BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Dalam arti luas
investasi terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu: aktiva riil (real assets) dan
investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable
securities atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti
emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. Sedangkan aktiva
finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim
atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas.
Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah
entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: investasi langsung (direct
investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing). Investasi
langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara
langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan
harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan
capital gains. Sedangkan investasi tidak langsung terjadi bilamana suratsurat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan
investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara.
9
Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga
keuangan terdaftar, yang bertindak sebagai perantara atau intermediary.
Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara
(pialang) mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam
investasi langsung, selainitu juga akan memperoleh penerimaan berupa
capital gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh
perusahaan perantara tersebut.(sunariyah,2011:6)
B. Pasar modal
Pasar modal menurut Sunariyah (2011:46) adalah sarana yang
mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana ( surplus fund
) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund), di mana dana yang
diperdagangkan merupakan dana jangka panjang, dari pengertian ini dapat
diketahui perbedaannya dengan pasar uang yaitu pada jangka waktu dana
yang diperdagangkan.
Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan
sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek”. (Iggi H Achsien,2010:25)
1. Macam-macam pasar modal menurut Abdul Manan (2009:26)
a. Pasar perdana
Yang dimaksud pasar perdana adalah penjualan perdana efek / atau
sertifikat atau pejualan yang dilakukan sesaat sebelum perdagangan di
10
bursa / pasar sekunder. Pada pasar ini efek/sertifikat diperdagangkan
dengan harga emisi. Pada pasar perdana perusahaan akan memperoleh
dana dengan menjual sekuritas (saham, obligasi, hipotek).
b. Pasar sekunder
Yang dimaksud dengan pasar sekunder adalah penjualan efek/sertifikat
setelah pasar perdana berakhir. Pasar sekunder merupakan pasar di
mana surat berharga di jual setelah pasar perdana. Ditinjau dari sudut
investor, pasar sekunder harus dapat menjamin likuiditas dari efek.
Artinya, investor menghendaki dapat membeli kembali sekuritas jika
ia punya dana dan juga menghendaki menghendaki menjual sekuritas
untuk memperoleh uang tunai atau dapat mengalihkan kepada investor
lain. Dari sudut pandang perusahaan, pasar sekunder merupakan
wadah untuk menghimpun para investor baik para investor lembaga
maupun investor perorangan.
c. Bursa paralel
Bursa paralel adalah suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi
di luar bursa efek Jakarta, dengan bentuk pasar sekunder, diatur dan
diselenggarakan dengan oleh perserikatan perdagangan uang dan efekefek (PPUE), diawasi dan dibina oleh Badan Pelaksana Pasar Modal
(Bapepam).
2. Manfaat pasar modal Abdul Manan (2009:35):
a. Manfaat bagi investor antara lain:
11
1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi,
peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga yang
menjadi capital baru.
2. Sebagai pemegang saham, investor memperoleh dividen,
sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap
(bagi hasil) atau pendapatan yang lain yang mengambang.
3. Mempunyai hak suara dalam RPUS bagi pemegang saham,
mempunyai hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi
pemegang obligasi.
4. Dapat dengan mudah mengambil instrumen investasi misalnya
dari saham A ke ke saham B sehingga dapat meningkatkan
keuntungan atau mengurangi risiko investasi.
5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen
untuk mengurangi risiko.
b. Manfaat bagi pemerintah :
Dengan
dengan
berkembangnya pasar modal,
perusahaan-
perusahaan menjual sahamnya di bursa efek, hal ini akan sejalan
dengan tujuan pemerataan haasil pembangungan, membuka
kesempatan kerja, dan tidak kalah pentingnya adalah mengurangi
ketegangan sosial di kalangan masyarakat.
Dana yang diperoleh perusahaan yang go public dapat digunakan
untuk memperluas jaringan usaha, kondisi yang demikian ini jelas
akan membuka kesempatan kerja.
12
Dan dengan kondisi ini pula akan terjadi pendayagunaan secara
optimal dana yang dimiliki oleh masyarakat untuk dimanfaatkan
dalam mendorong pembangunan.
c. Manfaat bagi perusahaan dan dunia usaha :
1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka
panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi
sumber dana secara optimal.
