BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi Secara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunikasi
Secara umum pengertian komunikasi adalah proses pengiriman (sending)
dan penerimaan (receiving) pesan atau berita (informasi) antara dua individu atau
lebih dengan cara yang efektif sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami
berasal dari communicatio (latin) yang artinya "pemberitahuan" atau "pertukaran
pikiran". Menurut sejumlah ahli, pengertian komunikasi adalah sebuah proses.
menurut Laswell, pengertian komunikasi adalah sebuah proses yang memberikan
gambar n siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa.
Mr. Carl I. Hovland menambahkan bahwa pengertian komunikasi sebagai proses
komunikator memberikan stimulan yang umumnya terdiri atas lambang lambang
bahasa (verbal atau non-verbal) sehingga terjadinya perubahan tingkah laku
penerima/orang lain. Mr. Theodorson memperlebar pengertian komunikasi kepada
wilayah ide dan emosi yaitu penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau
emosi dari satu individu kepada individu lain terutama melalui simbol simbol. Mr.
Edwin Emergy menganggap menghubungkan pengertian komunikasi sebagai
salah satu bentuk seni. Komunikasi ialah seni (art) dalam menyampaikan
(to express) informasi, ide dan sikap seseorang kepada orang lain. Senada dengan
para ahli lainnya, Delton E beranggapan bahwa pengertian komunikasi sebagai
suatu proses interaksi yang memiliki arti antara sesama manusia. Mr. William
Albi menghubungkan pengertian komunikasi sebagai sebuah proses
98
24
sosial. Proses sosial yang dimaksud adalah proses pemberian pesanl lambang/
simbol yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua
23
proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan .
Pengertian
komunikasi menurut bapak
Cooley yang adalah
mekanisme suatu hubungan (relationship) antarmanusia Vdilakukan dengan
mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan
dalam waktu. Mr. A. Winnet mendefinisikan komunikasi sebagai bentuk peralihan
maksud, sebuah proses untuk memberikan maksud melalui serangkaian tahapan atau
aktivitas kepada penerima. Karlfried Knapp membuat pengertian komunikasi yang
lebih rumit yaitu komunikasi adalah sebuah interaksi antar pribadi
(Interpersonai interaction). Berdasar beberapa pengertian dan definisi komunikasi
diatas, dapat dilihat bahwa komunikasi dapat digolongkan menjadi tiga pengertian
yaitu pengertian secara paradigmatis, etimologis dan terminologis. Pengertian
komunikasi paradigmatis berarti pola yang meliputi sejumlah komponen
berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapa tujuan tertentu.
Pengertian komunikasi secara terminologis adalah
proses penyampaian suatu
S edangk an
s eca ra
pernyataan oleh seorang kep ada
et i m ol ogi s,
ko m uni kasi
“communicatio” (latin) dan comminis (latin) yang berarti
or an g l ai n .
beras al
dari
sesuatu yang
24
dikomunikasikan .
23
24
Tonuny Suprapto, M.Si. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Yokyakarta :
Meclia Pressind
Ibid
25
B. Pengertian Pesan
Dalam komunikasi hal yang paling penting adalah pesan. Sebuah pesan
adalah hasil dari komunikasi. Pesan adalah seperangkat simbol verbal atau
nonverbal yang m ew a ki l i perasaan, nilai gagasan atau maksud sumber tadi.
Pengertian lain mengenai pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan melalui proses komunikasi. Sebuah pesan dapat
memiliki lebih dari satu makna, dan beberapa pesan dapat mempunyai makna
yang sama. Dalam media massa, seperti dalam seni, khususnya lebih sering
berupa berapa makna lapis yang terbangun dari pesan yang sama. Maknanya
hanya dapat dapat ditentukan atau di uraikan ada makna lainya.
Menurut Hanafi ada 3 faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan, yaitu:
1.
Kode pesan adalah sekumpulan simbol yang dapat disusun sedemikian rupa
sehingga bermakna bagi seseorang.
2.
Isi pesan adalah bahan atau material yang dipilih sumber untuk menyatakan
maksud.
3.
