96148-ECIN KURAESIN-FAH

advertisement
KАТА PENGANTAR
Hanya kepada-Mu Ya Allah kami bersyukur dan bersujud di hadapan zat-Mu
Maha Agung, pencipta alam raya dengan segala isinya. Skripsi yang sangat
sederhana ini pun tersusun berkat kebesaran dan kasih sayang-Mu. maka dengan
demikian agar ringanlah beban yang selama ini kami rasa untuk menyongsong masa
depan yang engkau janjikan.
Skripsi yang berjudul "Padanan Frase Nomina Bahasa Arab dalam Bahasa
Indonesia Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an ini penulis ajukan
untuk melengkapi persyaratan gelar sarjana Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dibimbing oleh berbagai pihak. Untuk
itu, dalam kesempatan ini ingin disampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Badri Yatim, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Fathurrahman Rauf, selaku Dosen Pembimbing 1
3. Bapak Oman Fathurrahman, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing 1Г
4. Bapak Drs. Abdullah, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Ketua
Jurusan Terjemah.
5. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, selaku Sekretaris Jurusan Terjemah.
6. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Iman Jama',
Perpustakaan Sastra UI, Perpustakaan Gandaria, Perpustakaan Soemantri
i
Brojonegoro, dan Perpustakaan UHAMKA selaku lembaga yang telah
menyediakan berbagai referensi yang penulis butuhkan untuk penyusunan
skripsi ini.
7. Hasan Supriyadi, Imas Rodiah, dan Hj. Khomsah, selaku orang tua yang
penulis hormati dan cintai yang senantiasa mendo'akan serta memberikan
dukungan baik moril maupun materil.
8. Endang Zulkarnain dan Teti Sona Nurhayati, selaku saudara yang selalu
mendo'akan dan memotivasi penulis.
9. Sahabat-sahabat penulis di Jurusan Terjemah, terutama Sumi, Amah,
terimakasih atas bantuan dan semangatnya memberikan pemikiran dan ide
terbaik untuk penulis.
10. Sahabat-sahabat penulis di tempat bekerja terutama Henri (teman dekat),
kakak, Bambang, Eny Budiono, Adlin dan Emy terimakasih atas motivasinya.
Penulis menyadari telah berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan
skripsi ini, mungkin disana-sini massih terdapat kekurangan kendati demikian penulis
berharap tetap memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi
adik-adik jurusan terjemah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Januari 2003
Ecin Kuraesin
ii
PADANAN FRASE NOMINA BAHASA ARAB
DALAM BAHASA INDONESIA
Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an
Oleh:
ECIN KURAESIN
NIM. 1972413506
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1423 H / 2003 M
PADANAN FRASE NOMINA BAHASA ARAB
DALAM BAHASA INDONESIA
Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sastra
Oleh:
ECIN KURAESIN
NIM. 1972413506
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1423 H / 2003 M
PADANAN FRASE NOMINA BAHASA ARAB
DALAM BAHASA INDONESIA
Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sastra
Oleh:
ECIN KURAESIN
NIM. 1972413506
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. Fathurahman Rauf
NIP. 150 103 889
Oman Fathurrahman, M.Hum
NIP. 150 276 300
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1423 H / 2003 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “PADANAN FRASE NOMINA BAHASA ARAB DALAM
BAHASA INDONESIA Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an, diajukan
dalam sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 6 Februari 2003. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (S1) pada jurusan Tarjamah.
Jakarta, Januari 2010
SIDANG MUNAQASYAH
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Sudarnoto Abdul Hakim, MA
NIP. 150 247 010
Drs. Ikhwan Azizi
NIP. 19570816 199403 1 001
Anggota
Drs. AM. Hidayatullah, MA
NIP. 19500412 197703 1 001
Prof. Dr. H. Fathurahman Rauf
NIP. 19460505 197107 1 001
Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA
NIP. 19631222 199403 2 002
Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum
NIP. 196990808 199603 1 003
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................
iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Permasalahan .............................................................................
3
C. Pembatasan Masalah..................................................................
4
D. Tujuan dan Manfaat ...................................................................
6
E. Metodologi Penelitian................................................................
6
F. Korpus Penelitian ......................................................................
7
G. Tinjauan Pustaka........................................................................
7
H. Sistematika Penyusunan ............................................................
11
LANDASAN TEORI
A. Wawasan Sintaksis ....................................................................
12
B. Frase Dalam Bahasa Arab .........................................................
15
1. Pengerian .............................................................................
15
2. Pengertian Tarkīb Idāfī ........................................................
17
3. Macam-Macam Idāfat..........................................................
17
4. Hukum mengenai Idāfat ......................................................
21
C. Frase Dalam Bahasa Indonesia .................................................
22
1. Pengertian Frase ..................................................................
22
2. Macam-Macam Frase ..........................................................
23
D. Kata Majemuk ...........................................................................
27
1. Pengertian ............................................................................
27
2. Macam-Macam Kata Majemuk ...........................................
27
3. Ciri-ciri Kata Majemuk .......................................................
28
4. Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk .............................
28
iii
E. Dinamika Penerjemahan ............................................................
29
1. Pergeseran Bentuk (transposisi) ..........................................
30
2. Pergeseran Makna (modulasi) .............................................
31
3. Adaptasi ...............................................................................
32
4. Pemadanan Berkonteks........................................................
32
5. Pemadanan Bercatatan .........................................................
32
BAB III ANALISIS
A. Korpus ......................................................................................
34
1. Analisis idāfat bermakna lām (idāfat lāmmiyah) ................
35
2. Analisis idāfat bermakna min (idāfat Bayāniyyah) .............
44
3. Analisis idāfat bermakna fī (idāfat Zarfiyyah) ....................
47
4. Analisis idāfat bermakna kaf (idāfat Tasybīhiyyah) ............
49
B. Perpadanan.................................................................................
51
1. Pola Frase Nominal ............................................................
51
2. Fungsi Frase Nominal Bahasa Arab ....................................
53
3. Makna Frase Nominal .........................................................
54
C. Pergeseran ..................................................................................
57
1. Pergeseran Bentuk ...............................................................
57
2. Pergeseran Makna................................................................
59
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
60
B. Saran .........................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
62
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Tanpa bahasa seseorang tidak dapat
berkomunikasi dengan baik sekalipun itu merupakan bahasa isyarat. Oleh karena itu,
peran bahasa sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Masyarakat pemakai suatu bahasa memakai suatu acuan tertentu dengan
lambang yang berbeda-beda. Dalam bahasa Indonesia suatu benda yang berfungsi
sebagai alat untuk menulis dinamakan pulpen, tetapi masyarakat pemakai bahasa
Arab melambangkannya dengan kata al-qalam. Dengan demikian bahasa itu bersifat
arbitrer atau manasuka, yang berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu
rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Agar dapat
terjadi suatu komunikasi antara pemakai bahasa yang berbeda maka diperlukan
kegiatan terjemahan.
Menerjemahkan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain bukanlah merupakan
suatu pekerjaan yang mudah dilakukan, sebab kegiatan tersebut tidak hanya
membutuhkan suatu kemahiran berbahasa asing saja, melainkan juga dituntut suatu
keahlian khusus yang melibatkan dua bahasa atau lebih. J. Levy mengungkapkan
bahwa kegiatan penerjemahan adalah kegiatan yang menantang, yang tidak saja
menuntut para penerjemahnya untuk memiliki pengetahuan yang luas tentang bahasa
1
2
Mencari padanan yang tepat dan wajar dalam BSa tidaklah mudah mengingat
bahwa di antara dua bahasa tidak hanya terdapat perbedaan semantis saja, melainkan
juga perbedaan sintaksis. Itulah sebabnya seringkali seorang penerjemah menemui
hambatan-hambatan dalam proses penerjemahannya. Di antara hambatan itu adalah
yang ditimbulkan oleh bahasa itu sendiri. Sifat bahasa yang unik menyebabkan
penerjemah dari suatu bahasa ke bahasa lain harus melibatkan ciri-ciri khas bahasabahasa yang bersangkutan. Itu dilakukan agar pesan yang terkandung di dalam BSu
dapat disampaikan dengan baik ke dalam Bsa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mengadakan penelitian terjemahan
pada salah satu unsur bahasa Arab yaitu frase bahasa Arab (‫ )اﻟﺘﺮآﻴﺐ اﻹﺿﺎﻓﻰ‬. Adapun
alasan mengapa penulis memilih bahasa Arab sebagai BSu, karena bahasa Arab
dengan berbagai macam pola dan bentuknya banyak memenuhi buku-buku bahasa
Arab yang dikonsumsi oleh orang Indonesia. Dan frase bahasa Arab adalah salah
satunya yang menjadi permasalahan dalam menerjemahkan. Selain itu juga yang
menarik bagi penulis adalah bagaimana padanan frase bahasa Arab yang tepat dalam
Bsa (dalam hal ini bahasa Indonesia).
1
Suhendra Yusuf, Teori Terjemah Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan
Sosioliungistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), h. 11.
3
Menurut Gorys Keraf, frase adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata
atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang dapat menimbulkan makna baru
yang sebelumnya tidak ada. 2 Sedangkan frase bahasa Arab (‫ ) اﻟﺘﺮآﻴﺐ اﻹﺿﺎﻓﻰ‬adalah
hubungan antara dua macam isim dengan memperkirakan partikel (lam, min, dan fi),
yang menyebabkan nominal (isim) yang kedua selalu dibaca jarr, 3 Frase bahasa
Arab (‫ )اﻟﺘﺮآﻴﺐ اﻹﺿﺎﻓﻰ‬merupakan salah satu alat sintaksis yang pemakaiannya dalam
kalimat kadang-kadang menimbulkan kesulitan bagi penerjemah untuk menentukan
padanannya dalam Bsa yang pada penelitian ini adalah bahasa Indonesia.
B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas, penulis akan mencoba mengkaji frase
bahasa Arab dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini penulis menekankan
pembahasan pada bentuk dan padanannya sebagai masalah utama.
Walaupun frase bahasa Arab pernah dikajі oleh Taufik Hidayat pada Fakultas
Tarbiyah dalam skripsinya yang berjudul Ma’rifatu al-Furuq baina al-Tarkīb alWashfiy wa al-Idāfy wa Dauruhā fi 'Amaliyyati Tarjamah, namun sejauh yang
penulis ketahui belum ada kajian mengenai frase dalam bahasa Arab dan bahasa
Indonesia, setidaknya untuk mahasiswa Jurusan Tarjamah.
Dengan demikian penelitian ini akan mengkaji :
1. Penerjemahan frase-frase bahasa Arab dalam bahasa Indonesia
2
Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Ende Flores: Nusa Indah, 1989), cet. ke-12, h. 138.
Syaikh Mustafa al-Ghulayaini, Terjemah Jam`і аl- Durus al-'Arabiyyah, (Semarang: CV,
al-Syifa, 1992), h. 293
3
4
2. Padanan frase bahasa Arab dalam bahasa Indonesia
3. Frase yang menjadi padanan terbanyak dalam bahasa Indonesia
4. Pergeseran makna yang terjadi dalam padanan
5. Menganalisis frase yang terdapat dalam surat-surat pendek al-Qur'an.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat pembahasan frase dalam bahasa Arab dan frase dalam bahasa
Indonesia sangat luas yang akan dijelaskan pada bab II, maka penelitian ini dibatasi
pada frase bahasa Arab yang ada padanannya dalam bahasa Indonesia yaitu Frase
Nominal.
Dalam bahasa Arab, frase ada yang memperkirakan partikel lam, min, fi,
idāfat lafziyyah, dan idafat manawiyyah.
Sedang dalam bahasa Indonesia, frase dibagi menjadi frase eksosentris dan
frase endosentris. Frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi
yang sama dengan unsurnya. Frase ini dibagi lagi menjadi frase preposisi, yaitu frase
yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan dan frase posposisi yaitu
frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian belakang serta frase
preposposisi yaitu frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan dan
di bagian belakang. Adapun frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi
yang sama dengan unsurnya. Frase ini pun dibagi menjadi frase berinduk satu,
meliputi nominal, verbal, dan lain-lain. Dan frase berinduk banyak, meliputi frase
koordinatif yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara dan frase apositif
5
yaitu frase yang unsur-unsurnya menunjukkan pada referen yang sama dalam unsur di
luar bahasa. 4
Maka pembatasan dalam penelitian ini adalah frase yang memperkirakan
partikel (lam, min, dan fi) dan frase endosentris nominal yaitu frase yang memiliki
distribusi yang sama dengan kata nominal. Pembatasan frase-frase tersebut akan
dibatasi pada ара yang terdapat dalam surat-surat pendek terakhir al- Qur'an yaitu :
1. Surat an-Nās
2. Surat al-Falāq
3. Surat al-Ikhlās
4. Surat al-Lahab
5. Surat an-Nasr
6. Surat al-Kafirūn
7. Surat al-Kautsar
8. Surat al-Mā-ūn
9. Surat al-Quraisy
10. Surat al-Fil
11. Surat al-Humazah
12. Surat ak-‘Asr
13. Surat al-Takaśur
14. Surat al-Qari’ah
4
Harimukti Kridalaksana, Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia,
(Yogyakarta: Kanisius, 1988), Cet.ke-I, h. 81.
