pengaruh kompetensi manajer manajemen keanggotaan

advertisement
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
PENGARUH KOMPETENSI MANAJER MANAJEMEN
KEANGGOTAAN DAN PARTISIPASI ANGGOTA TERHADAP
KINERJA KOPERASI DI TIMOR LESTE
Leoneto Mendes Gonçalves
Kementerian Ekonomi dan Pembangunan Timor Leste
[email protected]
ABSTRAK
Ada beberapa alasan yang perlu dijelaskan berkaitan dengan masalah yang dihadapi
oleh koperasi simpan-pinjam di Timor-Leste, bahwa koperasi belum dapat berkembang
seperti yang diharapkan, karena ada beberapa kendala antara lain :
1. Kompetensi manajer masih kurang, karena latar belakang pendidikan formal yang
masih rendah, pengalaman menjalankan perusahaan koperasi yang minim, pelatihan,
dan pendidikan praktis masih kurang, sehingga kurang mendukung kinerja koperasi.
2. Manajemen keanggotaan belum mampu mengelola data keanggotaan, pengembangan sumber daya manusia anggota, rapat anggota, sehingga keinginan-kebutuhanpermintaan dan kemampuan ekonomi anggota relatif tidak teridentifikasi dengan baik.
3. Partisipasi anggota sebagai pemilik dan pelanggan masih rendah, salah satu
penyebabnya anggota kurang terdidik pemahaman koperasi sehingga pengendalian
oleh anggota tidak berjalan.
4. Omset layanan dalam bentuk penyaluran kredit, pemupukan tabungan dan partisipasi
bruto tidak sebanding dengan pembiayaan organisasi koperasi sehingga cenderung
menimbulkan defisit.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk mengungkapkan pengaruh kompetensi
manajer, manajemen keanggotaan dan partisipasi
anggota terhadap kinerja koperasi simpan-pinjam di Timor-Leste.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan dalam upaya meningkatkan
kinerja untuk pengembangan koperasi supaya dapat mencapai target dan sasaran yang
optimal, maka dalam pelaksanaan organisasi koperasi melaksanakan hal-hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu, diperlukan upaya peningkatan kompetensi dari pengurus koperasi
untuk meningkatkan partisipasi anggota dalam kinerja koperasi sehingga koperasi bisa
berjalan dengan baik dan selanjutnya berdampak positif terhadap pencapaian kinerja
koperasi. Selain itu Manajemen Koperasi harus berupaya dapat mengendalikan seluruh
potensi anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi serta segenap
fasilitas kerja yang ada agar tujuan dari organisasi benar-benar dapat tercapai dan peran
serta partisipasi anggota sangat menunjang dalam kegiatan organisasi koperasi baik
berupa kontribusi modal, pengawasan, pengambilan keputusan, pengadaan bahan
produksi dan lainnya harus turut aktif untuk mengakomodir jalannya koperasi ini akan
berdampak pula pada operasional dari koperasi agar berjalan secara berkesinambungan
dan relevan dengan tujuan organisasi.
Kata kunci: kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, partisipasi anggota. kinerja
koperasi
ABSTRACT
There are several reasons to be explained with regard to the problems faced by credit
unions in Timor-Leste, that the cooperative has not been able to evolve as expected,
because there are several obstacles, among others:
83
84
Copetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
1. Competence manager is still lacking, because of the background of formal education is still
low, the experience of running the cooperative enterprise is minimal, training, and practical
education is still lacking, so that less support cooperative performance.
2. Management of membership is not able to manage membership data, the developer's
human resources member, meetings of members, so the desire-need-demand and the ability
of member economies are relatively well identified.
3. Participation of members as owners and customers are still low, one cause less educated
members of the cooperative understanding that control by members not running.
4. Turnover services in credit, accumulation of savings and gross participation are not
comparable with the financing of cooperative organizations that tend to cause the deficit.
Based on the problems above, this research focused on revealing influence manager's
competence, membership and participation of members of the management on the
performance of credit unions in Timor-Leste.
Based on the results of the research that has been done in an effort to improve performance
for the development of cooperatives in order to achieve the targets and objectives are optimal,
then the implementation of cooperative organizations carry out the things that need to be
considered, namely, the necessary efforts to increase the competence of the cooperative board
to increase the participation of members in the performance cooperatives so that the
cooperative could run well and the subsequent positive impact on the achievement of
cooperative performance. Additionally Cooperative Management should attempt to control all
potential members of the organization and the resources of the organization and all the working
facilities that exist for the purpose of the organization can actually be achieved and the role and
participation of members strongly support the activities of the cooperative organization in the
form of capital contributions, supervision, decisions, and other production materials
procurement should contribute actively to accommodate the course of this cooperative will
impact the operations of the cooperative that is sustainable and relevant to the purpose of the
organization.
Keywords: competence management manager, the participation of members
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Koperasi merupakan gerakan ekonomi
rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi.
Koperasi sebagai sistem sosial ekonomi
merupakan gerakan yang tumbuh berdasarkan
kepentingan bersama. Hal ini mengandung
makna bahwa dinamika koperasi harus selaras
dengan tujuan yang ditetapkan bersama.
Gerakan koperasi berperan penting dalam
pembangunan ekonomi Nasional di TimorLeste yang berpedoman pada Undang-Undang
Timor-Leste tahun 2002 tentang perekonomian.
Ada 3 pilar utama yang menjadi kekuatan
perekonomian Timor-Leste tertera pada pasal
138, yaitu Sektor Publik, Sektor Pribadi, Sektor
Koperasi. Ada peraturan perkoperasian yang di
atur dalam Peraturan Pemerintah no 16 tahun
2004 yang khusus menangani masalah
perkoperasian. Timor Leste secara efektif telah
mengenal kebesaran dan penyebaran cita-cita
koperasi dan kemunculan koperasi pertanian
pertama di mulai beberapa saat setelah 20 Mei
1975 dengan moto “menolonglah dirimu sendiri
dan sambil bekerja sama untuk menolong yang
lain” adalah semboyan yang waktu itu mudah di
terima dan dipahami.
Memperbaiki kondisi kehidupan para anggota koperasi merupakan cara untuk membantu
membangun negara adalah tujuan yang
teridentifikasi dengan jelas. Badan usaha
koperasi mempunyai tujuan tidak untuk mencari
laba tetapi untuk melayani anggota agar lebih
sejahtera berdasarkan asas kekeluargaan hal
ini ditegaskan dengan peraturan pemerintah
tentang perkoperasian.
Decreto Lei pasal 2 ayat 1 menyatakan:
“koperasi adalah perkumpulan otonom dari
orang-orang, didirikan secara bebas dengan
modal dan tata susunan yang bervariasi, yang
melalui kerja sama dan saling menolong antara
84
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
anggota-anggotanya dengan mematuhi prinsipprinsip koperasi”.
Prinsip koperasi tidak mencari keuntungan,
melainkan untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi ekonomi, sosial dan kultural mereka.
Pada ayat 115 juga dinyatakan bahwa:
Peranan pemerintah menumbuh kembangkan koperasi dan membantu pendapatan
perekonomian keluarga. Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang
diutamakan bukan kemakmuran orang seorang,
bangun perusahaan yang sesuai dengan itu
adalah koperasi.
Dalam menjalankan peranannya di dalam
perekonomian nasional, maka koperasi harus
dapat meningkatkan pelayanan secara efisien
dalam menunjang kegiatan ekonomi para
anggota. Oleh karena itu para anggota harus
dibimbing agar dapat meningkatkan partisipasinya sebagai pemilik dan pengguna, sehingga
koperasi dapat tumbuh dan memberikan
manfaat nyata bagi para anggotanya.
Kondisi globalisasi ekonomi akan menuntut
koperasi untuk mempersiapkan diri demi
kelangsungan hidupnya dan agar koperasi bisa
bersaing dalam perdagangan bebas sebagai
pelaku ekonomi yang aktif.
Untuk menumbuhkembangkan koperasi
diperlukan adanya peran aktif para pelaku
koperasi (anggota, pengurus dan pengawas
koperasi), dan perlu dilakukan kerjasama
antara berbagai pihak, baik pemerintah,
masyarakat, maupun di dalam organisasi
koperasi itu sendiri, karena keberhasilan
koperasi menjadi tanggung jawab semua
anggota koperasi itu sendiri. Kuatnya
perekonomian suatu negara merupakan
pencerminan dari kuatnya ekonomi masyarakat
atau kegiatan usaha di dalam negara tersebut.
Fenomena
dalam
pengembangan
pembangunan dan koperasi di negara yang
baru merdeka yakni kurangnya kompetensi
manajer, manajemen keanggotaan, dan
partisipasi anggota dalam memberi peran yang
lebih berarti bagi kinerja koperasi.
Kinerja koperasi simpan-pinjam yang ada di
Timor-Leste kurang berjalan dengan efektif dan
efisien karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu kemampuan manajer,
untuk mengelola koperasi kurang, sehingga
tidak ada pertumbuhan anggota, peningkatan
85
pelayanan, peningkatan aset, volume kredit
yang
disalurkan,
nilai
tabungan
yang
ditampung. Manajemen keanggotaan yang
kurang baik sehingga pendataan anggota tidak
teratur, pengelolaan data keanggotan kurang
profesional,
pengembangan
kemampuan
sumber daya manusia anggota kurang,
komunikasi dengan anggota koperasi kurang
berjalan, terlambat dalam melaksanakan rapat
anggota tahunan. Kurangnya minat partisipasi
anggota sehingga kurang aktif anggota dalam
pemupukan modal seperti simpanan pokok,
simpanan wajib dan, anggota kurang berminat
untuk meminjam pada koperasi. Maka perlu
dilakukannya peningkatan kompetensi manajer,
manajemen keanggotaan dan partisipasi
anggota agar dapat ikut berpartisipasi aktif
dalam pengembangan kinerja koperasi.
Timor-Leste saat ini telah memandirikan
sebanyak 109 koperasi yaitu koperasi produksi
sebanyak 51 dan koperasi simpan-pinjam
sebanyak 58 yang dilakukan oleh pemerintah
melalui
Direktorat Nasional
Koperasi
(DNCOOP) Timor-Leste. Koperasi
akan
berjalan baik jika memiliki kompetensi manajer,
manajemen keanggotaan dan partisipasi
anggota, secara sistematik. Dengan demikian
perlu
kiranya
koperasi
melakukan
pengembangan organisasi koperasi yaitu dalam
hal
meningkatkan
kompetensi
manajer,
manajemen keanggotaannya dan partisipasi
anggota. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka
diperlukan
upaya
peningkatan
kompetensi dari pengurus koperasi untuk
meningkatkan partisipasi anggota dalam kinerja
koperasi
sehingga koperasi bisa berjalan
dengan baik dan selanjutnya berdampak positif
terhadap pencapaian kinerja koperasi.
