PENGARUH DOSIS EKSTRAK JAMBU BIJI

advertisement
PENGARUH DOSIS EKSTRAK JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA. L)
DAN TABLET BESI (Fe) TERHADAP PERUBAHAN
JUMLAH ERITROSIT PADA MENCIT (MUS MUSCULUS)
INFLUENCE OF DOSAGE OF EXTRACT GUAVA (PSIDIUM GUAJAVA L)
AND Fe ON CHANGETOTAL ERITROSITES IN MENCIT (MUS MUSCULUS)
Yusnaini*
*Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh
Email: [email protected]
Abstrak: Menurut WHO 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan
anemia pada kehamilan dan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.Jenis penelitian
True Experimental di Laboratorium dengan desain Rancangan Nonrandomized
Pretest-Postest Control Group Design.Sampel penelitian adalah Mencit (Mus
Musculus) sebanyak 20 ekor yang dibagi atas 4 kelompok dengan jumlah masingmasing kelompok sebanyak 5 ekor.Analisis data menggunakan uji Paired T-Test
dilanjutkan dengan Uji One Way ANOVA dan Uji Post Hoc yaitu Uji LSD. Hasil
Penelitian menunjukkan Ada peningkatan rata-rata eritrosit (7.428 x 106sel/mm3
dengan p=0.003) pada kelompok A. Ada penurunan rata-rata kadar eritrosit (1.014 x
106sel/mm3 dengan nilai p=0.261) pada kelompok B.Adapenurunan rata-rata kadar
eritrosit (1.288 x 106sel/mm3 dengan nilai p=0.261) pada kelompok C.Ada
peningkatan eritrosit (3.622 x 106sel/mm3 dengan nilai p=0.261) pada kelompok
D.Tidak terdapat terdapat perbedaan yang nyata kadar eritrosit antar perlakuan
(p=0.000<0.05).
Kata kunci: Ekstrak Jambu Biji, Tablet Fe, Mencit, Sel Darah Merah
Abstract : According to WHO 40% of maternal deaths in developing countries are
associated with anemia in pregnancy and are mostly caused by Fe deficiency and
acute haemorrhage, and often they interact with each other. Type of True
Experimental research in Laboratory with design of Nonrandomized Pretest-Postest
Control Group Design. The sample of research is Mice (Mus Musculus) as much as
20 tail which is divided into 4 groups with 5 groups each group. Data analysis using
Paired T-Test test was continued with One Way ANOVA Test and Post Hoc Test that
is LSD Test. The results showed that an increase of the average of erythrocytes (7.428
x 106sel / mm3 with p = 0.003) in group A. There is an average decrease in
erythrocyte level (1.014 x 106sel / mm3 with value P = 0.261) in group B. There was
a decrease in mean erythrocytes (1.288 x 106sel / mm3 with p value = 0.261) in group
C. There was an increase in erythrocytes (3.622 x 106sel / mm3 with p value = 0.261)
in group D. There were no significant differences in erythrocyte levels between
treatments (p = 0.000 <0.05).
Keywords: Guava Extract, Fe Tablet, Mice, Red Blood Cells
114
115 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 114-127
mengalami defisiensi besi sekitar 35-
PENDAHULUAN
Anemia merupakan suatu keadaan
75% serta semakin meningkat seiring
adanya penurunan kadar haemoglobin,
dengan pertambahan usia kehamilan. Di
hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah
Indonesia berdasarkan survey yang
nilai normal. Pada penderita anemia,
dilakukan
lebih sering disebut kurang darah, kadar
Kedokteran di beberapa Universitas di
sel darah merah (haemoglobin atau Hb
Indonesia pada tahun 2012 menemukan
dibawah nilai normal). Penyebabnya
50%-63% ibu hamil menderita anemia2.
bisa karena kurangnya zat gizi untuk
Menurut WHO 40% kematian ibu
sejumlah
pembentukan darah, misalnya zat besi,
di
asam folat, dan vitamin B12.Tetapi
dengan anemia pada kehamilan dan
yang sering terjadi adalah anemia
kebanyakan anemia pada kehamilan
karena kekurangan zat besi1.Anemia
disebabkan oleh defisiensi besi dan
defisiensi besi adalah anemia yang
perdarahan akut, bahkan tidak jarang
disebabkan oleh kurangnya zat besi
keduanya
dalam
dapat
wanita hamil sangat rentan terjadi
anemia
anemia defisiensi besi, etiologi anemia
defisiensi besi, antara lain karena
defisiensi besi pada kehamilan yaitu :
kurangnya asupan zat besi dan protein
Hipervolemia
dari
terjadinya
tubuh.
menyebabkan
Faktor
timbulnya
makanan,
absorbsi
yang
adanya
saling
berkaitan
berinteraksi.Pada
yang
menyebabkan
pengenceran
darah,
pertambahan darah tidak sebanding
meningkatnya
dengan pertambahan plasma, kurangnya
kebutuhan zat besi seperti pada wanita
zat besi dalam makanan dan kebutuhan
hamil, masa pertumbuhan, dan masa
zat besi meningkat serta gangguan
kronis,
perdarahan
berkembang
akut
maupun
diusus,
gangguan
Negara
Fakultas
dan
1
penyembuhan dari penyakit .
pencernaan dan absorbsi1.
