BAB I - ETD UGM

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup yang bersifat sosial, hidup bermasyarakat
untuk dapat saling memenuhi kebutuhannya secara optimal, menurut teori lima
hirarki kebutuhan manusia salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
manusia adalah kebutuhan fisiologis
(Maslow, 1970 dalam Siagian, 1995),
dimana kebutuhan fisiologis menjadi dasar sebagai kebutuhan yang mendesak dan
bersifat materiil, dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar tersebut tidak
terlepas dari tindakan-tindakan yang bersifat ekonomi.
Tindakan ekonomi merupakan sebuah tindakan sosial (economic action is
a form of social action) dimana aktivitas ekonomi tidak terbatas pada pemenuhan
kebutuhan saja, namun lebih luas pada relevansi yang kuat terhadap pola interaksi
individu yang ada di dalamnya pada situasi yang bersifat social, (economic action
is socially situated) dimana tindakan ekonomi tidak akan terlaksana tanpa
melibatkan orang lain. Sehingga dalam implikasinya ekonomi akan mengarah
pula pada hubungan dengan aktivitas manusia dalam upaya memenuhi dan
mengorganisir berbagai kebutuhan hidupnya (Granovetter, 1985)
Keterbatasan sumber-sumber ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan
manusia pada hakekatnya bersifat terbatas (scarcity of means) sehingga
persaingan dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi harus difasilitasi oleh
institusi dimana pertukaran antara sumber-sumber ekonomi dapat berjalan dengan
1
baik, institusi-institusi ekonomi yang ada pada saat ini adalah merupakan hasil
konstruksi sosial (economic institutions are social construction) Tindakan
ekonomi dikonstruksikan secara sosial karena adanya “embeddedness” (adanya
keterlekatan ekonomi dalam masyarakat), sehingga kemudian dikonstruksikan
kedalam kehidupan sosial (Granovetter, 1985).
Salah satu aktivitas ekonomi yang erat dengan kehidupan manusia pada
saat ini adalah keberadaan pasar. Pasar merupakan contoh kongkrit dimana
institusi-institusi
ekonomi
merupakan
hasil
konstruksi
sosial,
Sejarah
terbentuknya pasar adalah melalui evolusi yang panjang, hal ini bermula dari
upaya masyarkat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pada
awalnya kebutuhan manusia masih terbatas pada masalah kebutuhan pangan saja,
sehingga masih dapat dipenuhi sendiri dimana pertukaran barang hanya terbatas
pada lingkungan di sekitarnya. Pada tahap berikutnya, kebutuhan mulai
berkembang manusia mulai mengadakan pertukaran barang yang lebih luas
lingkungannya dengan mencari atau menemui pihak-pihak yang saling
membutuhkan. Selanjutnya tahapan tersebut mulai berkembang sejalan dengan
intensitas kebutuhan manusia yang semakin kompleks, hal ini ditandai dengan
bertemunya manusia yang saling membutuhkan barang di suatu tempat. Tempat
yang disepakati untuk bertemu tersebut kemudian disebut sebagai pasar.
Seiring dengan perkembangan zaman peranan pasar menjadi sangat
penting karena melalui pasar kebutuhan seseorang bisa terpenuhi dengan cepat.
Perkembangan pasar akan selalu sejalan dengan perkembangan masyarakat. Di
2
sisi lain keberadaan pasar tidak dapat dipisahkan dari suatu tradisi, salah satu
contohnya adalah pelaksanaan pasar malam pada tradisi Kliwonan yang dilakukan
oleh masyarakat Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah.
Salah satu tradisi yang terkenal di masyarakat Jawa adalah tradisi yang
diselenggarakan pada Jumat Kliwon, Jumat Kliwon yang merupakan perpaduan
antara nilai-nilai agama Hindu dan Islam yang ada di Jawa, adalah hal yang tidak
asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia pada khususnya masyarakat Jawa,
Kliwon adalah salah satu nama dari hari-hari dalam penanggalan jawa atau
disebut dina pasaran (hari pasaran) yaitu Legi/Manis, Pahing, Pon, Wage,
Kliwon, dalam hitungan tiga puluh lima hari (selapan dina) yang biasanya
digabungkan dengan hari pada penanggalan Syamsiah atau masehi (Senin, Selasa,
Rabu, Kamis, Jum‟at, Sabtu, Minggu), hari yang bertepatan pada Jum‟at Kliwon
maupun Selasa Kliwon merupakan hari-hari yang dipandang suci atau sakral bagi
masyarakat jawa, dimana pada hari ini terdapat keharusan ataupun larangan bagi
masyarakat Jawa yang bersifat kultural (Soemardjan, 1986).
Dalam pelaksanaanya ritual-ritual tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
Jawa yang bertepatan pada hari Jumat maupun Selasa Kliwon pada dasarnya tidak
terpatok pada bentuk yang sama dalam pelaksanaanya pada masing-masing daerah
di Jawa, namun pada dasarnya pelaksanaan ritual tersebut sama-sama bertujuan
untuk menghormati alam, karena menurut kepercayaan masyarakat Jawa apabila
ritual tersebut tidak dilaksanakan yang terjadi adalah kemarahan dari alam yang
akan menimpa Raja (pemimpin) beserta rakyatnya (Soemardjan, 1986).
