1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi (Oryza sativa, L

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padi (Oryza sativa, L.) adalah tanaman pangan penting di dunia. Padi merupakan
tanaman pangan biji-bijian yang diperlukan lebih dari 50 % penduduk dunia. Biji padi
memberikan sumbangan lebih dari 80 % kebutuhan kalori konsumen setiap hari
(Gallagher, 1984 cit. Sepaskhah dan Barzegar, 2010). Indonesia merupakan salah satu
negara pengimpor beras di dunia. Impor beras Indonesia pada setiap tahunnya mencapai
ratusan ribu ton. Sebagai gambaran, pada tahun 2006 impor beras Indonesia mencapai
300.000 ton/tahun. Impor beras pada setiap bulannya memerlukan devisa cukup besar.
Misalnya pada bulan Januari 2006 impor beras Indonesia mencapai 21.604 ton, senilai
6.383.574 US $; bulan Februari 2006 impor beras tersebut meningkat tajam menjadi
70.808 ton, senilai 19.964.780 US $ (Departemen Pertanian, 2006).
Impor beras diharapkan dapat ditekan melaui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi
lahan untuk budidaya tanaman padi sawah atau padi gogo. Padi sawah telah banyak
dibudidayakan oleh petani di Indonesia, sedang padi gogo kurang mendapatkan perhatian
oleh petani. Produksi padi gogo di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 2.833.339 ton
gabah kering giling (GKG) pada tahun 2005, dengan produktivitas pada tahun 2006
mencapai 2,6 ton GKG/ha (Departemen Pertanian, 2007). Penggunaan varietas padi gogo
unggul, ternyata mempunyai produktivitas lebih tinggi. Varietas Batu tegi, mempunyai
produktivitas 4,965 ton GKG/ha, varietas Limboto dengan produktivitas 6,522 ton
GKG/ha, varietas Situ Patunggang dengan produktivitas 6,007 ton GKG/ha, dan varietas
Cirata dengan produktivitas 4,688 ton GKG/ha (Balai Besar Penelitian Padi, 2004).
1
Peningkatan produktivitas tanaman padi gogo yang diikuti dengan perbaikan mutu
beras akan sangat menarik perhatian petani. Mutu beras suatu varietas padi sangat mempengaruhi pendapatan petani. Beras dengan mutu kimia yang baik, yaitu tektur nasi pulen
dan aromatik sangat disukai oleh konsumen dan mempunyai harga yang tinggi (Allidawati
dan Bambang, 1993; Damardjati, 1997). Harga jual beras bermutu tinggi, yaitu aromatik
dan tekstur nasi pulen, mencapai 2 – 2,5 kali harga jual beras biasa. Oleh karena itu, selain
produktivitas tinggi, meningkatkan mutu beras pada varietas unggul baru merupakan salah
satu tujuan utama para pemulia tanaman (Krisnan dan Puepke, 1983; Krishnan,1999).
Pada umumnya padi aromatik juga mempunyai rasa nasi yang pulen. Penentu
utama mutu beras adalah kandungan amilosa dan kandungan senyawa aromatik (2-acetyl1-pyrrolin). Beras dengan kandungan amilosa tinggi (> 22 %) mengakibatkan tekstur nasi
pera.
Kandungan senyawa aromatik tinggi (>0,06 ppm) menyebabkan nasi beraroma
wangi (Wenfu, et.al. 2001). Penanaman varietas unggul padi berdaya hasil tinggi dan
bermutu hasil tinggi akan meningkatkan pendapatan petani.
Berdasarkan sifat aromatik, terdapat perbedaan menyolok kandungan senyawa
2-acetyl-1-pyrroline (senyawa aromatik) pada beras aromatik dan tidak aromatik.
Kandungan senyawa 2-acetyl-1-pyrroline dalam padi aromatik jauh lebih tinggi dibanding
dalam padi tidak aromatik. Hasil penelitian Buttery et al. (1983) menunjukkan bahwa beras
aromatik mengandung senyawa 2-acetyl-1-pyrroline sebesar 0,04 – 0,09 ppm, jauh lebih
tinggi (10 kali) dibandingkan beras non aromatik
yang hanya 0,004 – 0,006 ppm.
