BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Model

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termaksud di
dalamnya buku-buku, film, computer, dan kurikulum. Model pembelajaran adalah:
“Kerangka
konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar.” Istilah model pembelajaran mengarah
pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,
lingkunganya, dan sistem pengelolaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce dan
Weil (Trianto, 2009) bahwa setiap model mengarahkan kita dalam mendesain
pembelajaran bagi peserta didik untuk membantu peserta didik sedemikian sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
suatu upaya yang terencana, agar dapat terjadi interaksi diri berbagai komponen untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan.
B. Model Pembelajaran Langsung
1. Pengertian model pembelajaran langsung
Pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher
centered. Menurut Arends (1997), Model pembelajaran langsung adalah salah satu
pendekatan mengajar yang di rancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,
selahkah demi selangkah.
Memang pembelajaran langsung berpusat pada guru, sehingga pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin keterlibatan peserta didik,
terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasii (tanya jawab) yang
terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa
humor. Ini berarti bawa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi
agar peserta didik mencapai hasil belajar dengan baik.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
a) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada peserta didik termasuk
prosedur penilaian.
b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; dan
c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
2. Teori-Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Langsung
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada peserta didik tetapi, peserta didik harus mampu menemukan
atau menerapkan ide-ide.
b. Teori Belajar Kognitivistik
Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi
penganut aliran kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun
dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh peserta didik. Keaktifan itu
dapat berupa mencari pengalaman, informasi, memecahkan masalah, mencermati
lingkungan, mempraktikan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para
psikolog kognitif sangat berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi/pengetahuan
yang baru (Eveline dan Hartini, 2015: 30-31).
c. Teori Pembelajaran Sosial
Dalam teori pembelajaran sosial digunakan penjelasan-penjelasan penguatan internal
dan eksternal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain.
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan ialah:
1) Atensi atau perhatian
Kiat yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian adalah sebagai berikut:
a) Untuk memperoleh perhatian peserta didik guru dapat menggunakan isyarat
yang ekspresif seperti menepukkan tangan atau menggunakan benda aneh
yang dapat menarik perhatian peserta didik.
b) Untuk memastikan agar pengamatan tidak terlampau kompleks supaya
dapat diamati dengan akurat, guru dapat membagi ketrampilan kompleks.
2) Retensi
Retensi dari suatu perilaku yang teramati dapat dimantapkan jika
pengamat dapat menghubungkan observasi itu dengan pengalamanpengalaman sebelumnya, yang bermakna baginya dan terlibat dalam
pengulangan kognitif atas kegiatan itu. Untuk memahami hal tersebut, guru
dapat melakukan hal-hal berikut ini
a) Untuk memastikan ketrampilan baru dengan pengetahuan awal peserta
didik, guru dapat meminta peserta didik membandingkan ketrampilan baru
yang didemonstrasikan dengan sesuatu yang telah diketahui dan dapat
dilakukannya. Misalnya, guru dapat mengatakan bahwa mempersiapkan
mikroskop di laboratorium dapat mengingatkannya pada penyusunan
kembali bagian-bagian mixer (pengaduk) yang baru dibersihkan.
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, guru dapat
menyediakan perode pelatiahan yang memungkinkan peserta didik
mengulang ketrampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun
secara mental.
3) Produksi
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih
ketrampilan-ketrampilan baru merupakan hal yang sangat penting. Meskipun
demikian, Bandura menemukan bahwa pengaturan waktu dan jenis umpan
balik yang diberikan guru merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan
pelatihan. Terutama pada awal pembelajaran, umpan balik perlu diberikan
sesegera mungkin, positif dan korektif. Salah satu cara yang dapat digunakan
oleh guru yang menggunakan model pembelajaran langsung ialah melalui
“Pemodelan Korektif” yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut:
a) Memastikan sikap positif terhadap ketrampilan baru, guru seyogyanya
memberi pujian segera pada aspek-aspek ketrampilan yang dilakukan
peserta didik dengan benar, lalu mengidentifikasi sub ketrampilan yang
masih sulit dilakukan oleh peserta didik.
b) Memperbaiki sub ketrampilan yang salah, pertama kali guru perlu
memodelkan kinerja yang benar, kemudian meminta peserta didik
mengulanginya sampai benar-benar menguasainya.
4) Motivasi
Penguatan
memegang
peranan
dalam
pembelajaran
melalui
pengamatan. Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh penguatan
pada saat meniru tindakan suatu model, maka ia akan lebih termotivasi untuk
menaruh perhatian, mengingat dan memproduksi perilaku itu. Penguatan
penting dalam mempertahankan pembelajaran. Didalam kelas, tahap motivasi
dari pembelajaran pengamatan kerapkali terdiri atas pujian atau angka yang
baik.
3. Tujuan pembelajaran langsung
Model
pembelajaran
langsung
dirancang
secara
khusus
untuk
mengembangkan belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah
demi selangkah. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu (dapat
diungkapkan
dengan
kata-kata),
sedangkan
pengetahuan
prosedural
adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Dalam banyak hal, penguasaan terhadap pengetahuan dasar prosedural dan
deklaratif terdiri atas penguasaan kegiatan khusus dan kegiatan berurutan. Selain
model pembelajaran langsung efektif untuk digunakan agar peserta didik menguasai
suatu pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif sederhana, model ini juga
efektif untuk mengembangkan ketrampilan belajar peserta didik yang mnecakup
menggaris bawahi, membuat catatan dan membuat rangkuman.
4. Fase-fase model pembelajaran langsung
Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, latihan atau
praktik dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan
pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada peserta didik.
Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus
seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang
digunakan.
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase penting yang dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Fase
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Peran Guru
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang
1. Menyampaikan
pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan
tujuandan menyiapkan peserta didik untuk belajar
peserta didik
Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar,
2. Mendemonstrasikan
atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
ketrampilan/
pengetahuan.
3. Membimbing pelatihan Gurumerencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
awal.
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil
4. Mengecekpemahaman
melakukan tugas dengan baik, memberi umpan
dan memberi umpan balik balik.