3
Salah satu daerah di provinsi Jawa Tengah yang masih melestarikan tradisi
pada hari Jum‟at Kliwon adalah Kabupaten Batang, Kabupaten Batang merupakan
salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang resmi dinyatakan sebagai kabupaten
yang berdiri sendiri dengan segala bentuk administratif kepemerintahannya sejak
tanggal 8 April 1966.
Kliwonan adalah sebuah kegiatan ekonomi berupa pasar malam yang
dilaksanakan masyarakat Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah yang
dilaksanaan setiap 35 hari sekali (selapanan) di alun-alun kota Kecamatan
Batang. Pada acara ini masyarakat Kabupaten Batang dan sekitarnya tumpah ruah
di sekitar lokasi untuk berbelanja maupun sekedar berjalan-jalan. Para pedagang
kaki lima (PKL) baik dari dalam maupun luar Kabupaten memanfaatkan
Kliwonan untuk menjajakan dagangan mereka, Dalam pelaksanaanya pada saat
ini ritual Kliwonan sendiri sudah mengalami banyak sekali perubahan baik dari
segi pelaksanaan dan juga dari segi konstruksi masyarakat terhadap tradisi ini,
pada zaman dahulu tradisi Kliwonan digunakan untuk media ngalap berkah
(mencari berkah), di antranya yaitu mencari jodoh, sarana pengobatan, dan/atau
mencari keuntungan dalam berdagang, sedangkan pada saat ini konstruksi yang
ada pada masyarakat Batang adalah Kliwonan hanya sebagai aktivitas ekonomi
yang berupa pasar malam saja.
Pergeseran pelaksanaan Kliwonan yang sebelumnya adalah sebuah bentuk
pelaksanaan tradisi yang sakral menuju ke arah kegiatan ekonomi yang menjadi
sebuah bentuk pelaksanaan tradisi baru, membawa sebuah nilai dan daya tarik
4
tersendiri bagi para pedagang kaki lima, baik pedagang kaki lima dari dalam
ataupun luar Kabupaten Batang, selain karena jumlah pengunjung yang sangat
ramai serta situasi yang mendukung yaitu dimana ketika masyarakat
membutuhkan media untuk mencari hiburan, atau sekedar menghabiskan waktu
luang untuk mendatangi Kliwonan, serta tempat yang strategis yaitu di alun-alun
kabupaten Batang yang merupakan pusat Kabupaten Batang yang sangat ramai
karena berada pada perlintasan jalur Pantura, juga karena masih dipertahankanya
nilai-nilai dan kepercayaan Jawa dimana dengan berdagang pada saat Kliwonan
dipercaya akan membawa keuntungan dan berkah tersendiri.
Sehubungan dengan hal diatas, maka kondisi tersebut tidak menutup
kemungkinan akan memicu terjadinya dinamika pada pelaksanaan pasar malam
Kliwonan, dinamika ini tidak terbatas hanya pada para pedagang kaki lima yang
melakukan transaksi kepada pelangganya saja, namun lebih kompleks pada
komponen yang membentuk struktur Pasar Malam Kliwonan yaitu Masyarakat
Kabupaten Batang secara umum yang memiliki kebutuhan akan pelestarian
tradisi, pedagang kaki lima yang berusaha agar mendapat keuntungan sebesarbesarnya serta Program-program Pemerintah kabupaten Batang yang ditujukan
sebagai aktivitas pengelolaan pasar malam Kliwonan.
5
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat fenomena di atas maka dari itu penulis merumuskan
pertanyaan dasar dari penelitian ini yaitu “Bagaimanakah dinamika perdagangan
yang terjadi pada pasar malam Kliwonan?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana dinamika pada
pelaksanaan pasar Malam Kliwonan sebagai aktivitas perdagangan yang
dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Batang dimana Pasar Malam Kliwonan
adalah hasil dari pergeseran Tradisi Kliwonan yang telah berubah dari segi
pelaksanaan dan pemaknaanya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperluas wawasan akademis tentang pelaksanaan tradisi pasar
malam Kliwonan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten Batang,
pada khususnya pada dinamika perdagangan yang terjadi.
b. Sebagai bahan referensi dan acuan serta bahan tinjauan bagi para pembaca
atau para peneliti berikutnya.
6
2. Manfaat praktis
a. Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi dokumentasi serta
deskripsi informasi pelaksanaan tradisi Kliwonan yang sudah turun
temurun dilaksanakan di Kabupaten Batang yang dapat digunakan sebagai
bahan acuan dan evaluasi bagi Pemerintah Kabupaten Batang dalam upaya
pelestarian tradisi dan kebudayaan warisan budaya masyarakat Batang.
b. Bagi masyarakat Kabupaten Batang
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
kepada masyarakat Batang tentang dinamika perdagangan pada pasar
malam Kliwonan agar masyarakat dapat memberikan perhatian khusus
terhadap pelaksanaan tradisi yang sudah dijalankan turun temurun itu.
c. Bagi penyusun
Secara operasional penelitian ini bermanfaat Sebagai prasyarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, serta untuk
memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang
Sosiologi.