6
15. Surat al-‘Adiat
16. Surat al-Zalzalah
17. Surat al-Bayyinah
18. Surat al-Qadr
19. Surat al-‘Alaq
20. Surat at-Tin
Adapun alasan mengapa penulis meneliti 20 surat terakhir ini, karena memudahkan
penulis untuk meneliti idāfat-idāfat yang dikelompokkan dalam idāfat lāmiyyah,
idāfat bayāniyyah, dan idāfat zarfiyyah.
D. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis
padanan frase-frase bahasa Arab dalam bahasa Indonesia.
Adapun manfaatnya adalah sebagai kontribusi bagi para penerjemah pemula
dalam mencari padanan, khususnya yang berkenaan dengan frase, dan tentu saja
untuk meningkatkan kualitas penerjemahan.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode studi kepustakaan. Dengan
menggunakan metode tersebut penelitian ini akan medeskripsikan frase-frase bahasa
Arab dan bahasa Indonesia. Padanan frase tersebut akan diterapkan analisisnya pada
surat-surat pendek al-Qur'an.
7
F.
Korpus Penelitian
Korpus penelitian ini diambil dari 20 surat-surat pendek al-Qur'an. Untuk
penerjemahan, penulis menggunakan versi Departemen Agama. Dasar pemilihan
versi ini adalah karena sistem penerjemahannya bisa dianggap standar, dan lebih
mudah dipertanggungjawabkan. Selain itu penerjemahan ini dikerjakan oleh sebuah
tim khusus yang dikenal sebagai "Dewan Penerjemah" dibawah yayasan
penyelenggara penerjemah atau penafsir al-Qur'an yang ditunjuk oleh Menteri
Agama dengan surat keputusan Tahun 1986. Dewan penerjemah tersebut terdiri atas
para ulama dan sarjana Islam yang mempunyai keahlian dalam bidangnya masingmasing.
Data diperoleh dengan mencari frase yang terdapat dalam 20 surat terakhir
dalam al-Qur'an. Frase-frase tersebut kemudian dikelompokkan dalam lembaran
khusus berdasarkan pengelompokkan frase.
G. Tinjauan Pustaka
Hampir semua buku tata bahasa Arab klasik membicarakan idafat, seperti alfiyah oleh Ibnu Aqil, Jami’ ad-Durusi al- ‘Arabiyyah oleh Syaikh Musthafa alGhulayaini, al-Miraji fi al-Lughah al-Arabiyyuh oleh Ali Rida, Ми ‘jam al-Mufassil
fi an-Nahwi al- ‘Arabi oleh Fuwal Babati, Mulakhas Qawa’id’ Lughah al-abiyyah
oleh Fuad N`imah, dan an-Nahwu al-Wafi oleh Abas Hasan.
Pada dasarnya pembahasan mereka sama yaitu mengenai pengertian idāfat,
macam-macam idafat dan hukum-hukum mengenai idajat.
8
Idafat adalah hubungan antara dua macam isim dengan memperkirakan
partikel lām, min, fi, dan kaf, yang menyebabkan isim (nominal) yang kedua
selamanya dibaca kasrah. Contoh :
l)
‫هﺬا آﺘﺎب اﻟﺘﻠﻤﻴﺪ‬
‘Inilah kitab milik murid’
Kata yang pertama disebut ‫( ﻣﻀﺎف‬mudaf/kata yang dijelaskan) dan kata yang
kedua disebut ‫( ﻣﻀﺎف إﻟﻴﻪ‬mudaf ilaih/kata yang menjelaskan). Macam kata yang
antara keduanya terdapat partikel yang diperkirakan. 5
Mengenai
pembagian
idafat,
ulama
Nahwu
hampir
sama
dalam
pembahasannya yaitu ada idafat yang memperkirakan partikel (lam, min, dan fi),
idāfat manawiyyah (idafat haqiqiyyah dan idafat mahdah), idafat lafziyyah (idafat
majaziyyah) dan idafat ghair mahdah.
Idafat ada yang berdasarkan makna (‫)ﻣﻦ ﺣﻴﺚ اﻟﻤﻌﻨﻰ‬
dan berdasarkan
perbuatan ( ‫) ﻣﻦ ﺣﻴﺚ اﻟﻌﻤﻞ‬. Adapun idafat yang berdasarkan makna di antaranya (1)
idafat yang memberi penjelasan bila mana mudaf ilaih berupa isim та ‘rіfat, (2)
idāfat yang menentukan takhsis bila mana mudaf ilaih berupa isim nakirah dan (3)
idafat yang tidak mema‘rifatkan dan menentukan takhsis apabila mudafnyaberupa
5
Ibid., h.293
9
Menurut Antonio Dahdah, idafat yang memperkirakan partikel (lam, min,
dan fi) dikelompokkan ke dalam idafat ma’nawiyah, sehingga idafat dibedakan
dari idafat ma 'nawiyah dan idafat lafziyyah 7
Idafat (frase nominal) adalah satuan linguistik yang secara potensial
merupakan gabungan dan kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa
yaitu satuan gramatik yang terdiri dari predikat baik disertai oleh subjek, pelaku
dan keterangan atupun tidak. 8
Frase adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
membentuk suatu kesatuan yang dapat menimbulkan makna baru yang sebelumnya
tidak ada. 9
Frase adalah suatu yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya
frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu S (subjek), P (predikat),
O (objek), P (pelengkap). dan K (keterangan). 10
6
Fuwal Babati, al-Mu'jam al-Mifassal an-Nahwi al-‘Arabi, (Beirut: Dar al-Kutub al‘Ilmiyyah, 1994), cet. ke-1, h
7
Antonio Dahdah, A Dictionary of Arabic Orammer in Charts and Tables, (Beirut: Librarie
duLiban, 1981), h, 211
8 Henry Guntur-Tarigan, Pengajaran Tata Bahasa Tagmemik, (Bandung : Angkasa, 1989),
cet. ke-l, h. 107
9
Gorys Keraf, Loc.cit
Ramlan, Ilти Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta : CV. Karyono, 1987), cet. ke-5,
10
h.152
10
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa frase adalah gabungan dua
kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang dapat menimbulkan makna
baru dan tidak melebihi batas fungsi unsur klausa.
Frase dalam bahasa Indonesia dibagi dua bagian, yaitu frase eksosentris
direktif dan frase endosentris non direktif Frase endosentris dibagi dua yaitu frase
endosentris berinduk satu (frase nominal, adjektival, pronomina, numeral ia, dan
frase verbal) dan frase endosentris berinduk banyak (frase koordinatif dan frase
apositif). 11 Dikatakan frase endosentris apabila satuan konstruksi frase itu
berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya,
sedangkan frase eksosentris ialah satuan konstruksi frase yang tidak berperilaku
sintaksis sama dengan salah satu anggota pembentuknya. 12
Contoh :
(2) Dua orang mahasiswa sedang membaca buku di peipustakaan. 13
Frase "dua orang mahasiswa" dalam klausa "dua orang mahasiswa sedang
membaca buku di perpustakaan" mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya
"mahasiswa".
- Dua orang sedang membaca buku baru di perpustakaan.
- Mahasiswa sedang membaca bukn baru di perpustakaan.
Маka frase dua orang mahasiswa dalam klausa di atas merupakan frase endosentris.
11
Harimurti Kridalaksana, Beberapa Frinsip Perpadiian Leksem dalam Bahisa bidonesia,
(Yogyakarta: Kanisius, 1988), cet. ke-1, h. 81
12
Jos Daniel Parera, Swtaksis, (Jakarta : PT. Gramedia, 1991), cet. ke-2, h. 33
13
Ramlan, op.at., h. 155
11
Sedangkan frase "di perpustakaan" dalam klausa di atas tidak mempunyai
distribusi yang dama dengan semua unsurnya.
- Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru.
- Dua orang mahasiswa sedang membaca buku barudi perpustakaan.
Frase “di perpustakaan" merupakan frase eksoseutris.
H. Sistematika Penyusunan
1. Pendahuluan
Mengemukakan latar belalcang penelitian, permasalahan, pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, korpus penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penyusunan.
2. KerangkaTeori
Mengemukakan wawasan sintaksis, satuan sintaksis, frase dalam bahasa
Indonesia, frase dalam bahasa Arab serta dinamika penerjemahan.
3. Analisis
Pembahasan yang akan dianalisis berdasarkan data-data yang terdapat dalam
sumber data yaitu 20 surat-surat pendek dalam al-Qur'an.
4. Kesimpulan dan Saran.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Wawasan Sintaksis
Sintaksis dalam persi bahaasa Arab yang mengalami penamaan sebagai
ilmu nahwu yaitu ilmu tentang pokok, yang bisa diketahui dengannya tentang
harkat (baris) akhir dari suatu kalimat baik secara I’rab atau mabni (baris atau
harkat yang dimaksud di sini adalah baris atau harkat terakhir dari suatu kata.
Contoh alhamdu, maka yang dibahas dalam ilmu nahwu adalah harkat terakhir
yaitu dalam dari kata du. Kata dalam bahasa Arab dibagi tiga bagian yaitu isim,
fi’il dan huruf. Isim bila dipadankan dengan bahasa Indonesia meliputi kata benda,
kata sifat, fi’il identik dengan kata kerja dalam bahasa Indonesia sedangkan huruf
sama dengan kata tugas atau kata bantu dalam Bahasa Indonesia.
Sintaksis berasal dari kata Yunani "san" yang berarti 'dengan' dan "tattein"
yang berarti 'menempatkan'. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok-kelompok kata dan kelompokkelompok kata menjadi kalimat. 1 Bidang sintaksis adalah salah satu bidang
linguistik yang menyelidiki semua hubungan antar kata dan antar kelompokkelompok kata dalam satuan dasar sintaksis yaitu kalimat.
Bidang lingusitik ini mengenai pembagian sintaksis atas tiga tataran yaitu :
tataran fungsi, tataran kategori dan tataran peran. 2 Subjek, predikat, objek dan
keterangan merupakan komponen-komponen tataran fungsi. Tataran kategori
1
2
J.W.M Verhaar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1998), h.39
Ibid. h. 70
12
13
adalah tataran kelas kata, yang antara lain mencakup verba, nomina, aaverbia, dan
preposisi. Tataran peran merupakan tataran sintaksis yang melihat konstituenkonstituen kalimat dari segi makna atau semantic. Dalam tataran ini dikenal istilah
seperti : agentif, aktit; dan objektif. 3 Agentif adalah yang melakukan perbuatan.
Aktif adalah konstituen yang menguntungkan makna perbuatan. Sedangkan
obyektif adalah yang terkena perbuatan. Yang dimaksud fungsi itu sendiri adalah
tempat kosong yang harus diisi oleh dua pengisi kategorial dan pengisi sintaksis.
Pada tataran teratas dari tiga tataran sintaksis ini terdapat dua tataran lainnya,
yaitu tataran kategori yang merupakan tataran peran yang merupakan pengisi
kategorial, dan tataran peran yang merupakan pengisi sintaksis. Ketiganya saling
melengkapi sehingga membentuk konstruksi kalimat.
Contoh :
(3) a. Kalimat dalam bahasa Indonesia
F
S
P
0
К
Ayah
Membeli
Jeruk
Di
Pasar
К
N
V
N
P
N
P
Ag
Akt
Obj
LKF
b. Kalimat dalam bahasa Arab
F
К
0
‫اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ ﻓﻰ اﻟﺒﻴﺖ‬
S
P
‫ﻣﺤﻤﺪ‬
‫ﻳﻜﺘﺐ‬
К
N.P
N
N
V
P
L
Obj
Akt
Ag
3
Abdul Chair, Linguistik umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 137
14
Dari contoh di atas dapat kita lihat bahwa perbedaan kalimat dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Arab jelas sekali. Dalam hal struktur bahasa Indonesia, S
mendahului P, sedangkan dalam bahasa Arab P lebih dahulu dari pada S.
Walaupun demikian, dalam penerjemahan yang baik, Bsu tetap saja harus
mengikuti Bsa-nya, dalam hal ini bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
-
Satuan Sintaksis
Ramlan mengatakan sintaksis adalah bagian atau lambang dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. 4
Adapun satuan sintaksisnya sebagai berikut :
a. Wacana
Wacana adalah rentetan kalimat berkaitan, yang menghubungkan preposisi
yang satu dengan proposisi yang lain serta membentuk kesatuan. 5
b. Kalimat
Ramlan mengatakan banwa kalimat adalah kesatuan gramatik yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. 6
Sedangkan menurut St. Takdir Alisjahbana, kalimat adalah satuan kumpulan kata
terkecil yang mengandung pikiran lengkap.
3
Mansoer Pateda, Linguistik Suatu Pengantar. (Bandung: Angkasa Bandung, th). h. 135
Hasan Alwi., et.al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (Jakarta: Dep. P & K. 2000),
jilid ke-3. h. 92
6
Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: CV. Karyono, 1987), cet. ke- 5,
h. 61.