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
5. Memberikan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
kesempatan
untuk penerapan kepada situasi lebih kompleks dan
pelatihan lanjutan dan kehidupan sehari-hari.
penerapan
Sumber: Kardi dan Nur (2000: 8)
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
a. Kelebihan model pembelajaran langsung adalah:
1) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan
urutan
informasi
yang
diterima
oleh
peserta
didik
sehingga
dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh peserta didik.
2) Model ini menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan
mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu peserta didik yang
belajar dengan cara – cara ini.
3) Model pembelajaran langsung (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberi
tantangan untuk mempertimbangkan antara kesenjangan teori (hal yang
seharusnya) dengan observasi (kenyataan yang terjadi).
4) Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kecil.
5) Peserta didik dapat mengetahui tujuan – tujuan pembelajaran dengan jelas.
6) Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
7) Umpan balik bagi peserta didik berorientasi akademik.
8) Model pembelajaran langsung dapat mencari cara yang efektif untuk
mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual terstruktur.
b. Kelemahan model pembelajaran langsung adalah:
1) Karena guru memainkan peranan penting dalam pembelajaran ini, maka
kesuksesan model pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak
tampak siap, antusias dan terstruktur akan sangat berpengaruh terhadap interaksi
peserta didik.
2) Model ini sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.
Gaya komunikasi guru adalah kompetensi mutlak sehingga mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat optimal.
3) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau astrak, model ini
mungkin tidak dapat memberikan kesempatan yang cukup untuk memproses dan
informasi yang disampaikan.
4) Jika terlalu sering digunakan model pembelajaran direct instruction akan
membuat peserta didik percaya bahwa guru akan memberitahu peserta didik
semua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab
mengenai pembelajaran peserta didik itu sendiri.
5) Demonstrasi sangat bergantung pada ketrampilan pengamatan peserta didik.
Sayangnya, banyaklah peserta didik bukan pengamat yang baik sehingga dapat
melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
C. Pengelolaan Pembelajaran Langsung
Pelaksanaan
pembelajaran
langsung
memerlukan
tindakan-tindakan
dan
keputusan-keputusan yang jelas dari guru, selama berlangsungnya perencanaan, kegiatan
pembelajaran dan pada waktu menilai hasilnya. Beberapa diantara tindakan-tindakan
tersebut dapat dijumpai pada model – model pembelajaran yang lain. Langkah – langkah
atau tindakan – tindakan merupakan ciri khusus pembelajaran langsung. Ciri – ciri
pelaksanaan pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Tugas – tugas Perencanaan
Pembelajaran langsung dapat diterapkan dibidang studi apapun, namun model
ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja
seperti menulis, membaca, matematika, musik dan pendidikan jasmani. Dengan
demikian, langkah – langkah dalam merumuskan tujuan pembelajaran untuk model
pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada pembelajaran langsung dapat
digunakan model Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus
sangat spesifik ditulis dalam format yang dikenal dengan sebagai tujuan perilaku
(Kardi
Nur 2000: 18).
b. Memilih Isi
Prinsip-prinsip yang dapat membantu dalam memilih isi untuk pelajaran
tertentu, yaitu prinsip ekonomi dan prinsip power. Untuk mencapai kedua prinsip
tersebut tidak bergantung pada cara penampilan guru dalam mengajar, tetapi lebih
ditentukan oleh perencanaan yang baik.
c. Melakukan Analisis Tugas
Analisis tugas adalah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi
dengan presisi yang tinggi, hakekat yang setepatnya dari suatu ketrampilan atau
butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik yang akan diajarkan oleh guru. Ide
yang melatar belakangi analisis tugas ialah informasi dan ketrampilan yang
kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurun waktu tertentu. Untuk
mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan,
ketrampilan dan pengertian kompleks itu lebih dahulu harus dibagi menjadi
komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi
tahap (Kardi dan Nur, 2000: 23).
d. Merencanakan Waktu dan Ruang
Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu:
1) Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan
kemampuan peserta didik.
2) Memotivasi peserta didik agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan
perhatian yang optimal.
2. Langkah – langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Langsung
a. Memberitahukan Tujuan dan Menyiapkan Peserta Didik
Tujuan langkah awal ini adalah untuk menarik dan memusatkan perhatian peserta
didik, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.
b. Menyampaikan Tujuan
Penyampaian tujuan kepada pesertab didik dapat dilakukan guru melalui
rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis atau
menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan
isinya, seta alokasi waktu yang disediakan.
c. Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik pada pokok
pembicaraan. Guru harus memiliki strategi dalam menghadapai karakter dan daya
pikir peserta didik yang berbeda.
d. Presentasi dan demonstrasi
Presentasi dan demonstrasi berpengaruh terhadap tempo kemampuan belajar dalam
penguasaan materi.
e. Berlatih
Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu yang benar diperlukan latihan yang
intensif, dan memastikan aspek – aspek penting dari ketrampilan atau konsep yang
didemonstrasikan.
D. Kemampuan Guru dalam Mengelola Model Pembelajaran Langsung
Pada proses pembelajaran peran pendidik bisa lebih aktif. Pendidik memberikan
pengetahuan yang dibuthkan peserta didik dengan mengemukakan pendapat, bertanya,
menjelaskan, dan memberikan contoh yang akan dipelajari peserta didik. Selanjutnya,
pendidikmemberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan berpartisipasi
secara nyata menerapkan apa yang telah dipelajarinya dari pendidik dengan bertanya,
berpendapat, mengerjakan tugas, berlatih, atau mencoba. Ketika pesrta didik aktif peran
guru mulai berubahmenjadi lebih pasif, misalnya dengan cara mengawasi atau
membimbing peserta didik dan memberikan feedback. Sebaliknya dari guru, pada awal
pelajaran siswa cenderung pasif. Mereka mendengarkan dan mengamati penjelasan guru.
Selanjutnya, peserta didik menjadi lebih aktif dengan menerapkan pengetahuan yang
mereka terimadi awal pembelajaran tadi, misalnya dengan melakukan praktek, latihan,
atau percobaan. Seluruh proses belajar seharusnya memungkinkan peserta didik aktif
hingga berhasil.
