TUGAS MAKALAH LIFE SUPPORT

advertisement
TUGAS MAKALAH LIFE SUPPORT
OLEH :
1. Ardi Darmawan
(P2.31.38.4.12.005)
2. Bhimo Aryo Wicaksono (P2.31.38.4.12.006)
3. Darsito
(P2.31.38.4.12.008)
4. Eva Nur Amalia
(P2.31.38.4.12.011)
5. Fadli Asrori
(P2.31.38.4.12.012)
6. Handrio Setiawan
(P2.31.38.4.12.015)
7. Heru Wahyudi
(P2.31.38.4.12.016)
8. Idha Nurkomalasari Putri (P2.31.38.4.12.018)
9. Ieko Utama
(P2.31.38.4.12.019)
10. Juliper
(P2.31.38.4.12.023)
11. Okwin Dwi Nugroho
(P2.31.38.4.12.033)
12. Riechy Kusuma
(P2.31.38.4.12.034)
SARJANA TERAPAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
13. Rohadi Nugroho
(P2.31.38.4.12.035)
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
14. Yopi Irawan
(P2.31.38.4.12.041)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
15. Yuli Astuti
(P2.31.38.4.12.042)
2014
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi............................................................................................................i
BAB I
Infant Warmer.................................................................................1
BAB II
Anasthesi Venstilator......................................................................3
BAB III
Baby Incubator.............................................................................18
BAB IV
Infuse Pump..................................................................................36
BAB V
Continous Positive Airway Pressure (CPAP)...............................47
BAB VI
Infuse Pump..................................................................................56
BAB VII Defibrillator..................................................................................64
BAB VIII Anesthesi Ventilator......................................................................72
BAB IX
Anasthesi Venstilator....................................................................83
BAB X
Hemodialisa................................................................................102
BAB XI
Ventilator ....................................................................................109
BAB XII Incubator Transport....................................................................117
BAB XIII Bubble CPAP..............................................................................134
BAB XIV Hemodialisa................................................................................143
BAB XV Ventilator ....................................................................................148
i
BAB I
INFANT WARMER
1.1
Definisi
Infant adalah bayi, sedangkan warmer adalah hangat. Alat kesehatan
digunakan untuk menghangatkan bayi
1.2
Fungsi
Digunakan untuk menghangatkan bayi setelah dilahirkan dengan suhu
yang diinginkan
1.3
Prinsip Kerja
Alat infant warmer adalah tempat tidur yang dilengkapi dengan
pemanas / heater, dengan tempat tidur yang terbuka ini pasien atau bayi
dapat dilakukan tindakan jika terjadi sesuatu.
1.4
Blok Diagram
1
1.5
Standar Operasional Prosedure
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.6
Sambungkan kabel power pada tegangan jala-jala
Tekan tombol power
Baringkan pasien pada bed / tempat tidur
Pasang pasien sensorPilih mode yang akan digunakan
Setting temperature yang akan digunakan
Biarkan infant warmer bekerja sampai suhu pada bed stabil
Standar Maintenance Prosedure
1. Bersihkan badan permukaan alat dari debu dan kotoran
2. Check Battery : Lapaskan kabel power dari kontak kemudian hidupkan
alat
3. Check fungsi tombol-tombol
4. Ganti filter udara secara berkala
5. Isi serta ganti air humidifier secara berkala
6. Kencangkan semua baut
7. Lakukan kalibrasi alat minimal tiap 1 tahun 1x
8. Tekan tombol up dan ppastikan setting tombol maksimum tercapai
9. Tekan tombol down dan pastikan setting tombol minimum tercapai
10. Lepas probe skin sensor, pastikan alarm indicator menyala, dan display
menunjukkan indicator error
11. Tekan tombol alarm silence
BAB II
ANASTHESI VENTILATOR
2
2.1
Definisi
Anestesi (pembiusan, berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi
digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Mesin
Anaesthesi adalah suatu alat yang berfungsi untuk mencapur oxigen dan salah
satu obat bius, seperti halothan, enflurane, isoflurane, sevoflurane, desflurane, dan
N₂O, kemudian campuran gas tersebut dikirimkan pada sistem pernafasan, lalu
didapatkanlah hasil pembiusan. Penggunaan mesin anaesthesia ventilator untuk
orang dewasa dan anak-anak (di atas berat badan 5kg) pada ruang operasi.
Beberapa tipe anestesi adalah:
a.
Pembiusan total adalah suatu tindakan menghilangkan kesadaran total pasien
sehingga tidak merasakan sakit ketika melakukan pembedahan.
b.
Pembiusan lokal adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit pasien pada
daerah tertentu yang diinginkan ketika melakukan pembedahan pada sebagian
kecil daerah tubuh
c.
Pembiusan regional adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit pasien
pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan
spinal atau saraf yang berhubungan dengannya ketika melakukan pembedahan.
3
. Tampilan Depan dari Mesin Anaesthesia
Keterangan :
11a.Mengunci
mekanisme
untuk
lengan putar
12. tekanan Pasien tes point untuk
ventilator
13 . T1 test point untuk ventilator
1.Rak Monitor
2. Aksesori Rail (Modura)
3. Genggaman tangan
4. Backbar (cocok hingga 2 x alat penguap
obat bius)
14. 15 / 22 mm Gas Common Outlet
5. Pipeline Gauge Tekanan Cadangan Gauge 15 . Circle penyerap ('sistem Q2'
Tekanan Silinder (warna-coding, menurut
ditampilkan)
16 . Ventilator kontrol & tampilan
spesifikasi)
layar
6. Push untuk O2 Flush
17 - Flow Control Valves
7. 'Cabut' atas meja tulis
(layout, menurut spesifikasi)
8. Laci (2 standar-3 opsional)
18 . Bag-in-Botol perakitan
9. Kastor mengerem
19 . Flowmeters (rotameters)
20 . Lampu Overhead (lengan
10. Main Switch Kontrol Pneumatik
fleksibel)
11 . Absorber / ventilator lengan putar
4
2.2
Blok diagram dan Prinsip Kerja Dasar
Adapun diagram block Mesin Anaesthesia yaitu sebagai berikut :
BLOCK DIAGRAM MESIN ANAESTHESIA
SODA LIME
N₂
REGULAT
MIXE
VAPORIZ
OR
R
ER
O₂
Anestesi Gas Scavenging
Bellow

Diagram Block Mesin Anaesthesia
1. Sistem Gas Mesin Anaesthesia Ventilator
Sumber gas O₂ , N₂O, AIR dari penyediaan rumah sakit sekitar 280 kPa
sampai dengan 600 kPa dipasok ke konektor pipa inlet (O₂), konektor pipa inlet
(udara), Konektor pipa inlet (N₂O) sedangkan cadangan gas silinder bisa
dipasang ke bagian belakang mesin. Silinder ukuran kecil dipasang untuk pindiindeks silinder-belenggu (ISO 32, ISO 47, BS 1319) atau untuk konektor
silinder yang sesuai dengan DIN 477. Silinder ukuran besar berdiri di dasar
belakang mesin anestesi, mereka dijamin oleh klem. Karena konektor inlet
sekrup ulir ukurannya tertentu.
5
Gambar 3.5. Instalasi Sumber gas O₂ dan N₂O dari Pipa Rumah Sakit dan
tabung
cadangan gas O₂ dan N₂O .
2. Flowmeter dan regulator, berfungsi untuk mengatur besarnya aliran gas yang
masuk pada pasien.
Gambar 3.6. Flow Meter dan Regulator
6
3. Vaporizer, berfungsi untuk menguapkan obat bius yang dipakai dan mengatur
berapa konsentrasi obat yang masuk kepada pasien.
(a)
Tanda-tanda kaca penglihatan di Fon diagram ini ditampilkan sebagai
segitiga diisi untuk tingkat cair maksimum dan segitiga tingkat minimum kosong
cair, sebagai berikut :
Error! Hyperlink reference not valid.
(b)
B
A Sevoflurane( kuning ), Vaporizer Enflurane ( orange ),
Gambar 3.7. (a). Vaporizer
Vaporizer Isoflurane ( ungu ), Vaporizer Halothane (merah).
C
(b). Selectetatec berpaut kompatibel model standar versi
E
F
D
G
Keterangan Penting :
A. Konektor Masuk
B. Konektor Keluar
C. Kontrol Kosentrasi
D. Gagang Port Pengisi
E. Knob Control katup pengisi
F. Tingkat Indikator
G. Port Pengisi
7
4. Bellow dan filter karbondioksida, bellow berfungsi untuk memompa dan
mengatur jumlah gas yang masuk kedalam paru-paru pasien, dan filter
karbondioksida berfungsi untuk memfilter kadar karbondioksida dari saluran
pernafasan pasien.
Below / Bag-in-Botol (dengan katup APL)
5. Circle sistem Absorber Anmedic, 'Jumbo 90' Circle Absorber Circle Sistem
Anmedic Berhubungan Q2 dan Q-campuran
Q2 Circle Absorber
Penyerap untuk eliminasi CO2. Sistem ini dapat digunakan dengan:
- Tinggi aliran (= sekitar volume menit pasien)
- Rendah aliran (= 1,0-1,5 l / min.) atau
- Minimal aliran (= 0,5 - 1,0 l / min.) gas segar untuk ventilasi pasien.
Penyerap Lingkaran terdiri dari wadah untuk penyerap dan soda-kapur Blok
Valve berisi diperlukan koneksi. Tabung berisi kira-kira 0,55-0,6 kg soda-kapur
dan mungkin sekali pakai (Putih-ke-ungu) atau jenis isi ulang. Dalam kedua
kasus, tabung itu cocok ke atas permukaan katup blok dengan kunci snap-
8
bertindak-cepat. Filter dalam tabung mencegah debu soda-kapur memasuki
breathing gas stream.
6. Soda kapur adalah campuran bahan kimia , yang digunakan dalam bentuk
granula dalam lingkungan yang tertutup, untuk menghilangkan karbon dioksida
dari pernapasan gas untuk mencegah CO
2
retensi dan keracunan karbon
dioksida . Hal ini dilakukan dengan memperlakukan kapur dengan konsentrasi
natrium hidroksida larutan. Sementara pemberian anestesi umum, pasien
kadaluarsa gas yang mengandung karbon dioksida, dilewatkan melalui mesin
anestesi untuk bernapas sirkuit diisi kapur butiran soda. Kelas soda medical
kapur telah menunjukkan pewarna yang berubah warna saat soda kapur
kehilangan karbon dioksida yang menyerap kapasitas.
Komponen utama dari soda kapur sebagai berikut :
Calcium hydroxide , Ca(OH) 2 (about 75%), Kalsium hidroksida , Ca (OH)

2


(sekitar
-75%).
Water , H 2 O (about 20%), Air , H 2 O (sekitar 20%).
Sodium hydroxide , NaOH (about 3%), and Natrium hidroksida , NaOH
(sekitar 3%).

Potassium hydroxide , KOH (about 1%). Kalium hidroksida , KOH (sekitar
1%).
Gambar 3.10. Soda lime
7. Breathing System,
9
Sebuah sistem pernapasan didefinisikan sebagai suatu perakitan komponen
yang menghubungkan jalan napas pasien ke mesin anestesi menciptakan suasana
buatan, dari dan ke mana pasien bernafas.
Gambar 3.11. Breating System
Sistem pernapasan pasien dapat digunakan dengan Mesin Anaesthesia, dan
harus sesuai dengan EN740 atau Medical Device Directive. Tabung pernapasan
yang dilengkapi dengan sistem circle relevan. Ini adalah 1,5 Meter panjang dalam
tipe non-konduktif, halus-bor autoclavable dilengkapi dengan manset silikon
lunak gratis kebocoran pas. Akhir pasien memiliki tetap non-konduktif sepotong
'Y'.
8. Anestesi Gas Scavenging System (AGSS)
Mesin anaesthesia ventilator dapat diberikan dengan Sistem AGS, terdiri dari
sebuah tabung penerima dengan mudah dipasang pada rel aksesori sisi bawah di
sisi kiri mesin. Receiver, yang mencakup udara-istirahat untuk memastikan bahwa
suction dari sistem pembuangan rumah sakit tidak ditransfer kepada pasien, sesuai
dengan EN737-2.
(a)
(b)
10
Gambar 3.12.(a). Penerima AGSS (b)Anaesthesia Gas Sistem Scavenging
Selama penggunaan normal float merah akan terlihat di jendela plastik. Jika
float jatuh ke bawah jendela, aliran telah turun di bawah 60 l / menit dan penerima
beroperasi luarny spesifikasi. Pelabuhan inlet dari Receiver 30 mm tirus
perempuan tersambung, melalui pipa bergelombang, dengan EVAC Konektor di
bagian belakang mesin anestesi.
Pelabuhan outlet penerima menghubungkan, melalui suatu perakitan selang,
dengan sistem pembuangan rumah sakit.
9. Air Trap Deskripsi
Air Trap Lubang dan menghubungkan ke Line sampling dalam
pemantauan gas sisi-stream sistem. Perangkap Air melindungi monitor dari
kelembaban, sekresi, bakteri kontaminasi dan debu. Kontainer Fluida dapat
dikosongkan dan dibersihkan ketika diperlukan dan lengkap Air Trap dapat
digunakan sampai satu bulan. Bagian nomor, Air Trap (Dewasa) 730954.
Gambar 3.13. Water Trap
10. Ventilator, berfungsi sebagai alat bantu pernafasan pasien, ventilator ini
mengatur volume gas yang masuk pada pasien, mengatur berapa kali didalam
1 menit pasien tersebut bernafas.
Gambar 3.14. Display scan dan kontrol
11
Keterangan :
1. Tampilan - diukur tekanan udara versus 10. Kontrol Rotary - 'Jog Pilih' untuk
waktu grafik
mengubah nilai(dan tekan untuk
2. Tampilan - debit diukur terhadap waktu
tombol input <enter>)
3. (a) Display - puncak diukur tekanan 11. Soft Key - untuk 'batas Tekanan'
(mbar)
pengaturan
(b) Display - dataran tinggi O₂ diukur 12. Soft Key - untuk pengaturan 'PEEP'
13. Soft Key - untuk 'laju alir Inspirasi'
(%), atau rerata tekanan (mbar)
(c) Display - diukur berakhir Pasang
pengaturan
14. Soft Key - untuk pengaturan 'I: E
Surut Volume (ml)
(d) Display - kadaluwarsa dihitung diukur
rasio pengaturan'
15. Soft Key - untuk pengaturan 'Nafas
menit volume (L)
Tingkat'
4. Visual - prioritas tinggi alarm lampu
16. Soft Key - untuk pengaturan 'Inspirasi
sinyal (Red)
5. Visual - Medium prioritas lampu sinyal
Volume
Tidal'(ml)
dalam
CMV. atau 'Target tekanan (mbar)
alarm (kuning)
6. Visual - Audible 'Mute' lampu (kuning)
dalam Mode PCV
17. Soft Key - untuk pengaturan 'Ventilasi
7. Hard Key - 'Audible Mute'
8. Hard Key - 'Otomatis / Standby' Manual
Mode'
18. Indikator Baterai
9. Hard Key - 'Menu Seleksi'
19. Alarm pesan lapangan
2.3
mode
Pengoperasian Mesin Anaesthesi Ventilator
Prosedur Tetap Pengoperasian Anaesthesi Machine adalah bentuk dari standar
yang berupa cara atau langkah-langkah yang harus diikuti dalam melaksanakan
kegiatan pengoperasian Anaesthesi Machine, yang berdasarkan prasyarat dan
urutan kerja yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarkan pada petunjuk
pengoperasian dan petunjuk lain yang terkait, berupa : prasyarat, persiapan,
pemanasan, pelaksanaan pengoperasian, pengemasan dan penyimpanan, agar alat
dapat difungsikan dengan baik untuk memberikan pembiusan kepada pasien
dengan mengalirkan gas anaesthesi untuk menunjang tindakan bedah.
12
Adapun langkah – langkah prosedur tetap pengoperasian mesin anaesthesia
ventilator sebagai berikut :
1. Menempatkan alat pada ruang tindakan !
2. Melepaskan penutup debu. Kunci roda penggerak trolley !
3. Menyiapkan aksesori (Pasien tubing dan face mask) !
4. Menyiapkan gas medis yang diperlukan : O2 dan N2O serta
cairan
anaesthesia!
5. Memeriksa supply gas dan periksa tekanan gas (antara 3,5 s/d 6 Bar)!
6. Memeriksa soda lime/durasobe, ganti bila warna telah berubah!
7. Memasang patient tubing / slang pada alat !
8. Memeriksa semua sambungan gas dari tabung ke alat!
9. Melakukan pengetesan system safety!
10. Melakukan T1 Test setelah berhasil aman untuk dipakai alat siap untuk
digunakan ke pasien dengan mengatur pemilihan pemakaian sesuai petunjuk
dari spesialis!
11.Memperhatikan prosedur tetap pelayanan !
12.Memberitahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan!
13. Mengatur dosis anaesthesi / pembiusan pada vaporizer!
14. Memasang pasien tubing dan face mask pada pasien!
15. Melakukan tindakan (pembiusan),.
16. Melakukan pengamatan operasional alat. Memperhatikan indicator/ monitor/
alarm dan
17. Setelah selesai. Mengembalikan posisi regulator pengatur supply gas/
Rotatometer ke posisi minimum
13
18. Memutuskan supply gas dengan cara mengunci ke posisi OFF dari tabung atau
sumbernya
19. Melepaskan aksesori dari alat dan bersihkan
20. Membersihkan Alat
21. Memastikan peralatan Mesin Anaestesia Ventilator dalam kondisi baik dan
siap difungsikan pada pemakaian berikutnya pasang penutup debu.
22. Menyimpan alat dan aksesoris ke tempat semula.
23. Mencatat beban kerja alat → dalam jumlah pasien.
Hal – hal yang perlu diperhatikan
pada alarm atau tampilan informasi
layar ventilator yang harus diperbaiki sebagai berikut dibawah ini :
(1). Patient pressure high
Sistem ini memicu alarm over pressure jika tekanan udara mencapai atau
melebihi tekanan preset nilai, pada saat yang sama, sistem mulai fase berakhirnya
dengan mematikan aliran gas mengemudi dan membuka katup berakhirnya dan
mengurangi tekanan udara minimum disebut alarm prioritas tinggi. Sinyal itu
akan aktif hanya selama kondisi alarm ada dan dapat diredam selama 120 detik.
Pada waktu alarm visual berkedip selama kondisi alarm ada. Setelah
mengeluarkan penyebab alarm, lampu indikator alarm terus menerus dan harus
diatur ulang dengan menekan tombol alarm.
Alarm prioritas tinggi berhenti
segera sebagai fasa inspirasi telah selesai.

Cara Kerja Mesin Anaesthesia
Oksigen ( O₂ ), Nitrogen (N₂O) masuk kedalam mesin anesthesi dan diatur
alirannya oleh regulator dan berapa besarnya aliran gas dapat dilihat dari
flowmeter, dari flow meter tersebut Oksigen dan N₂O akan bercampur melewati
vaporizer, didalam vaporizer ini oksigen akan membawa partikel-partikel obat
bius Isofluren yang berada didalam vaporizer tersebut, Setelah melewati vaporizer
14
gas yang telah tercampur dengan partikel obat bius tadi akan masuk kedalam
saluran pernafasan melalui masker atau endotracheal tube.
Gambar 3.15. Cara Kerja Mesin Anaesthesi Mesin
Oksigen ( O₂ ), Nitrogen (N₂O) masuk kedalam mesin anesthesi dan diatur
alirannya oleh regulator dan berapa besarnya aliran gas dapat dilihat dari
flowmeter, dari flow meter tersebut Oksigen dan N₂O akan bercampur melewati
vaporizer, didalam vaporizer ini oksigen akan membawa partikel-partikel obat
bius Isofluren yang berada didalam vaporizer tersebut, Setelah melewati vaporizer
gas yang telah tercampur dengan partikel obat bius tadi akan masuk kedalam
saluran pernafasan melalui masker atau endotracheal tube. Setelah masuk kedalam
paru-paru pada saat pasien menghembuskan nafas maka gas tadi akan keluar, pada
proses ini sebagian oksigen akan di filter kandungan karbondioksidanya dan
setelah kandungan karbondioksida hilang oksigen tersebut bisa masuk lagi
kedalam saluran pernafasan, siklus tersebut akan selalu berulang-ulang sampai
pasien tertidur. Setelah pasien tertidur, maka gas N₂O dan obat bius tadi akan
dihentikan. Jadi setelah pasien tertidur gas yang dialirkan hanya Oksigen yang
berfungsi untuk menjaga sistem pernafasan pasien.