4
15
c. Klausa
Klausa menurut J.S. Badudu adalah sebuah kalimat yang merupakan
bagian dari kalimat yang lebih besar. Sedangkan Ramlan mendefinisikan klausa
adalah satuan gramatik yang terdiri dari predikat, baik disertai oleh subjek, objek,
pelaku, dan keterangan atau pun tidak. 7
d. Frase
Frase terdiri dari dua kata atau lebih. Lebib kecil dari klausa dan antara
kata-kata tersebut terdapat hubungan. Sedangkan Parera mengatakan frase adalah
suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih tetapi tidak
mempunyai ciri konstruksi sebuah klausa. 8
B. Frase dalam bahasa Arab
1. Pengertian
Frase dalam bahasa Arab adalah gabungan dua kata atau lebih yang
membentuk suatu kesatuan yang dapat menimbulkan makna baru yang
sebelumnya tidak ada. Frase dalam bahasa Arab disebut juga ‫ اﻟﺘﺮآﻴﺐ‬/at-Tarkīb/,
yaitu perkataan yang terdiri dari dua kata atau lebih karena adanya faidah, baik
faidah itu sempuraa atau kurang sempurna. 9 Contoh :
(1)
Faidah Sempurna
/an-Najātu fissidqi/
‫اﻟﻨﺠﺎة ﻓﻰ اﻟﺼﺪق‬
'Keselamatan itu terletak pada kejujuran'
7
Ibid., h. 62
Jos Daniel Parera, Sintaksis, (Jakarta: PT. Gramedia, 1991), cet. Ke-2, h
9
Musthafa al-Ghulayanini, Jami ‘ad-Durus al-Arabiyyah, (Beirut: al-Maktabah alAsriyyah, 1980), h.24
8
16
(2)
Faidah Kurang Sempurna
/nūrussyamsi/
‫ﻧﻮراﻟﺸﻤﺲ‬
'Cahaya matahari'
Dalam hal ini, tarkīb terdiri dari ; tarkīb isnādi, tarkīb idāfi, dan tarkīb bayāni.
Tarkīb isnādi adalah kalimat yang tersusun dari musnad dan musnad ilaih.
Contoh:
(3)
/al-hilmu zainun/
‫اﻟﺤﻠﻢ زﻳﻦ‬
'Kesantunan itu perhiasan'
Adapun tarkīb idāfi adalah kata yang tersusun dari mudāf dan mudāf ilaih, seperti:
(4)
/Kitabuttilmīzu/
‫آﺘﺎب اﻟﺘﻠﻤﻴﺬ‬
'Buku murid'
Sedangkan tarkīb bayāni adalah tiap dua kata, dimana kata yang kedua berfungsi
sebagai penjelas atau menerangkan makna kalimat yang pertama tarkīb bayāni ini
ada tiga macam :
a. Kalimat yang tersusun sebagai si fat.
(5)
/fazat tilimzul mujtahid/
‫ﻓﺎزاﻟﺘﻠﻤﻴﺬ اﻟﻤﺠﺘﻬﺪ‬
'Murid yang bersungguh-sungguh itu beruntung'
b. Kata yang tersusun sebagai taukid, yaitu yang tersusun dari muakkad (yang
dikuatkan) dan muakkid (yang menguatkan).
(6)
/jā'al qaumu kulluhum/
‘Semua kaum itu telah datang’
‫ﺟﺎء اﻟﻘﻮم آﻠﻬﻢ‬
17
c.
Kata yang tersusun dari badal (kata pengganti) dan mubdal minhu (yng
digantikannya)
(7)
/jā’al Khalīlu akhūka/
‫ﺟﺎء ﺧﻠﻴﻞ أﺧﻮك‬
‘Khalil saudara laki-lakimu telah datang’
Selain ketiga macam tarkīb di atas, masih ada lagi bentuk tarkīb yang lain
seperti, tarkīb ‘atfī adalah kata yang tersusun dari ma’tuf (yang di ‘atafkan) dan
ma'tuf ‘alaih (yang di atafi) dengan diselingi oleh huruf ‘ataf di antara keduanya
Contoh :
(8)/qama Zaidun wa ‘Amar/
‫ﻗﺎم زﻳﺪ وﻋﻤﺮ‬
'Zaid dan ‘Amar telah berdiri'
Bentuk lainnya adalah tarkīb majzi adalah tiap-tiap dua kata yang tersusun
dan dijadikan satu.
(9)
/ba’labaka/
‫ﺑﻌﻠﺒﻚ‬
'Ba ‘labak (suatu negeri)'
Selanjutnya yaitu tarkīb ‘adādi adalah setiap dua bilangan yang di antara
keduanya terdapat huruf 'ataf yang tersimpan, yaitu bilangan sebelas hingga
sembilan belas.
(10) /tis'ata ‘asyara/
‫ﺗﺴﻌﺔ ﻋﺸﺮ‬
'Sembilan belas'
(11)
/jā'a ahada ‘asyararajulan/
'Sebelas orang laki-laki telah datang'
‫ﺟﺎء أﺣﺪﻋﺸﺮرﺟﻼ‬
18
2. Pengertian Tarkīb Idāfi (‫اﻹﺿﺎﻓﻰ‬
‫اﻟﺘﺮآﻴﺐ‬
)
‫اﻹﺿﺎﻓﺔ‬/al-Idaāfat/ adalah suatu keterikatan antara dua kata yang
mengakibatkan kalimat kedua selalu di baca jaar. 10 Idāfat adalah hubungan antara
dua macam isim dengan memperkirakan huruf jarr, yang rnenyebabkan isim yang
kedua selamanya di baca jarr. 11 Tarkīb idafi adalah susunan yang tidak berfaidah
kecuali dengan dua kata dasar yaitu mudaf dan mudāf ‘ilaih. 12
(12) /labistu khātam fiddah//
‫ﻟﺒﺴﺖ ﺧﺎﺗﻢ ﻓﻀﺔ‬
'Aku memakai cincin dari perak'
Isim yang pertama disebut mudāf dan isim yang kedua disebut mudāf ilaih.
Keduanya adalah dua macam yang antara keduanya terdapat huruf jarr yang
diperkirakan. Adapun yang berlaku sebagai ‘amil jarr pada mudāf ilaih ialah
mudāf bukan huruf jarr yang diperkirakan antara keduanya.
3. Macam-macam idāfat
Idāfat terdiri dari empat macam, yaitu
a.
‫ﻻﻣﻴﺔ‬/lāmiyyah/ artinya bagi, milik.
.‫ ﻣﺎآﺎﻧﺖ ﻋﻠﻰ ﺗﻘﺪﻳﺮ"اﻟﻼم" وﺗﻔﻴﺪ اﻟﻤﻠﻚ اوأﻹﺧﺘﺼﺎص‬:‫ﻓﺎﻟﻼﻣﻴﺔ‬
Idāfat lamiyyah adalah idāfat yang memperkirakan makna partikel lām
berfaidah memiliki atau kekhususan.
(13) a. Idāfat lāmiyyah berfaidah milik
10
M. Wafi dan Bahaudin, Hasanah Andalus Menguak Karya Monumental al-Fiqh Ibnu
Malik, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1991), cet. Ke-1, h. 225.
11
Musthafa al-Ghulayaini, loc.cit.
12
Sulaiman Fiad, An-Nahwu al-Asri Daliluhu masti Qawaidi al-Lugah al-Arabiyah, al
Qahirah: Markaj al Ahram li Tarjamah wa Nasyr, 1995
19
/haza hisanu ' Ali/
‫هﺬا ﺣﺼﺎن ﻋﻠﻲ‬
ini kuda (milik) Ali
b. Idafat lamiyyah berfaidah pengkhususan
/akhaztu bi lijamil farasi/
'Aku memegang kendali (untuk) kuda’
b.
‫أﺧﺬت ﻟﺠﺎم اﻟﻔﺮس‬
‫ ﺑﻴﺎﻧﻴﺔ‬/bayāniyyah/ artinya penjelasan.
‫ ﺑﺤﻴﺚ‬,‫وﺿﺎﺑﻄﻬﺎأن ﻳﻜﻮن اﻟﻤﻀﺎف إﻟﻴﻪ ﺟﻴﺴﺎﻟﻠﻤﻀﺎف‬,‫ ﻣﻦ‬,‫ ﻣﺎآﺎﻧﺖ ﻋﻠﻰ ﺗﻘﺪﻳﺮ‬:‫واﻟﺒﻴﺎﻧﻴﺔ‬
.‫ﻳﻜﻮن اﻟﻤﻀﺎف ﺑﻌﻀﺎ ﻣﻦ اﻟﻤﻀﺎ ف اﻟﻴﻪ‬
Idāfat bayāniyyah adalan idāfat yang memperkirakan makna partikel min
Definisinya yaitu bahwa keadaan mudāf ilaih merupakan jenis dari mudāf yang
kemudian bisa dijelaskan bahwasanya keadaan mudāf adalah sebagian dari mudāf
ilaih. Contoh :
(14) /haza babu khasyabin/
‫هﺬا ﺑﺎب ﺧﺸﺐ‬
'Pintu ini dari kayu’
c.
‫ﻇﺮﻓﻴﺔ‬/zarfiyyah/ artinya zaraf
‫ وﺗﻔﻴﺪ‬.‫ ﻣﺎآﺎﻧﺖ ﻋﻠﻰ ﺗﻘﺪﻳﺮ "ﻓﻰ" وﺿﺎﺑﻄﻬﺎ أن ﻳﻜﻮن اﻟﻤﻀﺎف إﻟﻴﻪ ﻇﺮﻓﺎ ﻟﻠﻤﻀﺎف‬:‫واﻟﻈﺮﻓﻴﺔ‬
‫زﻣﺎن اﻟﻤﻀﺎف أوآﺄﻧﻪ‬
Idāfat zarfiyyah adalah yang memperkirakan makna partikel fī.
Definisinya adalah bahwa keadaan mudāf ilaih merupakan zaraf bagi mudāf.
Idāfat ini berfaidah menjelaskan masa atau tempatnya mudāf. Contoh :
20
(15) /syahrul layli mudirrun/
‫ﺷﻬﺮ اﻟﻠﻴﻞ ﻣﻀﺮ‬
'Berjaga di malam hari menimbulkan penyakit'
d.
‫ﺗﺸﺒﻴﻬﻴﺔ‬/tasbihiyyah/'artinya penyerupaan.
‫ ﻣﺎآﺎﻧﺖ ﻋﻠﻰ ﺗﻘﺪﻳﺮآﺎف اﻟﺘﺸﺒﻴﻪ وﺿﺎﺑﻄﻬﺎان ﻳﻀﺎف اﻟﻤﺸﺒﻪ ﺑﻪ إﻟﻰ اﻟﻤﺸﺒﻪ‬:‫اﻟﺘﺸﺒﻴﻬﻴﺔ‬
Idafat tasybihiyyah aaalah idafat yang mengira-ngirakan makna kaf tasybīh.
Definisinya ialah musyabhah lebih dimudāfkan kepada musyabhah bihi. Contoh :
(16)
‫اﻧﺘﺸﺮ ﻟﺆﻟﺆ اﻟﺪم ﻋﻠﻰ ورد اﻟﺨﺪود‬
/intasyara lu 'lu 'uddam'i ‘ala waradil khudūd/
'berlinanglah butiran air mata pada pipi yang merah merekah'
Selain idāfat yang memperkirakan partikel (lām, min, fī, dan kaf) idāfat terbagi
lagi menjadi idāfat mahdah dan ghair mahdah. 13 Idāfat mahdah adalah idāfat yang isim
pertamanya mengandung makna takhsīs apabila mudāf ilaihnya. bersifat nakirah.
Contoh :
(17) /hazā gulāmul mar'ati/
‫هﺬا ﻏﻼم اﻟﻤﺮأة‬
'Orang ini pelayan seorang wanita'
Dan memberi makna takrif apabiia mudaf ilaih bersifat ma ‘rifat. Contoh :
(18)/hazā, gulamu zaidin/
‫هﺬا ﻏﻼم زﻳﺪ‬
'Orang itu pelayan Zaid’
idāfat gair mahdah apabila mudāf berupa wasf yang mirip dengan yaf 'alu fi’il
mudāri yang dimaksud ialah setiap isim fi’il atau isim mafūl yang mengandung makna hal
'sekarang' atau istiqbal 'akan datang' atau berupa sifat musyabbahah yang bermakna hal
'sekarang1. Berikut conton-contonnya :
13
Bahauddin Abdullah Ibnu ‘Aqil, Syarah Ibnu ‘Aqil, (Bandung: Sinar Baru, 1992),
cet.ke-1, h. 494
21
contoh mudāf berupa isim fi’il :
(19)
‫هﺬا ﺿﺎرب زﻳﺪ‬
/hazā dāribu Zaidin al-An aw gadan/
'Ini orang yang memukul Zaid "
Contoh mudāf berupa isim таfūl :
(20)
‫هﺬا ﻣﻀﺮوب اﻷب‬
/haza madrūbul abi/
'Orang ini yang ayahnya di pukul’
Contoh mudāf berupa sifat musyabbahah :
(21)
‫هﺬا ﺣﺴﻦ اﻟﻮﺟﻪ وﻗﻠﻴﻞ اﻟﺤﻴﻞ وﻋﻈﻴﻢ اﻷﻣﻞ‬
/'haza Hasanul wajhi wa qalilul hayli wa azīmul amali/'
'lnilah yang baik mukanya, tidak banyak tipu daya, dan yang mulia cita-citanya'.
Idāfat mahdah disebut juga idāfat ma’nawiyah dan idāfat hakīkiyah. 14
4. Hukum mengenai idāfat
Hukum mengenai idafat antara lain :
a. Kata isim yang menjadi ‫ ﻣﻀﺎف‬/mudāf/' tidak boleh dimasuki ‫ ال‬/аl/di depannya dan
tidak boleh ditanwin akhirnya.
b. Kata isim yang menjadi
‫ﻣﻀﺎف إﻟﻴﻪ‬/mudāf
ilaih/ boleh menjadi kalimat yang
dimasuki ‫ال‬/аl/ di depannya dan boleh pula berupa kalimat yang ditanwin akhirnya.
c. Kalimat isim yang menjadi ‫إﻟﻴﻪ‬
‫ ﻣﻀﺎف‬/mudaf ilaih/ harus dibaca khafad/jarr dan di
antara tanda jarr adalah kasrah artinya huruf terakhirnya dibaca kasrah/ tanwin
kasrah.