Anemia defisiensi besi pada wanita
Kebutuhan wanita hamil akan besi
hamil merupakan problema kesehatan
meningkat sebesar 200-300% yang
yang dialami oleh wanita diseluruh
digunakan untuk pembentukan plasenta
dunia terutama di negara berkembang.
dan
Badan kesehatan dunia (World Health
banyaknya besi yang diperlukan selama
Organization/
kehamilan
WHO)
melaporkan
bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang
sel
darah
merah.
sebanyak
Perkiraan
1.040
mg.
Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke
Pengaruh Dosis Ekstrak Jambu Biji (Psidium Guajava. L) Dan Tablet Besi (Fe)… 116
janin, dengan rincian 50-75 mg untuk
vitamin C sebanyak 50 mg perhari,
pembentukan plasenta, 450 mg untuk
golongan umur 13-15 tahun kebutuhan
penambahan sel darah merah, dan 200
vitamin C sebanyak 65 mg perhari dan
mg lenyap saat melahirkan. Jumlah
golongan umur >16 tahun kebutuhan
sebanyak ini tidak mungkin tercukupi
vitamin C sebanyak 75 mg per hari,
dari diet.Oleh karena itu suplemen zat
khusus pada ibu hamil kebutuhan
besi sangat penting sekali, bahkan pada
vitamin C ditambah 10 mg dari
wanita
kebutuhan normal10.
yang status
gizinya sudah
baik.Penambahan besi terbukti dapat
mencegah
penurunan
akibat
membuktikan pengaruh Dosis Ekstrak
suplementasi
Jambu Biji (Psidium Guajava.L) dan
cadangan besi dalam tubuh wanita akan
Tablet Fe Terhadap Perubahan Jumlah
habis pada akhir kehamilan6.
Eritrosit pada Mencit (Mus Musculus).
hemodilusi.
Hb
Tujuan Penelitian ini adalah untuk
Tanpa
Suplementasi tablet zat besi adalah
pemberian zat besi folat yang berbentuk
tablet. Tiap tablet 60 mg besi elemental
dan 0,25 mg asam folat, yang diberikan
oleh pemerintah pada ibu hamil untuk
mengatasi masalah anemia gizi besi.
Ibu hamil mendapatkan tablet tambah
darah 90 tablet selama kehamilannya7.
Pemberian zat besi dimulai setelah rasa
mual
dan
muntah
hilang
yaitu
memasuki usia kehamilan 16 minggu,
dikonsumsi satu tablet sehari selama
minimal 90 hari8.
Kandungan
Vitamin
C
dalam
jambu biji lebih tinggi daripada jeruk,
dimana dalam 100 gram jambu biji
mengandung
87
mg
vitamin
C.
Kebutuhan vitamin C pada wanita
golongan umur 10-12 tahun kebutuhan
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat True
Experimental di Laboratorium, menggunakan Rancangan Nonrandomized
Pretest-Postest
Controled
Group
Design dengan 4 kelompok perlakuan.
Penelitian ini dilakukan pada 5 Juni
s.d 20 Juli 2015. Perlakuan yang
diberikan seperti yang tertera pada tabel
dibawah ini:
Kelom
pok
A
Fe
0,126
mg/kgB
B)
Kelom
pok
B
Fe
0,126
mg/kgB
B) +
Ekstrak
Jambu
Biji 10
mg/kgB
B
Kelom
pok
C
Fe
0,126
mg/kgB
B) +
Ekstrak
Jambu
Biji 20
mg/kgB
B
Kelom
pok
D
Fe
0,126
mg/kgB
B) +
Ekstrak
Jambu
Biji 30
mg/kgB
B
117 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 114-127
Alat
yang
penelitian
digunakan
ini
adalah:
dalam
percobaan yang benar-benar sehat dan
Kandang
normal, kemudian mencit di masukkan
pemeliharaan dan perlengkapan milik
dalam kandang percobaan.
