Pengaruh Jenis Pakan Segar terhadap Pertumbuhan

advertisement
Pengaruh Jenis Pakan Segar terhadap Pertumbuhan Biomassa Calon
Induk Lobster Batik (Panulirus Longipes)
[The Effect of Fresh Feed on the Growth of Broodstock Candidate of
Longipe Spiny Lobster (Panulirus longipes)]
La Suriadi S.1, Yusnaini2, Kurnia Agus3
1
Mahasiswa Program Studi/Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo
Jl. HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232 Telp/Fax (0401) 3193782
1
Surel: [email protected]
2
Surel: [email protected]
3
Surel:[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pakan segar terhadap pertumbuhan biomassa calon
induk lobster batik di keramba jaring apung Desa Tapulaga, Kebupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Empat jenis
pakan segar berupa cacing laut (Pakan A), cumi-cumi (Pakan B), ikan teri (Pakan C) dan kombinasi ketiganya
(Pakan D) diberikan kepada calon induk lobster batik selama 84 hari. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan
mutlak (PM), laju pertumbuhan spesifik (LPS) dan Kelangsungan Hidup (SR). Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis
pakan segar tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik dan
kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata pertumbuhan mutlak berkisar antara 25,75
- 60,20 g sementara itu nilai rata-rata laju pertumbuhan spesifik pada lobster batik yang diberikan pakan uji
berkisar anrata 0,06 – 0,15 g dan nilai rata-rata kelangsungan hidup lobster batik berkisar antara 75 – 100%.
Kesimpulan penelitian ini adalah calon induk lobster batik dapat diberi pakan segar dari salah satu jenis cacing
laut, cumi-cumi dan atau ikan teri atau kombinasi ketiga pakan tersebut.
Kata Kunci : Pakan Segar, Pertumbuhan, Biomassa, induk, Lobster batik, Jaring apung
Abstract
The study aimed to determine the effect of fresh feed on the growth of broodstock candidate of longipe spiny
lobster reared on net sea cage at Tapulaga village, Konawe District, Sulawesi Tenggara. Four kinds of fresh feed
namely : Sea worms (Diet A), squid (Diet B), anchovy fish (Diet C) and their combination (Diet D) fed to the
longipe spiny lobster for 84 days of rearing. The results showed that the lobster fed with all the kinds of fresh feed
had no significantly different in absolute growth, specific growth rate and survival rate. The absolute growth and
specific growth rate of lobster fed with all feeds were ranged between 25,75 – 60,20 g and 0,06 – 0,15 g
respectively. Survival rates of all lobster were ranged berwen 75%-100%. In conlusion all fresh feed (anchovy
fish, squid, sea worm or three combinasion of fresh feed) could be fed to the longipe spiny lobster (P. longipes)
broodstock.
Keywords: Fresh Feed, Growth, Biomass, broodstoch, longipe spiny lobster, net sea cage
71
I. Pendahuluan
Lobster laut, atau yang dikenal
udang karang merupakan salah satu
sumberdaya perikanan ekonomis penting
di Indonesia. Harga yang cukup tinggi
dibandingkan komoditas perikanan lainnya menyebabkan lobster banyak dicari
dan ditangkap. Data statistik perikanan
lobster menempati urutan ke empat
komoditas ekspor tertinggi dari bangsa
krustasea setelah marga udang Panaeus,
Metapenaeus dan Macrobrachium. Peningkatan pasar lobster di dunia ditunjukkan
juga oleh data statistic perikanan FAO dan
GLOBEFISH, dimana sejak tahun 1980an permintaan lobster dari jepang setiap
tahunya mengalami peningkatan (KKP,
2012).
