BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.16
Secara luas, Joyce dan Weil mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar
yang
menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit
pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program
multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer.Hakikat
mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu pembelajar (peserta
didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir,
dan belajar bagaimana cara belajar. Merujuk pada dua pendapat di atas,
model pembelajaran sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan
pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan
guru- peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di
16
Sulkan, Pengembangan Karakter,…..Hal.27
14
15
dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa
rentetan atau tahapan perbuatan atau kegiatan guru-peserta didik yang
dikenal
dengan
istilah
sintaks.
Secara
implisit
dibalik
tahapan
pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan
rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan
model pembelajaran yang lainnya.17
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh
guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha
Weil mengetengahkan 4 kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial. (2) model pengolahan informasi. (3) model personalhumanistik. dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan
dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari
masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai
berikut.18
17
Basyiruddin Usman, Media,…..Hal.13
Ibid., Hal.16
18
16
Gambar 2.1: Kedudukan Model Pembelajaran
2. Macam- Macam Model Pembelajaran
Ada 4 macam model pembelajaran yang dikemukakan oleh
Arends, yaitu:
a.
Student Teams Achievee Student
b.
Teams Achievement Division (STAD),
c.
Group Investigation, Jigsaw,
d.
Strukctural Approach.19
Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas
rendah adalah:
19
Kuntjojo, Model- Model,…..Hal.17
17
a. Cooperative integrated reading and composition (CIRC) digunakan
pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat
TK sampai SD).
b. Team Acclerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran
matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK). Model pembelajaran
ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur
penghargaan.
Struktur
tugas
mengacu
pada
cara
pegaturan
pembelajaran dan jenis kegiatan siswa dalam kelas. Struktur tujuan,
yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada
akhir pembelajaran atau saat sisw menyelesaikan pekerjaannya. Ada
tiga macam struktur tujuan.20
3. Cara Memilih Model Pembelajaran
Banyak artikel pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru
dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang baik tidak akan terpaku
pada satu strategi saja, tetapi harus variatif dan kreatif dalam memilih
model pembelajaran. Namun, tidak semua strategi yang diketahui oleh
guru harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari di ruang kelas,
karena masing-masing model pembelajaran mempunyai karakteristik
tersendiri. Suatu model dipandang tepat untuk suatu situasi namun pada
situasi lain, boleh jadi model tersebut dirasa kurang tepat untuk
dilaksanakan.
20
Basyiruddin Usman, Media,…..Hal. 19
18
Hal yang harus diperhatikan dalam memilih model pembelajaran
diantaranya adalah:
a. Materi atau pokok bahasan. Pada prinsipnya penggunaan model
pembelajaran berkaitan erat dengan pokok bahasan yang disampaikan.
b. Tujuan dari penggunaan suatu model pembelajaran. Secara umum
tujuan penggunaan model pembelajaran adalah untuk menciptakan
situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien, menyenangkan,
bermakna,
lebih
banyak
mengaktifkan
siswa,
memberdayakan
kemampuan siswa.
c. Kondisi siswa.
d. Fasilitas media yang tersedia.
e. Kondisi Guru.21
B. Model Jigsaw
1. Pengertian Model Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi
oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Model
mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson. Model ini dapat digunakan
dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam model ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar
bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama
21
Rochiati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hal.12
19
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.22
Jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya. Model Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan
bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi
tersebut kepada anggota kelompok yang lain.23
Jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan”.
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang
topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa22
Muhammad Tholchah Hasan et.all, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: Lembaga
Penelitian Universitas Islam Malang, 2003), Hal.33
23
Kuntjojo, Model- Model,…..Hal. 14
20
siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada
anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari
sebelumnya pada pertemuan tim ahli.24
Pada model Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa
dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang
berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu
dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara
kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut.25
Gambar 2.2: Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
24
Ibid.,Hal. 15
Hasan dkk, Metode Penelitian,…..Hal. 34
25
21
2. Tahapan- Tahapan Dalam Model Jigsaw
Tahapan- Tahapan dalam penerapan model Jigsaw adalah sebagai
berikut :
a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4–6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam
kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran
yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Dalam model Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua
siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli. (Dalam kelompok ahli, siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika
kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut
kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40
siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang
beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa.
Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam
22
kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
Gambar 2.3: Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw
b. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau
dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar
materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi
23
yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai26.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu
berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian
rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama
dalam penerapan model pembelajaran Jigsaw diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran
Jigsaw.
b. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian
guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang
hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya
sebagai penonton.
c. Kurangnya
sosialisasi
dari
pihak
terkait
tentang
Model
pembelajaran Jigsaw.
d. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
e. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan
informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan model Jigsaw dapat berjalan dengan baik, maka
upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas
merupakan kelas heterogen.