7
E. Tinjauan Literatur
Penelitian tentang aktivitas pasar malam yang merupakan aktivitas
ekonomi yang berorientasi bazaar yang dilakukan oleh pedagang kaki lima pernah
dilakukan oleh Joko Suwandi yang difokuskan pada aktivitas pedagang kaki lima
di Surakarta pada tahun 2013, di mana pada prinsipnya aktivitas ekonomi yang
berorientasi bazaar adalah aktivitas ekonomi yang tidak terpatok pada prinsipprinsip ekonomi formal, ekonomi bazaar hanya berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan dalam lingkup kecil (subsisten), dengan bentuk usaha kecil-kecilan,
tidak untuk ekspansi usaha dan akumulasi kapital serta tidak terorganisir. Dimana
kondisi seperti ini juga dapat terlihat terlihat pada pedagang yang ada pada pasar
malam Kliwonan merupakan pedagang-pedagang yang dapat dikategorikan dalam
sektor informal, yang bergerak dalam ukuran kecil.
Kemudian pengertian lain tentang sektor informal dalam penelitian yang
dilakukan oleh Padang Rihim Siregar tentang pedagang kaki lima di kota Tanjung
pinang oleh Biro Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai unit usaha berskala
kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan
utama menciptakan kesempatan kerja dan penghasilan bagi dirinya sendiri,
meskipun mereka menghadapi kendala baik modal maupun sumberdaya fisik dan
manusia.
8
Tabel 1 Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal
No
Sektor Informal
Sektor Formal
1.
Mudah Dimasuki
Sulit dimasuki
2.
Tergantung Pada Sumberdaya Lokal
Tergantung pada sumber daya
dari luar
3.
Sistem kepemilikan Keluarga
Sistem pemilikan perusahaan
4.
Beroperasi dalam skala kecil
Beroperasi dalam skala besar
5.
Padat tenaga kerja dan teknologi Padat modal dan sering
bersifat adaktif
6.
menggunakan teknologi import
Keterampilan dapat diperoleh di luar Memerlukan
sistem sekolah formal
keahlian
yang
berasal dari sekolah, bahkan
keahlian
yang
didapat
dari
sekolah di luar negeri
7.
Tidak teratur dan pasar yang bersifat Pasar terproteksi (melalui kuota/
kompetitif
ijin perdagangan)
Sumber: ILO/International Labour Organization (1972, dalam Siregar 2013)
Sektor informal dan pada khususnya di bidang perdagangan yang sering
dijumpai dengan adanya pedagang kaki lima (PKL) sangat mudah dijumpai di
Indonesia dengan berbagai latar belakang penyebab kemunculanya, seperti
misalnya yang dijelaskan oleh Suwandi yang mencontohkanya dengan usaha PKL
di kota Surakarta yang muncul akibat krisis moneter yang dimulai pada awal
9
tahun 1997, yang ditandai dengan beberapa kondisi diantaranya yaitu merosotnya
nilai tukar rupiah khususnya terhadap dollar AS yang sangat tajam hingga akhir
Januari 1998 dimana kondisi ini menyebabkan negara kesulitan menutup APBN,
harga semua komoditi cenderung naik sehingga tingkat inflasi tinggi dan utang
luar negeri dalam rupiah melonjak, banyak perusahaan yang pada akhirnya tutup
atau mengurangi produksinya karena tidak bisa menjual barang produksi dan
beban utang yang tinggi, serta menurunya daya beli masyarakat, kondisi ini pada
akhirnya merubah pola pikir masyarakat dimana sebelumnya menganggap PKL
adalah pekerjaan dengan penghasilan rendah menjadi pekerjaan yang menarik
untuk digeluti.
Pasar malam Kliwonan yang pada saat ini masih tetap dilaksanakan
sebagai bentuk eksistensi pelaksanaan tradisi Kliwonan itu sendiri dimana nilainilai yang masih tersisa dari hasil pergeseran pasar malam memiliki daya tarik
bagi para pedagang kaki lima untuk melakukan aktivitas ekonomi pada saat
Malam Jum‟at Kliwon.