Peran pendidik dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan aktivitas
peserta didik dengan menjalankan tugas utama, berikut ini:
1. Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan yang dibuat merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang
akan dilakukan dalam pembelajaran, sehingga tercipta situasi yang memungkinkan
terjadinya proses belajar yang dapat mengantar peserta didik mencapai tujuan yang
diharapkan. Perencanaan ini meliputi:
a. Tujuan apa yang hendak dicapai, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku apa yang
diinginkan dapat dicapai atau dapat dimiliki oleh peserta didik setelah terjadinya
proses pembelajaran.
b. Materi pembelajaran yang dapat mengantar peserta didik mencapai tujuan. Materi
pembelajaran merupakan pengalaman yang akan diberikan kepada peserta didik
selama mengikuti proses pendidikan atau proses pembelajaran. Pengalaman belajar
ini dapat berupa mempelajari mata pelajaran atau kegiatan sekitar masalah
kehidupan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah ditentukan.
c. Bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan oleh pendidik agar peserta
didik mencapai tujuan yang secara efektif dan efisien. Kegiatan, strategi, atau
metode dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perencanaan
pembelajaran yang telah disusun dengan mengacu kepada tujuan yang hendak
dicapai.
d. Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat evaluasi untuk mengetahui atau
mengukur apakah tujuan itu tercapai atau tidak. Evaluasi bergantung kepada tujuan
yang hendak dicapai. Hal ini sangat penting sebagai umpan balik untuk
mengadakan perbaikan. Oleh karena itu evaluasi harus dilakukan secara teruus
menerus.
Peserta didik bertanggung jawab langsung dengan upaya mewujudkan apa
yang tertuang dalam perencanaan pembelajaran karena pendidik yang menyusun
perencanaan pembelajaran pada tingkatan pembelajaran dan langsung melaksanakan
perencanaan pembelajaran tersebut dikelas. Selain itu, pendidik pun langsung
menhadapi masalah-masalah yang muncul sehubungan dengan pelaksanaan
perencanaan pembelajaran dikelas, kemudian mencari dan melaksanakan upaya
memecahkan segala permasalahan yang dihadapin itu.
Dengan demikian, perencanaan pembelajaran banyak bergantung kepada
kemampuan pendidik mengembangkannya, karena tugas pendidik berkaitan dengan
melaksananakan pembelajaran mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh
karena itu, diperlukan perencanaan pembelajaran dari suatu mata pelajaran tertentu
yang akan dilaksanakan pembelajarannya, berpegang pada prinsip-prinsip psikologi,
baik tentang perkembangan individu maupun proses belajar sehingga tercapai
keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan.
Perencanaan pembelajaran dirumuskan lalu dilaksanakan oleh pendidik.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang
dalam perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembelajaran itu sendiri.
Oleh karena itu, pendidik sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi,
sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar denga situasi
yang dihadapi. Situasi pembelajaran itu sendiri banyak dipengaruhi oleh faktor-faktoe
sebagai berikut:
a. Faktor Pendidik
Setiap pendidik memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar ini
tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan pembelajaran. Dianne Lapp,
dkk (1975: 1) menamakan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki
pendidik dengan istilah “Gaya mengajar atau Teaching stile”. Gaya mengajar ini
mencermingkan
bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
pendidik
yang
bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar,
konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan.
b. Faktor Siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun
kepribadian. Kecakapan yang dimiliki masing-masing peserta didik itu meliputi
kecakapan potensial yang memungkingkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan
kecerdasan maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar.
c. Faktor Kurikulum
Secara sederhana arti kurikulum dalam kajian ini menggambarkan pada isi
atau pelajaran dan pola interaksi belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik
untuk mencapai tujuan tertentu. Materi pembelajaran sebagai isi kurikulum
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.
d. Faktor Lingkungan
Novak dan Gowin (1984: 6) mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar
dengan istilah “milleiu”, yang berarti konteks terjadinya pengalaman belajar.
Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik
yang ada disekitar kelas atau disekitar tempat berlangsungnya proses pembelajaran.
Lingungan ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi situasi
belajar.
Sehubungan denga keempat faktor yang telah disebutkan diatas, pendidik
memegang peranan penting dalam menciptakan situasi, sehingga proses pembelajaran
dapat mencapai tujuab yang diharapkan. Berbagai macam perubahan yang terjadi, yang
disebabkan keempat faktor tersebut sepatutnya dapat terbaca oleh pendidik, sehingga dia
dapat menyesuaikan pola interaksinya dengan peserta didik sesuai dengan situasi yang
dihadapi itu.
3. Mengevaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan salah satu komponen pengukur derajat keberhasilan
pencapaian tujuan, dan keefektifan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Fungsi
evaluasi untuk:
a. Mengetahui apakah siswa dapat mencapai yujuan yang telah ditetapkan.
b. Mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat menyebabkan peserta
didik belajar.
c. Mengetahui apakah prosedur pembelajaran berlangsung dengan baik.
d. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tertentu.
Atas dasar faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada
pemberiang angka, melainkan sebagai dasar feedback (umpan balik). Umpan balik itu
sendiri sangat penting dalam rangka revisi. Sebab proses pembelajaran itu kontinyu,
karena perlu selalu melakukan penyempurnaan dalam rangka mengoptimalkan
pencapaian tujuan.
Jika evaluasi merupakan umpan balik sebagai dasar memperbaiki sistem
pembelajaran, sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali
dilaksananakan proses pembelajaran, harus dievaluasi (formatif). Sebalinya jika
evaluasi hanya dilaksanakan diakhir suatu program (sumatif) umpan balik tidak hanya
berarti, sebab telah banyak proses terlampaui tanpa revisi. Oleh karena itu, agar
evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pembelajaran hendaknya
dilaksanakan setiap kali selesai proses pembelajaran untuk suatu topik tertentu
(Sumiati dan Asra, 2007: 3-7).
Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan kata lain,
kompetensi dapat dipahami sebagai kecakapan atau kemampuan. Kompetensi guru
merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban
secara bertanggung jawab dan layak (Rusman, 2010: 70) dengan ruang lingkup kerja
guru mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
1. Kemampuan profesional, mencakup:
a. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.
b. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan
keguruan.
c. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran.
2. Kemampuan sosial merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan
kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
3. Kemampuan personal (pribadi), mencakup:
a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
b. Pemahaman penghayatan dan penampilan nilai-nilai etik yang dianut oleh
seorang guru.
Pelaksanaan program belajar mengajar didalam satu jam pertemuan
memerlukan pengetahuan dan sikap tertentu disamping ketrampilan teknis. Juga
aspek-aspek kepribadian lainnya seperti nilai-nilai dan temperamen berpengaruh
didalam pelaksanaan suatu kompetensi.
Berdasarkan penjelasan di atas, serta berbagai kompetensi guru yang
dikemukakan sebelumnya, maka kemampuan pokok yang harus dimiliki oleh setiap
guru yang akan dijadikan tolok ukur kualitas kinerja guru adalah:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru untuk mengolaborasi
kemampuan siswa, merencanakan program pembelajaran, dan mengevaluasi
program pembelajaran dengan kriteria sebagai berikut:
a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional dan intelektual.
b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang diampu.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.
h. Melakukan penilaian dan evluasi proses dan hasil belajar; memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
i. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadian
Merupakan perilaku guru dalam kehidupannya. Guru dituntut memiliki
perilaku mulia, sebab guru merupakan teladan bagi siswanya, atau bahkan
masyarakat disekitarnya. Kriteria kompetensi kepribadian meliputi:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional
bangsa.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilakan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa.
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
dan rasa percaya diri
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan perilaku guru berinteraksi secara efektif
dan efisien dalam lingkungan sosial (siswa, teman sejawat, atasan, orang tua siswa,
dan bahkan warga msayarakat dimana guru tinggal). Kriteria kompetensi sosial
meliputi:
a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,
ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat
c. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Professional
Kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan guru akan penguasaan
materi secara luas dan mendalam. Kemampuan ini diperoleh melalui jalur
pendididkan sesuai dengan program yang ditempuhnya.
Kriteria kompetensi professional meliputi:
a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu
c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
Kegiatan pembelajaran dikelas adalah inti dari penyelenggaraan pendidikan
yang meliputi:
1. Perencanaan proses pembelajaran
a. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran atau
tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok atau pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto, 2009:
2014).
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan panduan langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario
kegiatan (Trianto, 2009: 2014).
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi:
1) Identitas mata pelajaran
Satuan pendidikan,mata pelajaran,kelas/semester,alokasi waktu.
2) Standar Kompetensi
Standar Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu pelajaran (BSNP,
2007: 3).
3) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai oleh
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusun indikator
kompetensi dalam suatu mata pelajaran (BSNP, 2007: 3).
4) Indikator Pencapaian Kompetensi
Merupakan perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian
kompetensi
dirumuskan
dengan
menggunakan
kata
kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap
dan keterampilan (BSNP,2007: 3).
5) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6) Materi Ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi
7) Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
kompetensi dasar dan beban belajar
8) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan.
9) Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi:
a) Pendahuluan.
Merupakan kegiatan awal dalam suatu pembelajaran yang ditujukan untuk
membangkitkan motivasi dan menfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran .
b) Inti.
Adalah proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
c) Penutup.
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan,
penilaian, dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.
10) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.
11) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD, serta materi ajar,
kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi
c. Lembar Kerja Peserta Didik
LKS merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik yang terdiri dari Judul, SK, KD, Indkator, dan pertanyaan yang harus
dikerjakan.
d. Bahan Ajar Peserta Didik
Bahan ajar peserta didik merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan
di sekolah. Melalui bahan ajar, guru lebih mudah melaksanakan pembelajaran.
Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik materi ajar yang disajikan.
2. Pelaksanaan proses pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
merupakan
implementasi
dari
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran meliputi:
a. Kegiatan pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
2. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
mengaitkan
pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dicapai.
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
b. Kegiatan inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologi peserta didik meliputi:
1. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) Melibatkan peserta didik mencari dan menghimpun informasi.
b) Menggunakan media untuk memperkaya pengalaman mengelola
informasi.
c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peseta
didik dengan guru berinteraksi sehingga peserta didik aktif, lingkungan
dan sumber belajar lainnya;
d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
2. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can
kolaboratif;
e) Memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi
secara
sehat
untuk
meningkatkan prestasi belajar;
f) Menfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
h) Menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
3. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber.
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan.
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
5) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan
peserta
didik
yang
mengalami
kesulitan,
dengan
menggunakan bahasa baku dan benar.
6) Membantu menyelesaikan masalah.
7) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi.
8) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.
9) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
c. Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) Bersama-sama dengan peserta membuat simpulan pelajaran;
b) Melakukan penilaian dan terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedali, program pengayaan, dan memberikan tugas balik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
3. Evaluasi proses pembelajaran
Dilakukanuntuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan,
mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan
dengan cara:
a) Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar
proses
b) Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kompetensi guru.
Evaluasi proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi penting yaitu:
a. Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan
atau keterampilan yang telah diberikan oleh guru.
b. Sebagai alat untuk mengetahui kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan
belajar.
c. Sebagai alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian dalam kegiatan belajar.
d. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar peserta didik.
e. Sebagai sarana umpan balik bagi guru yang bersumber dari peserta didik.
Alat yang digunakan dalam mengevaluasi peserta didik untuk mengetahui
pengetahuan, kelemahan dan ketercapaian peserta didik dalam kegiatan pembelajaran,
perkembangan peserta didik dalam pembelajaran, serta sebagai sarana umpan balik bagi
guru yang bersumber dari peserta didik adalah sebagai berikut. :
a) Kisi-kisi tes hasil belajar
Kisi-kisi tes hasil belajar merupakan sinkronisasi antara indikator dan butir
soal dan mengukur ketuntasan belajar peserta didik.
b) Tes hasil belajar
Tes Hasil Belajar merupakan salah satu alat untuk mengukur terjadinya
perubahan tingkah laku pada peserta didik setelah berlangsung serangkaian proses
pembelajaran berupa soal-soal yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik
setelah mempelajari suatu materi pokok tertentu.
