tbk naik menjadi 54,46
persen dan turun pada tahun 2001 menjadi 3,39 persen. Nilai DAR PT FKS Multi
Agro Tbk pada tahun 2000 mengalami kenaikan menjadi 35,26 persen. Hal
tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang naik pada tahun
tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang turun pada tahun 2001 dimana nilai
DAR turun menjadi 3,39 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan
perusahaan juga dapat diketahui dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang
terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT FKS
Multi Agro Tbk pada tahun 1999 bernilai 0,82 persen. ROA sebesar 0,82 persen
berarti laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 0,82 persen dari total
aktiva. Pada tahun 2000 nilai ROA PT FKS Multi Agro Tbk meningkat menjadi
1,00 persen dan kembali naik pada tahun 2001 menjadi 2,1 persen. ROA yang
meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan
dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
ROE PT FKS Multi Agro Tbk pada tahun 1999 bernilai 1,08 persen. ROE sebesar
1,08 persen tersebut menunjukkan bahwa tingkat return yang diperoleh
perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 1,08 persen. Pada tahun
2000 ROE PT FKS Multi Agro Tbk bernilai 1,54 persen dan pada tahun 2001
nilai ROE tersebut naik kembali menjadi 2,17 persen. Nilai ROE yang naik
78
menunjukkan para pemegang saham akan memperoleh kenaikan dividen yang
diakibatkan oleh naiknya harga saham perusahaan (Tabel 26).
Tabel 26. Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001
Uraian
DAR (%)
DER (%)
ROA (%)
ROE (%)
Tahun
2000
2001
3,28
3,39
2,10
2,17
1999
35,26
54,46
1,00
1,54
24,48
32,42
0,82
1,08
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering PT FKS Multi Agro Tbk berhasil memperoleh initial
return sebesar 28 persen. Initial return tersebut dipengaruhi oleh penggunaan jasa
penjamin emisi yang memiliki reputasi, umur perusahaan yang sudah tua, dan
nilai DAR serta DER yang rendah. Initial return PT FKS Multi Agro Tbk tidak
dipengaruhi oleh total aktiva yang rendah, ROA dan ROE yang rendah, serta
persentase jumlah saham yang ditawarkan ke publik yang sedikit.
6.2.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk
PT Wahana Phonix Mandiri Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang usaha penyediaan produk-produk pertanian dan maritim, perdagangan
umum dan industri transportasi. PT Wahana Phonix Mandiri Tbk berdiri pada 7
Agustus 1993 dan mencatatkan namanya di bursa efek pada 22 Juni 2001. PT
Wahana Phonix Mandiri Tbk menunjuk PT Pridana Futura Centra Investama
untuk membantu perusahaan dalam initial public offering. PT Pridana Futura
Centra Investama tidak termasuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi
teraktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT Pridana Futura Centra
Investama berada di luar peringkat 50 besar perusahaan yang aktif berdasarkan
total frekuensi perdagangan.
Harga initial public offering PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada hari
pertama sebesar Rp 175 per lembar saham. Total saham yang ditawarkan
perusahaan sebesar 200 juta lembar saham atau 38,46 persen dari total saham
perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil
dari kesepakatan antara PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dan perusahaan
penjamin emisi. Harga initial public offering PT Wahana Phonix Mandiri Tbk
pada penutupan hari pertama initial public offering berada pada harga Rp 505 per
lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT Wahana Phonix Mandiri
79
Tbk banyak diminati oleh investor. Initial return yang diperoleh PT Wahana
Phonix Mandiri Tbk pada penawaran hari pertama tersebut sebesar 188,5 persen.
Pada tahun 1998, PT Wahana Phonix Mandiri Tbk memiliki total aktiva
sebesar 7,8 milyar rupiah dan meningkat menjadi 13,5 milyar rupiah pada tahun
1999. Pada tahun berikutnya di tahun 2000, total aktiva PT Wahana Phonix
Mandiri Tbk kembali meningkat menjadi 61,1 milyar rupiah. Peningkatan total
aktiva tersebut menunjukan perusahaan mengalai perkembangan dalam bisnis
sehingga dapat meningkatkan jumlah asset perusahaan sebelum melakukan initial
public offering. Pada tahun 1998 tercatat perusahaan memiliki total kewajiban
sebesar 7,1 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 1999 menjadi 11,7 milyar
rupiah. Total kewajiban tersebut kembali meningkat pada tahun 2000 menjadi
37,9 milyar rupiah. Total kewajiban yang meningkat menunjukkan bahwa
perusahaan meningkatkan jumlah utang dalam menjalankan bisnisnya. Pada tahun
1998, total ekuitas PT Wahana Phonix Mandiri Tbk tercatat sebesar 733 juta
rupiah dan meningkat pada 1999 menjadi 1,78 milyar rupiah. Kemudian pada
tahun 2000, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 37,9 milyar rupiah.
Total ekuitas yang meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang
berasal dari usaha perusahaan.. Sebelum initial public offering, PT Wahana
Phonix Mandiri Tbk berhasil meningkatkan jumlah laba bersih selama tiga tahun
berturut-turut. Pada tahun 1998, PT Wahana Phonix Mandiri Tbk memperoleh
laba bersih sebesar 331 juta rupiah dan meningkat pada tahun 1999 menjadi 1,05
milyar rupiah. Laba bersih PT Wahana Phonix Mandiri Tbk kembali meningkat
pada tahun 2000 menjadi 4,2 milyar rupiah. Laba bersih yang terus meningkat
menunjukkan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi
beban usaha (Tabel 27).