Penelitian lain yang secara spesifik tentang Pasar Malam Kliwonan adalah
penelitian skripsi yang dilakukan oleh Santi Kustiani pada tahun 2005 yang
berjudul “Dampak Tradisi Pasar Kliwonan Terhadap Upaya Pemberdayaan
Masyarakat Kabupaten Batang,” dalam penelitain tersebut dijelaskan bahwa
Tradisi Pasar Kliwonan memiiki dampak terhadap upaya pemberdayaan
masyarakat dan kemudian berpengaruh pada pelaksanan pembangunan di
Kabupaten Batang. Sehingga pengelolaan Kliwonan sendiri dianggap penting bagi
10
Pemerintah Kabupaten Batang, dan pelaksanaan pasar malam Kliwonan sendiri
dianggap sebagai sebuah bentuk pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi,
karena pelaksanaan Kliwonan sendiri tidak sepenuhnya dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Batang namun pasar malam kliwonan juga pada akhirnya
memunculkan pengelolaan yang secara swadaya oleh masyarakat Batang.
Pedagang kaki lima sangat erat dengan stigma bahwa dimana ada
pedagang kaki lima maka disitu pula ada kesemrawutan, karena umumnya tempat
yang dipergunakan oleh pedagang kaki lima merupakan ruang terbuka yang
merupakan ruang publik sehingga kesan semrawut ini akan mudah di jumpai oleh
masyarakat umum, dan disisi lain pemerintah kota maupun kabupaten pada
umumnya mengharapkan daerahnya rapi dan tertib yang sangat bertola belakang
dengan keberadaan PKL, kondisi ini juga berlaku pada pelaksanaan pasar malam
Kliwonan dimana aktivitas pedagang kaki lima yang terpusat pada Pasar Malam
Kliwonan justru membuka peluang bagi masyarakat Batang maupun daerah di
sekitarnya untuk dapat berdagang secara informal untuk pemenuhan kebutuhan
ekonomi.
F. Landasan Teori
1. Struktural Fungsional
Teori struktural fungsional melihat masyarakat sebagai sebuah sistem,
sistem tersebut merupakan hasil dari interaksi antarmanusia di dalam masyarakat
yang menjadi sebuah pola yang memiliki tujuan. Dimana sistem dapat bekerja jika
unsur-unsur dalam system saling bekerja sama. Sedangkan jika salah satu unsur
11
dalam system mengalami gangguan maka kinerja sebuah system akan terganggu
dan tidak bekerja sesuai fungsinya.
Di dalam struktur-struktur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing.
Masyarakat sebagai sistem sosial, terdiri dari bagian-bagian (subsistem) yang
saling bergantung (interdependent). Masing-masing bagian dalam masyarakat
tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu yang berperan menjaga eksistensi dan
berfungsinya sistem secara keseluruhan.
Talcott Parson mengungkapkan, “berfungsinya masing-masing (subsistem)
dalam suatu sistem, akan menyebabkan sistem ada dalam keadaan equilibrium.
Masyarakat yang equilibrium adalah masyarakat yang stabil, normal, karena
semua faktor yang saling bertentangan telah melakukan keseimbangan”. Apabila
terjadi disfungsi pada suatu bagian, maka akan terjadi kondisi abnormal, sehingga
keadan equilibrium terganggu.
Sedangkan menurut Robert K. Merton tetap berfungsi atau disfungsinya
suatu elemen sosial pada akhirnya akan menghasilkan equilibrium baru, pada
elemen sosial, masing-masing mempunyai fungsi manifest dan fungsi laten.
Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi latent adalah
fungsi yang tidak dirancang.
Dalam menjalankan suatu fungsi menurut Talcott Parson ada empat fungsi
tindakan yang khas pada semua system yakni secara bersama-sama, keempat
fungsi tersebut dikenal sebagai sekema AGIL. Agar suatu system dapat terus
12
berlangsung, maka sistem tersebut harus melaksanakan keempat fungsi tersebut.
Yaitu (Ritzer, 2012):
a. A: Adaptation (adaptasi), suatu system harus mengatasi kebutuhan
mendesak yang bersifat situasional eksternal. System itu harus
beradaptasi dengan lingkungannya dan mengadaptasikan lingkungan
dengan kebutuhan-kebutuhannya.
b. G: Goal attainment (pencapaian tujuan), suatu system harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
c. I: Integration (integrasi), suatu system harus mengatur antarhubungan
bagian-bagian dari komponennya. Sistem tersebut juga harus
mengelola hubungan di antara ketiga fungsi lainnya (A,G,L).
d. L: Latency (pemeliharaan pola), suatu system harus menyediakan,
memelihara, dan memperbarui baik motivasi para individu maupun
pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motivasi itu.
Prinsip-prinsip pokok struktural fungsionalisme menurut Sanderson
a. Masyarakat merupakan suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling bergantung, dan
setiap bagian tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap bagianbagian lainnya.
b. Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena bagian tersebut
memiliki fungsi penting dalam memelihara eksistensi dan stabilitas
masyarakat secara keseluruhan; karena itu, eksistensi satu bagian
13
tertentu dari masyarakat dapat diperankan apabila fungsinya bagi
masyarakat sebagai keseluruhan dapat diidentifikasikan.
c. Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan
dirinya, yaitu mekanisme yang dapat merekatkannya menjadi satu,
salah satu bagian penting dari mekanisme ini adalah komitmen para
anggota masyarakat kepadamserangkaian kepercayaan dan nilai yang
sama.
d. Masyarakat cenderung mengarah kepada suatu keadaan ekuilibrium
atau komeostatis, dan gangguan pada salah satu bagiannya cenderung
menimbulkan penyesuaian pada bagian lain agar tercapai stabilitas.
e. Perubahan sosial merupakan kejadian yang tidak biasa dalam
masyarakat, tetapi bila itu terjadi, maka perubahan itu pada umumnya
akan membawa pada konsekuensi-konsekuensi yang menguntungkan
masyarakat secara keseluruhan.