Wattson Wyatt dalam Ahmad S. Ruky
(2003:106-107). Mendefinisikan kompetensi
sebagai kombinasi dari ketrampilan (skill),
pengetahuan (Menurut knowledge), dan
perilaku yang dapat diamati dan diterapkan
secara kritis untuk suksesnya sebuah
organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi
pribadi karyawan terhadap organisasinya.
Untuk meningkatkan kompetensi manajer
dalam meningkatkan kemampuan pegawai
salah satunya dicerminkan melalui pelatihan
yang diberikan kepada para manajer, baik
pelatihan teknis maupun non teknis agar para
manajer mampu meningkatkan kinerja, akan
tetapi kenyataannya kompetensi manajer belum
86
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
unit koperasi simpan pinjam yang ada di ibu
kota Dili terdapat sekitar 25 koperasi simpan
pinjam yang aktif melayani anggotanya dan
dilakukan
penelitian
untuk
mengetahui
perkembangannya.
Kalau dilihat dari data tabel tersebut di atas
dapat dilihat tentang bagaimana pesatnya
perkembangan koperasi di Timor Leste dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dengan
total seluruh koperasi berjumlah 109 unit.
Namun sejalan dengan perkembangan tersebut
apabila tidak ditunjang dengan pengelolaan
manajemen yang baik tidak akan terwujud
sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan
oleh organisasi. Anggota koperasi harus
menggunakan jasa pelayanan koperasi karena
pelayanan koperasi diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan anggota. Karena itu
Yuyun Wirasasmita: (1996, dalam Ramudi
Ariffin) :
1. Kebutuhan anggota harus dapat di
identifikasi mengenai jenisnya, jumlahnya,
kualitasnya, dan waktunya.
2. Kebutuhan anggota bukan merupakan
kebutuhan temporer melainkan kebutuhan
utama yang permanen.
3. Kebutuhan anggota harus menjadi dasar
setiap penyelenggaraan pelayanan koperasi.
Gambaran Partisipasi anggota perkoperasian di Timor Leste ini selanjutnya dapat dilihat
dari Grafik di bawah ini, perkembangan
anggaran dari periode tahun 2008 sampai
dengan 2013 sebagai berikut :
optimal setelah mengikuti hasil pelatihan yang
diterimanya, manajer belum memiliki orientasi
ke depan dalam bekerja dan kurang percaya
diri dalam melaksanakan pekerjaannya.
Upaya untuk meningkatkan kompetensi
pegawai khususnya manajer telah dilakukan
dengan memberikan pelatihan teknis maupun
non teknis dengan harapan dapat peningkatkan
kinerja. Akibat kurang optimalnya pimpinan
dalam melaksanakan tugasnya, baik dalam
memoti-vasi pegawai dalam meningkatkan
kompetensi diduga berdampak terhadap
pencapaian kinerja yang belum optimal.
2010
2011
2012
2013
Total
Credit Union
2009
Nama
2008
Tabel 1.1.
Perkembangan Koperasi di Timor Leste dari
Tahun 2008-2013
24
33
33
33
52
58
58
12
12
12
18
19
19
Multi Sectorial
Agricultura
6
5
5
5
6
11
11
Pescas
6
8
8
8
12
12
12
Café
-
1
1
1
1
1
1
Aifunan
-
1
1
1
1
1
1
FCCHM
-
-
-
-
industria tais
industria
sabaun no
boneka
Biogas
1
2
2
2
3
3
3
-
1
1
1
1
1
1
1
-
-
-
-
Industria boneka
-
1
1
1
1
1
1
Polivalente
1
2
2
2
2
2
2
Total
39
66
66
66
97
109
109
1.058.837
800.827
Koperasi adalah alat yang tepat guna
meningkatkan pendapatan ekonomi anggota
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Terkait dengan hal tersebut maka Timor-Leste
menjadikan sektor koperasi sebagai salah satu
sektor yang penting dalam pembangunan
ekonomi Nasional Timor-Leste . Dili adalah
ibukota Negara Timor-Leste yang terdiri dari 13
kabupaten dan 65 kecamatan, dengan jumlah
sebaran 109 koperasi. Di wilayah kerja ibu kota
Dili sendiri berjumlah 65, koperasi, dengan 51
koperasi diantaranya bergerak di bidang
simpan pinjam atau (KSP). Meskipun jumlah
koperasi simpan pinjam di Timor-Leste cukup
banyak namun tidak semuanya dapat melayani
dan memenuhi keperluan anggotanya. Dari 51
1.018.837
1.861.024
2.246.167
Sumber : Dinas Koperasi Timor Leste 2013
Sumber : Dinas Koperasi Timor Leste 2013
Gambar 1.1.
Grafik perkembangan Anggaran Koperasi di
Timor Leste Tahun 2008 - 2013
86
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
Apabila dilihat dari data grafik di atas
partisipasi anggota setiap tahunnya nya
mengalami peningkatan pendapatan yang
signifikan sehingga partisipasi keanggotaan
koperasi di Timor Leste harus dipertahankan
atau lebih ditingkatkan lagi dalam artian bahwa
keanggotaan yang ada harus ditingkatkan
kesejahteraan serta kinerja dari para manajer
dalam pengelolaannya harus dilaksanakan
dengan manajemen yang baik dan seoptimal
mungkin agar sasaran dan program yang telah
ditetapkan dapat dicapai.
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas
harus dilaksanakan kinerja yang mendukung
dalam pencapaian suatu organisasi hal ini
sejalan pula Menurut Kusnadi (2003;64)
menyatakan bahwa kinerja adalah setiap
gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan
atau tindakan yang diarahkan untuk mencapai
tujuan atau target
tertentu.
Hariandja
(2002;195) mengemukakan kinerja adalah hasil
kerja yang dicapai oleh pegawai atau perilaku
nyata yang ditampilkan sesuai dengan
perannya dalam organisasi. Kinerja pegawai
merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam usaha organisasi mencapai tujuannya,
sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan
organisasi tersebut untuk meningkatkannya.
Sedangkan menurut (Mathis dan Jackson
2002:78) kinerja pada dasarnya adalah apa
yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh
karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi
seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi. (Mathis dan Jackson,
2002:8) lebih lanjut memberikan standar kinerja
seseorang yang dilihat kuantitas output,
kualitas output, jangka waktu output, kehadiran
di tempat kerja dan sikap kooperatif. Standar
kinerja tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria
pekerjaan yaitu menjelaskan apa-apa saja yang
sudah diberikan organisasi untuk dikerjakan
oleh karyawannya, oleh karena itu kinerja
individual dalam kriteria pekerjaan haruslah
diukur, dibandingkan dengan standar yang ada
dan hasilnya harus dikomunikasikan kepada
seluruh karyawan. (Mathis dan Jackson,
2002:81) juga menjelaskan standar kinerja
dapat berupa output produksi atau lebih dikenal
dengan standar kinerja numerik dan standar
kinerja non numerik.
Kinerja karyawan setiap periodik perlu
dilakukan penilaian. Hal ini karena penilaian
kinerja karyawan tersebut nantinya dapat
87
digunakan sebagai analisis untuk kebutuhan
dilaksanakannya pelatihan (Ivancevich, 2001:
389). Penilaian kinerja adalah proses evaluasi
seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set
standar dan kemudian mengkomunikasikannya
dengan para karyawan (Mathis dan Jackson,
2002:81). Penilaian kinerja mempunyai dua
kegunaan utama. Penilaian pertama adalah
mengukur kinerja untuk tujuan memberikan
penghargaan seperti misalnya untuk promosi.
Kegunaan yang lain adalah untuk pengembangan potensi individu (Mathis dan Jackson,
2002:82).
Ada beberapa alasan yang perlu dijelaskan
berkaitan dengan masalah yang di hadapi oleh
koperasi simpan-pinjam di Timor-Leste, bahwa
koperasi belum dapat berkembang seperti yang
diharapkan, karena ada beberapa kelemahan :
1. Kompetensi manajer lebih kurang, karena
latar belakang pendidikan formal, pengalaman menjalankan perusahaan koperasi
yang minim, pelatihan, dan pendidikan
praktis masih kurang,
sehingga kurang
mendukung kinerja koperasi .
2. Manajemen keanggotaan belum mampu
mengelola data keanggotaan, pengembangan sumber daya manusia anggota, rapat
anggota, sehingga
keinginan-kebutuhan
permintaan dan kemampuan ekonomi
anggota relatif tidak teridentifikasi dengan
baik.
3. Partisipasi anggota sebagai pemilik dan
pelanggan masih rendah, salah satu
penyebabnya anggota kurang
terdidik
pemahaman koperasi sehingga pengendalian oleh anggota tidak berjalan.
4. Omset layanan dalam bentuk penyaluran
kredit, pemupukan tabungan dan partisipasi
bruto tidak sebanding dengan pembiayaan
organisasi koperasi sehingga cenderung
menimbulkan defisit.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka
penelitian ini difokuskan untuk mengungkapkan
pengaruh kompetensi manajer, manajemen
keanggotaan dan partisipasi anggota terhadap
kinerja koperasi simpan-pinjam di Timor-Leste.
perlu dilakukan penelitian agar memperoleh
gambaran yang lebih jelas.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang
penelitian tampak jelas bahwa kinerja koperasi
88
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
kelompok atau organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan untuk mencapainya suatu perencanaan yang baik, pelaksanaan yang konsisten
dan pengendalian yang kontinyu, dengan
maksud agar tujuan yang diinginkan dapat
tercapai dengan efisien dan efektif. Efisien
dapat dikatan suatu kondisi atau keadaan,
dimana penyeiesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan benar dan dengan penuh
kemampuan
yang
dimiliki.
Sedangkan
efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan
dimana dalam memilih tujuan yang hendak
dicapai
menggunakan
sarana
ataupun
peralatan yang tepat, disertai dengan
kemampuan yang dimiliki, sehingga tujuan
yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil
yang memuaskan.