FKH UNSYIAH. Pemeriksaan kadar
Mencit
akan
dipelihara
dalam
hemoglobin antara lain pipet dan
kandang yang terbuat dari bak plastik
hematology analyzer, kapas tisu, jarum.
dengan penutup kawat. Alas kandang
Timbangan analitik kepekaan 0,001
ditaburi serbuk gergaji yang bertujuan
gram. Alat membuat ekstrak antara lain
untuk
pisau, almari pengering, mortar. Alat
mengurangi
injeksi (syringe) kapasitas 3 ml yang
kotoran mencit, maupun pakan yang
ujungnya diberi kanul digunakan untuk
diberikan. Untuk 1 kelompok perlakuan
memberikan ekstrak ke mencit secara
menggunakan 5 mencit, mencit terlebih
oral.
dahulu di anemiakan menggunakan
Sedangkan, bahan yang digunakan
mengurangi
bau
kedinginan
tidak
sedap
dan
dari
NaNO2 yang diberikan sebanyak 125
dalam penelitian ini adalah mencit (Mus
mg/KgBB
musculus) betina dewasa sebanyak 20
pemeriksaan hemoglobin dan jumlah
ekor yang berumur 8 minggu dengan
eritrosit, lalu hewan coba dikawinkan
berat 18-20 gram, berat badan dan umur
dengan mencit jantan.
mencit pada setiap kelompok sama,
Pembuatan Ekstrak Jambu Biji
ekstrak Jambu Biji (Psidium Guajava)
kemudian
Pembuatan
dilakukan
ekstrak
tersebut
dan zat besi, pakan mencit berupa pellet
dilakukan dengan cara jambu biji
AD2, EDTA, alkohol 70%, HCl 0,1 N
ditimbang
dan Aquades untuk pengencer ekstrak
menggunakan
jambu biji.kelompok perlakuan adalah
dimasukkan ke dalam beaker gelas dan
ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe
ditambahkan aquadest sebanyak 1 ml
dan 100 gram juice jambu biji.
sebagai pelarutnya. Diaduk-aduk dan
Tahap persiapan
didiamkan sebentar.Kemudian disaring
Sebelum
memberi
perlakuan,
lalu
dihaluskan
mortar.
dengan
Kemudian
hingga didapatkan ekstrak jambu yang
mencit di aklimasi selama 1 minggu
dikehendaki
yang bertujuan agar mencit dapat
Ekstrak yang telah didapatkan diberikan
beradaptasi dengan lingkungan yang
kepada hewan uji Mus musculus secara
baru
oral
sehingga
diperoleh
hewan
dengan
(Ditjen
POM,
menggunakan
1995).
jarum
Pengaruh Dosis Ekstrak Jambu Biji (Psidium Guajava. L) Dan Tablet Besi (Fe)… 118
gavage. Volume pemberian ekstrak
harus
sebanyak 10,20 dan 30 mg/KgBB/hari
ditampung pada Eppendorf yang telah
(Hrapkiewicz & Medina, 2007).
diberi EDTA.
dikembalikan
Darah
Tahap perlakuan
Selanjutnya, setelah mencit dalam
segar
5x.
untuk
penelitian agar tidak
Darah
keperluan
menggumpal
kategori anemia dan hamil, maka
digunakan
diberikan perlakuan secara oral dengan
(Ethylene Diamin Tetra Acetic Acid).
dosis-dosis
yang
telah
antikoagulasi:
EDTA
ditentukan.
Menurut Kosasih (1984), bahwa
Pemberian perlakuan dilakukan setiap
penentuan kadar hemoglobin salah
hari dan dalam sehari diberi ekstrak
satunya adalah dengan menggunakan
jambu biji dan tablet besi 1 kali per hari
metode Sahli dengan cara sebagai
selama 20 hari. Ekstrak diberi secara
berikut.
oral pada mencit dengan mengunakan
dengan 5 tetes HCl 0,1 N. Darah
jarum gavage.
dihisap ke dalam pipet Sahli tepat
Tahap pengambilan data
hingga tanda garis 20 ul. Ujung pipet
Setelah tahap perlakuan pada hari
Tabung
dibersihkan
dan
koreksi
kelebihan
darah
sampel
vena mata.
saring.Isi pipet dimasukkan ke dalam
Kemudian dihitung kadar hemoglobin
tabung hemometer yang telah dibubuhi
darah mencit tersebut.
HCl. Pipet dibilas dengan beberapa kali
Tahap pengamatan
menghisap dan meniup pipet dalam
a. Pembuatan sampel darah
campuran
melalui
Pengambilan sampel darah (Plexus
dari
kapas
diisi
ke-20 dilakukan kembali pengambilan
darah
dengan
Hemometer
atau
tersebut.Pipet
tabung
dikeluarkan
hemometer
sambil
Retroorbitalis) pada mata dengan cara
meniupnya.
Tikus dipegang dan dijepit bagian
dikeluarkan setelah 3-5 menit dengan
tengkuk dengan jari tangan, Tikus
air suling setetes demi setetes sambil
dikondisikan
diaduk dengan batang pengaduk gelas
senyaman
mungkin,
Campuran
kertas
tersebut
kemudian Mikrohematokrit digoreskan
yang
pada medial canthus mata di bawah
campuran tersebut sama dengan warna
bola mata kearah foramen opticu,
standard. Pada perbandingan warna,
Mikrohematokrit
tabung diletakkan demikian sehingga
diputar
sampai
melukai plexus, jika diputar 5x maka
tersedia
garis-garis
hingga
pembacaan
warna
berada
dari
di
119 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 114-127
samping serta dengan cahaya matahari
sebagai latar belakang kemudian dilihat
kadar hemoglobin.