Tabel 27. Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 1998-2000
Uraian
Total Aktiva (Rp)
Total Kewajiban (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
Laba Bersih (Rp)
2000
61.148.000.000
22.994.000.000
37.933.000.000
4.298.000.000
Tahun
1999
13.537.000.000
11.752.000.000
1.785.000.000
1.051.000.000
1998
7.899.000.000
7.166.000.000
733.000.000
331.000.000
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Nilai rasio solvabilitas seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to
Total Assets Ratio (DAR) PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada tahun 1998
80
tercatat sebesar 977,63 dan 90,72 persen. Nilai DER sebesar 977,63 persen
menunjukan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah
977,63 dan nilai DAR 90,72 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang
dibiayai utang sebesar 90,72 persen. Pada tahun 1999, DER PT Wahana Phonix
Mandiri Tbk turun menjadi 658,38 persen dan kembali turun pada tahun 2000
menjadi 60,62 persen. Nilai DAR PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada tahun
1999 juga mengalami penurunan menjadi 86,81 persen. Hal tersebut menunjukan
bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva
yang dibiayai utang kembali turun pada tahun 2000 dimana nilai DAR turun
menjadi 37,6 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga
dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Wahana Phonix
Mandiri Tbk pada tahun 1998 bernilai 4,19 persen. ROA sebesar 4,19 persen
berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 4,19 persen
dari total aktiva. Pada tahun 1999 nilai ROA PT Wahana Phonix Mandiri Tbk
meningkat menjadi 7,76 persen dan kembali turun pada tahun 2000 menjadi 7,03
persen. ROA yang turun menunjukan turunnya tingkat keuntungan yang dicapai
oleh perusahaan. ROE PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada tahun 1998 bernilai
45,16 persen. ROE sebesar 45,16 persen tersebut menunjukan bahwa tingkat
return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan sebesar 45,16
persen. Pada tahun 1999 ROE PT Wahana Phonix Mandiri Tbk bernilai 58,88
persen dan pada tahun 2000 nilai ROE tersebut turun menjadi 11,33 persen. Nilai
ROE yang tinggi menunjukkan para pemegang saham akan memperoleh dividen
yang tinggi dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham (Tabel 28).
Tabel 28. Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 1998-2000
Uraian
DAR (%)
DER (%)
ROA (%)
ROE (%)
2000
37,60
60,62
7,03
11,33
Tahun
1999
86,81
658,38
7,76
58,88
1998
90,72
977,63
4,19
45,16
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Initial public offering PT Wahana Phonix Mandiri Tbk berhasil
memperoleh initial return sebesar 189 persen. Initial return perusahaan tersebut
tidak dipengaruhi oleh penggunaan jasa penjamin emisi yang tidak memiliki
81
reputasi di Bursa Efek Indonesia, total aktiva yang rendah, umur perusahaan yang
masih muda, nilai DAR dan DER yang tinggi, nilai ROA dan ROE yang rendah.
Initial return PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dipengaruhi oleh persentase saham
yang ditawarkan ke publik besar.
6.3 Kinerja Initial Public Offering Sektor Agribisnis
Sebelas perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering di
Bursa Efek Indonesia periode 2000 hingga 2008, terdapat satu perusahaan yang
memiliki nilai initial return lebih dari seratus persen, yaitu PT Wahana Phonix
Mandiri Tbk. Perusahaan tersebut memiliki nilai initial return 189 persen. Nilai
initial return yang tinggi menunjukkan harga saham perusahaan agribisnis
tersebut pada saat perdagangan mengalami peningkatan yang cukup tinggi jika
dibandingkan dengan harga initial public offering. Initial return yang tinggi
memperlihakan bahwa perusahaan berhasil dalam melakukan initial public
offering pada hari pertama dengan memperoleh keuntungan yang besar. Hal yang
sebaliknya terjadi pada PT Sampoerna Agro Tbk dan PT Tunas Baru Lampung
Tbk, kedua perusahaan tersebut hanya memperoleh initial return sebesar 8 dan 9
persen.
Sebelum melakukan initial public offering, perusahaan agribisnis terlebih
dahulu akan menunjuk sebuah perusahaan penjamin emisi (underwriter) untuk
membantu perusahaan dalam menawarkan saham perdananya ke publik.
Perusahaan agribisnis yang akan initial public offering dapat menunjuk secara
bebas underwriter sesuai dengan kriteria yang diterapkan perusahaan tersebut.
Underwriter yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki reputasi yang
berbeda. Reputasi underwriter dapat dinilai dari peringkat berdasarkan jumlah
nilai perdagangan dan jumlah frekuensi perdagangan yang dilakukan. Pada
penelitian ini, underwriter yang memiliki reputasi yang baik yaitu underwriter
yang masuk kedalam sepuluh besar underwriter paling aktif berdasarkan total
frekuensi perdagangan. Terdapat empat perusahaan menggunakan jasa penjamin
emisi yang memiliki reputasi baik dan tidak ada perusahaan yang memiliki nilai
initial return yang tinggi. Perusahaan yang tidak menggunakan jasa penjamin
emisi yang beputasi berjumlah tujuh perusahaan dan terdapat empat perusahaan
yang memiliki initial return tinggi. Perusahaan tersebut diantaranya seperti PT
82
Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Wahana Phonix Mandiri Tbk, PT Bisi
International Tbk, dan PT Central Proteinaprima Tbk.