Tingginya nilai ekonomis lobster
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penangkapan lobster dilakukan
secara terus menerus dan tidak memperhatikan kondisi sumberdaya dan lingkungan. Peningkatan pemanfaatan dari tahun
2005 sampai tahun 2012 dimana kenaikan
tersebut hingga mencapai 19-23% dari
total hasil tangkapan diseluruh WPP di
Indonesia. Peningkatan hasil tangkapan
tersebut, tentunya akan berpotensi mengancam kelestarian sumber daya lobster
laut di Indonesia (KKP, 2013)
Berdasarkan data di atas produksi
lobster akan semakin rendah akibat
penangkapan terus menerus sehingga
populasi di alam menurun. Mengatasi
masalah produksi lobster maka salah satu
solusinya dengan melakukan usaha
budidaya. Lobster karang sangat banyak
jenisnya dan mempunyai spesifikasi perkembangan dan kebiasaan yang berbeda.
Salah satu lobster yang potensial adalah
lobster batik (P. longipes). Lobster tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat
dibandingkan dengan jenis lonster yang
lain. Panjang karapaks lobster jantan
dewasa 104mm, diukur dari garis tenggah
melintang antara supraorbital dengan
panjang total 290mm (George,1962).
Keberhasilan budidaya sangat dipengaruhi oleh pemberian pakan yang
merupakan salah satu faktor penting
dalam budidaya. Jenis pakan dan biaya
pakan yang menjadi tolak ukur dalam
pemilihan pakan untuk organisme yang
dibudidaya. Ada beberapa hal yang belum
diketahui mengenai kebutuhan pakan
lobster karang/laut. Kesesuaian makanan
yang dievaluasi dari percobaan berdasarkan dua kriteria utama: (i) kinerja yang
optimal dalam hal tingkat pertumbuhan
dan kelangsungan hidup dan (ii) rasio
konversi pakan terbaik. Pertumbuhan
yang baik dengan pemberian pakan daging pada lobster karang.
Pakan adalah salah satu komponen penting yang melibatkan biaya tinggi
dalam operasi suatu perusahaan akuakultur (Muthu et al. 2014). Gizi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh
hewan air dapat disediakan oleh protein,
karbohidrat dan lipid. Protein merupakan
komponen yang paling mahal dan
mungkin elemen pakan yang paling
penting untuk pertumbuhan organisme
budidaya (Muthu et al. 2014). Pakan segar
merupakan bahan makanan yang memiliki
keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki
pakan buatan. Pakan segar biasa dimakan
oleh lobster yang didapat dari alam. Jenis
pakan alami yang biasa dimakan lobster
berupa kerang-kerangan dan ikan rucah.
Jenis bahan pakan tersebut tidak selalu
ada terus sehingga perlu dicarikan jenis
pakan segar lain yang dapat dijadika
sebagai bahan pakan.
Jenis pakan segar yang diberikan
memiliki kadar protein dan lemak serta
komposisi asam amino dan asam lemak
menyerupai atau mendekati kadar protein,
lemak, komposisi asam amino dan asam
lemak lobster. Kandungan dan komposisi
di atas menjasi syarat utama bagi
pertumbuhan maksimal lobster. Beberapa
pakan segar yang berpotensi menjadi
pakan lobster selain ikan rucah dan
kerang-kerangan adalah cacing laut dan
cumi-cumi (Loligo sp). Informasi penggu-
72
naan cacing laut dan cumi-cumi (Loligo
sp) sebagai pakan lobster masih terbatas
perlu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh jenis pakan segar terhadap
biomassa calon induk lobster batik (P.
longipes) untuk merumuskan jenis pakan
yang cocok dimana akan menghasilkan
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
jenis pakan mana yang akan memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan lobster
batik (P. longipes).
dan diadaptasikan di karamba, indukan
lobster berukuran 180–250 g. Sebelum
dilakukan pengamatan maka indukan
lobster terlebih dahulu di adaptasikan ke
dalam keranjang, proses adaptasi dilakukan selama 1 minggu dengan harapan
indukan lobster tidak mengalami stress
pada saat penelitian. Setelah tahap adaptasi, indukan lobster ditimbang untuk
mengetahui berat awal indukan lobster
batik (P. longipes) sebelum pengamatan.
Frekuensi pemberian pakan pada
hewan uji dilakukan 1 kali sehari yakni
pada 17.00 WITA. Pemberian pakan
disesuaikan dengan berat hewan uji
dengan persentasepakan yang diberikan
sebanyak 25% dari berat hewan uji per
hari.