14
Ibid., h. 497.
22
d. Suatu isim (kata benda) tidak boleh dimudāfkan kepada sinonimnya, jadi tidak boleh
diucapkan.
Contoh :
(22) /laisu asadin/
‫ﻟﻴﺚ أﺳﺪ‬
'Singa'
kecuali apabila keduanya berupa isim ‘alam, maka hal demikian hukumnya boleh.
Contoh :
(23)
/Muhammad Khālid/
‫ﻣﺤﻤﺪ ﺧﺎﻟﺪ‬
'Muhammad Khalid'
e. Diperbolehkan mengidafātkan lafaz ām kepada lafaz khās. Contoh :
(24) /yaumul Jumati/
‫ﻳﻮم اﻟﺠﻤﻌﺔ‬
'Hari Jum’at'
(25)/syahru Ramadāna/
‫ﺷﻬﺮ رﻣﻀﺎن‬
'Bulan Ramadhan'
С. Frase Dalam Bahasa Indonesia
1. Pengertian Frase
Frase adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
membentuk suatu kesatuan. Kesatuan itu dapat menimbulkan suatu makna baru
yang sebelumnya tidak ada 15 Satuan linguistik yang secara potensial merupakan
gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa. 16
15
Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Ende-Flores: Nusalndah, 1989), h. 138.
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Tata Bahasa Tag memik, (Bandung: Angkasa,
1989), h. 107
16
23
Dalam buku Harimurti Kridalaksana, frase adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata dengan kata yang bersifat non predikatif 17 Frase dapat
dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat
maupun tidak. 18 Frase dibatasi sebagai suatu kelompok kata yang tidak
mengandung subjek dan predikat yang berfungsi sebagai suatu bagian ajaran
tunggal.
Dari definisi di atas, dapat diketahui ciri-ciri frase sebagai berikut:
a. Terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan.
b. Frase tidak mempunyai ciri-ciri klausa
c. Frase tidak mengandung subjek dan predikat.
d. Frase dapat dibentuk, baik dalam pola dasar kalimat maupun tidak.
2. Macam-macam Frase
Secara umum frase dapat dibedakan atas frase endosentris dan frase
eksosentris. Dikatakan frase endosentris apabila mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya Dan frase eksosentris apabiia tidak mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya Contoh :
(26)
Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Berdasarkan contoh (29), kalimat "Dua orang mahasiswa", merupakan
frase endosentris karena kata "dua orang" dan "mahasiswa" mempunyai unsur
yang sama. Sedangkan "di perpustakaan" merupakan frase eksosentris karena "di"
dan "perpustakaan" tidak mempunyai unsur yang sama.
17
Harimurti Kridalaksana, Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia,
(Yogyakarta: Kanisius, 1988), cet. ke-1, h. 81.
18
Jos Daniel Parera, op.cit, h.33
24
a. Frase Endosentris
Frase endosentris adalah frase yang keseluruhannya mempunyai perilaku
sintaksis yang sama dengan salah salu bagiannya Ada frase endosentris berinduk
satu atau frase modifikasi dan frase endosentris berinduk banyak. 19
1). Frase Modifikatif
Frase modifikatif adalah frase yang terdiri dari induk yang menjadi penanda
kelasnya dan modifikator. Secara semantis, modifikator itu disebut pemeri. 20
Frase modifikasi ini terdiri atas : frase nominal, frase adjektival, frase
pronominal, frase numeralia, dan frase verbal. 21
a. Frase Nominal
Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata
nominal. 22 Frase nominal, frase modifikatif yang terjadi dari nomina sebagai
induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan
induk seperti, adjektiva, verba, numeralіa serta frase lain.
b. Frase Adjektival
Frase adjektival adalah frase yang induknya adjektiv dengan modifikaior
berkategori atau gabungan beberapa kata berkelas ара pun yang keseluruhannya
berperilaku sebagai adjektival. Contoh :
(27) FA Æ l. A + F.Num
2.A + Adv
19
Harimurti Kridalaksana, loc.cit
Ibid, h. 85.
21
Harimurti Kridalaksana, loc.cit.
22
Ramlan, op.с it., h. 158.
20
"Celakatiga belas".
"Cantik nian".
25
c. Frase Pronominal
Frase pronominal adalah frase yang berupa gabungan pronomina sebagai induk
dengan numerik, adjektiva atau adverbia sebagai modifikator. Contoh :
(28)
F.pr Æ l. Pr + Adv
"Saya lagi"
2. Pr + Num
"Mereka berlima"
Frase Numeralіa
d.
Frase numeralіa adalah frase yang terjadi dari numeralіa sebagai induk dan unsur
perluasan lain sebagai modifikator. 23 Contoh :
(29)
FN
Num
+
bilangan pecahan
1
2
Frase Verbal
e.
Frase verbal adalah frase yang terjadi dari verba sebagai induk dengan verba,
atau kata berkelas kata lain yaitu adverbia atau frase preposisional sebagai
modofikator. Contoh :
(30)
FV
1. V + N + К
"Memukul genderang perang".
2. V + F.Pro
"Makan tanpa bayar ditarik ke atas".
2). Frase Endosentris Berinduk Banyak
Frase endosentris berinduk banyak terjadi dari beberapa komponen yang sederajat
dalam fungsi dan kelas. Ada frase koordinatif dan frase apositif 24
a. Frase Koordinatif
Frase ini terdiri dari unsur-unsur yang setara, kesetaraannya itu dapat
dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata
penghubung dan atau atau. 25 Contoh :
23
24
Harirnurti Kridalaksana, op.cit., h. 92
Ibid., h. 97.
26
(31)
a. Rumah pekarangan
b. Suami-istri
c. Dua tiga hari
b. Frase Apositif
Frase apositif adalah frase endosentris berinduk banyak yang komponenkomponennya menunjukkan pada referen yang sama dalam komponen di luar
bahasa. Frase apositif adalah frase yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang
sama Frase apositif umumnya bersifat nominal. 26
Dalam buku Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, frase endosentris terbagi
pada dua yaitu frase endosentris yang atributif dan frase endosentris yang
apositif. 27 Frase endosentri yang atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara
Karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau atau. Contoh :
(32)
a. Pembangunan Lima Tahun.
b. Sekolah Inpres.
b. Frase Eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang tidak berhulu atau поп headed. Frase
eksosentris ini terbagi atas frase preposisi, frase posposisi dan frase
preposposisi. 28
1. Frase Preposisi, adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian
depan. 29 Contoh :
25
Ramlan, op.cit., h. 155.
Henry Tarigan, Penganjaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 106
27
Ramlan, Loc.cit.
28
Henry Guntur Tarigan, op.cit., h. 94
29
Ibid., h. 95
26
27
(33)
a. Di rumah
b. Di atas
2. Frase Posposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian
belakang. Frase posposisi tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Salah satu
bahasa yang mempunyai frase posposisi adalah bahasa Jepang. Contoh :
(34)
Inakani, sunde iru Æ ‘I live in the country'
3. Frase Preposposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di
bagian depan dan di bagian belakang. Frase ini tidak terdapat dalam bahasa
Indonesia. Salah satu bahasa yang menggunakan frase preposposisi ini adalah
bahasa Karo. Contoh :
(35)
I juma nare Æ ‘Dari ladang’
D. Kata Majemuk (kompositum)
1. Pengertian
Kata majemuk atau komposistum adalah gabungan dari dua kata atau lebih
yang membentuk suatu kesatuan arti. 30
Kata majemuk adalah dua kata yang pengertiannya dianggap sedemikian
rapat hubungannya, sehingga dapat dianggap senyawa dan menjadi satu
perkataan. 31 Kata majemuk merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan lagi,
seperti matahari saputangan, dan lain-lain.
2. Macam-macam Kata Majemuk
Kata majemuk dibagi menjadi dua macam, yaitu kata majemuk yang
bersifat eksosentris, dan kata majemuk yang bersifat endosentris. 32
30
31
168
32
Gorys Keraf, op.cit., h. 124
Sultan Takdir Alisyahbana, Tata Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Dian Raktyat. 1986), h
Ibid., h.125.
28
Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak
mengandung satu unsur inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya
merupakan inti. Misalnya : laki-bini, tua-muda, hancur-lebur, kaki-tangan, dan
lain-lain. Dan kata majemuk yang bersifat endosentris adalah kebalikan dari kata
majemuk eksosentris, yaitu majemuk yang mengandung satu unsur inti dari
gabungan itu. Misalnya : sapu tangan, orang tua, matahari, dan lain-lain. Kata
sapu, orang, dan mata merupakan unsur intinya.
3. Ciri-ciri Kata Majemuk
Ciri-ciri kata majemuk adalah sebagai berikut33 :
a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat
c. Biasanya terdiri kata-kata dasar.
d. Terutama kata-kata majemuk endosentris terbentuk menurut hukum DM.
4. Perbedaan Frase Dengan Kata Majemuk.
Frase dan kata majemuk mempunyai pengertian yang sama, yaitu
gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan. Bedanya
konstituen kata majemuk biasa disebut "komponen"nya 34 Sedangkan frase
merupakan konstruksi nonpredikatif.
Kata majemuk dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) kata majemuk yang
komponennya berurutan seperti yang terdapat pada frase (2) kata majemuk
sintaksis. Adapun ciri utama kata majemuk adalah :
33
Ibid., h.126
J.W.M. Verhaar, op.cit., h. 98.
34
29
a Mempunyai hukum DM, artinya yang diterangkan selalu mendahului ара yang
menerangkan. Contoh :
(37) Bumiputera
Pada contoh (37) mempunyai urutan MD bukan DM (putra bumi). Walanpun
demikian, ujaran tersebut masuk ke dalam jenis kata majemuk sintaksis dan bukan
frase. b. Kalanya hanis ditulis dalam satu kata (tanpa spasi), seperti tatabahasa,
warganegara, muaradua, dan sebagainya Atau di tulis menjadi dua kata, seperti
раnjang tangan, keras kepala, daya juang, dan sebagainya. Atau pun di tulis
dengan menggunakan garis penghubung, seperti laki-bini, gelap-gulita, dan
sebagainya. 35
Selanjutnya untuk mengetahui apakah ujaran tersebut masuk ke dalam kata
majemuk atau frase digunakan reduplikasi. Misalnya saja ujaran matahari tidak
pernah direduplikasi menjadi mata-mata hari. Adapun frase selalu terdiri dari kata
yang benar-benar menjadi morfem bebas. Sedang kata majemuk salah satu
konstituennya dapat berupa morfem terikat, namun bukan sebagai afiks atau
klitika tetapi sebagai akar. 36
E. Dinamika Penerjemahan
Dalam konteks penerjemahan yang melibatkan dua bahasa terdapat lima
prosedur penting, yaitu pergeseran bentuk (transposisi), pergeseran makna
(modulasi), adaptasi (penyesuaian), pemadanan berkonteks, dan pemadanan
bercatatan. 37
35
Sutan Takdir Alisyahbana, op.cit., h. 69.
J.W.M. Verhaar, op.cit., h 100
37
Rohayah Machali, Pedoman Ba&i Pcnerjemah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000), h. 63
36
30
1. Pergeseran Bentuk (transposisi)
Pergeseran bentuk (transposisi) adalah prosedur penerjemahan yang
melibatkan bentuk gramatikal dari BSu ke Bsa. Ada empat macam pergeseran
bentuk yaitu :
a. Pergeseran bentuk wajib dan otomatis
Pergeseran yang disebabkan oleh sistem dan kaidah bahasa. Dalam hal ini,
penerjamah tidak mempunyai pilihan lain selain melakukannya. Berikut
adalah contoh beberapa nomina jamak dalam bahasa Arab menjadi tunggal
dalam bahasa Indonesia
(38)
/arba ‘atu kutubin/
‫أرﺑﻌﺔ آﺘﺐ‬
'Empat buku'
(39) /samaniyatu aswābin/
‫ﺛﻤﺎﻧﻴﺔ أﺛﻮاب‬
'Delapan baju'
Pergeseran yang dilakukan apabiia suatu struktur gramatikal dalam BSu
tidak ada dalam BSa Contoh berikut adalah penggunaan taukid (kalimat
empatik) dalam bahasa Arab menjadi penekanan (sungguh-sungguh)
dalam subjek.
(40) /rakibtul farsal farsa/
‫رآﺒﺖ اﻟﻔﺮس اﻟﻔﺮس‬
'Sungguh saya telah menaiki kuda'
b. Pergeseran yang dilakukan karena alasan kewajaran ungkapan
Pergeseran ini kadang-kadang sekalipun dimungkinkan adanya terjemahan
harfiah menurut struktur gramatikal, padanannya kaku atan tidak wajar
31
dalam Bsa. Berikut ini contoh frase nomina dalam bahasa Arab yang
menjadi verba (kata kerja) dalam bahasa Indonesia.