Alat
yang
digunakan
untuk
mengukur kadar hemoglobin sebelum
dan
sesudah
Hemoglobin
perlakuan
Testing
System
adalah
Quik-
Check. Pengolahan dan analisa data
dengan program Analisa Data. Uji
perbedaan
kadar
hemoglobin
a. Rerata
Kadar
Eritrosit
pada
kelompok A
Tabel 1. Rerata Kadar Eritrosit Mencit
(Mus musculus) kelompok A sebelum
dan sesudah pemberian zat besi (Fe
0,126 mg/kgBB)
Klp A
Sebelum
Sesudah
Rerata Kadar Eritrosit
Mean
SD
Sig.
6.1400
0.16912 0.003
13.5680 2.72169
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat
yang
dilihat bahwa ada peningkatan rata-rata
digunakan adalah uji t-test dependent
kadar eritrosit setelah perlakuan dengan
18
dan t-test independent .
rata-rata peningkatan sebesar 7.428x106
sel/mm3 dan secara statistic juga terlihat
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan terhadap
20 mencit hamil anemia yang dibagi
menjadi 4 kelompok dengan masingmasing kelompok terdiri atas 5 mencit.
Selanjutnya tiap kelompok diberikan
perlakuan yaitu Kelompok A diberikan
zat
besi
(dosis
0,126
mg/KgBB),
Kelompok B diberikan zat besi (dosis
ada perbedaan signifikan rata-rata kadar
eritrosit pada kelompok A sebelum
dengan sesudah perlakuan.
b. Rerata
Kadar
Eritrosit
pada
kelompok B
Tabel 2.Rerata Kadar Eritrosit Mencit
(Mus musculus) kelompok B sebelum
dan sesudah pemberian zat besi (Fe
0,126 mg/kgBB) dan Ekstrak Jambu
Biji (10 mg/kgBB)
0,126 mg/KgBB) ditambah ekstrak
jambu
biji
(dosis
10
mg/KgBB),
Kelompok C diberikan zat besi (dosis
0,126 mg/KgBB) ditambah ekstrak
jambu
biji
(dosis
Klp B
Sebelum
Sesudah
Rerata Kadar Eritrosit
Mean
SD
Sig.
7.0440
0.87711 0.261
6.0300
1.24316
20mg/KgBB),
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
sedangkan Kelompok D diberikan zat
dilihat bahwa terjadi penurunan rata-
besi (dosis 0,126 mg/KgBB) ditambah
rata kadar eritrosit setelah dilakukan
ekstrak jambu biji (dosis 30 mg/KgBB).
perlakuan dengan penurunan sebesar
1. Kadar
1.014x106 sel/mm3 dan secara statistic
Eritrosit
musculus)
Mencit
(Mus
juga tidak ada perbedaan rata-rata kadar
Pengaruh Dosis Ekstrak Jambu Biji (Psidium Guajava. L) Dan Tablet Besi (Fe)… 120
eritrosit pada kelompok B sebelum
perlakuan dengan peningkatan sebesar
dengan sesudah perlakuan.
3.622
c. Rerata
Kadar
Eritrosit
pada
kelompok C
Rerata Kadar Eritrosit
Mean
SD
Sig.
6.6300
1.85288 0.425
5.3420
2.45605
Sebelum
Sesudah
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat
rata kadar eritrosit setelah perlakuan
dengan penurunan sebesar 1.288x106
sel/mm3 dan secara statistic terlihat
kelompok D sebelum dengan sesudah
perlakuan.
2. Homogenitas data Kadar Eritrosit
Mencit
eritrosit pada kelompok C sebelum
Eritrosit
Klpk
Dosis zat besi dan
ekstrak jambu biji
A
Fe 0,126 mg/kgBB.
Rerata kadar
eritrosit
Sig.
Mean
SD
-7.42800 2.66780 0.329
B
Fe 0,126 mg/kgBB)
1.01400
1.73519
1.28800
3.24585
dan Ekstrak Jambu
Biji 10 mg/kgBB
C
D
Fe 0,126 mg/kgBB)
-3.62200 3.07071
dan Ekstrak Jambu
Rerata Kadar Eritrosit
Mean
SD
Sig.
