universitas indonesia pengaruh berpuasa ramadhan terhadap

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH BERPUASA RAMADHAN TERHADAP GEJALA
KLINIS PASIEN PENYAKIT REFLUKS
GASTROESOFAGEAL
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis-1
Ilmu Penyakit Dalam
RADHIYATAM MARDHIYAH
1106140874
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT DALAM
JAKARTA
JUNI 2016
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,
karena hanya atas limpahan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Shalawat dan salam saya sampaikan untuk tauladan yang paling saya
junjung tinggi, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
pengikutnya.
Saya menyampaikan terima kasih kepada setiap pihak yang telah berjasa selama
proses saya menyelesaikan program pendidikan dan penyusunan tesis ini.
Kepada Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM (K), Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI), terima kasih telah memberi saya kesempatan untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
Kepada Dr. dr. H. Dadang Makmun, SpPD-KGEH, Kepala Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI/RSCM saat ini dan Dr. dr. Imam Subekti, SpPD-KEMD,
Kepala Departemen terdahulu, saya sampaikan rasa hormat dan terima kasih
karena saya mendapat kesempatan menjalani pendidikan di Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. Kepada Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD-KGer,
MEpid, Direktur Utama RSCM, saya sampaikan terima kasih atas kesempatan
bekerja dan belajar di departemen dan rumah sakit ini.
Kepada Dr. dr. Kuntjoro Harimurti, SpPD-KGer, MSc., Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 Ilmu Penyakit Dalam FKUI saat ini, dan
dr. Aida Lydia Ph.D, SpPD-KGH, Ketua Program Studi terdahulu, saya
sampaikan terima kasih dan rasa hormat yang tulus atas segala pengorbanan yang
beliau berikan untuk pendidikan kami, dukungan dalam bentuk kepercayaan,
perhatian, nasihat, semangat, dan motivasi yang tidak henti-hentinya diberikan
kepada kami. Terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh Guru Besar
dan staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM serta
vi
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
rumah sakit jejaring yang telah membimbing dan mendidik saya selama
menjalani pendidikan.
Kepada dr. Murdani Abdullah, SpPD-KGEH, Ketua Divisi Gastroenterologi,
saya sampaikan terima kasih atas dukungan dan kesempatan yang diberikan
sehingga saya dapat melakukan penelitian di Divisi Gastroenterologi. Juga kepada
seluruh staf pengajar Divisi Gastroenterologi yang mendukung penelitian ini,
saya sampaikan terima kasih.
Kepada Dr. dr. Dadang Makmun, SpPD-KGEH, guru dan pembimbing
penelitian pertama, saya sampaikan rasa hormat dan terima kasih, yang di tengah
kesibukannya masih sempat memberikan waktu, masukan, dan dorongan sehingga
saya dapat menyelesaikan tesis ini. Saya sampaikan terima kasih atas kepercayaan
dan teladan yang beliau berikan, yang menginspirasi saya bagaimana menjadi
dokter yang peduli dan empati.
Kepada Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, guru dan pembimbing
penelitian dua, saya sampaikan terima kasih atas ide-ide, masukan, dan dorongan
sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dan dapat lulus tepat waktu. Saya
sangat bersyukur mendapatkan bimbingan dari beliau, yang selalu menyemangati,
mendorong, dan memberi saya kemudahan dalam menyelesaikan penelitian ini,
dan memberi teladan bagaimana menjadi dokter yang selalu memberi manfaat.
Kepada Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, MEpid, pembimbing metodologi
penelitian dan statistik, saya sampaikan terima kasih atas setiap bimbingan dan
arahan, serta kesabaran yang beliau berikan selama membimbing saya dalam
penelitian ini. Saya beruntung mendapat bimbingan langsung dari beliau, salah
satu guru terbaik yang dimiliki FKUI, yang mendedikasikan diri di dunia
pendidikan dan penelitian.