Perusahaan agribisnis yang initial public offering pada 2000 hingga 2008
rata-rata telah berdiri sejak lama. Terdapat tujuh perusahaan yang telah berumur
sama atau lebih dari sepuluh tahun ketika melakukan initial public offering.
Perusahaan tersebut diantaranya PT Bisi International Tbk, PT Sampoerna Agro
Tbk, Tunas Baru Lampung Tbk, PT Central Proteinaprima Tbk, PT Anugerah
Tambak Perkasindo Tbk, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, dan PT
FKS Multi Agro Tbk. Sedangkan terdapat empat perusahaan yang berumur di
bawah sepuluh tahun ketika melakukan initial public offering. Perusahaan tersebut
diantaranyaPT Malindo Feedmill Tbk, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT
Gozco Plantations Tbk, dan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Perusahaan yang
berumur di atas sepuluh tahun yang memiliki initial return tinggi berjumlah dua
perusahaan dan perusahaan yang berumur di bawah sepuluh tahun berjumlah dua
perusahaan. Namun, perusahaan yang memiliki initial return paling tinggi berasal
dari perusahaan yang berumur di bawah sepuluh tahun. Perusahaan tersebut
adalah PT Wahana Phonix Mandiri Tbk.
Ukuran perusahaan yang initial public offering pada 2000 hingga 2008
diukur berdasarkan total aktivanya. PT Central Proteinaprima Tbk merupakan
perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang paling besar dari sebelas
perusahaan yang ada. Total aktiva perusahaan tersebut pada saat melakukan initial
public offering tercatat sebesar 2,4 triliun rupiah. Total aktiva yang tinggi
menunjukan perusahaan tersebut mampu menghasilkan total penjualan yang
sangat tinggi. Perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang paling kecil
yaitu PT FKS Multi Agro Tbk dengan total aktiva perusahaan sebesar 42,1 milyar
rupiah. Perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar memperoleh initial return
lebih tinggi daripada perusahaan yang memiliki ukuran lebih kecil.
Setiap perusahaan membutuhkan dana dari sumber lain seperti pinjaman
dari pihak lain untuk membiayai operasional perusahaan. Debt to Total Assets
Ratio (DAR) merupakan perbandingan antara total utang terhadap jumlah aktiva
perusahaan. Semakin tinggi DAR maka besar resiko keuangan yang dihadapi
perusahaan. Perusahaan yang memiliki DAR tertinggi adalah PT Tunas Baru
83
Lampung dengan nilai initial return 9 persen sedangkan perusahaan yang
memiliki DAR terendah adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dengan initial
return 68 persen. Debt To Equity Ratio (DER) menggambarkan struktur modal
yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu perbandingan antara utang terhadap modal
sendiri. Semakin kecil DER maka struktur modal perusahaan semakin baik.
Perusahaan yang memiliki DER tertinggi adalah PT Tunas Baru Lampung dengan
nilai initial return 9 persen sedangkan perusahaan yang memiliki DAR terendah
adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dengan initial return 68 persen.
Dari 11 perusahaan agribisnis yang diteliti, terdapat satu perusahaan yang
memiliki nilai Return on Assets (ROA) paling tinggi. Perusahaan yang memiliki
ROA tertinggi yaitu PT Sampoerna Agro Tbk dan perusahaan yang memiliki
ROA terendah yaitu PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Nilai ROA yang tinggi
menunjukan tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tinggi dan semakin
baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Perusahaan
dengan ROA tertinggi tersebut memiliki nilai initial return sebesar 9 persen
sedangkan perusahaan dengan ROA terendah memiliki initial return sebesar 68
persen.
Return on Equity (ROE) bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar
kemampuan pendapatan bersih perusahaan yang dapat diperoleh para pemegang
saham atas modal yang disetor. ROE yang tinggi akan memberikan keuntungan
kepada pemegang saham. Terdapat empat perusahaan yang memiliki ROE tinggi
diantaranya PT Malindo Feedmill Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, PT Bisi
International Tbk, dan PT Sampoerna Agro Tbk. Sedangkan perusahaan yang
memiliki ROE paling rendah yaitu PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Pada
perusahaan dengan ROE tinggi hanya terdapat satu perusahaan yang memiliki
nilai initial return yang tinggi sedangkan perusahaan dengan ROE rendah
memiliki initial return yang tinggi.
Jumlah saham yang dilepaskan perusahaan agribisnis pada saat initial
public offering beragam sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perusahaan
agribisnis yang paling besar menawarkan saham perusahaannya adalah PT Tunas
Baru Lampung Tbk. Perusahaan tersebut menawarkan 41,24 persen saham
perusahaan ke publik. Meskipun jumlah saham yang ditawarkan besar tapi initial
84
return perusahaan agribisnis tersebut kecil. Perusahaan agribisnis yang
menawarkan saham perusahaan paling sedikit yaitu PT Bumi Teknokultura
Unggul Tbk. Perusahaan tersebut hanya menawarkan saham sebesar 13,04 persen
dari total saham perusahaan. Meskipun perusahaan tersebut menawarkan saham
dengan jumlah yang sedikit, perusahaan tersebut dapat memperoleh initial return
yang tinggi.