II. Metode Penelitian
Pertumbuhan Mutlak (g)
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli sampai September 2016, yang
bertempat di Perairan Desa Tapulaga,
Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara dan analisis
proksimat pakan dan kualitas air dilakukan di Laboratorium Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Halu Oleo, kendari.
Organisme penelitian adalah lobster
batikP. longipes.Hewan uji yang digunakan dalam penelitian berasal dari alam
III. Hasil
1. Pertumbuhan Mutlak (PM)
Hasil
rata-rata
pengamatan
pertumbuhan mutlak pada lobster batil
(Panulirus longipes).
120
100
80
60
40
20
0
A
B
C
D
Perlakuan
Gambar 2. Pertumbuhan Mutlak Lobster Batik, perlakuan A (Cacing laut), perlakuan B (Cumi-cumi), perlakuan C
(Ikan Teri) dan perlakuan D (Campuran)
Gambar 2 di atas menunjukan, bahwa nilai
rata-rata pertumbuhan mutlak tertinggi
pada (D) yang diberi pakan kombinasi
yaitu sebesar 35,5 g, dan diikuti perlakuan
(A) cacing laut sebesar 33,75 g, perlakuan
(B) cumi-cumi sebesar 27,25 g, sedangkan
pertumbuhan mutlak terendah terdapat
pada perlakuan (C) ikan teriyaitu sebesar
25,75 g.
Hasil analisa ragam menunjukan
bahwa pakan uji tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
73
mutlak lobster batik (P>0,05) (Lampiran
2).
Hasil rata-rata laju pertumbuhan
spesifik pada lobster batik (Panulirus
longipes) disajikan pada gambar 3.
Pertumbuhan Spesifik (%)
2. Laju Pertumbuhan Spesifik
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
A
B
C
D
Perlakuan
Gambar 3. Laju pertumbuhan spesifik lobster batik, perlakuan A (Cacing laut), perlakuan B(Cumi-cumi),
perlakuan C (Ikan Teri) dan perlakuan D (kombinasi).
Kelangsungan Hidup (%)
Gambar 3 menunjukan, bahwa nilai ratarata laju pertumbuhan spesifik tertinggi
terdapat pada lobster batik yang diberi
perlakuan D (kombinasi) yaitu sebesar
0,15 g, sedangkan laju pertumbuhan
spesifik terendah terdapat pada lobster
batik yang diberi perlakuan A (cacing
laut), C (Ikan teri) dan B (cumu-cumi)
yaitu masing-masing 0,09 g, 0,07 g dan
0,06 g .
Hasil analisa ragam menunjukan
bahwa pakan uji tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan
spesifik lobster batik (P>0,05).
3. Tingkat Kelangsungan Hidup
Hasil
rata-rata
tingkat
kelangsungan
hidup
lobster
batik
(Panulirus longipes).
120
100
80
60
40
20
0
A
B
C
D
Perlakuan
Gambar 4. Tingkat kelangsungan hidup lobster batik (Panulirus longgipes) pada tiap perlakuan.
Gambar 4 menunjukan bahwa
tingkat sintasan tertinggi terdapat pada
tiga perlakuan yaitu perlakuan A, B dan C
yaitu 100%, 100% dan 100% dan tingkat
sintasan terendah terdapat pada perlakuan
D yaitu sebesar 75%.
bahwa
Hasil analisa ragam menunjukan
pakan uji tidak memberikan
74
pengaruh nyata terhadap sintasan lobster
batik (P>0,05).
Hasil Analisa Proksimat Pakan
Hasil analisa proksimat pakan
segar selama penelitian disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisa proksimat pakan segar
Kode
Sampel
Parameter
Protein (%)
Cumi-cumi
Ikan teri
Cacing lau
22,54
74,10
37,10
Lemak (%) Serat kasar (%)
4,80
3,87
4,01
2,93
0,79
0,13
Abu (%)
1,34
3,03
2,13
(Sumber: Laboratorium FPIK-UHO)
Tabel 1 menunjukan analisa
proksimat tiap pakan segar dengan nilai
Hasil Pengukuran Kualitas Air
protein tertinggi pada ikan teri 20,398%
Hasil pengukuran kualitas air
kadar lemak tertinggi pada cumi-cumi
selama penelitian disajikan pada Tabel 2.