(41) ‫ﻣﺮآﺰ اﻟﺒﺤﻮث ﺗﻘﻮم ﺑﺘﻨﺴﻴﻖ اﻷﻧﺸﻄﺔ ﻓﻰ ﺑﺤﻮث اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ اﻻﺳﻼ ﻣﻴﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﻴﺔ‬
‫ﺟﺎآﺮﺗﺎ‬
/markazul buhūsi taqūmu bitansīqil ansyitati fī buhūsi jāmi`atil
islamīyyatil hukūmiyyati Jakarta/
'Pusat penelitian bertugas mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan penelitian
di lingkungan IAIN Jakarta'
c. Pergeseran yang dilakukan dengan maksud mengisi kesenjangan leksikal
(termasuk piranti gramatikal yang mengandung fungsi tekstual, seperti /lah/, /-pun/ dalam Bsa dengan menggunakan struktur gramatikal. Misalnya
kata majemuk campur tangan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
menjadi ‫ ﺗﺪﺧﻞ‬/tadakhul/ dan bukan ‫ اﺧﺘﻼط اﻟﻴﺪ‬/ikhtilatul yad/.
d. Pergeseran yang dilakukan untuk mengisi kerumpangan kosakata
(termasuk perangkat tekstual seperti /-lah/ dalam bahasa Indonesia) dengan
menggunakan struktur gramatikal.
(42)
‫وﻓﻘﺎﻟﻠﻨﺺ اﻟﺴﺎﺑﻖ أﺟﺐ ﻋﻦ أﻻﺳﺌﻠﺔ اﻵﺗﻴﺔ‬
/wifqan linnāsis sābiqi 'ajib 'anil as-ilatil ātiyati/
'Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan teks berikut ini'
(43) /haza Ahmadu akhūka/
‫هﺬا أﺣﻤﺪ أﺧﻮك‬
'Ahmad inilah saudaramu'
2. Pergeseran Makna (mudulasi)
Modulasi adalah mengungkapkan kembali amanat dalam bahasa sumber,
tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Modulasi ini ada dua, yaitu
modulasi wajib dan modulasi bebas.
32
a. Modulasi wajib dilakukan apabila suatu kata, frase atau struktur tidak ada
padanannya dalam bahasa Indonesia sehingga perlu dimunculkan. Contoh:
(44)
Kata
‫ﻋﻤﺪا‬
Frase
/amdan/
'dengan sengaja'
b. Modulasi bebas adalah prosedur terjemahan yang dilakukan karena alasan
non linguistik, misainya untuk memperjelas makna menimbulkan
kesetalian dalam Bsa.
(45) /narullahi! muqadah/
‫ﻧﺎر اﷲ اﻟﻤﻮﻗﺪة‬
'(yaitu) Арі (yang disediakan) Allah yang dinyalakan'
3. Adaptasi (penyesuaian)
Adaptasi adalah pengupayaan padanan kultural antara dua situasi tertentu.
Misalnya salam resmi pembuka berita dalam bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia.
(46) /sahibul jalalah/
‫ﺻﺎﺣﺐ اﻟﺠﻼﻟﺔ‬
'Raja yang terhormat'
4. Pemadanan Berkonteks
Pemadanan
berkonteks
atau
contextual
conditioning
adalah
penempatan suatu informasi dalam konteks, agar maknanya jelas bagi
penerima informasi/berita.
Contohnya dalam bahasa Arab ‫ ﺻﺒﺎح اﻟﺨﻴﺮ‬/sabāhul khair/ diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi 'selamat pagi'.
5. Pemadanan Bercatatan
33
Pemadanan
bercatatan
dilakukan
apabila
semua
prosedur
penerjemahan tidak dapat diharapkan, maka langkah yang dapat dilakukan
adalah dengan pemadanan bercatatan. Contoh :
(48) Ia senang makan gado-gado
Penerjemahan kata gado-gado pada contoh (48) jika kita carikan padanan
leksikalnya yang tepat, maka sama sekali tidak ada dalam BSa. Contoh
lainnya seperti batik, bakso, midodareni dan lain-lain. Karena itu
penerjemahannya dapat dilakukan dengan memberinya Catatan kaki maupun
sebagai catatan akhir.
BAB III
ANALISIS
А. Korpus
Korpus diambil dari surat-surat pendek (20 surat terakhir al-Qur'an) yang
penulis gunakan sebagai sumber data Surat-surat pendek tersebut yaitu surat anNās, al-Falaq, al-Ikhlās, al-Lahab, an-Nasr, al-Kāfirūn, al-Kau'sar, al-Māūn, alQuraisy, al-fīl, al-Humazah, al-‘Asr, at-Taksur, al-Qari’ah, al-Miyat, alZalzalah, al-Bayyinah, al-Qadr, al-Alaq, dan at-Tīn. Dan dari ke-20 surat tersebut
data yang berhasil penulis kumpulkan sebanyak 80 Idāfat.
Berdasarkan data-data yang ada, penulis mengelompokkan frase-frase bahasa
Arab atas empat makna Idāfat, yaitu :
1. Idāfat yang bermakna lam (Idāfat lamiyyah), muncul sebanyak 46 Idāfat.
2. Idāfat yang bermakna min (Idāfat bayaniyyah), muncul sebanyak 19 Idāfat.
3. Idāfat yang bermakna fi (Idāfat zarjiyyah), muncul sebanyak 11 Idāfat.
4. Idāfat yang bermakna kaf (Idāfat tasybihiyyah), muncul sebanyak 4 Idāfat
Berikut adalah daftar tabel yang dapat memperlihatkan pengklasifikasian tersebut
secara jelas :
35
No. Surat
Nama Surat
Bentuk Idāfat
Idāfat
Idāfat
Idāfat
Idāfat
Lamiyah
bayaniyah
zarfiyyah
tasybihiyyah
1
an-Nās
4
1
-
-
2
al-Falaq
-
3
2
-
3
al-Ikhlās
-
-
-
-
4
al-Lahab
5
-
-
-
5
an-Nasr
3
1
-
1
6
al-Kāfirūn
2
-
-
-
7
al-Kau'sar
2
-
-
-
8
al-Māūn
2
-
-
-
9
al- Quraisy
1
1
-
-
10
al-fīl
3
-
1
-
11
al-Humazah
3
-
-
-
12
al-‘Asr
-
-
-
-
13
at-Takāsur
-
2
-
-
14
al-Qari’ah
3
-
-
-
15
al-Ādiyat
3
-
1
-
16
al- Zalzalah
6
-
2
2
17
al-Bayyinah
3
6
1
-
18
al-Qadr
1
2
4
-
19
al-Alaq
4
-
-
-
20
at-Tīn
1
3
-
1
JUMLAH
46
19
11
4
Dari pengklasifikasian tabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis Idāfat bermakna lām (Idāfat lamiуah)
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan 46 Idāfat yang bermakna
lam yaitu :
36
(49)
(1 :114 / ‫ﻗﻞ أﻋﻮذ ﺑﺮب اﻟﻨﺎس )اﻟﻨﺎس‬
/qul 'a'ūzu birabbin nās/
'Katakanlah : "Aku berlindung kepada Rabb manusia yang menciptakan
dan memiliki manusia’
(2:114/ ‫ﻣﻠﻚ اﻟﻨﺎس)اﻟﻨﺎس‬
(50)
/mālikin nās/
'Raja manusia'
Dan aku berlindung kepada Tuhan yang memihki manusia yang mengurus segala
urusan mereka, yang menciptakan syariat dan hukum, yang memberikan
kebahagiaan kepada manusia di dunia dan akhirat. 1
( 3: 114/‫اﻟﻪ اﻟﻨﺎس )اﻟﻨﺎس‬
(51)
/ilāhinnās/
'Tuhan manusia'
Dan aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai segala hati manusia dengan
kebesaran-Nya 2
(52)
( 5 : 114/‫اﻟﺬي ﻳﻮﺳﻮس ﻓﻰ ﺻﺪوراﻟﻨﺎس )اﻟﻨﺎس‬
/al-lazi yuwaswisu fī sudurinnas/
‘Yang membagikan kejahatan ke dalam dada manusia’
Ke dalam dada manusia yaitu ke dalam kalbu manusia dikala mereka lalai
mengingat Allah. 3
1
Muhammad Hasbi as-Shidqi, Tafsir al-Qur'anul Majid, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
1995), cet. Ke-2, h.1145
2
lb id.
3
Jalaluddin al-Mahalh dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain berikut Ashbabun Nuzu'l,
(Bandung; Sinar Baru Algensindo, 1990), jihd ke-4, h. 2808.
37
(1 :111/‫ﺗﺒﺖ ﻳﺪا أﺑﻲ ﻟﻬﺐ وﺗﺐ )اﻟﻠﻬﺐ‬
(53)
/tabbat yadā abī lanabiwatab/
‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa’
Kedua tangan Abu Lahab di sini diungkapkan dengan memakai kata-kata kedua
tangan sebagai ungkapan majaz, karena sesungguhnya kebanyakan pekerjaan
yang dilakukan oleh manusia itu dikerjakan dengan kedua tangannya, 4
(54)
( 2: 111/‫ﻣﺎأﻏﻨﻰ ﻋﻨﻪ ﻣﺎﻟﻪ وﻣﺎ آﺴﺐ )اﻟﻠﻬﺐ‬
/mā agnā 'annu mā luhu wamā kasab/
‘Tidaklah berfaidah kepadanya harta bendanya dan ара yang ia usahakan’
(4: 111/‫واﻣﺮأﺗﻪ ﺣﻤﺎﻟﺔ اﻟﺤﻄﺐ )اﻟﻠﻬﺐ‬
(55)
/wamra'atuhu hammā latalhatabb/
‘Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar’
Kayu bakar yaitu duri dan kayu sa' yang banyak durinya, kemudian kayu
dan duri itu ia taruh di tengah jalan tempat Nabi SAW lewat. Sedangkan
ayat ‫ ﺣﻤﺎﻟﺔ اﻟﺤﻄﺐ‬/hammā latal hatabb/ yaitu suka berjalan mengadu domba
antara seorang terhadap lainnya. 5
(5: 111/‫ﻓﻰ ﺟﻴﺪهﺎ ﺣﺒﻞ ﻣﻦ ﻣﺴﺪ )اﻟﻠﻬﺐ‬
(56)
/fī jīdihā hablum mim masad/
‘Yang lehernya ada tah untuk sabut’
4
ibid., h. 2799
Sahm Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasir, (Kuala Lumpur:
Victory Agencie, 1994), cet ke-1, h. 150
5
38
Istri Abu Lahab di dalam neraka kelak di azab sambil memikul bekas kayu арі
sebagai suatu bukti bahwa di dunia ini dia menghasut dan memfitnah untuk
menggagalkan usaha Nabi dalam menyampaikan dakwah Islamiyah. 6
(2 :110/‫ورأﻳﺖ اﻟﻨﺎس ﻳﺪﺧﻠﻮن ﻓﻰ دﻳﻦ اﷲ أﻓﻮاﺟﺎ )اﻟﻨﺼﺮ‬
(57)
/wara'aytannāsayadkhulūna fī dinīllāhi afwājā?
'Dan kamu hhat manusia masuk agama Allah dengan berbondongbondong'
(58)
( 3: 110/‫ﻓ ﺴ ﺒ ﺢ ﺑ ﺤ ﻤ ﺪ ر ﺑ ﻚ و ا ﺳ ﺘ ﻐ ﻔ ﺮ ﻩ إ ﻧ ﻪ آ ﺎ ن ﺗ ﻮ ا ﺑ ﺎ )اﻟﻨﺼﺮ‬
/fasabbih bihamdi rabbika wastagfirhu innahu kāna tawwabā/
'Маkа bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan memohon ampun
kepadanya, sesungguhnya dia adalah maha penerima taubat'
(6: 109/‫ﻟﻜﻢ دﻳﻨﻜﻢ وﻟﻲ دﻳﻦ )اﻟﻜﺎﻓﺮون‬
(59)
/lakum dīnukum waliyadīn/
'Untukmu agamamu untukku agamaku'
(2: 108/‫ﻓﺼﻞ ﻟﺮﺑﻚ واﻧﺤﺮ )اﻟﻜﻮﺛﺮ‬
(60)
/fasalli lirabbika wanhar/
'Маkа dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah'
Маkа dirikanlah shalat karena Rabbmu yaitu shalal hari raya kurban dan
berkurbanlah untuk manasik hajimu. 7
(3: 108/‫إن ﺷﺎﻧﺌﻚ هﻮ اﻷﺑﺘﺮ )اﻟﻜﻮﺛﺮ‬
(61)
/innasyāni'akahuwal abtar/
6
Muhammad Hasbi as-Shiddqi, op.cit., h.1102
Sahm Bahreisy dan Said Bahreisy, op.cit., h. 2791
7
39
'Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus'
(3: 107/‫وﻻﻳﺤﺾ ﻋﻠﻰ ﻃﻌﺎم اﻟﻤﺴﻜﻴﻦ )اﻟﻤﺎﻋﻮن‬
(62)
/walā yahuddu ‘alā ta ‘āmil miskīn/
'Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin'
(5: 107/‫اﻟﺬﻳﻦ هﻢ ﻋﻦ ﺻﻼﺗﻬﻢ ﺳﺎهﻮن )اﻟﻤﺎﻋﻮن‬
(63)
/allazīnahum ‘an salātihim sālun/
'Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya'
Artinya mengakhirkan shalat dari waktunya 8
(3: 106/‫ﻓﻠﻴﻌﺒﺪوا رب هﺬا اﻟﺒﻴﺖ )اﻟﻘﺮﻳﺶ‬
(64)
/falya 'budū rabba hāzal bayti/
'Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka'bah)'
Oleh karena kami telah memberikan kepada bangsa Quraisy, keamanan dalam
perlawatan-perlawatan mereka di musim dingin dan di musim panas, maka
hendaklah mereka meyembah Tuhan pemilik rumah ini. 9
(1: 105/‫أﻟﻢ ﺗﺮ آﻴﻒ ﻓﻌﻞ رﺑﻚ ﺑﺄﺻﺤﺎب اﻟﻔﻴﻞ )اﻟﻔﻴﻞ‬
(65)
/alam tara kayfa fa'ala rabbuka biashābil fīl/
'Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara gajah’
Tentara bergajah yaitu orang-orang yang mempunyai gajah itu bernama Mahmud
yang disertai oleh teman. Temannya yaitu Raja negeri Yaman yang bernama
Abrahah berikut tentaranya.