6.4 Kinerja Perusahaan Agribisnis setelah Initial Public Offering
6.4.1 PT Bisi International Tbk
Neraca keuangan PT Bisi International Tbk setelah go public pada tahun
2007 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2008, terjadi
peningkatan total aktiva, total kewajiban, total ekuitas dan laba bersih perusahaan.
Total aktiva perusahaan menjadi variabel yang paling meningkat jumlahnya. Hal
sebaliknya terjadi pada tahun 2009 dimana terjadi penurunan total aktiva, total
kewajiban dan laba bersih. Laba bersih perusahaan merupakan variabel yang turun
sangat besar. Hal tersebut terjadi karena pendapatan PT Bisi International Tbk
juga turun pada tahun tersebut. Hingga 30 September 2010, neraca keuangan PT
Bisi International Tbk kembali membaik dengan meningkatnya total aktiva,
ekuitas dan laba bersih sedangkan total kewajiban perusahaan mengalami
penurunan (Gambar 3).
Gambar 3. Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2007- 30 September 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Kinerja keuangan PT Bisi International Tbk setelah melakukan go public
cenderung
berfluktuatif.
Hal tersebut
terlihat
dengan pergerakan rasio
85
profitabilitas dan solvabilitas PT Bisi International Tbk. Pada tahun 2008, rasio
profitabilitas PT Bisi International Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA)
dan Return on Equity (ROE) meningkat. Sebaliknya pada tahun 2009, ROA dan
ROE PT Bisi International Tbk turun drastis melewati nilai ROA dan ROE
perusahaan pada saat tahun pertama go public. Hingga 30 September 2010, ROA
dan ROE PT Bisi International Tbk kembali membaik dengan meningkatnya ROA
dan ROE tersebut. Hal tersebut menunjukkan perusahaan memperoleh keuntungan
usaha karena harga saham perusahaan naik. Pada tahun 2008, rasio solvabilitas PT
Bisi International Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan
Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, DAR dan
DER PT Bisi International Tbk membaik dengan turunnya nilai DAR dan DER
perusahaan tersebut. Hingga 30 September 2010, DAR dan DER perusahaan
tersebut kembali turun. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT Bisi International
Tbk mengurangi penggunaan utang dalam membiayai aktiva dan modal
perusahaan (Gambar 4).
Gambar 4. Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2007- 30 September 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
6.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk
Neraca keuangan PT Malindo Feedmill Tbk setelah go public pada tahun
2006 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2007, terjadi
peningkatan total aktiva, total kewajiban, dan total ekuitas perusahaan. Hal
berbeda terjadi pada tahun 2008 dimana terjadi penurunan total ekuitas dan laba
bersih sedangkan total aktiva dan total kewajiban perusahaan terus meningkat.
86
Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010, neraca keuangan PT Malindo
Feedmill Tbk membaik dengan meningkatnya total aktiva, ekuitas dan laba bersih
sedangkan total kewajiban perusahaan mengalami penurunan (Gambar 5).
Gambar 5. Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2006- 30 September
2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Kinerja keuangan PT Malindo Feedmill Tbk setelah melakukan go public
cenderung
berfluktuatif.
Hal tersebut
terlihat
dengan pergerakan rasio
profitabilitas dan solvabilitas PT Malindo Feedmill Tbk yang tidak stabil. Pada
tahun 2007, rasio profitabilitas PT Malindo Feedmill Tbk yang terdiri dari Return
on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) turun. Hal tersebut menunjukkan
perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun.
Pada tahun 2008, ROA PT Malindo Feedmill Tbk kembali turun sedangkan ROE
perusahaan mengalami peningkatan. Nilai ROA dan ROE PT Malindo Feedmill
Tbk meningkat pada tahun 2009. Hingga 30 September 2010, ROA PT Malindo
Feedmill Tbk meningkat sedangkan sedangkan ROE perusahaan turun. Pada
tahun 2007 hingga 2008, rasio solvabilitas PT Malindo Feedmill Tbk yang terdiri
dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER)
mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2009 hingga 30 September 2010,
DAR dan DER PT Malindo Feedmill Tbk membaik dengan turunnya nilai DAR
dan DER perusahaan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah utang PT
Malindo Feedmill Tbk mulai berkurang untuk membiayai aktiva dan modal
(Gambar 6).
87
Gambar 6. Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2006- 30 September
2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
6.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Neraca keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk setelah go public
pada tahun 2004 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun
2005 hingga 2006, terjadi penurunan total aktiva, total ekuitas dan laba bersih
perusahaan. Hal berbeda terjadi pada total kewajiban yang terus meningkat pada
tahun tersebut. Pada tahun 2007 total aktiva, ekuitas dan laba bersih perusahaan
mengalami peningkatan sedangkan total kewajiban turun hingga tahun 2008. Pada
tahun 2008 hingga 2010, kondisi keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
kurang baik karena total aktiva dan ekuitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
yang terus turun. Selain itu, total kewajiban perusahaan pada tahun 2009 hingga
2010 terus meningkat dan kerugian perusahaan dapat dikurangi pada tahun 2009
hingga 2010 (Gambar 7).
88
Gambar 7. Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2004- 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Kinerja keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk setelah melakukan
go public berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas
dan solvabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Pada tahun 2005 hingga
2010, rasio profitabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk yang terdiri dari
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) kurang baik karena nilai
ROA dan ROE perusahaan tersebut negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun.