Pemeliharaan Mesin Anaesthesia Ventilator
15
Prosedur tetap pemeliharaan adalah standar baku mengenai langkah – langkah
teknis yang harus diikuti oleh teknisi Elektromedis dalam melaksanakan kegiatan
pemeliharaan yang berdasarkan prasyarat dan urutan kerja yang harus diikuti.
Prosedur tetap pemeliharaan ini ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atau
pimpinan perusahaan (swasta) dan disusun berdasarkan service manual
dan
petunjuk lain yang terkait.
Prosedur Tetap Pemeliharaan alat Mesin Anaesthesia Ventilator adalah bentuk
standart
mengenai langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi
Elektromedis dalam melaksanakan pemeliharaan alat Mesin Anaesthesia
Ventilator yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur
ini disusun berdasarkan pada service manual dan petunjuk lain yang terkait,
dengan urutan kerja : pembersihan, pelumasan, pengencangan, pengecekan fungsi
dan kondisi bagian alat, penggantian bahan pemeliharaan, pemeriksaan kinerja,
aspek
keselamatan
kerja
dan
penyetelan/adjustment.
Kesimpulan
hasil
pemeliharaan alat baik atau alat tidak baik.
Adapun rincian langkah – langkah prosedur pemeriksaan mesin anaesthesia
ventilator sebagai berikut dibawah ini :
1. Menempatkan alat pada ruang tindakan !
2. Melepaskan penutup debu!
3. Menyiapkan aksesoris (tubing pasien, cairan anaesthetic, test lung)!
4. Siapkan gas medis yang diperlukan : O₂, N₂O,dan Air dengan tekanan gas
(antara 3,5 s/d 6 Bar) pastikan terhubung ke mesin anaesthesia ventilator!
5. Mengecek sistem aliran Oxigen, Air dan N₂O pada flow tube dengan membuka
regulator sampai ukuran maksimal apakah ada atau tidak ada!
6. Lakukan pengecekan safety system, terdiri dari :
a. Alarm Buzer dan indikasi penumatic, fungsinya untuk mengetahui apabila
tekanan supply oksigen turun dari 3,5 Bar atau habis dan
16
- Caranya dengan melepas supply oksigen dan tunggu beberapa saat sampai
alarm buzer berbunyi, apabila bunyi alarm maka sistem safety tersebut
berfungsi dengan baik.
b. N₂O Cutt Off Swicth berfungsi pada saat oksigen supply turun dari tekanan
3,5 Bar atau habis
maka aliran N₂O ke pasien akan terputus secara
otomatis.
- Caranya mengurangi tekanan supply oksigen atau dilepas tekanan supply
oksigen dibawah 3,5 bar , pada saat buzer berbunyi menandakan oksigen
turun dibawah 3,5 bar atau habis maka aliran N2O yang ke pasien akan
turun secara automatis.
c.
Hypoxic Guard berfungsi untuk ratio / perbandingan antara Oksigen
dengan N2O harus 1 : 2 S/d 1:3
7. Mengecek Basal Flow, dalam posisi ini saklar kontrol memungkinkan O₂ untuk
lolos ke rangkaian logika. Indikator pneumatik hijau seperti gambar dibawah :
Aliran basal 300 ml O₂ ditampilkan di flowmeter ketika regulator diputar ke
posisi 0.
Gambar 4.1. Switch Kendali Utama Pneumatik Indikator Hijau
Dan dalam posisi ini saklar kontrol memungkinkan O₂ untuk lolos ke
rangkaian logika. Indikator pneumatik HIJAU: Aliran basal 300 ml O₂
ditampilkan di flowmeter ketika regulator diputar ke posisi 0.
17
Gambar 4.1.1. Switch Kendali Utama Pneumatik hijau
9. Melaksanakan T1 - Test
9. Oksigen Monitor (pas opsional)
Monitor oksigen adalah pilihan pabrik dipasang di dalam ventilator. Pengguna
akan diminta setiap 6 minggu untuk melakukan kalibrasi, tapi dapat dilakukan
setiap saat. Proses ini berlangsung otomatis dan 180 detik , Hubungkan paru tes
(atau tas reservoir) ke bagian-Y, dari menu utama modus 'layanan' pilih
kemudian O₂ pilih menyesuaikan diri. Pesan-pesan berikut akan terjadi. "Set 5
Liter / menit O₂ gas"
Ketika kalibrasi selesai pesan muncul "Kalibrasi O₂ berhasil" ini ditampilkan
selama 5 detik kemudian mesin otomatis kembali ke menu. (mencapai 100 %),
tetapi Ketika kalibrasi tidak mencapai yang diharapkan atau "Kalibrasi O₂ tidak
berhasil" maka O₂ sensor rusak mungkin limit waktu telah habis maka harus
diganti dengan yang baru.
Adapun
Pesan-pesan yang ditampilkan berikut dapat terjadi selama proses
sebagai berikut dibawah ini :
No.
1.
Tampilan layar ventilator
" .O2 Calibration failed. "
2.
" Water trap not present "
Tindak lanjut pemeriksaan
Periksa koneksi dan tubing!
Periksa sensor dan Periksa pompa!
Periksa perangkap air! mengecek
18
koneksi! gantikan O₂ sensor jika perlu!
3.
" Sensor is used up.
Menggantikan O₂ sensor
perumahan ventilator!
di
4.
"Sensor digunakan upa"
Memeriksa Oksigen dihidupkan!
5.
" Concentration too low.
6.
" Concentration too high.
dalam
Memeriksa oksigen dihidupkan!
Cara penyelesaian mengatasi permasalahan tersebut diatas sebagai berikut :
- Mengembalikan ventilator untuk kondisi pengoperasian normal.
- Melaksanakan Uji T1.
- Jika T1 Test memuaskan, menonaktifkan ventilator, tutup gas mesin anestesi
pasokan dan mengisolasi mesin anestesi dari catu daya listrik.
10. Pengecekan battery
Pengecekan baterai dilakukan pada saat mesin anaesthesia ventilator telah
mendapatkan sumber tegangan dari PLN dan peralatan tersebut dalam keadaan
Swicth ON (hidup) Ventilator Mulai dengan pengaturan default standar, maka
mencoba untuk mematikan atau memutuskan hubungan dengan sumber tegangan
dari PLN tetapi mesin dalam posisi Swicth ON / hidup apakah peralatan tersebut
masih hidup jika hidup maka pengecasan battery masih berfungsi, tetapi jika mati
mungkin battery belum melakukan proses pengisian atau block rangkaian battery
terjadi kerusakan sehingga tidak berfungsi maka perlu diperbaiki agar berfungsi
kembali. Biasanya lamanya waktu ketika baterai yang terisi penuh akan
berlangsung 30 menit.
- Mengembalikan ventilator untuk kondisi pengoperasian normal. Melaksanakan
Uji T1.
- Jika T1 Test memuaskan; menonaktifkan ventilator, tutup gas mesin anestesi
pasokan dan mengisolasi mesin anestesi dari catu daya listrik.
19
2.3
Pemeriksaan Kinerja Enam Bulan
a. Peralatan yang diperlukan:
Uji Flow / Pressure Analyser (Timeter RT 200 atau Respical atau alat lainnya
Seperti Flux ), Multimeter (pengukuran tegangan sampai 20 volt), Doublelumen tubing set (lengkap dengan konektor Luer)- meter 22 mm tabung.
b. Pengecekan Visual
Periksa ventilator dan aksesoris yang terkait sebagai berikut:
- Memeriksa tampilan layar casing untuk tanda-tanda kerusakan!
- Memeriksa layar tampilan untuk kerusakan pada layar dan keypad! Keypad
adalah
rentan terhadap operasi dengan instrumen keras (misalnya pena) yang dapat
menusuk anggota luar brane.
- Memeriksa roda putar kontrol! ternyata bebas dan dapat ditekan ke dalam
untuk pengoperasikan switch.
- Memeriksa sekering apakah terpasang pasang dengan benar dan bahwa label
peringatan yang utuh dan dapat dibaca!
- Memeriksa kondisi semua aksesori, meskipun bellow merupakan bagian dari
mesin anestesi, adalah masuk akal untuk memasukkannya dalam
pemeriksaan ventilator)! Memeriksa bahwa bellow dalam kondisi baik dan
bahwa ruang bellow tidak rusak dan benar dipasang !
- Menguji operasi mekanis katup pembatas tekanan Airway, memastikan
bahwa hal itu dapat diatur melalui rentang penuh!
- Memeriksa apakah semua pipa dalam kondisi baik dan tidak memiliki
Kinks, luka atau kerusakan!
- Memeriksa perakitan lingkaran penyerap untuk kerusakan! Memastikan
bahwa komponen benar semua konektor yang rusak atau tidak!
- Memeriksa apakah semua sensor disertakan dan adapter dalam kondisi baik
dan bahwa mereka konektor tidak rusak!
Peringatan Mode Kalibrasi sebagai berikut :
- Hati-hati
memeriksa
kecil tekanan
menanggung
tubingjika
untuk
kerusakan!
- Transduser
ventilator
dapatsensor
diperbaiki
rusak
diakibatkan tekanan
lebih dari 70 hPa.
- Memeriksa
pemantauan normal
Trap Airmikroprosesor
untuk Oksigenmelindungi
(jika terpasang)!
- Dalam penggunaan
transduser dari tekanan
yang berlebihan,
ini aman penjaga dikeluarkan ketika sedang dalam
- Memeriksa
pengaturannamun
kalibrasi!
mode Calibration.
- Tekanan maksimum yang dapat ditampilkan adalah 72 hPa tekanan lebih besar
-
dari ini dapat memasuki tetapi tidak akan ditampilkan.
Sangat hati-hati harus diambil20
tidak melebihi tekanan 70 hPa sedangkan pada
kompensasi Hardware sebagai realisasi Program.
BAB III
BABY INCUBATOR
3.1
Teori Dasar
Bayi yang lahir dalam keadaan BBLR atau diakibatkan karena lahir dalam
keadaan sakit memerlukan keadaan suhu lingkungan yang stabil sesuai dengan
kebutuhan bayi dan di kontrol. Dengan alasan bahwa bayi dengan BBLR tidak
langsung mampu
menyesuaikan
diri dengan suhu lingkungannya. Hal ini
disebabkan karena bayi mengalami suatu periode atau masa peralihan dari
21
kehidupan intra uterine (dalam rahim) ke kehidupan extra uterine (luar rahim).
Untuk menjaga suhu tubuh bayi agar sesuai dengan suhu dalam kandungan, maka
diciptakanlah suatu alat yang dikenal dengan infant incubator dimana pada alat ini
mampu mengantisipasi suatu keadaan peralihan suhu pada bayi tersebut.
Infant incubator adalah sebuah wadah tertutup , memiliki bagian transparan
yang kehangatan lingkungannya dapat diatur dengan cara memanaskan udara
dengan suhu tertentu dengan dilengkapi kontrol suhu udara otomatis
menggunakan sensor udara yang diatur. Kondisi panas akan diserap melalui
perantara jaringan kulit kealiran darah.
Gambar 3.1 Infant incubator
Pada umumnya infant incubator mempunyai hand access port (lubang untuk
memasukan tangan) yang dilengkapi dengan pintu untuk mengkondisikan bayi
pada suhu ruangan. Dan perawat dapat menaikkan atau memindahkan kerudung
plastik atau membuka suatu panel agar dapat lebih leluasa untuk memindahkan
bayi. Beberapa unit dilengkapi dengan fan yang berfungsi menyebarkan panas
udara keluar pada saat kerudung plastik tersebut dinaikkan.
Proses pemanasan dan pelembaban udara terletak dibawah kasur, terpisah
dengan ruang bayi yang didalamnya dilengkapi dengan fan untuk membantu
proses penyebaran/sirkulasi udara melalui alat pemanas dan wadah tempat air
untuk proses pelembaban udara.
Kebanyakan unit mempunyai dua mode operasi yaitu pengaturan suhu udara
dan pengatur suhu kulit (skin temperature). Perubahan tubuh bayi dapat diukur
secara periodik melalui sebuah thermometer. Pengaturan suhu dapat dilakukan
22
pada control setting, yang mana temperaturnya rangenya dari 28 ºC – 37 ºC , skin
temperature dari 34 ºC – 37 ºC.
3.2
Blok diagram infant incubator
ALARM
POWER
SUPPL
Y
CONTR
OL
CIRCUI
HEATER
DISPLA
Y
FAN
BLOWER
TEMPERAT
CONTROL
HUMIDITY
URE
SKIN TEMPERATUR
CONTROL Gambar 3.2 Blok diagram infant incubator
OXYGE
N
Keterangan dan fungsi blok diagram :
1. Power supply berfungsi mensupply tegangan dan arus ke seluruh blok
2.
rangkaian infant incubator.
Rangkaian control circuit berfungsi untuk mengatur besar suhu yang
3.
diinginkan baik pada chamber atau skin temperatur.
Rangkian heater berfungsi sebagai rangkaian yang merubah tegangan menjadi
4.
panas dimana di dalam rangkaian ini terdapat sebuah element.
Rangkaian display berfungsi merubah data analog ke data digital berupa
sevent segment. Pada display berupa tampilan informasi yang terdeteksi
5.
6.
berupa suhu, skin suhu, humidty dan kadar oksigen di chamber.
Fan blower berfungsi untuk meratakan penyebaran suhu.
Rangkaian temperatur berfungsi mendeteksi panas yang dihasilkan oleh
heater yang kemudian akan memberi informasi ke rangkaian display dan
7.
rangkaian alarm.
Rangkaian alarm berfungsi memberikan sinyal apabila terjadi sesuatu yang
8.
9.
diluar setting.
Rangkaian control humidty berfungsi mengontrol kelembaban pada chamber.
Oxygen berfungsi mendeteksi kadar oksygen yang ada di dalam chamber.
Prinsip kerja keseluruhan dari blok diagram infant incubator secara teknis
adalah sebagai berikut :
23
Pada saat pesawat di hidupkan dengan menekan tombol ON maka blok power
supply akan memberikan
tegangan kepada rangkaian control circuit, alarm,
heater, fan blower, dan sebagainya. Pada rangkaian kontrol terdapat relay yang
merupakan kontak yang mengatur pemberian supply ke heater. Besarnya suhu
panas yang dihasilkan oleh heater dikontrol oleh relay dan rangkaian temperatur
suhu melalui rangkaian control circuit. Panas yang dihasilkan kemudian diratakan
oleh fan blower keseluruh ruangan infant inkubator, sehingga ruangan
mendapatkan suhu yang rata.
Jika suhu setting inkubator belum tercapai sesuai yang diinginkan maka heater
akan tetap bekerja. Sedangkan jika suhu di dalam sudah sesuai dengan
setting maka heater akan berhenti bekerja. Dimana instruksi dari sensor suhu
didalam chamber setelah mendapat deteksi bahwa suhu didalam chamber sudah
sesuai akan memberikan signal ke rangkaian kontrol dan akan membuat relay
tidak bekerja sehingga sumber daya ke heater akan berhenti kerja.
Rangkaian alarm akan berkerja jika terjadi failur atau terjadi masalah pada
unit maka akan mentriger rangkaian alarm untuk bekerja dan alarm akan bunyi.
3.3
Prinsip kerja infant incubator
Sumber tegangan masuk kerangkaian power supply dan di searahkan oleh
rangkaian penyearah dan disesuaikan tegangannya untuk mensupply ke rangkaian
lain, heater membutuhkan supply tegangan yang berasal dari rangkaian power
supply dan dihubungkan oleh sebuah relay. Kemudian temperatur disetting sesuai
dengan kebutuhan, antara suhu yang dihasilkan sensor dan suhu yang diatur
dimasukkan kerangkaian pembanding ( komparator ) saat suhu sensor berada
dibawah suhu setting maka komparator akan menginformasikan sinyal
kerangkaian driver untuk mengaktifkan relay, saat relay aktif dan heater akan
terhubung dengan sumber tegangan maka heater akan bekerja dan menghasilkan
panas.
Dan saat suhu sensor sama dengan suhu setting maka komparator akan
menginformasikan sinyal kerangkaian driver untuk menonaktifkan relay sehingga
memutus arus supply untuk heater dan heater akan berhenti bekerja.
Sensor suhu difungsikan untuk menjaga suhu batas sehingga saat suhu yang
dihasilkan dari pembacaan komporator eror atau tidak merspon lagi maka suhu
24
akan terus naik sehingga ini akan membahayakan bagi bayi untuk itu diperlukan
batas atas yang bisa dibilang sebagai pengaman. Sistem ini akan bekerja secara
terus menerus sehingga akan menjaga suhu yang dikehendaki.
3.3.1 Jenis-jenis infant incubator
1.
Infant incubator memiliki 2 (dua) macam, yaitu :
Infant incubator statis yaitu infant incubator yang digunakan diruang
perawatan bayi. Pada umumnya mengunakan catu daya listrik diruangan dan
dilengkapi dengan tabung oksigen, seperti gambar 1.3.
Gambar 3.3 Infant incubator statis
2.
Infant incubator transport yaitu infant incubator yang digunakan untuk
memindahkan bayi dari satu ruangan ke ruangan lainnya, dapat dimasukan ke
ambulan dengan dilengkapi catu daya baterai dan tabung oksigen seperti
gambar 1.4.
25
Gambar 1.4 Infant incubator transport
Sedangkan berdasarkan jumlah dinding yang dimiliki oleh sebuah infant
incubator dapat dibagi menjadi dua :
1. Infant incubator single wall yaitu inkubator dengan dinding tunggal (satu
2.
dinding).
Infant incubator double wall yaitu inkubator dengan dinding ganda (dua
dinding).
Pada infant incubator dengan single wall bisa menjadi infant incubator double
wall jika ditambah dengan inner wall pada bagian dalam top wall infant incubator
tersebut. Dengan tujuan membantu meminimalkan fluktuasi suhu ketika pintu
infant incubator terbuka. Inner wall berfungsi juga sebagai tirai udara pasif yang
membantu untuk mengurangi kehilangan panas konvektif ketika pintu infant
incubator terbuka.
3.3.2 Perpindahan panas
Panas adalah bentuk energi yang bergerak. Jika dua benda memiliki suhu yang
berbeda atau dua bagian dari suatu benda memiliki suhu yang berbeda, maka
panas akan mengalir dari benda ( bagian benda) yang bersuhu rendah. Ada
beberapa prinsip perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan
evaporasi. Energi yang hilang atau masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit
dapat secara keempat prinsip tersebut.
26
3.3.2.1
Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas oleh tumbukan antar molekul yang
bertetangga. Atau juga dapat diartikan proses perpindahan panas dari suatu obyek
yang bersuhu lebih tinggi ke obyek yang bersuhu rendah dengan jalan kontak
langsung. Misalnya jika kita memegang batang besi yang bagian ujungnya
dipanaskan di api, maka panas akan segera terasa oleh tangan kita melalui
konduksi. Proses perpindahan panas akan terus berlanjut selagi masih ada beda
suhu antara bagian batang besi tersebut.
3.3.2.2
Konveksi
Konveksi adalah aliran panas melalui fluida dari tempat yang bersuhu tinggi
menuju benda yang bersuhu rendah dengan gerakan atau aliran partikel-partikel
fluida itu sendiri. Pada konveksi, kalor berpindah bersama-sama dengan
perpindahan partikel zat. Beberapa contoh peristiwa konveksi adalah terjadinya
angin laut dan angin darat. Pada siang hari suhu udara didarat lebih tinggi dari
pada suhu permukaan laut sehingga terjadi aliran udara dari laut ke darat (angin
laut). Sedangkan pada malam hari udara di darat suhunya lebih rendah dari pada
suhu dipermukaan laut (angin darat). Contoh lain adalah sistem pemanas air dan
ventilasi udara.
3.3.2.3
Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas oleh gelombang elektromagnetik.
Gelombang elektromagnetik tersebut bergerak dengan kecepatan 186 mil/s atau
300 juta m/s, dan untuk bergerak tidak memerlukan medium perantara. Jika kita
meletakan tangan disamping api maka tangan akan terasa panas. Panas
merambatb melalui radiasi. Sumber energi radiasi yang utama adalah matahari.
Pada lampu listrik, energi dipancarkan dari filament yang dipanaskan melewati
tabung gas walaupun di dalam tabung tidak ada gas. Hal ini membuktikan
perambatan panas melalui radiasi tidak membutuhkan perantara.
27
3.3.2.4
Evaporasi
Evaporasi adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi uap. Manusia
kehilangan sekitar 9.103 kalori/gram melalui penguapan paru-paru. Dengan
aktifitas berat atau lingkungan panas, seseorang akan minum 4 liter/jam, ini
merupakan suatu proses pertukaran energi thermal. Kehilangan panas secara
evaporasi dapat terjadi apabila :
1. Perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit dengan udara ambien
(lingkungan).
2. Temperatur lingkungan rendah dari normal sehingga evaporasi dari
keringat dapat terjadi dan dapat menghilangkan panas dari tubuh, hal ini
dapat terjadi apabila temperatur basah kering dibawah temperatur kulit.
3. Adanya gerakan angin.
4. Adanya kelembaban.
3.4
Aliran udara dalam ruang infant incubator
Penyebaran udara panas ke dalam ruangan infant incubator adalah melalui
ventilasi yang berada dibawah matras infant inkubator. Seperti yang terlihat pada
gambar 1.5.
Penyebaran panas yang akan digunakan untuk penghangat bayi
dilakukan oleh fan yang telah di filter sebelum memasuki tempat penghangat
bayi, yang diharapkan mendapatkan udara bersih untuk masuk ke dalam
infant inkubator. Dan kedua-duanya, antara kelembaban dan temperatur dapat
di jaga dengan baik keseimbangannya sehingga baik untuk pertumbuhan bayi.
Gambar 1.5 Aliran udara dalam ruang infant incubator
28
3.5
Prosedur
Tetap
Pengoperasian
Inkubator
Perawatan
Inkubator perawatan adalah alat yang digunakan untuk merawat bayi prematur
atau mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) dengan cara memberikan
temperatur dan kelembaban yang stabil sesuai dengan kondisi dalam kandungan
ibu.
A. Prasyarat
1. SDM terlatih.
2. Catu daya sesuai kebutuhan alat.
3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian.
4. Alat laik pakai dan dalam keadaan bersih.
5. Aksesori alat lengkap dan baik.
6. Bahan operasional tersedia.
B. Persiapan
1. Tempatkan alat pada ruang perawatan
2. Lepaskan penutup debu (dust cover)
3. Periksa pengatur kasur, sungkup pengontrol, volume air, tabung oksigen
termasuk flow meter, kondisi filter dan skin sensor temperatur.
4. Siapkan dan pasang aksesories dengan baik dan benar
5. Siapkan bahan operasional
6. periksa hubungan alat dengan terminal pembumian.
C. Pemanasan
1. Hubungkan alat dengan catu daya
2. Hidupkan alat dengan sumber gas oksigen.
3. Atur dan cek regulator temperatur, humidity, fan, alarm untuk mengetahui
fungsi alat.
4. Hubungkan alat dengan sumber gas oksigen.
5. Lakukan pemanasan secukupnya.
D. Pelaksanaan
1. Perhatikan protap pelayanan.
2. Isi aqua secukupnya.
3. Atur temperatur selektor secukupnya.
4. Atur aliran oksigen sesuai keperluan.
5. Pasang skin sensor temperatur apabila ada.
6. Lakukan pelayanan.
7. Lakukan pemantauan terhadap :
29
- Temperatur chamber.
- Kelembaban
- Oxygen flow meter
E. Pengemasan / penyimpanan
1. tutup regulator pada tabung oksigen.
2. kembalikan posisi regulator ke posisi minimum.
3. matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF keposisi OFF
4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
5. Buang sisa air humidifier.
6. Bersihkan alat dan ganti alas bayi.
7. Pasang penutup debu (dust cover).
8. Simpan alat pada tempatnya.
9. Catat beban kerja alat -> dalam jumlah pasien
3.6
Prosedur Tetap Pemeliharaan Infant Inkubator
Prosedur tetap pemeliharaan alat infant inkubator
adalah bentuk standar
mengenai langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis
dalam melaksanakan pemeliharaan alat infant inkubator, yang berdasarkan
prasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarakan
pada service manual dan petunjuk lain yang terkait, dengan urutan kerja :
pembersihan, pelumasan, pengencangan, pengecekan, pengecekan fungsi dan
kondisi bagian alat, penggantian bahan pemeliharaan, pemeriksaan kinerja, aspek
keselamatan kerja dan penyetelan / adjustment. Kesimpulan hasil pemeliharaan
alat baik atau alat tidak baik.
Tujuan :
1. Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
2.
Alat selalu dalam kondisi siap dan laik pakai, sehingga usia teknis alat
dapat tercapai.
Petugas : Teknisi Elektromedis
30
Peralatan :
1. Alat Kerja : Tool set Mekanik
Vacuum Cleaner
Tracker
2. Alat ukur
Multimeter
(terkalibrasi)
Leakage current meter
Ground tester
Timer
Tachometer
(terkalibrasi)
(terkalibrasi)
(terkalibrasi)
(terkalibrasi)
Prosedur :
A. Prasyarat
1. SDM terlatih.
2. Peralatan kerja lengkap.
3. Dokumen teknis penyera, lengkap.
4. Bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu, tersedia.
5. Mekanisme kerja keras.
B. Persiapan
1. siapkan surat perintah kerja (SPK).
2. Siapkan formulir laporan kerja.
3. Siapkan dokumen teknis penyerta :
a. Service manual.
b. Wiring diagram.
4. siapkan peralatan kerja
a. tool set elektrik.
b. Multimeter.
c. Leakage current meter.
d. Thermometer.
5. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu :
a. contak cleaner.
b. Cairan pembersih.
c. Kain lap/ kertas tissue
d. Kuas.
e. Bacterial filter
f. akuades
g. baterai.
h. Lampu indikator.
i. Gas oksigen.
