LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA PANGAN
“PERCOBAAN 1: Analisis Zat Pewarna”
Kamis 01 Desember 2016
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Pangan yang diampu oleh:
Mujdalipah, S.TP., M.Si dan Shinta Maharani, S.TP., M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 5 – Shift A
Novita Purnamasari Hendarmin
(1503646)
Putri Audia Aneti Kallista
(1504063)
Ramadhan Nurcholis
(1500529)
Rizki Yanti Rahayu
(1500753)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
Analisis Zat Pewarna pada Makanan dan Minuman yang Dijual di UPI dan
Sekitarnya
ABSTRAK
Untuk menarik minat konsumen terhadap beberapa produk makanan dan
minuman biasanya pedagang atau pembuat menggunakan zat pewarna agar
menghasilkan warna yang lebih menarik. Namun terkadang zat pewarna yang
terdapat pada makanan dan minuman tersebut adalah zat pewarna yang dilarang,
sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis zat pewarna apa yang
digunakan apakah membahayakan atau tidak.
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif yaitu untuk
mengetahui kandungan zat pewarna dalam beberapa sampel makanan dan
minuman yang dijual di wilayah UPI dan sekitarnya. Sampel diambil secara
sampling yaitu Ale-ale Jeruk, Agar-agar Hitam, Mie Basah, Agar-agar Hijau
(Bakso Andhika), Pacar Cina, Agar-agar Hijau, Agar-agar Merah, Kerupuk,
Sirup, Kolang-kaling. Analisis zat pewarna dilakukan dengan menggunakan
pemberian H2SO4, HCL, NaOH, dan NH4OH.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 sampel yang diperiksa, 2
sampel teridentifikasi menggunakan zat pewarna yaitu Tartazine dan Acid
Violet.B, 4 sampe lain mendekati ciri—ciri penggunaan Amaranth, Tartrazine,
Erythrosine, dan Acid Violet.B, kemudian 4 sampel lainnya tidak teridentifikasi
penggunaan zat pewarna yang kami uji.
LATAR BELAKANG
Setiap manusia memerlukan bahan pangan untuk kelangsungan hidupnya.
Manusia akan selektif untuk memilih bahan pangan yang akan dikonsumsinya,
salah satunya melihat dari mutu bahan pangan tersebut. Beberapa faktor yang
menentukan mutu bahan pangan adalah cita rasa, warna, nutrisi, dan tekstur.
Faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan mutu
dari makanan (Susilowati dan M, Triwahyuni, 2006). Pewarna yang digunakan
dapat berupa pewarna alami ataupun pewarna sintetis.
Dewasa kini tak jarang industri pangan menggunakan pewarna sintetis
pada produknya. Penggunaan pewarna sintetis bertujuan untuk menyeragamkan
penampilan warna sehingga penerimaan konsumen terhadap produk tersebut
meningkat. Produk pangan yang diperkirakan menggunakan pewarna sintetis
diantaranya adalah minuman ringan, agar-agar, sirup, dan mie basah.
Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan
diantaranya adalah Sunset Yellow dan Tartrazine, di samping itu terdapat pula
pewarna sintetis Rhodamin B ditemukan dalam produk pangan yang seharusnya
digunakan untuk pewarna tekstil (Sumarlin, 2010). Ketidaktahuan produsen
tentang pewarna sintetis perlu mendapat perhatian. Penggunaan pewarna sintetis
1
yang tidak diizinkan ataupun penggunaan pewarna sintetis yang diizinkan tetapi
pemakaiannya tidak terkendali dapat membahayakan konsumen. Oleh karena itu
perlu dilakukan analisis zat warna yang ditambahkan pada berbagai produk
pangan.
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui jenis pewarna sintetis yang
ditambahkan pada beberapa produk pangan dan mengetahui jenis pewarna yang
layak konsumsi dengan dosis penggunaan yang diizinkan oleh Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013
tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna.