Pembagian peran dari komponen pasar malam Kliwonan yaitu diantaranya
adalah Masyarakat Batang, Program Kabupaten Batang dan pedagang kaki lima
pasar malam Kliwonan akan memunculkan sebuah struktur sendiri yang muncul
pada Pasar Malam Kliwonan, struktur sosial adalah skema penempatan nilai sosial
budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi
berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi
kepentingan masing-masing bagian untuk jangka waktu tertentu, struktur yang
terbentuk tersebut adalah struktur formal dan informal, struktur formal biasanya
14
dilakukan oleh pemerintah maupun pihak yang berwenang dengan dasar hukum
yang bertujuan agar segala sesuatunya sesuai dengan ketetapan hukum
(Hendropuspito, 1989).
Sedangkan struktur informal merupakan struktur yang terbentuk dari
sistem sosial yang terbuka (distributed structure) berbeda dengan sistem sosial
yang terstruktur dan tertutup compartmentalized structure) seperti yang ada pada
sistem pemerintahan, struktur ini timbul akibat adanya ketidakpuasan anggota
masyarakat terhadap struktur yang bersifat formal, kedua struktur ini terdapat
pada pelaksanaan Kliwonan dimana Pemerintah Kabupaten Batang memiliki
peran penting dalam pengelolaan pasar malam Kliwonan, dikarenakan
pelakasanaan Kliwonan sendiri dianggap mampu memberian kontribusi dan
pemasukan daerah, sedangkan struktur informal pada masyarakat pedagang
Kliwonan menurut Kustiani (2005) muncul sebagai bentuk kontrol sosial bagi
para pedagang kaki lima pasar malam Kliwonan untuk meminimalisir keadaankeadaan yang bersifat negatif, seperti misalnya adanya masyarakat yang
melakukan tindak kriminal seperti pencurian maupun kejadian lain yang sifatnya
merugikan, dengan adanya struktur informal ini para pedagang mampu saling
berinteraksi untuk menghindari kondisi seperti tersebut seminimal mungkin.
2. Teori Piihan Rasional (Rational Choice Theory)
Pada dasarnya teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) berada pada
ranah mikro sosiologi, berbeda dengan teori structural fungsional yang berada
15
pada ranah makro, namun pada fenomena pasar malam Kliwonan kedua teori ini
saling berkaitan.
Teori pilihan rasional dalam Adiyanta (2008) merupakan penjelasan
mengenai analisa formal dari tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan
rasional individu dengan latar belakang sosial yang berbeda yang diambil
berdasarkan sejumlah kepercayaan dan tujuan, rational choice theory mereduksi
manusia sekedar menjadi satu mahluk yang semata-mata digerakkan oleh nalar,
selain itu memandang bahwa pemahaman terhadap fenomena sosial dibangun dari
pemahaman terhadap preferensi, keyakinan, dan strategi individu.
Analisis pilihan rasional didasarkan pada premis-premis yang memandang
optimis kapasitas nalar manusia untuk membangun dan menentukan pilihan serta
kecendurngan manusia untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan resiko,
maka diharapkan perilaku manusia dalam berbagai konteks dapat dipahami,
dijelaskan, diprediksi, dan karenanya, direkayasa secara lebih empirik. Misalnya,
dengan menggunakan metode-metode ekonomi, maka akan bisa dijelaskan
mengapa seseorang, atau sekelompok orang lebih memilih pilihan A dibanding
pilihan B. Seseorang atau sekelompok orang tersebut memiliki kepentingan, dan
mereka dihadapkan pada pilihan. Setelah dibandingkan dan dipertimbangkan,
orang atau sekelompok orang tersebut berkesimpulan bahwa kepentingan mereka
akan lebih terakomodasi jika memakai pilihan A, daripada jika memakai pilihan B
berdasar pertimbangan-pertimbangan yang sudah dilakukan.. Ini sama ketika
seseorang atau sekelompok orang dengan kebutuhan tertentu dihadapkan pada
16
tawaran produk A atau produk B. Orang atau kelompok orang tersebut akan
mencoba membandingkan, produk mana yang paling baik melayani kebutuhan
mereka, dan pilihan akan dijatuhkan pada produk tersebut.
Esensi dari rational-choice adalah ketika dihadapkan pada beberapa alur
tindakan, manusia biasanya akan memilih alur yang mereka yakini akan
mendatangkan manfaat yang paling besar bagi manusia tersebut. Kesimpulan itu
dijabarkan secara lebih detil dalam premis-premis dasar rational-choice theory,
sebagai berikut (Adiyanta, 2008):
a.