Kepada dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD-KEMD, pembimbing akademik saya,
terima kasih dan hormat saya atas perhatian, bimbingan, dan semangatnya
sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada para penguji saya dalam ujian proposal, ujian tesis tertutup, dan ujian
tesis terbuka: Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD-KAI; Dr. dr. Kie Chen, SpPDKPTI; dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD-KKV; dr. Murdani Abdullah, SpPD-
vii
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
KGEH; Dr. dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM; dan Dr. dr. Kuntjoro
Harimurti, SpPD-KGer, MSc; terima kasih atas masukan-masukan yang sangat
berharga untuk penelitian ini. Terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada
Dr. dr. Dyah Purnamasari, SpPD-KEMD dan Dr. dr. Evy Yunihastuti,
SpPD-KAI, yang tidak hanya memberikan masukan tapi juga solusi untuk
berbagai masalah yang saya hadapi selama menjalani penelitian ini. Saya sangat
beruntung mendapatkan masukan dan saran-saran dari beliau semua, yang saya
yakini merupakan di antara guru-guru terbaik yang dimiliki oleh FKUI.
Kepada mbak Linda, mbak Mimi, dan staf administrasi lain di divisi
Gastroenterologi; kepada mas Iwa, mbak Yanti, dan staf administrasi lain di
divisi Geriatri; kepada mbak Retno di sekretariat Departemen Ilmu Penyakit
Dalam; dan kepada mbak Rahmi, mbak Tami, dan mas Bayu, yang telah sangat
banyak membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini, terima kasih banyak
atas dukungan, semangat, dan kemudahan yang diberikan kepada saya. Hanya
Allah yang dapat membalas semua kebaikan kalian.
Kepada ibu Yanti, mbak Aminah, pak Heri, dan mbak Riska di Sekretariat
PPDS Sp1, juga kepada para staf administrasi semua divisi di lingkungan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, saya sampaikan terima kasih atas semua
bantuan dan kerja sama yang diberikan selama saya menjalani pendidikan ini.
Kepada para staf pengajar, staf administrasi, perawat, paramedis di RSUPN
Cipto Mangunkusumo, RSUP Persahabatan, RSUP Fatmawati, RSPAD Gatot
Subroto dan RSU Tangerang yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman hidup yang berharga kepada saya selama proses pendidikan di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, saya sampaikan terima kasih.
Ucapan terima kasih tak terhingga untuk semua pasien, terutama pasien penyakit
refluks gastroesofageal/gastroesophageal reflux disease (GERD) yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini. Terima kasih atas semua masukan yang
membuat penelitian ini lebih ‘bernyawa’.
Kepada para kakak dan adik angkatan, dan teman sejawat sesama Peserta
Program Pendidikan Dokter Spesialis di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, terima kasih atas bimbingan, dukungan dan kerja samanya selama ini.
viii
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
Kepada rekan-rekan seangkatan (angkatan PPDS IPD Januari 2012): dr. Anak
Agung Arie Widyastuti, dr. Aryan Yohanes, dr. Ardhi Rahman Ahani, dr.
Dinas Yudha Kusuma, dr. Gery Dala Prima Baso, dr. Laura Anasthasya, dr.
Luki Kusumaningtyas, dr. Mita Hafsah Saraswati, dr. Nabil Mubtadi Falah,
dr. Nia Novianti, dr. Putri Dwi Bralianti, dr. Reagan Paulus Rintar Aruan,
dr. Septian Nindita Adi Nugraha, dr. Sulistiana, dr. Toman Nababan, dr.
Tresia Arthati, dan dr. Yaldiera Utami. Saya sampaikan terima kasih dan rasa
sayang saya kepada mereka semua, yang bukan hanya sekedar rekan sejawat tapi
sudah seperti keluarga saya sendiri. Terima kasih atas kebersamaan, semangat,
tawa canda, pendewasaan, dan semua waktu yang sudah kita lalui bersama, saya
merasa sangat bersyukur menjadi bagian dari keluarga ini. Semoga kita dapat
terus menjadi keluarga di kemudian hari.