2. Membarikan
wahana
investasi
bagi
investor
sekaligus
memungkinkan upaya diversifikasi.
3. Menyediakan indikator utama (leading incator) nagi tren
ekonomi Negara
4. Memungkunkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai
lapisan masyarakat menengah.
5. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat
dengan prospek yang baik.
7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan
dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan,
likuiditas, dan diversifikasi investasi.
8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan
akses control sosial.
13
9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka,
pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim
berusaha yang sehat.
C. Pasar modal Syariah
Pasar modal syariah menurut fatwa Dewan Syariah Nasional {DSN) –
Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 40/DSN-MUI/X/2003, tentang pasar
modal dan pedoman umum penerapan prinsip Syariah di bidang pasar
modal adalah: pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya
terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan
mekanisme perdagangannya telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.
1. Instrument pasar modal syariah terdiri:
a. Emiten syariah
Emiten syariah adalah perusahaan publik yang menerbitkan
efek syariah yang jenis, produk barang,jasa yang diberikan dan
akad serta cara pengelolaan perusahaan tidak boleh bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah. Jenis kegiatan usaha yang
bertentangan syariah adalah perjudian dan permainan yang
tergolong judi atau perdagangan yang dilarang, lembaga keuangan
konvensional
(ribawi),
termasuk
perbankan
dan
asuransi
konvensional, produsen dan distributor atau penyedia barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat,
melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat
14
transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga
keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.( Ahmad Ifham
Sholihin, 2010:91)
b. Efek Syariah
Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad,
pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi
prinsip-prinsip syariah. Efek syariah mencakup saham syariah,
obligasi syariah, reksadana syariah, kontrak investasi kolektif efek
beragun asset (KIKEBA) syariah, dan surat berharga lainnya yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Operasional Pasar Modal Syariah
Operasional pasar modal syariah menurut fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 40/DSNMUI/X/2003, adalah pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut
prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi
dan manipulasi yang didalamnya mengandung unsur dharar, riba,
risywah, maksiat dan kezaliman. Transaksi yang meliputi unsur-unsur
diatas meliputi:
a. Najsy. yaitu melakukan penawaran palsu.
b. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek
syariah) yang belum dimiliki (short selling).
15
c. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk
memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang.
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan.
e. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah
dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban
penyelesaian pembelian efek syariah tersebut.
f. Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan
pengumpulan
suatu
efek
syariah
untuk
menyebabkan
perubahan harga efek syariah, dengan tujuan mempengaruhi
pihak lain. (Abdul Manan ,2009:68)
D. Reksadana
Dalam kamus keuangan reksadana didefidefinisikan sebagai
portofolio asset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai
perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada
masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai
aktiva bersihnya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar
modal menyebutkan bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dari definisi
yang telah diuraikan disebutkan bahwa reksadana tersebut mempunyai
beberapa karakteristik yaitu pertama, kumpulan dana dan pemilik, dimana
pemilik reksadana adalah berbagai pihak yang menginvestasikan atau
16
memasukkan dananya ke reksadana dengan berbagai variasi. Artinya,
investor dari reksadana dapat perorangan dan lembaga dimana pihak
tersebut melakukan investasi ke reksadana sesuai dengan tujuan investor
tersebut. Kedua, diinvestasikan kepada efek yang dikenal dengan
instrument investasi. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut
diinvestasikan ke dalam instrument investasi seperti rekening Koran,
deposito, surat utang jangka pendek yang dikenal dengan Repurchase
Agreement (REPO), Commercial Papper (CP)/promissory Notes (PN),
surat utang jangka panjang, obligasi dan efek saham maupun ke efek yang
berisiko tinggi seperti opsi, future dan sebagainya. Manajer investasi
melakukan investasi pada masing-masing instrument tersebut mempunyai
besaran ( alokasi asset ) yang bebeda-beda sesuai dengan perhitungan
manajer investasi untuk mencapai tujuan investasi yaitu tingkat
pengembalian yang diharapkan. Ketiga, reksadana tersebut dikelola oleh
manager investasi. Manajer investasi ini dapat diperhatikan dari dua sisi
yaitu sebagai lembaga dan sebagai perorangan. Sebagai lembaga harus
mempunyai izin perusahaan untuk mengelola dana. Dimana izin tersebut
diperoleh dari Bapepam ( Badan Pengawas Pasar Modal ).(Adler Haymans
Manurung,2008:1) , dalam investasi terhadap reksadana terdapat
keuntungan yang bisa diperoleh antara lain:
1. Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko
Jumlah dana yang dikelola oleh reksadana cukup besar, sehingga
memberikan kesempatan bagi pengelola untuk mendivesifikasikan
17
investasinya ke berbagai jenis efek atau alternatif media investasi
lainnya, sehingga hal ini bisa merupakan penyebaran risiko.