8
Ibid.,h. 2789
Muhammad Hasbi as-Shidqi, op.cit., h. 4474.
9
40
(2: 105/‫أﻟﻢ ﻳﺠﻌﻞ آﻴﺪهﻢ ﻓﻲ ﺗﻀﻠﻴﻞ )اﻟﻔﻴﻞ‬
(66)
/alam yaj ‘al kaydahum fī tadlīl/
'Bukankah dia telah mewujudkan tipu daya mereka (untuk menghancurkan
Kabah itu sia-sia)'
(1: 104/ ‫وﻳﻞ ﻟﻜﻞ هﻤﺰة ﻟﻤﺰة )اﻟﻬﻤﺰة‬
(67)
/waylul likulli humazahl lumazah/
'Katakanlah bagi setiap pengumpat dan pencela'
Yaitu orang yang suka mengumpat Nabi SAW dan orang-orang mukmin seperti
Umayah ibnu Khalaf. 10
(6: 104/‫ﻳﺤﺴﺐ أن ﻣﺎﻟﻪ أﺧﻠﺪﻩ )اﻟﻬﻤﺰة‬
(68)
/yahsabu 'anna mā lahu akhladah/
‘Yaitu арі (yang disediakan) Allah yang dinyalakan’
(6: 101/‫ﻧﺎر اﷲ اﻟﻤﻮﻗﺪة )اﻟﻘﺎرﻋﺔ‬
(69)
/nārullāhil mūqadah/
'(yaitu) арі (yang disediakan) Allah yang dinyalakan'
(6: 101/ ‫ﻓﺄﻣﺎ ﻣﻦ ﺛﻔﻠﺖ ﻣﻮازﻳﻨﻪ )اﻟﻘﺎرﻋﺔ‬
(70)
/fa 'ammāman saqulat mawazinuh/
'Dan adapun orang yang berat timbangannya'
Artinya amal kebaikannya lebih berat daripada amal keburukannya
(8: 101 / ‫وأﻣﺎ ﻣﻦ ﺧﻔﺖ ﻣﻮازﻳﻨﻪ )اﻟﻘﺎرﻋﺔ‬
(71)
/wa ammaman khaffat mawazīnuh/
‘Dan adapun orang yang ringan timbangannya’
10
Sahm Bahreisy dari Said Bahreisy, op.cit., h. 2781.
41
Artinya amal keburukannya lebih berat daripada amal kebaikannya
(9: 101 / ‫ﻓﺄﻣﻪ هﺎوﻳﺔ )اﻟﻘﺎرﻋﺔ‬
(72)
/faummuhu hāwiyah/
‘Маkа tempat kembalinya neraka Hawiyah’
Tempat kembalinya, maksudnya tempat tinggalnya. 11
(6: 100/ ‫إن اﻹﻧﺴﺎن ﻟﺮﺑﻪ ﻟﻜﻨﻮد )اﻟﻌﺎدﻳﺎت‬
(73)
/innal insāna lirabbihi lakanūd/
‘Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada
Tuhannya’
(8: 100/ ‫وإﻧﻪ ﻟﺤﺐ اﻟﺨﻴﺮ ﻟﺸﺪﻳﺪ )اﻟﻌﺎدﻳﺎت‬
(74)
/wa innahu lihubbil khairi lasyadīd/
'Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta'
Cinta kebaikan maksudnya cinta atas harta benda.
(75)
(11: 100/ ‫إن رﺑﻬﻢ ﺑﻬﻢ ﻳﻮﻣﺌﺬﻟﺨﺒﻴﺮ )اﻟﻌﺎدﻳﺎت‬
/inna rabbahum bihim yaumaizil lakhabīr/
'Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan
mereka (manusia)'
(1: 99 /‫اذازﻟﺰﻟﺖ اﻷرض زﻟﺰاﻟﻬﺎ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
(76)
/izazulzilatil ardu zilzālahā/
'Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya'
11
Jalaluddin al-Mahalh dan Jalaluddin as-Suyuti, op.cit., h. 2116
42
Yaitu mengalami gempa disaat hari Kiamat tiba dengan goncangannya yang amal
dahsyat sesuai dengan bentuknya yang besar.
(2: 99 /‫وأﺧﺮﺟﺖ اﻷرض أﺛﻔﺎﻟﻬﺎ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
(77)
/wa akhrajatil ardu asqālaha/
'Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang di kandungnya)'
(3: 99/‫وﻗﺎل اﻹﻧﺴﺎن ﻣﺎ ﻟﻬﺎ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
(78)
/wa qālal insānu mā 1ahā/
'Dan manusia bertanya mengapa bumi menjadi begini ?'
(3: 99/‫ﻳﻮﻣﺌﺬ ﺗﺤﺪث أﺧﺒﺎرهﺎ )اﻟﺰﻟﺰة‬
(79)
/yaumaizin tuhaddisu akhbārahā/
'Pada hari itu bumi menceritakan beritanya'
Yaitu menceritakan semua amal perbuatan yang telah dilakukan di atas
permukaannya, amal baik dan amal buruk.
(3: 99/ ‫ﺑﺄن رﺑﻚ أوﺣﻰ ﻟﻬﺎ )اﻟﺰﻟﺰة‬
(80)
/bіanna rabbaka aw hā lahā/
‘Karena Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu padanya)’
(3: 99/‫ﺑﻮﻣﺌﺬ ﻳﺼﺪر اﻟﻨﺎس أﺷﺘﺎﺗﺎ ﻟﻴﺮوا أﻋﻤﺎﻟﻬﻢ )اﻟﺰﻟﺰة‬
(81)
/yaumaiziy yasdurunnāsu asytātal liyurau ‘amā lalum/
‘Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang
bermacam-macam supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan
mereka’
43
(82)
‫ﺟﺰاؤهﻢ ﻋﻨﺪ رﺑﻬﻢ ﺟﻨﺎت ﻋﺪن ﺗﺠﺮي ﻣﻦ ﺗﺤﺘﻬﺎاﻷﻧﻬﺎر ﺧﺎﻟﺪﻳﻦ ﻓﻴﻬﺎ أﺑﺪا رﺿﻲ اﷲ‬
(8: 98/‫ﻋﻨﻬﻢ ورﺿﻮا ﻋﻨﻪ ذﻟﻚ ﻟﻤﻦ ﺧﺸﻲ رﺑﻪ )اﻟﺒﻴﻨﺔ‬
/jazā'uhum indarabbihim jannātu ‘adnin tajrī min tahtihal anhār khālidīna
fīha ‘abadā radiyallahu ‘anhum wa radū anhu ‘zāhka liman khasyiya
rabbah/
‘Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya,
Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya’
(83)
(4: 97/‫ﺗﻨﺰل اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ واﻟﺮوح ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺈذن رﺑﻬﻢ ﻣﻦ آﻞ اﻣﺮ )اﻟﻘﺪر‬
/tanazzalul malāikatu warrūhu fihā bi’izni rabbihim min kidh 'amrin/
‘Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan’
(1: 96/ ‫اﻗﺮأ ﺑﺎﺳﻢ رﺑﻚ اﻟﺬي ﺧﻠﻖ )اﻟﻌﻠﻖ‬
(84)
/iqra' bismi rabbikallazī khalaq/
‘Bacalah dengan (menyebut) namaTuhanmu yang menciptakan’
(85)
(3: 96/ ‫اﻗﺮأ ورﺑﻚ اﻷآﺮم )اﻟﻌﻠﻖ‬
/iqra’ warabbukal akram/
‘Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah’
(8: 96/‫إن إﻟﻰ رﺑﻚ اﻟﺮﺟﻌﻰ )اﻟﻌﻠﻖ‬
(86)
/inna ilā rabbikar ruj ‘ā/
‘Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali’
44
(17: 96/‫ﻓﻠﻴﺪع ﻧﺎدﻳﻪ )اﻟﻌﻠﻖ‬
(87)
/falyad ‘unā diyah/
‘Маkа bіаr1ah dia memanggil golongannya’
‘Yakni teman-teman senadinya; nadi adalah sebuah majlis tempat mereka
memusyawarahkan sesuatu perkara’
2. Anahsis Idāfat bermakna min (Idāfat bayāniyah)
(88)
(4: 114/ ‫ﻣﻦ ﺷﺮ اﻟﻮﺳﻮاس اﻟﺨﻨﺎس )اﻟﻨﺎس‬
/min syarril waswāsil khannās/
‘Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi’
Syetan dinamakan bisikan karena kebanyakan godaan yang dilancarkannya itu
melalui bisikan, karena syetan suka bersembunyi dan meninggalkan hati manusia
untuk ingat kepada Allah.
(4: 113/ ‫وﻣﻦ ﺷﺮ اﻟﻨﻔﺎﺛﺎت ﻓﻰ اﻟﻌﻘﺪ )اﻟﻔﻠﻖ‬
(89)
/wamin syarrin naffāsāti fil ‘uqad/
‘Dan dari kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhulbuhul’
Yaitu tukang-tukang sihir wanita yang menghembuskan sihirnya pada buhulbuhul yang dibuat pada pintalan yang berbuhul itu ditiup dengan memakai
mantra-mantra tanpa ludah.
(4: 113/ ‫وﻣﻦ ﺷﺮ ﺣﺎ ﺳﺪ إذا ﺣﺴﺪ )اﻟﻔﻠﻖ‬
(90)
/wamin syarri hāsidin izā hasad/
‘Dan dari kejahatan ара yang telah diciptakan’
(91)
(1: 110/‫إذاﺟﺎء ﻧﺼﺮ اﷲ واﻟﻒ )اﻟﻨﺼﺮ‬
/izā jā ‘anasrullāhi walfat/
45
‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’
(92)
(1: 106/‫ﻹﻳﻼف ﻗﺮﻳﺶ )اﻟﻘﺮﻳﺶ‬
/līīlāfi quraisy/
'Karena kebiasaan orang-orang Quraisy'
(5: 102/‫آﻼ ﻟﻮ ﺗﻌﻠﻤﻮن ﻋﻠﻢ اﻟﻴﻘﻴﻦ )اﻟﺘﻜﺎﺛﺮ‬
(93)
/kallā lauta ‘lamūna ilmal yaqīn/
‘Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin’
(94)
(7: 102/‫ﺛﻢ ﻟﺘﺮوﻧﻬﺎ ﻋﻴﻦ اﻟﻴﻘﻴﻦ )اﻟﺘﻜﺎﺛﺮ‬
/summa latarawunnahā ‘anal yaqīn/
‘Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan
pengetahuan yang yakin'
(95)
98/‫ﻟﻢ ﻳﻜﻦ اﻟﺬﻳﻦ آﻔﺮوا ﻣﻦ أهﻞ اﻟﻜﺘﺎب واﻟﻤﺸﺮ آﻴﻦ ﻣﻨﻔﻜﻴﻦ ﺣﺘﻰ ﺗﺄﺗﻴﻬﻢ اﻟﺒﻴﻨﺔ )اﻟﺒﻴﻨﺔ‬
(1:
/lam yakunil lazīna kafarū min ahlil kitābi wahnusyrikīna munfakkīna
hattā ta’tiyahumul bayyinah/
‘Orang-orang kafir, ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan
bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang
kepada mereka bukti yang nyata.
(96)
‫وﻣﺎ أﻣﺮوا إﻻ ﻟﻴﻌﺒﺪوا اﷲ ﻣﺨﻠﺼﻴﻦ ﻟﻪ اﻟﺪﻳﻦ ﺣﻨﻔﺎء وﻳﻘﻴﻤﻮااﻟﺼﻠﻮة وﻳﺆﺗﻮا اﻟﺰآﺎة وذﻟﻚ‬
(5: 98/ ‫دﻳﻦ اﻟﻘﻴﻤﺔ )اﻟﺒﻴﻨﺔ‬
/wamā umirū illā liya ‘budūllaha mukhlīsina lahuddīna hunafā’a wa
yuqīmūnas solāta wa yu’tūzzakāta wa zālika dīnul qayyimah/
46
‘Padahal mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjabatkan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itu agama
yang lurus.’