Pada tahun 2005 hingga 2006, rasio solvabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul
Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio
(DER) kurang baik karena mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 hingga 2008,
DAR dan DER PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk membaik dengan turunnya
nilai DAR dan DER perusahaan tersebut. Pada tahun 2009 hingga 2010, DAR dan
DER perusahaan kembali kurang baik karena naiknya nilai kedua variabel
tersebut (Gambar 8).
89
Gambar 8. Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2004- 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
6.4.4 PT Gozco Plantations Tbk
Neraca keuangan PT Gozco Plantations Tbk setelah go public pada tahun
2008 di Bursa Efek Indonesia meningkat kecuali ekuitas dan laba bersih yang
berfluktuatif. Pada tahun 2009, terjadi peningkatan total aktiva, total kewajiban,
ekuitas dan laba bersih perusahaan. Hingga 30 Juni 2010, terjadi peningkatan pada
total aktiva dan total kewajiban perusahaan sedangkan ekuitas dan laba bersih
turun. Laba bersih yang turun disebabkan oleh turunnya pendapatan perusahaan
sedangkan penurunan ekuitas disebabkan oleh turunnya laba perusahaan (Gambar
9).
Gambar 9. Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2008- 30 Juni 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
90
Kinerja keuangan PT Gozco Plantations Tbk setelah melakukan go public
cenderung
berfluktuatif.
Hal tersebut
terlihat
dengan pergerakan rasio
profitabilitas dan solvabilitas PT Gozco Plantations Tbk. Pada tahun 2009, rasio
profitabilitas PT Gozco Plantations Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA)
dan Return on Equity (ROE) mengalami peningkatan. Hingga 30 Juni 2010, ROA
dan ROE PT Gozco Plantations Tbk menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun.
Pada tahun 2009 hingga 30 Juni 2010, rasio solvabilitas PT Gozco Plantations
Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio
(DER) mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa utang
perusahaan yang digunakan untuk membiayai aktiva dan modal meningkat
(Gambar 10).
Gambar 10. Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2008- 30 Juni 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
6.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk
Neraca keuangan PT Sampoerna Agro Tbk setelah go public pada tahun
2007 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2007 hingga 30
September 2010, terjadi peningkatan total aktiva dan total ekuitas perusahaan. Hal
berbeda terjadi pada total kewajiban dan laba bersih yang cenderung berfluktuatif
pada tahun tersebut. Pada tahun 2008 hingga 2009, total kewajiban perusahaan
turun dan meningkat pada tahun selanjutnya. Pada tahun 2008 laba bersih PT
Sampoerna Agro Tbk meningkat dan kemudian turun pada tahun 2009 hingga 30
September 2010 (Gambar 11).
91
Gambar 11. Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2007- 30 September
2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Kinerja keuangan PT Sampoerna Agro Tbk setelah melakukan go public
cenderung
berfluktuatif.
Hal tersebut
terlihat
dengan pergerakan rasio
profitabilitas dan solvabilitas PT Sampoerna Agro Tbk. Pada tahun 2008, rasio
profitabilitas PT Sampoerna Agro Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA)
dan Return on Equity (ROE) meningkat. Pada tahun 2009 hingga 30 September
2010, ROA dan ROE PT Sampoerna Agro Tbk kurang baik karena mengalami
penurunan. Hal tersebut terjadi karena laba usaha perusahaan turun. Pada tahun
2008 hingga 2009, rasio solvabilitas PT Sampoerna Agro Tbk yang terdiri dari
Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami
penurunan. Sedangkan hingga 30 September 2010, tercatat DAR dan DER PT
Sampoerna Agro Tbk memiliki kinerja yang kurang baik dengan naiknya nilai
DAR dan DER perusahaan tersebut (Gambar 12).
92
Gambar 12. Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2007- 30 September
2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
6.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk
Neraca keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk setelah go public pada
tahun 2000 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2001
hingga 30 September 2010, terjadi trend peningkatan pada total aktiva, total
kewajiban, dan ekuitas perusahaan. Pada tahun 2009, total aktiva dan total
kewajiban PT Tunas Baru Lampung Tbk turun dan pada tahun selanjutnya total
aktiva dan kewajiban kembali meningkat. Pada tahun 2008, terjadi penurunan
total ekuitas perusahaan dan pada tahun selanjutnya ekuitas PT Tunas Baru
Lampung Tbk kembali meningkat. Hal berbeda terjadi pada laba bersih dimana
jumlahnya cenderung berfluktuatif. Laba bersih terbesar yang diperoleh PT Tunas
Baru Lampung Tbk setelah go public terjadi pada tahun 2010 sedangkan laba
bersih terendah terjadi pada tahun 2001 (Gambar 13).
93
Gambar 13. Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 2000- 30 September
2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Kinerja keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk setelah melakukan go
public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas
yang rendah dan solvabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk yang tinggi. Pada
tahun 2009, rasio profitabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk yang terdiri dari
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) memperoleh nilai tertinggi.
Pada tahun 2008, rasio solvabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk yang terdiri dari
Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) memperoleh
nilai tertinggi setelah perusahaan tersebut go public (Gambar 14).
Gambar 14. Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 2000- 30 September
2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
94
6.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk
Neraca keuangan PT Central Proteinaprima Tbk setelah go public pada
tahun 2006 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2007,
total aktiva, total kewajiban, ekuitas dan laba bersih perusahaan mengalami
peningkatan. Pada tahun 2008, neraca keuangan membaik dengan meningkatnya
total aktiva dan ekuitas serta turunnya total kewajiban hingga tahun 2009. Pada
tahun 2009 hingga 30 September 2010 total aktiva dan ekuitas mengalami
penurunan sedangkan terjadi kenaikan total kewajiban hingga 30 September 2010.