Kepada dr. Anggraini P., SpPD, dr. Ratih TKD., SpPD, dr. Agus Jati S.,
SpPD, dan dr. Ika F., SpPD, terima kasih atas bimbingan dan inspirasinya yang
tidak henti-henti hingga hari ini. Terima kasih kepada peserta Ujian Kompetensi
Dokter Spesialis Penyakit Dalam angkatan 33, terutama dr. Laura, dr. Aryan,
dr. Virly, dr. Ummu, dr. Fany, dan dr. Lia, Ujian Kompetensi Dokter Spesialis
Penyakit Dalam tidak akan terasa begitu menyenangkan dan ringan jika tanpa
kalian. Terima kasih secara khusus kepada dr. Herikurniawan, dr. Anindia, dr.
Bima, dr. Yusran, dr. Julfreser, dan dr. Khalid, teman-teman berdiskusi segala
hal, dan membuat kehidupan selama pendidikan ini menjadi jauh lebih
menyenangkan; kepada dr. Henry, dr. Iqbal, dan dr. Ummi yang telah banyak
membimbing saya dan membantu membentuk saya menjadi lebih baik; dan
kepada dr. Beta, dr. Shiddiq, dr. Anshari, dr. Hario, dr. Hikmat, dr. Iin, dr.
Muthia, dan dr. Wulunggono, adik-adik pendidikan yang banyak mengajari saya
mengenai berbagai hal. Saya bersyukur garis hidup saya bersinggungan dengan
garis hidup mereka semua. Semoga saya dapat memberi manfaat bagi mereka,
seperti juga mereka semua telah memberi banyak manfaat bagi saya.
Kepada sahabat saya, Nurfitri Putrianti, terima kasih atas semangat, dukungan,
dan inspirasi, yang membuat saya lebih bersemangat menyelesaikan pendidikan,
dan mengajarkan saya untuk lebih banyak lagi bersyukur dan bersabar.
ix
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
Saya tidak akan dapat menyelesaikan pendidikan ini tanpa rahmat Allah SWT
yang terwujud melalui ridho suami dan kedua orang tua saya. Begitu banyak
pengorbanan, doa, dorongan, dukungan, motivasi, dan semangat yang diberikan
Ibunda Enny Rohainy dan Ayahanda Herry Suhardiyanto hingga saya dapat
sampai pada tahap ini. Selamanya saya tidak akan dapat membalas kebaikan
keduanya, dan saya hanya dapat berdoa agar Allah menyayangi mereka berdua
selalu, jauh lebih baik dari bagaimana mereka telah menyayangi saya, dan jauh
lebih baik dari bagaimana saya menyayangi mereka. Kepada suami saya, sahabat
saya selamanya, Reza Syahputra, saya benar-benar tidak akan dapat
menyelesaikan pendidikan ini jika tanpanya, yang membuat saya memahami arti
“love is what makes you smile when you are tired”. Terima kasih karena telah
membuat segala yang terasa sulit menjadi mudah, membuat segala yang terasa
sedih menjadi menyenangkan, dan membuat segala yang biasa saja menjadi
bahagia.
Kepada Nyanyak Tjut Dewi Yulisna dan Ayah Muchtar Daud, terima kasih atas
doa, perhatian, dukungan, dan semangat yang tak henti-henti. Saya sangat
bersyukur dapat memiliki mereka sebagai orang tua. Kepada adik-adik, Asad,
Imad, Tita, Cesar, Rany, dan Fiona; para keponakan tersayang Haira, Muthia,
dan Thariq; almarhumah Mbah Putri dan Nenek, para Bunda, Bulik, Tante, dan
Om, terima kasih untuk doa-doa, semangat, dan perhatiannya.
Akhir kata, terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan pendidikan ini.
Semoga berkah dan rahmat Allah SWT selalu menyertai kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 14 Juni 2016
dr. Radhiyatam Mardhiyah
x
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
ABSTRAK
Nama
: Radhiyatam Mardhiyah
Program studi : Spesialis Ilmu Penyakit Dalam
Judul
: Pengaruh Berpuasa Ramadhan terhadap Gejala Klinis Pasien
Penyakit Refluks Gastroesofageal
Latar belakang: Pada saat puasa Ramadhan, terjadi penurunan rerata pH
lambung dan memendeknya selisih waktu antara makan terakhir dan jam tidur
sehingga memperberat keluhan Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease, disingkat GERD). Sementara itu juga terjadi
keteraturan jadwal makan, dan perubahan dalam kebiasaan merokok dan alkohol.