Manajemen sebagai seni berfungsi untuk
mencapai tujuan yang nyata mendatangkan
hasil atau manfaat, sedangkan manajemen
sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, kejadian¬kejadian, keadaan-keadaan sebagai penjelasannya.
Menurut Mondy dan Premeaux (1993:5)
bahwa “Manajemen adalah proses penyelesaian pekerjaan melalui usaha-usaha orang
lain.” Berdasarkan definisi ini tampak bahwa
proses manajemen akan terjadi apabila seorang melibatkan orang lain untuk menyelesaikan suatu pekerjaan karena fakta menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi, manajer tidak dapat melakukan sendiri
tugas tersebut tanpa bantuan orang lain atau
pegawai.
Kriteria yang dapat pula digambarkan
sebagai strategi pokok manajemen adalah
mencapai hasil dengan efisien, efektif, ekonomis dan bertanggung jawab dengan memanfaatkan manusia dan sumber daya manusia,
biaya, alat, bahan, metode kerja, tempat dan
waktu sehemat mungkin.
Dengan demikian manajemen adalah suatu
proses menggunakan sumber daya manusia
organisasi dengan efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan organisasi itu melalui Perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, pengendalian.
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
kompetensi manajer, manajemen keanggotaan,
dan partisipasi anggota. Dengan demikian
identifikasi masalah didalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana pengaruh kompetensi manajer
terhadap kinerja koperasi simpan pinjam di
Timor-Leste.
2. Bagaimana pengaruh manajemen keanggotaan terhadap kinerja koperasi simpan
pinjam di Timor-Leste.
3. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota
terhadap kinerja koperasi simpan - pinjam
di Timor-Leste.
4. Bagaimana pengaruh kompetensi manajer,
manajemen keanggotaan dan partisipasi
anggota secara simultan berpengaruh
terhadap kinerja koperasi
5. Upaya apa yang
perlu dilakukan oleh
koperasi untuk meningkatkan kompetensi
manajer, manajemen keanggotaan, partisipasi anggota, dan kinerja koperasi.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Manajemen
Menurut James A.F. Stoner dan Charles
Wankel (dalam Siswanto, 2005:2) memberikan
batasan manajemen sebagai berikut: manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
upaya anggota organisasi dan penggunaan
seluruh sumber daya organisasi lainnya demi
tercapainya tujuan organisasi.
Manajemen sebagai proses, oleh para ahli
diberikan pengertian yang berbeda. Menurut
Daft (2002:8) manajemen adalah pencapaian
sasaran-sasaran organisasi dengan cara efektif
dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
sumber daya organisasi. The Liang Gie (dalam
Mahtika, 2006:6) mengemukakan bahwa
manajemen
adalah
segenap
perbuatan
menggerakkan
sekolompok
orang
atau
mengerahkan segala fasilitas dalam suatu kerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka
manajemen mempunyai tiga unsur pokok yaitu:
(1) adanya tujuan yang ingin dicapai, (2) tujuan
dapat dicapai dengan menggunakan kegiatan
orang lain, dan (3) kegiatan-kegiatan orang lain
itu harus dibimbing dan diawasi. Dengan
demikian manajemen dapat dipastikan adanya
maksud untuk mencapai tujuan tertentu dari
2.1.2. Konsep Perkoperasian
Menurut Hanel (1989) : “Koperasi diterjemahkan dari co-operative, berasal dari kata coperation yang berarti bekerja sama di antara
dua pihak atau lebih. Kerja sama di dalam
88
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
bentuk koperasi secara universal diasosiasikan
sebagai kerjasama didalam ekonomi. Tetapi
tidak setiap bentuk organisasi kerja sama
ekonomi dapat di sebut sebagai koperasi”.
Menurut Dulfer (1994). “Suatu organisasi
kerja sama dapat di sebut sebagai koperasi
apabila memenuhi kriteria-kriteria pokok
sebagai berikut”:
1. Ada sejumlah individu yang bersatu di
dalam suatu kelompok atas dasar sekurangkurangnya ada suatu kepentingan atau
tujuan ekonomi yang sama (disebut:
kelompok koperasi).
2. Anggota-anggota
kelompok
koperasi
bertekad mewujudkan kepentingan atau
tujuannya untuk memperbaiki kondisi
ekonomi dan sosial mereka melalui usahausaha bersama dan saling membantu
(disebut: swadaya, self-help).
3. Sebagai alat untuk mewujudkan kepentingan atau tujuan yang sama tersebut
dibentuklah perusahaan yang didirikan,
dimodali/dibiayai, dikelola, diawasi, dan
dimanfaatkan sendiri oleh anggota-anggotanya (disebut: perusahaan koperasi).
4. Tugas pokok perusahaan koperasi adalah
menyelenggarakan pelayanan barang dan
jasa untuk menunjang kepentingan ekonomi
anggota kelompok koperasi (disebut : tugas
mempromosikan anggota)
Gambar 2.1.
Organisasi Koperasi secara Socio –
Ekonomi (Dalam Andang K. Ardwidjaja)
89
Keterangan:
IA = Individu Anggota;
UA = Usaha Anggota;
NA = Non-anggota
Garis Tebal dari [IA] ke [Kelompok Koperasi] = Swadaya
Koperasi (selfhelp cooperative)
Kriteria 1) dan 2) hubungan dengan anggota
dan kriteria 3) dan 4) berhubungan dengan
perusahaan koperasi. Anggota koperasi dan
perusahaan koperasi merupakan satu kesatuan
ekonomi yang tidak dapat dipisahkan. Untuk
dapat dikatakan sebagai organisasi koperasi
secara sosio-ekonomi, keempat cir/kriteria di
atas harus terpenuhi seluruhnya. Apabila baru
terpenuhi ciri/kriteria 1) dan 2) saja disebut
kelompok arisan. Sedangkan apabila ciri/kriteria
1), 2 dan 3) yang terpenuhi di sebut prakoperasi. Selanjutnya Alfred Hanel (1992)
mengilustrasikan keempat ciri organisasi
koperasi secara sosio-ekonomi seperti terlihat
pada gambar 2.1. di atas.
Ilustrasi pada Gambar 2.1, selain memperlihatkan keempat ciri organisasi koperasi secara
sosio-ekonomi juga memperlihatkan bahwa
koperasi sebagai suatu sistim yang terbuka.
Artinya bisa melakukan hubungan dengan
pihak anggota (intern) dan bisa juga melakukan
hubungan bisnis dengan non anggota (ekstern).
Konsep dasar hubungan koperasi dengan
anggota disebut “pelayanan”, sedangkan
hubungan koperasi dengan non anggota di
sebut dengan “bisnis” pelanggaran besar jika
koperasi tidak mengutamakan pelayanan ke
anggota, atau hasil bisnisnya dengan non
anggota tidak diakuntabel dan tidak berdampak
positif bagi promosi ekonomi anggota.
Definisi koperasi menurut Internasional
Cooperative Alliance (ICA, 23 September 1995)
adalah : Kumpulan otonom dari orang-orang
yang bergabung secara sukarela guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi,
sosial, budaya, dan aspirasi-aspirasi yang
sama melalui perusahaan yang dimiliki
bersama dan dikontrol secara demokratis.
Menurut Mohammad Hatta dalam Sukamdiyo, (1996:4). Koperasi adalah: “Sebagai
usaha bersama untuk memperbaiki nasib
penghidupan ekonomi berdasarkan tolong
menolong”. Selanjutnya dikemukakan bahwa
gerakan koperasi adalah perlambang harapan
bagi kaum ekonomi lemah, berdasarkan selfhelp dan tolong menolong di antara anggotanya, sehingga dapat melahirkan rasa percaya
90
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
disebut sistem kerja koperasi diatur menurut
norma-norma yang ada di dalam anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga.
Dengan demikian koperasi adalah asosiasi
orang- orang yang bergabung dan melakukan
usaha bersama atas dasar prinsip- prinsip
koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang
lebih besar dengan biaya rendah melalui usaha
bersama yang dimiliki dan diawasi secara
demokratis oleh anggotanya.
kepada diri sendiri, persaudaraan antara sesama anggota koperasi, merupakan semangat
baru dan semangat menolong diri sendiri. Ia
didorong oleh keinginan memberi jasa kepada
kawan, berdasarkan prinsip seorang buat
semua dan semua buat seorang.
Menurut Ramudi Ariffin (2002). Ada tiga
pendekatan dalam merumuskan arti koperasi
yaitu:
1. Pendekatan legal, yaitu rumusan pengertian
koperasi yang tercantum dalam UndangUndang. Definisi ini berbeda antara negara
yang satu dengan negara yang lainnya.
2. Pendekatan esensial, yaitu pengertian
koperasi menurut esensinya sebagai wadah
kerja sama antar individu karena memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama.
3. Pendekatan nominal, yaitu pengertian
koperasi yang diperlukan untuk kepentingan analisis yang membedakannya dengan
bentuk-bentuk badan usaha yang lainnya.
Sebagai salah satu jenis Koperasi simpanpinjam atau unit simpan pinjam harus mengacu
pada Undang-undang RI no 25 tahun 1992
tentang Perkoperasian sebagai dasar hukum
bagi setiap jenis organisasi koperasi yang
didirikan.
Sedangkan koperasi kredit (kopdit) Credit
Union (CU) adalah Koperasi yang memiliki
usaha tunggal, yakni simpan-pinjam sebagai
usaha atau bisnis utamanya. Koperasi kredit
(kopdit) biasanya muncul atas prakarsa dan
mufakat sekelompok orang yang mempunyai
kesamaan kebutuhan dan kepentingan untuk
menggerakan modal bersama, terutama yang
berasal dari simpanan untuk dipinjamkan di
antara sesama mereka dengan tingkat bunga
yang memadai sesuai dengan kesepakatan
bersama pula. Pinjaman diberikan atas
keperluan darurat, produktif atau keperluan lain
dalam meningkatkan kesejahteraan anggota.
Koperasi simpan-pinjam adalah alat dari
rumah tangga anggota untuk mandiri (self
help). Maju mundurnya bank sepenuhnya
menjadi
tanggung
jawab
pemilik
dan
manajemen bank. Tetapi maju mindurnya
koperasi simpan pinjam menjadi tanggung
jawab bersama seluruh anggota, sehingga
berlaku asas self-help responsibility, anggota
bertanggung
jawab
sendiri
terhadap
koperasinya, dengan demikian antara anggota
dengan koperasi
simpan-pinjam
berada
didalam satu kesatuan sistem kerja yang
2.2. Kompetensi Manajer Koperasi
Menurut Wattson Wyatt dalam Ahmad S.