Rentang skor
1,00 – 1,99
2,00 – 2,99
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Terhadap Kemampuan Pendidik
Dalam mengelola Pembelajaran
Kriteria
Keterangan
Tidak baik Jika guru dalam mengelolah pembelajaran
(perencanaan, pelaksanaandan evaluasi) tidak
sesuai dengan perangkat yang disiapkan.
Kurang baik Jika guru dalam mengelolah pembelajaran
(perencanaan, pelaksanaandan evaluasi)
kurang sesuai dengan perangkat yang
disiapkan.
3,00 – 3,49
Cukup baik Jika guru dalam mengelolah pembelajaran
(perencanaan, pelaksanaandan evaluasi)
sebagian besar sesuai dengan perangkat yang
disiapkan.
3,50 – 4,00
Baik
Jika guru dalam mengelolah pembelajaran
(perencanaan, pelaksanaandan evaluasi)
sesuai dengan perangkat yang disiapkan.
Sumber: (Arikunto, 2010: 34)
E. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
1. Belajar
Belajar merupakan salah satu proses yang mengarah pada satu tujuan yaitu
perubahan kearah yang lebih baik. Secara psikologis belajar merupakan perubahan
yang diperlihatkan oleh individu dalam bentuk tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi individu dengan lingkungannya melalui suatu proses yang mengarah pada
suatu tujuan yaitu suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan,sikap dan tingkah laku,
ketrampilan, kemampuan, pemahamam, kecakapan dan aspek-aspek lain yang
dimiliki oleh individu. Mouly mengatakan, Belajar merupakan perubahan tingkah
laku seseorang berkat adanya pengalaman. Selain itu belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan
perubahan yang terjadi didalam diri manusia karna adanya pengalaman dan ini akan
berlangsung terus menerus sepanjang hidup seseorang. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya baik
perubahan yang bersifat (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Kesamaan umum, yang mendasari konsep-konsep belajar di atas adalah sebagai
berikut:
a) Belajar merupakan perubahan tingkah laku, yakni ditandai oleh adanya sesuatu
yang baru pada diri seseorang, entah itu berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan ataupun kecakapan.
b) Belajar merupakan hasil dari suatu pengalaman, yakni berinteraksi dengan sumber
belajar: lingkungan, buku (bacaan) dan orang.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek
potensi kemanusiaannya saja, tetapi hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor.
F. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar dan Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar merupakan tes hasil belajar produk, tes hasil belajar afektif, dan
tes hasil belajar psikomotor. Tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar
yang ingin dicapai, dijabarkan kedalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun
berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta lembar
observasi penilaian psikomotor kinerja peserta didik (Trianto, 2009: 235-236).
Ketuntasan Indikator Hasil Belajar adalah Proses pemberian nilai terhadap hasil
belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada
hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dalam pengertian yang
luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomtor. Ketuntasan belajar setiap
indikator yang telah ditetapkan dalam dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator
65%.
Ketuntasan hasil belajar adalah proporsi yang merupakan perbandingan skor tes
hasil belajar (THB) yang diperoleh setiap peserta didik dibagi dengan skor maksimum
tes hasil belajar. Setiap peserta didik dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu)
jika proporsi jawaban benar peserta didik ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥85 % peserta didik
yang telah tuntas belajarnya (Dekdikbud, 1996: 48).
Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai hasil tinggi, baik
secara individu maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan pada tujuan pembelajaran khusus telah dicapai oleh peserta
didik baik secara individu maupun kelompok.
3. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi
tahap berikutnya.
Ketiga ciri keberhasilan belajar di atas, bukanlah semata-mata keberhasilan dari
segi kognitif saja, tetapi juga dari segi afektif dan psikomotor (Sobry dan Pupuh, 2007:
113). Dalam pencapaian hasil belajar, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif,
afektif dan psikomotor secara proporsional.
Penjelasan tentang ranah kemampuan yang dimaksud di atas diuraikan sebagai
berikut:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual.
Ranah kognitif mencakup kategori :
a. Remembering (mengingat, C1)
Kompetensi mengingat ditandai oleh kemampuan peserta didik untuk mengenali
kembali suatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori tanpa memanipulasikannya
dalam bentuk atau simbol lain.
b. Understanding (memahami, C2)
Kompetensi ini ditandai oleh kemampuan peserta didik untuk mengerti akan
suatu konsep, rumus ataupun fakta-fakta untuk kemudian menafsirkan dan
menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri.
c. Applying (menerapkan, C3)
Menerapkan merupakan kemampuan melakukan atau mengembangkan sesuatu
sebagai wujud dari pemahaman konsep tertentu.
d. Analyzing (menganalisis, C4)
Menganalisis merupakan kemampuan memisahkan suatu fakta atau konsep ke
dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk
memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh.
e. Evaluating (menilai, C5)
Menilai adalah kemampuan di dalam menunjukan kelebihan dan kelemahan
sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu.
f. Creating (mencipta, C6)
Mencipta merupakan kompetensi kognitif paling tinggi, sebagai perpaduan
sekaligus pemuncak dari kompetensi-kompetensi lainnya. Mencipta merupakan
kompetensi ideal yang seharusnya dimiliki oleh seorang peserta didik setelah
mempelajari kompetensi tertentu.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya
perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi dan sikap. Lima kategori
ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks,
yakni:
a. Receiving/attending (penerimaan, A1)
Penerimaan berarti kemauan untuk menunjukan pengertian dan penghargaan
terhadap materi, ide, karya ataupun keberadaan seseorang.
b. Responding (penanggapan, A2)
Penanggapan
merupakan
kemampuan
untuk
berpartisipasi
aktif
dalam
pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil
tindakan atas suatu kejadian.
c. Valuing (penilaian, A3)
Penilaian merupakan kemampuan untuk meninjau baik tidaknya suatu hal,
keadaan, peristiwa ataupun perbuatan.