Wujud pesan adalah keputusan-keputusan yang dibuat sumber mengenai
bagaimana cara sebaiknya menyampaikan maksud-maksud dalam bentuk
pesan. (Menurut Devito, pesan adalah pernyataan tentang pikiran dan
perasaan seseorang yang dikirim kepada orang lain agar orang tersebut
diharapkan bisa mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh si
26
25
pengirim pesan . Agar pesan yang disampaikan mengena pada sasarannya,
maka suatu pesan harus memenuhi syarat-syarat :
a.
Pesan harus direncanakan secara baik-baik, serta sesuai dengan
kebutuhan seseorang.
b.
Pesan tersebut dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua
belah pihak.
c.
Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan. Pesan juga memiliki beberapa hambatan ketika
disampaikan, ada tiga macam hambatan diantaranya adalah :
1) Hambatan bahasa (Language Faetor) adalah pesan akan salah
diartikan sehingga tidak mencapai apa yang diinginkan, juga bahasa
yang seseorang gunakan tidak dipahami oleh komunikan termasuk
dalam pengertian ini ialah penggunaan istilah-istilah yang mungkin
diartikan berbeda.
2) Hambatan teknis adalah Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan,
gangguan
teknis
ini
sering
terjadi
ada
komunikasi
yang
menggunakan media.
3) Hambatan bola Salju adalah Pesan dianggap sesuai dengan selera
komunikan-komunikan, akibatnya semakin jauh menyimpang dari
pesan semula, hal ini karena:
a)
25
Daya mampu manusia menerima dan menghayati pesan terbatas.
Djuarsa Sendjaja, Materi Pokok : Teori Kornunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 1994),
hal. 227.
27
b) Pengaruh kepribadian dari yang bersangkutan.
Pegertian Film
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua
pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk
tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif
(yang akan dimainkan dibioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon
(cerita) gambar hidup. Sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang
merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti
dipandang dalam
hubungannya
dengan produk-produk lainnya. Sebagai
komunikasi (communication), film merupakan bagian penting dari sistem yang
digunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan
(send and receive messages)
26
Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan
dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok
sekalipun.
Sejalan
dengan
waktu,
para
ahli
berlomba-lomba
untuk
menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak
ditonton. Film adalah serangkaian gambar diam yang bila ditampilkan pada layar,
27
menciptakan ilusi gambar karena bergerak . Berlaku sebaliknya Film telah
menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap
masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan
kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para
ahli percaya.bahwa film memiliki potensi untuk
26
27
Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Kamunikasi; Dinamika Popscape dan
Mediascape di Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Jalasutra, 2011, hal. 190
Heru Effendy, Mari Membuat Film, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal. 10.
28
mempengaruhi khalayaknya Film memberi dampak pada setiap penontonnya,.
Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau sungguh-sungguh terjadi
dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan pesan ideologis di dalamnya, sehingga
pada akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir para penontonnya. Sebagai gambar
yang bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Pada
hakikatnya, semua film adalah dokumen sosial dan budaya yang membantu
mengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan sekalipun ia tak pernah
dimaksudkan untuk itu.
C. Jenis Film
Dalam film ada beberaba genre dan setiap genre mempunyai karakter
masing masing, genre film-film dibedakan dalam berbagai macam menurut cara
28
pembuatan, alur cerita dan si para tokohnya. Adapun jenis-jenis film yaitu:
1.
Film Laga (Action Movies)
Film Action memiliki banyak efek menarik seperti kejar -kejaran
mobil dan perkelahian senjata, melibatkan stuntmen. Mereka biasanya
melibatkan kebaikan dan kejahatan, jadi, perang dan kejahatan adalah
bahassan yang umum di film jenis ini. Film action biasanya p rlu sedikit
usaha untuk menyimak, karena plotnya biasanya sederhana. Misalnya, dalam
Die Hard, teroris mengambil alih gedung pencakar langit dan meminta
banyak uang dalam pertukaran untuk tidak membunuh orang-
28
Heru Effendy, Mari Membuat Film, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal. 3.
29
orang yang bekerja di sana. Satu orang entah bagaimana berhasil
menyelamatkan semua orang dan menjadi pahlawan.
2.
Petualangan (Adventure)
Film ini biasanya menyangkut seorang pahlawan yang menetapkan
pada tugas untuk menyelamatkan dunia atau orang-orang yang dicintai.