26
Basyiruddin Usman, Media,…..Hal. 88-89
24
b. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang model pembelajaran
Jigsaw.
c. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku
sumber.
d. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan
informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.27
3. Kelemahan Dan Kelebihan Model Jigsaw
a.
Kelemahan model pembelajaran jigsaw:
1) Memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks
misalnya
seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli
yang tempat duduknya nanti akan berpindah.
2) Memerlukan dana yang lebih besar untuk mempersiapkan
perangkat pembelajaran.28
b. Kelebihan model jigsaw.
1) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada guru dan siswa
dalam memberikan dan menerima materi pelajaran yang sedang
disampaikan.
2) Guru
dapat
memberikan
seluruh
kreativitas
kemampuan
mengajar.
3) Siswa dapat lebih komunikatif dalam menyampaikan kesulitan
yang dihadapi dalam mempelajari materi.
27
Ibid.,Hal. 92-93
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Hal.89
28
25
4) Siswa
dapat
lebih
termotivasi
untuk
mendukung
dan
menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari teman satu
timnya.29
C. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari
segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi
warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).
Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang
sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral
Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang
terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik
sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
29
Ibid.,Hal.90
26
Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
adalah Pancasila dan
UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.
Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan
negara,
dengan
Kewarganegaraan
bertujuan mengembangkan potensi individu warga
demikian
maka
seorang
guru
Pendidikan
haruslah menjadi guru yang berkualitas dan
profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan itu sendiri tidak tercapai.
2.
Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik
sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
27
Landasan Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pancasila dan UUD
1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.
3.
Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah untuk mengembagkan
kemampuan-kemampuan sebagai berikut:30
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisifasi secara aktifdan bertanggung jawab, serta beeertindak
cerdas dalam kegiatan kemasyararakatan, berbangsa dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratisuntuk membentuk diri
beerdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dengan peraturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
30
Hakikat, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD, dalam
http://h4dyme.wordpress.com
/2010/05/17/hakikat-fungsi-dan-tujuan-pendidikankewarganegaraan - di-sd , diakses tanggal 17 Juli 2013
28
informasi dan komunikasi.Ditetapkan kurikulum yang bermuatkan
Struktur kurikulum SD/MI.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
tersebut,
maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya,
upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru
berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa
sebagaimana
yang
dikehendaki
dalam
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan.
4.
Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di SD
Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan Hak-Hak dan kewajiban untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamantkan oleh “pancasila dan UUD 1945”31
D. Prestasi Belajar
1.
Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua
kata, yakni "prestasi" dan "belajar". Antara kata prestasi dan belajar
mempunyai arti yang berbeda. Menurut Syaifudin Azwar "prestasi"
adalah hasil yang dicapai oleh siswa.32
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah "prestasi" adalah
31
Hakikat, Fungsi dan
Tujuan PKn di SD,
dalam http://teguh-goooenjoe.blogspot.com/2013/02/hakikat-fungsi-dan-tujuan-pkn-di-sd.html, Di akses pada tanggal 16
Juli 2013
32
Syaiful Azwar, Tes Prestasi, (Jakarta:Pustaka Pelajar, 2001), Hal.13
29
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas
yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa
prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa
dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut
pengetahuan, kecakapan/ketrampilan yang dinyatakan setelah hasil
penilaian. Dan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan dengan keuletan kerja baik secara
individu maupun kelompok.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah hasil yang dicapai
siswa dalam penguasaan terhadap suatu ketrampilan/pengetahuan yang
dikembangkan
untuk
pelajaran
Kewarganegaraan
yang biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka. Untuk mengetahui keberhasilan
peserta didik dalam mencapai prestasi dalam belajar diperlukan suatu
pengukuran yang disebut tes prestasi, tujuan tes pengukuran ini
memberikan bukti peningkatan atau pencapaian prestasi belajar yang
diperoleh, serta untuk mengukur sejauh mana ketrampilan peserta didik
dalam menguasai mats pelajaran.33
33
Ibid.,Hal.14-15
30
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Dalam belajar siswa pada umumnya mempunyai cita-cita ingin
sukses dan belajar, supaya memperoleh nilai yang bagus dan prestasi
belajar yang baik berbagai usaha dilakukan untuk mencapai tujuannya.
Prestasi belajar yang dicapai merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun
dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Dibawah
ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi
belajar :34
a.
Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
1) Kesehatan
Kesehatan
jasmani
dan
rohani
sangat
besar
pengaruhnya terhadap kernampuan. belajar. Bila seseorang
selalu tidak sehat atau dalam keadaan sakit maka dapat
mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula
halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik maka dapat
mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu,
pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik
fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar
dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Slamet, Belajar,…..hal 18
34
31
2) Intelegensi dan bakat
Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya
tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung
baik, dan sebaliknya apabila orang yang itelegensinya rendah,
cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir
sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat juga
berpengaruh besar dalam menentukan keberhasilan belajar.