Menurut Sood dan Siddiq (1980), beras aromatik juga memiliki kandungan amilosa yang
rendah (rata-rata 20 – 23 %), sehingga tekstur nasinya pulen. Senyawa aromatik selain
terkandung dalam beras, ditemukan pada bagian tanaman padi yang lain seperti daun.
2
Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan oleh Totok et al., (2004) dalam kurun
waktu tahun 2000 sampai 2004 diperoleh hasil akhir bahwa : (1) seleksi pedigree telah
dilakukan terhadap keturunan persilangan Mentik Wangi X Poso, diperoleh 50 genotipe F5
yang telah diuji lapang pada tahun 2004 dan disimpulkan bahwa 19 genotipe termasuk
berdaya hasil tinggi, aromatik, dan rasa nasi pulen (Totok, 2004); (2) uji daya hasil telah
dilakukan terhadap 19 genotipe terseleksi dan diperoleh 9 galur potensial yang berdaya
hasil tinggi dan aromatik (Totok dan Utari, 2005); dan (3) uji daya adaptasi dan stabilitas
telah dilakukan terhadap 9 galur padi aromatik pada 12 lokasi tanam tahun 2005 (Totok
dan Suwarto, 2006). Dalam penelitian ini digunakan 2 galur padi gogo aromatik yang
termasuk dalam kelompok paling baik, yang telah diuji daya adaptasinya pada 12 lokasi.
Padi gogo aromatik mempunyai peluang yang cukup tinggi dikembangkan sebagai salah
satu komoditas agribisnis dan untuk mengurangi impor beras nasional.
Strategi swasembada pangan nasional dapat ditempuh melalui intensifikasi, dan
ekstensifikasi lahan pertanian. Intensifikasi lahan merupakan suatu upaya memberikan
masukan (input) ke lahan, agar dapat diperoleh hasil pertanian secara optimal. Ekstensifikasi lahan merupakan perluasan lahan pertanian, yang terutama diarahkan ke luar Pulau
Jawa. Lahan tersebut sebagian besar dirajai oleh tanah-tanah masam, seperti Ultisol,
Aluvial Hidromorf berpirit (tanah sulfat masam) dan Histosol. Ketiga jenis tanah tersebut
mempunyai penyebaran di Indonesia berturut-turut 27,5; 7,7 dan 20,0 juta ha (WidjajaAdhi, 1985). Tanah tersebut mempunyai tingkat kesuburan kimia rendah sampai sangat
rendah, tetapi mempunyai prospek cukup potensial untuk pengembangan lahan pertanian
karena mencakup wilayah yang sangat luas.
Diperkirakan sekitar 5,6 % (730 juta hektar) total tanah di dunia adalah Ultisol
(Soil Geography Unit, 1972 cit. Van Ranst, 1991). Ultisol bereaksi masam, bahan induk
3
berasal dari batuan kristalin bersilika atau bahan sedimen yang relatif miskin kandungan
basanya. Ultisol umumnya terbentuk di daerah beriklim tropik basah yang dicirikan dengan
kondisi curah hujan sekitar 2.000 mm/tahun, tanpa bulan kering (Soepraptohardjo, 1975).
Curah hujan yang cukup tinggi mengakibatkan pelindian berlangsung intensif pada
beberapa bulan setiap tahun, mengakibatkan mineral primer mudah mengalami pelapukan
menjadi mineral sekunder berupa klei dan oksida-oksida. Mineral klei yang dihasilkan
didominasi oleh kaolinit, berasosiasi dengan gibsit dan klorit-vermikulit (Buol et al.,
1980).