d. Organizing (pengorganisasian, A4)
Pengorganisasian merupakan kemampuan membentuk sistem nilai dengan
mengharmonisasikan perbedaan-perbedaan yang ada.
e. Characterization (karakterisasi, A5)
Karakterisasi merupakan kemampuan untuk menghayati atau mengamalkan suatu
sistem nilai.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, ketrampilan
motorik kemampuan fisik. Ketrampilan tersebut dapat diasah jika sering
melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan,
jarak, cara/teknik pelaksanaannya. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik
mulai dari tingkatan yang sederhana hingga tingkat yang rumit, yakni: persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan yang kompleks, adaptasi
dan kreativitas (Kosasih, 2014: 17-27).
a. Persepsi (P1)
Persepsi merupakan kemampuan menggunakan saraf sensori di dalam
menginterpretasikan atau memperkirakan sesuatu.
b. Kesiapan (P2)
Kesiapan merupakan kemampuan mengkondisikan diri, baik mental, fisik dan
emosi, untuk melakukan suatu kegiatan pembelajaran.
c. Gerakan terbimbing (P3)
Kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak sesuai dengan contoh yang
diberikan.
d. Gerakan terbiasa (P4)
Kemampuan untuk melakukan serangkaian gerak yang cukup sesuai dengan
contoh yang diberikan.
e. Gerakan kompleks (P5)
Gerakan kompleks merupakan kemampuan untuk melakukan kemahirannya
dalam melakukan suatu kegiatan.
f. Adaptasi (P6)
Adaptasi merupakan kemampuan mengembangkan keahlian dan memodifikanya
sesuai dengan kebutuhan.
g. Kreativitas (P7)
Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai
dengan kondisi atau situasi tertentu.
G. Respon Peserta Didik
Motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri
untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada uamumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu
atau bertujuan. Hal ini berarti bahwa keinginan mencapai suatu keberhasilan merupakan
pendorong untuk bertingkh laku atau melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat
memberikan semangat (dorongan) yang luar biasa terhadap seseorang untuk berperilaku
dan dapat memberikan arah dalam belajar.
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong peserta didik untuk berperilaku
yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar. Peserta didik akan
melakukan suatu proses belajar betapa pun beratnya jika ia mempunyai motivasi tinggi.
Tanpa motivasi belajar peserta didik tidak dapat belajar. Oleh karena itu, bagi seorang
peserta didik motivasi untuk belajar pada umumnya timbul karena adanya rangsangan,
baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.
Respon merupakan perilaku yang lahir berupa sambutan atau sikap terbuka dari
hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran seseorang. Dalam suatu proses pembelajaran
dalam kelas dikatakan berlangsung secara optimal apabila antara guru dan peserta didik
saling berinteraksi terhadap satu dengan yang lainnya. Interaksi ini tidak hanya terjadi
antara guru dengan peserta didik, namun antara peserta didik yang satu dengan peserta
didik yang lainnya.
Aspek-aspek yang dinilai pada respon peserta didik meliputi:
1.
Kegiatan pendahuluan yakni memberi motivasi dan menyampaikan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik.
2.
Kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) yakni memberi penjelasan materi
yang dipelajari, memperkenalkan alat dan bahan, mengorganisir peserta didik dalam
kelompok, membimbing peserta didik dalam melakukan percobaan dan membuat
kesimpulan.
3.
Kegiatan penutup yakni membantu peserta didik untuk membuat rangkuman,
memberi kuis kepada peserta didik, dan memberi tugas rumah.
4.
Pengelolaan waktu yakni memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu.
5.
Suasana kelas yakni peserta didik antusias dalam kegiatan pembelajaran.
H. Materi Pokok Listrik Statis
1.
Pengertian Listrik Statis
Konsep dasar listrik statis seperti potongan kertas kecil dapat berinteraksi dengan
penggaris yang telah di gosok-gosok kemudian didekatkan dengan potongan
kertas. Potongan kertas kecil akan terangkat ke penggaris yang baru saja digosokgosok karena terdapat muatan listrik. Muatan listrik itulah yang menyebabkan
sobekan kertas kecil dapat tertarik ke penggaris. Seperti gambar 2.1 berikut!
Gambar 2.1 Sobekan kertas kecil tertarik oleh penggaris yang bermuatan listrik.
Listrik statis adalah kumpulan muatan listrik dalam jumlah tertentu yang tetap
(statis), ketidakseimbangan muatan listrik di dalam atau permukaan benda.
Listrik statis merupakan bentuk listrik yang dihasilkan bila beberapa benda
digosokkan satu sama lain.
Muatan listrik muncul karena adanya perpindahan elektron dari satu benda ke
benda lain. Terdapat dua muatan listrik yaitu muatan positif dan muatan
negatif, dikatakan bermuatan positif apabila proton lebih banyak dari pada
jumlah elektron, dan begitupun sebaliknya. Sedangkan benda yang tidak
memiliki muatan disebut netral.
Benda yang mempunyai muatan yang sejenis akan saling tolak-menolak ketika
didekatkan satu sama lain, sebaliknya benda yang mempunyai muatan yang
berbeda akan saling tarik-menarik. Peristiwa tolak menolak atau tarik menarik
benda disebut interaksi elektrostatik atau interaksi muatan-muatan listrik diam
(tidak mengalir). Muatan positif disebut proton, muatan negatif disebut
elektron dan muatan netral disebut neutron.
Gambar 2.2 jenis-jenis muatan atom
a. Atom tidak bermuatan (netral), apabila jumlah proton sama dengan jumlah
elektron.
b. Atom bermuatan positif, apabila jumlah proton lebih banyak dari pada
jumlah elektron.
c. Atom bermuatan negative, apabila jumlah elektron lebih banyak dari pada
jumlah proton.
Untuk memberi muatan listrik suatu benda dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu secara gosokkan, sentuhan, dan induksi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah benda
netraldapat bermuatan listrik statis denganjalan digosokkan. Sedangkan
ketika batang plastik digosok dengan kain wol, elektron-elektron dari kain wol
berpindah ke batang plastik, sehingga batang plastik kelebihan elektron.