4,798% serat kasar tertinggi cumi-cumi
2,933% dan kadar abu tertinggi ikan teri
3,029%.
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air pada media pemeliharaan selama penelitian
Parameter
Hasil pengukuran
Nilai Optimal
Suhu (0C)
29-31
23-320C (Kordi dan Tancung 2007)
Salinitas (ppt)
33-35
20-35 ppt (Asih, 2008)
pH
8
8 (Slamet dan Imanto 1989)
Tabel 2 menunjukan nilai pengukuran
kualitas air selama penelitian dimana
suhu, salinitas dan pH masing-masing 29310C, 33-35ppt dan 8. Kisaran kualitas air
masih dalam keadaan optimum untuk
pertumbuha
IV. Pembahasan
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan bahwa pertumbuhan mutlak
lobster batik (P.longipes) selama penelitian dan hasil tersaji pada Gambar 2. Hasil
analisa ragam menunjukkan bahwa pakan
uji tidak memberikan pengaruh nyata
(P>0,05) terhadap pertumbuhan mutlak,
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pertu
pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat
pada perlakuan D dengan pemberian
pakan kombinasi dengan nilai pertambahan bobot biomassa lobster batik 35,5 g,
sedangkan nilai rata-rata partumbuhan
mutlak terendah terdapat pada lobster
yang diberi perlakuan C dengan pemberian pakan berupa ikan teri dengan nilai
pertambahan bobot biomassa lobster batik
25,75 g. Hal ini berkaitan dengan adanya
perbedaan jumlah nutrisi yang terkandung
pada jenis pakan tersebut (Tabel 1) karena
jenis pakan yang berbeda memiliki
kandungan nutrisi yang berbeda pula,
pakan merupakan unsur terpenting dalam
menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster. Penggunaan pakan
dengan kandungan protein yang baik
merupakan salah satu faktor yang diperlukan lobster untuk pertumbuhan.
Menurut Watanabe (1988), nutrisi merupakan substansi organik yang terkandung
dalam pakan. Apabila pakan yang
diberikan kepada udang pemeliharaan
mempunyai kandungan nutrisi yang cukup
tinggi, pakan tersebut tidak hanya
75
menopang hidup dan aktifitas udang,
tetapi juga akan mempercepat partumbuhannya.
Tingginya nilai perlakuan D ini
diduga karena pakan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan protein lobster
yang diteliti, sehingga pakan dapat
dimanfaatkan
untuk
pertumbuhan.
Kebutuhan lobster terhadap protein tercukupi dari pakan yang diberikan,
sehingga ada kelebihan energi yang
digunakan untuk pertumbuhan lobster
batik. Hal ini didukung oleh pernyataan
Yandes dkk., (2003) dalam Sholichin dkk.,
(2012) bahwa pertumbuhan terjadi apabila
ada kelebihan energi setelah energi yang
tersedia digunakan untuk metabolisme
yaitu untuk pencernaan serta beraktifitas.
Perlakuan C dengan menggunakan
pakan ikan teri menghasilkan partumbuhan terendah dengan nilai pertambahan
bobot biomassa lobster batik 25,75 g. Hal
ini menunjukkan kandungan nutrisi pada
ikan teri kurang memenuhi kebutuhan
lobster batik, sehingga energi yang diperoleh dari pakan hanya cukup untuk
menopang kehidupan lobster, tetapi tidak
cukup memerikan pertumbuhan dengan
baik, akibatnya pertumbuhan yang
dihasilkan juga rendah Handajani and
Widodo (2011), mengemukakan bahwa
optimumnya organisme krustacea membutuhkan pakan yang kandungan proteinnya berkisar antara 30-60%. Affandi
and Tang (2004) mengemukakan bahwa
pertumbuhan adalah proses pertambahan
ukuran (panjang, berat dan volume) pada
periode waktu tertentu. Protein merupakan
komponen terpenting serta bahan yang
menyediakan (menjadi sumber) asam
amino esensial yang digunakan untuk
perbaikan jaringan dan pertumbuhan juvenil lobster mutiara (P. ornatus).