Manusia memiliki seperangkat preferensi-preferensi yang bisa mereka
pahami, mereka tata menurut sekala prioritas, dan dibandingkan antara
satu dengan yang lain.
b.
Tatanan preferensi ini bersifat transitif, atau konsisten dalam logika.
c.
Manusia pada dasarnya memiliki prinsip „memaksimalkan manfaat‟
dan „meminimalkan resiko‟.
d.
Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang egois.
Kaitan teori struktur sosial dengan teori pilihan rasional adalah, dengan
adanya batasan-batasan dan stimulus-stimulus yang dimunculkan oleh struktur
sosial merangsang individu untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat
rasional dengan berbagai pertimbangan, baik itu faktor ekonomis (untung-rugi)
maupun dari faktor kemanfaatan atau pun pertimbangan dari faktor lainya, seperti
yang terjadi pada struktur masyarakat Pasar Malam Kliwonan yang ,asing-masing
komponenya memiliki kepentingan yang bisa dicapai dengan berinteraksi dengan
17
komponen lainya, sehingga pilihan rasional menjadi acuan dalam menentukan
pilihan agar masing-masing kepentingan dapat terpenuhi tanpa menimbulkan
kerugian baik itu bagi komponen tersebut maupun komponen lain agar sistem
pada masyarakat Pasaar malam Kliwonan dapat tetap berjalan dengan stabil.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dimana metode ini digunakan untuk memahami dinamika kehidupan
sosial masyarakat, metode ini penulis gunakan untuk memahami dinamika yang
terjadi pada komponen-komponen penyusun struktur Pasar Malam Kliwonan
Selain itu pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan deskriptif ditujukan
untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia, yang akan digunakan untuk menguraikan,
menjelaskan, dan menyampaikan kondisi obyektif tentang dinamika yang terjadi
pada Pasar Malam Kliwonan, baik berupa sistem, struktur, proses, dan substansi
dari fenomena yang terjadi pada waktu sekarang. Langkah-langkahnya yaitu
mengumpulkan data dan fakta, kemudian membuat prediksi dan identifikasi dari
hubungan antar
variabel dalam penelitian (Taylor dan Bogdan, 1984 dalam
Suyanto dan Sutinah, 2005).
2. Lokasi Penelitian
Menurut data BPS Kabupaten Batang tahun 2012, Kabupaten Batang
merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam wilayah provinsi Jawa
18
Tengah, Kabupaten Batang berada pada jalur lintas provinsi di pesisir pantai utara
(Pantura) yang merupakan jalur utama yang menghubungkan Jakarta-Surabaya,
secara astronomis Kabupaten Batang terletak di antara 60 51‟ 46” Lintang Selatan
dan 70 11‟ 47” lintang utara, dan antara 1090 40‟ 19” dan 1100 03‟ 06” Bujur
Timur dengan luas daerah 78.864,16 Ha, yang berbatasan dengan Kabupaten dan
Kota Pekalongan di sebelah barat, Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara di
sebelah selatan, Kabupaten Kendal di sebelah timur, serta berbatasan langsung
dengan laut jawa di sebelah utara, posisi tersebut menempatkan wilayah
Kabupaten Batang, utamanya Ibu Kota Pemerintahannya pada jalur ekonomi
pulau Jawa sebelah utara. Arus transportasi dan mobilitas yang tinggi di jalur
pantura memberikan kemungkinan Kabupaten Batang berkembang cukup
prospektif di sektor jasa transit dan transportasi.
Pelaksanaan tradisi Kliwonan sudah turun temurun di laksanakan di alunalun Kabupaten Batang yang berada di Kecamatan Batang, pernah satu kali
pemerintah merencanakan untuk pemindahan Kliwonan di tempat lain diarenakan
alun-alun Batang berdekatan langsung dengan jalur pantura yang merupakan jalur
nasional yang sangat padat yang dapat berpotensi menimbulkan kemacetan,
namun terdapat mitos lokal bahwa pada saat itu penunggu pohon beringin di alunalun Batang tidak setuju untuk pemindahan tersebut dengan peristiwa
terdengarnya suara ledakan di alun-alun yang bersumber dari pohon beringin
tersebut, sehingga pemindahan tersebut urung dlakukan hingga sekarang tetap
dilaksanakan di alun-alun Batang, begitu pula penelitian ini akan dilaksanakan di
19
alun-alun Batang untuk menjumpai keberadaan para pedagang kaki lima di pasar
malam kliwonan yang dilaksanakan tiap 35 hari sekali pada malam Jumat Kliwon
atau Kamis Wage malam.
3. Pemilihan Informan
Informan memegang peran penting dalam penelitian kualitatif, karena
penelitian kualitatif tidak bersifat generalisasi dari informasi yang didapat, dalam
penelitian ini informan yang dipilih merupakan informan yang didapatkan dengan
metode Sampel acak bertingkat/berkelas (stratified random sampling) dan sampel
dengan tujuan (purposive sampling).