6.3340 2.04362 0.058
9.9560 2.88632
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat
dilihat bahwa ada peningkatan rata-rata
eritrosit
Fe 0,126 mg/kgBB)
Biji 20 mg/kgBB
pada
Tabel 4. Rerata Kadar Eritrosit Mencit
(Mus musculus) kelompok D sebelum
dan sesudah pemberian zat besi (Fe
0,126 mg/kgBB) dan Ekstrak Jambu
Biji (30 mg/kgBB)
kadar
pada
dan Ekstrak Jambu
kelompok D
Sebelum
Sesudah
musculus)
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas
(Homogeneity Of Variances) Kadar
Eritrosit Mencit (Mus musculus) pada
kelompok A, B, C dan D
dengan sesudah perlakuan.
Kontrol
(Mus
kelompok A, B, C dan D
tidak ada perbedaan rata-rata kadar
Kadar
secara
statistic terlihat tidak ada perbedaan
dilihat bahwa terjadi penurunan rata-
d. Rerata
namun
signifikan rata-rata kadar eritrosit pada
Tabel 3. Rerata Kadar Eritrosit Mencit
(Mus musculus) kelompok C sebelum
dan sesudah pemberian zat besi (Fe
0,126 mg/kgBB) dan Ekstrak Jambu
Biji (20 mg/kgBB)
Klp C
x106sel/mm3,
setelah
dilakukan
Biji 30 mg/kgBB
Berdasarkan table diatas dapat
dilihat bahwa data keempat kelompok
memiliki varian data yang sama
3. Perbedaan Kadar Eritrosit Mencit
(Mus musculus) antar kelompok
Tabel 6. Hasil Uji (Anova)
Perbedaan Kadar Eritrosit Mencit
(Mus musculus) antar kelompok A,
B, C dan D
121 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 114-127
Rerata kadar
Dosis zat besi dan
Eritrosit
Klp ekstrak jambu
biji
Mean
SD
Sig.
A
B
C
D
Fe 0,126
mg/kgBB.
7.428
Fe 0,126
mg/kgBB) dan
Ekstrak Jambu
Biji 10 mg/kgBB
-1.014 1.7352
Fe 0,126
mg/kgBB) dan
Ekstrak Jambu
Biji 20 mg/kgBB
-1.288 3.2458
Fe 0,126
mg/kgBB) dan
Ekstrak Jambu
Biji 30 mg/kgBB
3.622
besi (dosis 0,126 mg/KgBB) ditambah
ekstrak jambu biji (dosis 30 mg/KgBB).
1. Perbedaan rerata kadar eritrosit
2.6678
antar kelompok
Berdasarkan hasil Uji Statistik
0.000
ANOVA untuk melihat perbedaan ratarata
kadar
Eritrosit
pada
semua
kelompok, diperoleh nilai P=0.000
(p<0.05) dapat disimpulkan bahwa ada
3.0707
perbedaan yang signifikan rata-rata
kadar Eritrosit antar kelompok A, B, C
dan D.
Kelompok A yang diberikan zat
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat
besi dengan dosis 0,126 mg/KgBB
dilihat bahwa ada perbedaan yang
terjadi
signifikan
Eritrosit sebesar 7.428 x106sel/mm3,
kadar
eritrosit
antar
kelompok A, B, C dan D.
dimana
peningkatan
rata-rata
rata-rata
sebelum
kadar
diberi
perlakuan sebesar 6.1400 x106sel/mm3
PEMBAHASAN
dan setelah perlakuan sebesar 13.5680
Penelitian ini dilakukan terhadap
x106sel/mm3. Secara statistic diperoleh
20 mencit hamil anemia yang dibagi
nilai
menjadi 4 kelompok dengan masing-
menunjukkan terjadinya peningkatan
masing kelompok terdiri atas 5 mencit.
yang fluktuatif dan bermakna, dimana
Selanjutnya tiap kelompok diberikan
pada kelompok A memberi peningkatan
perlakuan yaitu Kelompok A diberikan
yang lebih besar apabila dibandingkan
zat
dengan kelompok B,C dan D.
besi
(dosis
0,126
mg/KgBB),
P=0.003
(p<0.05).
Hal
ini
Kelompok B diberikan zat besi (dosis
Kelompok B yang diberikan zat
0,126 mg/KgBB) ditambah ekstrak
besi dengan dosis 0,126 mg/KgBB
jambu
mg/KgBB),
ditambah ekstrak jambu biji dengan
Kelompok C diberikan zat besi (dosis
dosis 10 mg/KgBB terjadi penurunan
0,126 mg/KgBB) ditambah ekstrak
rata-rata kadar eritrosit sebesar 1.014
jambu
x106sel/mm3 , dimana rata-rata sebelum
biji
biji
(dosis
(dosis
10
20mg/KgBB),
sedangkan Kelompok D diberikan zat
Pengaruh Dosis Ekstrak Jambu Biji (Psidium Guajava. L) Dan Tablet Besi (Fe)… 122
diberi
perlakuan
6
3
x10 sel/mm
sebesar
7.0440
dan setelah perlakuan
6
3
sebesar 6.0300 x10 sel/mm l. Secara
statistic
diperoleh
nilai
(p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan
yang
terjadi
tidak
bermakna secara signifikan.