2. Biaya rendah
Reksadana yang dikelola secara profesional akan menciptakan
efisiensi dalam pengelolaan, sehingga biaya relatif akan lebih kecil.
Berbeda jika investor melakukan investasi sendiri, yang harus
mengeluarka komisi transaksi yang relatif lebih besar, dan biaya untuk
mendapatkan informasi lebih besar.
3. Dapat dimonitor secara rutin
Pemegang reksadana
dapat memonitor perkembangan harga unit
penyertaannya secara rutin, karena setiap hari bursa reksadana akan
menggumumkan Nilai aktiva Bersih (NAB) melalui surat kabar.
4. Likuiditas terjamin
Berbeda dengan saham, reksadana terbuka sangat likuid. Apabila
investor ingin menjual reksadananya, maka perusahaan reksadana yang
bersangkutan wajib membelinya kembali dengan harga NAB yang
berlaku.
Adapun risiko yang didapat dari berinvestasi pada reksadana adalah :
1. Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaaan (NUP)
Hal ini disebabkan oleh turunnya harga dari efek-efek yang menyusun
portofolio (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya). Kemampuan
pengelola invesitasi dalam pengelolaan dana sangat berpengaruh
dalam berkurangnya NUP.
18
2. Risiko likuiditas
Hal ini adalah kesulitan yang dihadapi oleh pihak manajer investasi
apabila sebagian besar pemegang unit penyertaan menjual kembali
(redemption) unit-unit penyertaan yang dipegangnya., sehingga pihak
perusahaan kesulitan dalam menyiapkan dana untuk pembayaran
tersebut.
3. Risiko wanprestasi
Risiko
yang
timbul
karena
perusahaan
asuransi
yang
mengasuransikan kekayaan reksadana tidak segera membayar ganti
rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan pada saat
terjadi
hal-hal
yang
tidak
diinginkan.
(Adler
Haymans
Manurung,2008:16)
E. Reksadana syariah
Reksadana dengan berbasiskan syariah memiliki daya tarik
tersendiri dibandingkan reksadana jenis lain. reksadana syariah adalah
salah satu segmen yang cepat berkembang dalam system keuangan islam.
Meskipun begitu, ketika dibandingkan dengan industri reksadana secara
keseluruhan reksadana syariah masih dalam tahap infansi pertumbuhan
dan perkembangan dalam kurun waktu kurang dari satu dekade.
Tujuan utama reksadana syariah adalah untuk memenuhi
kebutuhan investor yang tidak menginginkan modalnya diinvestasikan
dalam bisnis yang dinilai bertentangan dengan prinsip syariah islam,
19
sehingga sebuah reksadana syariah akan berusaha menawarkan kepada
investornya tingkat pengembalian yang tinggi tanpa harus mengorbankan
prinsip-prinsip yang mereka yakini.
Dalam reksadana syariah berisi akad muamalah yang dibolehkan
dalam islam, yaitu jual beli dan bagi hasil (mudharabah/musyarakah). Dan
disana terdapat banyak maslahat, seperti memajukan perekonomian, saling
member keuntungan diantara pelakunya, meminimalkan risiko dalam
pasar modal, dan sebagainya. Namun didalamnya juga ada hal-hal yang
bertentangan dengan syariah islam, baik dalam segi akad, operasi,
investasi, transaksi, dan pembagian keuntungan.