Horison penciri Ultisol adalah horison kandik atau argilik (Soil Survey Staff, 1998),
yang merupakan horison B tempat terjadinya akumulasi (pelonggokan) klei. Tanah
Inceptic Hapludult termasuk pada ordo Ultisol yang dicirikan adanya horison argilik yang
menunjukkan bahan induk tanah telah mengalami pelapukan lanjut. Tanah tropika yang
memiliki horison B argilik pada umumnya didominasi oleh koloid muatan terubahkan
(variable charge) dan klei aktivitas rendah (low activity clay). Tanah yang mengandung
klei aktivitas rendah adalah memiliki KPK (penjenuhan NH4OAc pada pH 7) ≤ 16
cmol(+)kg-1 atau KPK efektif ≤ 12 cmol(+)kg-1 (Buol, 1985; Van Ranst, 1991). Sifat
kimia tanah lainnya adalah bereaksi masam, kejenuhan basa sangat rendah, kahat unsur
hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg dan S, kahat unsur hara mikro seperti Mo, B, Zn dan
Cu serta memiliki kelarutan ion Al, Fe dan Mn yang tinggi (Notohadiprawiro, 1983;
Radjagukguk, 1983). Penurunan pH tanah akan meningkatkan aktivitas Al3+ (De Wit et al.,
1999), sehingga pada pH tanah sangat masam, Al3+ dapat bersifat racun bagi tanaman.
Gejala toksisitas akibat kelebihan Al3+ biasanya dapat diketahui dengan adanya
akar tanaman yang memendek, mengecil, berwarna coklat dengan jumlah percabangan
menurun (Russel, 1988). Selain itu dilaporkan akar membengkak, pertumbuhannya
4
terhambat dan bahkan dapat mengalami kerusakan yang serius. Akibat selanjutnya akan
menghambat penyerapan air dan unsur hara secara efisien oleh tanaman. Dalam jaringan
tanaman konsentrasi Al3+ yang tinggi akan mempengaruhi metabolisme fosfat dengan
membentuk senyawa kompleks Al-fosfat yang relatif stabil (Matsumoto dan Morimura,
1980 cit. Uexkull, 1986) dan mempengaruhi aktivitas enzim Phosphokinase dan ATPase
(Mengel and Kirkby, 1987).
Menurut Radjagukguk (1983) setiap tanaman mempunyai nilai kritis terhadap
kejenuhan Al, namun sampai sekarang nilai kritis tanaman terhadap kejenuhan Al masih
sangat terbatas. Marschner (1983) mengelompokan toleransi tanaman berdasarkan
pengamatan di laboratorium. Tanaman dengan tingkat toleransi tinggi misalnya kacang
tunggak (cowpea), kacang tanah, ketela pohon, teh, kedelai, sedang tanaman yang
mempunyai toleransi rendah terhadap Al adalah kedelai, jagung, gandum, ketela rambat
dan ubi. Kejenuhan Al yang masih toleran untuk tanaman padi gogo adalah ≤ 70 % (Noor,
1996).
Pemanfaatan Ultisol akan dihadapkan pada berbagai kendala kekahatan unsur hara
makro dan mikro, bereaksi masam, KPK dan kejenuhan basa rendah, kelarutan Al3+ yang
tinggi, sehingga tingkat kesuburan kimia tanah termasuk rendah.
Upaya perbaikan
kesuburan tanah tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan
pemberian pupuk N-Zeolit-P yang mempunyai sifat spesifik sehingga diharapkan
mempunyai pengaruh optimal pada budidaya pertanian di tanah mineral masam. Pupuk NZeolit-P yang dibuat dari bahan urea, amonium sulfat (ZA), zeolit alam, Batuan Fosfat
Alam (BFA), asam-asam humat, dan bahan perekat Vertisol.
Pupuk urea atau ZA sebagai sumber unsur hara, mudah mengalami kehilangan N
melalui pelindian NO3-, aliran permukaan NH4+, dan emisi gas NH3+ dan N2O (Zaman et
5
al., 2009). Pelindian NO3- akan menurunkan kualitas air tanah karena tercemari oleh NO3(Li et al., 2006; Xiong et al., 2010); sedang gas NH3+ dan N2O yang merupakan gas rumah
kaca akan memberikan kontrobusi pada pemanasan global (Cao et al., 2006). Pemberian
bahan suplemen zeolit alam diharapkan dapat menurunkan tingkat kehilangan nitrogen.
Batuan fosfat alam sebagai sumber unsur hara P, dalam penggunaannya mengalami
kendala yaitu tingkat kelarutannya sangat rendah. Kelarutan BFA dapat ditingkatkan
melalui asidulasi dengan asam humat. Asam humat diekstrak dari bahan organik, serta
diperoleh dari limbah cair industri pertanian. Bahan organik mengandung asam-asam
organik, yaitu antara lain asam humat, fulvat dan sitrat yang mempunyai kemampuan
cukup tinggi untuk melarutkan mineral, termasuk untuk meningkatkan kelarutan BFA.