Ruky (2003:106-107), mendefinisikan kompetensi sebagai,” kombinasi dari keterampilan
(skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku
yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis
untuk suksesnya sebuah organisasi dan
prestasi kerja serta kontribusi pribadi karyawan
terhadap organisasinya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Gilmore
(1996:2) : “Competency is ability to use the
science and skill effectively in reaching best
performance in certain duty status.” Kompetensi
merupakan kemampuan untuk menggunakan
ilmu pengetahuan dan keterampilan secara
efektif sangat penting dalam meningkatkan
kinerja pegawai. Kompetensi sosial individu
terinternalisasi dalam bentuk tujuh tingkat
kemauan dan kemampuan (Spencer &
Spencer, 1993:39) sebagai berikut :
1. Pengaruh dan dampak, yaitu kemampuan
meyakinkan dan mempengaruhi orang lain
untuk secara efektif dan terbuka dalam
berbagi pengetahuan, pemikiran dan ide-ide
secara perorangan atau dalam kelompok
agar mau mendukung gagasan atau idenya.
2. Kesadaran berorganisasi, yaitu kemampuan
untuk memahami posisi dan kekuasaan
secara komprehensif baik dalam organisasi
maupun dengan pihak-pihak eksternal
perusahaan.
3. Membangun hubungan kerja, yaitu kemampuan untuk membangun dan memelihara
jaringan kerja sama.
4. Mengembangkan orang lain, yaitu kemampuan untuk meningkatkan keahlian bawahan
atau orang lain dengan memberikan umpan
balik yang membangun berdasarkan fakta
yang spesifik serta memberikan pelatihan,
dan memberi wewenang untuk memberdayakan dan meningkatkan partisipasinya.
90
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
5. Mengarahkan bawahan, yaitu kemampuan
memerintah, mempengaruhi, dan mengarahkan bawahan dengan melaksanakan
strategi dan hubungan interpersonal agar
mereka mau mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
6. Kerja tim, yaitu keinginan dan kemampuan
untuk bekerja sama dengan orang lain
secara koperatif yang menjadi bagian yang
bermakna dari suatu tim untuk mencapai
solusi yang bermanfaat bagi semua pihak.
7. Kepemimpinan kelompok, yaitu keinginan
dan kemampuan untuk berperan sebagai
pemimpin kelompok dan mampu menjadi
suri teladan bagi anggota kelompok yang
dipimpinnya.
Menurut Katnz (1974). Ada 3 tiga
kompetensi yang harus dimiliki oleh manajer
yaitu:
1. Kompetensi teknis adalah ahli dan menguasai teknik serta mampu menggunakannya.
2. Kompetensi sosial adalah kemampuan
bekerja sama dengan orang lain.
3. Kompetensi konsepsional adalah kemampuan
mengindentifikasi
permasalahan
melakukan perubahan secara simultan dan
menyusun konsep-konsep tindakan secara
sistematis
Menurut Mintzberg (1980) manajer adalah:
“Figur kuat yang menjembatani hubungan
antara personal, sebagai layar radar yang
menangkap berbagai fenomena, sebagai
sarana penyalur informasi, sebagai juru bicara,
berperan sebagai inovator, sebagai pemecahan
masalah, sebagai distributor sumber daya
sebagai negosiator dan pengambil keputusan”.
Dengan demikian kompetensi manajer
koperasi adalah suatu kewenangan dalam
menentukan atau memutuskan suatu permasalahan yang ada dalam suatu lingkup koperasi
atau juga dapat diartikan sebagai kemampuan
manajer koperasi dalam menguasai pekerjaan
yang bersifat operasional dan manajerial.
Sehingga perkembangan koperasi yang dikelola oleh manajer dapat terus berkembang dan
diterima oleh anggota koperasi.
2.3. Manajemen Keanggotaan
Menurut Andang K. Ardiwidjaja, 2012.
“Manajemen keanggotaan adalah: Penerapan
fungsi-fungsi manajemen pada bidang keanggotaan koperasi untuk mencapai visi dan tujuan
secara efektif – efisien dan produktif berdasar
91
atas nilai-nilai dan prinsip koperasi”. Keanggotaan adalah kegiatan yang berhubungan
dengan:
1. Pendaftaran anggota baru, penyelesaian
anggota keluar
2. Pengelolaan data keanggotaan misalnya bio
data anggota, kepuasan anggota, dan
partisipasi anggota
3. Pengembangan sumber daya manusia
4. Komunikasi dengan anggota
5. Rapat anggota, waktu, tempat, peserta,
undangan, biaya, bahan, akomodasikonsumsi
6. Pengambilan keputusan oleh anggota di
rapat anggota
Fungsi Perencanaan Keanggotaan adalah:
Suatu
proses analitis-sistematik-seksamakordinatif-bottom up dan pengambilan keputusan untuk tindakan-tindakan bidang keanggotaan dimasa yang akan datang yang
menguraikan: apa yang harus di kerjakan,
kapan di kerjakan dan siapa yang mengerjakan
yang dihubungkan pula dengan biaya dan
sumber pendanaannya.
Fungsi Pengorganisasian Keanggotaan
adalah: Pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab atas pelaksanaan keseluruhan
rencana bidang keanggotaan yang telah
dirumuskan, sehingga visi-tujuan-sasaran dan
target bidang keanggotaan dapat dicapai
dengan efektif dan efisien.
Fungsi Kepemimpinan Keanggotaan adalah:
Mencari kesesuaian pekerjaan bidang keanggotaan dengan gaya kepemimpinan yang
demokratis dan/atau cocok dengan lingkungan
kerja koperasi.
Fungsi Implementasi Keanggotaan adalah
Proses penerapan rencana-rencana bidang
keanggotaan oleh masing-masing unsur dan
bidang dalam organisasi koperasi, dan selalu
melakukan koordinasi ke semua pihak terkait
dan monitoring berkala yang terevaluasi juga
terdokumentasikan.
Fungsi Pengendalian Keanggotaan adalah
Suatu
upaya
yang
sistematis
untuk
menetapkan standar prestasi dan target
rencana bidang keanggotaan, merancang
sistem umpan-balik informasi membandingkan
prestasi sesungguhnya dengan standar yang
terlebih dahulu ditetapkan, menentukan apakah
ada penyimpangan dan mengukur signifikansi
penyimpangan tersebut dan mengambil
tindakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan
92
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
manajemen koperasi dan program koperasi
dengan ilustrasi” the fit models of participation
untuk menjamin bahwa sumber daya
perusahaan yang digunakan sedapat mungkin
dengan cara yang paling efektif dan efisien
guna tercapainya sasaran dan target bidang
keanggotaan.
Jadi
tujuan
utama
dari
pengendalian
keanggotaan
adalah,
“
memastikan bahwa hasil kegiatan bidang
keanggotaan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
2.4. Partisipasi Anggota
Menurut K. Davis, (1998) pengertian
partisipasi yang dikaitkan dengan organisasi
adalah keterlibatan mental dan emosi
seseorang dalam situasi kelompok yang
mendorong seseorang untuk memberikan
kontribusi kepada tujuan kelompok dan
berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan
itu.” Partisipasi anggota merupakan hal vital
dalam pembangunan koperasi. Partisipasi tidak
dapat diasumsikan sebagai sesuatu yang
begitu saja terjadi secara otomatis dalam
keberadaan suatu koperasi. Partisipasi anggota
merupakan roh atau nyawa kehidupan
koperasi. Koperasi tanpa partisipasi anggota
sama halnya raga tanpa roh dan koperasi
semacam ini sama saja dengan koperasi yang
mati.
Partisipasi anggota dibutuhkan untuk
mengurangi kinerja yang buruk, mencegah
penyimpangan dan membuat
pemimpin
koperasi bertanggung jawab. Partisipasi
anggota sering diangggap baik sebagai alat
pengembangan koperasi maupun untuk
mencapai tujuan akhir. Partisipasi anggota
dapat diartikan sebagai keterlibatan mental dan
emosi yang mendorong anggota koperasi untuk
memberikan kontribusi dan ikut bertanggung
jawab atas tercapainya tujuan koperasi.
Perkembangan usaha koperasi akan erat
kaitannya dengan masalah partisipasi anggota
koperasi, berhasil tidaknya suatu koperasi
dalam menjalankan seluruh kegiatan usahanya
akan banyak ditentukan oleh tingkat partisipasi
anggota koperasi. Partisipasi anggota dalam
pelayanan yang diberikan oleh koperasi akan
terwujud jika adanya kesesuaian kepentingan
antara anggota, program (jenis usaha yang
dijalankan oleh koperasi dan manajemen).
Menurut David Corten (Ropke 1998). Dalam
Andang K. Ardiwijadja” berpendapat bahwa,
efektifitas partisipasi anggota ditentukan oleh
Bagan 2.2. Model Partisipasi
Sumber : David Corten (Dalam Andang K.
Ardiwidjaja)
Menurut Ropke (1997) mutu partisipasi
anggota tergantung dari tiga variabel, yaitu: (1)
manfaat yang diterima anggota dari koperasi;
(2) manajemen organisasi berkaitan dengan
pemahaman anggota tentang koperasi; dan (3)
program yang dilakukan koperasi berkaitan
dengan layanan usaha koperasi. Berdasarkan
pendapat Ropke ini dapat dijelaskan bahwa
partisipasi anggota dalam koperasi dipengaruhi
oleh manfaat yang bisa diperoleh anggota dari
koperasi, pemahaman anggota tentang koperasi sebagai akibat dari pengelolaan organisasi
dan manajemen koperai oleh para pengurusnya
dan Mutu layanan usaha koperasi yang telah
diprogramkan oleh para pengelolanya.
Menurut Ropke (1995) membedakan dimensi partisipasi anggota menjadi tiga, yaitu: (1)
partisipasi anggota dalam mengkontribusikan
atau menggerakkan sumber daya; (2)
partisipasi anggota dalam mendapatkan
manfaat layanan; dan (3) partisipasi anggota
dalam pengambilan keputusan.