Agama yang lurus yaitu agama kitab-kitab yang benar, yang belum diubah dan
tidak pemah terjamah oleh tangan manusia. 12
(97)
‫إن اﻟﺬﻳﻦ آﻔﺮوا ﻣﻦ أهﻞ اﻟﻜﺘﺎب واﻟﻤﺸﺮآﻴﻦ ﻓﻰ ﻧﺎر ﺟﻬﻨﻢ ﺧﺎﻟﺪﻳﻦ ﻓﻴﻬﺎ أوﻟﺌﻚ هﻢ‬
(6: 98/‫ﺷﺮاﻟﺒﺮﻳﺔ )اﻟﺒﻴﻨﺔ‬
/innal Iazīna kafarū min ahlil kitābi walmusyrikīna fī nāri jahannama
khālidīna flha ulaika hum syarrul bariyyah/
'Sesunggulmya orang-orang kafir yakni ahh kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya
Mereka itu seburuk-buruknya makhluk'
Seburuk-buruknya makhluk yaitu mereka yang mendustakan Allah dan
menghalangi manusia dari jalan Allah, mendustakan kitab Allah, tidak
membenarkan Rasulullah, bahkan menyekutui dan menyiksanya. 13
(7: 98/ ‫إن اﻟﺬﻳﻦ اﻣﻨﻮا وﻋﻤﻠﻮا اﻟﺼﺎﻟﺤﺎت أوﻟﺌﻚ هﻢ ﺧﻴﺮ اﻟﺒﺮﻳﺔ )اﻟﺒﻴﻨﺔ‬
(98)
/innal lazīna amanū wa ‘amilus sōlihāti ulāika hum khairul bariyyah/
‘Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh,
mereka itu sebaik-baiknya makhluk’
12
Muhammad Hasbi as-Shidqi, op.cit., h, 4444
13
Ibid., h. 4445
47
(4: 97/ ‫ﺗﻨﺰل اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ واﻟﺮوح ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺈذن رﺑﻬﻢ ﻣﻦ آﻞ أﻣﺮ )اﻟﻘﺪر‬
(99)
/tanazzalul malāikatu warrūhu ilhā biizni rabbihim min kulh 'amrin/
‘Di malam itu turun malaikat-malaikat dengan roh dengan izin Tuhannya
dengan membawa satiap urusan’
(3: 95/ ‫وﻃﻮرﺳﻴﻨﻴﻦ )اﻟﺘﻴﻦ‬
(100)
/watūri sinīna/
‘Dan dari bukit Sinai’
‘Yaitu nama sebuah bukit tempat sewaktu Allah SWT berfirman kepada Nabi
Musa. Artі lafaz sinina ialah yang diberkahi atau yang baik karena memiliki
banyak pohon yang menghasilkan buah.
(4: 95/ ‫ﻟﻘﺪ ﺧﻠﻘﻨﺎ اﻹﻧﺴﺎن ﻓﻰ أﺣﺴﻦ ﺗﻘﻮﻳﻦ )اﻟﺘﻴﻦ‬
(101)
/laqad khalaqnal insāna fi ahsani taqwīm/
‘Sesunggulmya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik- baiknya’
(102)
(6: 95/ ‫إﻻاﻟﺬﻳﻦ ءاﻣﻨﻮا وﻋﻤﻠﻮا اﻟﺼﺎﻟﺤﺎت ﻓﻠﻬﻢ أﺟﺮﻏﻴﺮ ﻣﻤﻨﻮن )اﻟﺘﻴﻦ‬
/illal lazīna 'amanū wa 'amilassōhhāti falahum 'ajrun gairu mamnūn/
'Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh,
makabagi mereka pahalayang tiada putus-putus'
3. Analisis Idāfat bermakna fī (Idāfat zarfīyah)
(1: 113/ ‫ﻗﻞ أﻋﻮذ ﺑﺮب اﻟﻔﻠﻖ )اﻟﻔﻠﻖ‬
(103)
/qui ‘a`ūzu birabbil falaq/
'Katakanlah kepada Tuhan yang menguasai Subuh'
48
(3: 113/ ‫وﻣﻦ ﺷﺮ ﻏﺎﺳﻖ إذا وﻗﺐ )اﻟﻔﻠﻖ‬
(104)
/wamin syairi gasiqin izā waqab/
'Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita'
(2: 106/ ‫إﻳﻼﻓﻬﻢ رﺣﻠﺔ اﻟﺸﺘﺎء واﻟﺼﻴﻒ )اﻟﻘﺮﻳﺶ‬
(105)
/ilāfihim rihlatasy syitāi wassaif/
‘Yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas’
(11: 100/ ‫إن رﺑﻬﻢ ﺑﻬﻢ ﻳﻮﻣﺌﺬ ﻟﺨﺒﻴﺮ )اﻟﻌﺎدﻳﺎت‬
(106)
/inna rabbahum bihim yaumaizil lakhabīr/
‘Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan
mereka’
(4: 99/‫ﻳﻮﻣﺌﺬ ﺗﺤﺪث أﺧﺒﺎرهﺎ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
(107)
/yaumaizin tuhaddisu akhbārahā/
‘Pada hari itu bumi menceritakan beritanya’
(6: 99/‫ﻳﻮﻣﺌﺬ ﻳﺼﺪر اﻟﻨﺎس أﺷﺘﺎﺗﺎ ﻟﻴﺮوا أﻋﻤﺎﻟﻬﻢ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
(108)
/yaumaiziy yasdurun nāsu asyfātal liyurau `amā lahum/
‘Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang
bermacam-macam
supaya
diperlihatkan
kepada
mereka
(balasan)
pekerjaan mereka’
(109) ‫إن اﻟﺬﻳﻦ آﻔﺮوا ﻣﻦ أهﻞ اﻟﻜﺘﺎب واﻟﻤﺸﺮآﻴﻦ ﻓﻰ ﻧﺎر ﺟﻬﻢ ﺧﺎﻟﺪﻳﻦ ﻓﻴﻬﺎ أوﻟﺌﻚ هﻢ‬
(6: 98/ ‫ﺷﺮاﻟﺒﺮﻳﺔ )اﻟﺒﻴﻨﺔ‬
/innallazīna kafarū min ahlil kitābi walmusrikīna fī nāli jahannama
khalidīna fīhā ulāika hum syarrul bariyyah/
49
‘Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya,
mereka itu seburuk-buruknya makhluk’
(1: 97/ ‫إﻧﺎ أﻧﺰﻟﻨﺎﻩ ﻓﻰ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻘﺪر )اﻟﻘﺪ ر‬
(110)
/innā anzalnāhu fī laylatil qadr/
‘Sesungguhnya kami menurunkan (al-Qur'an) pada malam kemuliaan’
Lailatul qadar adalah malam kemuliaan yaitu malam yang penuh dengan
kemuhaan dan kebesaran.
(2: 97/ ‫وﻣﺎ أدراك ﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻘﺪر )اﻟﻘﺪ ر‬
(111)
/wamā adrāka mā laylatul qadr/
‘Dan tahukah kamu ара malam kemuhaan itu ?’
(3: 97/ ‫ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻘﺪر ﺧﻴﺮ ﻣﻦ أﻟﻒ ﺷﻬﺮ )اﻟﻘﺪر‬
(112)
/laylatul qadri khairum min `alfi syahrin/
‘Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan’
(5: 97/ ‫ﺳﻼم هﻲ ﺣﺘﻰ ﻣﻄﻠﻊ اﻟﻔﺠﺮ )اﻟﻘﺪر‬
(113)
/salāmun hiya hatta matla`il fajr/
‘Malam itu (penuh kesejahteraan sampai terbit fajar’
Artinya hingga waktu fajar
4. Analisis Idāfat bermakna Kaf (Idāfat Tasybihiyyah)
(3: 111/ ‫ﺳﻴﺼﻠﻰ ﻧﺎرا ذات ﻟﻬﺐ )اﻟﻠﻬﺐ‬
(114)
/sayaslā nāran zā talahabb/
‘Kelak dia akan masuk ke dalam арі yang bergolak’
50
Kata-kata ini dijadikan sebagai julukan namanya, karena ia mempunyai muka
yang berbinar-binar memancarkan sinar merah арі.
(7: 99/ ‫ﻓﻤﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﻣﺜﻘﺎل ذرة ﺧﻴﺮا ﻳﺮﻩ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
(115)
/famayyam `mal misqāla zarratin khairayyarah/
‘Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya ia
akan melihat balasannya’
(116)
(8: 99/ ‫وﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﻣﺜﻘﺎل ذرة ﺷﺮا ﻳﺮﻩ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
/wamayya ‘mal misqāla zarratin syarray yarah/
‘Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun,
niscaya ia akan mehhat balasannya pula’
Maksudnya masing-masing manusia pada hari itu mendapat pembalasannya
betapa kecilnya, tak ada perbedaan antara yang mukmin dan yang kafir. Hanya
saja kebaikan-kebaikan orang-orang kafir yang tidak dapat melepaskan mereka
dari azab kekafiran, karena itu mereka kekal di dalam kekafiran.
(5: 95/‫ﺛﻢ رددﻧﺎﻩ أﺳﻔﻞ ﺳﺎﻓﻠﻴﻦ )اﻟﺘﻴﻦ‬
(117)
/summa radadnāhu asfala sāfilin/
‘Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya’
Ungkapan ini merupakan kiasan bagi masa tua, karena jika usia telah lanjut
kekuatan pun sudah mulai melemah dan pikun. Dengan demikian ia akan
berkurang dalam beramal, berbeda ketika waktu masih muda; sekalipun demikian
dalam hal mendapat pahala ia akan mendapat imbalan yang sama sebagaimana
sewaktu ia beramal di kala masih muda.
51
В. Perpadanan
Setelah penulis menguraikan tentang frase bahasa Arab dan frase bahasa
Indonesia, maka dapat di bahas perpadanannya sebagai berikut:
Frase nominal
Frase nominal
Bahasa arab
Bahasa indonesia
1. Terdiri dari dua kata atau lebih
1. Terdiri dari dua kata atau lebih
2. Mengandung makna lām, min, fī, dan 2. Mengandung makna: untuk, milik, dari
kaf.
dan seperti yang diperkirakan.
3. Membentuk suatu kesatuan
3. Membentuk suatu kesatuan
4. Kata/kalimat yang pertama tidak sesuai 4. Kata/kalimat yang pertama tidak sesuai
dengan kata/kalimat yang kedua dalam
dengan kata/kalimat yang kedua dalam
`irab, ta`rif, mufrad, tasniyah dan
struktur
jama’
5. Mudāf tidak boleh memakai al dan 5. Tidak ada ketentuan tersebut.
tanwin
6. Mudāf selamanya di baca jarr.
Dari hasil penehtian penulis, ternyata frase bahasa Arab dalam bahasa Indonesia
berpadanan dengan frase nominal. Hal tersebut dapat dilihat dari pola-pola dan
makna frase nominal yang diteliti oleh Harimurti Kridalaksana dan Ramlan.
Untuk lebih jelasnya perpadanan kedua frase tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pola Frase Nominal
Dalam bahasa Indonesia, terdapat pola frase nominal yaitu :
a.
FN
Æ N1+N2
Frase nominal dibentuk dari nominal dan nominal.
(118)
'Rajamanusia'
/mālikin nās/
‫ﻣﻠﻚ اﻟﻨﺎس‬
(119)
'Tuhan manusia'
/ilāhin nās/
‫ءاﻟﻪ اﻟﻨﺎس‬
52
b.
FN
Æ N+K
Frase nominal dibentuk oleh nominal dan keterangan.
(5: 107/‫اﻟﺬﻳﻦ هﻢ ﻋﻦ ﺻﻼﺗﻬﻢ ﺳﺎهﻮن )اﻟﻤﺎﻋﻮن‬
(120)
/allazīna hum `an solātihim sāhūn/
‘Orang-orang yang lalai dari shalatnya’
(1: 113/‫ﻗﻞ أﻋﻮذ ﺑﺮب اﻟﻔﻠﻖ )اﻟﻔﻠﻖ‬
(121)
/qui ‘a`uzu birabbil falaq/
‘Katakanlah kepada Tuhan yang menguasai subuh’
c.
FN
Æ
N+V
Frase nominal dibentuk dari nominal dan verbal.
(1: 105/‫أﻟﻢ ﺗﺮآﻴﻒ ﻓﻌﻞ رﺑﻚ ﺑﺄﺻﺤﺎب اﻟﻔﻴﻞ )اﻟﻔﻴﻞ‬
(122)
/alam tara kayfa fa`ala rabbuka biashābil fīl/
‘Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara bergajah’
d.
FN Æ N didahului bilangan
Frase nominal dibentuk dari nominal yang didahului oleh nominal.
(1: 111/‫ﺗﺒﺖ ﻳﺪا أﺑﻰ ﻟﻬﺐ وﺗﺐ )اﻟﻠﻬﺐ‬
(123)
/tabbat yadā ‘abī lahabiw watabb/
‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa’
e.
FN Æ yang + N
Frase nominal dibentuk dari nominal yang didahului "yang".
(5: 111/‫ﻓﻰ ﺟﻴﺪهﺎ ﺣﺒﻞ ﻣﻦ ﻣﺴﺪ )اﻟﻠﻬﺐ‬
(124)
/fī jīdihā hablum mim masad/
53
‘Yang lehernya ada tali untuk sabut’
FN Æ yang + V
f.
Frase nominal yang dibentuk dari verbal yang didahului oleh "yang".
(1: 99/ ‫إذازﻟﺰﻟﺖ اﻷرض زﻟﺰاﻟﻬﺎ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
(125)
/iza zulzilatil ardu zilzālahā/
'Apabiia bumi digoncangkan dengan goncangan yang dikandungnya'
2. Fungsi Frase Nominal Bahasa Arab
a. Frase nominal berkedudukan sebagai subjek.
(1: 111/‫ﺗﺒﺖ ﻳﺪا أﺑﻰ ﻟﻬﺐ وﺗﺐ )اﻟﻠﻬﺐ‬
(126)
/tabbat yadā abi Lahabiw walabb/
‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa'
(2: 111/‫)اﻟﻠﻬﺐ‬
(127)
/mā ‘agnā anhu ma luhū wā kasabb/
‘Tidaklah berfaidah kepadanya harta bendanya dan ара yang ia usahakan’
(1: 110/‫إذا ﺟﺎء ﻧﺼﺮ اﷲ واﻟﻔﺘﺢ )اﻟﻨﺼﺮ‬
(128)
/izā jā a nasrullāhi walfath/
‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’
b. Frase nominal berkedudukan sebagai predikat.