PT Central Proteinaprima Tbk mengalami kerugian pada tahun 2008 hingga 30
September 2010 (Gambar 15).
Gambar 15. Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2006- 30 September
2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Kinerja keuangan PT Central Proteinaprima Tbk setelah melakukan go
public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan rasio profitabilitas yang rendah
dan solvabilitas PT Central Proteinaprima Tbk yang tinggi. Pada tahun 2007, rasio
profitabilitas PT Central Proteinaprima Tbk seperti Return on Asset (ROA)
mengalami penurunan dan Return on Equity (ROE) mengalami kenaikan. Pada
tahun 2008 hingga 30 September 2010, ROA dan ROE PT Central Proteinaprima
Tbk kurang baik karena bernilai negatif. Pada tahun 2007, rasio solvabilitas PT
Central Proteinaprima Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan
Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2008,
DAR dan DER PT Central Proteinaprima Tbk membaik dengan turunnya nilai
95
DAR dan DER perusahaan tersebut. Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010,
DAR dan DER kembali kurang baik dengan meningkatnya nilai kedua variabel
tersebut (Gambar 16).
Gambar 16. Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2006- 30
September 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
6.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
Neraca keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk setelah go public
pada tahun 2002 di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2003
hingga 2005, terjadi penurunan total aktiva, total kewajiban, ekuitas dan laba
perusahaan. Pada tahun 2003, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk memperoleh
laba bersih terkecil setelah melakukan go public (Gambar 13).
Gambar 17. Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 2002- 2005
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
96
Kinerja keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk setelah
melakukan go public cenderung baik dalam penggunaan kewajiban tapi tidak
untuk perolehan laba bersih. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio
profitabilitas dan solvabilitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk. Pada tahun
2003 hingga 2005, rasio profitabilitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk yang
terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) bernilai negatif.
Hal tersebut menunjukkan perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga
saham perusahaan turun. Pada tahun 2003 hingga 2005, rasio solvabilitas PT
Anugerah Tambak Perkasindo Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio
(DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) memengalami penurunan setelah
perusahaan tersebut go public. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
mengurangi utang dalam membiayai aktiva dan modal (Gambar 14).
Gambar 18. Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 2002- 2005
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
6.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
Neraca keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk setelah go
public pada tahun 2000 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada
tahun 2007, total aktiva dan ekuitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
memperoleh jumlah tertinggi selama menjadi perusahaan terbuka. Pada tahun
2009 hingga 30 Juni 2010 menjadi tahun PT Dharma Samudera Fishing Industries
Tbk mengalami nilai total aktiva dan ekuitas terendah selama menjadi perusahaan
terbuka. Total kewajiban PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
mengalami trend peningkatan selama perusahaan menjadi perusahaan terbuka.
97
Selama menjadi perusahaan terbuka, PT Dharma Samudera Fishing Industries
Tbk selalu mengalami kerugian, dan laba bersih tertinggi diperoleh pada tahun
2000 dan mengalami kerugian paling besar pada tahun 2009 (Gambar 19).
Gambar 19. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun
2000- 30 Juni 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Kinerja keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk setelah
melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio
profitabilitas dan solvabilitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk.
Selama menjadi perusahaan terbuka, rasio profitabilitas PT Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on
Equity (ROE) selalu bernilai kecil dan negatif. Sedangkan DAR dan DER PT
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, memiliki nilai yang besar dan berada
diatas nilai ROA dan ROE. Hal tersebut menunjukan kinerja keuangan PT
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk kurang baik karena perusahaan
mengalami penurunan total aktiva, ekuitas, dan laba bersih serta perusahaan
menggunakan utang untuk membiayai aktiva dan modal (Gambar 20).
98
Gambar 20. Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun
2000- 30 Juni 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
6.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk
Neraca keuangan PT FKS Multi Agro Tbk setelah go public pada tahun
2002 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2002 hingga 30
Juni 2010, terjadi trend peningkatan pada total aktiva, total kewajiban, ekuitas,
dan laba bersih perusahaan. Pada tahun 2003, total aktiva dan total kewajiban PT
FKS Multi Agro Tbk sempat turun dan pada tahun selanjutnya total aktiva dan
kewajiban kembali meningkat. Pada tahun 2008, kembali terjadi penurunan total
aktiva dan kewajiban perusahaan dan tahun selanjutnya kembali meningkat.
Ekuitas PT FKS Multi Agro Tbk terus meningkat setelah perusahaan tersebut
menjadi perusahaan terbuka. Hal berbeda terjadi pada laba bersih PT FKS Multi
Agro Tbk dimana jumlahnya cenderung berfluktuatif. Laba bersih tertinggi yang
diperoleh PT FKS Multi Agro Tbk setelah go public terjadi pada tahun 2009
sedangkan laba bersih terendah terjadi pada tahun 2004 (Gambar 21).
99
Gambar 21. Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 2002- 30 Juni 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Kinerja keuangan PT FKS Multi Agro Tbk setelah melakukan go public
kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan rasio profitabilitas yang rendah dan
solvabilitas PT FKS Multi Agro Tbk yang tinggi. Rasio profitabilitas PT FKS
Multi Agro Tbk pada tahun 2003 seperti Return on Asset (ROA) memperoleh nilai
tertinggi selama perusahaan tersebut menjadi perusahaan terbuka. Sedangkan
Return on Equity (ROE) memperoleh nilai tertinggi pada tahun 2007. Pada tahun
2007, rasio solvabilitas PT FKS Multi Agro Tbk yang terdiri dari Debt to Total
Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) memperoleh nilai tertinggi
setelah perusahaan tersebut go public (Gambar 22).