METODE
1. Alat yang digunakan dalam praktikum analisis bahan warna yaitu
a. Hot plate stirrer
b. Bekker glass 100 ml
c. Sudip
d. Cawan petri
e. Loyang
f. Mortar
g. Gunting
h. Kertas HVS
i. Kertas pH
j. Pipet atau bulb
k. Oven
l. Timbangan analisis
m. Tissue
n. Benang Wol
2. Bahan yang digunakan dalam praktikum analisis bahan warna yaitu
a. Aquades
b. Larutan HCL 0,1 N
c. Larutan HCL 37%
d. Larutan H2SO4 50%
e. Larutan NaOH 10%
f. Larutan NH4OH
g. Minuman ale-ale rasa jeruk
h. Agar-agar hitam
i. Mie kuning basah
j. Agar-agar hijau (andhika)
k. Pacar cina
l. Agar-agar hijau
m. Agar-agar merah
2
n. Kerupuk
o. Sirup
p. Kolang-kaling
3. Langkah-langkah dalam proses analisis bahan warna yang di uji yaitu sebagai
berikut
Penyiapan alat dan
bahan yang dibutuhkan
Penyiapan sampel
+ Aquades 50 ml
untuk sampel
padat, ambil 30
ml
Penimbangan sampel
Sampel padat : 25 gr
Sampel cair : 30 ml
Penyiapan benang 40
cm
Perebusan benang
Pengeringan benang
di oven
15 menit, 105oC
15 menit, 80oC
Pemasukkan benang
ke dalam larutan
sampel
Perebusan benang
Pengeringan benang
di oven
30 menit setelah
mendidih
5-10 menit, 80oC
Pemasukkan benang
ke dalam media
HCL 37%
H2so4
NaOH
10%
NH4OH
3
PEMBAHASAN
1.
Ale ale jeruk
Hasil pengujian yang dilakukan pada sampel minuman Ale ale ini positif
teridentifikasi menggunakan zat pewarna berjenis Tartrazine. Hal ini terbukti
dari perubahan warna pada benang yang
sudah
dilakukan
pemanasan
menggunakan sampel, yang kemudian
dilakukan pemberian larutan HCL,
H2SO4, NaOH, dan NH4OH. Hasilnya
menunjukan bahwa pada benang yang
diberikan larutan HCL memberikan
warna
lebih gelap,
sama halnya untuk larutan H2SO4 terjadi
perubahan warna menjadi lebih gelap,
sedangkan untuk pengujian menggunakan
larutan NaOH dan NH4OH memberikan sedikit
perubahan warna.
Tartazine sendiri merupakan pewarna
kuning lemon sintetis yang umum digunakan
sebagai pewarna makanan, jadi aman untuk
dikonsumsi selama penggunaannya masih
dalam batas wajar dan memenuhi syarat.
2.
Agar-agar hitam
Agar-agar hitam yang menjadi sampel
kami kali ini memiliki ciri-ciri perubahan
warna yang hampir mendekati pada
penggunaan pewarna Amaranth. Perubahan
warna pada benang hasil ekstraksi dengan
sampel setelah diberikan larutan HCL,
H2SO4, NaOH, dan NH4OH memberikan
perubahan warna ungu kecoklatan untuk
penambahan larutan H2SO4, Orange kuning
untuk penambahan larutan HCL, coklat keruh
kemerahan untuk penambahan larutan NaOH,
dan warna kuning untuk penambahan larutan
NH4OH.
Amaranth adalah pewarna makanan yang
diperoleh melalui proses sintesin kimia
buatan yang mengandalkan bahan-bahan
4
3.
4.
kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi
secara kimiawi. Amatanth sendiri merupakan pewarna merah.
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami dapat menghasilkan
warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan lebih
sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah
meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan
pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat di olah
dan di simpan.
Mie Basah
Mie basah yang umumnya kita temui menjadi pelengkap saat memakan
bakso ini juga disinyalir menggunakan zat pewarna jenis Tartazine untuk
membuatnya terlihat berwarna yang cenderung kuning.