Bagi umat islam reksadana merupakan hal yang perlu diteliti,
karena masih mengandung hal-hal yang tidak sejalan dengan jaran Islam,
misalnya investasi reksadana pada produk yang diharamkan islam, seperti
minuman keras, judi, pornografi, dan jasa keuangan non syariah,
disamping itu, mekanisme transaksi antara investor dengan reksadana, dan
emiten harus diklarifikasi menurut hukum islam. (Abdul Manan, 2009:71)
F. Jenis-jenis reksadana
1. Dilihat dari jenisnya, reksadana dapat dibedakan menjadi :
a. Reksadana perseroan, adalah perusahaan yang kegiatannya
menghimpun dana dan menjual saham, dan selanjutnya dana dan
penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek
yang diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal. Wujud dari
20
reksadana ini dapat berupa reksadana tertutup dan reksadana
terbuka.
Ciri-ciri reksadana perseroan adalah :
1. Bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas (PT).
2. Pengelolaan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak
antara direksi perusahaan dengan manager investasiyang
ditunjuk.
3. Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak
antara manajer investasi dengan bank kustodian.
b. Reksadana kontrak investasi kolektif (contractual type)
Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif merupakan
instrument penghimpun dana dengan menerbitkan unit penyertaan kepada
masyarakat pemodal dan selanjutnya dana tersebut di investasikan pada
berbagai jenis investasi baik di pasar modal maupun pasar uang. Bentuk
kontrak investasi kolektif ini dapat dijelaskan sebagai kontrak antara
manajer investasi dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit
penyertaan, dimana manajer investasi bertugas dan bertanggung jawab
untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian bertugas
dan bertanggung jawab dalam pengadministrasian dan penyimpanan atas
kekayaan reksadana. (sunariyah,2011,53)
2. Dilihat dari portofolio investasinya, reksadana dapat dibedakan
menjadi:
a. Reksadana pasar uang (money market funds)
21
Reksadana pasar uang didefinisikan sebagai reksada yang
melakukan investasi 100% pada efek pasar uang. Efek pasar uang
sendiri didefinisikan sebagai efek-efek utang yang berjangka
kurang dari satu tahun. Secara umum instrument atau efek yang
masuk dalam kategori ini meliputi Deposito, SBI, Obligasi serta
efek utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan tingkat risiko
paling rendah. Di lain pihak, potensi keuntungan reksadana ini juga
terbatas. Hasil reksadana pasar uang umumnya sangat mirips
dengan tingkat suku bunga deposito karena hamper sebagian besar
portofolio investasi reksadana pasar uang terdiri atas deposito.
b. Reksadana pendapatan tetap (fixed income fund)
Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang melakukan
investasi
sekurang-kurangnya
80%
dari
portofolio
yang
dikelolanya ke dalam efek bersifat utang. Efek bersifat utang
umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti
deposito, SBI, obligasi dan instrument lainnya. Umumnya
reksadana pendapatan tetap di Indonesia memanfaatkan instrument
obligasi sebagai bagian terbesar investasinya. Dengan orientasi
investasi pada obligasi smemang sangat menarik baggi investor
individu maupun institusi seperti asuransi dan bank karena
investasi reksadana pendapatan tetap pada obligasi tidak dikenakan
pajak atas kupon bunga yang diterimanya. Reksadana pendapatan
22
tetap memiliki potensi hasi investasi yang lebih besar daripada
reksadana pasar uang. Namun, memiliki risiko yang jauh lebih
besar pula.
c. Reksadana saham (equity funds)
Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke
dalam efek bersifat ekuitas ( saham ). Berbeda dari efek
pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi, dimana investor
lebih berorientasi pada pendapatan bunga, efek saham umumnya
memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain
melalui pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil dari capital
gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa dividen.