Misalnya belajar main piano, apabila dia memiliki bakat musik
akan lebih mudah dan cepat pandai dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki bakat itu.
3) Minat dan motivasi
Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar
pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat
timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati
sanubari. Minat yang besar merupakan suatu modal untuk
mencapai/memperoleh tujuan yang diminati itu. Sedangkan
motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan
sesuatu pekerjaan. Yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari
luar, dan dapat juga karena dorongan bakat apabila ada
kesesuaian dengan bidang yang dipelajari.
32
4) Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil
belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan faktor fisiologis, dan
ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
Selain itu, cara belajar perlu diperhatikan, bagaimana cara menulis,
membaca, mencatat dan sebagainya. Selain dari cara-cara tersebut, perlu
jugs diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media
pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran. Namun perlu diketahui
bahwa setiap masing-masing peserta didik mempunyai cara belajar yang
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik peserta didik itu sendiri35.
a. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri)
1) Keluarga
Faktor keluarga atau orang tua sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya
pendidikan orang, tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau
kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya
kedua orang tua, akrab atau tidaknya orang tua dengan anak-anak
semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
2) Sekolah
Keadaan sekolah atau tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan siswa. Misalnya, kualitas guru, kesesuaian
35
Ibid.,Hal.19-22
33
kurikulum dengan kemampuan anak, fasilitas/perlengkapan di
sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan
tata tertib di sekolah semua ini turut mempengaruhi keberhasilan
belajar anak.
3) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar.
Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya
terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama
anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya
baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.
Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anakanak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan
mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak
menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.
4) Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat
penting
dalam
mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan
lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas,
iklim dan sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah penduduk
sangan rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang
bising, suara hiruk pikuk orang di sekitar, suara pabrik, polusi
udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan mempengaruhi
34
kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim
sejuk, ini akan menunjang proses belajar.36
E. Hubungan Model Pembelajaran dan Prestasi Belajar
Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara
dua
unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru
sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya. Dalam
proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen- komponen
pendukung, seperti model (perantara pesan atau informasi). Model adalah
perantara, disini model merupakan suatu benda yang dapat dimanipulasi,
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran. Interaksi atau hubungan antara model dengan
pelajaran sangat penting. Karena fungsi model yang telah dijelaskan diatas
adalah sebagai sarana penunjang dan alat yang efektif dalam kegiatan belajar
mengajar.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Marfuah, (Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo) dengan judul penelitian “Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Akidah Akhlak Melalui
Model Jigsaw Di Mi Walisongo Jerakah Tugu Semarang”, dengan hasil
penelitian bahwa model kooperatif jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa-siswi dengan bukti adanya peningkatan hasil belajar dari nilai rata-rata
siswa sesuai dengan KKM ≥ 70. yaitu pada prasiklus sebelum menggunakan
model kooperatif jigsaw nilai rata-rata hasil evaluasi 69,5 atau 69,5%; pada
36
Ibid.,Hal.23
35
pembelajaran sikulus I dengan menggunakan model kooperatif jigsaw rata-rata
hasil evaluasi 75 atau 75 % dan pada siklus II rata-rata hasil evasluasi 90 atau
90%.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Istiqomah (Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo) dengan judul “Penerapan Model Pengajaran Cooperative Learning
Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Al Quran Hadits
Materi Melafalkan Surat Al Adiyat Semester II Siswa Kelas IV MI Sarirejo
Kaliwungu Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini menunjukkan hasil belajar pada siklus I, siswa yang mendapat nilai > 6,5 ada
28% dan siswa yang mendapat nilai < 6,5 ada 72%. Pada siklus II siswa yang
mendapat nilai > 6,5 ada 85% dan siswa yang mendapat nilai < 6,5 ada 15%.
Sedangkan keaktifan siswa siklus I sebesar 65,71% dan siklus II sebesar 85,71%
atau sudah mencapai indicator 85%. Pada siklus I, kerjasama siswa sebesar 65%
dan pada siklus II mencapai 85%. Kinerja guru pada siklus I dengan skor 31
(baik) dan pada siklus II dengan skor 39 (baik). Kesimpulan penelitian ini adalah
pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
pada mata pelajaran Al Quran Hadits materi melafalkan surat Al Adiyah, serta
meningkatkan keaktifan siswa. Dari hasil penelitian, dapat penulis sarankan
kepada guru Al Quran Hadits khususnya agar menggunakan model pembelajaran
kooperatif jigsaw sebagai salah satu alternative model pengajaran di kelas.
G. Hipotesis Tindakan
Menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
36
terbukti melalaui data yang terkumpul.37 Sedangkan menurut Moh. Nasir
hipotesa adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu
kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan
dasar kerja serta panduan dalam verifikasi.38
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian adalah jika guru
menggunakan
model
jigsaw
dalam
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan, maka hasil belajar siswa meningkat.
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bina
Aksara, 1989) hal 62.
38
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988) hal 182.
Download