6. Pemberitahuan kepada pengguna.
C. Pelaksanaa
No.
1.
2.
3.
4.
Kegiatan pemeliharaan
Cek dan bersihkan seluruh bagian alat
Cek tombol/switch, perbaiki bila perlu
Cek dan bersihkan penampung akuades, isi bila perlu
Cek filter bakteri, ganti bila perlu.
31
periode
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Cek main hole,ganti bila perlu.
Cek fungsi selungkup alat,.
Cek fungsi roda, perbaiki bila perlu.
Cek sistem catu daya,perbaiki bila perlu.
Cek fungsi thermometer, ganti bila perlu.
Cek fungsi pengatur kelembaban, ganti bila perlu.
Cek fungsi skin probe, bila punya lebih dari 1 inkubator,
13.
14.
15..
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22
lain.
Cek tekanan maksimum dan minimum gas oksigen
Cek fungsi alarm, perbaiki jika perlu
Cek fungsi kipas, perbaiki jika perlu
Cek kondisi baterai, ganti bila perlu.
Cek seluruh fungsi indikator/disply indikator,meter,
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
Perhatikan probe agar tidak tertukar satu dengan yang
pengukur tekanan,digital disply, perbaiki bila perlu.
Cek temperatur kontrol,perbaiki bila perlu.
Lakukan pengukuran arus bocor
Lakukan pengukuran tahanan kabel pembumian alat
Lakukan uji kineja alat
6 bulan
6 bulan
6 bulan
6 bulan
6 bulan
6 bulan
6 bulan
1 bulan
1 bulan
3 bulan
D. Pencatatan
1. Isi kartu pemeliharaan alat.
2. Isi formulir laporan kerja
3. Pengguna alat menandatangani laporan kerja dan alat diserahkan
kembali kepada pengguna alat.
E. Pengemasan alat kerja, dan dokumen teknis penyerta.
1. Cek alat kerja dan sesuaikan dengan catatan
2. Cek dan rapikan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula.
F. Pelaporan.
1. Laporkan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas.
3.7
Prosedur
Tetap
Pemantauan
Fungsi
Infant
Inkubator
A. Ruang lingkup pemantauan.
Prosedur ini digunakan untuk pemantauan fungsi infant inkubator.
1. Uji kualitatif
a. Pemeriksaan kondisi fisik alat beserta bagian bagiannya
32
b. Pemeriksaan fungsi komponen alat.
2. Uji kuantitatif
a. Pengukuran catu daya.
b. Pengkuran temperatur dan kelembaban ruang.
c. Pengukuran aspek keselamatan
d. Pengukuran kinerja.
3. Prasyarat
a. SDM terlatih.
b. Peralatan kerja lengkap.
c. Peralatan ukur lengkap.
d. Bahan operasional cukup.
4. Persiapan
1) Sipakan surat perintah kerja (SPK).
2) Siapkan formulir lembar kerja.
3) Siapkan formulir laporan kerja.
4) Siapkan preralatan kerja.
a. Tool set.
b. Multimeter.
c. Leakage current meter.
d. Thermometer.
e. Hygrometer.
5) Pemberitahuan kepada pengguna alat.
5. Prosedur kerja
1) Lakukan pendataan alat, meliputi :
a. Nama alat
b. Merk
c. Type / odel.
d. Nomor seri
2) Lakukan pemantauan / pengukuran kondisi lingkungan, meliputi :
a. Catu tegangan
b. Temperatur ruanga
c. Kelembaban ruang
3) Lakukan pemeriksaan kondisi fisik alat (secra visual), meliputi :
a. Chasis /selungkup
b. Kotak kontak
c. Terminal pembumian
d. Pengatur/ saklar.
e. Pemutus arus / sikring
f. Baterai
g. Konektor
h. Selang
i. Aksesori
j. Kebersihan alat
4) Lakukan pengukuran keselamatan kerja, meliputi :
a. Arus bocor
5) Hidupkan alat, lakukan pengecekan terhadap :
a. Heater
b. Motor fan
33
c. Alarm
d. Tanda tampilan
e. Temperatur kontrol
f. Keluhan pada alat
6) Tentukan kesimpulan pemantauan fungsi terdiri dari
a. Alat layak difungsikan
b. Alat tidak layak difungsikan
6. Pencatatan
1) Catat hasil pemnatauan fungsi, pada lembar kerja
2) Berikan saran tindak lanjut
3) Pengguna alat menandatangani lembar kerja pemantauan fungsi
7. Pengemasan alat kerja, alat ukur dan lembar kerja
8. Laporkan hasil pemantauan fungsi kepada pemberi tugas.
3.8
Tujuan
Prosedur Tetap Perbaikan Infant Inkubator
: Agar perbaikan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
34
Alat yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dan berfungsi
Petugas
Peralatan
kembali
: Teknisi Elektromedis
: Alat Kerja : Tool set Elektronik
Trecker
Alat ukur : Multimeter
Leakage current meter
Ground tester
Timer
Tachometer
(terkalibrasi)
(terkalibrasi)
(terkalibrasi)
(terkalibrasi)
(terkalibrasi)
Prosedur
:
A. Persiapan
1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK )
2. Siapkan formulir lembar kerja perbaikan.
3. Siapkan :
a.
4.
5.
6.
7.
Service
Manual,
diagram ( schematic / wiring)
Protap perbaikan dan protap pengoperasian alat.
Siapkan alat kerja dan alat ukur
Siapkan bahan perbaikan dan material bantu.
Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat.
B. Pelaksanaan
1. Lakukan analisis kerusakan :
- Tanyakan kepada pengguna alat, mengenai gejala kerusakan.
- Lakukan trouble shooting, untuk mengetahui penyebab kerusakan,
bagian alat / komponen / suku cadang yang mengalami kerusakan.
( perhatikan panduan analisis kerusakan, service manual dan diagram ).
- lakukan identifikasi, bagian alat / komponen/ suku cadang yang rusak,
lengkap dengan data teknis dan nomor catalog.
2. Siapkan suku cadang yang diperlukan
3. Lakukan langkah perbaikan ( dengan atau tanpa suku cadang )
4. Lakukan penyetelan / adjustment, kalibrasi internal
5. Lakukan uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan kerja.
C. Pencatatan
1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja perbaikan dan SPK.
2. Kesimpulan hasil perbaikan
- Alat baik.
- Alat tidak baik
3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar kerja perbaikan dan SPK,
sebagai bukti perbaikan alat telah dilaksanakan.
D.
Pengemasan.
35
1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan Lembar kerja.
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat
4.
semula.
Bersihkan alat Centrifuge dan lokasi perbaikan
E. Laporan.
1. Laporkan hasil perbaikan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan
serahkan kembali alat Centrifuge yang telah diperbaiki.
2. Laporkan hasil perbaikan alat kepada pemberi tugas.
BAB IV
INFUSE PUMP
4.1
Prinsip Kerja
Infuse pump adalah alat yang digunakan untuk mengirim cairan dengan teliti
melalui intravenous (IV) atau epidural route untuk tujuan pengobatan atau
therapy yang seringdigunakan di rumahsakit.
Secara umum, infuse pump digunakan ketika memerlukan dosis dengan
akurasi yang tinggi atau aliran yang lebih besar dibandingkan dengan pengiriman
cairan secara manual. Karena memerlukan keakurasian dalam pengiriman cairan,
infuse pump telah terbukti bermanfaat dalam aplikasi seperti : continuous
epidural
anesthesia,
pengiriman
dari
obat-obatan
IV
cardiovascular,
chemotherapy dan autotransfusion, demikian pula untuk aplikasi pediatric dan
untuk terapi dirumah.
Blood infusion juga bisa dilakukan pada beberapa pompa walaupun beberapa
pompa memerlukan persyaratan khusus untuk aplikasi ini tekanan maksimum
memperbolehkan maksimum aliran settingnya (≥ 999 mL/hr).
Infuse pump dapat men-supplay tekanan yang lebih tinggi dibandingkan
penggunaan infuse set secara manual yang dipengaruhi oleh gravitasi, sebagai
36
contoh, mengirim cairan kental melalui bacterial filter atau mengirim arterial
infusions.
Microinfusion pumps secara tipikal mempunyai control, display, dan infusion
set yang mirip dengan infuse pump pada umumnya tetapi mempunyai setting
aliran lebih rendah (0.1 – 99.9 mL/hr) dan ini biasanya digunakan pada area
neonatal critical care, bersama-sama syringe pump dan sekarang banyakin fuse
pump mempunyai setting aliran serendah microinfusion pumps.
Infuse pump mendorong cairan masuk kedalam sistem sirkulasi pasien dengan
tekanan yang lebih tinggi dari tekanan cairan pasien. Nilai tekanan cairan dalam
tubuh pasien :
 Pembuluh darah biasanya kurang dari 8 lbf / in ² ( 55 kPa ).
 Epidural dan subcutaneous biasanya kurang dari 18 lbf / in ² ( 125 kPa ).
Ditinjau dari tipe pompanya, alat ini di bedakan menjadi 2 yaitu :
 Pompa volume besar (biasa disebut infusion pump ) yang mampu
memompa nutrisi yang lebih banyak untuk kebutuhan pasien. Pompa
volume besar menggunakan system pompa peristaltic, bentuknya
menyerupai jari dan bekerja dengan menekan selang infuse secara
berurutan.
Gambar 2.1 Model pompa peristaltik dan sekrup
 Pompa volume kecil (biasa disebut syringe pump) yang biasanya
digunakan untuk memasukan hormone (seperti insulin) atau obat (seperti
opiates). Pompa volume kecil menggunakan system pompa yang bekerja
seperti sekrup. Ketika diputar pompa akan mendorong maju ataupun
mundur.
System pengaman :
37
 Baterry, pompa dapat beroperasi jika sumber listrik kealat diputus atau
terputus dari alat.
 Anti-free-flow device, mencegah darah mengalir dari tubuh menuju pompa
ketika pompa infus sedang set-up.
 Down preasure sensor, mendeteksi bila pembuluh darah pasien terhambat.
 Air in line detector, menggunakan gelombang ultrasound untuk mendeteksi
adanya gelembung udara pada saat mendistribusikan cairan kedalam tubuh.
 Up preasure sensor, mendeteksi ketika kantong infuse atau syringe kosong
(system pengaman yang umum digunakan).
Gambar dibawah dapat dilihat bahwa sistem infus ke pasien masih ditekan
dengan gaya gravitasi dan diatur dengan hitungan tetes per menit secara manual
dengan pengatur.
Gambar 2.2 Pengaturan tetesan infus secara manual
Selain pengaturan secara manual, infuse pump juga ada yang menggunakan
penghitungan tetes permenitnya menggunakan sistem elektronik seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.3 Contoh aplikasi pembacaan tetesan secara elektronik
38
Mesin peristaltic paling umum adalah linear peristaltic device, yang mana
menggunakan fingerlike disk ke occlude IV tabung berturut-turut pada rippling
dan bergeraksecarawavelike. Jenis kedua dari mesin pompa menggunakan kaset
yang dihubungkan dengan syringelike yang lain atau pistonlike device dan tabung
dari dua sisi. Pada syringe cassette, motor-driver memindahkan plunger ke dalam
atau keluar cylinder. Didalam pergerakan pompa cairan keluar dari cassette ke
arah pasien, sementara gerakan keluar menarik cairan segar dari solution
container untuk mengisi ulang cassette. Pada beberapa cassette, klep mengarahkan
aliran sepanjang jalur yang diinginkan sesuai dalam siklus plunger.
Gambar 2.4 Aplikasi dengan menggunakan pengatur kaset
Sebagian besar infuse pump memungkinkan pemakai untuk memilih dosis
atau volume untuk di-infus-kan . Jika batas ini dicapai sebelum sumber cairan
kosong, maka sebagian besar pompa akan alarm dan selanjutnya cairan infuse
lajunya sangat rendah untuk mencegah jarum infusion clogging, aliran rendah ini
disebut ”keep vein open” atau KVO rate.
Pesawat infuse pump merupakan salah satu alat bantu kedokteran yang
dirancang untuk mengontrol dan mengatur pemberian cairan, obat, atau nutrisi ke
dalam sistem sirkulasi pasien. Menggunakan intravenously, subcutaneous,atrial
atau epidural. Unsur terpenting pada pesawat infuse pump adalah sistem
pengontrolan kecepatan tetesan cairan infus dengan menggunakan sistem mekanik
pemompaan yang dikendalikan secara elektronik.
39
40
4.2
Blok Diagram Infuse Pump Terumo TE-112
Motor
Lampu
revolution
M
displa
Reset/fai
l
Motor drive
save
circuit
circuit
circuit
Display
E²PROM
Buzzer
board
CPU
drive
Clock
y
LCD
displa
Switch
unit
circuit
IV
Control
set
Air in line
circuit
selection
detect
board
Detection
Occlusion
unit
detect unit
Detectio
n unit
circuit
Door
ci
detecttci
Drop
Delivery
sensor
detect
Alarm
Nurse
terminal
circuit
CPU
rcuit
Dip switch
Power
AC
Power supply
line
+12V
switch
Power
ON/OFF
switch
AC
+5V
100~240V
regulator
power
Charger
Fuse
circuit
terminal
41
Battery
Gambar 2.6 Blok diagram Infuse Pump TE-112
Dari gambar 2.6 blok diagram Infuse Pump Terumo TE-112 diatas
ditunjukkan bahwa secara garis besar bagian itu terbagi menjadi :
1. Control circuit board, CPU unit berfungsi untuk:
a. Reset
b. E²PROM
c. Contorl CPU
d. Serial data komunikasi
e. DIP switch
f. Manufacture select slide switch
2. Display circuit board, CPU unit berfungsi untuk :
a. Display CPU
b. LCD display
c. LED display
d. TACT switch (power, start/stop, silence,purge,etc)
e. Lamp display (start/silence, battery alarm, etc)
f. Serial data komunikasi
3. I/O unit berfungsi untuk :
a. Buzzer activated
b. Motot activated
c. Deteksi delivery
d. Deteksi air-in-line
e. Deteksi occlusion
f. Deteksi temperatur
g. Door detection
h. Pengaman
i. Nurse Control
4. Power supply unit berfungsi untuk :
a. AC100~240
b. 12V switching regulator
c. Battery
d. Charge
e. Voltage drop detection
f. Normal/battery judgment
4.3
Protap Penggunaan Infuse Pump
Prosedure tetap pengoperasian infusepump adalah bentuk dari standar yang
berupa cara atau langkah-langkah yang harus diikuti dalam melaksanakan
kegiatan pengoperasian infusion pump. Prosedur ini disusun berdasarkan pada
42
petunjuk pengoperasian
persiapan,
pemanasan,
dan petunjuk lain yang terkait, berupa: prasyarat,
pelaksanaan
pengoperasian,pengemasan
dan
penyimpanan,agar alat dapat difungsikan dengan baik.Adapun prosedur
pengoperasian infuse pump adalah sebagai berikut :
1. Menempatkan alat pada ruang tindakan.
2. Melepaskan penutup debu.
3. Memasang cairan infuse dan hubungan ke alat.
4. Pasang Infusion set.
5. Menghubungan alat dengan catu daya.
6. Menghidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi ON.
7. Mengecek fungsi alarm.
8. Melakukan pemanasan secukupnya.
9. Memperhatikan protap pelayanan.
10. Memberitahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan.
11. Mengalirkan cairan infuse ke infusion set.
12. Menentukan jumlah tetesan permenit.
13. Mengatur alarm pada posisi ON.
14. Melakukan tindakan.
15. Setelah tindakan selesai, lalu mematikan alat dengan menekan/memutar
tombol ON/OFF ke posisi OFF.
16. Melepaskan hubungan alat dari catu daya.
17. Melepaskan infusion bag dan melepaskan slang-slang infuse. Lalu
memastikan bahwa infuse pump dalam kondisi baik dan dapat difungsikan pada
pemakaian berikutnya.
18. Memasang penutup debu.
19. Menyimpan infusepump ditempatnya.
20. Mencatat beban kerja →dalam jumlah pasien.
4.4
Pemeliharaan Infuse Pump TE-112
Menurut buku service manual Infuse Pump TE-112 hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemeliharaan alat ini adalah :
adalah sebagai berikut:
1. Inspeksi sebelum alat dipakai (dilakukan setiap waktu) :
a. Check bodydan pole clamp.
b. Check battery.
c. Check power ( indikator battery nyala saat alat
terhubung ke listrik).
d. Check charge lamp ON saat AC power on.
e. Check start/stop/silence switch.
43
2. Check operasional (setiap 2 bulan):
a. Check tube clamp.
b. Deteksi occlussion.
c. Check flow rate.
d. Check air-in-line sensor.
e. Check drop sensor.
f. Check battery(apakah bisa mendukung kerja alat minimal 3jam).
3. Inspeksi yang dilakukan setiap tahun :
a. Check Electrical Safety test.
b. Check : buzzer volume, computer interface, nursecall, check power on off,
parameter setting, plunger/clutch ).
c. Check Performance ( deteksi ukuran Syringe/spuit, alarm jika cairan
habis/nerarly empty,occlusion, flow rate,waktu kerja battery ).
d. Checkbody/cassing.
4. Life time sparepart:
a. Battery
: 1,5~2 tahun
b. Pole clamp
: 2~3 tahun
c. Door unit
: 2~3 tahun
d. Front casing (panel etc.) : 1,5~2 tahun
e. Motor unit
: 2~3 tahun
f. Drop sensor unit
: 2~3 tahun
4.5
Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan
Sebagaimana ditetapkan pada Permenkes No. 363 / Menkes / Per / IV / 1998
alat kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan wajib diuji atau
dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun.
Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria :
1) Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.
2) Masa berlaku sertifikat pengujian atau kalibrasi telah habis.
3) Diketahui penunjukannya atau keluarannya atau kinerjanya (performance)
atau keamanannya (safety) tidak sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda
masih berlaku.
4) Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat masih berlaku.
5) Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat
dan tanda masih berlaku.
6) Jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau
rusak,sehingga tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya.
44
Tingkat teknologi, beban kerja dan umur sangat mempengaruhi kinerja alat
kesehatan, baik untuk akurasi, ketelitian maupun keamanannya. Oleh karena itu
selang waktu pengujian atau kalibrasi ulang peralatan kesehatan, dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut di atas. Alat kesehatan dinyatakan lulus pengujian atau
kalibrasi apabila :
1) Penyimpangan hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai yang
diabadikan pada alat kesehatan tersebut, tidak melebihi penyimpangan
yang diijinkan.
2) Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja, berada dalam nilai ambang
batasyang diijinkan.
4.6
Pengujian Alat Kesehatan
Pengujian
alat
kesehatan
merupakan
keseluruhan
tindakan
meliputi
pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat kesehatan,
sehingga dapat dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap keselamatan kerja
dan spesifikasinya. Dengan pelaksanaan kegiatan pengujian, dapat dijamin
peralatan kesehatan bersangkutan aman dan laik pakai dalam pelayanan
kesehatan. Kegiatan pengujian dilakukan terhadap alat kesehatan yang tidak
memiliki standar besaran yang terbaca yang berarti tidak terdapat nilai yang
diabadikan pada alat kesehatan bersangkutan, sehingga pengujian dilaksanakan
mengacu pada:
1) Nilai standar yang ditetapkan secara nasional maupun internasional, misalnya
arus bocor, frekuensi kerja dan paparan radiasi.
2) Fungsi alat dalam pelayanan kesehatan, misalnyakuat cahaya, dayahisap,
sterilitas, putaran, energi dan temperature.
3) Pengujian alat kesehatan dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut:
a) Pengukuran kondisi lingkungan.
b) Pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat.
c) Pengukuran keselamatan kerja.
d) Pengukuran kinerja.
45
BAB V
Continous Positive Airway Pressure (CPAP)
5.1
Definisi
Continous Positive Airway Pressure (CPAP) dirancang oleh Profesor Colin
Sullivan dari University of Sydney pada tahun 1971. Alat Continous Positive
Airway Pressure (CPAP) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membantu
penunjang hidup pada bayi pada saat nafas spontan . Adapun tujuan
penggunaanya untuk mempertahankan ventilasi pada paru – paru nafasannya,
karena tingginya resistansi jalan nafas akibat regangan alveoli, yaitu pada keadaan
dimana pertukaran oksigen terganggu dan pada saat alveoli akan mempertahankan
jalan nafas, dengan mencegah paru – paru menguncup.
Komponen inti untuk pengaturan besarnya persentasi kadar konsentrasi
oksigen yang hendak diberikan ke pasien ditentukan oleh besaran parameter yang
diatur pada mixer (Pencampur) dimana range mixer bervariasi antara 21 % sampai
dengan 100 % oksigen yang diberikan. Besaran range parameter ini diatur dengan
memperhatikan kebutuhan pasien.
Idealnya penggunaan CPAP secara continous harus selalu memperhatikan
beberapa komponen pendukung lainnya agar penggunaannya akan memaksimal
kinerja dari alat itu sendiri.
5.2
Fungsi
CPAP adalah memanfaatkan tekanan udara positif secara terus menerus fungsi
utamanya adalah untuk memompa udara bertekanan kedalam paru–paru pasien,
dan memastikan bahwa supply oksigen yang cukup mencapai paru–paru, ini telah
menjadi pengobatan yang besar bagi penderita apnea tidur karena gangguan yang
ditandai dengan episode sesaat tidak bernafas karena saluran udara runtuh atau
terhambat. Aliran kuat udara mendukung dinding saluran udara, sehingga saluran
udara tetap terbuka. CPAP neonatal digunakan untuk bayi prematur atau bayi lahir
dengan kasus komplikasi, terutama pada sistem pernafasan. Selain memberikan
oksigen yang cukup untuk bayi sehingga mendapatkan efek positif.
46
5.3
Blok Diagram CPAP
Gambar 5.1 Blok Diagram CPAP System- Aktif
5.4
Prinsip Kerja Alat CPAP
Gambar 5.2 CPAP Tampak Keseluruhan
Adapun prinsip kerja Continous Positive Airway Pressure secara teknis
sebagai berikut :
47
1. Oksigen dan udara tekan masuk ke inlet blender atau O2 mixer dengan
tekanan1 : 1 antara 3 – 7 bar dengan bersamaan melalui pipa oksigen
warna putih garis merah dan pipa udara tekan warna putih garis biru, agar
tidak salah dalam pemasangan dan biasanya ada penulisan pada bagian
inletnya, Jika perbandingan masukan inlet tidak sesuai dengan
perbandingan 1 : 1 maka alaram akan berbunyi ini menandakan masukan
gas inlet tidak sesuai.
2. Blender atau O2 mixer menerima inputan dua jenis udara dengan tekanan
masuk yang sama, dua udara tersebut tercampur sehingga keluaran
konsentrasi gas oksigen sesuai dengan kebutuhan dosis setingan pada
blender / O2 mixer mulai dari 21%, 30%, 40 %, 50 %, 60 %, 70 %, 80 %,
90 % dan 100 %.
3. Konsentrasi gas oksigen yang dibutuhkan oleh pasien dilewati melalui
circuit CPAP menuju heated humidifier untuk pasien non – invasive
mulaisuhu 32 ºC (padapasien) dantoleransi - 2ºC (pada chamber) sehingga
kabut kondensasi di dalam circuit menuju humidifier cukup. Apabila tidak
ada kabut sama sekali makanaikkan suhu pada chamber, jika terlalu
banyak diturunkan dengan pengaturan setingan parameter humidifier, ini
justru aplikasi dokter.
4. Oksigen dari heated humidifier masukke CPAP generator dan dipasang
pada pasien melalui masker agar oksigen tetap stabil. Pada circuit suhu
dapat dipantau melalui sensor suhu antara ouput heated humidifier dengan
input CPAP generator.
5. Setelah terpasang CPAP Generator, pasien bernafas spontan dengan
menerapkan tekanan udara positif terus menerus membantu pembukaan
paru-paru dan membantu pertukaran gas tingkatkan.
6. Aliran gas yang bertekanan antara 3-7 bar juga dapat dipantau pada
manometer yang terpasang pada CPAP generator.
7. Semakin besar tekanan yang diatur pada flow meter maka semakin besar
pula aliran udara yang diteruskan pada CPAP generator.
48
5.5
Standar Operasional Prosedur Alat CPAP
Pra Pengoperasian
1. Persiapkan alat CPAP dan semua kelengkapann
2. Hubungkan semua kompenen pendukungnya dengan unit alat CPAP
3. Isikan aquades pada botol FEED ( botol kolep ) dengan cara membuka
atas dan memperhatikan garis level minimum dan maksimum.
Gambar 5.3 Botol PEEP Tempat Pengisian Aquabides
4. Isi aquabides untuk kedalam chamber humidifier melalui lubang atas
dan perhatikan garis level minimum dan maksimum
5. Dan gantungkan aquabides untuk menhindari kekurangan aquabides
pada humidifier ( saat terjadinya pemanasan pada chamber )
49
Gambar 5.4 Chamber Humidifier di isikanAquabides
6. Sambungkan semua breating circuit secara benar dan tepat.
7. Jika menggunakan oksigen tabung pastikan gas oksigen penuh.
5.6
Pengoperasian CPAP Sechrist
1. Perhatikan SOP