P=0.261
Zat besi (Fe) berperan dalam
(p>0.05), hal ini menunjukkan bahwa
pembentukan dan pematangan sel darah
pemberian
perlakuan
tidak
merah yang dalam proses tersebut
menyebabkan
peningkatan
kadar
vitamin C berfungsi sebagai pemicu zat
eritrosit.
besi tersebut. Sehingga zat besi dan
Kelompok C yang diberikan zat
vitamin C saling berhubungan dalam
besi dengan dosis 0,126 mg/KgBB
pembentukan dan pematangan sel darah
ditambah ekstrak jambu biji dengan
merah. Menurut Syaifuddin (2009),
dosis 20 mg/KgBB terjadi penurunan
pada proses pembentukan sel darah
rata-rata kadar eritrosit sebesar 1.288
merah diperlukan zat besi, vitamin B12,
6
3
x10 sel/mm , dimana rata-rata sebelum
asam folat, dan rantai globin yang
diberi
merupakan
perlakuan
sebesar
6.6300
x106sel/mm3 dan setelah perlakuan
sebesar 5.3420 x106sel/mm3. Secara
statistic
diperoleh
nilai
P=0.425
senyawa
protein
yang
berasal dari hemositoblas.
Pada
eritrosit,
proses
sumsum
pematangan
tulang
sel
belakang
(p>0.05), hal ini menunjukkan bahwa
memerlukan banyak prekursor lain
pemberian
perlakuan
tidak
untuk terjadinya eritropoiesis
menyebabkan
peningkatan
kadar
efektif. Prekursor tersebut meliputi zat
eritrosit.
yang
besi (Fe), vitamin C, vitamin E, vitamin
Kelompok D yang diberikan zat
B12, tiamin, riboflavin dan oksigen
besi dengan dosis 0,126 mg/KgBB
(O2) yang dibutuhkan oleh hormon
ditambah ekstrak jambu biji dengan
eritropoietin (Hoffbrand et al., 2005).
dosis 30 mg/KgBB terjadi peningkatan
Menurut
Almatsier
(2001),
di
rata-rata kadar eritrosit sebesar 3.622
dalam sumsum tulang besi digunakan
x106sel/mm3, dimana rata-rata sebelum
untuk
diberi
6.3340
merupakan bagian dari sel darah merah.
x106sel/mm3 dan setelah perlakuan
Sedangkan fungsi vitamin C dalam
perlakuan
sebesar
6
3
membuat
hemoglobin
yang
sebesar 9.9560 x10 sel/mm . Namun,
darah yaitu membantu penyerapan zat
secara statistic diperoleh nilai P=0.058
besi tersebut. Selain itu pada proses
123 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 114-127
perombakan sel darah merah kembali,
itu sendiri. Anemia merupakan suatu
hati mengikat zat besi (Fe) ke transferin
keadaan dimana kuantitas dan kualitas
darah yang mengankutnya kembali ke
sel darah tidak normal (Hoffbrand, et
sumsum
al., 2005).Kandungan Vitamin C ini
tulang
untuk
digunakan
kembali membuat sel darah merah yang
kemungkinan
baru. Selain Fe, vitamin C, tiamin,
terhadap kualitas sel darah merah
riboflavin
dalam
karena manfaat Vitamin C ini sebagai
kandungan jambu biji yang berfungsi
antioksidan yang menetralisir radikal
dalam pembentukan dan pematangan
bebas berupa pajanan NaNO2 sehingga
sel darah merah. Senyawa lain yang
Vitamin C ini lebih dikonsentrasikan
terkandung dalam jambu biji tersebut
dalam proses perbaikan struktur sel
yaitu protein. Protein dalam tubuh
darah tersebut.
yang
terdapat
berperan sebagai pembentuk eritrosit.
Zat
besi
Hasil analisis diperoleh bahwa
perlakuan memberi efek yang berbeda
membentuk
dalam peningkatan terhadap jumlah
ferritin dan dalam keadaan transpor
eritrosit, pada kelompok yang tidak
akan
yang
ditambahkan ektrak jambu biji justru
berfungsi mengangkut besi yang akan
mengalami peningkatan jumlah eritrosit
digunakan pada proses hematopoiesis
yang signifikan. Hal ini diduga terjadi
atau pembentukan butir-butir darah
karena adanya factor penyebab lainnya.
(Andanna & Sri Sumarni, 2006).