Perubahan warna yang tampak pada
sampel, sedikit berubah pada penambahan
larutan NaOH dan NH4OH, berubah
menjadi lebih gelap saat ditambahkan
larutan HCL, dan berwarna kuning saat
ditambahkan larutan H2SO4.
Sebenarnya Tartazine sendiri dapat
menyebabkan sejumblah reaksi alergi dan
intoleransi bagi orang-orang yang intoleransi
terhadap aspirin atau penderita asma,
walaupun kasus ini masih jarang terjadi
menurut dapat FDA, tapi tetap kita harus
mewaspadai konsumsi dalam jumlah besar.
Agar-agar hijau (Bakso Andhika)
Analisis yang dilakukan di laboratorium yaitu analisis kualitatif. Salah satu
tahapannya adalah ekstraksi. Ekstraksi pada minuman tak beralkohol dapat
dilakukan secara langsung, sehingga zat warna dapat langsung ditarik dengan
benang wol (Sumarlin, 2010). Sampel yang telah diekstraksi dipekatkan
kemudian zat warna ditarik dengan benang wol dalam suasana asam dengan
pemanasan. Zat warna yang terikat pada benang wol dilarutkan dalam larutan
HCl 37%, H2SO4 50%, NaOH 10%,
dan NH4OH 12% kemudian diamati
perubahan warna benang wol tersebut.
Hasil uji ini menunjukkan bahwa
sampel agar-agar hijau (bakso
Andhika) menggunakan zat pewarna
sintetis, yaitu mendekati erythrosine.
Hal ini disebabkan oleh perubahan
warna hijau muda pada benang wol
5
setelah dilarutkan pada HCl 37% menjadi warna kuning terang, H2SO4 50%
menjadi wana kuning, NaOH 10% menjadi sedikit berubah, dan NH4OH 12%
tidak berubah, hampir sesuai dengan pedoman analisis pewarna erythrosine
yaitu HCl pekat menjadi orange-kuning, H2SO4 pekat menjadi orange-kuning,
NaOH 10% tidak berubah, dan NH4OH 12% tidak berubah.
Erythrosine merupakan zat
pewarna sintetis merah, maka
idealnya sampel ini pun berwarna
merah. Dikarenakan sampel ini
berwarna hijau, maka diperkirakan
sampel ini menggunakan zat
pewarna
sintetik
campuran
sehingga menghasilkan warna
hijau. Erythrosine bila dilihat dari
senyawa kimianya adalah 2-(6hidroxy-2,4,5,7-tetra iodo-3-okxo-xanthen- 9-yl), maka dapat dikatakan secara
substansial asupan makanan yang mengandung erythrosine merupakan asupan
yodium, tetapi apabila penggunaan zat pewarna erythrosine dalam waktu lama
dan kadar erythrosine diatas ambang batas tentu akan memberikan kontribusi
kelebihan asupan yodium (Asterina dkk, 2011). Menurut Peraturan Kepala
BPOM Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013, Acceptable Daily Intake
(ADI) atau batasan konsumsi BTP yang dapat diterima dan dicerna tanpa
mengalami risiko kesehatan untuk zat pewarna erythrosine adalah 0-0,1 mg/kg
berat badan. Namun pada praktikum ini tidak dilakukan analisis kuantitatif,
sehingga kadar zat pewarna erythrosine pada sampel agar-agar hijau (bakso
Andhika) tidak diketahui.
5.
Pacar Cina
Hasil analisis kualitatif bersifat negatif untuk sampel pacar cina. Hal ini
disebabkan oleh perubahan warna merah muda pada benang wol setelah
dilarutkan pada larutan HCl 37%, H2SO4 50%, NaOH 10%, dan NH4OH 12%
menjadi pudar.
6
Maka diperkirakan sampel ini menggunakan zat pewarna alami yang
menghasilkan warna merah muda, atau menggunakan zat pewarna sintetis
yang tidak diujikan dalam praktikum ini.