Meski demikian, belum diketahui dengan pasti keluhan penyakit GERD selama
berpuasa Ramadhan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadhan terhadap keluhan GERD.
Metode: Penelitian ini merupakan studi longitudinal yang mengevaluasi keluhan
GERD pada pasien yang menjalani puasa Ramadhan, dengan metode consecutive
sampling dalam pengambilan sampel. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli
(Ramadhan) sampai bulan Oktober (tiga bulan setelah Ramadhan) 2015. Populasi
target penelitian ini adalah pasien GERD di Jakarta. Subjek penelitian ini
dikelompokkan menjadi kelompok berpuasa Ramadhan (n=66) dan kelompok
tidak berpuasa Ramadhan (n=64). Evaluasi dilakukan antara kedua kelompok
tesebut, dan antara bulan Ramadhan dengan di luar bulan Ramadhan pada
kelompok berpuasa, dengan menggunakan kuesioner GERD (GERD-Q) yang
telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Hasil: Pada kelompok yang berpuasa Ramadhan, terdapat perbedaan median nilai
GERD-Q yang bermakna secara statistik (nilai p < 0,01) antara bulan Ramadhan
dengan nilai median 0, dan di luar bulan Ramadhan dengan nilai median yang
meningkat menjadi 4. Sementara itu, bila dilakukan analisis untuk
membandingkan median nilai GERD-Q antara kelompok yang berpuasa
Ramadhan dan tidak, juga didapatkan perbedaan yang bermakna (nilai p < 0,01).
Simpulan: Pada subjek yang menjalani puasa Ramadhan, keluhan GERD
dirasakan lebih ringan saat menjalani puasa Ramadhan dibandingkan di luar bulan
Ramadhan. Di bulan Ramadhan, keluhan GERD lebih ringan dirasakan oleh
subjek yang menjalani puasa Ramadhan dibandingkan subjek yang tidak
menjalani puasa Ramadhan.
Kata kunci: Penyakit refluks gastroesofageal, gastroesophageal reflux disease,
GERD, Ramadhan.
xii
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
ABSTRACT
Name
: Radhiyatam Mardhiyah
Study program : Internal Medicine
Title
: Effect of Ramadan Fasting on Gastroesophageal Reflux Disease
Background: During Ramadan fasting, increasing gastric acid levels as a result
of prolong fasting can precipitate symptoms of Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD). Meanwhile, lifestyle changes during Ramadan (such as smoking
cessation) can relieve its symptoms. To the best of our knowledge, this is the first
study to evaluate effect of Ramadan fasting on GERD.
Objective: The purpose of this study was to determine the effect of Ramadan
fasting on GERD symptoms.
Method: This is a longitudinal study done in July (Ramadan) to October (three
months after Ramadan) 2015. Target population of this study was GERD patients
in Jakarta. Using consecutive sampling method, a total of 130 GERD patients
participated in this study. Patients were divided into two groups: patients who
underwent Ramadan fasting (n=66), and patients who didn’t undergo fasting
(n=64). The evaluation was done using Indonesian version of GERD
questionnaire (GERD-Q) between the two groups, and between Ramadan month
and non-Ramadan month of Ramadan fasting group.
Results: In Ramadan fasting group, there was a statistically significant difference
(p < 0.01) in median of GERD-Q during Ramadan month and non-Ramadan
month (median GERD-Q 0 and 4 respectively). Statistically significant difference
(p < 0.01) was also found between Ramadan fasting group and non-fasting group.
Conclusion: In Ramadan fasting group, GERD symptoms were lighter during
fasting month (Ramadan). During Ramadan month, GERD symptoms were also
lighter in Ramadan fasting group than in non-fasting group.