3.
Animasi (Animated)
Film menggunakan gambar buatan, seperti babi yang berbicara untuk
menceritakan sebuah cerita. Film ini menggunakan gambaran tangan, satu
frame pada satu waktu, tetapi sekarang dibuat dengan komputer.
4.
Komedi (Comedies)
Film lucu tentang orang-orang yang bodoh atau melakukan hal-hal
yang tidak biasa yang membuat penonton tertawa.
5.
Dokumenter
Film jenis ini sedikit berbeda dengan film-film kebanyakan. Jika ratarata film adalah fiksi, maka film ini termasuk film non fiksi, dimana film ini
menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam
tujuan.
6.
Horor
Film ini menggunakan rasa takut untuk merangsang penonton. Musik,
pencahayaan dan set (tempat buatan manusia di studio film di mana film ini
dibuat) yang semuanya dirancang untuk menambah perasaan takut para
penonton.
30
7.
Romantis
Film percintaan membuat kisah cinta romantis atau mencari cinta
yang kuat dan murni dan asmara merupakan alur utama dari film ini. Kadangkadang, tokoh dalam film ini menghadapi hambatan seperti keuangan,
penyakit fisik, berbagai bentuk diskriminasi, hambatan psikologis atau
29
keluarga yang mengancam untuk memutuskan hubungan cinta mereka .
8.
Drama
Film ini biasanya serius, dan sering mengenai orang yang sedang jatuh
cinta atau perlu membuat keputusan besar dalam hidup mereka. Mereka
bercerita tentang hubungan antara orang-orang. Mereka biasanya mengikuti
plot dasar di mana satu atau dua karakter utama harus mengatasi kendala
untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan
D. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Peranan film sebagai media komunikasi massa sudah muncul sejak
berdirinya Indonesia. Namun pasca Dekrit Presiden Juli 1959, komunikasi massa
mengalami massa peralihan. Peralihan yaitu antara komunikasi massa liberalis
yang ingin ditinggalkan, menuju pada komunikasi massa sosialis yang merupakan
harapan selanjutnya. Keberadaan komunikasi massa, termasuk film, pada akhirnya
terombang ambing. Akan tetapi, keberadaan film sebagai komunikasi massa pun
dipertegas dalam Ketetapan MPRS/ No. IU MPRS/ 1960,
29
http://en.wikipedia.org/wiki/Romance_film di akses pada tanggal 05 Agustus 2013.
31
yang dituliskan bahwa film bukanlah semata-mata dagangan, tapi juga merupakan
30
alat pendidikan dan penerangan .
Tentu film yang diharapkan dalam MPRS ini adalah film sebagai media
untuk membentuk masyarakat Indonesia yang sosialis, seperti yang menjadi
orientasi negara. Harapan Ketetapan MPRS agar film menjadi penggerak massa
yang mendukung pembangunan, nampaknya tidak terkabul. Masih banyak film
Indonesia pada masa itu yang komersil, yang merupakan sisa sisa faham kapitalis
liberalis. Demi mendapat keuntungan semata, kualitas film pun rendah, tak
diperhatikan oleh sang pembuat. Hakikat film sebagai media komunikasi massa
(alat penerangan dan alat pendidikan) menjadi “kabur”. Permasalahan ini
kemudian diatasi pemerintah dengan mengeluarkan tentang
“Pembinaan Perfilman”.
Undang-Undang yang mengatur perfilman Indonesia saat ini pun masih
menghendaki bahwa film sebagai media komunikasi massa, yaitu Undang-Undang
RI No. 8 tahun 1992 tentang Perfilman (yang merupakan produk Orde Baru dan
masih menjadi pro kontra atas relevansinya untuk masa reformasi ini). Dalam
pasal 5, dituliskan bahwa: “Film sebagai media komunikasi massa pandang dengar
mempunyai fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa,
hiburan, dan ekonomi”. Dalam Undang-Undang ini jelas bahwa pemerintah
menginginkan film yang tidak hanya komersil, tetapi juga media pendidikan dan
media untuk mengembangkan kebudayaan bangsa Indonesia. Keberadaan film
sebagai media komunikasi massa, seperti yang diharapkan oleh pemimpin
30
Sumarno, Marselli, 1966, Dasar-Dasar Apresiasi Film, Gramedia Widiasarana, Jakarta
32
terdahulu, kurang mendapat perhatian dari pembuat-pembuat film saat ini. Film
Indonesia saat ini masih seragam, mengikuti arus yang diinginkan oleh pasar. Di
dalam film tersebut, jarang ditem.ukan unsur edukasi atau ajaran nilai-nilai sosial.