2. Atur tekanan bar yang akan keluar dari tabung dengan cara memutar
saklar regulator warna biru ( biasanya diberikan 50 bar) dan angka
pemberiannya bisa diamati pada skala meter kedua skala meter
pertama
menunjukkan angka isi dalam tabung oksigen.
Gambar 5.5 OksigenTabungdan Regulator
3. Hidupkan kompressor medical grid
50
4. Atur tekanan inlet oksigen dari tabung dan tekanan udara inlet
kompressor 1 banding 1 dengan menarik keatas dan memutar
kemudian tekan kembali untuk mengunci.
Gambar 5.6 Regulator Pengatur Tekanan
5. Tekan tombol hudimifier untuk mengaktifkannya,
hingga muncul tampilan digital pada layar,
tunggu sesaat
lalu pindahkan menu
sesuai dengan pemakaian infasive ataun on-invasive, atur suhu yang
diinginkan (AplikasiDokter)
6. Atur besaran parameter mixer untuk memberikan besaran persentase
oksigen yang hendak diberikan ke pasien 21 % sampai dengan 100% (
aplikasi dokter ).
7. Atur jumlah besaran Lpm yang hendak diberikan ke pasien dengan
cara memutar saklar regulator flow
meter
dan biasanya diberikan
antara 1 – 3 Lpm tergantung diagnose ( aplikasi dokter )
Gambar 5.7 Pengaturan Besaran Kadar 02 dari 21% Sampai 100 % dan Pengaturan. Flow Meter
1 sampai 3 Lpm.
51
8. Atur besaran PEEP dengan cara menarik dan menekan gagang PEEP
besaran skala parameter yang diberikan tergantung pada kasus atau
biasanya 3 sampai 5 ( aplikasi dokter ) . Seperti gambar di bawah ini :
Gambar 5.8 Pengaturan Besaran PEEP
9. Tes
kebocoran
sebelum
alat
disambungkan
kepasien
dengan
menghubungkan antara ujung breating circuit inpirasi dan expirasi.
Perhatikan: Keadaan normal tanpa bocorakan terjadi gelembung
air pada botol PEEP. Jika tidak ada gelembung pastikan kembali
semua breating circuit tersambung dengan benar.
10. Ukur besarnya kepala bayi dengan pita meter untuk menentukan
besarnya topi yang digunakan.
11. Ukur jarak lubang hidung dan besarnya lubang hidung bayi dengan rol
khusus menentukan nasal yang digunakan
12. Pasang topi, dan nasal pada bayi lalu ikatkan nasal. Kunci nasal
dengan benar seperti pada gambar di bawah ini :
52
Gambar 5.9 Penggunan CPAP Terhadap Pasien
13. Catatan : breating circuit harus sama data antara pasien dengan botol
PEEP
14. Pasang Spo2 pada ibu jari bayi jika tidak mungkin, pasang Spo2 pada
ibu jari di kaki bayi dan perhatikan pembacaan saturasi kadar
konsentrasi oksigen,
Gambar 5.10 Alat Spo2 Merkmaximo Rad 5 tm
15. Lakukan tindakan parameter medis selanjutnya (aplikasi dokter)
16. Catat semua tindakan yang dilakukan
17. CATATAN KHUSUS TEKNISI : Jangan pernah merubah aplikasi
medis (Tindakan ini hanya aplikasi dokter)
5.7
Standar Maintenance Prosedur Alat CPAP
1) SDM terlatih
2) Perhatikan Protap Pemeliharan
3) Lakukan pemeliharaan dan catat :
No
Tanggal
BagianAlat
UraianPemeliharaan
53
Waktu
Petugas
Ket
1
...........
2
...........
Botol PEEP mixer
GantiAquades
1 pasien.
Operator
Ya
1 minggu
Operator
Ya
BPFK
Ya
2 minggu
Optr/teknisi
Ya
1,5 tahun
Teknisi
Ya
1 tahun
BPFK........
Ya
1 minggu
Teknisi.......
Ya
1 tahun
BPFK.........
Ya
2 minggu
Teknisi.......
Ya
2 minggu
Teknisi.......
Ya
6 bulan
BPFK.........
Ya
2 minggu
Teknisi......
Ya
2 minggu
Teknisi......
Ya
1 pasien
Optr/teknisi..
Ya
1 pasien
Optr/Cssd...
Ya
10 bulan
Teknisi.......
Ya
10 bulan
Teknisi......
Ya
Filter
gas
udarabuangendapan air
Kalibrasi
3
...........
Mixer
6 Bulan
Filter udaraluar
4
...........
Mdk.kompressor
Ganti filter dalam
5
...........
Mdk.kompressor
kalibrasi
6
...........
Mdk.kompressor
Saklar regulator
7
...........
Flow Meter
kalibrasi
8
...........
Flow meter
Up/down suhu
9
...........
Humidifier
Saklarpemindahan
10
...........
Humidifier
kalibrasi
11
...........
Humidifier
Putaran regulator
12
...........
Regulator oksigen
Cekdanperhatikan
13
...........
Heater breating
Ganti
14
...........
Disable breating
Sterilisasi
15
............
Breating non dsble
Ganti
16
...........
Selang inlet udara
Ganti
Selang inlet O2
BAB VI
INFUSE PUMP
54
6.1
Pengertian dan fungsi
Infuse pump merupakan suatu peralatan kedokteran dengan kategori life
support & life saving yang berfungsi untuk memasukan cairan atau obat yang
dibutuhkan oleh pasien dengan flow rate (ml/h) yang terkontrol, sebagai alat
dengan kategori life support & life saving infuse pump sangat di butuhkan akurasi
yang presisi dalam pemberian dan pengontrolan flow rate
Infuse pump adalah pengembangan dari metode klasik dalam pemberiaan
cairan atau obat dengan menggunakan metode grafitasi yang dinilai kurang akurat
dan kurang aman, dengan metode pump control pemberian cairan akan lebih
akurat karena flow rate dapat terkontrol dan semua indicator safety pasien terbaca
pada alat.
6.2
Prinsip Kerja
Pada dasarnya prinsip kerja dari infuse pump adalah pergerakan motor yang
terkontrol oleh suatu system mikrokontroller motor tersebut akan menggerakan
mekanik berupa peristaltic yang akan membuat pergerakan memijat administrator
set yang digunakan dan mengeluarkan cairan yang akan di masukan untuk teraphy
melalui intra vena kecepatan motor disesuaikan dengan pemilihan nilai flow rate
(ml/h) jumlah cairan yang di kehendaki
55
56
6.3
Blok Diagram
Pressure
Clock
Generator
Sensor
Power Supply
Analog Digital
Elektronik for
Converter (ADC)
LCD
LCD Display
Patient
IV Set
Air Bubble
Sensor
Keypad
Mikrocontroller
Buffer
Driver
Signal
Conditioning
Elektronik
Gambar 2.3 Basic block diagram pesawat infuse pump
Steper
Motor
Drop
Sensor
Mekanik
Gear box
Secara umum infuse pump dibagi kedalam beberapa blok yang terdiri dari
blok elektrik, elektronika, dan mekanik.
1. Blok elektrik
Terdiri dari power supply yang digunakan untuk sumber daya pada alat dari
blok ini sumber pln 220VAC diubah menjadi power yang dibutuhkan ke
masing-masing blok
2. Blok elektronika
Terdiri dari :
Clock generator, Berfungsi untuk menghasilkan pulsa, pulsa yang dihasilkan
digunakan untuk semua bagian atau sistem agar bekerja secara sinkron.
Analog Digital Converter (ADC)
Merupakan blok yang digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal
digital untuk kebutuhan dari mikrokontroller yang bekerja secara digital, blok
ini dilalui oleh Clock Generator, Pressure Sensor, Air Bubble Sensor, dan
Keypad.
Keypad, Berfungsi untuk memberikan data input awal pada infuse pump
umumnya yang di inputkan adalah flow rate, setting drop dan fitur-fitur lain
yang terdapat pada infuse pump, dari keypad akan melalui blok ADC untuk
merubah sinyal sesuai keperluaan mikrokontroller kemudian mikrokontroller
akan mengeluarkan output ke rangkaian elektronik LCD dan menampilkannya
pada display.
Pressure Sensor, Blok sensor yang digunakan atau aktif bila terjadi tekanan
balik yang melebihi batas tertentu dalam infuse pump, bekerja secara looping
memberikan sinyal ke ADC kemudian ke Mikrokontroller apabila terjadi oklusi
atau pemampatan ADC akan memberi instruksi ke mikrokontroller untuk
menghentikan kerja motor dan memberikan alarm, alarm akan ditampilkan
pada display, sensor yang digunakan untuk pressure sensor adalah strain gauge
Air Bubble Sensor, Blok sensor yang digunakan atau aktif apabila terdeteksi
udara melintas pada Administrator Set, sensor ini bekerja secara looping
memberikan sinyal ke ADC kemudian ke mikrokontroller apabila terdeteksi
Air Bubble atau Gelembung udara pada Administrator Set maka ADC akan
memberi instruksi pada mikrokontroller untuk menghentikan kerja motor dan
memberikan alarm, sensor yang digunakan untuk Air Bubble umumnya adalah
sensor cahaya optocoupler
Drop Sensor, Dalam infuse pump yang menggunakan metode drop metric,
drop sensor berfungsi untuk membaca tetesan yang melintas pada drip chamber
sesuai dengan instruksi awal flow rate setting drop sensor bekerja secara
looping melalui signal conditioning elektronik dan mikrokontroller selain
membaca tetesan drop sensor juga berfungsi untuk mendeteksi botol kosong
dan flow error.
Signal Conditioning Elektronik, Merupakan media perantara antara drop
sensor dan mikrokontroller berupa rangkaian elektronika yang dapat membaca
kondisi yang terjadi selama proses berjalan, bila ada sesuatu yang aneh
terdeteksi pada drop sensor akan di terima oleh blok ini dan di teruskan ke
mikrokontroller untuk menindaklanjuti apa yang seharusnya dilakukan.
Mikrokontroller, Pusat dari semua komunikasi yang terjadi dalam suatu
system infuse pump, semua informasi digital diproses melalui blok ini mulai
dari alat di hidupkan sampai dengan alat dimatikan.
Buffer, Blok rangkaian penyangga disebut penyangga karena sesuai fungsinya
rangkaian buffer digunakan dengan tujuan input pada rangkaian tersebut akan
sama dengan output dimaksudkan untuk menjaga output dari mikrokontroller
yang menuju ke blok Drive tetap sama.
Drive, Berupa rankaian elektronika yang digunakan untuk menggerakan
stepper motor input Blok drive ini di dapat dari mikrokontroller yang sudah
terprogram.
Elektronik For LCD, Merupakan bagian elektronik dari LCD yang menerima
input data dari mikrokontroller untuk kemudian di tampilkan pada LCD
LCD Display, Blok ini menampilkan segala sesuatu yang terjadi pada infuse
pump baik berupa setting, alarm ataupun reminder.
3. Blok Mekanik
Stepper Motor, Blok yang terdiri dari motor penggerak yang akan
menggerakan mekanik gear box, motor yang biasanya digunakan dalam infuse
pump adalah jenis stepper karena memiliki torsi yang besar pada saat awal
putaran, torsi besar ini digunakan untuk menggerakan mekanik gear box yang
cukup berat.
Mekanik Gear Box, Bagian mekanik yang berbahan plastik dan dipisahkan
dalam beberapa skat, mekanik ini bekerja seperti finger atau jari yang apabila
stepper motor berjalan maka mekanik akan berjalan memijat bagian-bagian
Administrator Set sampai cairan/ obat dapat keluar sesuai dengan flow rate
yang dikehendaki
6.4
Standar Operasional Prosedure
1) Hubungkan kabel power ke mesin dan Sumber listrik.
2) Lakukan priming pada set infuse, pastikan tidak ada udara di
sepanjang selang.
3) Tekan tombol power ON, mesin akan melakukan “self checking”,
semua tombol alarm akan menyala. Display akan terbaca JJJJ atau tttt.
4) Bila display terbaca JJJJ (posisi 1), berarti harus digunakan set infuse
khusus pump TS*PA atau TS*PM, bila display terbaca tttt (posisi 2),
berarti harus digunakan set infuse biasa TS*A atau TK*A.
5) Buka pintu pump, geser klem yang terletak dibawah lalu pasang set
infuse dan pastikan posisi set infuse dalam posisi lurus, tutup kembali
pintu infuse pump.
6) Pasang drip sensor pada ruangan penetesan chamber set infuse,
diantara permukaan cairan dan drip nozzle.
7) Tekan tombol INFUSION SET “14”19”20”60”, sesuai dengan set
infuse yang dikehendaki.
Tekan tombol
Puluhan naik
Satuan naik
Puluhan turun
Satuan turun
Note :
Untuk set infuse “15”19”20/tetes/ml. Max kecepatan : 300 ml/jam atau 75
tetes/menit
Untuk set infuse “60”tetes/ml. Max kecepatan :100 ml/jam atau 100
tetes/menit.
8) Isi nilai D. Limit dengan menekan tombol select lalu tekan tombol
Puluhan naik
Satuan naik
Puluhan turun
Satuan turun
Jika tidak menginginkan nilai D.Limit, biarkan D. Limit ----, jangan
pernah D.Limit terisi dengan angka 0.
9) Hubungkan set infuse dengan IV karakter, lalu buka rokem klem.
10) Tekan tombol START, lalu indikator operation akan menyala hijau.
Berarti mesin mulai beroperasi.
11) Bila akan menghapus jumlah cairan yang sudah masuk ke patien tekan
tombol STOP 2X, lalu tekan tombol Σml CLEAR.
12) Lampu “COMPLETION” akan menyala bila volume cairan yang
masuk sudah mencapai D.Limit yang diinginkan. Mesin akan Stop,
lampu indicator akan berwarna merah.
13) Untuk mengakhiri pemakaian infuse pump, tekan tombol STOP buka
pintu pump, lepaskan set infuse dari mesin dan matikan mesin dengan
menekan tombol POWER.
6.5
Pemeliharaan Rutin
1) Bacalah SOP dan lakukan step dengan benar.
2) Cabut stop kontak listrik bila alat tidak di pakai
3) Cek kondisi batre charge dengan melihat indikator batre.
4) Penggunaan batre hanya dalam keadaan mati listrik jadi jangan
dihidupkan tanpa listrik bila listrik tidak mati.
5) Bersihkan cassing dari debu atau sisa cairan yang memungkinkan
timbul pengerakan
6.6
Trouble shotting
1) Alat tidak dapat bekerja : cek supply listrik, cek fuse, cek main switch
2) Flow error : cek drip chamber jangan sampai terlalu penuh terisi
cairan, cek kondisi pemilihan drop/ml yang digunakan sesuaikan
dengan factor tetes administrator set yang digunakan
3) Empty : cek roller clamp administrator set bila tertutup maka buka full
roller clamp, cek kondisi container
4) Air : cek administrator set ada udara yang terjebak didalam
administrator set keluarkan.
5) Completion : reminder bahwa target volume yang di setting telah
tercapai.
6) Occlution : cek kondisi roller clamp jangan sampai tertutup, cek
kondisi administrator set kemungkinan tertekuk, cek kondisi intra vena
pasien.
BAB VII
DEFIBRILLATOR
7.1
Definisi
Defibrillator adalah alat yang digunakan untuk memberikan terapi energi
listrik dengan dosis tertentu ke jantung pasien melalui electrode (pedal) yang
ditempatkan di permukaan dinding dada pasien. Sedangkan tindakan pengobatan
definitif untuk mengancam jantung aritmia-hidup, fibrilasi ventrikel dan takikardi
ventrikel pulseless disebut defibrillasi. Ini merupakan depolarizes massa kritis dari
otot jantung, mengakhiri aritmia, dan memungkinkan irama sinus normal untuk
dibangun kembali dengan alat pacu jantung alami tubuh, di node sinoatrial
jantung.
Defibrilator bekerja dengan cara memancarkan arus listrik sebesar
kurang lebih 6A dengan frekuensi sekitar 60 Hz untuk dapat menembus
dada pasien sehingga dapat menjangkau otot-otot jantung yang
selanjutnya
akan
distimulus
oleh
arus
listrik
yang
dihasilkan
defibrillator tadi. Setelah arus yang dialirkan melalui dada pasien, arus
tersebutakan mengkoreksi atrial fibrilasi dengan kata lain arus dari
defibrillator tersebutmenstimulus otot-otot jantung sehingga jantung
akan berkontraksi dan dapat menormalkankembali aritmia jantung.
Selama beberapa dekade, defibrillator telah menggunakan bentuk gelombang
Monophasic. Dengan bentuk gelombang Monophasic, arus mengalir dalam satu
arah, dari satu elektroda ke yang lain, menghentikan jantung sehingga memiliki
kesempatan untuk memulai kembali sendiri. Dengan bentuk gelombang Biphasic,
arus mengalir dalam satu arah pada tahap pertama shock dan kemudian
membalikkan untuk tahap kedua. Pertama digunakan dalam komersial
defibrillator implant, bentuk gelombang Biphasic sekarang "standar emas" untuk
perangkat tersebut.
Tersedia penelitian menunjukkan bahwa bentuk gelombang Biphasic lebih
efektif dan menimbulkan lebih sedikit risiko cedera pada jantung daripada bentuk
gelombang Monophasic, bahkan ketika tingkat energi kejut adalah sama. Inilah
sebabnya mengapa produsen defibrillator eksternal sekarang menggunakan bentuk
gelombang Biphasic di perangkat mereka.
Meskipun penelitian terbaru menunjukkan defibrilasi biphasic lebih efektif
daripada monophasic, Pedoman Internasional 2000 yang diterbitkan oleh negara
American Heart Association (AHA): "Rekomendasi ini baru tidak berarti bahwa
perawatan dengan menggunakan pedoman masa lalu (untuk perangkat
monophasic) adalah baik aman atau tidak efektif. "
Namun, bentuk gelombang Biphasic menjadi standar baru perawatan di
defibrillator eksternal. Itu sebabnya sebagian besar organisasi memilih bentuk
gelombang Biphasic saat membeli defibrillator eksternal baru hari ini. Di masa
lalu hanya ada satu jenis defibrilasi transthoracic, yaitu standar dibasahi sinus
gelombang kejut monophasic. Selama bertahun-tahun penelitian, teori impedansi
dan waktu guncangan sudah menumpuk dalam praktek standar saat ini dari 25 £
tekanan (jika menggunakan pads) dengan tiga "kejutan ditumpuk". Kuncinya telah
menjadi penggalangan berurutan energi dari 200J, untuk 300J, untuk maksimal
360J, kemudian setelah guncangan berikutnya di 360J. Sehubungan dengan energi
ada banyak penelitian untuk mengevaluasi pengaruh dari beberapa energi tinggi
guncangan pada otot jantung itu sendiri.
Studi-studi telah menunjukkan bahwa awalnya ada perubahan segmen ST
yang signifikan terkait dengan energi tinggi defibrilasi, yang dapat berlangsung
sampai beberapa bulan (jika pasien bertahan). Bentuk gelombang terpotong
biphasic eksponensial, di mana polaritas yang terbalik cara sebagian melalui nadi,
telah digunakan dalam alat pacu jantung internal untuk lebih dari 10 tahun. Ada
banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan beberapa hal berikut: Dengan
sistem Biphasic ada yang lebih tinggi tingkat keberhasilan konversi kejutan awal
dari VT (ventrikel takikardi) atau VF (ventrikel fibrilasi) dibandingkan
monophasic (85,2% vs 97,6% monophasic biphasic ), The joule secara signifikan
kurang (200J monophasic, 130 + 20J biphasic) yang akan mempengaruhi
kebutuhan cadangan energi, Biphasic lebih efektif dalam membalikkan VF
berkelanjutan.
Defibrilasi biphasic menawarkan khasiat sama atau lebih baik pada energi
rendah dari gelombang Monophasic tradisional defibrillator-dengan risiko lebih
kecil pasca-shock komplikasi seperti disfungsi miokard dan luka bakar kulit.
Mekanisme fisiologis yang mendasari tidak sepenuhnya dipahami, tapi jelas
bahwa bentuk gelombang Biphasic menurunkan ambang defibrilasi listrik untuk
sukses. Tidak seperti perangkat monophasic, defibrillator Biphasic menggunakan
teknologi gelombang yang berbeda: baik biphasic terpotong eksponensial (BTE)
gelombang atau gelombang Biphasic kotak.
Beberapa penelitian pada hewan dan manusia telah menunjukkan bahwa
bentuk gelombang menggunakan defibrillator Biphasic lebih efektif untuk
menghentikan fibrilasi ventrikel (VF) dibandingkan mereka yang menggunakan
bentuk gelombang Monophasic. Setidaknya empat defibrillator Biphasic berbeda
umumnya tersedia. Bentuk gelombang Biphasic disampaikan oleh perangkat ini
masing-masing memiliki karakteristik bentuk gelombang yang berbeda dan skema
kompensasi impedansi dan yang paling penting, berbeda tingkat energi
dianjurkan. Bentuk gelombang Biphasic optimal, tingkat energi dan urutan shock
(energi
meningkat
dibandingkan
dosis
tetap)
belum
ditentukan.
Studi klinis awal dengan dua perangkat biphasic tersedia menunjukkan
kemanjuran yang lebih baik, dengan menggunakan tingkat energi yang lebih
rendah, dibandingkan dengan defibrillator monophasic untuk penghentian VF dan
kardioversi fibrilasi atrium (AF). 1-3 Salah satu perangkat tersebut menggunakan
gelombang eksponensial biphasic dipotong dan memberikan kejutan dengan
tingkat energi tetap sebesar 150 J (Philips Heartstream, Seattle, WA, USA). Yang
lain menggunakan gelombang Biphasic kotak dan, ketika merawat VF, produsen
merekomendasikan pengiriman shock dengan tingkat energi meningkat dari 120 J,
150 J, dan 200 J (Zoll Medical, Boston, MA, USA).
Produsen lain defibrilator biphasic merekomendasikan tingkat energi
meningkat dari 200 J, 300 J, dan 360 J (200 J, 200 J, 360 J diterima di Inggris)
ketika merawat VF (Medtronic Physio-Control, Redmond, WA, AS) dan
defibrillator eksternal otomatis (AED) dari produsen keempat memanfaatkan,
rendah tinggi, urutan tinggi energi yang tidak ditentukan (Survivalink,
Minneapolis, MN, USA). Ada beberapa bukti dari studi hewan yang energi ini
biphasic lebih tinggi mungkin lebih efektif daripada energi yang lebih rendah jika
impedansi transthoracic tinggi, 4,5 tetapi hal ini membutuhkan konfirmasi dalam
studi klinis manusia.
Maksud dari pernyataan bersama yang diterbitkan dalam Obat dan Kesehatan
Badan Pengatur produk (MHRA) Alat Kesehatan Pemberitahuan 2003/0012
adalah untuk memperingatkan pengguna defibrilator untuk kemungkinan
kebingungan yang disebabkan oleh fakta bahwa beberapa defibrillator Biphasic
dirancang untuk memberikan kejutan dengan energi yang lebih rendah dari
devices.6 monophasic Hal ini menyebabkan kebingungan bagi pengguna
defibrillator manual dan semi-otomatis yang tidak sepenuhnya akrab dengan
defibrilator tersedia bagi mereka, terutama ketika mereka ingin menyampaikan,
200J
200J,
360J
urutan
tetapi
menemukan
bahwa
biphasic
khusus
mereka defibrilator akan memberikan energi hanya lebih rendah. Mereka yang
mungkin harus menggunakan defibrillator harus menggunakan tingkat energi
ditunjukkan dalam petunjuk pabrik yang relevan.
Ini potensi kebingungan ini diperparah karena saat ini tidak ada "energi urutan
standar" yang dapat diterapkan untuk semua defibrillator yang menggunakan
bentuk gelombang biphasic; tingkat energi yang direkomendasikan oleh berbagai
produsen berbeda. Oleh karena itu J 200, 200 J, 360 J urutan guncangan yang
direkomendasikan oleh Dewan Resusitasi Eropa (ERC) dan Dewan Resusitasi
(Inggris) untuk digunakan dengan defibrillator monophasic tidak tepat sebagai
pendekatan umum untuk semua perangkat biphasic. Hal ini seharusnya tidak
ditafsirkan bahwa tidak patut untuk menggunakan urutan meningkatnya
guncangan dari 200 J dan di atas ketika ini dianjurkan oleh produsen defibrilator
biphasic spesifik, asalkan ada bukti teknis dan klinis yang menunjukkan bahwa ini
adalah baik aman dan efektif. Sampai data lebih lanjut tentang kemanjuran
komparatif dari perangkat ini biphasic menjadi tersedia, Pernyataan tentang
Bentuk gelombang Biphasic dibuat oleh Dewan Resusitasi (Inggris) pada bulan
September 2002 tetap berlaku. Paragraf terakhir dari pernyataan ini dikutip di
bawah ini:
"Saat ini, produsen yang berbeda dari defibrillator menggunakan tingkat
energi yang berbeda ini bentuk gelombang yang tepat digunakan dalam
guncangan biphasic sangat bervariasi dengan model yang berbeda.. Tingkat energi
digunakan dengan guncangan beruntun mungkin tetap konstan atau meningkat
tergantung pada mesin. Beberapa parameter yang diprogram,dan dapat pra-dipilih
oleh pengguna. Saat ini, ada data komparatif tidak memadai untuk dapat
memutuskan yang merupakan tingkat energi yang paling efektif, urutan shock,
atau gelombang Biphasic Karena itu tidak mungkin untuk membuat rekomendasi
yang pasti.. Dewan menganggap bahwa semua defibrillator Biphasic yang tersedia
saat ini memiliki tingkat energi yang dapat diterima. "
7.2
Fungsi Alat
Digunakan resusitasi jantung pada saat jantung pasien mengalami fibrilasi,
dengan memberi kan energi kejut listrik untuk mengaktifkan kembali aktivitas
jantung.
7.3
Wave
Spesifikasi Alat
Form
Operating Mode
Energy Selection
Max. Discharging
Battery Charging Time
Working Conditions
Storing Conditions
Weight
Dimensions
Class
Mail Supply Voltage
Direct Working From Main Page
Accessories
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Monophasic
Synchronous/Asynchronous
5 - 360J
100+
5 Hours