Metode Sampel acak bertingkat/berkelas (stratified random sampling)
digunakan untuk memilih informan yang merupakan pedagang kaki lima di pasar
malam Kliwonan, dikarenakan terdapat tiga kelas pedagang kaki lima yang ada di
pasar malam Kliwonan yang dibedakan berdasarkan luasan lapak/stand yang
digunaan untuk berdagang, Dengan metode ini maka pedagang di tiap kelas akan
terwakili dan dapat dipergunakan sebagai kontrol pada masing-masing kelas,
ketiga kelas pedagang yang ada pada pasar malam Kliwonan yaitu pedagang
kecil, Pedagang menengah/sedang dan Pedagang besar.
Dari teknik sampling ini akan dilihat apakah ada perbedaan-perbedaan
perlakuan maupun kesulitan dan kemudahan yang dialami oleh pedagang pada
saat melakukan aktivitas perdagangan di alun-alun Batang pada saat Kliwonan
yang dibedakan berdasarkan kelasnya tersebut.
20
Selanjutnya yaitu dengan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu
dengan kriteria informan yang dicari adalah informan yang memiliki informasi
tentang bagaimana pengelolaan pasar malam Kliwonan serta paguyuban pedagang
yang ikut berperan pada pelaksanaan pasar malam Kliwonan, yaitu dari Instansi
Pemerintah Kabupaten Batang khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Kabupaten Batang yang bertugas dalam pengelolaan perkembangan
dan sejarah pengelolaan pasar malam Kliwonan yang berkaitan dengan kegiatankegiatan pelestarian tradisi Kabupaten Batang, kemudian Dinas Cipta Karya Tata
Ruang dan Kebersihan (DCKTRK) Kabupaten yang pada saat ini memiliki
tanggung jawab dalam pengelolaan aun-alun Batang juga merupakan dinas yang
melakukan pengelolaan terhadap retribusi bagi para pedagang kaki lima pada saat
Kliwonan, serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten yang melakukan perencanaan untuk pengelolaan serta penataan
infrastruktur yang menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
alun-alun Batang termasuk di dalamnya pelaksanaan pasar malam Kliwonan, yang
rutin dilaksanakan di alun-alun Kabupaten Batang.
Selain itu paguyuban Guyub Rukun, merupakan satu-satunya paguyuban
yang terbentuk dari kumpulan pedagang kaki lima (PKL) harian di alun-alun
Batang, yang pada saat ini juga ikut berjualan setiap pelaksanaan pasar malam
Kliwonan juga akan dijadikan narasumber mengingat paguyuban ini juga turut
berperan dan berkoordinasi dengan petugas di lapangan dalam mengelola para
pedagang pada saat pelaksanaan pasar malam Kliwonan.
21
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian kulitatif dapat dilakukan dengan
tiga cara, yaitu observasi, wawancara dan pengumpulan data sekunder dengan
penelaahan dokumen-dokumen tertulis, Alasan digunakanya metode ini adalah
karena pendekatan ini cukup intens serta mampu mengungkapkan fakta
dilapangan yang tentunya akan berpengaruh terhadap validitas data yang ada
(Oetomo dalam Suyanto dan Sutinah, 2005).
a. Observasi
Observasi merupakan metode yang dipergunakan untuk memperoleh
informasi mengenai ruang (tempat), pelaku, kegiatan objek, perbuatan, kejadian
atau peristiwa, waktu, dan perasaan, tujuan dari observasi adalah untuk
menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, data yang didapatkan
melalui observasi langsung terdiri dari perincian tentang kegiatan, perilaku,
tindakan masyarakat, serta kemungkinan interaksi interpersonal, dan proses
penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang diamati.
Observasi dilakukan dengan alasan agar data dapat diperoleh berdasarkan atas
pengamatan secara langsung oleh peneliti. Peneliti bisa melihat dan mengamati
sendiri
dan
mencatat
keadaan
yang
sebenarnya
terjadi
serta
bisa
mendokumentasikan seluruh aktivitas yang terjadi. Peneliti mencatat peristiwa
dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun
pengetahuan langsung dari situasi yang ada dan pendapat-pendapat masyarakat.
22
Metode ini penulis gunakan untuk melihat langsung keadaan dan situasi
dilapangan yaitu pada saat Pasar Malam Kliwonan berlangsung di alun-alun
Batang agar penulis dapat melihat langsung keadaan yang sebenarnya. Karena
apbila hanya dilakukan dengan melihat pada studi pustaka atau dari informasiinformasi yang tidak benar-benar dialami oleh penulis, maka penulis akan
kesulitan dalam memperoleh data yang akurat dan detail tentang aktivitasaktivitas perdagangan maupun pengelolaan yang terjadi pada saat Pasar Malam
Kliwonan.
b. Wawancara Mendalam dan Terbuka (in depth interview)
Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara
mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti
dengan informan atau orang yang diwawancarai, baik itu dengan bantuan
pedoman wawancara (interview guide), data yang didapatkan dengan wawancara
ini adalah berupa kutipan langsung dari informan yang memiliki pengalaman,
pendapat, perasaan, dan pengetahuanya.