Dengan demikian, batang plastik menjadi bermuatan negatif. Sebaliknya,
ketika batang kaca digosok dengan kain sutera, maka electron-elektron dari
batang kaca berpindah ke kain sutera, sehingga batang kaca kekurangan
elektron. Dengan demikian, batang kaca menjadi bermuatan positif. Sebagai
contoh lihat pada tabel muatan bahan-bahan berikut!
Tabel 2.3 muatan bahan-bahan
Bahan-bahan
Kaca Sutera
Kain
Hasil
Proses
Kaca (+), Sutera (−)
Elektron dari kaca
berpindah ke kain
sutera
Elektron dari kain
Mistar plastik - Mistar plastik (−),
wool berpindah ke
Kain wool
Kain wool (+)
mistar plastic
Elektron dari rambut
Sisir - Rambut Sisir (−), Rambut
manusia berpindah
Manusia
Manusia (+)
ke sisir
Penggaris/mistar Penggaris
(−), Elektron dari rambut
plastik - Rambut Rambut
Manusia manusia berpindah
manusia
(+)
ke penggaris
Balon Wool
Kain Balon (−),
Wool (+)
Kain
Elektron dari kain
wool berpindah ke
balon
Ebonit Wool
Kain Ebonit (−),
Wool (+)
Kain
Elektron dari kain
wool berpindah ke
ebonite
Kesimpulan dari tabel diatas (TERBATAS UNTUK BAHAN-BAHAN
TERSEBUT saja)
Bahan yang digosok , (yang sebelah kiri) semuanya menjadi negatif , kecuali kaca.
Elektron dari kaca berpindah ke kain sutera bisa juga dibahasakan, kain sutera
mendapatkan tambahan elektron dari kaca, elektron dari kain wool berpindah ke mistar
plastik bisa juga di katakan, mistar plastik mendapatkan tambahan elektron dari kain
wool dan seterusnya.
2. Hukum Coulomb
Jika dua benda bermuatan listrik berdekatan akan terjadi gaya listrik. Gaya tarik
menarik atau tolak menolak antara dua muatan listrik di sebut gaya Coulomb.
Besarnya gaya coulomb bergantung pada:
a. Besar masing-masing muatan (Q1 dan Q2)
b. Kuadrat jarak antara dua muatan (r2)
Hukum Coulomb berbunyi : Gaya antara dua muatan listrik sebanding dengan
besar masing-masing muatan, dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara ke dua muatan itu.
Gambar 2.4 gaya anatara dua buah muatan
Secara matematik Hukum Coulomb dirumuskan:
F=k
………………………………. (II)
Keterangan :
F
: gaya tarik-menarik atau tolak menolak (N)
k
: konstanta 9 x 109 Nm2C-2
Q Q
: besar muatan pertama dan besar muatan kedua (C)
r
: jarak antara dua benda bermuatan (m)
3. Medan Listrik
Medan adalah suatu besaran yang mempunyai harga pada tiap titik dalam ruang.
Atau secara matematis, medan merupakan sesuatu yang merupakan fungsi
kontinu dari posisi dalam ruang.
Medan listrik adalah daerah atau ruang di sekitar muatan listrik yang masih
dipengaruhi Gaya Coulomb (gaya listrik). Medan listrik merupakan efek yang
timbul oleh muatan listrik dalam suatu benda.
Gambar 2.3 medan listrik
Medan listrik digambarkan dengan garis gaya listrik yang arahnya keluar
(menjauhi) untuk muatan positif dan masuk (mendekati) untuk muatan negatif.
Persamaan matematis dari medan listrik adalah:
E=k
atau E =
……………….. (I)
Keterangan :
E : kuat medan listrik (N/C)
k : konstanta = 9 x 109 Nm2C-2
q : muatan listrik (C)
Q : muatan sumber (C)
F : gaya coulomb (N)
r : jarak (m)
4. Elektroskop
Fungsi dari elektroskop adalah:
1.
Untuk mendeteksi adanya muatan listrik pada sebuah benda. Jika kepala
elektroskop netral maka daun-daunnya dalam keadaan tertutup, tetapi bila
di disentuhkan dengan benda bermuatan listrik maka daunnya akan
terbuka/mekar. Makin banyak muatan listrik yang di sentuhkan, makin
besar pula daun-daunnya elektroskop terbuka.
2.
Untuk menguji jenis muatan listrik pada benda. Elekroskop yang telah
bermuatan listrik dapat digunakan untuk mengetahui jenis muatan benda.
-
Jika daun elekroskop lebih kuncup, berarti muatan listrik kepala
elekroskop dan benda yang didekatkan sejenis.
-
Jika daun elekroskop lebih mekar, berarti muatan listrik kepala
elektroskop dan benda yang didekatkan tidak sejenis.
Misalkan, kita memiliki elektroskop yang bermuatan positif
-
Jika benda bermuatan positif kita dekatkan maka daun elekroskop
lebih kuncup.
-
Jika benda bermuatan negative kita dekatkan maka daun
elektroskop lebih mekar.
Ilustrasi saat sebuah elektroskop masih netral, intinya adalah jumlah muatan
positif sama dengan jumlah muatan negatif, baik di kepala (atas) maupun di
daun kaki. Sebuah benda bermuatan negatif kemudian didekatkan ke
elektroskop.
Gambar 2.5 elekroskop netral
Muatan negatif dari benda akan tolak menolak dengan muatan negatif dari
kepala elektroskop, sehingga muatan negatif di kepala elektroskop kemudian
menjauh
ke
bawah/kaki.
Gambar 2.6 kondisi elektroskop kuncup
Akibatnya, daun kaki yang tadinya netral, seimbang jumlah plus minusnya,
sekarang menjadi lebih banyak muatan negatifnya, akhirnya kaki elektroskop
akan terbuka akibat gaya tolak menolak muatan negatif di kaki kiri dan kanan
elektroskop.
Gambar 2.7 kondisi elektroskop mekar
5. Potensial Listrik
1.