Cara lain untuk meningkatkan kelarutan BFA adalah dengan pemanasan dan
menghaluskannya sampai berukuran 100 mesh (Rif’an et al., 1999; 2000; 2001).
Peranan zeolit alam di dalam pupuk N-Zeolit-P adalah untuk
mengendalikan
proses jerapan dan ketersediaan unsur hara N dan P di dalam tanah. Zeolit mempunyai
kemampuan yang tinggi dalam menjerap N dalam bentuk NH4+, sehingga akan mengurangi
laju volatilisasi NH3. Kehilangan N melalui volatilisasi NH3 sangat signifikan terutama
apabila pupuk N diberikan dengan cara disebar, yaitu dapat mencapai 50 %. Kehilangan
pupuk N di Indonesia diperkirakan antara 52 – 71 % (Ismunadji dan Roechan, 1988).
Zeolit alam dapat menurunkan laju volatilisasi NH3 dari pupuk urea, karena mineral ini
mempunyai ruang pori yang besar untuk menjerap dan menukarkan kation (Van Straaten,
2002).
Penggunaan zeolit alam dalam pertanian adalah sebagai penangkap nitrogen,
menjerap dan melepaskannya secara perlahan. Nitrogen dalam bentuk NH4+ yang berasal
dari pupuk kandang, kompos dan dari pupuk buatan (pabrik) dapat dijerap oleh zeolit alam,
6
sehingga dapat mengurangi kehilangan N. Amonium pada komples jerapan zeolit alam
telah dicoba dapat meningkatkan kelarutan mineral fosfat (Lai dan Eberl, 1986; Chesworth, et al., 1986 cit. Van Straaten, 2002).
Reaksi kimia BFA dalam tanah dapat melepaskan ion-ion kalsium dan fosfat, serta
menurunkan kejenuhan Al dalam tanah (Hardjowigeno, 1989 dan Toma et al., 1999).
Kejenuhan Al yang tinggi dapat diturunkan oleh BFA. Batuan Fosfat Alam melepaskan P
ke dalam larutan tanah, akibatnya konsentrasi Al akan menurun karena berikatan dengan P,
membentuk ikatan Al-P. Pemberian BFA dapat juga memperbaiki sifat-sifat fisik tanah,
yaitu dapat meningkatkan konduktivitas elektrik, sehingga terjadi flokulasi klei yang
berpengaruh pada peningkatan kecepatan penetrasi air (Ramirez et al., 1999). Konsekuensinya air mudah dilepaskan dari tanah, sehingga ketersediaan udara dalam tanah
cukup untuk pertumbuhan akar tanaman.
Peranan mineral klei adalah sebagai filler dan bahan perekat komponen pupuk NZeolit-P. Klei yang digunakan adalah yang mempunyai kemampuan sementasi tinggi, yaitu
klei tipe 2:1 dari Vertisol. Kegunaan utama klei adalah sebagai perekat atau penyemen
diantara komponen pupuk, sehingga pelepasan unsur hara, terutama N dapat dilakukan
secara perlahan-lahan (slow release). Akibatnya kehilangan unsur hara melaui volatilisasi,
pelindian dan aliran permukaan dapat diperkecil.
Pemberian pupuk N-Zeolit-P diharapkan dapat meningkatkan KPK, ketersediaan
unsur hara N dan P, kejenuhan basa, pH tanah, serta dapat menurunkan kelarutan Al,
sehingga tidak bersifat toksik bagi tanaman. Beberapa tanaman memerlukan penurunan
kejenuhan Aluminium sampai di bawah 20 %, (Widjaja-Adhi, 1985). Keracunan Al
merupakan hambatan yang penting untuk diatasi, karena keracunan Al dapat menyebabkan
7
akar tanaman menjadi rusak sehingga penyerapan unsur hara dan air tidak efisien (Somaatmadja, 1987 cit. Sunarto, 1996).