6.
Agar-Agar Hijau
Analisis bahan warna yang telah di lakukan pekan lalu, mengindikasikan
bahwa agar-agar hijau yang telah kami teliti hasilnya negatif. Warna sebelum
dianalisis oleh larutan NaOH, HCl, NH4O, dan H2SO4 warna benang wol
yaitu hijau muda cerah namun setelah ditetesi tidak menunjukkan warna
tersebut masuk dalam kategori bahan pewarna sintetik yang diuji. Namun
bisa diduga juga zat warna sintetik yang digunakan tidak diujikan dalam
praktikum ini sehingga hasilnya pun tidak nampak. Namun dilihat dari
komposisi produk agar-agar hijau ini mengandung zat pewarna makanan
yaitu Ponceau 4R/Cochineal Red A.15374.CI.16255, menurut Apriyantono
(2003) merupakan pewarna makanan yang status kehalalannya yaitu halal dan
telah diteliti hasilnya baik digunakan sebagai pewarna makanan. Sedangkan
menurut Ahmad (2015) yang telah melakukan penelitiannya di daerah
Cileunyi, Bandung,pewarna ini banyak digunakan di daerah tersebut untuk
diperjual belikan di sekolah dasar, akan tetapi batas penggunaannya melebihi
dari batas yang optimum seharusnya digunakan, dalam transaksi jual belinya
itu pedagang menjualnya dalam bentuk sirup dan permen gulali yang apabila
penggunaan 300 mg/kg untuk sirup dan 100mg/kg untuk permen gulali setiap
hari membuat anak-anak dapat beresiko menyebabkan gangguan kesehatan
yang ditimbulkan seperti halnya alergi dan kanker hati.
Gambar 1. Sampel Agar
Hijau
7.
Gambar 2. Hasil Analisis
Sampel
Agar-agar merah
Analisis bahan warna yang telah di lakukan pekan lalu, mengindikasikan
bahwa agar-agar hijau yang telah kami teliti hasilnya negatif. Warna sebelum
dianalisis oleh larutan NaOH, HCl, NH4O, dan H2SO4 warna benang wol
7
yaitu merah muda cerah namun setelah ditetesi tidak menunjukkan warna
tersebut masuk dalam kategori bahan pewarna sintetik yang diuji. Namun
bisa diduga juga zat warna sintetik yang digunakan tidak diujikan dalam
praktikum ini sehingga hasilnya pun tidak nampak. Namun dilihat dari
komposisi produk agar-agar hijau ini mengandung zat pewarna makanan
yaitu Ponceau 4R/Cochineal Red A.15374.CI.16255, menurut Apriyantono
(2003) merupakan pewarna makanan yang status kehalalannya yaitu halal dan
telah diteliti hasilnya baik digunakan sebagai pewarna makanan. Sedangkan
menurut Ahmad (2015) yang telah melakukan penelitiannya di daerah
Cileunyi, Bandung,pewarna ini banyak digunakan di daerah tersebut untuk
diperjual belikan di sekolah dasar, akan tetapi batas penggunaannya melebihi
dari batas yang optimum seharusnya digunakan, dalam transaksi jual belinya
itu pedagang menjualnya dalam bentuk sirup dan permen gulali yang apabila
penggunaan 300 mg/kg untuk sirup dan 100mg/kg untuk permen gulali setiap
hari membuat anak-anak dapat beresiko menyebabkan gangguan kesehatan
yang ditimbulkan seperti halnya alergi dan kanker hati, sedangkan menurut
Marwati (2016) pewarna ponceau 4R ini merupkan pewarna yang dapat
memberikan warnamerah hati dan biasa digunakan dalam pembuatan
minuman, selai, dan jelly. Pewarna ini bersifat karsinogenik dan dapat
menyebabkan hiperativitas pada anak.
Gambar 3. Sampel Agar
Merah
8.