Key words: Gastroesophageal reflux disease, GERD, Ramadan, Islamic fasting.
xiii
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................... xi
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
ABSTRACT .......................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xix
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 4
1.4. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 4
1.5. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
1.5.1. Tujuan Umum ......................................................................................... 5
1.5.2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 5
1.6. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
1.6.1. Manfaat bagi Pendidikan dan Penelitian................................................... 5
1.6.2. Manfaat bagi Pelayanan ........................................................................... 5
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6
2.1. Penyakit Refluks Gastroesofageal ............................................................... 6
2.1.1. Definisi.................................................................................................... 6
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan GERD ................................ 6
2.1.2.1. Usia ...................................................................................................... 7
2.1.2.2. Obesitas ................................................................................................ 7
2.1.2.3. Merokok ............................................................................................... 9
2.1.2.4. Alkohol................................................................................................. 9
2.1.2.5. Makanan dan Minuman ........................................................................ 10
2.1.2.6. Pola Makan........................................................................................... 12
2.1.3. Penegakan Diagnosis dan Evaluasi GERD Menggunakan GERD-Q ........ 13
2.2. Puasa Ramadhan......................................................................................... 15
2.2.1. Pengaruh Puasa Ramadhan terhadap Fisiologi Tubuh .............................. 15
2.2.2. Pengaruh Puasa Ramadhan terhadap Penyakit Gastrointestinal ................ 16
2.3. Kerangka Teori ........................................................................................... 18
3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......................... 19
3.1. Kerangka Konsep ....................................................................................... 19
3.2. Definisi Operasional ................................................................................... 19
xiv
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
4. METODE PENELITIAN ................................................................................ 21
4.1. Desain ........................................................................................................ 21
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 21
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 21
4.4. Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian.......................................................... 21
4.4.1. Kriteria Inklusi Subjek Penelitian ............................................................ 21
4.4.2. Kriteria Eksklusi Subjek Penelitian .......................................................... 21
4.5. Estimasi Besar Sampel ............................................................................... 21
4.6. Alur Penelitian............................................................................................ 22
4.7. Tata Cara Pengumpulan Data...................................................................... 23
4.8. Analisis Data .............................................................................................. 24
4.9. Masalah Etika ............................................................................................. 24
4.10. Penulisan dan Pelaporan Hasil .................................................................. 25
5. HASIL .............................................................................................................. 26
5.1. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................................... 27
5.2. Perbedaan Nilai GERD-Q ........................................................................... 28
5.3. Perubahan Nilai GERD-Q........................................................................... 29
5.4. Perbedaan Jumlah Rokok dan Selisih Waktu antara Makan Terakhir dan
Tidur ................................................................................................................. 30
6. DISKUSI........................................................................................................... 32
6.1. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................................... 32
6.2. Perbedaan Nilai GERD-Q ........................................................................... 34
6.3. Perubahan Nilai GERD-Q........................................................................... 35
6.4. Perbedaan Jumlah Rokok dan Selisih Waktu antara Makan Terakhir dan
Tidur ................................................................................................................. 37
6.5. Telaah Kritis Hasil Penelitian ..................................................................... 39
6.5.1. Validitas .................................................................................................. 39
6.5.2. Nilai Kepentingan .................................................................................... 40
6.5.3. Aplikabilitas ............................................................................................ 40