Metode ini penulis anggap tepat untuk mengumpulkan data di lapangan
agar penelitian yang di lakukan dapat memperoleh informasi yang akurat dari
masyarakat, pedagang kaki lima maupun dari Pemerintah Kabupaten Batang yang
benar-benar mengalami bagaimana dinamika yang ada pada pelaksanaan Pasar
Malam Kliwonan, dimana dengan melakukan wawancara kita memperoleh
23
deskripsi dari sebuah fenomena, dan memberikan gambaran apa yang sebenarnya
terjadi. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan mengetahui perbedaan
pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat, pedagang serta Pemerintah
Kabupaten Batang dengan masing-masing sudut pandangnya yang berbeda.
Wawancara dilakukan dengan waktu yang berbeda antara Pedagang Kaki
Lima dengan stakeholder yang lainya, dikarenakan untuk mendapat waktu
wawancara yang berkualitas pada Pelaksanaan Pasar Malam Kliwonan yang
cukup singkat yaitu dari pukul 16.00 hingga pukul 19.00 saja dikarenakan setelah
itu pengunjung Pasar Malam Kliwonan akan semakin penuh dan suasana
wawancara akan semakin tidak kondusif karena pedagang akan sibuk melayani
pembeli, wawancara dilakukan dengan menggunakan interview guide agar alur
dan informasi bisa ditangkap secara jelas, sehingga tidak melenceng dari apa yang
menjadi topik bahasan pada penelitian ini, namun penulis tetap memberikan
kesempatan bagi informan untuk mengutarakan pengalaman-pengalaman lain
yang sekiranya belum penulis sampaikan, sehingga memungkinkan penulis untuk
mendapat informasi tambahan yang belum penulis ketahui,sedangkan untuk
menghindari kehilangan data dalam melakukan wawancara selain dengan catatan
lapangan penulis juga memanfaatkan perekam suara agar data yag dihasilkan
lebih akurat dan mempermudah dalam pengolahan data.
c. Penelaahan Dokumen Tertulis
Sejumlah besar fakta dan data dari suatu obyek penelitian apabila obyek
tersebut sudah pernah diteliti sebelumnya, pada dasarnya tersimpan dalam bahan
24
yang berbentuk dokumentasi, baik itu berbentuk surat-surat, catatan harian,
cinderamata, laporan-laporan, artefak, dan sebagainya, dimana pada dasarnya data
tersebut adalah data yang bersifat tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga
memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di
waktu silam, data yang diperoleh dari metode ini secara detail adalah data
sekunder yang berupa bahan dokumenter yang berbentuk cuplikan, kutipan, atau
penggalan-penggalan dari catatan organisasi atau dari instansi di lingkup
Pemerintah Kabupaten Batang khususnya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Batang, dan dari terbitan-terbitan ilmiah/nonfiksi maupun fiksi, data
pada website Pemerintah Kabupaten Batang maupun pada instansi lain.
5. Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (1992), ada tiga teknik analisis yang dalam
penelitian kualitatif yang bisa dilakukan langsung dalam proses penelitian
lapangan. Tiga teknik tersebut merupakan alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yang pertama yaitu reduksi data, teknik ini diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di
lapangan atau dengan kata lain penulis memilah-milah data yang telah diperoleh
di lapangan dengan difokuskan pada data apa yang paling dibutuhkan dan
memisahkannya dari data-data lain yang kurang berhubungan. Dengan reduksi ini
akan lebih memudahkan peneliti karena peneliti dapat benar-benar focus pada
data-data yang menunjang penelitian. Penulis banyak mereduksi data terutama
25
berkaitan dengan kepercayaan Masyarakat Jawa, penulis hanya memfokuskan
pada “ngalap berkah” saja, sehingga cukup menyempitkan bahasan pada fokus
dari permasalahan dinamika Pasar Malam Kliwonan yang pada saat ini hanya
berfokus pada pemenuhan kebutuhan saja.
Tahap berikutnya yaitu penyajian data, Setelah data-data selesai direduksi,
maka data tersebut harus disajikan dengan sesuai untuk mempermudah analisis.
dimaksudkan agar data-data yang ada tersebut bisa menjadi penggambar keadaan,
tentang apa yang sebaenarnya terjadi di lapangan. Penyajian yang paling umum
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan narasi deskriptif.
Skema 1 Analisis Data Interaktif
Setelah melewati dua alur sebelumnya, maka penulis melakukan Penarikan
Kesimpulan / Verifikasi, Tentunya kesimpulan yang diambil harus tetap terbuka,
longgar dan skeptis, maksudnya kesimpulan tersebut bukanlah hasil yang tidak
bisa diganggu-gugat lagi, Kesimpulan tersebut harus diuji ulang kebenarannya,
kekokohannya, kecocokannya.
26
Download