Laju pertumbuhan spesifik (LPS)
merupakan perbedaan antara ukuran pada
akhir dan awal kurun suatu waktu yang
dinyatakan sebagai persentase dari ukuran
pada awal kurun waktu tersebut
(Rounsefell and Everhart, 1953). Hasil
analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap laju pertumbuhan spesifik lobster
batik (P>0,05) Gambar 3 menunjukkan
bahwa nilai rata-rata pertumbuhan spesifik
tertinggi terdapat pada perlakuan D
dengan pemberian pakan kombinasi
dengan nilai pertambahan bobot biomassa
lobster batik 0,15 g. Hasil laju petumbuhan spesifik yang diperoleh tidak jauh
berbeda dengan hasil pertumbuhan mutlak
pada penelitian ini. Tingginya laju pertumbuhan spesifik pada lobster batik yang
diberikan pakan kombinasi pada perlakuan
D diduga karena komposisi nutrisi yakni
protein dari bahan pakan yang digunakan
mampu dimanfaatkan dengan optimal oleh
lobster batik serta kelebihan energi yang
tersedia dalam pakan digunakan untuk
pertumbuhan serta mendukung kelangsungan hidupnya. Pemberian pakan kombinasi yang sesuai dengan kebutuhan lobster
batik dapat memberikan dampak yang
baik terhadap pertumbuhan diduga pakan
kombinasi ini memiliki kandungan nutrisi
yang lebih seimbang. Sesuai pernyataan
Watanabe (1988), bahwa protein merupakan sumber asam amino esensial yang
berfungsi untuk perbaikan jaringan yang
rusak dan pertumbuhan organisme.
Menurut Hasil penelitian Haryati et al.
(2010), induk udang windu yang berasal
dari perairan Siwa yang diberi pakan
berupa kombinasi 50% cumi-cumi dan
50% cacing laut (D1) menghasilkan
fekunditas mutlak, relatif dan daya tetas
telur serta pertumbuhan larva sampai
stadia zoea-1 lebih tinggi dibandingkan
dengan kombinasi pakan lainnya.
Rendahnya nilai laju pertumbuhan
spesifik lobster batik yang diberi pakan A
(cacing laut), pakan B (cumi-cumi) dan
pakan C (Ikan teri) dalam penelitian ini
diduga karena nutrisi yang terkandung
pada tiap pakan belum mencukupi,
akibatnya energy yang diperoleh dari
pakan tidak dapat dimanfaatkan dengan
optimal oleh lobster batik untuk
pertumbuhan. Menurut Watanabe (1988),
76
nutrisi merupakan substansi organik yang
terkandung dalam pakan. Apabila pakan
yang diberikan kepada udang pemeliharaan mempunyai kandungan nutrisi
yang cukup tinggi, pakan tersebut tidak
hanya menopang hidup dan aktifitas
udang/lobster, tetapi juga akan mem
mempercepat pertumbuhannya. Nilai
nutrisi pakan pada umumnya dapat dilihat
dari komposisi zat gizinya. Beberapa
komponen nutrisi yang penting dan harus
tersedia dalam pakan organisme antara
lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin
dan mineral.
Tingkat
kelangsungan
hidup
lobster adalah nilai presentase jumlah
lobster hidup selama masa pemeliharaan
pada waktu tertentu. Perlakuan A, B dan C
Gambar 9, menunjukkan tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi yaitu 100%
karena pakan dan kondisi lingkungan
sesuai dengan habitat lobster, sehingga
energi yang digunakan focus untuk
kelangsungan hidup. Sedangkan perlakuan
D (kombinasi) tingkat kelangsungan
hidupnya berbeda dengan perlakuan
sebelumnya, yakni 75%. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
penyesuaian pakan yang berbeda. Dengan
demikian perlakuan A, B dan C memberi
pengaruh terhadap kelangsungan hidup
lobster batik dibandingkan perlakuan D
dengan dosis yang sama (25%) selain itu
menurut Mudjiman (2008), pakan yang
mempunyai nutrisi yang baik sangat
berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Selama penelitian telah
dilakukan pengukuran terhadap beberapa
parameter kualitas air meliputi suhu, pH
dan salinitas masih pada kisaran normal
dan masih mendukung terjadinya pertumbuhan. kisaran suhu selama pemeliharaan berkisar pada 29-31 0C. Nilai pH
selama pemeliharaan masih pada nilai
yang optimum, yaitu 8. Kisaran salinitas
masih dalam keadaan optimum yaitu 3335 ppt. berdasarkan data ekologis yang
cocok bagi pertumbuhan lobster yaitu
suhu 23-320C (Kordi and Tancung 2007),
pH 8 (Slamet and Imanto 1989) dan
salinitas 20-35 ppt (Asih, 2008).