Proses pembentukan sel darah merah
protein
berasosiasi
berpengaruh
dengan
molekul
akan
lebih
membentuk
yang
tansferrin
Hasil penelitian ditemukan jumlah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan
sel darah merah berbeda secara nyata
salah satunya dipengaruhi oleh faktor
antara kelompok, namun peningkatan
hormon eritropoietin, yaitu hormon
jumlah eritrosit yang sangat signifikan
yang dihasilkan oleh ginjal untuk
terdapat pada kelompok A yang diberi
memicu proses pembentukan sel darah
perlakuan tanpa penambahan ekstrak
merah dalam sumsum tulang (Ganong,
jambu biji, hal ini diduga karena
1997).
kandungan yang terdapat pada jambu
biji, khususnya kandungan Vitamin C
tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
jumlah kuantitas dari sel darah merah
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah
dilakukan
sebagai berikut :
dapat
disimpulkan
Pengaruh Dosis Ekstrak Jambu Biji (Psidium Guajava. L) Dan Tablet Besi (Fe)… 124
Ada peningkatan rata-rata eritrosit
6
3
(7.428 x 10 sel/mm dengan p=0.003)
pada kelompok A. Ada penurunan rata-
Kementerian Kesehatan RI. Rabu,
3 April 2013 halaman 24.
3. Kementerian
Kesehatan
RI
rata kadar eritrosit (1.014 x 106sel/mm3
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
dengan nilai p=0.261) pada kelompok
KIA (2012).
B. Ada penurunan rata-rata kadar
4. Dinas
Kesehatan
Pemerintah
eritrosit (1.288 x 106sel/mm3 dengan
Provinsi Aceh. Profil Kesehatan
nilai p=0.261) pada kelompok C. Ada
Provinsi Aceh (2007).
peningkatan
eritrosit
(3.622
x
5. Dinas
Kesehatan
Pemerintah
106sel/mm3 dengan nilai p=0.261) pada
Provinsi Aceh. Profil Kesehatan
kelompok
Propinsi Aceh (2011).
D
dan
Tidak
terdapat
terdapat perbedaan yang nyata kadar
eritrosit
antar
perlakuan
(p=0.000<0.05) dimana kelompok A
dan D merupakan kelompok perlakuan
yang
sangat
berpengaruh
terhadap
kadar eritrosit mencit.
6. Arisman, MB. (2004). Gizi dalam
Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu
Gizi. Jakarta : EGC.
7. Depkes
RI
Laporan
(2010).
Nasional Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Jakarta.
8. Salmah,
dkk
Asuhan
(2006).
DAFTAR PUSTAKA
Kebidanan Antenatal. Jakarta :
1. Amiruddin, dkk (2007). Evidence
Buku Kedokteran EGC.
based
Epidemiologi
Anemia
9. Dekha Care (2013). Kandungan
Deficiensi zat besi pada ibu hamil
Vitamin C dan Manfaat Jambu Biji.
di
http://www.dechacare.com/Kandun
Indonesia.
http://ridwanamiruddin.com/2007/1
gan-Vitamin-C-dan-Manfaat-
0/08/evidence-base-epidemiologi-
Jambu-Biji-I471.html.
anemia-deficiensi-zat-besi-pada-
pada tanggal 16 Oktober 2013.
ibu-hamil-di-indonesia/ diakses 15
10. Herlanti,
Kecukupan
Oktober 2013.
2. Media Indonesia (2013). Tinggi,
Y
Di
(2010).
Gizi.
akses
Angka
Nutrition
Educational.
Prevalensi Anemia di Indonesia.
http://yherlanti.files.wordpress.com
Kliping Berita Kesehatan. Pusat
/2011/08/06-pertemuan-9-
Komunikasi
Publik
Setjen
125 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 114-127
revisi.pdf. Di akses pada tanggal 16
Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
Oktober 2013.
11. Evelyn C, P (2009). Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta :
12. Brooker, R. et al (2011). Biology.
18. Zarianis (2006). Efek Suplementasi
terhadap Kadar Hemoglobin Anak
Sekolah Dasar yang Anemia di
Mc Graw-Hill.
RI
Pustaka Utama.
Besi-Vitamin C dan Vitamin C
PT. Gramedia Pustaka Utama.
13. Depkes
17. Almatsier, S (2001). Prinsip Dasar
Pedoman
(2007).
Kecamatan
Sayung
Kabupaten
Penanggulangan Anemia Gizi di
Demak. Tesis. Program Magister
Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi
Gizi Masyarakat.
Diponegoro
Masyarakat
Universitas
Semarang.
14. Shinta, Annisa. (2005). Hubungan
http://eprints.undip.ac.id/15967/1/Z
Antara Kadar Hemoglobin Dengan
arianis.pdf. Diakses pada tanggal
Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri
16 Oktober 2013.
25 Semarang. Skripsi Fakultas
19. Almatsier, S (2002). Prinsip Dasar
Kesehatan Masyarakat Universitas
Ilmu
Negeri
Utama. Jakarta.
Semarang.
Gizi.
Gramedia
Pustaka
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/colle
20. Bachyar, dkk. (2002). Penilaian
ct/skripsi/archives/HASH5363/e10
Status Gizi. Buku Kedokteran EGC
abea1.dir/doc.pdf.