0/40 C ve %30-95Rh
-20 / +55 C
8 Kg
403x152x324 mm
II B
AC230V/1A 50-60 Hz
Optional Standart
Power Cab
7.4
Blok Diagram
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa suplay tegangan yang mencatu
rangkaian dari batery charge yang discharge oleh rangkaian charge yang khusus
dibuat untuk pesawat ini. Setelah itu terdapat saklar charge untuk mengisi
kapasitor. Tombol charge ini sebenarnya merupakan penghubung suplay tegangan
dari battery ke rangkaian oscilator yang menghasilakan pulsa sinusoidal pengganti
signal ac yang mensuplay transformator. Untuk membangkitkan signal tegangan
tinggi, setelah out put dari transformator tegangan tersebut dimasukkan
kerangkaian voltage multiplier dengan system cascade. Kemudian out put
tegangan tinggi ini diisikan kekapasitor. Besar dosis yang diinginkan dapat dilihat
pada meter patunjuk. Selama besar muatan belum tercapai saklar charge dapat
terus ditekan. Sistem penembakan atau pembuangan muatan ke pasien dilakukan
dengan menekan saklar pb yang mengaktifkan relay sehingga muatan akan
tersalur melalui paddle elektroda. Apabila pengisian telah normal penembakkan
tidak jadi dilakukan maka muatan dari kapasitor dibuang melalui R, dengan
menekan tombol discharge sampai meter menunjukkan Nol.
7.5
Standar Operasional Prosedur
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser
tombol energi
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks
jantung dan paddle sternum diletakkan pada garis sternal kanan di
bawah klavikula.
5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk
mengetahui enerji sudah penuh, banyak macamnya tergantung dari
defibrilator
yang
dipakai,
ada yang
memberi
tanda
dengan
menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda
dengan bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan nyala
6.
lampu.
Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas
agar tidak ada lagi anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien
atau korban, termasuk juga yang mengoperatorkan defibrilator, sebagai
contoh:
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT
tanda nadi, pastikan enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan
modus yang dipakai adalah asinkron, jika semua benar, berikan enerji
tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada kedua
paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien
(beban tekanan pada paddle kira-kira 10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau
tetap sama scperti sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi
untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah
lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.
BAB VIII
ANESTHESI VENTILATOR
8.1
Definisi
Ventilator digunakan secara ekstensif di ruang operasi dan di Intensive Care
Unit (ICU). Semua mesin anesthesi modern dilengkapi dengan ventilator. Dari
sejarahnya, ventilator di ruang operasi lebih sederhana dan lebih kecil
dibandingkan yang di ICU. Perbedaannya menjadi semakin jauh berbeda karena
perkembangan teknologi dan adanya kebutuhan “ventilator model ICU” untuk
pasien-pasien sakit kritis yang datang ke ruang operasi. Ventilator dari beberapa
mesin anesthesi modern sudah sama canggihnya dengan ventilator ICU dan
hampir memiliki kemampuan yang sama. Setelah mendiskusikan beberapa prinsip
dasar ventilator, bagian ini akan mengulas penggunaan ventilator berhubungan
dengan mesin anesthesi.
Gambar 8.1 Mesin Anesthesi Ventilator
Ventilator menghasilkan aliran gas dengan menciptakan perbedaan gradien
tekanan antara jalan nafas proximal dan alvoli. Ventilator terdahulu mengandalkan
dari pemberian tekanan negatif disekitar (dan didalam) dada (contoh: Iron lung),
dimana ventilator modern menciptakan tekanan positif dan aliran gas pada jalan
nafas atas.
8.2
Fase Dari Siklus Ventilasi
Fungsi ventilator paling baik dijelaskan dalam 4 (empat) fase dari siklus
ventilasi; inspirasi, transisi dari inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi, dan transisi dari
ekspirasi ke inspirasi. Meskipun terdapat beberapa klasifikasi skema, yang paling
umum berdasarkan karakteristik fase inspirasi dan metode siklus dari inspirasi ke
ekspirasi. Klasifikasi yang lain seperti sumber tenaga (contoh: Pneumatic-high
pressure, pneumatic-Venturi, atau elektrik), desain (single-circuit system, doublecircuit system, rotary piston, linear piston), dan mekanisme kontrol (contoh:
Elektronik timer dan mikroprosessor).
Fase Inspirasi
Selama inspirasi, ventilator menghasilkan volume tidal dengan memproduksi
aliran gas melewati sebuah gradien tekanan. Mesin menghasilkan tekanan konstan
(generator tekanan konstan) atau aliran gas konstan (generator aliran konstan)
selama inspirasi tanpa memandang perubahan pada mekanika paru. Generator
non-konstan menghasilkan tekanan atau aliran gas yang bervariasi selama siklus
tetapi tetap konsisten dari nafas ke nafas. Sebagai contoh, ventilator yang
menghasilkan pola aliran yang menyerupai setengah siklus dari gelombang sine
(contoh Ventilator rotary piston), akan diklasifikasikan sebagai generator aliran
non-konstan.
Fase Transisi dari Inspirasi ke Ekspirasi
Penghentian dari fase inspirasi dapat dimunculkan oleh batasan waktu yang
sudah ditentukan (durasi tetap), tekanan inspirasi yang harus dicapai, atau tidal
volume yang harus diberikan. Ventilator siklus-waktu dapat memberikan volume
tidal dan tekanan puncak ekspirasi yang bervariasi tergantung dari compliance
paru. Volume tidal disesuaikan dengan mengatur durasi dan derajat aliran
inspirasi. Ventilator siklus-tekanan tidak akan berlanjut dari fase inspirasi ke fase
ekspirasi sampai tekanan yang sudah diatur sebelumnya tercapai. Jika terdapat
kebocoran sirkuit yang besar akan menurunkan tekanan puncak secara signifikan,
sebuah ventilator siklus-tekanan akan tetap dalam fase inspirasi. Dilain sisi,
kebocoran yang sedikit tidak akan menurunkan volume tidal, karena siklus akan
terhambat hingga batasan tekanan dicapai. Ventilator siklus-volume akan
memberikan volume yang ditentukan dengan waktu dan tekanan yang bervariasi.
Dalam realitasnya, ventilator modern dapat mengatasi berbagai kekurangan
ventilator klasik dengan memakai parameter siklus sekunder atau mekanisme
pembatas yang lain. Contohnya ventilator siklus-waktu dan siklus-volume
biasanya memakai alat pembatas-tekanan yang menghentikan inspirasi ketika
batasan tekanan aman yang dapat disesuaikan telah tercapai. Hampir sama dengan
itu, sebuah kontrol volume yang telah ditentukan membatasi kompresi bellow
yang mengakibatkan ventilator siklus-waku dapat berfungsi seperti ventilator
siklus-volume, tergantung dari kecepatan ventilator dan kecepatan aliran inspirasi.
Fase Ekspirasi
Fase ekspirasi dari ventilator biasanya menurunkan tekanan jalan nafas hingga
level atmosfir atau volume yang ditentukan dari PEEP. Ekshalasi adalah pasif.
aliran keluar dari paru ditentukan oleh hambatan jalan nafas dan compliance paru.
PEEP biasanya dihasilkan dengan mengubah mekanisme katup pegas atau
penekanan pneumatik dari katup ekshalasi.
Fase Transisi dari Ekspirasi ke Inspirasi
Transisi menuju fase inspirasi berikutnya dapat berdasarkan pada interval
waktu yang telah ditentukan atau perubahan tekanan. Perilaku ventilator dalam
fase ini bersama dengan tipe siklus dari inspirasi ke ekspirasi menentukan mode
ventilator.
Selama ventilasi kontrol, mode paling dasar dari semua ventilator, nafas
berikutnya selalu terjadi setelah interval waktu yang telah ditentukan. Jadi volume
tidal dan kecepatan aliran adalah tetap pada ventilasi volume kontrol, dimana
tekanan puncak inspirasi adalah tetap pada ventilasi tekanan kontrol. Mode
ventilasi kontrol tidak didesain untuk pernafasan spontan. Pada mode volume
kontrol, ventilator menyesuaikan aliran gas dan waktu inspirasi berdasarkan
kecepatan ventilasi dan Inspirasi : Ekspirasi (I:E) rasio yang telah ditetapkan.
Pada volume tekanan-kontrol, waktu inspirasi juga berdasarkan kecepatan
ventilator dan Inspirasi : Ekspirasi (I:E) rasio, tetapi aliran gas disesuaikan untuk
menjaga tekanan inspirasi yang konstan.
Kebalikannya, Intermitten Mandatory Ventilation (IMV) mengijinkan pasien
untuk bernafas spontan antara nafas yang dikontrol. Synchronized Intermitten
Mandatory Vantilation (SIMV) adalah penyempurnaan yang lebih lanjut untuk
mencegah "fighting the ventilator" dan "breath stacking", kapanpun mungkin,
ventilator akan mencoba untuk memberikan nafas mekanis mandatory dengan
adanya penurunan tekanan jalan nafas yang terjadi ketika pasien akan memulai
nafas spontan.
Mesin anesthesi merupakan mesin yang digunakan untuk melakukan proses
anesthesi atau pembiusan pada pasien yang akan dilakukan operasi atau
pembedahan. Mesin anesthesi sendiri secara umum terdiri dari ventilator yang
dikombinasikan dengan vaporizer atau tempat untuk meletakan obat bius.
Ventilator yang ada pada mesin anesthesi berfungsi untuk memberikan aliran
udara yang nantinya dicampur dengan penguapan cairan dari vaporizer yang
nantinya akan masuk ke pasien. Aliran udara yang sudah bercampur dengan zat
obat bius ini disebut dengan fresh gas. Selain memberikan fresh gas, mesin
anesthesi ini juga dapat mengontrol kondisi pasien yang sedang dilakukan
pembiusan. Kondisi pasien yang dapat dikontrol oleh mesin anesthesi misalnya
adalah tidal volume, frekuensi, waktu inspirasi dan waktu ekspirasi, dan jumlah
konsentrasi obat bius yang diberikan ke pasien tersebut.
8.3
Blok Diagram
Gambar 8.2 Blok Diagram Mesin Anestesi
Gambar 2.8 merupakan gambar dari blok diagram mesin anesthesi secara umum.
Mesin anesthesi terdiri dari beberapa blok bagian, seperti gas inlet blok, mixer,
vaporizer, ventilator, dan valve. Fungsi dari masing-masing blok tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Gas Inlet Blok : pada blok ini konektor Air dan O2 dihubungkan, agar
mesin ventilator mendapat supply Air dan O2 maka blok ini harus
dihubungkan dengan sumber gas yang biasanya dari sistem gas medis
central rumah sakit atau tabung gas medis. Selain itu didalam blok ini juga
terdapat pressure sensor dimana apabila tekanan kurang / lebih maka akan
alarm. Apabila tekanan berlebih maka pressure reducer akan otomatis
membuang tekanan yang berlebih tersebut. Ada juga didalamnya non return
valve, dimana valve ini berfungsi supaya gas yang masuk tidak kembali lagi
keluar.
2. Mixer : Untuk mencampur antara Air dan O2 yang masuk dari gas inlet
blok, dan diproses secara elektronik dan pneumatic. Keluaran dari mixer
selanjutnya akan melewati vaporizer.
3. Vaporizer : Merupakan suatu wadah yang digunakan meletakan anesthesi
agent atau obat bius yang digunakan untuk keperluan inhalasi pasien dalam
proses pembiusan. Vaporizer memiliki bagian yang dapat disetting untuk
menentukan nilai konsentrasi dari obat bius tersebut.
4. Ventilator : Merupakan bagian yang penting dari mesin anesthesi karena
ventilator inilah yang mengontrol semua yang diberikan terhadap pasien.
Parameter-parameter yang dapat dikontrol oleh ventilator dalam mesin
anesthesi antara lain tidal volume, waktu inspirasi dan waktu ekspirasi,
frekuensi, tekanan inspirasi, jumlah fresh gas yang diberikan terhadap
pasien.
5. Valves : Didalam mesin anesthesi terdapat beberapa valve yang memiliki
fungsi tersendiri. Inspiratory valve, expiratory valve, dan overpressure
valve.
6. Absorber : Absorber atau yang disebut juga dengan filter CO2 merupakan
filter yang menyaring CO2 dari pasien agar gas yang kembali ke mesin
anesthesi diharapkan sudah dalam keadaan bersih. CO 2 yang dikeluarkan
oleh pasien mengandung aneshtesi agent oleh karena itu perlu di filter oleh
absorber yang didalamnya terdapat sodalime.
8.4
Mode Operasi
Mesin anesthesi memiliki beberapa mode operasi yang digunakan untuk
mengontrol kondisi pasien pada saat pembiusan. Mode tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain, mode yang paling standar
dari suatu mesin anestesi adalah pressure mode, volume mode, dan manual.
Secara umum mesin anesthesi memiliki 2 (dua) metode dalam hal pengiriman
fresh gas terhadap pasien atau yang lebih lazim disebut adalah sistem ventilator
dalam mesin anesthesi. Kedua sistem pengiriman fresh gas terhadap pasien ini
yang pertama adalah dengan sistem bellows dan yang kedua adalah dengan
menggunakan sistem piston. Dimana kedua sistem ini memiliki keunggulan serta
kekurangan satu sama lain.
Ketika ventilator digunakan pada mesin anesthesi, katup APL pada sistem
lingkar harus dihilangkan fungsinya atau diisolasi dari sirkuit. Sebuah switch
“bag/ventilator” menyelesaikan masalah ini. Ketika switch ke tipe “bag”,
ventilator dikeluarkan dan ventilasi spontan/manual dapat dilakukan. Ketika
diputar ke “ventilator’ kantong pernafasan dan APL dikeluarkan dari sirkuit
pernafasan. Katup APL dapat secara otomatis dikeluarkan pada beberapa mesin
baru ketika ventilator dihidupkan. Ventilator memiliki katup pressure-relief (pop-
off) yang disebut katup buang, yang secara pneumatis akan tertutup selama
inspirasi, jadi tekanan positif dapat dihasilkan. Selama ekshalasi, gas bertekanan
akan diventilasikan keluar dan katup buang ventilator tidak lagi tertutup, bellow
ventilator atau piston terisi selama ekspirasi dan katup buang terbuka ketika
tekanan sistem lingkar meningkat. Perlengketan pada katup ini menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan jalan nafas yang abnormal selama ekshalasi.
Monitoring Tekanan dan Volume
Tekanan puncak inspirasi adalah tekanan sirkuit tertinggi yang terjadi selama
siklus inspirasi, dan memberikan indikasi adanya komplians yang dinamis.
Tekanan plateau adalah tekanan yang diukur selama jeda inspirasi (waktu ketika
tidak ada aliran gas), dan mencerminkan compliance statik. Selama ventilasi
normal pada pasien tanpa penyakit paru, tekanan puncak inspirasi sama dengan
atau ahanya sedikit lebih tinggi dari tekanan plateau. Peningkatan pada tekanan
puncak inspirasi dan tekanan plateau menggambarkan adanya peningkatan
volume tidal atau penurunan compliance paru. Peningkatan tekanan puncak
inspirasi tanpa perubahan tekanan plateau menunjukkan adanya hambatan jalan
nafas atau kecepatan aliran gas. Jadi, bentuk dari gelombang tekanan sirkuit
pernafasan dapat memberikan informasi penting mengenai jalan nafas. Banyak
mesin anestesi menggambarkan secara grafik mengenai tekanan sirkuit
pernafasan.
Gambar 8.3 Grafik
Sirkuit Pernafasan
Ventilator Fresh Gas Coupling
Penting untuk diperhatikan karena katup buang ventilator tertutup selama
inspirasi, aliran gas segar dari common gas outlet mesin secara normal
berkontribusi terhadap volume tidal yang diberikan pada pasien. Sebagai contoh,
jika aliran gas segar 6L/menit, I:E rasio = 1:2, dan frekuensi respirasi 10 kali/menit,
setiap tidal volume akan mengikut sertakan tambahan 200ml, sebagai tambahan
pada output ventilator.
Jadi, peningkatan aliran gas segar meningkatkan volume tidal, ventilasi
semenit dan tekanan puncak inspirasi. Untuk menghindari masalah dengan
ventilator-fresh gas flow coupling, tekanan jalan nafas dan volume tidal ekshalasi
harus dimonitor secara ketat dan aliran gas segar berlebihan harus dihindari.
Tekanan Positif Berlebihan
Tekanan inspirasi tinggi (>30mmHg) yang intermiten atau menetap selama
ventilasi tekanan positif meningkatkan resiko barotrauma paru (contoh
Pneumotoraks) dan/atau kompromi hemodinamik selama anestesi. Tekanan tinggi
yang berlebihan dapat terjadi karena penyetelan yang tidak benar dari ventilator,
malfungsi ventilator, fresh gas flowcoupling, atau aktivasi dari flush oksigen
selama fase inspirasi dari ventilator. Penggunaan flush oksigen selama siklus
inspirasi dari ventilator harus dihindari karena katup buang ventilator akan
tertutup dan katup APL dikeluarkan. Hembusan oksigen (600-1200 ml/s) dan
tekanan sirkuit akan ditransfer ke paru pasien.
Sebagai tambahan terhadap alaram tekanan tinggi, semua ventilator memiliki
katup APL otomatis. Mekanisme pembatasan tekanan dapat sesederhana ketika
treshold katup yang terbuka pada tekanan tertentu atau sensor elektronik yang
akan menghentikan fase inspirasi ventilator dengan segera.
Perbedaan Volume Tidal
Perbedaan yang besar antara volume tidal yang diatur dan yang sebenarnya
diterima pasien sering terjadi di ruangan operasi selama ventilasi volume kontrol.
Penyebab termasuk compliance sirkuit pernafasan, kompresi gas, ventilator-fresh
gas coupling, dan kebocoran di mesin anestesi, sirkuit pernafasan atau jalan nafas
pasien.
Compliace standar untuk sirkuit pernafasan dewasa sekitar 5 ml/cmH₂O. Jadi jika
tekanan puncak inspirasi 20 cmH2O, sekitar 100ml dari volume tidal yang telah
ditetapkan hilang ke sirkuit yang membesar. Untuk alasan ini, sirkuit poernafasan
untuk pasien pediatrik didesain jauh lebih kaku, dengan komplians hingga 1,5-2,5
ml
/cmH₂O .
Kehilangan kompresi, normalnya sekitar 3%, dikarenakan karena kompresi
gas didalam bellow ventilator tergantung dari volume sirkuit pernafasan. Jadi, jika
volume tidal 500ml, sebesar 15ml dari gas tidal yang telah ditetapkan akan hilang.
Sampling gas untuk kapnografi dan pengukuran gas anestetik menambah
kehilangan dalam bentuk kebocoran gas kecuali gas sample dikembalikan ke
sirkuit pernafasan, seperti yang terjadi di beberapa mesin.
Deteksi yang akurat dari perbedaan volume tidal tergantung dimana
spirometer diletakkan. Ventilator canggih mengukur volume tidal inspirasi dan
ekspirasi. Penting untuk dicatat, kecuali jika spirometer diletakkan di Y-konektor
di sirkuit pernafasan, kehilangan compliance dan kompresi tidak akan terlihat.
Beberapa mekanisme telah dibuat untuk mesin anesthesi yang baru untuk
menurunkan perbedaan volume tidal. Selama self-checkout elektronis yang awal,
beberapa mesin mengukur compliance total dari sistem dan pengukuran ini
digunakan untuk menyesuaikan pergerakan bellow dan piston; kebocoran juga
diukur tapi biasanya tidak dikompensasi. Metode pengkompensasian atau
modulasi dari volume berbeda tergantung model dan pabrik pembuatnya. Dalam
sebuah desain (Datex-Ohmeda Aestiva/5), sensor aliran mengukur volume tidal
yang diberikan pada katup inspirasi untuk beberapa nafas pertama dan
menyesuaikan aliran volume gas berikutnya untuk (penyesuaian preemptive).
Sebagai penggantinya, mesin yang menggunakan kontrol elektronik dari aliran
gas dapat memisahkan aliran gas segar dari volume tidal dengan pemberian aliran
gas segar selama ekshalasi (Datex-Ohmeda Aestiva/5). Terakhir, fase inspirasi dari
aliran gas segar ventilator dapat dipisahkan melalui katup decoupling menuju
kantong pernafasan, yang dikeluarkan dari sistem lingkar selama ventilasi (DatexOhmeda Aestiva/5). Selama ekshalasi katup decoupling terbuka, dan mengizinkan
fas segar yang disimpan sementara di kantong pernafasan memasuki sirkuit
pernafasan.
8.5
Pengaturan yang ada di ventilator
1. Volume Tidal ( VT )
Volume Tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap kali bernafas.
2. Minute Volume (Ve)
Minute volume merupakan jumlah total udara yang masuk kedalam
saluran pernafasan yang telah diatur liter permenit (LPM) nya. Besarnya
minute volume merupakan hasil perhitungan dari volume tidal dan
frekuensi pernapasan.
3. Inspirasi : Ekspirasi rasio ( I : E rasio)
I:E rasio merupakan nilai normal fisiologi inspirasi dan ekspirasi.
4. Respiratory Rate ( RR )
Respiratory rate adalah jumlah pernafasan yang dilakukan ventilator dalam
1 (satu) menit. Pengaturan RR bergantung dari volume tidal, jenis kelainan
paru pasien, dan target PaO2 (Tekanan parsial oksigen di dalam alveolus)
yang akan dicapai.
5. Fraksi Inspirasi Oksigen ( FiO2 )
Fraksi inspirasi oksigen adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara
inspirasi yang diberikan ventilator ke pasien. Konsentrasinya 21 – 100 %.
Pengaturan fraksi inspirasi oksigen pada awal pemasangan ventilator di
rekomendasikan sebesar 100%. Untuk mengetahui kebutuhan fraksi
inspirasi oksigen yang sebenarnya dilakukan pemeriksaan analisa gas
darah (AGD). Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dilakukan
perhitungan fraksi inspirasi oksigen yang tepat bagi pasien. Urgensi
pemberian fraksi inspirasi oksigen secara tepat untuk menghindari efek
negatif penggunaan O2 konsentrasi tinggi bagi pasien. Pemberian
konsentrasi O2 100% terlalu lama dapat menyebabkan keracunan oksigen,
karena dapat menyebabkan perubahan struktur membran alveolarcapapillary. Adapun nilai tolerasi penyimpangan pada FiO 2 sebesar 10%,
yang mengacu pada ECRI no. 461-0595.
6. Positive End Expiratory Pressure ( PEEP )
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli
diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional
paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O 2 oleh kapiler
paru.
BAB IX
Anasthesi Ventilator
9.1
Pengertian dan Fungsi
Gambar 3.1 ANASTESI VENTILATOR
Ventilator digunakan secara ekstensif di ruang operasi (OK) dan di Intensive
Care Unit (ICU). Semua mesin anestesi modern dilengkapi dengan ventilator. Dari
sejarahnya, ventilator OK lebih sederhana dan lebih kecil dibantingkan yang di
ICU. Perbedaannya menjadi makin tak jelas karena perkembangan teknologi dan
adanya kebutuhan “ventilator model ICU” untuk pasien-pasien sakit kritis yang
datang ke OK. Ventilator dari beberapa mesin anestesi modern sudah sama
canggihnya dengan ventilator ICU dan hampir memiliki kemampuan yang sama.
Setelah mendiskusikan beberapa prinsip dasar ventilator, bagian ini akan
mengulas penggunaan ventilator berhubungan dengan mesin anestesi.
Ventilator menghasilkan aliran gas dengan menciptakan perbedaan gradien
tekanan antara jalan nafas proximal dan alvoli. Ventilator terdahulu mengandalkan
dari pemberian tekanan negatif disekitar ( dan didalam) dada (cth. Iron lung),
dimana ventilator modern menciptakan tekanan positif dan aliran gas pada jalan
nafas atas.
Fungsi ventilator paling baik dijelaskan dalam empat fase dari siklus
ventilasi; inspirasi, transisi dari inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi, dan transisi dari
ekspirasi ke inspirasi. Meskipun terdapat beberapa klasifikasi skema, yang paling
umum berdasarkan karakteristik fase inspirasi dan metode siklus dari inspirasi ke
ekspirasi. Klasifikasi yang lain seperti sumber tenaga (cth. Pneumatic-high
pressure, pneumatic-Venturi, atau elektrik), desain (single-circuit system, doublecircuit system, rotary piston, linear piston), dan mekanisme kontrol (cth.
Elektronik timer dan mikroprosessor).
Gambar 3.2 Blok Diagram Anastesi Ventilator
9.2
Perlengkapan alat anestesi Ventilator