Di dalam koperasi, partisipasi anggota juga
sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan
yang diselenggarakan koperasi. Apalagi
anggota koperasi merupakan pemilik (owner)
sekaligus sebagai pengguna / pelanggan (user)
koperasi. Artinya bahwa usaha koperasi
memang ditujukan terutama untuk melayani
kebutuhan anggota. Dengan demikian apabila
92
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
anggota sebagai pelanggan utama yang
dilayani koperasi tidak berpartisipasi pada
koperasi, tentu usaha yang diselenggarakan
koperasi menjadi sia-sia. Dengan kata lain,
potensi usaha koperasi tersebut menjadi tidak
bernilai ekonomi. Oleh karena itulah, partisipasi
anggota dalam kegiatan koperasi mutlak
diperlukan oleh koperasi. Hidup-matinya usaha
koperasi sangat ditentukan oleh partisipasi
anggota dalam mendukung dan memanfaatkan
layanan usaha koperasi. Oleh karena itu, tidak
berlebihan
apabila
dikatakan
bahwa
keberhasilan usaha koperasi sangat ditentukan
oleh partisipasi anggota dalam koperasi.
2.5. Kinerja Koperasi
Menurut Prawiro Suntoro, (1999) dalam
Tika, (2006) kinerja adalah : hasil kerja yang
dapat dicapai seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi dalam rangka
mencapai tujuan organisasi dalam periode
waktu tertentu. Unsur - unsur yang terdapat
dalam kinerja terdiri dari:
1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
prestasi karyawan/pegawai seperti: motivasi, kecakapan, persepsi peranan dan sebagainya.
3. Pencapaian tujuan organisasi
4. Periode waktu tertentu.
Menurut Simamora (2002:423) memberikan
batasan kinerja, kinerja merupakan terjemahan
dari bahasa Inggris performance atau job
performance dalam bahasa Indonesia kinerja
disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau
prestasi kerja performance di artikan sebagai
ungkapan kemampuan yang didasari oleh
pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi
dalam menghasilkan sesuatu. Prestasi kerja
(performance)
diartikan
sebagai
suatu
pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu
yang akhirnya secara langsung dapat tercermin
dari output yang dihasilkan baik kuantitas
maupun mutunya. Pengertian diatas menyoroti
kinerja berdasarkan hasil yang dicapai
seseorang setelah melakukan pekerjaan.
Sedangkan menurut (Mathis dan Jackson
2002:78) kinerja pada dasarnya adalah apa
yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh
karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi
seberapa
banyak
mereka
memberikan
kontribusi kepada organisasi. (Mathis dan
Jackson, 2002:8) lebih lanjut memberikan
93
standar kinerja seseorang yang dilihat kuantitas
output, kualitas output, jangka waktu output,
kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif.
Standar kinerja tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria pekerjaan yaitu menjelaskan apaapa saja yang sudah diberikan organisasi untuk
dikerjakan oleh karyawannya, oleh karena itu
kinerja individual dalam kriteria pekerjaan
haruslah diukur, dibandingkan dengan standar
yang ada dan hasilnya harus dikomunikasikan
kepada seluruh karyawan. (Mathis dan
Jackson, 2002:81) juga menjelaskan standar
kinerja dapat berupa output produksi atau lebih
dikenal dengan standar kinerja numerik dan
standar kinerja non numerik.
Kinerja karyawan setiap periodik perlu
dilakukan penilaian. Hal ini karena penilaian
kinerja karyawan tersebut nantinya dapat
digunakan sebagai analisis untuk kebutuhan
dilaksanakannya
pelatihan
(Ivancevich,
2001:389). Penilaian kinerja adalah proses
evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan
pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan
satu set standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan (Mathis dan
Jackson, 2002:81). Penilaian kinerja mempunyai dua kegunaan utama. Penilaian pertama
adalah mengukur kinerja untuk tujuan
memberikan penghargaan seperti misalnya
untuk promosi. Kegunaan yang lain adalah
untuk pengembangan potensi individu (Mathis
dan Jackson, 2002:82).
Istilah kinerja berasal dari kata job
Performance atau Actual Performance prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
oleh seseorang. Menurut A.A Anwar Prabu
Mangkunegara, (2000:67).Pengertian Kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya
sesuai
dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
kinerja adalah faktor kemampuan ( Ability) dan
faktor motivasi( motivation). Keith Davis,
(1964:484) merumuskan bahwa:
Human Performance = Ability+ motivation
Motivation
= Attitude+ Situation
Ability
= Knowledge+ Skill
a. Faktor Kemampuan
Kemampuan seorang personil koperasi
terdiri dari kemampuan IQ dan kemampuan
94
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
reality (Knowledge + skill). Artinya, personil
koperasi yang mempunyai
IQ diatas rata-rata (IQ 110-112) melalui
pendidikan yang memadai untuk jabatan/
posisinya dan trampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, maka ia lebih mudah
mencapai kinerja yang di harapkan.
b. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang
pengurus dan pengawas dalam menghadapi
situasi kerja, motivasi merupakan kondisi
yang menggerakan diri personil yang
terarah untuk mencapai tujuan organisasi
koperasi. Menurut David Croney dan Paul
Croney (1992), mendefenisikan kinerja
(performance) suatu tingkat kemajuan,
kemunduran, kemampuan dari perorangan
ataupun kelompok yang terukur berkaitan
terhadap waktu, dengan suatu batasan nilai
yang dapat berupa persentase ataupun
dengan nilai nyata (real), dan pada
umumnya
di
transformasikan
dalam
kualifikasi dari yang sangat buruk sampai
dengan sangat baik.
Berdasarkan pengertian kinerja tersebut
dapat disimpulkan bahwa kinerja personil
koperasi merupakan suatu tingkat keberhasilan
koperasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan
sesuai dengan beban kerja yang diberikan oleh
organisasi koperasi terhadap mereka. Kinerja
personil koperasi menggambarkan hasil kerja
yang diperoleh personil koperasi. Semakin
besar hasil kerja yang diperoleh maka semakin
tinggi pula kinerja personil koperasi. Untuk
mencapai kinerja koperasi yang tinggi maka
semua unsur yang terlibat dalam organisasi
koperasi harus mampu mencapai hasil yang
maksimal, sehingga dapat bermanfaat bagi
organisasi koperasi khususnya untuk mempromosikan ekonomi anggota.
Pada akhirnya memunculkan banyak pertanyaan yang intinya di sekitar mencari jawaban
terhadap pertanyaan koperasi yang seperti
apakah yang perlu di wujudkan dalam rangka
menciptakan perbaikan sosial-ekonomi masyarakat jawaban terhadap pertanyaan tersebut,
dapat mencakup berbagai hal yang luas, tetapi
yang terpenting adalah :
1. Adanya gambaran aktual dari eksistensi
koperasi di masyarakat serta kaitannya
dengan berbagai institusi lainnya
2. Identifikasi terhadap pihak-pihak yang terkait
langsung dan rumusan sasaran yang
jelas baik pihak yang lain yang berkepentingan
3. Batasan potensi dan kapasitas yang
selayaknya dimiliki oleh organisasi koperasi
4. Identifikasi terhadap kebutuhan kelompok
dan sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai kemajuan lebih lanjut.
Evaluasi kinerja pada umumnya diartikan
sebagai upaya menyusun gambaran aktual
suatu organisasi dikaitkan dengan tujuan yang
hendak dicapainya. Tujuan universal koperasi
adalah mempromosikan ekonomi anggota.
Artinya organisasi koperasi menerima mandat
untuk menjalankan berbagai fungsi aktivitas
yang menghasilkan outcome berupa promosi
ekonomi anggota.
Promosi ekonomi anggota merupakan
konsep yang masih umum, pada kenyataannya
terminologi ini harus diterjemahkan ke dalam
indikator-indikator
yang
sesuai
dengan
kepentingan, keinginan atau tujuan ekonomi
spesifik dari para anggota koperasi.
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data
yakni data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari
lapangan secara empirik. Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh dari
literatur. Data primer meliputi data kualitatif dan
data kuantitatif. Sumber data kualitatif adalah
responden atau instrumen pada lokasi
penelitian. Sumber data kuantitatif adalah
sampel. Responden dalam penelitian ini adalah
para pengelola koperasi simpan-pinjam di Dili
Timor-leste.
Penelitian ini menggunakan analisis jalur
(Path Analysis). Menurut Ridwan dan Engkos
Achmad Kuncoro (2007, p2-3) Path Analysis
digunakan untuk menganalisis pola hubungan
antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh langsung maupun tidak langsung
seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap
variabel terikat (endogen). Analisis jalur yang di
kenal dengan path analysis dikembangkan
pertama 1920-an oleh seorang ahli genetika
yaitu Sewll Wright (Joreskog & Sorbom, 1996;
Johnson & Wichern,1992).
Manfaat lain model path analysis adalah:
1. Penjelasan (explanation) terhadap fenomena yang di pelajari atau permasalahan yang
diteliti.
2. Prediksi nilai terikat (Y) berdasarkan nilai
variabel bebas (X), dan di prediksi dengan
path analysis ini bersifat kualitatif.
94
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
3. Faktor determinan yaitu penentuan variabel
bebas (X) mana yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat
digunakan untuk menelusuri mekanisme
(jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y).
4. Pengujian model, menggunakan theory
trimming baik untuk uji reliabilitas (uji
keajegan) konsep yang sudah ada ataupun
uji pengembangan konsep baru.
Asumsi-asumsi Path Analysis
1. Pada model path analysis, hubungan antar
variabel adalah bersifat linear adaptif dan
bersifat normal
2. hanya sistem aliran kasual ke satu arah
artinya tidak ada arah kasualitas yang
berbalik
3. variabel terikat (endogen) minimal dalam
skala ukur interval dan ratio
4. menggunakan probability sampling yaitu
teknik
pengambilan
sampel
untuk
memberikan peluang yang sama pada
setiap anggota populasi untuk dipilih untuk
menjadi anggota sampel.
5. observed variabel diukur tanpa kesalahan
(instrumen pengukuran valid dan reliable)
artinya variabel yang diteliti dapat di
observasi secara langsung.
6. model yang dianalisis dispesifikasikan
(diidentifikasi) dengan benar berdasarkan
teori-teori dan konsep-konsep yang artinya
model teori yang dikaji atau diuji dibangun
berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang
mampu menjelaskan hubungan kasualitas
antar variabel yang diteliti.
3. HASIL PENELITIAN
3.1 Profil Koperasi
Secara keseluruhan jumlah koperasi yang
dalam penelitian ini berjumlah 15 unit KSP
dengan jumlah responden sebanyak 86 orang.