: Jakarta.
Diakses
pada
21. Waryana (2010). Gizi Reproduksi.
tanggal 20 Oktober 2013.
15. Arisman (2002). Gizi dalam Daur
Kehidupan.
Bagian
Ilmu
Gizi
Pustaka Rihama : Yogyakarta.
22. Wikjosastro,
H
(2005).
Ilmu
Fakultas Kedokteran Universitas
Kebidanan. Ed 3. Yayasan Bina
Palembang. Proyek Peningkatan
Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Penelitian
Pendidikan
Jakarta.
Direktorat
Jenderal
Tinggi.
Pendidikan
Asuhan
Tinggi. Depdiknas.
16. Wikipedia
(2007).
Hemoglobin.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hemog
lobin. Diakses pada tanggal 22
Oktober 2013.
23. Varney, H. (2007). Buku Ajar
Kebidanan.
Edisi
4,
Volume 2. Jakarta: EGC.
24. Depkes,
RI.
Pemberian
(2000).
Besi
bagi
Pedoman
petugas.
Pengaruh Dosis Ekstrak Jambu Biji (Psidium Guajava. L) Dan Tablet Besi (Fe)… 126
Ditjen
Kesehatan
Masyarakat.
Jakarta.
_biji. Di Akses pada tanggal 16
Oktober 2013.
25. Supariasa, dkk (2001). Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC.
NutriClin. versi 2.0 edisi kedua,
26. Manuaba (2002). Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC.
27. Arief, N (2008). Panduan Lengkap
Kehamilan dan Kelahiran Sehat.
Jogyakarta : AR Group.
Penerbit
Buku
Kesehatan Indonesia, Jakarta.
37. L. Wong, dkk (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Volume 1.
EGC : Jakarta.
(1998). Pemeliharaan, Pembiakan
dan Penggunaan hewan percobaan
di daerah tropis. Cetakan pertama.
Kedokteran EGC: Jakarta.
29. Pusdiknakes
Subdit Gizi Klinis, Departemen
38. Smith, J.B dan Mangkuwidjoyo, S
28. Manuaba (2007). Pengantar Kuliah
Obstetri.
36. Depkes RI (2005). Piranti Lunak
Asuhan
(2003).
Antenatal.Jakarta : Pusdiknakes.
UI Press. Jakarta.
39. Arrington, L.R dan K.C Kelley
30. Varney, H. (2002). Buku Saku
(1972). Domestic Rabbit Biology
Bidan. Penerbit Buku Kedokteran
and Production The University
EGC : Jakarta.
Press Of Floride Gainesville.
31. Soebroto, I. (2009). Cara mudah
mengatasi
problem
Anemia.
H
Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Penerbit Buku
Yogyakarta: Bangkit.
32. Maulana,
40. Manuaba (2001). Kapita Selekta
Promosi
(2009).
Kesehatan. Jakarta : EGC.
Kedokteran EGC. Jakarta.
41. Patimah, S (2007). Pola Konsumsi
33. Arisman, MB. (2010). Gizi Dalam
Ibu
Hamil
dan
Hubungannya
Daur Kehidupan. Buku Ajar Ilmu
Dengan
Gizi.EGC : Jakarta.
Defisensi Besi. Jurnal Penelitian
34. Musbikin
(2008).
Kontrasepsi.Jogyakarta
Panduan
Kesehatan.
:
Kedokteran.
Mitra
Pustaka.
35. Wikipedia (2013). Jambu Biji.
http://id.wikipedia.org/wiki/Jambu
Kejadian
Jakarta:
Anemia
Fakultas
127 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 1, April 2016, 114-127
42. Mulyawati,
Y
(2003).
Perbandingan efek suplementasi
tablet tambah darah dengan dan
tanpa vitamin C terhadap kadar
hemoglobin pada pekerja wanita di
Perusahaan
Plywood,
Jakarta.
Program Pasca Sarjana Universitas
Indonesia.
43. Syaifuddin (2009). Fisiologi Tubuh
Manusia. Edisi Kedua. Salemba
Medika. Jakarta. hlm. 25-28.
44. Almatsier, S (2001). Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. hlm. 185-253, 256.
45. Andanna, D dan Sri, S (2006).
Hubungan
Konsumsi
Protein
Hewani dan Zat Besi dengan Kadar
Hemoglobin Pada Balita Usia 1336 Bulan. The Indonesian Journal
Of Public Health 3(1): 22.
46. Hoffbrand, A. V, J. E. Pettit., P. A.
H. Moss (2005). Kapita Selekta
Haemotologi. Edisi 4. Jakarta:
EGC Penerbit Buku Kedokteran.
hlm 1-3.
47. Ganong, D.C. (1983). Fisiologi
Kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran. hlm.
449-456.
Download