Adanya koneksi conektor dari alat ke sentral gas yang ada di rumah
sakit seperti oksigen, Air ,Suction dan nitrous oxide .tekanan gas harus
sekitar 50 psi.

Adanya oksigen beraliran tinggi yang menyediakan oksigen murni
pada 30-75 liter / menit

Adanya alat pengukur tekanan seperti, regulator dan water trap yang
fungsinya untuk melindungi komponen-komponen mesin dan pasien
dari gas tekanan tinggi (disebut sebagai 'barotrauma').

flow meter ( rotameters ) untuk oksigen, udara, dan nitrous oxide, yang
digunakan oleh anaesthesiologist untuk memberikan campuran yang
akurat gas medis untuk pasien. Flow meter biasanya pneumatik, tetapi
dewasa ini menggunakan digital.

Adanya vaporizer untuk penguapan obat.

Adanya absorber sebagai penyaring gas berlebih yang tidak di
butuhkan oleh tubuh pasien

Adanya sebuah ventilator.

Adanya sebuah katup untuk bag manual.

Adanya monitor fisiologis, untuk memantau pasien seperti denyut
jantung , EKG , tekanan darah invasif non dan saturasi oksigen.

Breathing circuits yang fungsinya untuk
pernapasn dan selang
tersambung ke masker anestesi

9.2.1
Sistem pembuangan gas dari mesin ke luar ruangan.
GAS SUPPLY
Dapat diberikan oleh sistem distribusi sentral atau dengan tangki bertekanan
(silinder). Gas medis mempunyai warna-kode. Tabung oksigen berwarna hijau
(
Amerika
Serikat).Tangki
oksigen
ada
dalam
berbagai
ukuran.
Koneksi yang tepat sangat penting untuk menghindari
]kebocoran. Tangki perakitan pada mesin anestesi mengandung berbagai pin
yang posisinya khas untuk masing-masing gas. Ini berguna untuk perangkat
keamanan untuk mencegah salah koneksi dari silinder yang salah ke mesin
anestesi. Pin pada mesin harus sesuai dan cocok pas ke lubang di kepala silinder
dengan
menggunakan
gasket
plastik
tunggal
atau
cincin.
Tabung portabel dan stasioner menyimpan gas pada tekanan yang sangat tinggi
(2.000 PSI), regulator diperlukan untuk mengurangi tekanan, yang merupakan
tingkat yang dapat dengan mudah ditangani oleh penurunan lebih lanjut dalam
tekanan flowmeter dicapai dengan mengatur tombol kontrol flowmeter untuk
pengiriman yang aman gas kepada pasien. Tekanan pipa Tengah biasanya
ditetapkan sekitar 50 PSI tekanan untuk pengiriman ke beberapa mesin anestesi.
Ketika O2 dikonsumsi dengan penggunaan biasa, tekanan dalam tangki
menurun secara linear. Regulator menyesuaikan secara otomatis etika tekanan di
dalam silinder turun.
9.2.2
FLOWMETER
Perangkat ini menggunakan katup jarum disesuaikan untuk memberikan
aliran yang diinginkan dalam ml atau liter per menit ke sirkuit pasien.
Flowmeters secara individual dikalibrasi untuk gas tertentu, misalnya,
oksigen atau nitrous oxide. Penguap alat penguap anestesi Presisi menghasilkan
konsentrasi gas anestesi yang akurat dari cairan yang mudah menguap. Dial atau
tombol pada vaporizer bisa disesuaikan sehingga persentase yang tepat gas
anestesi meninggalkan vaporizer dikenal.
Perkembangan teknologi menginspirasi penggunaan flow meter secara
elektronik. Pencampuran gas O2 dan N2O atau AIR dilakukan secara elektronik.
Tingkat presisi tentunya merupakan kelebihan dari system elektronik. Flow meter
elektronik memungkinkan untuk penggunaan LOW FLOW yaitu aliran yang
sangat rendah ( mulai 200 ml )
Gambar 3.3 Flow Meter Anastesi Ventilator
9.2.3
VAPORIZER
Obat anestesi (spt halothan, isoflurane, desflurane atau sevoflurane) harus
diuapkan sebelum diberikan ke pasien. Vaporizer mempunyai knob yang
dikalibrasikan untuk konsentrasi secara tepat untuk menambahkan anestetik
volatril ke campuran aliran gas dari seluruh flowmeter, semua mesin anestesi
harus mempunyai alat interlocking atau ekslusi untuk mencegah penggunaan lebih
dari satu vaporizer secara bersamaan.
Gambar 3.4 Vavorizer Anasstesi Ventilator
9.2.4
BREATHING CIRCUIT
Breathing circuit digunakan untuk pengiriman gas anestesi kepada pasien.
Tujuan dari Breathing circuit system adalah:
A. Memberikan oksigen untuk pasien
B. Menyampaikan anestesi kepada pasien
C. Hapus karbon dioksida yang dihasilkan oleh pasien
D. Menyediakan metode untuk membantu atau mengontrol ventilasi,
Gambar 3.5 BREATHING CIRCUIT
9.3
Ventilator OK
Ventilator digunakan secara ekstensif di ruang operasi (OK) dan di Intensive
Care Unit (ICU). Semua mesin anestesi modern dilengkapi dengan ventilator. Dari
sejarahnya, ventilator OK lebih sederhana dan lebih kecil dibantingkan yang di
ICU. Perbedaannya menjadi makin tak jelas karena perkembangan teknologi dan
adanya kebutuhan “ventilator model ICU” untuk pasien-pasien sakit kritis yang
datang ke OK. Ventilator dari beberapa mesin anestesi modern sudah sama
canggihnya dengan ventilator ICU dan hampir memiliki kemampuan yang sama.
Ventilator menghasilkan aliran gas dengan menciptakan perbedaan gradien
tekanan antara jalan nafas proximal dan alvoli. Ventilator terdahulu mengandalkan
dari pemberian tekanan negatif disekitar ( dan didalam) dada (cth. Iron lung),
dimana ventilator modern menciptakan tekanan positif dan aliran gas pada jalan
nafas atas. Fungsi ventilator paling baik dijelaskan dalam empat fase dari siklus
ventilasi; inspirasi, transisi dari inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi, dan transisi dari
ekspirasi ke inspirasi. Meskipun terdapat beberapa klasifikasi skema, yang paling
umum berdasarkan karakteristik fase inspirasi dan metode siklus dari inspirasi ke
ekspirasi.
Gambar 3.6 Grafik Ventilator
9.3.1
Monitoring Tekanan dan Volume
Tekanan puncak inspirasi adalah tekanan sirkuit tertinggi yang terjadi
selama siklus inspirasi, dan memberikan indikasi adanya komplians yang dinamis.
Tekanan plateau adalah tekanan yang diukur selama jeda inspirasi (waktu ketika
tidak ada aliran gas), dan mencerminkan komplians statik. Selama ventilasi
normal pada pasien tanpa penyakit paru, tekanan puncak inspirasi sama dengan
atau ahanya sedikit lebih tinggi dari tekanan plateau. Peningkatan pada tekanan
puncak inspirasi dan tekanan plateau menggambarkan adanya peningkatan
volume tidal atau penurunan komplians paru. Peningkatan tekanan puncak
inspirasi tanpa perubahan tekanan plateau menunjukkan adanya hambatan jalan
nafas atau kecepatan aliran gas.
9.3.2
Alarm Ventilator
Alarm adalah bagian integral dari seluruh ventilator mesin anestesi modern.
Kapanpun ventilator digunakan “alaram diskoneksi” harus teraktifasi secara pasif.
Mesin anestesi seharusnya memiliki paling tidak tiga alarm diskonek; tekanan
puncak inspirasi yang rendah, volume tidal ekshalasi yang rendah, dan Karbon
dioksida ekshalasi yang rendah. Yang pertama selalu ada di ventilator, dimana
yang dua lagi terdapat pada modul yang terpisah. Kebocoan kecil atau diskoneksi
sirkuit pernafasan parsial mungkin terdeteksi dengan penurunan yang sedikit dari
tekanan puncak inspirasi, volume ekshalasi, atau karbon dioksida akhir ekspirasi
sebelum batas alaram tercapai. Alarm ventilator lainnya yang ada seperti tekanan
puncak inspirasi yang tinggi, PEEP tinggi, tekanan tinggi jalan nafas yang
menetap, tekanan negatif, dan tekanan suplai oksigen yang rendah. Hampir semua
ventilator mesin anestesi modern juga memiliki spirometer dan analyzer oksigen
yang mempunyai alaram tambahan.
Gambar 3.7 Display Anastesi Ventilator
9.3.3
Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh. Untuk menghindari rasa nyeri akibat suatu tindakan bedah,
hampir seluruh tindakan operasi menggunakan anestesi atau obat bius. Anestesi
berasal dari bahasa Yunani yang artinya “tanpa sensasi”. Secara singkat, anestesi
berarti keadaan di mana sensasi nyeri dan sensasi-sensasi lainnya diblok, sehingga
pasien tidak dapat merasakan sensasi-sensasi tersebut.Karena tindakan bedah
umumnya adalah tindakan membuat suatu luka pada suatu bagian atau organ
tubuh, maka tindakan bedah selalu akan menimbulkan rasa nyeri. Di sinilah obat
anestesi/obat bius tersebut digunakan, yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri.
Anestesi biasanya dilakukan oleh seorang dokter spesialis anastesi atau seorang
ahli penata anestesi.
Ada beberapa jenis anestesi, yaitu:
1.
Anestesi umum (bius total), Pasien dengan anestesi total akan
menjadi tidak sadarkan diri dan tidak dapat merasakan nyeri. Namun ia
masih dapat mengatur pernapasannya sendiri dengan normal.
2.
Sedasi dalam/analgesia, Obat-obat jenis ini merangsang depresi dan
penurunan kesadaran pasien. Kita akan sulit menyadarkan pasien dengan
keadaan ini, namun masih dapat dibantu dengan memberikan stimulasi
berulang atau stimulasi nyeri kepada pasien.
3.
Sedasi menengah, Obat sedasi ini menurunkan kesadaran pasien,
namun ia masih akan dapat memberikan respons terhadap perintah verbal,
baik dengan kemampuannya sendiri ataupun dengan stimulasi rangsang
cahaya.
4.
Sedasi minimal/anxiolysis, Pasien dengan anestesi ini masih dapat
merespons perintah verbal dengan normal melalui konsentrasi yang tinggi.
Obat-obatan anestesi yang umum dipakai pada pembiusan total adalah N2O,
Halotan, Enfluran, Isofluran, Sevofluran, dan Desfluran. Obat anestesi umum
yang ideal haruslah tidak mudah terbakar, tidak meledak, larut dalam lemak, larut
dalam darah, tidak meracuni end-organ (jantung, hati, ginjal), efek samping
minimal, tidak dimetabolisasi oleh tubuh, dan tidak mengiritasi pasien.Sayangnya,
tidak ada obat anestesi umum yang memenuhi semua kriteria di atas. Ini berarti,
obat bius/anestesi umum/total pasti memiliki efek samping.
Efek samping tersebut di antaranya:

Mengiritasi aliran udara, menyebabkan batuk dan spasme laring (golongan
halogen).

Menimbulkan stadium kataleptik yang menyebabkan pasien sulit tidur
karena mata terus terbuka (Ketamin).

Depresi napas.

Depresi pada susunan saraf pusat.

Aspirasi.

Nyeri tenggorokan.

Sakit kepala.

Perasaan lelah dan bingung selama beberapa hari.
Hal-hal tersebut di atas adalah sebagian dari efek samping pembiusan total.
Efek samping tersebut bersifat sementara. Namun, ada pula komplikasi serius
yang dapat terjadi. Untungnya, komplikasi tersebut sangat jarang, dengan
perbandingan 4 komplikasi dalam jutaan pasien yang diberi obat anestesi.
9.3.4
Anestesi Agent
Pada proses anestesi atau pembiusan diperlukan anestesi agent atau yang
biasa disebut obat bius, anestesi agent ini terdiri dari beberapa jenis yang biasa
ada dipasaran. Jenis-jenis ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
baik dari segi efek yang ditimbulkan sampai pada tingkat kedalaman anestesinya
pada saat penggunaan. Jenis-jenis anestesi agent yang ada dipasaran antara lain:
1. Halothan/fluothan
 Tidak berwarna, mudah menguap
 Tidak mudah terbakar/meledak
 Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Efek:
 Tidak merangsang traktus respiratorius
 Depresi nafas  stadium analgetik
 Menghambat salivasi
 Nadi cepat, ekskresi airmata
 Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
 Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
 Depresi otot jantung  aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
 Depresi otot polos pembuluh darah  vasodilatasi  hipotensi
 Vasodilatasi pembuluh darah otak
 Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
 Meningkatkan aktivitas vagal  vagal refleks
 Pemberian berulang (1-3 bulan)  kerusakan hepar (immune-mediated
hepatitis)
 Menghambat kontraksi otot rahim
 Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh
 Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan :

cepat tidur

Tidak merangsang saluran napas

Salivasi tidak banyak

Bronkhodilator  obat pilihan untuk asma bronkhiale

Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)

Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang
enak
Kerugian

overdosis

Perlu obat tambahan selama anestesi

Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi

aritmia jantung

Sifat analgetik ringan

Cukup mahal

Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
2. Nitrogen Oksida (N2O)
Gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar
dan relatif tidak larut dalam darah.
Efek:

Analgesik sangat kuat setara morfin

Hipnotik sangat lemah

Tidak ada sifa relaksasi sama sekali

Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.  Bila
murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP

jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan
anestetik lain seperti halotan dan sebagainya.
3. Eter
-
tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat
merangsang
-
iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
-
margin safety sangat luas
-
murah
-
analgesi sangat kuat
-
sedatif dan relaksasi baik
-
memenuhi trias anestesi
-
teknik sederhana
4. Enfluran

isomer isofluran

tidak mudah terbakar, namun berbau.

Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti
kejang (pada EEG).

Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan
enfluran lebih iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran

cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar

menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap
penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.

Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran
6. Sevofluran

tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak
dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.

tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
Setiap penggunaan anestesi agent akan mengakibatkan efek pada pasien.
Pencegahan efek samping anestesi yang terbaik adalah dengan penjelasan
selengkap mungkin terhadap pasien mengenai efek samping dan risiko yang
mungkin terjadi, pemeriksaan menyeluruh, dan pemberian obat anestesi yang
tidak melebihi dosis.
9.4
Prosedur Tetap Pengoperasian
A. Prasyarat :
1. SDM terlatih dan siap
2. Catu daya sesuai kebutuhan alat
3. Kotak kontak dilengkapi dengann hubungan pembumian
4. Alat laik pakai dan dalam keadaan bersih
5. Asesori alat lengkap dan baik
6. Bahan operasional tersedia
B. Persiapan
1. Tempatkan alat pada ruang perawatan’
2. Lepaskan penutup debu ( dust Cover )
3. Pemanasan
4. Hubungkan alat dengan catu daya
5.Hidupkan alat dengan menekan / memutar tombol ON/OFF ke posisi ON
6.Patikan sumber gas terhubung dgn baik
6. Lakukan Safety Test alat
C. Pelaksanaan
1. Perhatikan Protap peleyanan
2. Hubungkan selang Udara ke obyek (pasien) dan pastikan bahwa pasien
kabel sudah terhubung dengan baik dan benar pada pasien
3. setting parameter dan flow meter
3. Lakukan monitoring dan setting bila diperlukan pada disply
D. Pengemasan / penyimpanan
1. Matikan alat dengan menekan / memutar tombol ON / OFF ke posisi OFF
2. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
3. Lepaskan Selang Udara dan bersihkan
4. Pasang penutup debu (dust cover)
5. Simpan alat pada tempatnya
6. Catat beban kerja alat
9.5
dalam jumlah pasien per jam
Prosedur Tetap Pemeliharaan
Tujuan :
1. Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
2. Alat selalu dalam kondisi siap dan laik pakai, sehingga usia teknis alat dapat
tercapai.
Petugas : Teknis Elektromedis
Peralatan :
1. Alat Kerja : Tool set Mekanik
Vacuum Cleaner
2. Alat ukur
Multimeter
Electrical Safety Analyzer
(terkalibrasi)
(terkalibrasi)
Ground Tester
(terkalibrasi)
flow analyzer
(terkalibrasi)
Prosedur :
A. Persiapan
1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK )
2. Siapkan formulir lembar kerja dan kartu pemeliharaan alat.
3. Siapkan :
a. Service Manual
b. Protap pemeliharaan dan protap pengoperasian alat.
4. Siapkan alat kerja dan alat ukur
5. Siapkan bahan pemeliharaan dan material bantu.
6. Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat.
B. Pelaksanaan pemeliharaan. ( perhatikan Service Manual ).
1. Lakukan pembersihan seluruh bagian alat.
2. Lakukan pelumasan pada bagian-bagian yang bergerak
3. Lakukan pengencangan / tightening
4. Lakukan pengecekan fungsi dan kondisi bagian alat.
5. Lakukan penggantian bahan pemeliharaan.
6. Lakukan pemeriksaan kinerja dan aspek keselamatan kerja.
7. Lakukan penyetelan / adjustment.
8. Kesimpulan hasil pemeliharaan.
C. Pencatatan
1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja, kartu pemeliharaan dan SPK.
2. Simpulkan hasil pemeliharaan
- Alat baik.
- Alat tidak baik
3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar kerja dan SPK, sebagai
bukti pemeliharaan alat telah dilaksanakan.
D. Pengemasan.
1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan Lembar kerja.
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat
semula.
4. Bersihkan alat Bedside Monitor dan lokasi pemeliharaan.
E. Laporan.
1. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat
dan serahkan kembali alat Bedside Monitor yang telah dipelihara.
2. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada pemberi tugas.
9.6
Prosedur Tetap Perbaikan
Prosedur tetap Perbaikan alat Patient Monitor adalah bentuk standar
mengenai langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis
dalam melaksanakan perbaikan alat Bedside Monitor, yang berdasarkan prasyarat
dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarakan pada service
manual dan petunjuk lain yang terkait, meliputi, analisa kerusakan, penyiapan
suku cadang, perbaikan,, penyetelan / adjustment, kalibrasi internal uji kinerja,
dan pengukuran aspek keselamatan kerja. Kesimpulan hasil perbaikan alat baik
atau alat tidak baik.
Tujuan :
1. Agar perbaikan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
2. Alat yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dan berfungsi kembali
Peralatan:
1. Alat Kerja :
Tool set Mekanik
Trecker
Vacuum Cleaner
2. Alat ukur
: Multimeter
(terkalibrasi)
Electrical Safety Analyzer
(terkalibrasi)
flow analyzer
(terkalibrasi)
Osciloscope
(terkalibrasi)
Ground Tester
(terkalibrasi)
Prosedur :
A. Persiapan
1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK )
2. Siapkan formulir lembar kerja perbaikan.
3. Siapkan :
c. Service Manual, diagram ( schematic / wiring)
d. Protap perbaikan dan protap pengoperasian alat.
4. Siapkan alat kerja dan alat ukur
5. Siapkan bahan perbaikan dan material bantu.
6. Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat.
B. Pelaksanaan
1. Lakukan analisis kerusakan :
- Tanyakan kepada pengguna alat, mengenai gejala kerusakan.
- Lakukan trouble shooting, untuk mengetahui penyebab kerusakan, bagian
alat /komponen / suku cadang yang mengalami kerusakan. ( perhatikan
panduan analisis kerusakan, service manual dan diagram ).
- Lakukan identifikasi, bagian alat / komponen/ suku cadang yang rusak,
lengkap dengan data teknis dan nomor catalog.
2. Siapkan suku cadang yang diperlukan
3. Lakukan langkah perbaikan ( dengan atau tanpa suku cadang )
4. Lakukan penyetelan / adjustment, kalibrasi internal
5. Lakukan uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan kerja.
C. Pencatatan
1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja perbaikan dan SPK.
2. hasil perbaikan
- Alat baik. Kesimpulkan
- Alat tidak baik
3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar kerja perbaikan dan SPK,
sebagai bukti perbaikan alat telah dilaksanakan.
D. Pengemasan.
1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan Lembar kerja.
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat
semula.
4. Bersihkan alat Ventilator Anastesi dan lokasi perbaikan
E. Pelaporan.
1. Laporkan hasil perbaikan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan
serahkan kembali alat anastesi ventilator yang telah diperbaiki.
2. Laporkan hasil perbaikan alat kepada pemberi tugas.
9.7 Pelaksanaan
Pemeliharaan
Preventif
Anastesi
Ventilator Di Ruang IBS
Langkah – Langkah Pemeliharaan :
1. Mempersiapkan Lembar Kerja
- Mengisi Identitas alat
- Mengukur Catu Tegangan
- Mengukur Temperatur ruang
- Mengukur Kelembaban ruang
2. Pemeriksaan Fisik Alat
 Chasis
Periksa apakah terdapat kerusakan, kotor, baut kendor, atau kelainan.

Apabila perlu, diperbaiki
Penyangga
Periksa tiang penyangga atau dudukan apakah ada kerusakan atau