3.2. Profil Responden
3.2.1. Jenis Kelamin
Penyebaran angket dilakukan secara acak
terhadap responden baik pria maupun wanita.
Adapun hasil dari penyebaran angket tersebut
dijelaskan seperti yang tertera pada tabel 3.1.
Tabel di atas menjelaskan bahwa komposisi
responden yang ada di koperasi Timor Leste
dengan rincian laki-laki sebesar 67,44%, dan
perempuan sebesar 32,56%.
95
Tabel 3.1.
Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki
58
67,44
Perempuan
28
32,56
Jumlah
86
100,00
Sumber:
Data penelitian diolah tahun 2013
3.2.2. Usia
Dilihat dari usia yang dijadikan sebagai
objek penelitian terdapat usia yang kurang dari
25 tahun sampai dengan di atas 51 tahun
seperti yang ada pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2.
Usia Responden
Usia
Jumlah
Persentase
< 25 tahun
9
10,46
26 – 30 tahun
21
24,41
31 – 35 tahun
16
18,60
36 – 40 tahun
14
16,27
41 – 45 tahun
11
12,79
46 – 50 tahun
10
11,62
> 51 tahun
Jumlah
6
6,97
86
100,00
Sumber: Data penelitian diolah tahun 2013
Tabel di atas menjelaskan bahwa
komposisi responden yang memiliki usia kurang
dari 25 tahun sebesar 10,46%, usia 20-30
tahun sebesar 24,41% usia 31-35 tahun
sebesar 18,60%, usia 36-40 tahun sebesar
16,27%, usia 41-45 tahun sebesar 12,79%,
usia 46-50 tahun sebesar 11,62%, dan usia
diatas 51 tahun sebesar 6,97%.
3.2.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dijadikan sebagai
responden juga bervariasi dari mulai lulusan
SMA sampai dengan Strata dua, untuk lebih
terincinya dituangkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3. menjelaskan bahwa komposisi
responden dari tingkat pendidikan yang ada di
Timor Leste memiliki komposisi pendidikan
sebagai berikut, pendidikan SMA sebesar
74,41, pendidikan D-2 sebesar 0 %, pendidikan
D-3 sebesar 13,96%, pendidikan S-1 sebesar
9,30%, dan pendidikan S-2 sebesar 2,32%.
96
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
Tabel. 3.5.
Hubungan Antarvariabel Penelitian
Tabel 3.3.
Tingkat Pendidikan Responden
SLTA
Jumlah
Persentase
64
74,41
D-2
0
0,00
D-3
12
13,96
S-1
8
9,30
S-2
2
2,32
86
100,00
Jumlah
Correlations
X1
X2
Spearman's rho
Pendidikan
Sumber: Data penelitian diolah tahun 2013
3.2.4. Masa Kerja
Masa kerja responden yang dijadikan objek
penelitian bervariasi dari lama bekerja kurang
dari lima tahun sampai dengan di atas 25
tahun, untuk lebih lengkapnya seperti pada
tabel di bawah ini :
X3
Y
Tabel 3.4.
Masa Kerja Responden
X1
X2
X3
Y
Correlation
Coefficient
1.000
0.712*
0.82*
.825
Sig. (2-tailed)
.
.230
.095
.045
*
N
51
51
51
Correlation
Coefficient
0.712*
1.000
.628
.804
Sig. (2-tailed)
.230
.
.000
.000
N
51
51
51
51
Correlation
Coefficient
0.82*
.628
1.000
.757
Sig. (2-tailed)
.095
.000
.
.000
N
51
51
51
Correlation
Coefficient
.825
.804
.757
Sig. (2-tailed)
.045
.000
.000
.
N
51
51
51
51
*
**
**
51
**
**
**
51
**
1.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data penelitian diolah tahun 2013
Lama Bekerja
Jumlah
Persentase
< 5 tahun
47
54,65
6 – 10 tahun
35
40,69
11 – 15 tahun
4
4,65
16 – 20 tahun
0
0,00
21 – 25 tahun
0
0,00
26 – 30 tahun
0
0,00
86
100,00
Jumlah
Sumber:
Tabel di atas memperlihatkan bahwa
besarnya hubungan antar variabel penelitian
sebagai berikut:
1. Hubungan antara variabel Kompetensi
manajer (X1) dengan kinerja koperasi (Y)
didapat nilai sebesar 0,825. Sehingga
apabila dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai
tingkat hubungan yang kuat dan searah
karena nilainya positif .
2. Hubungan antara variabel Manajemen
anggota (X2) dengan kinerja koperasi (Y)
didapat nilai sebesar 0,804. Sehingga
apabila dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai
tingkat hubungan yang kuat dan searah
karena nilainya positif
3. Hubungan antara variabel Partisipasi
anggota (X3) dengan kinerja koperasi (Y)
didapat nilai sebesar 0,757. Sehingga
apabila dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai
tingkat hubungan yang kuat dan searah
karena nilainya positif.
4. Hubungan antara variabel Kompetensi
manajer(X1) dengan manajemen keanggotaan (X2) didapat nilai sebesar 0,712.
Sehingga apabila dikonsultasikan dengan
tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempu-
Data penelitian diolah tahun 2013
Tabel di atas menjelaskan bahwa komposisi
masa kerja responden sebagai berikut, lama
bekerja kurang dari 5 tahun sebesar 54,65 %,
lama bekerja 6-10 tahun sebesar 40,69%, lama
bekerja 11-15 tahun sebesar 4,65%, lama
bekerja 16-20 tahun sebesar 0 %, lama kerja
21-25 tahun sebesar 0%, lama kerja 26 sampai
diatas 30 tahun sebesar 0%.
3.3 Hasil Pengujian
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat
diihat hubungan antar variabel penelitian, yaitu
hubungan antar kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, kompetensi, dan kinerja
koperasi, maka dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
96
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
nyai tingkat hubungan yang kuat dan searah
karena nilainya positif
5. Hubungan antara variabel Kompetensi
manajer(X1) dengan Partisipasi anggota
(X3) didapat nilai sebesar 0,820. Sehingga
apabila dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai
tingkat hubungan yang kuat dan searah
karena nilainya positif
6. Hubungan antara variabel manajemen
keanggotaan(X2) dengan Partisipasi anggota (X3) didapat nilai sebesar 0,628. Sehingga
apabila dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai
tingkat hubungan yang kuat dan searah
karena nilainya positif.
3.2.5. Analisis Jalur
Dari skor data hasil penelitian diolah
dengan memakai program amos version 6,
didapat nilai-nilai analisis jalur (path analysis)
seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 4.1.
Kausalitas X1, X2, dan X3 dengan Y
Dari gambar di atas, maka dapat dihitung
mengenai pengaruh antar variabel penelitian
baik secara langsung maupun tidak langsung
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4.73.
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Variabel Penelitian
var
koef.
Jalur
Jalur
Korelasi
peng
langs
x1
0
x2
x1
0,35
0,1225
x2
0,38
0,1444 0,08
x3
0,39
0,1521 0,35 0,46
x3
0.33 0.35
0
pengaruh tidak langsung
melalui
x1
x2
x3
0
0,46 0,04389
0
0,0478
tot tdk
total
langsung
0,04389 0,04778 0,214165 0,214165
0
0,0682
0,212572 0,256462
0,06817
0
0,268047 0,268047
Pengaruh X1,X2, dan X3 terhadap Y
0,738674
Dari hasil hasil analisis dan perhitungan di
atas dapat dilihat bahwa pengujian hasilnya
signifikan dan
dapat disimpulkan bahwa
97
terdapat
pengaruh
kompetensi
manajer
terhadap kinerja koperasi di Timor Leste.
Pengaruh langsung kompetensi manajer
terhadap kinerja koperasi (PYX1)2 =
0.35
x0,35= 0,1225 atau sebesar 12,25%, dan
pengaruh tidak langsung kompetensi manajer
terhadap kinerja koperasi adalah:
1. Pengaruh kompetensi manajer terhadap
kinerja melalui manajemen keanggotaan:
yaitu: 0.35 × 0,33 × 0.38 = 0,04389 atau
sebesar 4,39%
2. Pengaruh kompetensi manajer terhadap
kinerja melalui kompetensi:= 0.35 × 0.35 ×
0,39 = 0,047775 atau sebesar 4,78%
Pengaruh kompetensi manajerterhadap
kinerja koperasi yaitu:= 12,25% + 4,39% +
4.8% = 21,44%, sedangkan pengaruh lain
diluar kompetensi manajer yaitu sebesar 100%21.44% = 78,56% dipengaruhi faktor lain.
a. Pengaruh
Manajemen
keanggotaan
terhadap Kinerja koperasi di Timor Leste
Bentuk hipotesis statistik untuk menguji
hipotesis penelitian dan pembuktian teori yang
mendasari pengaruh manajemen keanggotaan
terhadap kinerja koperasi di Timor Leste:
H0 : yx2 =0, Tidak
terdapat
pengaruh
manajemen
keanggotaan
terhadap kinerja koperasi di
Timor Leste
H1: yx2 0, Terdapat pengaruh manajemen
keanggotaan terhadap kinerja
koperasi di Timor Leste
Berdasarkan hasil perhitungan statistik
dengan menggunakan ½ = 0.05 diperoleh
hasil pengujian menunjukkan t hitung = 3.728 dan
tsignifikan = 000 Artinya bahwa thitung
ttabel,
sehingga menolak H0 dan menerima H1 artinya
bahwa
terdapat
pengaruh
manajemen
keanggotaan terhadap kinerja koperasi Timor
Leste..