Gambar 22. Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 2002- 30 Juni 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
100
6.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk
Neraca keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk setelah go public pada
tahun 2001 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2002
hingga 30 September 2010, total aktiva, total kewajiban, dan ekuitas perusahaan
terus mengalami peningkatan. Hal berbeda terjadi pada laba bersih PT Wahana
Phonix Mandiri Tbk dimana jumlahnya cenderung mengalami penurunan. Laba
bersih terbesar yang diperoleh PT Wahana Phonix Mandiri Tbk setelah go public
terjadi pada tahun 2001 (Gambar 23).
Gambar 23. Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 2001- 30
Sepember 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
Kinerja keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk setelah melakukan go
public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan
solvabilitas PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Rasio profitabilitas PT Wahana
Phonix Mandiri Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on
Equity (ROE) mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena laba bersih
perusahaan mengalami penurunan. Sedangkan rasio solvabilitas PT Wahana
Phonix Mandiri Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt
to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan kewajiban dalam membiayai aktiva dan modal
meningkat (Gambar 24).
101
Gambar 24. Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 2001- 30
Sepember 2010
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
102
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses initial public offering
perusahaan agribisnis di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis kinerja perusahaan agribisnis saat melakukan initial public
offering di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2000 hingga 2008.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh bahwa proses initial
public offering perusahaan agribisnis tidak berbeda dengan initial public offering
perusahaan sektor lainnya. Setiap perusahaan akan melewati beberapa tahap pada
saat initial public offering. Tahapan tersebut terdiri dari rencana go public,
persiapan menuju go public, pelaksanaan go public, penawaran umum, dan
kewajiban emiten setelah go public.
Kinerja perusahaan agribisnis saat melakukan initial public offering di
Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2000 hingga 2008 menunjukan hasil
yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena bidang usaha perusahaan tersebut
berbeda. Berdasarkan sub sektornya, perusahaan agribisnis yang memiliki initial
return paling tinggi pada sub sektor hulu, on-farm dan hilir adalah PT Bumi
Teknokultura Unggul Tbk, PT Central Proteinaprima Tbk dan PT Wahana Phonix
Mandiri Tbk. Initial return tinggi yang diperoleh PT Bumi Teknokultura Unggul
Tbk dipengaruhi oleh Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio yang rendah.
Initial return PT Central Proteinaprima Tbk dipengaruhi oleh ukuran perusahaan
yang besar, Return on Equity yang tinggi, dan umur perusahaan yang sudah tua.
Initial return PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dipengaruhi oleh persentase saham
yang ditawarkan ke publik sangat besar. Secara keseluruhan, perusahaan
agribisnis yang memiliki initial return yang tertinggi adalah PT Wahana Phonix
Mandiri Tbk.
Initial return yang diperoleh perusahaan pada saat melakukan initial
public offering dapat menunjukan seberapa besar saham perusahaan diminati oleh
investor. Tingginya initial return pada penutupan hari pertama dapat dipengaruhi
oleh kinerja perusahaan sebelum melakukan initial public offering. Rendahnya
initial return dapat terjadi karena tingginya harga saat initial public offering
sehingga saham tidak banyak dibeli calon investor. Hal berbeda dapat terjadi jika
perusahaan tersebut menjual harga initial public offering rendah. Selain faktor
harga saham perdana, calon investor akan membeli saham tersebut jika
perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dan prospek yang
bagus.
7.2 Saran
Bagi calon investor, sebelum memulai berinvestasi pada perusahaan
agribisnis yang akan initial public offering, calon investor sebaiknya melihat
bidang usaha yang dijalankan oleh perusahaan agribisnis tersebut. Setelah melihat
bidang usaha, calon investor memeriksa laporan keuangan perusahaan untuk
mengetahui kinerja perusahaan tersebut sebelum melakukan initial public
offering. Perusahaan yang memiliki kinerja baik yaitu perusahaan yang memiliki
ukuran perusahaan yang besar, nilai Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio
yang rendah serta nilai Return On Asset dan Return on Equity yang tinggi.
Bagi perusahaan agribisnis, sebelum melakukan initial public offering
sebaiknya memperbaiki kinerja keuangan perusahaan dengan meningkatkan total
aktiva perusahaan, modal sendiri, laba bersih dan mengurangi jumlah utang
perusahaan. Hal tersebut akan membantu dalam memperbaiki rasio-rasio
keuangan yang menjadi ukuran kinerja perusahaan seperti Debt to Assets Ratio,
Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Return on Equity. Nilai rasio yang baik
akan banyak menarik calon investor untuk membeli saham perusahaan agribisnis
tersebut sehingga initial return yang tinggi pada saat initial public offering dapat
tercapai.
104
DAFTAR PUSTAKA
[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2009. IDX Statistics 2009. Jakarta: Bursa Efek
Indonesia
[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2010. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa
Efek Indonesia 2010. Jakarta: Bursa Efek Indonesia
[BEJ] Bursa Efek Jakarta. 2007. Panduan Go Public. Jakarta: Bursa Efek Jakarta
Chiraphadhanakul V, Gunawardana KD. 2005. The factors affecting on IPO
return in Thai Stock Market. Proceedings of the International Conference
on Computer and Industrial Management.