Gambar 4. Warna
Sampel Sebelum
Analisis
Gambar 5. Warna Sampel
Setelah Analisis
Kerupuk
Analisis bahan warna yang telah dilakukan di pekan lalu, mengindikasikan
bahwa kerupuk yang telah kami teliti hasilnya negatif. Warna sebelum
dianalisis oleh larutan NaOH, HCl, NH4O, dan H2SO4 warna benang wol
yaitu merah cerah namun setelah ditetesi tidak menunjukkan warna tersebut
masuk dalam kategori bahan pewarna sintetik yang diuji. Namun bisa diduga
juga zat warna sintetik yang digunakan tidak dujikan dalam praktikum ini
sehingga hasilnya tidak nampak atau digunakan zat warna alami. Menurut
8
Murtiyanti (2013) kerupuk yang menggunakan pewarna berbahaya bisa
digunakannya zat warna merah (Rhodamin B), kuning (Methanyl Yellow)
atau hijau (Malachite Green). Pewarna sintetik tersebut dilarang digunakan
dalam pangan, karena bisa menyebabkan kerusakan hati, apabila tertelan
dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, diare,
demam, lemah, dan tekanan darah rendah.
Gambar 6. Sampel
Kerupuk
9.
Gambar 7. Hasil analisis
warna sampel sebelum
dan sesudah di uji
Sirup
Pada tabel
hasil pengamatan sirup X ini memiliki indikasi
ditambahkannya pewarna erythrosine dan acid violet 6 B. Karena saat ditetesi
larutan NaOH dan NH4OH memiliki kenampakan yang mirip dengan ciri-ciri
terindikasinya erythrosine yaitu tidak adanya perubahan dari warna awalnya.
Sedangkan ketika ditetesi larutan H2SO4 dan HCl menampakan warna kuning
kecokelatan gelap yang merupakan ciri bahwa sirup ini juga terindikasi
adanya acid violet 6 B. Erythrosine (FD & C red No.3) zat pewarna ini
termasuk golongan fluorescein.berupa tepung coklat, larutannya dalam
alcohol 95% menghasilkan warna merah yang berfluoresensi, sedangkan
larutannya dalam air berwarna merah cherry tanpa fluoresensi. Larutan dalam
gliserol dan glikol, bersifat kurang tahan terhadap cahaya.
Pada SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
penggunaan Erithrosine pada sirup diatur batas maksimumnya adalah
100mg/kg produk akhir (total campuran pewarna 3 mg/kg). Namun pada
komposisi sirup X tersebut tidak mencantumkan jumlah total Erithrosine
yang dicampurkan pada bahan tersebut. Acid violet 6 B yang menampakan
indikasinya pada sirup tersebut pun telah melanggar Permenkes 239/85
tentang penggunaan zat pewarna tekstil pada makanan.
9
10. Kolang kaling
Seperti pada tabel hasil kolang kaling jika ditambahkan H2SO4 ( menjadi
kebiruan), HCl ( menjadi agak kebiruan), NaOH ( menjadi kuning), NH4OH
(lebih kebiruan). Terlihat dari hasil warna yang ditampakan oleh sampel
kolang kaling mendekati adanya indikasi pewarna Acid Violet 6 B karena
saat ditetesi larutan NaOH berwarna kuning dan larutan NH4OH berwarna
lebih kebiruan. Sampel kolang kaling ini mungkin saja memiliki kandungan
acid violet 6 B yang rendah. Acid Violet 6 B ini merupakan bahan pewarna
tekstil yang penggunaannya telah dilarang oleh pemerintah dalam Permenkes
239/85. Penggunaan acid violet 6 B pada makanan merupakan suatu
penyalahgunaan penambahan zat kimia terhadap bahan pangan. Pewarnaan
kolang kaling juga dapat menggunakan bahan alami seperti dengan daun suji
agar berwarna hijau dan dapat juga menggunakan gula aren agar
menampakan warna cokelat.