3.4. Analisis Kompetensi manajer koperasi
di Timor- Leste
Kompetensi manajer yang diterapkan pada
suatu organisasi merupakan kemampuan dan
keterampilan seseorang yang menduduki
jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk
mempengaruhi orang lain, terutama anggotanya, untuk berpikir dan bertindak sedemikian
rupa sehingga melalui perilaku yang positif
memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi (Winardi 2002:63). Dari
98
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
kepada setiap pegawai/anggota, sehingga
mempunyai kerelaan dan semangat dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu
pimpinan memiliki tugas untuk meningkatkan
anggota agar kinerja koperasi meningkat. Dari
hasil penelitian manajemen keanggotaan memiliki rata-rata skor sebesar 405 masuk kedalam
kriteria tinggi artinya bahwa manajemen keanggotaan yang diberikan telah dipersepsi baik
oleh anggotanya, hal ini ditunjang dimensi oleh
kualitas pelayanan dengan skor sebesar 420
dengan kriteria tinggi, yang dijelaskan oleh
keberanian anggota dalam mengambil risiko,
terdorongnya anggota melakukan pekerjaan
lebih baik lagi, dan adanya dorongan untuk
ekonomi anggota memiliki keinginan untuk
mencapai prestasi lebih tinggi. Dimensi
kebutuhan akan afiliasi memiliki skor sebesar
404 masuk kedalam kriteria sedang karena
hanya ditunjang oleh tidak maunya anggota
untuk merugikan orang lain, yang perlu
diperhatikan manajer yaitu mendorong para
anggota koperasi lebih aktif lagi berinteraksi
dengan orang lain, dan berada bersama orang
lain. Laporan hasil pelayanan dengan rata-rata
skor sebesar 405 masuk kedalam kriteria tinggi,
yang dijelaskan oleh indikator membuat orang
lain terkesan padanya, menjaga reputasi, dan
menjaga kedudukannya.
hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi manajer memiliki rata-rata skor sebesar
404,83 masuk kedalam kriteria tinggi, artinya
bahwa kompetensi manajer koperasi yang ada
di Timor Leste telah dipersepsi baik oleh
anggotanya, hal ini ditunjang oleh orientasi
hubungan maupun orientasi tugas, orientasi
kebijaksanaan yang dilakukan oleh pimpinan
dengan rata-rata skor sebesar 421 masuk
kedalam kriteria tinggi, hal ini ditunjang oleh
indikator pimpinan membantu bawahan dalam
menyelesaikan tugas, menyediakan waktu
untuk mendengarkan permasalahan, menyediakan waktu untuk mendiskusikan permasalahan dan mendiskusikannya dengan anggotanya, serta mau menerima saran dari
anggotanya, (Rivai:2005;51), kecuali yang
masih perlu diperhatikan oleh pimpinan
koperasi yaitu perhatian terhadap kenyamanan
kerja, sikap bersahabat dengan bawahan, dan
memperhatikan terhadap kesejahteraan anggota. Hal ini bertujuan memberikan kepuasan
kepada pegawai (Sedarmayanti: 2009:129).
Orientasi tugas yang dilakukan oleh manajer
koperasi di Timor Leste dengan rata-rata skor
sebesar 404 masuk kedalam kriteria tinggi, hal
ini ditunjang oleh indikator mengarahkan tugas,
merencana-kan tugas, menjelaskan tugas
untuk pembagian kerja, mendelegasikan tugas
untuk pembagian kerja, menerangkan untuk
mengikuti prosedur, meminta bawahan/anggota
untuk mengikuti prosedur, memonitor kerja
bawahan,
mengevaluasi
kerja
anggota/
bawahan, mengkritik terhadap bawahan yang
malas dan berkinerja rendah. Kecuali yang
masih perlu diperhatikan oleh pimpinan koperai
yaitu menentukan target dalam pekerjaan, hal
ini penting dilakukan karena dengan target
pekerjaan yang jelas akan memudahkan untuk
mencapai tujuan organisasi yang ingin dicapai,
disamping itu tidak membingungkan anggota/
bawahan dalam menjalankan arah kebijakan
yang telah ditetapkan.
3.6. Analisis Partisipasi anggota Koperasi di
Timor - Leste
Kompetensi merupakan konsep yang mirip
atau sama dengan konsep kecerdasan, karena
karakteristik dari keduanya menunjuk-kan
kesamaan, yaitu terbentuk dari elemen-elemen
penting yang sangat kompleks dan saling
terkait. Menurut pendapat A. Hanel (1992)
bentuk-bentuk partisipasi anggota dihubungkan
dengan prinsip identitas ganda anggota yaitu :
1. Partisipasi anggota sebagai pemilik
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
b. Partisipasi dalam pengawasan jalan
kegiatan koperasi
c. Partisipasi dalam kontribusi modal, baik
melalui simpanan yang menentukan
kepemilikan (simpanan pokok dan
simpanan wajib) maupun simpanan yang
tidak menentukan kepemilikan (simpanan
sukarela/tabko, sijakop dll)
d. Partisipasi dalam menanggung risiko,
baik risiko pelayanan kepada anggota
3.5. Analisis
Manajemen
Keanggotaan
Koperasi di Timor - Leste
Manajemen merupakan suatu keahlian
dalam menggerakkan anggota dan organisasi
agar mau bekerja agar berhasil, sehingga
tercapai keinginan para anggota sekaligus
tercapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas
pimpinan memberikan motivasi kepada anggota
merupakan proses pemberian kegairahan kerja
98
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
maupun risiko bisnis dengan non
anggota
2. Partisipasi anggota sebagai pengguna
a. Partisipasi dalam membeli barang/jasa
kebutuhan konsumsi (dalam koperasi
konsumen)
b. Partisipasi dalam memanfaatkan jasa
simpanan dan pinjaman (dalam koperasi
simpan-pinjam
c. Partisipasi dalam pembelian bahan baku
dan input lainnya untuk kebutuhan
produksi anggota (dalam koperasi
produsen atau koperasi pengadaan)
d. Partisipasi dalam menjual hasil produksi
atau output produksi (dalam koperasi
produsen atau koperasi pemasaran
e. Partisipasi
dalam
memanfaatkan
pelayanan jasa lainnya, misalnya : jasa
asuransi penjaminan hari tua dan jasajasa lainnya
f. Pada saat anggota memanfaatkan pelayanan barang/jasa koperasi (pada seluruh jenis koperasi) anggota harus turut
aktif membiayai koperasinya, khu-susnya
untuk menutup biaya operasional dan
beban perkoperasian, misalnya : gaji
karyawan, pengurus, penyusutan, biaya
RAT, biaya pelatihan dll.
Dari hasil penelitian partisipasi anggota
memiliki rata-rata skor sebesar 410,22 masuk
kedalam kriteria tinggi artinya bahwa partisipasi
anggota
koperasi yang ada di Timor Leste
telah dipersepsi baik oleh manajernya, hal ini
ditunjang pula oleh dimensi partisipasi dalam
memanfaatkan jasa simpanan dan pinjaman
dengan rata-rata skor sebesar 429 masuk
kedalam kriteria tinggi karena ditunjang oleh
Kecenderungan terhadap bertambahnya anggota koperasi di Timor Leste. Pengaturan diri
sesuai etika, dan Kehandalan, perlu perhatian
dari pimpinan dalam meningkatkan partisipasi
anggota dalam memilih pendekatan yang tepat,
agar partisipasi anggota lebih meningkat lagi.
Dimensi fleksibilitas tersebut dapat dilihat dari
responden tentang pemberian saran dengan
rata-rata skor sebesar 424 masuk kedalam
kriteria
tinggi
karena
ditunjang
oleh
Kemampuan para anggota untuk beradaptasi,
dan bekerja secara efektif dalam berbagai
situasi secara individu, kecuali yang harus
diperhatikan pimpinan dalam meningkatkan
partisipasi anggota yaitu bekerja secara efektif
dalam berbagai situasi secara tim.
99
3.7. Analisis Kinerja koperasi di Timor Leste
Kinerja adalah setiap gerakan, perbuatan,
pelaksanaan, kegiatan atau tindakan yang
diarahkan untuk mencapai tujuan atau target
tertentu (Kusnadi 2003:164). sedangkan
Hariandja (2002;195) mengemukakan kinerja
adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai
atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai
dengan perannya dalam organisasi. Dari hasil
penelitian kinerja koperasi memiliki rata-rara
skor sebesar 412 masuk kedalam kriteria tinggi,
artinya bahwa kinerja koperasi
yang ada di
Timor Leste telah dipersepsi baik oleh
anggotanya, hal ini ditunjang oleh dimensi
kemampuan pengelolaan aset dengan rata-rata
skor sebesar 424 masuk kedalam kriteria tinggi
karena ditunjang oleh kemampuan menggunakan pengetahuan, metode pekerjaan, teknik
pekerjaan, peralatan yang dipergunakan,
pengalaman dalam pekerjaan, dan pelatihan
yang diikuti. Dimensi Kemampuan konseptual
pertumbuhan anggota dengan rata-rata skor
sebesar 430 masuk kedalam kriteria tinggi,ini
ditunjang oleh Memahami tugas pekerjaan, dan
Memahami tanggung jawab sebagai anggota,
kecuali yang harus menjadi perhatian pimpinan
yaitu dalam memahami fungsi pekerjaan.
Dimensi Kemampuan hubungan interpersonal
dengan volume layanan rata-rata skor sebesar
428 masuk kedalam kriteria tinggi, hal ini
ditunjang kemampuan oleh kemampuan
anggota dalam mendorong angota lainnya
untuk bekerja lebih baik lagi, dan kemampuan
melakukan negosiasi, kecuali yang harus
menjadi
perhatian
pimpinan
dalam
meningkatkan
kinerja
koperasi
yaitu
meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama
dengan orang lain.
3.8. Analisis Pengaruh Kompetensi manajer
terhadap Kinerja koperasi di Timor
Leste
Berdasarkan
hasil
pengolahan
data,
diperoleh hasil pengaruh kompetensi manajer
terhadap kinerja koperasi di Timor Leste
dengan pengaruh sebesar 11,83%, dan sisanya
dipengaruhi faktor lain, maka penelitian ini
membuktikan bahwa kompetensi manajer
berpengaruh terhadap kinerja koperasi, dengan
demikian penelitian ini membuktikan teori yang
diajukan Menurut Wattson Wyatt dalam Ahmad
S. Ruky (2003:106-107). Mendefinisikan kom-
100
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
berpengaruh terhadap kinerja koperasi, maka
penelitian ini membuktikan teori yang diajukan
dan mendukung hasil penelitian sebelumnya,
yaitu teori yang dikemukakan oleh Gilmore
(1996:42): Kompetensi merupakan kemampuan
untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan
keterampilan secara efektif dalam mencapai
kinerja terbaik dalam status tugas tertentu.
Manajer yang memiliki kompetensi diharapkan
dapat mencapai kinerja yang lebih baik lagi
dalam menghadapi pekerjaan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rahayu dan Pujaningsih (2012) yang
menyatakan bahwa partisipasi anggota dapat
mempengaruhi kinerja pegawai.