Tahun 2007, Indonesia penuh dengan film horor yan bisa dibilang horor tanggung.
31
Horor kemudian diikuti dengan komedi pesan secara unik . kemampuan film
inilah yang diabaikan oleh pembuat film Indonesia, yang hanya mengikuti arus.
Pesan-pesan yang harusnya bisa disampaikan melalui film yang mengandung nilai
estetika, tidak dimunculkan oleh para pembuat film.
E. Definisi Semiotik
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari
sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.
Menurut Eco, semiotik sebagai "i1mu tanda" (sign) dan segala yang berhubungan
dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata-kata lain, pengirimannya,
dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Seluruh aktifitas manusia
dalam keseharian selalu diliputi berbagai kejadian-kejadian yang secara langsung atau
tidak langsung, disadari atau taksadar, memiliki potensi makna yang terkadang luas
nilainya jika dipandang dari sudut-sudut yang dapat mengembangkan suatu objek
pada kaitan-kaitan yang mengindikasikan suatu pesan atau tanda tertentu. Jika
diartikan melalui suatu penjelasan maka akan dapat diterima. Oleh orang lain yang
menyepakati semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda tanda
(the study of signs), pada dasarnya merupakan
31
http://rikuners.blogspot.com/2012/n/film-sebagai-bagian-dari-media-massa.html
33
sebuah studi atas kode kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan dapat
memandang entitas entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang
32
bermakna . Lebih spesifik lagi jika sebuah studi atas kode kode tertentu memiliki
kaitan dengan kehidupan . Bahkan sangat fundamental jika bias berawal dari kode
kode sebuah tanda yang telah disepakati dan menjadi kebudayaan menyeluruh. Dapat
dilihat tentang bagaimana tanda tanda tertentu berbeda makna dari orang-orang yang
terbagi dalam berbagai aspek seperti, geografis, demografis, suku dan budaya.
Sehingga bagi Ferdinand de Saussure menuturkan bahwa semiologi adalah sebuah
ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam
33
masyarakat” . Tanda-tanda dalam masyarakat yang telah disepakati sebenarnya hasil
dari pemikiran Logika seperti yang di ungkapkan oleh Charles S. Pierce bahwa
semiotika tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni
“doktrin formal tentang tanda tandanya penggunaan kata doktrin disini adalah
wujud dari kesepakatan generasi ke generasi contohnya tentang tanda alam, “jika
mendung maka itu tanda akan segera turun hujan”. Walaupun terkadang hujan
tanpa mendung-pun sering terjadi, dan mendung tanpa hujan pun ada.
Sedangkan menurut John A. Walker semiotika adalah "ilmu yang mengkaji
tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Definisi tersebut menjelaskan
relasi yang tidak dapat dipisahkan antara sistem tanda dan penerapannya di dalam
masyarakat. Oleh karena tanda itu selalu ditempa di dalam kehidupan sosial dan
budaya, maka jelas keberadaan semiotika sangat sentral di dalam cultural studies.
Tanda tidak berada di ruang kosong, tetapi hanya bisa eksis bila ada. komunitas
32
33
Budiman, Kris ( Semiotika Visual, Yogyakarta: Jalasutra Cetakan I, September 2011 ) hal. 66
Ibid. hal. 67
34
bahasa yang menggunakannya. Budaya, dalam hal ini, dapat dilihat sebagai
bangunan yang dibangun oleh kombinasi tanda-tanda, berdasarkan aturan tertentu
(code), untuk menghasilkan makna Tanda di dalam fenomena kebudayaan
mempunyai cakupan yang sangat luas, di mana selama unsur-unsur kebudayaan
mengandung di dalam dirinya makna tertentu, maka ia adalah sebuah tanda, dan
dapat menjadi objek kajian semiotik. Apakah itu pola tingkah laku seseorang, pola
pergaulan, penggunaan tubuh, pengorganisasian ruang, pengaturan makanan, cara
berpakaian, pola berbelanja, hasil ekspresi seni, cara berkendaraan, bentuk
permainan dan objek-objek produksi, semuanya dianggap sebagai tanda dan
34
produk bahasa .