V. KESIMPULAN
Pemeliharaan selama 84 Hari
dengan pemberian jenis pakan segar yang
berbeda (ikan teri, cacing laut, cumi-cumi
dan kombinasi) tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan mutlak, laju
pertumbuhan spesifik dan kelangsungan
hidup lobster batik. Pemberian pakan
segar ikan teri, cumi-cumi, cacing laut dan
kombinasi memberi pengaruh yang sama.
Pemberian pakan kobinasi ikan teri,
cacing laut dan cumi-cumi cenderung
menghasilkan pertumbuhan biomassa
tertinggi lobster batik. Calon indukan
lobster batik dapat diberikan pakan segar
dari salah satu jenis cacing laut, cumicumi dan atau ikan teri atau kombinasi
ketiga pakan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi and Tang. 2004. Fisiologi hewan
air. Badan Penerbit Universitas
Riau. Pekan Baru.
Asih, S. 2008. Pengaruh penggunaan
produk pupuk organik kotoran
kelelawar bebas mikroba dengan
dosis yang berbeda terhadap
pertumbuhan bandeng (Chanos
chanos forskal) pada usiatebar
sampai 3 Bulan. Skripsi Sarjana,
Fakultas Perikanan, Universitas
Brawijaya, Malang. 48 hal.
George, R.W. 1962. Synopsis of
biological data on the western
rock lobsterPanulirus cygnus.
FAO fisheries synopsis. 128.
Handajani, H and Widodo, W. 2011.
Nutrisi Ikan. UMM Press.
Malang. 267 hal.
Haryati, Zainuddin dan S. Muchlis. 2010.
Pengaruh pemberian berbagai
kombinasi pakan alami pada
induk udang windu (Penaeus
monodon Fab.) Terhadap Potensi
77
Reproduksi dan Kualitas Larva.
IlmuKelautan, Vol 15 (3): 163 –
169.
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2012. Statistik perikanan tangkap
Tahun 2011-2012. Jakarta.
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2013. Laporan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Kordi, G. and Tancung, A.B. 2007.
Pengelolaan kualitas air. Rineka
Cipta. Jakarta. 183 hal.
Mudjiman, A. 2008.
Makanan ikan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Muthu, M. R, Kizhakudan J. K,
Vijayagopal P, Jayasankar V,
Leslie V. A and Sundar r. 2014.
Effect of dietary protein levels in
the formulated diets on growth
and survival of juvenile spiny
lobster
Panulirus
homarus
(Linna- (Linnaeus). Indian J.
Fish., 61(2): 67-72.
Rounsefell, G.A. and W.H. Everhart.
1953. Fishery science it’s methods and aplication. John Wiley
and Sons: New York.
Sholichin, I., Haetami, K., Suherman, H.
2012. Pengaruh penambahan
tepung rebon pada pakan buatan
terhadap nilai chroma ikan mas
koki (Carassius auratus). Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 3(4) :
185-190.
Slamet, B., ad\nd P.T. Imanto. 1989.
Pengamatan pemeliharaan udang
karang (P. Homaus) di Laboratorium. Jur. Pen. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Balai Penelitian Budidaya Pantai.
Maros.
Watanabe , T. 1988. Fish nutrition and
marine culture : JICA Text Book
General Course. Japan: University
of Fisheries.
78
Download