KESIMPULAN
Jenis pewarna sintetis yang ditambahkan pada beberapa produk pangan
yang kami uji, tapat diketahui zat pewarna yang digunakan adalah zat pewarna
Tartrazine untuk panganan mi basah dan ale-ale jeruk, pewarna Amaranth untuk
agar-agar hitam, pewarna Erythrosine untuk panganan agar-agar hijau (bakso
andhika), dan Acid violet.B untuk panganan kolang-kaling dan sirup. Sedangkan
untuk sampel lainnya seperti pacar cina, agar-agar merah, agar-agar hijau dan
kerupuk tidak teridentifikasi perubahan warnanya saat di lakukan pengujian.
Berdasarkan pada ayat (1) huruf b pada Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas
Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna, Tartazine,
Erythrosine merupakan jenis BTP pewarna sintetis atau Synthetic colour. Untuk
Tartazine, ADI yang seharusnya adalah 0–7,5 mg/kg berat badan. Erythrosine,
ADI yang seharusnya adalah 0-0,1 mg/kg berat badan.
LAMPIRAN
A. Richeese Ahh’
10
Richeese Ahh’ adalah makanan ringan berbentuk stick dilapisi keju,
makanan ini berwarna orange ke kuning-kuningan, dengan nomor kategori
pangan 15.0. Ditinjau dari komposisinya warna tersebut didapat dari pewarna
kuning FCF CI 15985 dan Kurkumin CI 75300, dan Tartrazin CI 19140.
Berdasarkan Peraturan BPOM Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013
Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna
Bab III pasal 3, pewarna yang digunakan dalam makanan ringan ini
merupakan perpaduan antara pewarna alami dan pewarna sintetis yang
diizinkan oleh BPOM. Kurkumin CI 75300 merupakan pewarna alami yang
diperbolehkan oleh BPOM dengan ADI : 0-3 mg/kg berat badan. Adapaun
batas maksimum penggunaan dari Kurkumin CI 75300 pada pangan olahan
jenis Richeese Ahh’ adalah 200 mg/kg. Pewarna kuning FCF CI 15985
adalah tergolong pewarna sintetis yang juga diizinkan penggunaannya dengan
ADI : 0 – 4 mg/kg berat badan. Tartrazin CI 19140 merupakan pewarna
sintetis yang penggunaannya dibolehkan oleh BPOM dengan ADI : 0 – 7,5
mg/kg berat badan.
B. Delfi Chacha Peanut
11
Makanan ini berupa bola-bola coklat yang berisi kacang tanah di
dalamnya, tergolong sebagai snack desert. Keunikan dari makanan ini adalah
dalam satu kemasan memiliki beberapa warna bola-bola coklat diantaranya
merah, kuning, hijau, coklat, orange, dan dengan inovasinya kini bertambah
satu warna lagi yaitu warna biru. Adapun nomor kategori pangan dari
makanan ini adalah 05.1.5.
Berdasarkan komposisi dari makanan tersebut warna-warna yang di dapat
berasal dari Tartrazin CI 19140, Merah Allura CI 16035, Pewarna Alami
Karbon Tanaman CI 77266, Kuning FCF CI 15985, dan Biru Berlian CI
42090. Berdasarkan Peraturan BPOM Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Pewarna Bab III pasal 3, pewarna yang digunakan dalam makanan ringan ini
merupakan perpaduan antara pewarna alami dan pewarna sintetis yang
diizinkan oleh BPOM. Tartrazin CI 19140 merupakan pewarna sintetis yang
penggunaannya dibolehkan oleh BPOM dengan ADI : 0 – 7,5 mg/kg berat
badan dengan batas penggunaan 100 mg/kg. Merah Allura CI 16035
merupakan pewarna sintetis dengan ADI : 0 – 7 mg/kg berat badan dengan
batas penggunaan 100 mg/kg, Pewarna Alami Karbon Tanaman CI 77266
merupkan pewarna alami yang diizinkan oleh BPOM, ADI dari pewarna ini
tidak dinyatakan dan batas penggunaannya pun dinyatakan dalam CCPB.