F. Tanda
Bahasa, dalam perspektif semiotik , hanyalah salah satu sistem tanda-tanda
(sistem of signs). Dalam wujudnya sebagai suatu sistem, pertama-tama, bahasa
adalah sebuah institusi sosial otonom, yang keberadaannya terlepas dari individuindividu pemakainya. Bahasa merupakan seperangkat konvensi sistematis, produk
dari kontrak kolektif, yang bersifat memaksa. Saussere menyebutnya sebagat
lengue. kedua, bahasa tersusun dari tanda-tanda, yakni entitas fisik, yang di dalam
bahasa lisan erupa citra-bunyi (sound image), yang berelasi dengan konsep
35
tertentu . Selanjutnya, Saussere menamakan entitas material-sensoris ini sebagai
penanda (signifier atau signifiant) dan konsep yang berkait dengannya sebagai
petanda (signified atau signifie). Masih menurut Saussure, tanda-tanda, khususnya
34
35
Walker, John A. Desain, Sejarah, Budaya; Sebuah Pengantar Komprehensif (Yogyakarta :
Jalasutra cetakan I, Mei 2010) hal. 22
Budiman, Kris ( Semiotika Visual, Yogyakarta: Jalasutra Cetakan I, September 2011 ) hal. 66
35
tanda-tanda kebahasaan, setidak-tidaknya memiliki dua buah karakteristik prim
rdial, yakni bersifat linear dan arbitrer.
Karakteristik pertama, linearitas penanda (linear nature of the signifier),
berkaitan dengan dimensi kewaktuan. Penanda penanda kebahasaan harus diproduksi
secara beruntun, satu demi satu, tidak meungkin secara sekaligus atau simultan.
Artinya, penanda tersebut bersifat linier karena “pendengaran penanda memiliki
perintah mereka hanya dimensi waktu . “ini merupakan sejengkal, dan rentang yang
dapat di ukur dalam dimensi tunggal. Karakteristik kedua, kearbiteran tanda (the
arbitrary nature of the signs), bersangkutan dengan relasi di antara penanda dan
petanda yang “semena-mena” atau “tanpa alas an” tak bermotivasi (unmotivated).
Relasi
di
antara
penanda
dan
petanda
adalah
semata-mata
berdasarkan
36
konvensi .Selanjutnya Seassure di kesempatan yang lain mengatakan bahwa bahasa
lisan mencakup komunikasi konsep melalui suara-gambar dari pembicara ke
pendengar. Bahasa adalah produk komunikasi pembicara dari tanda-tanda untuk
pendengar. Tanda linguistik adalah kombinasi dari konsep dan suara-gambar.
Konsepnya adalah apa yang ditandakan, dan suara-gambar penanda. Kombinasi
signifier dan signified adalah sewenang-wenang, yaitu, suara apapun citra
dibayangkan dapat digunakan untuk menandakan sebuah konsep tertentu. Namun,
terkadang ada perubahan-perubahan dalam hubungan signifier dan signified dan
perubahan tanda-tanda linguistik berasal dari perubahan kegiatan sosial. Tanda-tanda
arbitrer disebut secara khusus oleh Pierce, sebagai simbol Oleh karena itu, dalam
terminologi Pierce, bahasa dapat dikatakan juga sebagai sistem
36
Budiman, Kris ( Semiotika Visual, Yogyakarta: Jalasutra Cetakan I, September 2011 ) hal. 66
36
simbol.