Dengan demikian tingggi-rendahnya kompetensi manajer akan menentukan tinggirendahnya kinerja koperasi di Timor Leste.
Untuk lebih meningkatkan partisipasi anggota,
maka pimpinan dalam meningkatkan kompetensi melalui kontrol diri, dimana pimpinan
harus meningkatkan partisipasi anggota dengan memilih pendekatan yang tepat lagi, dan
fleksibilitas, dimana pimpinan harus meningkatkan partisipasi anggota melalui bekerja
secara efektif dalam berbagai situasi secara
tim.
petensi sebagai kombinasi dari keterampilan
(skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku
yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis
untuk suksesnya sebuah organisasi dan
prestasi
kerja serta kontribusi
pribadi
keanggotaan terhadap organisasinya.
Dipersepsinya kompetensi manajer koperasi
dengan baik oleh anggotanya yang ada di
koperasi simpan-pinjam Timor Leste dapat
meningkatkan kinerja koperasi, oleh karena itu
untuk dapat lebih meningkatkan lagi kinerja
koperasi, maka diperlukan kompetensi manajer
yang mampu untuk meningkatkan perhatian
terhadap kenyamanan anggota dalam bekerja,
meningkatkan sikap bersahabat dengan
bawahan, lebih meningkatkan lagi perhatiannya
terhadap
kesejahteraan
pegawai,
dan
menentukan target lebih tepat lagi dalam
pekerjaan.
3.9. Analisis
Pengaruh
Manajemen
keanggotaan terhadap Kinerja koperasi
di Timor Leste
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil pengaruh manajemen keanggotaan
terhadap kinerja koperasi di Timor Leste
dengan pengaruh sebesar 13.11%, dan sisanya
dipengaruhi faktor lain, maka penelitian ini
membuktikan bahwa manajemen keanggotaan
berpengaruh terhadap kinerja koperasi. Penelitian ini membuktikan teori yang diajukan
menurut Winardi (2004:63): “Bahwa yang paling
penting dalam kinerja koperasi adalah motivasi
dan kemampuan pekerja. Seorang pemimpin
harus mampu memotifasi, mempengaruhi,
mengarahkan dan berkomuni-kasi dengan
bawahan, maka bawahan yang dimotivasi
dipengaruhi, diarahkan dan diajak komunikasi
dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan
kerjanya.
3.11. Analisis Pengaruh Kompetensi Manajer, Manajemen keanggotaan, dan
Partisipasi Anggota terhadap Kinerja
koperasi di Timor Leste
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil pengaruh kompetensi manajer,
manajemen keanggotaan, dan partisipasi
anggota terhadap kinerja koperasi di Timor
Leste dengan pengaruh sebesar 45,20%, dan
sisanya dipengaruhi faktor lain, maka penelitian
ini membuktikan bahwa kompetensi manajer,
manajemen keanggotaan, partisipasi anggota
berpengaruh
terhadap
kinerja
koperasi,
sedangkan sisanya adalah faktor lain yang
tidak diteliti dan turut mempengaruhi terhadap
kinerja pegawai di Timor Leste.
Dengan terbuktinya hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini, yaitu
pengaruh
kompetensi manajer, manajemen keanggotaan,
dan partisipasi anggota sangat berpengaruh
terhadap kinerja koperasi, maka oleh karena itu
seorang manajer supaya kinerja koperasi
meningkat, harus memperhatikan kompetensi
manajer yang dapat direspon secara positif
oleh anggota, pemberian tugas dan tanggung
3.10. Analisis
Pengaruh
Kompetensi
manajer terhadap Kinerja koperasi di
Timor- Leste
Berdasarkan
hasil
pengolahan
data,
diperoleh hasil pengaruh kompetensi terhadap
kinerja koperasi dengan total pengaruh
sebesar 20,89%. Sedangkan sisanya adalah
faktor lain yang tidak diteliti dan turut
mempengaruhi terhadap Kinerja pegawai
di
Timor Leste.
Dengan terbuktinya hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini, yaitu
kompetensi
100
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
jawab dalam melaksanakannya sehingga dapat
meningkatkan kinerja koperasi. Perhatian
pimpinan harus difokuskan kepada dimensi dan
indikator dari masing-masing variabel tersebut.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Tesis ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa besar Pengaruh Kompetensi Manajer, Manajemen Keanggotaan, Partisipasi Anggota terhadap Kinerja Koperasi yang
ada di Timor Leste.
Berdasarkan pada analisis yang telah
dilakukan, maka besarnya pengaruh hubungan
antar variabel dependen yaitu Kompetensi
Manajer (X1) Manajemen Keanggotaan (X2)
Partisipasi Anggota (X3) dan variabel independen Kinerja Koperasi (Y) secara signifikan
variabel penelitian tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Hubungan antara variabel Kompetensi
manajer (X1) dengan kinerja koperasi (Y)
didapat nilai sebesar 0,825. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interprettasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat
hubungan yang kuat dan searah karena
nilainya positif .
2. Hubungan antara variabel Manajemen anggota (X2) dengan kinerja koperasi (Y) didapat nilai sebesar 0,804. Sehingga apabila
dikonsultasikan dengan tabel interpretasi
nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya
positif
3. Hubungan antara variabel Partisipasi
anggota (X3) dengan kinerja koperasi (Y)
didapat nilai sebesar 0,757. Sehingga
apabila dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai
tingkat hubungan yang kuat dan searah
karena nilainya positif.
4. Hubungan antara variabel Kompetensi
manajer(X1) dengan manajemen keanggotaan (X2) didapat nilai sebesar 0,712.
Sehingga apabila dikonsultasikan dengan
tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan
yang kuat dan
searah karena nilainya positif
5. Hubungan antara variabel Kompetensi
manajer(X1) dengan Partisipasi anggota
(X3) didapat nilai sebesar 0,820. Sehingga
apabila dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai
101
tingkat hubungan yang kuat dan searah
karena nilainya positif
6. Hubungan antara variabel manajemen
keanggotaan(X2) dengan
Partisipasi
anggota (X3) didapat nilai sebesar 0,628.
Sehingga apabila dikonsultasikan dengan
tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan
yang kuat dan
searah karena nilainya positif.
4.2. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian yang
telah dilakukan dan kesimpulan dalam upaya
meningkatkan kinerja untuk pengembangan
koperasi supaya dapat mencapai target dan
sasaran yang optimal, maka dalam pelaksanaan organisasi koperasi melaksanakan hal-hal
yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut :
1. Diperlukan upaya peningkatan kompetensi
dari pengurus koperasi untuk meningkatkan
partisipasi anggota dalam kinerja koperasi
sehingga koperasi bisa berjalan dengan baik
dan selanjutnya berdampak positif terhadap
pencapaian kinerja koperasi.
2. Manajemen Koperasi harus berupaya dapat
mengendalikan seluruh potensi anggota
organisasi dan pengguna sumber daya
organisasi serta segenap fasilitas kerja yang
ada agar tujuan dari organisasi benar-benar
dapat tercapai.
3. Peran serta partisipasi anggota sangat
menunjang dalam kegiatan organisasi
koperasi baik berupa kontribusi modal,
pengawasan,
pengambilan
keputusan,
pengadaan bahan produksi dan lainnya
harus turut aktif untuk mengakomodir
jalannya koperasi ini akan berdampak pula
pada operasional dari koperasi agar berjalan
secara berkesinambungan dan relevan
dengan tujuan organisasi.
4. Mengoptimalkan kinerja untuk menopang
kegiatan dan pelayanan perlu dilakukan
evaluasi secara berkala baik dilakukan
dengan berkomunikasi langsung dengan
karyawan atau tidak langsung, mengadakan
pelatihan baik teknis maupun non teknis.
Hal ini sangatlah perlu untuk mengembangkan potensi indvidu sehingga secara
102
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
langsung akan berpengaruh
kemajuan organisasi.
Kep.Men.No.129/Kep/M/ Kukmm / Xi / 2002,
Hambatan,
Permasalahan
Dan
Implementasinya
(EKN-135)
Kinerja
Koperasi
terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Andang K. Ardiwidjaja, 2012. Membangun
SistemInformasi Akuntansi dan Sistim
Informasi Pelayanan Bisnis-Perusahaan
Mintzberg (1980),
dan Katnz (1974),
membangun sistem informasi akuntansi
dansisetim
informasi
pelayanan-bisnis
perusahaan koperasi.
Atje Partadireja dalam Satiakusumah (2002:60)
: “Keberhasilan “Koperasi
Mohammad
Hatta
dalam
(1996:4).Definisi koperasi
Atje Partadireja dalam Satiakusumah (2002:60)
: “Keberhasilan “Koperasi
Masri, Singarimbun, 1987, ”Metode Penelitian
Survey” Jakarta:LP3ES
Arifin, Sitio dan Haloman, 2001, “Koperasi:Teori
dan Praktek” Jakarta:Erlangga
Ramudi Ariffin (2002).Manajemen koperasi
David Corten (Ropke 1998). Membangun
SistemInformasi Akuntansi dan Sistim
Informasi Pelayanan Bisnis-Perusahaan
Dalam Andang K. Ardiwijadja.
Dulfer
(1994).
manajemn
koperasi
Sukamdiyo,
Ropke (1989:106) bahwa : “Kualitas partisipasi
anggota Koperasi
Sugiyono, (2009), “Statistika Untuk Penelitian”
Cetakan kelima belas, Penerbit CV.
Alfabeta, Bandung
dalam
Ramudi Arifffin
TIM IKOPIN, 2000, ”Penjiwaan Koperasi”
Bandung:IKOPIN Laporan RAT Koperasi
Simpan Pinjam: Berbagai tahun Undangundang RI Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasia
Rochdale(1948), Prinsip-prinsip koperasi
Hanel (1989). Konsep koperasi
Hendar dan Kusnadi, 2002, Ekonomi Koperasi
(Untuk Perguruan Tinggi), Jakarta, Fakultas
Ekonomi UI.
Wattson Wyatt dalam Ahmad S. Ruky
(2003:106-107). Human Capital Leverage,
Kinerja Koperasi. Dalam Sugiyanto
Internasional Cooperative Allience (ICA, 23
September 1995) definisi koperasi
Undang-undang Republik Indonesia no.25/1992
tentang Perkoperasian
John Ropke yang dikutip Ramudi Arifin dan
Andang K. Ardiwidjaja “Partisipasi anggota.
102
Download