Perakitan pupuk N-Zeolit-P diharapkan dapat memperbaiki kesuburan Inceptic
Hapludult dan meningkatkan hasil padi gogo aromatik. Pupuk N-Zeolit-P mempunyai
peranan yang penting dalam mengendalikan ketersediaan unsur hara N dan P di dalam
tanah, sehingga dapat meningkatkan serapannya oleh tanaman padi gogo. Unsur hara N
mempunyai peranan penting di dalam pembentukan struktur protein dan apoenzim. Unsur
hara yang diserap oleh tanaman padi dalam bentuk ion-ion nitrat dan ammonium dengan
bantuan enzim-enzim nitrat reduktase dan glutamin sintase akan dirubah menjadi asamasam amino selama sintesis protein (Cai et al., 2008 cit. Chandel et al., 2010). Protein
merupakan polipeptida yang terbentuk lebih dari 100 asam amino, dan mengandung
informasi genetik di dalam molekul-molekul Deoxyri-bonucleic Acid (DNA). Protein
mempunyai pengaruh terhadap aroma, terutama ditentukan oleh tipe struktur protein
(aldehid, alkohol, keton, dan ester) pada ikatan kimia (Heng et al., 2004 cit. Tromelin, et
al., 2006). Unsur hara P mempunyai peranan penting dalam pembentukan ikatan pirofosfat
yang banyak mengandung energi (ATP). Fosfor di dalam tanaman dapat disimpan dalam
bentuk P an organik atau bentuk ester, misalnya ester fosfat sederhana (gula fosfat).
1.2. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah cara melakukan aktivasi zeolit alam sehingga dapat meningkatkan daya
jerapnya terhadap kation, apakah ada pengaruh dan interaksi zeolit alam dengan N-urea
dan N-ZA pada penjerapan N serta sifat kimia Inceptic Hapludult.
8
2) Sejauh mana efektivitas asidulasi BFA menggunakan asam humat dan tingkat kelarutan
BFA terasidulasi di dalam tanah, apakah terdapat interaksi antara asam humat dengan
BFA terhadap ketersediaan P dan sifat kimia Inceptic Hapludult.
3) Bagaimanakah kombinasi bahan pupuk N-Zeolit-P yang mempunyai persentase residu
N tertinggi pada medium air dan tanah.
4) Bagaimanakah menentukan komposisi bahan pupuk N-Zeolit-P yang mempunyai
efisiensi N tertinggi dari kombinasi N-urea dan N-ZA dengan zeolit alam terbaik pada
medium tanah yang dilindi.
5) Bagaimanakah menentukan formula pupuk N-Zeolit-P dengan grade N-P yang efektif
dan efisien dalam penyediaan unsur hara N dan P.
6) Apakah terdapat pengaruh dan interaksi komposisi, takaran pupuk N-Zeolit-P, serta
galur padi gogo pada penyediaan unsur hara N dan P, sifat-sifat kimia tanah,
pertumbuhan tanaman, agihan serapan unsur hara N dan P oleh tanaman, serta hasil
padi gogo aromatik pada Inceptic Hapludult.
7) Berapakah takaran pupuk N-Zeolit-P yang paling optimal untuk meningkatan hasil padi
gogo aromatik pada Inceptic Hapludult.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk:
1) Mengakaji cara aktivasi zeolit alam untuk meningkatkan daya jerapnya terhadap
kation, pengaruh dan interaksi zeolit alam dengan N-urea dan N-ZA pada penjerapan N
serta sifat kimia Inceptic Hapludult.
9
2) Mengkaji efektivitas asidulasi BFA dengan asam humat dan tingkat kelarutan BFA
terasidulasi di tanah, serta interaksi antara asam humat dengan BFA terhadap
ketersediaan P dan sifat kimia Inceptic Hapludult.
3) Menentukan kombinasi bahan pupuk N-Zeolit-P yang mempunyai persentase residu N
tertinggi pada medium air dan tanah.
4) Menentukan komposisi bahan pupuk N-Zeolit-P yang mempunyai efisiensi N tertinggi
dari kombinasi N-urea dan N-ZA dengan zeolit alam terbaik pada medium tanah yang
dilindi.