tidak stabil. Bila perlu alat dipindahkan
Kotak Kontak
Periksa kotak kontak listrik yang digunakan alat, apakah terdapat
kerusakan fisik dan fungsi, jika perlu diperbaiki
 Label
Periksa label pabrik dari alat (berlaku untuk kontrak service)
3. Pemeliharaan
Melakukan pembersihan pada alat
4. Lengkapi isian Lembar Kerja, apakah alat tersebut dalam kondisi baik atau
tidak.
5. User harus dan wajib untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar anestesi dan
mengetahui kegunan dan bahaya dari alat tersebut
6. Pastikan gas yang ada di sentral gas tempat tersebut selalu dalam posisi
2,5-6 bar untuk mesin anestesi dan cek secara berkala.
7. Cek selang dan port saluran gas O2 N2O dan Air yang berada dalam mesin
tersebut secara rutin minimal 2 minggu sekali
8. Cek secara rutin koneksi antara Vaporizer dan flow meter
9. Cek konektor di absorber dan pastikan sodalem nya merupakan warna
yang benar
10. Buka absorber secara rutin dan bersihkan dengan menggunakan tisu dan
keringkan
11. Cek konektor corigatet tube yang ke absorber bersihkan
12. Periksa tingkat kebocoran setelah alat di buka dan di bersihkan,dan pasang
kembali dan cek antar sambungan dengan menggunakan buih sabun
pastikan tidak ada yang bocor,setelah selesai pengcekan bersihkan sabun
dengan lap yang daya serapnya tinggi
13. Setelah selesai simpan mesin d tempat yang seharusnya.
14. Cek bellows,apakah sobek atau mika penutup bellows retak,pastikan
dalam keadan siap di gunakan karna akan mempengaruhi system.
15. Pastikan O2 flush berfungsi walaupun system kelistrikan tidak berfungsi
16. Pastikan selang patien airway pressure port di semprot dengan udara tekan
untuk menghindari penyumbatan yang d karnakan oleh uap nafas pasien
17. Bersihkan inspiratory dan expiratory port menggunakan tisu jangan
semprot dengan udara tekan atau di tiup,karna akan menyebabkan
kerusakan sensor
18. Cabut Circle system with CO2 Absorber dari unit buka dan bersihkan
menggunakan tisu dan semprot menggunakan udara tekan sampai bersih
ganti soda lime Dengan yang baru,pasang kembali dan oleskan lubricant
supaya menghindari kebocoran.
19. Pastikan semua terconek dengan baik dan benar
BAB X
Hemodialisa
10.1 Devinisi
Menurut Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute
dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari
kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa
peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip
dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan
dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.
Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan
sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran
semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan
untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan
melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar
dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan
memperbesar jalan masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer
yang dapat dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang
dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat
(Tisher & Wilcox, 1997).
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang
dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk
membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam
sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah,
maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa)
melalui pembedahan (NKF, 2006).
10.2 Fungsi
Mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal
pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal
dialysis. Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus
segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanent atau menyebabkan
kematian. Hemofiltrasi digunakan untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan.
Peritoneal dialysis mengeluarkan cairan lebih lambat daripada bentuk-bentuk
dialysis yang lain.
10.3 Prinsip Kerja
Prinsip kerja mesin hemodialisa secara umumnya adalah mempertemukan
darah dan cairan dialisat yang diolah oleh mesin di dalam tabung yang disebut
dialiser, sehingga terjadi proses yang tujuannya menyerupai ginjal.
Proses kerja hemodialisa yang terjadi di dalam tabung dialiser, sebagai
berikut:
1. Proses Difusi
Proses difusi adalah suatu proses dimana terjadinya pertukaran zat-zat yang
terdapat di dalam cairan hemodialisa yang diolah oleh mesin hemodialisa (HD)
dengan cairan yang terdapat pada darah. Proses pertukaran cairan ini terjadi di
dalam membrane semipermeable atau yang biasa disebut dialiser.
2. Proses Ultrafiltrasi
Proses ultrafiltrasi adalah suatu proses perpindahan cairan dari satu
kompartmen ke kompartmen lain dalam dialiser. Kompartmen tersebut adalah
kompartmen darah dan kompartmen cairan dialisat.
Dalam proses ini perpindahan yang diharapkan umumnya adalah perpindahan
cairan dari kompartmen darah menuju kompartmen cairan dialisat.
Hal ini dilakukan karena, selain di dalam darah pasien mengandung racun
yang tidak dapat dibuang oleh ginjal, juga terdapat cairan tubuh berlebih yang
juga tidak dapat dibuang oleh ginjal bersama racun tersebut.
Air RO
10.4 Blok Diagram
Berikut
blok diagram umum
mesin hemodialisa : Pengaturan
Persiapan
Pencampuran
cairan
cairan Dialisat
suplai air ke
dialiser
PASIEN
Pompa
Dialiser
darah
Penarikan
Air
cairan
pasien
1. Persiapan cairan
Pada bagian ini air RO (Reverse Osmosis) yang masuk ke mesin diatur
sedemikian rupa sesuai kebutuhan mesin pada saat beroperasi,
kemudian dihangatkan, hingga mencapai suhu tertentu.
Selain suhu, pada bagian ini juga air yang digunakan dipilih, sehingga
gelembung-gelumbung udara yang terdapat pada air diusahakan
seminimal mungkin.
Kemudian air yang dibutuhkan disuplai ke bagian pencampuran cairan
dialisat
2. Pencampuran cairan dialisat
Pada bagian ini, dilakukan pencampuran cairan RO yang sudah diolah,
dengan dua cairan, yaitu cairan Acid dan cairan Bicarbonat, sehingga
takaran yang dihasilkan siap untuk proses difusi pada tabung dialiser.
3. Pengaturan suplai air ke dialiser
Pada bagian ini dilakukan kontrol jumlah cairan dialisat yang boleh
masuk ke tabung dialiser secara bertahap. Kecepatan yang umum yaitu
500 ml/menit (untuk pasien dewasa).
4. Dialiser
Pada dialiser terjadi pertemuan cairan darah pasien dengan cairan
dialisat yang telah diolah oleh mesin. Pada bagian inilah terjadi proses
hemodialisis,yaitu proses difusi dan proses ultrafiltrasi.
5. Pompa Darah
Pompa darah berfungsi untuk menarik darah dari pasien menuju
dialiser dan kemudian mengembalikannya kembali kepada pasien.
6. Penarikan Cairan tubuh pasien
Bagian ini merupakan bagian yang mendukung terjadinya proses
ultrafiltrasi yang terjadi pada tabung dialiser. Baigian ini menggasilkan
tekanan negatif sebagai prinsip penarikanya dengan menggukan
“piston pump”.
10.5 Standart Operasional Prosedure
Berikut prosedur pengoperasian salah satu merk mesin HD :
1. Langkah 1
a. Hidupkan mesin
b. Pilih “Hemodialisys” menggunakan self test ataupun tidak
c. Muncul layar baru “PREPARATION”
- Pasangkan konsentrat
- Mesin akan melakukan self test otomatis (tes heater, tes
konduktiviti, suhu, darah bocor, dll.)
d. Saat mesin melakukan self test, pasang blood line dan dialiser,
kemudian isi dengan NaCl.
e. Setelah selesai self test, akan muncul tulisan berikut :
2. Langkah 2
a. Pasangkan kopling dialisat ke dialiser, kemudian tekan “ENTER”
b. Setelah ditekan, dialiser akan terisi cairan dialisat, dan akan
muncul :
3. Langkah 3
a. Sekarang cek persiapan bloodline dan dialiser, sbb :
b. Sekarang baru tekan “ENTER”
c. Mesin akan melakukan test bagian selang darah secara otomatis
d. Jika bloodline/ dialiser telah diset dengan benar dan dalam keadaan
yang bagus, test ini akan terlampaui
4. Langkah 4
a. Set parameter-parameter dialisa, sbb :
- Jumlah UF
mis. 2000 ml
- Waktu UF
mis. 4 jam
- Pompa Heparin
mis. 5 ml/jam
- Akhir Heparin
mis. 00:30
- Suhu
mis. 37ºC
- Bicarbonate Conductivity
mis. 3.0 mS/cm
- Final Conductivity
mis. 14.3 mS/cm
b. Mesin akan mengatur dirinya untuk mencapai parameter-parameter
yang diinginkan tersebut diatas
c. Jika angka-angka tersebut telah terpenuhi, mesin akan melakukan
rinsing dengan UF otomatis
5. Langkah 5
a. Untuk memulai hemodialisa, tekan tombol
b. Mesin akan meminta konfirmasi, sbb :
pada layar
c. Jika data-data tersebut sama dengan yang diharapkan, tekan
“ENTER”
d. Mesin akan otomatis masuk ke mode “Hemodialisys”
10.6 Standart Maintenance Prosedure
Berikut standar pemeliharaan mesin HD :
Pada dasarnya prinsip kerja mesin HD adalah melakukan pengolahan cairan
Acid dan Bicarbonat. Kedua cairan ini bersifat bereaksi jika dikonsentrasikan dan
menimbulkan sisa-sisa endapan yang dapat menggangu kinerja dialysis
berikutnya.
Untuk itu perawatan yang umum dilakukan adalah melakukan tindakan
disinfection setiap sebelum dan sesudah dindakan dialysis kepada pasien.
Selain dari disinfection, juga dilakukan pemantauan nilai-nilai parameter
setiap komponen dan sensor, untuk mengetahui kinerja setiap komponen tersebut.
10.7 Trouble Shooting
Salah satu masalah yang mungkin muncul adalah munculnya alarm
“Bicarbonat Condition Limit”. Keadaan ini muncul ketika mesin menganggap
tidak adanya cairan Bicarbonat yang dapat ditarik oleh mesin yaitu bagian
“Bicarbonat Pump”.
Hal ini kemungkinan memang cairan Bicarbonat yang ada di dalam jerigen
kosong. Hal lain yang mungkin terjadi adalah selang penarikan cairan terdapat
bagaian yang sobek, sehingga mengakibatkan Bicarbonat pump telalu banyak
menarik udara.
Hal lain yang mungkin juga terjadi adalah Bicarbonat Pump macet karena
terjadi pengendapan pada piston pump body.
Penanganannya dapat dengan cara membersihkan piston pump body dengan
melarutkan kotoran dengan bantuan cairan disinfection.
BAB XI
VENTILATOR
Gambar Alat Ventilator
11.1 Fungsi Alat
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah
suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien
dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas
buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan
intensif atau ICU.
11.2 Prinsip Dasar Ventilator
Beberapa ventilator tekanan positif saat ini sudah dilengkapi sistim komputer
dengan panel kontrol yang mudah dioperasikan (user-friendly). Untuk
mengaktifkan beberapa mode, setting dan alarm, cukup dengan menekan tombol.
Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa
ventilator, menyediakan back up batere, namun batere tidak di disain untuk
pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan hidup
(life - support); sebab jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan
meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag di
samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator stop
dapat langsung dilakukan manual ventilasi.
Ketika ventilator dihidupkan, ventilator akan melakukan self-test untuk
memastikan apakah ventilator bekerja dengan baik. Tubing ventilator harus
diganti setiap 24 jam dan biarkan ventilator melakukan self-test lagi. Filter bakteri
dan water trap harus di periksa terhadap sumbatan, dan harus tetap kering. Namun
perlu diingat bahwa penanbahan filter dapat meningkatkan dead space.
11.3 Prinsip Kerja Alat (Umum)
Pneumatik/mekanik
• Sumber gas : Oksigen dan compressed air
• Katub inspirasi, katub ekspirasi, sirkuit ventilator
Elektronik/ mikroprosesor
• Sistem kontrol, panel kontrol, monitor dan alarm
• Sistem untuk sinkronisasi ventilator-pasien
11.4 Mode-Mode Ventilator
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan
ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi
tergantung dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai
berikut:
Bagan implementasi penggunaan ventilator
1. Mode Control
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol
pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang
telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas
sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi),
tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi
pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled
Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten
Positive Pressure Ventilation)
2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation /
Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang
seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan
mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan
apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi
fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi
terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan
mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV
diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal
sehingga masih memerlukan bantuan.
3. CPAP : Continous Positive Air Pressure.
• Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan
diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
• Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan
melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
11.5 Blok Diagram Ventilator
Blok Diagram Ventilator
Keterangan
1) PLN
: Sebagai sumber catu daya untuk mengaktifkan masing-
2)
3)
4)
5)
6)
masing
: Tempat keluarnya sumber oksigen
: Udara tekan yang dihasilkan compressor
: Memberikan tegangan ke seluruh rangkaian
: Tempat bercampurnya oksigen dan udara
: Merupakan board utama pada ventilator yang berfungsi
Oksigen Outlet
Air
Power Supply
Mixer
GDE
7) Humidifier
8) Patient
9) Flow Sensor
10) Compressor
:
:
:
:
untuk mengatur pemberian gas.
Untuk melembabkan udara sebelum masuk ke pasien
Yang akan di pasang alat ventilator
Tempat melihat berapa jumlah udara yang masuk
Alat untuk menghasilkan udara tekan
Cara Kerja Alat
1. Hubungkan Ventilator menjadi sumber daya AC yang sesuai dan
hubungkan ke pasien.
2. Hidupkan power on.
3. Pilih new patient saat diminta. The safety valve open akan aktif. Menekan
Pasien Terima.
4. Pilih patient size. Tekan accept size. Biarkan pengaturan pada default
(standart). Alarm tidak diaktifkan.
5. Pastikan bahwa Leak Comp and Humidifier active non aktif. Lalu tekan
Setup Accept.
Sebelum ventilator ini digunakan, harus dilakukan system internal kalibrasi
Extended Systems Test (EST) untuk mengetahui uji kebocoran arus, uji
pemenuhan standar rangkaian dan uji kalibrasi O2 sensor
11.6 SOP Kalibrasi Alat
( Dilakukan mesin dalam keadaan tidak tersambung ke pasien)
a. Setelah selesai Pemilihan New Pasien dan Resume Pasien,maka akan
muncul EST di layar lalu pilih EST.
Display EST system
b. Tutup ujung Y –piece dengan ujung jari atau alat penyumbat karet untuk
memastikan udara tidak ada yang bocor .
play EST system
c. Tunggu 90 sec maka akan muncul EST Succesfull
EST
succesfull
d.
Lepaskan
hot
wire flow sensor dari pasien sirkuit
e. Tunggu sampai muncul zero sensor Complited muncul. Sambungkan
kembali flow sensor ke Y-piece .pasien sirkuit.
f. Jika flow sensor terjadi penyimpangan dalam pembacaan maka lakukanlah
penggantian flowsensor baru.
11.7 SOP Perawatan Alat

Alat
1. Apabila mesin tidak digunakan maka lepaskan dari sumber Outlet O2
dan udara tekan.
2. Apabila alat tidak dipakai maka dalam jangka waktu 2 minggu sekali
harus dilakukan charge agar internal battrey tidak rusak.
3. Selalu menggunakan stabilizer dalam pemakaian ventilator.
4. Jangan menyimpan mesin ditempat yang suhu udaranya panas, atau
terkena sinar matahari secara langsung.

Flow sensor
1.
2.
3.