6.6. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 41
7. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 43
7.1. Simpulan .................................................................................................... 43
7.2. Saran .......................................................................................................... 43
RINGKASAN........................................................................................................ 44
SUMMARY .......................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 48
LAMPIRAN .......................................................................................................... 57
xv
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. GERD-Q dalam Bahasa Indonesia ....................................................... 14
Tabel 3.1. Definisi operasional ............................................................................. 19
Tabel 5.1. Gambaran karakteristik subjek penelitian ............................................. 27
Tabel 5.2. Perbedaan nilai GERD-Q di bulan Ramadhan dan di luar bulan
Ramadhan pada kelompok berpuasa Ramadhan ................................... 28
Tabel 5.3. Perbedaan nilai GERD-Q antara kelompok berpuasa Ramadhan dan
kelompok tidak berpuasa Ramadhan .................................................... 29
Tabel 5.4. Perbedaan jumlah rokok di bulan Ramadhan dan di luar bulan
Ramadhan pada kelompok berpuasa Ramadhan ................................... 30
Tabel 5.5. Perbedaan jumlah rokok antara kelompok berpuasa Ramadhan dan
kelompok tidak berpuasa Ramadhan .................................................... 31
Tabel 5.6. Perbedaan selisih waktu antara makan terakhir dan tidur, di bulan
Ramadhan dan di luar bulan Ramadhanpada kelompok berpuasa
Ramadhan............................................................................................ 31
Tabel 5.7. Perbedaan selisih waktu antara makan terakhir dan tidur, antara
kelompok berpuasa Ramadhan dan kelompok tidak berpuasa
Ramadhan............................................................................................ 31
xvi
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka teori ................................................................................... 18
Gambar 3.1. Kerangka konsep ............................................................................... 19
Gambar 4.1. Alur penelitian................................................................................... 22
Gambar 5.1. Alur perekrutan subjek penelitian ...................................................... 26
Gambar 5.2. Perbandingan jumlah subjek yang mengalami perubahan nilai
GERD-Q, antara kelompok berpuasa Ramadhan dan kelompok tidak
berpuasa Ramadhan........................................................................... 30
xvii
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
DAFTAR SINGKATAN
ERD
Erosive Esophagitis
FSSG
Frequency Scale for the Symptoms of GERD
GERD
Gastroesophageal Reflux Disease
GERD-Q
GERD questionnaire
GIS
GERD Impact Scale
GSRS
Gastrointestinal Symptom Rating Scale
IMT
Indeks massa tubuh
NERD
Non-Erosive Reflux Disease
OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid
RDQ
Reflux Disease Questionnaire
RSCM
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
SPSS
Statistical Product for Social Science
xviii
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Keterangan Lolos Kaji Etik .............................................................. 57
Lampiran 2. Formulir Penjelasan dan Persetujuan Mengikuti Penelitian ............... 58
Lampiran 3. Formulir Penelitian ......................................................................... 60
xix
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit refluks gastroesofageal (gastroesophageal reflux disease, selanjutnya
disingkat GERD) merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam masyarakat.
Dari penelitian telaah sistematis yang dilakukan oleh El-Serag, dkk.1 pada 29
penelitian epidemiologi didapatkan bahwa prevalensi GERD diperkirakan sebesar
18,1-27,8% di Amerika Utara; 23% di Amerika Selatan; 8,8-25,9% di Eropa; 2,57,8% di Asia Timur; 8,7-33,1% di Timur Tengah; dan 11,6% di Australia.1-3
Meskipun prevalensinya lebih rendah dibandingkan dengan Amerika atau Eropa,
prevalensi GERD di Asia mengalami peningkatan dalam dasawarsa terakhir. Hal
ini dilaporkan pada penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Goh, dkk.4 dari
Malaysia; Ho, dkk.5 dari Singapura; Sollano, dkk.6 dari Filipina; Lien, dkk.7 dari
Taiwan; dan Kim, dkk.8 dari Korea.
Di Indonesia sendiri belum ada data epidemiologi yang lengkap, namun dari
penelitian yang dilakukan oleh Lelosutan, dkk.9 di Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (selanjutnya disingkat RSCM) didapatkan
22,8% dari 127 pasien yang menjalani endoskopi saluran cerna bagian atas
menderita GERD. Pada penelitian lain yang juga dilakukan di RSCM, Syam,
dkk.10 melaporkan bahwa terdapat peningkatan prevalensi esofagitis dari 5,7%
pada tahun 1997 menjadi 25,18% pada tahun 2002.10,11
Definisi GERD sendiri adalah suatu gangguan saluran pencernaan di mana isi
lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus, sehingga
mengakibatkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu.10,12,13
Kata ‘mengganggu’ pada definisi GERD memiliki peran penting karena gejala
yang ditimbulkan oleh GERD dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya.1,14
Modalitas evaluasi gejala GERD yang sering digunakan berbentuk kuesioner,
contohnya adalah kuesioner GERD (GERD questionnaire, selanjutnya disingkat
1
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
2
GERD-Q) dan kuesioner penyakit refluks (Reflux Disease Questionnaire,
selanjutnya disingkat RDQ).