5) Mendapatkan formula pupuk N-Zeolit-P dengan grade N-P yang efektif dan efisien
dalam penyediaan unsur hara N dan P.
6) Mengkaji pengaruh dan interaksi komposisi, takaran pupuk N-Zeolit-P, serta galur padi
gogo pada penyediaan unsur hara N dan P, sifat-sifat kimia tanah, pertumbuhan
tanaman, agihan serapan unsur hara N dan P oleh tanaman, serta hasil padi gogo pada
Inceptic Hapludult.
7) Mendapatkan takaran pupuk N-Zeolit-P yang paling optimal untuk meningkatan hasil
padi gogo pada Inceptic Hapludult.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1) Mendapatkan formulasi Pupuk N-Zeolit-P yang merupakan prototipe pupuk NP slow
release yang dapat diproduksi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk NP
pada tanah mineral masam, khususnya pada Inceptic Hapludult.
2) Terwujudnya hasil penelitian yang dapat memanfaatkan sumberdaya alam (lokal) dan
meningkatkan nilai ekonomisnya dari deposit zeolit alam, batuan fosfat alam, bahan
organik, limbah cair industri pertanian, dan klei sebagai bahan komponen pupuk NZeolit-P.
10
1.4. Kebaruan penelitian
Beberapa hasil penelitian yang bersifat parsial disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang bersifat parsial
Tahun
dan
No. Daerah
Penelitian
1 1996
India
2
2003
China
3
2004
China
4
2004
s/d
2005
Iran
Judul
Metode
Asam Organik dan
Kelarutan Fosfor di
dalam Kompos
Jerami yang Diberi
Batuan Fosfat Alam
Percobaan
laboratorium
Penguapan Amonia
dan Efisiensi
Penggunaan
Nitrogen pada
Pemberian Urea di
Tanah Sawah
Wilayah Danau
Taihu, China
Percobaan
lapangan
Pengaruh Zeolit
Termodifikasi
terhadap Reaksi
Alkali Silika
Percobaan
laboratorium
Zeolit dan
Pemupukan Nitrogen
Responnya terhadap
Hasil, Penggunaan
Air dan N oleh
Tanaman Padi di
Lingkungan SemiArid
Percobaan
lapangan
Hasil Penelitian
Keberadaan asam-asam organik yang sangat
tinggi, menghasilkan kelarutan yang lebih
tinggi pada P tidak larut selama 30 hari,
setelah itu menurun secara drastis selama 120
hari proses pengkomposan jerami.
Pemberian N meningkatkan hasil asam
organik. Pemberian nitrogen + molase juga
dapat meningkatkan asam organik tersebut,
kecuali asam oksaloasetat pada 30 hari dan
asam glikolat pada 30 dan 60 hari
pengkomposan.
Kehilangan amonia melalui penguapan
selama fase pertumbuhan tanaman padi
berkisar antara 9,0 – 16,7 % dari N yang
diberikan. Peningkatan takaran yang
diberikan umumnya menurunkan nisbah N di
dalam biji terhadap N di dalam tanaman.
Efisiensi penggunaan pupuk N berkisar dari
30,9 % - 45,9 %.
Modifikasi zeolit alam dengan pemberian
larutan 2 N NH4Cl diduga efektif
menurunkan konsentrasi alkali terlarut di
dalam pori, ion-ion alkali dapat diganti
dengan NH4 membentuk ikatan NH3d H2O
dengan zeolit, selanjutnya terjadi reaksi
alkali-silika.
Penurunan takaran N, yang diikuti dengan
peningkatan takaran zeolit diperlukan untuk
meningkatkan hasil gabah. Hasil gabah
tertinggi diperoleh pada pemberian N dengan
takaran 80 kg N/ha dan pemberian zeolit
pada takaran 4 ton/ha. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa retensi N
yang tinggi di dalam tanah pada pemberian
zeolit alam, perbaikan kualitas hasil gabah
dan efisiensi pengguna-an nitrogen diperoleh
pada pemberian zeolit dengan takaran 8
ton/ha dan pemberian N pada takaran ≥ 80 kg
N/ha. Pemberian N dan zeolit menghasilkan
kandungan protein di dalam gabah lebih
11
tinggi. Pemberian zeolit mempunyai
pengaruh pada peningkatan retensi N di
dalam tanah yang juga masih efektif pada
tahun ke dua.