Secara teori dan berdasarkan pengalaman yang sudah dibuktikan di
seluruh pasar modal dunia, investasi pada saham adalah jenis
investasi jangka panjang yang sangat menjanjikan, hal ini
dikarenakan
investasi
perusahaan-perusahaan,
saham
yang
merupakan
dalam
investasi
pada
panjang
akan
jangka
memberikan hasil investasi yang lebih besar daripada deposito
maupun obligasi. Namun, dalam jangka pendek, terdapat risiko
karena harga-harga saham yang selalu berfluktuasi.
d. Reksadana campuran (discretionary funds)
Tidak seperti reksadana-reksadana lainnya reksadana campuran
dapat melakukan investasinya baik pada efek utang maupu ekuitas
23
dan porsi alokasi yang lebih fleksibel. Per definisi, reksadana
campuran adalah reksadana yang melakukan investasi dalam efek
ekuitas dan efek utang yang perbandingannya (alokasi) tidak
termasuk dalam kategori reksadana pendapatan tetap dan
Reksadana saham. Dilihat dari fleksibilitasnya baik dalam
pemilihan jenis investasi jenis investasinya
serta komposisi
alokasinya, reksadana campuran dapat berorientasi ke saham, ke
obligasi atau bahkan ke pasar uang. Dari sisi pengelolaan investasi,
fleksibilitas ini dapat dimanfaatkan untuk berpindah-pindah dari
saham ke obligasi atau deposito atau sebaliknya tergantung pada
kondisi pasar dengan melakukan aktivits trading, atau sering juga
disebut usaha melakukan market timing. Market timing memang
merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil investasi
dan atau untuk menurunkan risiko. (Eko Priyo Pratomo,2009:91)
G. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai Aktiva Bersih (NAB) tidak dapat dipisahkan dari reksadana.
Karena istilah ini merupakan tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu
reksadana. Yang dimaksud NAB per saham/unit adalah harga wajar dari
portofolio suatu reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian
dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar pada saat tersebut.
NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh bank kustodian setelah
mendapat data dari manager investasi. Besarnya NAB bisa berfluktuasi
24
setiap hari, tergantung dari perubahan dalam portofolio. Meningkatnya
NAB mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang saham/unit
penyertaan. Begitu sebaliknya.(Sunariyah,2011:77)
H. JII ( Jakarta Islamic Index )
Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa
Efek Jakarta ( BEJ ) bersama dengan PT Danareksa Investment
Management ( DIM ) telah meluncurkan indeks saham yang dibuat
berdasarkan syariah islam, yaitu Jakarta Islamic Index ( JII ).
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Penentuan kriteria
pemililihan saham dalam JII melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah
PT Danareksa Investment Management.
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok
ukur ( benchmark ) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham
dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi secara syariah.
(Abdul Manan, 2009:83)
I. Indeks LQ 45
Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang
diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas
likuiditas,
seleksi
atas
saham-saham
kapitalisasi pasar.
25
tersebut
mempertimbangkan
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan
kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45
ini.
Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali.
Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteris seleksi indeks LQ
45 maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti
dengan saham lain yang memenuhi kriteria.
Indeks LQ 45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari
1997. Hari dasar untuk perhitungan 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100.
Untul seleksi awal digunakan data pasar dari Juli 1993-Juni 1994, hingga
terpilih 45 emiten, 72 % dari total kapitalisasi pasar dan 72,5 % dari total
nilai transaksi di pasar regular. (Sunariyah,2011:97)
J. Metode Sharpe, Treynor dan Jensen
1. Pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut
premium atas risiko atau “risk premium”. Risk premium adalah
perbedaan ( selisih ) antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh
reksadana dan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko (risk free
asset ). Dalam pembahasan ini, investasi bebas risiko diasumsikan
merupakan tingkat bunga rata-rata dari Sertifikat Bank Indonesia
(SBI).
2. Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk
premium, seperti halnya yang dilakukan Sharpe. Namun, dalam
26
metode treynor diginakan pembagi beta yang merupakan risiko
fluktuasi relative terhadap risiko pasar. Beta dalam konsep CAPM
merupakan risiko sistematis ( yang merupakan risiko pasar atau market
risk). Beta diperoleh dengan menggunakan regeresi linier.
3. Sama halnya dengan metode Treynor, metode Jensen menggunakan
faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang
didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing Model ( CAPM ).
Pengukuran dengan metode Jensen menilai kinerja manager investasi
didasarkan atas seberapa besar manajer investasi tersebut mampu
memberikan kinerja di atas kinerja pasar sesuai risiko yang
dimilikinya. Semakin tinggi nilai alfa positif, semakin baik kinerjanya.
(Eko Priyo Pratomo,2009:126)
27
Download