Kuning FCF CI 15985 merupakan pewarna sintetis yang diperbolehkan oleh
BPOM pewarna ini memiliki ADI : 0 – 4 mg/kg berat badan dengan batas
penggunaan 100 mg/kg. Biru Berlian CI 42090 merupakan pewarna sintetis
yang penggunaannya di izinkan, pewarna ini memiliki ADI : 0 -12,5 mg/kg
berat badan dengan batas penggunaan pada makanan jenis ini adalah 100
mg/kg.
C. Okky Jelly Drink Merah
12
Minuman jelly ini adalah minuman berperisa yang memiliki jelly
didalamnya. Okky Jelly Drink memiliki ekstrak stroberi (0.02%) dan pewarna
Ponceau 4R Cl 16255. Menurut SK Menteri Kesehatan RI Nomor
722/Menkes/Per/IX/88, pewarna Ponceau 4R Cl 16255 digunakan pada
minuman ringan dan makanan cair dengan takaran 70mg/Kg produk siap
dikonsumsi. Sedangkan jika digunakan pada Yoghurt memakai takaran 48
mg/Kg berasal dari aroma yang digunakan.
D. Indomie Mie Goreng Rendang
Mie instan ini merupakan makanan mie dengan rasa rendang dan memiliki
nomor kategori pangan 06.4. Berdasarkan komposisi yang tertera pada
kemasan terdapat pewarna karamel kelas I, pewarna tersebut tergolong
kedalam pewarna alami yang diizinkan penggunaannya oleh BPOM memiliki
ADI yang tidak dinyatakan dan batas maksimal penggunaannya pun CPPB
E. Minuman Berenergi Torpedo
13
Berdasarkan komposisi yang tertera dalam kemasannya saus sambal
bawang ini mengandung pewarna Sunset Yellow CI 15985 (Kuning FCF) dan
Tartarazine CI 19140, kedua pewarna tersebut merupakan pewarna sintetis
yang penggunaanya diizinkan oleh BPOM. Adapun ADI dari Sunset Yellow
CI 15985 adalah 0 – 4 mg/kg berat badan dengan batas penggunaan 70
mg/kg. Sedangkan untuk Tartrazine CI 19140 merupakan pewarna sintetis
yang penggunaannya dibolehkan oleh BPOM dengan ADI : 0 – 7,5 mg/kg
berat badan dengan batas penggunaan 100 mg/kg.
14
LEMBAR KONTRIBUSI
1. Abstrak
: Putri Audia Aneti Kallista (1504063)
2. Latar Belakang : Novita Purnamasari Hendarmin (1503646)
3. Metode
: Rizki Yanti Rahayu (1500753)
4. Pembahasan
: Novita Purnamasari Hendarmin (1503646),
Putri Audia Aneti Kallista (1504063),
Ramadhan Nurcholis (1500529), dan
Rizki Yanti Rahayu (1500753)
5. Kesimpulan
: Putri Audia Aneti Kallista (1504063)
6. Lampiran
: Ramadhan Nurcholis (1500529)
15
DAFTAR PUSTAKA
Asterina dkk. 2011. Efek Penggunaan Zat Pewarna Erythrosine terhadap Kadar
T3 dan T4 Serum pada Tikus Galur Wistar. Majalah Kedokteran Andalas,
35 (2), hlm. 126-136.
Sumarlin. (2010). Identifikasi Pewarna Sintetis pada Produk Pangan yang Beredar
di Jakarta dan Ciputat. Jurnal Kimia Valensi, 1 (6), hlm. 274-283.
Susilowati dan M, Triwahyuni. (2006). Identifikasi Zat Warna Sintetis pada AgarAgar Tidak Bermerk yang Dijual di Pasar Doro Pekalongan dengan
Metode Kromatografi Kertas. Jurnal Litbang, 4 (3), hlm. 26-32.
16
Download