5
2004
dan
2006
Kanada
Barat
6
2006
Kenya
7
2008
India
8
2011
China
Hasil Tanaman dan
Konsentrasi N pada
Urea Berpelepasan N
Terkontrol dan
Pemberian N
Dibandingkan Urea
Tidak Terlapisi yang
Diberikan Pada Saat
Pembentukan Biji
Tanaman
Percoba
an
lapangan
Ada pengaruh urea berpelepasan N terkontrol
terhadap konsentrasi N di dalam gabah dan
akumulasi N di dalam tanaman yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pemberian urea
yang tidak terlapisi.
Perbaikan
Ketersediaan P dari
Batuan Fosfat Alam
Melalui Proses
Pencampuran dan
Pengkomposan
Percoba
an
laboratorium
dan pot
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P dari
BFA dengan pemberian kompos jerami dapat
meningkatkan ketersediaan P dan
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan
tanaman kurang menguntungkan pada
pemberian BFA tanpa pengomposan, setelah
BFA dikomposkan pertumbuhan tanaman
menjadi lebih baik.
Kelarutan Fosfor dari
Batuan Fosfat Alam
di Dalam Vermicompost pada Tanah
Aqualfs
Percoba
an pot
Kecepatan pelepasan P di dalam tanah pada
pemberian BFA lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya, tetapi setelah 60
hari inkubasi, kandungan P tersedia di dalam
tanah menurun menjadi 14,36 ppm, sedang
pada perlakuan vermicompost dengan
tanaman rumputan sebesar 13,66 ppm dan
faeses sapi 13,43 ppm.
Hasil Gabah dan
Efisiensi N pada
Penebaran Benih
Padi Secara
Langsung dengan
Perbedaan Perlakuan
N untuk Mengurangi
Volatilisasi Amonia
Percoba
an pot
dan
lapangan
Pemberian ammonium sulfat meningkatkan
pertumbuhan tanaman, hasil gabah, serapan
N dan efisiensi N pada tanaman padi gogo
yang disebar secara langsung dibandingkan
dengan pemberian urea pada takaran yang
lebih tinggi.
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh
asam organik terhadap kelarutan P dari batuan fosfat alam (BFA) umumnya rendah dan
tidak stabil, karena asam organik kemampuannya rendah dalam melarutkan P dari BFA.
Kondisi ini dapat diperbaiki dengan perlakuan asidulasi P secara hidrothermal, sehingga
kelarutan P dari BFA akan meningkat dan kelarutannya stabil. Hasil penelitian sebelumnya
12
menunjukkan efisiensi penggunaan N masih rendah yaitu berkisar antara 30,9 – 45,9 %.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan efisiensi penggunaan N oleh
tanaman mencapai 86,64 %, yaitu pada komposisi pupuk NZFT1 yang diaplikasikan pada
takaran setara 60 kg N/ha. Komposisi pupuk NZFT1 yang diberikan pada takaran yang
sama, mempunyai efisiensi penggunaan P oleh tanaman yang cukup tinggi yaitu mencapai
75,94 %. Pupuk majemuk N-Zeolit-P dengan komposisi NZFT1 mempunyai grade 8,90 :
11,98 : 0 = 9-12-0 adalah paling berpengaruh terhadap peningkatan efisiensi serapan N dan
P oleh tanaman padi gogo.
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian zeolit alam untuk
budidaya tanaman umumnya cukup tinggi yaitu berkisar antara 4 – 8 ton/ha yang diberikan
bersama dengan pupuk N. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk
NZFT1 pada takaran setara 60 kg N/ha, maka diperlukan zeolit alam sebanyak 552,53 kg
zeolit alam/ha, sedang pada komposisi pupuk NZFT2 diperlukan 550,73 kg zeolit alam/ha
dan pada NZFT3 sebesar 491,45 kg zeolit alam/ha. Jumlah zeolit alam yang diperlukan
berkisar antara 6,65 - 13,28 % dari jumlah zeolit alam yang diperlukan pada penelitian
sebelumnya.
13
Download