Flow sensor dibersihkan Sekurang kurangnya 2 x seminggu.
Flow sensor jangan sampai terbentur keras, ataupun jatuh
Bersihkan dengan Gigazyme dan Gygasept Instru
Oxygen Sensor
Sebaiknya dari awal pemakaian oksigen jangan langsung di setting
tinggi (90%) ,tetapi bertahap mulai 30%,kemudian naikkan 40% ,dst.
Pada waktu selesai pemakaian Ventilator setting FiO2 dikembalikan pada
konsentrasi 21% lalu matikan mesin.
BAB XII
INCUBATOR TRANSPORT
12.1 Teori Dasar
Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari 9 bulan, jadi bayi ini belum
dapat mengkontrol suhu tubuh mereka dengan lingkungan di luar rahim dan
seringkali bayi prematur inipun mempunyai masalah dengan sistem pernapasan
dan juga penyakit jantung.
Suhu tubuh bayi prematur yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan
luar ini akan hilang melalui evaporasi, konduksi, konveksi, dan radiasi.
Transport incubator adalah suatu peralatan biomedis yang menyediakan
kehangatan, kelembaban, dan oksigen sekaligus di dalam sebuah ruangan yang
dapat dikontrol sesuai dengan yang dibutuhkan bayi yang baru lahir dan dapat
dibawa antar ruangan rumah sakit, maupun melalui ambulance.
Gambar 1.1 Transport incubator
Pada umumnya infant incubator mempunyai hand access port (lubang untuk
memasukan tangan) yang dilengkapi dengan pintu untuk mengkondisikan bayi
pada suhu ruangan. Dan perawat dapat menaikkan atau memindahkan kerudung
plastik atau membuka suatu panel agar dapat lebih leluasa untuk memindahkan
bayi. Beberapa unit dilengkapi dengan fan yang berfungsi menyebarkan panas
udara keluar pada saat kerudung plastik tersebut dinaikkan.
Proses pemanasan dan pelembaban udara terletak dibawah kasur, terpisah
dengan ruang bayi yang didalamnya dilengkapi dengan fan untuk membantu
proses penyebaran/sirkulasi udara melalui alat pemanas dan wadah tempat air
untuk proses pelembaban udara.
Kebanyakan unit mempunyai dua mode operasi yaitu pengaturan suhu udara
dan pengatur suhu kulit (skin temperature). Perubahan tubuh bayi dapat diukur
secara periodik melalui sebuah thermometer. Pengaturan suhu dapat dilakukan
pada control setting, yang mana temperaturnya rangenya dari 28 ºC – 37 ºC , skin
temperature dari 34 ºC – 37 ºC.
12.2 Blok Diagram infant incubator
Gambar 2.1 Blok diagram infant incubator
Keterangan dan fungsi blok diagram :
1.
Power supply berfungsi mensupply tegangan dan arus ke
seluruh blok rangkaian infant incubator.
2.
Rangkaian front panel berfungsi untuk mengatur settingan
yang diinginkan baik pada chamber atau skin temperatur serta sebagai display
alat.
3.
Filter berfungsi untuk menyaring udara yang akan
diberikan kepada bayi agar steril dari kuman dan bakteri.
4.
Fan berfungsi sebagai penyebar panas dari heater ke
seluruh ruangan/chamber incubator.
5.
Heater berfungsi sebagai penghasil panas yang nantinya
akan ditiup oleh fan sehingga udara panas yang dihasilkan heater ini akan
menyebar.
6.
Rangkaian
humidifier
berfungsi
sebagai
pengatur
kelembaban di dalam ruangan/chamber incubator.
7.
CPU berfungsi sebagai pusat proses kegiatan pengaturan
alat secara digital dan sebagai sumber input output atau I/O keseluruhan
incubator.
8.
Chamber merupakan ruangan dimana bayi yang akan
diinkubasi dibaringkan.
Prinsip kerja keseluruhan dari blok diagram infant incubator secara teknis
adalah sebagai berikut :
Pada saat pesawat di hidupkan dengan menekan tombol ON maka blok power
supply akan memberikan
tegangan kepada rangkaian control circuit, alarm,
heater, fan blower, dan sebagainya. Pada rangkaian kontrol terdapat relay yang
merupakan kontak yang mengatur pemberian supply ke heater. Besarnya suhu
panas yang dihasilkan oleh heater dikontrol oleh relay dan rangkaian temperatur
suhu melalui rangkaian control circuit. Panas yang dihasilkan kemudian diratakan
oleh fan blower keseluruh ruangan infant inkubator, sehingga ruangan
mendapatkan suhu yang rata.
Jika suhu setting inkubator belum tercapai sesuai yang diinginkan maka heater
akan tetap bekerja. Sedangkan jika suhu di dalam sudah sesuai dengan
setting maka heater akan berhenti bekerja. Dimana instruksi dari sensor suhu
didalam chamber setelah mendapat deteksi bahwa suhu didalam chamber sudah
sesuai akan memberikan signal ke rangkaian CPU dan akan membuat relay tidak
bekerja sehingga sumber daya ke heater akan berhenti kerja.
Rangkaian alarm akan berkerja jika terjadi failur atau terjadi masalah pada
unit maka akan mentriger rangkaian alarm untuk bekerja dan alarm akan bunyi.
12.2 Prinsip Kerja infant incubator
Sumber tegangan masuk kerangkaian power supply dan di searahkan oleh
rangkaian penyearah dan disesuaikan tegangannya untuk mensupply ke rangkaian
lain, heater membutuhkan supply tegangan yang berasal dari rangkaian power
supply dan dihubungkan oleh sebuah relay. Kemudian temperatur disetting sesuai
dengan kebutuhan, antara suhu yang dihasilkan sensor dan suhu yang diatur
dimasukkan kerangkaian pembanding ( komparator ) saat suhu sensor berada
dibawah suhu setting maka komparator akan menginformasikan sinyal
kerangkaian driver untuk mengaktifkan relay, saat relay aktif dan heater akan
terhubung dengan sumber tegangan maka heater akan bekerja dan menghasilkan
panas.
Dan saat suhu sensor sama dengan suhu setting maka komparator akan
menginformasikan sinyal kerangkaian driver untuk menonaktifkan relay sehingga
memutus arus supply untuk heater dan heater akan berhenti bekerja.
Sensor suhu difungsikan untuk menjaga suhu batas sehingga saat suhu yang
dihasilkan dari pembacaan komporator eror atau tidak merspon lagi maka suhu
akan terus naik sehingga ini akan membahayakan bagi bayi untuk itu diperlukan
batas atas yang bisa dibilang sebagai pengaman. Sistem ini akan bekerja secara
terus menerus sehingga akan menjaga suhu yang dikehendaki.
12.3 Perpindahan panas
Panas adalah bentuk energi yang bergerak. Jika dua benda memiliki suhu yang
berbeda atau dua bagian dari suatu benda memiliki suhu yang berbeda, maka
panas akan mengalir dari benda ( bagian benda) yang bersuhu rendah. Ada
beberapa prinsip perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan
evaporasi. Energi yang hilang atau masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit
dapat secara keempat prinsip tersebut.
12.3.1 Konduksi
Gambar 4.1 Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas oleh tumbukan antar molekul yang
bertetangga. Atau juga dapat diartikan proses perpindahan panas dari suatu obyek
yang bersuhu lebih tinggi ke obyek yang bersuhu rendah dengan jalan kontak
langsung. Misalnya jika kita memegang batang besi yang bagian ujungnya
dipanaskan di api, maka panas akan segera terasa oleh tangan kita melalui
konduksi. Proses perpindahan panas akan terus berlanjut selagi masih ada beda
suhu antara bagian batang besi tersebut.
12.3.2 Konveksi
Gambar 4.2 Konveksi
Konveksi adalah aliran panas melalui fluida dari tempat yang bersuhu tinggi
menuju benda yang bersuhu rendah dengan gerakan atau aliran partikel-partikel
fluida itu sendiri. Pada konveksi, kalor berpindah bersama-sama dengan
perpindahan partikel zat. Beberapa contoh peristiwa konveksi adalah terjadinya
angin laut dan angin darat. Pada siang hari suhu udara didarat lebih tinggi dari
pada suhu permukaan laut sehingga terjadi aliran udara dari laut ke darat (angin
laut). Sedangkan pada malam hari udara di darat suhunya lebih rendah dari pada
suhu dipermukaan laut (angin darat). Contoh lain adalah sistem pemanas air dan
ventilasi udara.
12.3.2.1 Radiasi
Gambar 4.3 Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas oleh gelombang elektromagnetik.
Gelombang elektromagnetik tersebut bergerak dengan kecepatan 186 mil/s atau
300 juta m/s, dan untuk bergerak tidak memerlukan medium perantara. Jika kita
meletakan tangan disamping api maka tangan akan terasa panas. Panas
merambatb melalui radiasi. Sumber energi radiasi yang utama adalah matahari.
Pada lampu listrik, energi dipancarkan dari filament yang dipanaskan melewati
tabung gas walaupun di dalam tabung tidak ada gas. Hal ini membuktikan
perambatan panas melalui radiasi tidak membutuhkan perantara.
12.3.2.2 Evaporsi
Gambar 4.4 Evaporasi
Evaporasi adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi uap. Manusia
kehilangan sekitar 9.103 kalori/gram melalui penguapan paru-paru. Dengan
aktifitas berat atau lingkungan panas, seseorang akan minum 4 liter/jam, ini
merupakan suatu proses pertukaran energi thermal. Kehilangan panas secara
evaporasi dapat terjadi apabila :
1. Perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit dengan udara ambien
(lingkungan).
2. Temperatur lingkungan rendah dari normal sehingga evaporasi dari
keringat dapat terjadi dan dapat menghilangkan panas dari tubuh, hal ini
dapat terjadi apabila temperatur basah kering dibawah temperatur kulit.
3. Adanya gerakan angin.
4. Adanya kelembaban.
12.4 Prosedur
Tetap
Pengoperasian
Inkubator
Perawatan
Inkubator perawatan adalah alat yang digunakan untuk merawat bayi prematur
atau mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) dengan cara memberikan
temperatur dan kelembaban yang stabil sesuai dengan kondisi dalam kandungan
ibu.
A. Prasyarat
1. SDM terlatih.
2. Catu daya sesuai kebutuhan alat.
3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian.
4. Alat laik pakai dan dalam keadaan bersih.
5. Aksesori alat lengkap dan baik.
6. Bahan operasional tersedia.
B. Persiapan
1. Tempatkan alat pada ruang perawatan
2. Lepaskan penutup debu (dust cover)
3. Periksa pengatur kasur, sungkup pengontrol, volume air, tabung oksigen
termasuk flow meter, kondisi filter dan skin sensor temperatur.
4. Siapkan dan pasang aksesories dengan baik dan benar
5. Siapkan bahan operasional
6. periksa hubungan alat dengan terminal pembumian.
C. Pemanasan
1. Hubungkan alat dengan catu daya
2. Hidupkan alat dengan sumber gas oksigen.
3. Atur dan cek regulator temperatur, humidity, fan, alarm untuk mengetahui
fungsi alat.
4. Hubungkan alat dengan sumber gas oksigen.
5. Lakukan pemanasan secukupnya.
D. Pelaksanaan
1. Perhatikan protap pelayanan.
2. Isi aqua secukupnya.
3. Atur temperatur selektor secukupnya.
4. Atur aliran oksigen sesuai keperluan.
5. Pasang skin sensor temperatur apabila ada.
6. Lakukan pelayanan.
7. Lakukan pemantauan terhadap :
- Temperatur chamber.
- Kelembaban
- Oxygen flow meter
E. Pengemasan / penyimpanan
1. tutup regulator pada tabung oksigen.
2. kembalikan posisi regulator ke posisi minimum.
3. matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF keposisi OFF
4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
5. Buang sisa air humidifier.
6. Bersihkan alat dan ganti alas bayi.
7. Pasang penutup debu (dust cover).
8. Simpan alat pada tempatnya.
9. Catat beban kerja alat -> dalam jumlah pasien
12.5 Prosedur Tetap Pemeliharaan Infant Inkubator
Prosedur tetap pemeliharaan alat infant inkubator
adalah bentuk standar
mengenai langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis
dalam melaksanakan pemeliharaan alat infant inkubator, yang berdasarkan
prasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarakan
pada service manual dan petunjuk lain yang terkait, dengan urutan kerja :
pembersihan, pelumasan, pengencangan, pengecekan, pengecekan fungsi dan
kondisi bagian alat, penggantian bahan pemeliharaan, pemeriksaan kinerja, aspek
keselamatan kerja dan penyetelan / adjustment. Kesimpulan hasil pemeliharaan
alat baik atau alat tidak baik.
Tujuan :
1. Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
2.
Alat selalu dalam kondisi siap dan laik pakai, sehingga usia teknis alat
dapat tercapai.
Petugas : Teknisi Elektromedis
Peralatan :
1. Alat Kerja : Tool set Mekanik
Vacuum Cleaner
Tracker
2. Alat ukur
Multimeter
(terkalibrasi)
Leakage current meter
(terkalibrasi)
Ground tester
(terkalibrasi)
Timer
(terkalibrasi)
Tachometer
(terkalibrasi)
Prosedur :
A. Prasyarat
1. SDM terlatih.
2. Peralatan kerja lengkap.
3. Dokumen teknis penyera, lengkap.
4. Bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu, tersedia.
5. Mekanisme kerja keras.
B. Persiapan
1. Siapkan surat perintah kerja (SPK).
2. Siapkan formulir laporan kerja.
3. Siapkan dokumen teknis penyerta :
a. Service manual.
b. Wiring diagram.
3. Siapkan peralatan kerja
a. tool set elektrik.
b. Multimeter.
c. Leakage current meter.
d. Thermometer.
4. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu :
a. contak cleaner.
b. Cairan pembersih.
c. Kain lap/ kertas tissue
d. Kuas.
e. Bacterial filter
f. akuades
g. baterai.
h. Lampu indikator.
i. Gas oksigen.
5. Pemberitahuan kepada pengguna.
C. Pelaksanaa
No.
1.
Kegiatan pemeliharaan
Cek dan bersihkan seluruh bagian alat
periode
3 bulan
2.
Cek tombol/switch, perbaiki bila perlu
3 bulan
3.
Cek dan bersihkan penampung akuades, isi bila perlu
3 bulan
4.
Cek filter bakteri, ganti bila perlu.
3 bulan
5.
Cek main hole,ganti bila perlu.
3 bulan
6.
Cek fungsi selungkup alat,.
3 bulan
7.
Cek fungsi roda, perbaiki bila perlu.
3 bulan
8.
Cek sistem catu daya,perbaiki bila perlu.
3 bulan
9.
Cek fungsi thermometer, ganti bila perlu.
3 bulan
10.
Cek fungsi pengatur kelembaban, ganti bila perlu.
3 bulan
11.
Cek fungsi skin probe, bila punya lebih dari 1 inkubator, 3 bulan
12.
Perhatikan probe agar tidak tertukar satu dengan yang
lain.
13.
Cek tekanan maksimum dan minimum gas oksigen
6 bulan
14.
Cek fungsi alarm, perbaiki jika perlu
6 bulan
15..
Cek fungsi kipas, perbaiki jika perlu
6 bulan
16.
Cek kondisi baterai, ganti bila perlu.
6 bulan
17.
Cek seluruh fungsi indikator/disply indikator,meter, 6 bulan
18.
pengukur tekanan,digital disply, perbaiki bila perlu.
6 bulan
19.
Cek temperatur kontrol,perbaiki bila perlu.
6 bulan
20.
Lakukan pengukuran arus bocor
1 bulan
21.
Lakukan pengukuran tahanan kabel pembumian alat
1 bulan
22
Lakukan uji kineja alat
3 bulan
D. Pencatatan
1. Isi kartu pemeliharaan alat.
2. Isi formulir laporan kerja
3. Pengguna alat menandatangani laporan kerja dan alat diserahkan
kembali kepada pengguna alat.
E. Pengemasan alat kerja, dan dokumen teknis penyerta.
1. Cek alat kerja dan sesuaikan dengan catatan
2. Cek dan rapikan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula.
F. Pelaporan.
1. Laporkan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas.
12.6 Prosedur
Tetap
Pemantauan
Fungsi
Infant
Inkubator
A. Ruang lingkup pemantauan.
Prosedur ini digunakan untuk pemantauan fungsi infant inkubator.
1. Uji kualitatif
a. Pemeriksaan kondisi fisik alat beserta bagian bagiannya
b. Pemeriksaan fungsi komponen alat.
2. Uji kuantitatif
a. Pengukuran catu daya.
b. Pengkuran temperatur dan kelembaban ruang.
c. Pengukuran aspek keselamatan
d. Pengukuran kinerja.
3.
Prasyarat
a. SDM terlatih.
b. Peralatan kerja lengkap.
c. Peralatan ukur lengkap.
d. Bahan operasional cukup.
4.
Persiapan
1) Sipakan surat perintah kerja (SPK).
2) Siapkan formulir lembar kerja.
3) Siapkan formulir laporan kerja.
4) Siapkan preralatan kerja.
a. Tool set.
b. Multimeter.
c. Leakage current meter.
d. Thermometer.
e. Hygrometer.
5) Pemberitahuan kepada pengguna alat.
5.
Prosedur kerja
1) Lakukan pendataan alat, meliputi :
a. Nama alat
b. Merk
c. Type / odel.
d. Nomor seri
2) Lakukan pemantauan / pengukuran kondisi lingkungan, meliputi :
a. Catu tegangan
b. Temperatur ruanga
c. Kelembaban ruang
3) Lakukan pemeriksaan kondisi fisik alat (secra visual), meliputi :
a. Chasis /selungkup
b. Kotak kontak
c. Terminal pembumian
d. Pengatur/ saklar.
e. Pemutus arus / sikring
f. Baterai
g. Konektor
h. Selang
i. Aksesori
j. Kebersihan alat
4) Lakukan pengukuran keselamatan kerja, meliputi :
a. Arus bocor
5) Hidupkan alat, lakukan pengecekan terhadap :
a. Heater
b. Motor fan
c. Alarm
d. Tanda tampilan
e. Temperatur kontrol
f. Keluhan pada alat
6) Tentukan kesimpulan pemantauan fungsi terdiri dari
a. Alat layak difungsikan
b. Alat tidak layak difungsikan
6. Pencatatan
1) Catat hasil pemnatauan fungsi, pada lembar kerja
2) Berikan saran tindak lanjut
3) Pengguna alat menandatangani lembar kerja pemantauan fungsi
7. Pengemasan alat kerja, alat ukur dan lembar kerja
8. Laporkan hasil pemantauan fungsi kepada pemberi tugas.
12.7 Prosedur Tetap Perbaikan Infant Inkubator
Tujuan
: Agar perbaikan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
Alat yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dan berfungsi
kembali
Petugas
: Teknisi Elektromedis
Peralatan
: Alat Kerja : Tool set Elektronik
Trecker
Alat ukur : Multimeter
Prosedur
(terkalibrasi)
Leakage current meter
(terkalibrasi)
Ground tester
(terkalibrasi)
Timer
(terkalibrasi)
Tachometer
(terkalibrasi)
:
A. Persiapan
1.
Siapkan Surat Perintah Kerja
(SPK )
2.
Siapkan
kerja perbaikan.
3.
Siapkan :
formulir
lembar
a.
Service
Manual,
diagram ( schematic / wiring)
4. Protap perbaikan dan protap pengoperasian alat.
5. Siapkan alat kerja dan alat ukur
6. Siapkan bahan perbaikan dan material bantu.
Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat.
B. Pelaksanaan
1. Lakukan analisis kerusakan :
- Tanyakan kepada pengguna alat, mengenai gejala kerusakan.
- Lakukan trouble shooting, untuk mengetahui penyebab kerusakan,
bagian alat / komponen / suku cadang yang mengalami kerusakan.
( perhatikan panduan analisis kerusakan, service manual dan diagram ).
- lakukan identifikasi, bagian alat / komponen/ suku cadang yang rusak,
lengkap dengan data teknis dan nomor catalog.
2. Siapkan suku cadang yang diperlukan
3. Lakukan langkah perbaikan ( dengan atau tanpa suku cadang )
4. Lakukan penyetelan / adjustment, kalibrasi internal
5. Lakukan uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan kerja.
C. Pencatatan
1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja perbaikan dan SPK.
2. Kesimpulan hasil perbaikan
- Alat baik
- Alat tidak baik
3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar kerja perbaikan dan SPK,
sebagai bukti perbaikan alat telah dilaksanakan.
D. Pengemasan.
1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan Lembar kerja.
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat
semula.
4. Bersihkan alat Centrifuge dan lokasi perbaikan
E. Laporan.
1. Laporkan hasil perbaikan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan
serahkan kembali alat Centrifuge yang telah diperbaiki.
2. Laporkan hasil perbaikan alat kepada pemberi tugas.
BAB XIII
Continous Positive Airway Pressure (CPAP)
13.1 Definisi
Bubble CPAP ( Continuous Positive Airway Pressure) merupakan suatu
alat yang mempertahankan tekanan positif pada saluran nafas bayi baru lahir
selama pernafasan spontan, sehingga pertukaran oksigen serta CO2 di paru-paru
bayi berjalan baik. Alat ini biasanya digunakan pada bayi-bayi yang mengalami
gangguan pernafasan, seperti pada bayi premature dan bayi-bayi yang mengalami
sesak nafas.
Bubble CPAP adalah metode yang sederhana, aman dan biaya yang efektif
untuk memberikan dukungan pernafasan untuk bayi prematur. Penggunaan
gelembung CPAP dapat membatasi pengembangan displasia bronkopulmonalis
(BPD) dan membantu untuk mendukung bayi tanpa komplikasi yang berhubungan
dengan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik.
Bubble CPAP bekerja dengan memberikan tekanan konstan untuk jalan napas
bayi (melalui Prongs hidung) yang menurunkan kerja pernapasan, inproves
ventilasi / perfusi pencocokan dan membantu "belat" membuka jalan napas. The
"Bubble" di gelembung CPAP berasal dari metode yang digunakan untuk
menghasilkan tekanan yang diberikan kepada bayi. Cukup, ekstremitas ekspirasi
dari sirkuit pernafasan yang ditempatkan di bawah tekanan air dan menyediakan
Menghasilkan Osilasi yang mungkin memiliki beberapa manfaat fisiologis paruparu dini.
13.2 Blok Diagram Bubble CPAP
Keterangan:
Sumber udara atau oksigen diberikan melalui flow meter. Melalui flow meter,
udara atau oksigen diatur alirannya antara 4 – 8 L/min dialirkan ke humidifier. Di
humidifier udara atau oksigen dilembabkan dengan suhu ± 37C.
Udara atau oksigen yang lembab tadi dihirup oleh bayi melalui hidung (proses
inhalasi) dan terjadilah proses pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam
paru-paru bayi. Karbondioksida yang dikeluarkan oleh bayi melalui hidung
diarahkan menuju water container (proses ekshalasi).
13.3 Cara Pengoperasian alat
1.
Masukkan ruang humidifikasi
 Buang chamber jika segel tidak utuh
waktu diterima
- Geser ruang pada ke humudifier dasar
- Lepaskan topi biru
2. Menghubungkan air bag
Menggantung air bag, atur sumbatan air
dan lonjakan kantong air.
- Buka ventilasi pada lubang lonjakan
- Periksa ruang humidifikasi untuk aliran
air dari kantong.
- Jika tidak ada air yang terlihat di ruang
atau konsumsi air rendah, periksa tas
yang dibubuhi dengan benar dan bahwa
tabung sumbatan tidak tertekuk atau
diblokir. Coba lembut meremas tas
untuk
Pastikan
mempromosikan
bahwa
aliran
air.
ketinggian
air
setidaknya lebih tinggi dari tas ruang
humidifikasi.
Jika ragu-ragu gantilah chamber.
 Buang chamber jika garis permukaan air
melebihi level air maksimum.
3. Mengisi gelembung CPAP Generator
- Menggunakan saluran pengisi yang
disediakan, mengisi CPAP generator
dengan air steril sampai air mengalir ke
dalam wadah meluap.
- Mengatur probe sampai 10 cm H 2O
CPAP, siap untuk tes kebocoran.
 Pastikan bahwa saluran mengisi tetap
pada gelembung CPAP genset.
 Pastikan bahwa humidifer dan bubble
CPAP Generator yang dipasang di bawah
pasien.
4. Hubungkan tekanan manifold dan bubble
CPAP sirkuit pernafasan
- Hubungkan tabung berjenis oksigen dan
aliran antara sumber tekanan.
- Hubungkan manifold ke ruang tekanan
-
inlet pelabuhan.
Hubungkan tabung pelabuhan biru
inspirasi ke ruang yang tersisa.
- Lepaskan topi biru dari tabung inspirasi
dan
menginstal
probe
suhu
dan
pemanas port adaptor kawat.
 Pastikan bahwa kawat pemanas (dalam
tabung) yang merata di sepanjang sirkuit
dan tidak berkumpul atau tertekuk.
- Hubungkan siku tes untuk bagian inspirasi
dan ekspirasi.
5. Uji kebocoran
 Periksa
semua
koneksi
yang
ketat
sebelum digunakan.
- Mengatur probe CPAP sampai 10 cm
H2O dan laju aliran input ke 1 L /
menit.
- Amati
generator
menggelegak
CPAP.
terdengar
Lembut,
diterima,
kebocoran dapat diterima berarti tidak
ada menggelegak.
- Jika tidak ada gelembung yang
diamati , memeriksa seluruh sistem.
Lepaskan tutup dari tekanan berjenis
port
yang
menghubungkan
benar
sebelum
setiap
perangkat
pemantauan.
6. Mengatur laju alir
- Sesuaikan kecepatan aliran masukan
debit untuk resep tersebut.
- Rekomendasi laju aliran: 6 sampai 8 L /
min
- Diijinkan kisaran aliran: 4 sampai 10
L / menit
7. Mengatur tingkat CPAP
- Nomor pada probe CPAP atas tutupnya
menunjukkan
cmH2O.
tekanan
sebagai
CPAP
contoh,
di
ilustrasi
menunjukkan pengaturan CPAP dari 6
cmH2O.
- Mengatur probe CPAP pada tingkat
yang
ditentukan
cmH2O).
(3
sampai
10
8. Hubungkan gelembung sirkuit CPAP
untuk antarmuka bayi
-
Menghapus
tes
siku
aliran
dan
menghubung-kan sirkuit ke antarmuka
bayi
menggunakan
petunjuk
yang
disediakan dengan antarmuka.
- BC161 terhubung ke F & P antar
interface FlexiTrunk.
- BC151 terhubung ke garpu binasal
pendek (T-bar).
9. Mengatur humidifier tersebut
 Pastikan ada hadir aliran udara sebelum
menyalakan humidifier.
- Nyalakan humidifier.
> Jika menggunakan MR850, pastikan
itu adalah pada modus invasif (37C).
> Jika menggunakan MR730, mengatur
suhu sampai 40C, -3.
- Lihat petunjuk pengguna MR850 atau
MR730 untuk informasi lebih lanjut.
10. Pasang antarmuka untuk bayi
- Menghubungkan antarmuka pada bayi
dengan menggunakan petunjuk yang
disediakan dengan antarmuka.
Hal utama untuk menjaga nasal CPAP optimal
 Benar dalam mengatur dan menjaga sirkuit pengiriman low resistensi
 Aman melampirkan interface
 Menjamin kebocoran tekanan minimal
 Menjaga jalan nafas optimal
 Mencegah cedera septum hidung
 Memberikan perhatian cermat
 Mendorong perawat berkomitmen dan terampil
Hal yang perlu diperhatikan adalah:
 Aliran oksigen antara 4-10 L / menit
 Kelembapan dijaga 37C
 Tabung bergelombang bebas dari air
 Tekanan air sebatas 5 cm
13.4 Cara pemeliharaan alat
 Bersihkan dan sterilkan permukaan humidifier beserta aksesorisnya
dengan alcohol 70%
 Sterilkan breathing circuit beserta aksesorisnya dengan steam sterilisator
(reusable breathing circuit)
 Sterilkan chamber humidifier dan
water container dengan steam
sterilisator (reusable chamber and water container).
Daftar Referensi
-
Bubble CPAP System,neonatal REF 185042551 Rev A, 2003
Bubble CPAP System Set-up Guide, REF 185034215 Rev A, 2011
BAB XIV
HAEMODIALISA
14.1 Definisi
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisa = pemisahan atau
filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan
cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput
semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat
sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan
melalui membran semi permeabel ( Pardede, 1996 ). Terapi hemodialisa adalah
suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium,
kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan
dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).
14.2 Tujuan Haemodialisa
Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari
dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis aliran
darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari dalam tubuh
ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ke
dalam tubuh.
14.3 Prinsip Kerja Haemodialisa
Prinsip mayor/proses hemodialisa
1. Akses Vaskuler : Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah
pasien. Kronik biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf
sementara. Akut memiliki akses temporer seperti vascoth
2. Membran semi permeable : Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual
dibutuhkan untuk mengadakan kontak diantara darah dan dialisat sehingga
dialysis dapat terjadi.
3. Difusi : Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan
pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang
konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien konsentrasi
tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan pemindahan zat pelarut
yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan.
4. Konveksi : Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang
dipindahkan akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur
dalam cairan tersebut.
5. Ultrafiltrasi : Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali
sebagai ultrafiltrasi artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa
bentuk tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane :
a. Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan
dalam membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser
dan resisten vena terhadap darah yang mengalir balik ke fistula tekanan
positip “mendorong” cairan menyeberangi membrane.
b. Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar
membrane oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan negative
“menarik” cairan keluar darah.
c. Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang
berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut.
Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik cairan dari
larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang menyebabkan
membrane permeable terhadap air.
14.4 Standart Operasional Prosedure
A. Persiapan sebelum hemodialisa
1) Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.
2) Kran air dibuka.
3) Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk
4)
5)
6)
7)
8)
9)
keluar atau saluran pembuangan.
Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
Hidupkan mesin.
Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
Matikan mesin hemodialisis.
Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin
hemodialisis.
10) Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).
B. Menyiapkan sirkulasi darah.
1)
Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.
2)
Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi ‘inset’ (tanda
3)
4)
merah) diatas dan posisi ‘outset’ (tanda biru) dibawah.
Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’ dari dialiser.
Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri dialiser
5)
6)
7)
dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah.
Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.
Hubungkan set infuse ke slang arteri.
Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu
8)
klem.
Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah dan ‘ouset’
9)
10)
11)
diatas, tujuannya agar dialiser bebas dari udara.
Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt,
12)
13)
kemudian naikkan secara bertahap sampai 200 ml/mnt.
Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.
Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL
untuk
mengalirkan udara dari dalam dialiser, dilakukan sampai dengan
14)
dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg).
Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak
500 cc yang terdapat pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada
15)
16)
gelas ukur.
Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.
Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan
menggunakan konektor.
17)
Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru
18)
15-20 menit, untuk dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt.
Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana ‘inset’ diatas
19)
dan ‘outset’ dibawah.
Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-
10 menit siap untuk dihubungkan dengan pasien (soaking).
C. Persiapan pasien.
1) Menimbang BB
2) Mengatur posisi pasien.
3) Observasi KU
4) Observasi TTV
5) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi,
biasanya mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti
dibawah ini:
 Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
 Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
 Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).
14.5 Perbaikan
KERUSAKAN
Tidak ada tekanan yang
meningkat
CEK
apakah steker dari tabung
udara conect perangkat
hemodialisa dengan
benar?
apakah steker dari tabung
udara lossened?
EE mark menampilkan:
tidak dapat mengukur
E mark menampilkan:
tidak dapat mengukur atau
nilai BP terlalu tinggi /
rendah
leadage udara pada sabuk
lengan?
apakah lengan bergerak
selama meningkatkan
tekanan?
apakah sabuk lengan
dibungkus dengan baik?
berbicara selama
pengukuran? lengan
pindah?
apakah pakaian menindas
lengan?
PENYELESAIAN
menghubungkan tabung udara
dengan perangkat hemodialisa
dengan benar
masukkan steker dari tabung udara
ke dalam konektor, akan yakin
menghubungkan mereka dengan
baik
mengganti lengan belt baru
setelah tekan tombol ON / OFF,
tetap diam selama pengukuran
membungkus sabuk lengan dengan
benar
tetap diam selama pengukuran
melepas pakaian yang menindas
lengan kemudian mengukur lagi
BAB XV
VENTILATOR
15.1 Definisi
Gas Flow Analyzer ( Ventilator Analyzer ) adalah suatu alat uji atau alat ukur
yang digunakan untuk mengukur output dari alat ventilator.
Parameter dasarnya mencakup tekanan, flow dan volume.
15.2 Prinsip Kerja dan Blok Diagram
Dari output Y pieces pada ventilator masuk ke input Ventilator analyzer,
kemudian pada output Ventilator analyer diberikan test lung. Adapun paramter
yang diukur adalah :
1. Respiratory Rate / RR
Respiratory rate adalah jumlah pernafasan yang diberikan kepasien dalam satu
menit. Pengaturan RR bergantung dari tidal volume , jenis kelainan paru
pasien dan target PaO2 yang akan dicapai.
Frekuensi nafas normal :
- Newborn
: 40 – 70 brpm
- Infant
: 30 – 60 brpm
- Pediatric
: 16 – 25 brpm
- Adult
: 12 – 20 brpm
2. Tidal Volume ( VT )
Tidal volume merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap kali bernafas. Pada pasien yang pernafasannya dibantu oleh alat
ventilator maka volumenya tergantung dari berat badan pasien itu sendiri.
VT = BB ( kg ) x Constanta (ml/kg )
Dimana :
BB
= Berat Badan
Constanta = 6 – 8 ml/kg ( Anak ) ; 7 – 10 ml/kg ( Dewasa )
3. Minute Volume ( MV )
Minute Volume merupaka banyaknya konsumsi gas permenit.
MV = VT x RR
4. Fraksi Oksigen ( FiO2 )
Fraksi oksigen adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang
diberikan ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21 – 100 %.
Pengaturan
fraksi
oksigen
pada
awal
pemasangan
ventilator
di
rekomendasikan sebesar 100 %. Untuk mengetahui kebutuhan fraksi oksigen
yang sebenarnya dilakukan pemeriksaan analisa gas darah (AGD).
Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dilakukan perhitungan fraksi
oksigen yang tepat bagi pasien.Urgensi pemberian fraksi oksigen secara tepat
untuk menghindari efek negative penggunaan O2 konsentrasi tinggi bagi
pasien. Pemberian Konsentrasi O2 100% terlalu lama dapat menyebabkan
keracunan oksigen karena dapat menyebabkan perubahab struktur membrane
alveolar-capapillary.
5. Inspirasi : Ekspirasi Rasio ( I : E Ratio )
I:E ratio merupakan nilai perbandingan antara inspirasi dan ekspirasi,
biasanya diset 1 : 2 yang merupakan nilai fisiologis inspirasi dan ekspirasi.
6. PEEP ( Positive End Expiratory Pressure )
PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting
untuk meningkatkan PaO2 yang refrakter. Nilai PEEP berdasarkan analisa gas
darah, toleransi dari PEEP, kebutuhan FiO2 dan respon kardiovaskular.
15.3 Spesifikasi Gas Flow Analyzer Merk Citrex
Description
KET

Display

26 mm x 33 mm

Tampilan Kurva

Parameter Flow, Pressure,
Volume,
Temperature,
Oxygen, Respirasi

Interface

RS 232, USB, Ethernet,
CAN,
Analog
Output,
TTL

Suhu
- Pengoperasian
- Penyimpanan


15 °C – 40 °C
-10 °C – 60 °C

Kelembaban
- Pengoperasian
- Penyimpanan


10 % – 90 %
5 % - 95 %

Ambient Pressure

500 mbar – 1150 mbar

Power
- AC Adapter
- Battery


100 Vac – 240 Vac
5 Vdc

Dimensi

16.5 x 10.8 x 6.4 cm

Berat

0.4 Kg

Flow
- Flow Air dan N2

±300 lpm
Akurasi ±0.1 lpm
±300 lpm
Akurasi ±0.1 lpm
-
O2 / Air



-
CO2
-
Heliox ( 21% O2 / 79% He )
-
N2O / O2
Pressure
- High
-
Difference





-
In The Flow channel
-
Barometer

140 lpm
Akurasi ±0.1 lpm
±300 lpm
Akurasi ±0.3 lpm
±80 lpm
Akurasi ±0.3 lpm
0 – 10 bar
Akurasi ±1%
200 mbar
Akurasi ±0.75%
-50 mbar- 150 mbar
Akurasi ±0.75%
500 – 1150 mbar
Akurasi ±1%

Oxygen Concentration

0 – 100 %
Akurasi ±1%

Type Gas

Air,
Air/O2,
N2O/O2,
Heliox ( 21% O2 ), He/O2,
N2, CO2

Gas Standard

ATP, ATPD, ATPS, AP21,
STP,
STPD,
STPH,
BTPS,
BTPD,
0/1013,
20/981, 15/1013, 25/991,
20/1013

Parameter Respirasi
- Breathing Rate ( BR/min )
-
Time ( Ti, Te )



-
Ratio ( I : E )
-
Breathing Volume ( Vti, Vte )



-
Volume per Minute ( Vi, Ve )
-
PeakFlow
-
Pressure ( Ppeak, Pmean, PEEP,
Pplateu )
15.4 Standart Pengoperasian Alat

1 – 1000 bpm
Akurasi ±1 bpm
0.05 – 60 s
Akurasi ±0.02 s
1 : 300 – 300 : 1
Akurasi ±2.5%
± 10 liter
Akurasi ±2%
0 – 300 lpm
Akurasi ±2.5%
± 300 lpm
Akurasi ± 0.1 lpm
0 – 150 mbar
Akurasi ±0.75%
Keterangan Gambar pada bagian depan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tombol ON / OFF ( Untuk menghidupkan dan mematikan fungsi alat)
Mikro SD ( sebagai penyimpan data berupa memory Eksternal)
Connect
Menu
nilai-nilai yang diukur
pembacaan dalam bentuk grafik
Layar
Edit atau merubah, serta bisa untuk menyimpan data
LED flow direction
Keterangan Gambar pada bagian belakang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kabel oksigen sensor
USB Port
Analog Output
RS-232
Can
Ethernet
High flow
Oxygen sensor
High flow
10. High pressure
11. Differential pressure
Catatan :
Pengukuran harus dilakukan tanpa Filter. Gas diukur harus bebas minyak, lemak
dan debu, Karena dapat mempengaruhi dari hasil pengukuran.
15.5 Cara Pemasangan Analyzer dengan DUT
Jika Pemasangan Selang Ventilator pada input Analyzer maka akan terbaca
nilai (+)
Jika Pemasangan Selang Ventilator pada output Analyzer maka akan terbaca
nilai (-)
Jarak tabung dari filter untuk inlet pipa: minimum 1 meter
Zero Calibration
Untuk melakukan Zero Calibration tekan tombol X selama 5 detik
Save Data Ke Mikro SD
Untuk menyimpan data memory setelah melakukan pengukuran tekan tombol O
ditahan selama 5 detik
Δ
Menunjukkan panel mengubah panel
Ο
Mengubah pengaturan menyimpanan
data
□
×
Menampilkan Angka dan merubah
Menampilkan Menu dan merubah
Angka
Menu
Zero calibration
Pemasangan O2 sensor
Untuk pemasangan O2 sensor pada Citrex, hubungkan O2 sensor tersebut seperti
pada gambar dibawah
Perhataian !!!!
Pada saat melakukan pengukuran, perhatikan selang corrugated dengan
seksama, karena dapat mempengahuhi nilai pembacaan.
15.6 Standart Maintenance Peralatan
1) Penggantian O2 sensor setiap 2 tahun sekali
2) Pemisahan penggunaan filter untuk pengukuran flow yang kering atau
flow yang basah
Download