(3: 113/‫وﻣﻦ ﺷﺮ ﻏﺎﺳﻖ أذا وﻗﺐ )اﻟﻔﻠﻖ‬
(129)
/wamin syairi gāsiqin izā waqabb/
‘Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita’
(130)
(5: 113/‫وﻣﻦ ﺷﺮﺣﺎﺳﺪ إذاﺣﺴﺪ )اﻟﻔﻠﻖ‬
54
/wamin syairi hāsidin izā hasad/
‘Dan dari kejahatan orang-orang dengki apabila ia dengki’
(5: 111/‫ﻓﻰ ﺟﻴﺪهﺎ ﺣﺒﻞ ﻣﻦ ﻣﺴﺪ )اﻟﻠﻬﺐ‬
(131)
/fī jīdihā hablum mim masad/
‘Yang di lehemya ada tah untuk sabut’
(5: 107/‫اﻟﺬﻳﻦ هﻢ ﻋﻦ ﺻﻼﺗﻬﻢ ﺳﺎهﻮن )اﻟﻤﺎﻋﻮن‬
(132)
/allazī nahum `an solātihim sāhūn/
‘Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya’
c. Frase nominal berkedudukan sebagai objek
(2: 105/ ‫أﻟﻢ ﻳﺠﻌﻞ آﻴﺪهﻢ ﻓﻰ ﺗﻀﻠﻴﻞ )اﻟﻔﻴﻞ‬
(133)
/alam yaj`al kaydahum fītadlīl/
‘Bukankah dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan
Ka`bah) itu sia-sia ?’
(7: 99/‫ﻓﻤﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﻣﺜﻘﺎل ذرة ﺧﻴﺮا ﻳﺮة )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
(134)
/famay ya`mal misqāla zarratin khairay yarah/
‘Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya ia
akan melihat balasannya’
3. Makna Frase Nominal
a. Penunjuk
(3: 106/‫ﻓﻠﻴﻌﺒﺪوا رب هﺬا اﻟﺒﻴﺖ )اﻟﻘﺮﻳﺶ‬
(135)
/falya`budū rabba hāzal bayti/
‘Маkа hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini’
(136)
(4: 99/ ‫ﻳﻮﻣﺌﺬ ﺗﺤﺪث أﺧﺒﺎرهﺎ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
55
/уаumа izin tuhaddisu akhbārahā/
‘Pada hari itu bumi menceritakan beritanya’
b. Penjelasan
(4: 114/ ‫ﻣﻦ ﺷﺮاﻟﻮﺳﻮاس اﻟﺨﻨﺎس )اﻟﻨﺎس‬
(137)
/min syarril waswāsil khannās/
‘Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi’ (4: 95/ ‫ﻟﻘﺪ ﺧﻠﻘﻨﺎ اﻹﻧﺴﺎن ﻓﻰ أﺣﺴﻦ ﺗﻘﻮﻳﻢ )اﻟﺘﻴﻦ‬
(138)
/laqad khalaqnal insāna fī ‘ahsani taqwīm/
‘Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik- baiknya’
c. Milik
(1: 96/ ‫اﻗﺮأ ﺑﺎﺳﻢ رﺑﻚ اﻟﺬي ﺧﻠﻖ )اﻟﻌﻠﻖ‬
(139)
/iqra’ bismi rabbikal lazī khalaq/
‘Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan’
(140)
(6: 109/ ‫ﻟﻜﻢ دﻳﻨﻜﻢ وﻟﻲ دﻳﻦ )اﻟﻜﺎﻓﺮون‬
/lakum dīnukum waliyadīn/
‘Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku’
d. Untuk atau Bagi
(2: 114/ ‫ﻣﻠﻚ اﻟﻨﺎس )اﻟﻨﺎس‬
(141)
/mālikin nās/
'Raja (bagi) manusia'
(142)
(3: 114/ ‫إﻟﻪ اﻟﻨﺎس )اﻟﻨﺎس‬
56
/ilāhin nās/
‘Tuhan (untuk) manusia’
(3: 107/ ‫وﻻﻳﺤﺾ ﻋﻠﻰ ﻃﻌﺎم اﻟﻤﺴﻜﻴﻦ )اﻟﻤﺎﻋﻮن‬
(143)
/wala yahuddu `alata `āmil miskīn/
‘Dan tidak menganjurkan memberi makan (bagi) orang miskin’
e.
A dari В
(4: 97/ ‫ﺗﻨﺰل اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ واﻟﺮوح ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺈذن رﺑﻬﻢ ﻣﻦ آﻞ أﻣﺮ )اﻟﻘﺪر‬
(144)
/tanazzalul malāikalu warrūhu fihā bi’izni rabbihim min kulli amr/
‘Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan’
f.
Pengkhususan
1). Nama Waktu
(1: 113/ ‫ﻗﻞ أﻋﻮذ ﺑﺮب اﻟﻔﻠﻖ )اﻟﻔﻠﻖ‬
(145)
/qul ‘a uzu birabbil falaq/
‘Katakanlah kepada Tuhan yang menguasai Subuh’
(2: 106/ ‫إﻳﻼﻓﻬﻢ رﺣﻠﺔ اﻟﺸﺘﺎء واﻟﺼﻴﻒ )اﻟﻘﺮﻳﺶ‬
(146)
/īlāfihim rihlatasy syitā’i wassail/
‘Yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas’
(1: 97/ ‫إﻧﺎ أﻧﺰﻟﻨﺎﻩ ﻓﻰ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻘﺪر )اﻟﻘﺪر‬
(147)
/innā ‘anzalnāhu fi laylatil qadr/
‘Sesungguhnya Kami menurunkan (al-Qur'an) pada malam kemuliaan’
2). NamaTempat
57
(148) ‫إن اﻟﺬﻳﻦ آﻔﺮوا ﻣﻦ أهﻞ اﻟﻜﺘﺎب واﻟﻤﺸﺮآﻴﻦ ﻓﻰ ﻧﺎر ﺟﻬﻨﻢ ﺧﺎﻟﺪﻳﻦ ﻓﻴﻬﺎ أوﻟﺌﻚ هﻢ ﺷﺮ‬
(6: 98/ ‫اﻟﺒﺮﻳﺔ )اﻟﺒﻴﻨﺔ‬
/innallazīna kafarū min ahlil kitābi walmusrikīna fī nāli jahannama
khalidīna fīhā ulāika hum syarrul bariyyah/
‘Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahlі kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya
dan mereka itu sebaik-baiknya makhluk'
g. Seperti
(7: 99/ ‫ﻓﻤﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﻣﺜﻘﺎل ذرة ﺧﻴﺮاﻳﺮﻩ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
(149)
/famay ya`mal misqāla zarratin khairay yarah/
‘Barang siара yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya ia
akan melihat baiasannya’
C. Pergeseran
Pergeseran yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pergeseran bentuk
(transposisi) dan pergeseran makna (modulasi).
1. Pergeseran Bentuk
Pergeseran bentuk dalam penelitian ini yaitu bentuk gramatikal. Di
dalam bahasa Indonesia, frase nominal yaitu nominal sebagai unsur pusat atau
induk, sedangkan unsur perluasan lain sebagai modifikator seperti adverbіa,
verbal, numeralіa, dan lain-lain. Sedangkan dalam bahasa Arab modifikator
frase nominal ada yang terletak di depan frase nominal atau di belakang.
58
Berikut adalah contoh frase nominal yang didahului modifikator yang terletak
di depan nominal,
a. FN Æ Numeralia + Nominal
(1: 111/ ‫ﺗﺒﺖ ﻳﺪا أﺑﻲ ﻟﻬﺐ وﺗﺐ )اﻟﻠﻬﺐ‬
(150)
/tabbat yadā ‘abī Lahabіw watabb/
‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa’
b.
FN Æ Adverbia + Nominal
(151) ‫ﺟﺰاؤهﻢ ﻋﻨﺪ رﺑﻬﻢ ﺟﻨﺎت ﻋﺪن ﺗﺠﺮي ﻣﻦ ﺗﺤﺘﻬﺎ اﻷﻧﻬﺎر ﺧﺎﻟﺪﻳﻦ ﻓﻴﻬﺎ أﺑﺪا رﺿﻲ اﷲ‬
(8: 98/ ‫ )اﻟﺒﻴﻨﺔ‬.‫ﻋﻨﻬﻢ ورﺿﻮاﻋﻨﻪ ذﻟﻚ ﻟﻤﻦ ﺧﺸﻲ رﺑﻪ‬
/jazā'uhum indarabbihim jannātu ‘adnin tajrī min tahtihal anhār khālidīna
fīha ‘abadā radiyallahu ‘anhum wa radū anhu ‘zāhka liman khasyiya
rabbah/
‘Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya,
Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya’
c . FN
Æ
V+N
Frase nominal dibentuk dari verbal dan nominal
(1: 110/ ‫اذاﺟﺎء ﻧﺼﺮ اﷲ واﻟﻔﺘﺢ )اﻟﻨﺼﺮ‬
/izā jā a nasrullāhi walfath/
‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’
(5: 113/ ‫وﻣﻦ ﺷﺮ ﺣﺎﺳﺪ إذاﺣﺴﺪ )اﻟﻔﻠﻖ‬
59
/wamin syarri hāsіdin izā hasad/
‘Dan dari kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhulbuhul’
2. Pergeseran Makna (modulasi)
Pergeseran makna (modulasi) yang terjadi dalam penelitian ini adalah
modulasi bebas, karena dilakukan pada pergeseran linguistik. Pergeseran ini
hanya memperjelas waktu.
(1: 111/‫ﺗﺒﺖ ﻳﺪا أﺑﻲ ﻟﻬﺐ وﺗﺐ )اﻟﻠﻬﺐ‬
/tabbat yadā abī lanabiwatab/
‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa’
Terjemahan ‫ ﻳﺪا أﺑﻲ ﻟﻬﺐ‬maksudnya Abu Lahab, dan memakai kata ‫ ﻳﺪا‬karena
kebanyakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia itu dikerjakan dengan kedua
tangannya.
(7: 99/ ‫ﻓﻤﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﻣﺜﻘﺎل ذرة ﺧﻴﺮا ﻳﺮﻩ )اﻟﺰﻟﺰﻟﺔ‬
/famay ya`mal misqāla zarratin khairay yarah/
‘Barang siара yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya ia
akan melihat balasannya’
Maksudnya barang siapa yang mengerjakan perbuatan sekecil ара pun (betapa
kecilnya) maka akan mendapat balasannya tidak ada perbedaan antara kafir dan
miskin.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tarkīb idāfi adalah hubungan antara dua macam isim dengan memperkirakan
huruf jarr, yang menyebabkan isim yang kedua selamanya di baca jarr.
Tarkīb idāfi berpadanan dengan frase endosentris berinduk satu yaitu frase
nominal. Frase nominal adalah frase modifikator yang terjadi dari nominal sebagai
induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan
induk.
Tarkīb idāfi yang berdasarkan maknanya terdiri dari: idāfat lāmmiyah, idāfat
bayāniyyah, idāfat zarfiyyah dan idāfat tasybihiууah.
Idāfat lāmmiyah adalah idāfat yang memperkirakan huruf jarr (partikel) lām
yang berfaidah memiliki atau pengkhususan, idāfat bayāniyyah adalali idāfat yang
memperkirakan makna huruf jarr min, keadaan mudāf ilaih merupakan jenis dari
mudāf.
Idāfat zarfiyyah adalah idāfat yang meperkirakan makna huruf jarr fī,
keadaan mudāf ilaih menipkan zaraf bagi mudāf. Idafat jenis ini berfaidah
menjelaskan makna atau tempatnya mudāf.
Idāfat tasybīhiyyah adalah idāfat yang memperkirakan kaf tasyffih. Dalam
bahasa Indonesia, idāfat yang berdasarkan makna (idāfat lāmmiyah, idāfat
60
61
hāyaniyvah, idāfat zarfiyyah, dan idāfat tasybīhiyyah berpadanan dengan frase
nominal yang bermakna pembatas, yaitu :
1. Menyalakan makna milik, seperti rumah (kepunyaan) mereka.
2. Menyatakan makna tujuan, seperti gedung (untuk) sekolah.
3. Menyatakan makna asal, seperti beras (dari) Cianjur.
Hubungan makna tersebut tidak mungkin diletakkan kata : yang, dan, atau, dan
adalah. Di antara unsur frase yang terdiri dari Nominal diikuti Nominal.
B. Saran
Kegiatan penerjemahan tidaklah mudah, seorang penerjemah harus menguasai
kedua bahasa, baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran dan dia harus pandai
mencari padanan.
Berkaitan dengan penerjemahan tarkīb idāfi (frase nominal) yang berdasarkan
makna, penerjemah harus betul-betul mengetahui maknanya. Apakah frase itu
bermakna kepunyaan, bagian/asal, untuk, seperti, dan lain-lain.
Dan yang penting pula, seorang penerjemah harus mengetahui materi yang
akan diterjemahkan. Apabila materi yang akan diterjemahkan itu tentang kesehatan,
maka penerjemah harus mengetahui ilmu kesehatan.
Download