Durukan MB. 2002. The Relationship Between IPO Returns and Factors
Influencing IPO Performance: Case of Istambul Stock Exchange,
Managerial Finance 28: 18-38
Febriana D. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing
Saham Perusahaan Go Public di BEJ (2000-2002) [skripsi]. Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorehard. Jakarta.
Bumi Aksara
Iman GM. 2008. Analisis Kinerja Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan di PT
Bursa Efek Indonesia (periode Januari 2003-Desember 2007) [skripsi].
Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Juma’atin D. 2006. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Initial Return
dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta [skripsi].
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
Ongkowijaya I. 2008. Analisis Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Jangka Panjang Saham - saham Agribisnis Pasca IPO 2000 – 2005 [tesis].
Bogor: Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor.
Puspopranoto S. 2004. Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep, Teori,
dan Realita. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia
Ritter JR. 1998. Initial Public Offerings. Contemporary Finance Digest Vol. 2,
No. 1 (Spring 1998), pp. 5-30
Samsul M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya. Penerbit
Erlangga
Sulistyastuti DR. 2002. Saham dan Obligasi: Ringkasan Teori dan Soal Jawab.
Yogyakarta. Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Syamsuddin L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam
Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada
Umbara CA. 2008. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Saat
Initial Public Offerings [skripsi].
Semarang: Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro.
Zumaili S. 2008. Analisis Saham Sub Sektor Peternakan dan Pakan Ternak di PT
Bursa Efek Jakarta (periode Januari 2003-Desember 2003) [skripsi].
Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
106
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perusahaan Agribisnis yang Melakukan initial Public Offering Tahun 2000-2008
1
Bisi International Tbk
Kode
Berdiri
Emiten
BISI
1 Janurai 1983
2
Gozco Plantations Tbk
GZCO
No
Nama Perusahaan
10 Agustus 2001
Listing
Underwriter
28 Mei 2007
PT Indopremir Securities
15 Mei 2008
PT CLSA Indonesia
PT Semesta Indovest
3
Sampoerna Agro Tbk
SGRO
7 Juni 1993
18 Juni 2007
PT Danareksa Sekuritas
4
Tunas Baru Lampung Tbk
TBLA
22 Desember 1973
14 Februari 2000
PT BNI Securities
PT Mandiri Sekuritas
PT CIMB Niaga Securities
5
Central Proteinaprima Tbk
CPRO
30 April 1980
28 Nopember 2006 PT Danatama Makmur
6
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
DSFI
2 Oktober 1973
24 Maret 2000
PT Trimegah Securities Tbk
8
Bumi Teknokultura Unggul Tbk
BTEK
6 Juni 2001
14 Mei 2004
PT Inovasi Utama Sekurindo
PT Meridian Capital Indonesia
9
Malindo Feedmill Tbk
MAIN
10 Juni 1997
10 Februari 2006
PT CIMB-GK Securities Indonesia
10
Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
ATPK
12 Januari 1988
4 April 2002
11
FKS Multi Agro Tbk
FISH
27 Juni 1992
18 Januari 2002
PT Usaha Bersama Sekuritas
PT Bhakti Capital Indonesia Tbk
12
Wahana Phonix Mandiri Tbk
WAPO
7 Agustus 1993
22 Juni 2001
PT Pridana Futura Centra Investama
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)
108
Lampiran 2. Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering Tahun 2000-2008
Kode
Ukuran Perusahaan
DAR
DER
ROA
ROE
IR
Emiten
(Rp)
(%)
(%)
(%)
(%)
0,22
63.759.320.000
11,40
12,87
1,56
1,76
ATPK
0,09
620.442.000.000
78,27
361,48
6,08
28,08
TBLA
0,28
42.101.970.000
3,28
3,39
2,10
2,17
FISH
0,68
80.184.773.290
0,36
0,36
0,56
0,56
BTEK
1,89
61.148.000.000
37,60
60,62
7,03
11,33
WAPO
0,28
103.960.000.000
67,30
205,78
1,86
5,69
DSFI
0,55
534.262.000.000
50,33
123,61
11,37
27,92
BISI
0,22
1.018.105.800.000
47,21
94,93
2,53
5,10
GZCO
0,28
314.028.000.000
66,33
197,03
14,99
44,51
MAIN
0,08
615.444.000.000
33,09
49,89
18,31
27,60
SGRO
0,68
2.498.007.000.000
53,49
115,72
8,05
17,42
CPRO
OP
Umur
(%)
(tahun)
33,00
14
41,24
27
16,67
10
13,04
3
38,46
8
28,57
27
30,00
24
30,00
7
17,99
9
24,41
14
16,38
26
Under
writer
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
109
Lampiran 3. Harga Penawaran dan Harga Penutupan
IPO Price
(Rp)
200
Closing price
(Rp)
310
Gozco Plantations Tbk
225
275
Sampoerna Agro Tbk
2340
2525
Tunas Baru Lampung Tbk
2200
2400
Central Proteinaprima Tbk
110
185
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
900
1150
Bumi Teknokultura Unggul Tbk
125
210
Malindo Feedmill Tbk
880
1130
Anugerah Tambak Perkasindo Tbk
300
365
FKS Multi Agro Tbk
125
160
Wahana Phonix Mandiri Tbk
175
505
Nama Emiten
Bisi International Tbk
110
Download