G. Semiologi Dan Semiotik
Definisi semiologi yang paling umum adalah ilmu tentang tanda (berasal dari
Bahasa yunani semeionn yang berarti “tanda”). Nama ini diusulkan oleh Ferdinand de
sausure. ilmu tentang tanda ini adalah semiotika, yang diusulkan oleh Charles Sanders
Peirce.Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure
melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant
yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada
hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara `yang ditandai' (signified) dan
`yang menandai' (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda
(signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda
adalah "bunyi yang bermakna" atau "coretan yang bermakna". Jadi, penanda adalah
aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang
ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi,
petanda adalah aspek mental dari bahasa "Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti
37
apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda . Sebaliknya, suatu petanda tidak
mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang
dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor
linguistik. "Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai
kertas," kata Saussure. Dengan definisi yang sangat umum seperti itu, maka semiologi
menjadi ekpansionis: ilmu apapun akan
37
BERTENS, Film, Ideologi, dan Militer Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia, Media
Pressindo, Jogjakarta, 1999
37
tercakup di dalamnya, karena pada dasarnya semua ilmu mempelajari tanda-tanda.
Umberto Eco mengaitkan semiotika dengan seluruh proses kultural dalam proses
komukasi. Menurutnya, semiotika harus mempertimbangkan teori kode dan teori
produksi tanda. Untuk sampai pada definisi yang lebih tepat mengenai fungsi
tanda dan model produksi tanda misalnya, secara khusus semiotika harus
38
memperhitungkan arti tanda tipologi tanda .
Mengikuti definisi semiologi yang diberikan oleh Fiske, yaitu bahwa
semiologi merupakan ilmu yang memiliki tiga ranah utama, yaitu: tanda dalam
dirinya sendiri, kodekode atau sistem tempat tanda itu diorganisasikan, dan
kebudayaan tempat kode-kode dan tanda-tanda itu beroperasi.
H. Teori yang Relevan
Berdasarkan pada fokus penelitian maka analisis ini mengunakan salah
satu teori dari teori sosial yakni teori konflik sosial dalam teori konflik sosial ini
peneliti mengambil satu dari beberapa bagian dari penyebab teori konflik yakni
Teori Kebutuhan Manusia Teori ini Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam
disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang tidak
39
terpenuhi atau dihalangi . Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan
otonomi sering merupakan inti pembicaraan. Dalam teori ini berhubungan dengan
dasar dan landasan dimana makna perlawanan tersebut tercipta yakni melalu
sebuah konflik yang dia akibatkan oleh sebuah ganguan sosial. masyarakat.
Penekanan dalam teori ini menjadikan sebuah alasan dalam penetrasi sebuah
38
Ibid
39
Dean G.Pruitt, Teori konflik sosial, pustaka pelajar , Jogjakarta, 2004
38
makna dan juga konflik yang terjadi. Teori kebutuhan manusia ini disamping
menjadi salah satu teori penyebab juga sebagai sebuah fenomena. Dalam teori ini
bisa dikorelasikan dengan dasar dan tujuan perlawanan sebab akibat adanya
konflik tersebut. Kebutuhan Manusia (TKM) dikembangkan pada tahun 1970an
dan 1980an sebagai teori generic atau holistic mengenai perilaku hewan. Teori ini
berdasarkan hipotesa bahwa manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi untuk memelihara masyarakat yang stabil. Seperti yang
diuraikan oleh John Burton: Saya yakin bahwa keterlibatan manusia dalam situasi
konflik mendorongnya berjuang di dalam lingkungan kelembagaannya pada setiap
tataran social untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primordial dan universal,
kebutuhan seperti keamanan, identitas, pengakuan, dan pembangunan. Mereka
terus berusaha menguasai lingkungannya yang diperlukan untuk menjamin
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini. Perjuangan ini tidak bisa dikekang;
perjuangan ini sifatnya primordial.
40
Teori Kebutuhan Manusia. Teori kebutuhan manusia merupakan bidang
teori psikologis diantaranya yang diajukan oleh Psikolog Amerika, Abraham
Maslow, yang berasumsi bahwa konflik yang sesungguhnya berakar secara
mendalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia, fisik, mental, dan sosial,
yang tidak terpenuhi atau cenderung dihalangi. Misalnya, kebutuhan dasar
(sandang, pangan, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan identitas,
pengakuan, partisipasi, dan otonomi cukup sering merupakan inti pembicaraan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah: pertama, membantu pihak-
40
Dean G.Pruitt, Teori konflik sosial, pustaka pelajar , Jogjakarta, 2004
39
pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan
mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan itu; kedua, agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk
memenuhi kebutuhan dasar semua pihak.
Download