Potensial listrik
Potensial listrik adalah energy potensial listrik per satuan muatan listrik
V=
……………………….. (III)
Dengan :
V : potensial listrik (V)
W : energi potansial listrik (J)
Q : muatan uji (C)
a. Potensial listrik oleh muatan titik
Sebuah titik yang terletak di dalam medan listrik akan memiliki
potensial listrik. Potensial listrik yang dimiliki titik tersebut besarnya
adalah:
V=k
atau V = E .r ……………….(IV)
Dimana Q = muatan sumber
Potensial listrik merupakan besaran scalar, apabila terdapat beberapa
muatan titik, maka potensial litrik pada sebuah titik merupakan
jumlah aljabar potensialnya terhadap muatan-muatan. Besarnya
potensial di P :
Vp = k
…………………………..(V)
b. Potensial Listrik Oleh Bola Konduktor Bermuatan
Potensial di dalam bola konduktor di tiap titik adalah sama , bidang
yang mempunyai potensial listrik yang sama disebut bidang
eqipotensial.
-
Untuk r
V=k
-
-
R (didalam bola)
…………………….. (VI)
Untuk r
R (dipermukaan bola)
V=k
…………………….(VII)
Untuk r
V=k
R (diluar bola)
…………………….(VIII)
c. Potensial Listrik Pada Dua Keping Sejajar
V = E .d ……………………………(IX)
Dengan d : jarak antara dua keeping (m)
Gambar 2.8 dua keping sejajar
d. Bidang Ekipotensial
Bidang ekipotensial adalah bidang dimana setiap titik pada bidang itu
mempunyai potensial yang sama. Sebuah muatan titik akan
mempunyai bidang ekipotensial berupa sebuah kulit bola. Bidang ini
selalu tegak lurus pada garis gaya listrik. Tiap muatan listrik yang di
gerakkan pada bidang itu tidak memerlukan usaha.
Gambar 2.9 dua buah muatan
e. Energi Potensial Listrik
Muatan Q akan memberikan potensial listrik terhadap q sebesar V,
akibat potensial listrik tersebut, maka q akan memberikan energy
sebesar:
Ep = q. V ………………………(X)
Dengan :
Ep : energi potensial listrik (joule)
q’ = muatan uji
I. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Selestina B. Antonio menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung
adalah baik untuk materi pokok pengukuran pada peserta didik kelas VII SMPK
Adisucipto Penfui Kupang. Secara terperinci dapat disimpulkan antara lain sebagai
berikut:
a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran fisika materi pokok pengukuran
pada peserta didik kelas VII SMPK Adisucipto Penfui Kupang melalui penerapan
model pengajaran langsung yang meliputi Tahap perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran dalam kategori baik dengan
skor rata-rata secara berturut-turut adalah: 4,00; 3,91; dan 3,88.
b. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) kognitif dan afektif yang dicapai peserta
didik pada Materi pokok Pengukuran, yang menerapkan Model Pembelajaran
Langsung adalah tuntas dengan rata-rata berturut-turut adalah 0,80 dan 0,85.
c. Hasil Belajar Fisika peserta didik kelas XI SMA Swasta Beringin Kupang pada
materi pokok Usaha dan Energi yang menerapkan Model Pembelajaran Langsung
pada peserta didik adalah tuntas dengan proporsi ketuntasan adalah tuntas, proporsi
rata-rata 0,84 dan 85% peserta didik mencapai SKM yang ditetapkan oleh
Depdikbud maupun SKM Sekolah. Semua peserta didik, juga
mencapai
ketuntasan belajarnya pada aspek afektif dengan proporsi 0,86.
d. Respon peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan Model
Pembelajaran Langsung adalah positif, karena rata-rata dari setiap aspek penilaian
lebih dari 80% dengan nilai pada kegiatan inti rata-rata presentase peserta didik
mencapai 92% kegiatan penutup rata-rata presentase peserta didik mencapai 90% ,
pengelolaan kelas 85% dan suasana kelas 89% artinya peserta didik memberikan
respon sangat baik terhadap pelaksanaan pembelajaran. Secara keseluruhan respon
peserta didik positif karena persentase setiap aspek ≥80%.
J. Kerangka Berpikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA fisika di SMP, peserta didik diminta untuk
dapat memahami pengetahuan-pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep
dasar tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah
pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan prosedural
(pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu). Guru selalu menghendaki agar
peserta didik memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, agar mereka dapat
melakukan sesuatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
Akan tetapi, apa yang diminta pada peserta didik dalam pembelajaran fisika belum
terpenuhi sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik. Hal-hal yang menghambat
terpenuhinya hasil belajar peserta didik yang baik pada pembelajaran fisika seperti
penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan konsep fisika yang diajarkan,
sehingga hanya dapat membantu peserta didik dalam memiliki penguasaan konsep
(pengetahuan deklaratif) saja. Berikut ini disajikan
memberikan gambaran dalam penelitian ini:
bagan untuk memudahkan atau
Kondisi Pembelajaran
Kemampuan
guru dalam
mengelola model
pembelajaran
langsung
Tahap
perencanaa
nnnnn
Ketuntasan
indikator
hasil belajar
Tahap
pelaksanaan
Ketuntasan
hasil belajar
peserta didik
Respon
peserta
didik
Tahap
evaluasi
Penerapan model pembelajaran
langsung (direct instruction)
Model pembelajaran langsung yang optimal
Gambar 2.5 Skema Kerangka berpikir
Dari bagan di atas terlihat bahwa dalam proses pembelajaran terdapat empat
kondisi yang dilihat yakni kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran,
ketuntasan indikator hasil belajar, ketuntasan hasil belajar peserta didik dan respon
peserta didik. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meliputi tiga tahap
yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran dikatakan baik jika skor yang diperoleh berkisar dari
3,50-4,00. Sedangkan indikator hasil belajar dan hasil belajar dikatakan tuntas jika
proporsinya mencapai  65 %.
Untuk mencapai hasil yang baik dalam proses pembelajaran maka sebaiknya
guru menggunakan model pembelajaran yang menarik bagi peserta didik sehingga
suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran yang
menarik bagi peserta didik diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif, dimana menekankan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
sehingga
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
peserta
didik.
Download