GERD-Q adalah suatu modalitas penegakan diagnosis dan evaluasi terapi GERD
dengan perangkat kuesioner yang disusun dengan mengkombinasikan tiga
modalitas evaluasi yang telah divalidasi, yaitu RDQ, Gastrointestinal Symptom
Rating Scale (GSRS), dan GERD Impact Scale (GIS).15-17 GERD-Q telah terbukti
tidak inferior dibandingkan dengan endoskopi, dengan spesifisitas 71,4% dan
sensitivitas 64,6%, setara dengan endoskopi yang dilakukan oleh konsultan
gastroenterologi. Selain itu, pasien dengan nilai GERD-Q yang tinggi dan lalu
mendapatkan terapi mengalami perbaikan gejala yang signifikan (nilai p 0,03)
dibandingkan dengan menunda terapi hingga dilakukan endoskopi terlebih
dahulu.18 Uji validitas dan reliabilitas GERD-Q yang telah diterjemahkan ke
bahasa Indonesia oleh Simadibrata, dkk.19 juga menunjukkan bahwa GERD-Q
merupakan modalitas yang valid dan reliabel untuk digunakan oleh pasien yang
berbahasa Indonesia, dengan nilai r yang dikalkulasi untuk setiap pertanyaan yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maupun nilai Cronbach (yaitu 0,83)
lebih tinggi dibandingkan nilai r yang ditabulasi (yaitu 0,26).19
Keluhan GERD dapat dicetuskan dan diperberat oleh beberapa hal, di antaranya
adalah obesitas, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, dan konsumsi
makanan-makanan tertentu. Selain itu, pola makan juga diyakini berpengaruh
terhadap keluhan GERD. Meski demikian, penelitian-penelitian yang ada selama
ini melaporkan hasil yang berbeda-beda.1,20-29
Telah banyak diketahui bahwa puasa dapat mempengaruhi keluhan penyakit
gastrointestinal. Sebagai negara dengan mayoritas Muslim, sebagian besar
masyarakat Indonesia menjalani puasa pada bulan Ramadhan. Secara bahasa,
puasa (atau dalam bahasa Arab disebut shiyam atau shaum) berarti menahan diri
dari sesuatu. Sementara secara istilah, puasa berarti menahan diri dari segala
perbuatan yang membatalkan puasa, di antararanya adalah makan, minum,
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
3
merokok, berhubungan seksual, muntah dengan sengaja, dan lain-lain; dari terbit
fajar hingga terbenam matahari.
Lama waktu berpuasa Ramadhan di setiap daerah dapat berbeda, karena lamanya
siang dan malam pada setiap bagian di bumi bergantung pada posisinya terhadap
matahari saat bumi berevolusi. Karena terletak di sekitar garis khatulistiwa, lama
waktu berpuasa di Indonesia tidak terlalu berbeda jauh setiap tahunnya. Untuk
bulan Ramadhan 1436 Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 18 Juni-16 Juli
2015, umat muslim Indonesia akan berpuasa selama sekitar 13 jam.
Puasa Ramadhan yang berlangsung selama sekitar 30 hari memungkinkan
terjadinya perubahan dalam fisiologi tubuh. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Iraki, dkk.,30 pada pasien yang menjalani puasa Ramadhan lebih dari 10 hari akan
terjadi penurunan rerata pH lambung dibandingkan dengan ketika tidak berpuasa.
Meski demikian, pada saat berpuasa Ramadhan, seseorang tidak terus menerus
dalam kondisi berpuasa, namun juga menjalani periode makan. Kedua periode ini
dipengaruhi oleh waktu, yaitu makan sebelum fajar, dan makan setelah terbenam
matahari. Periode ‘fasting and feeding’ ini merupakan suatu model metabolisme
yang unik karena terjadi pola makan dan puasa secara berkesinambungan. Hal ini
menyebabkan keteraturan pola makan pada pasien yang menjalani puasa
Ramadhan.31,32 Selain itu, selama berpuasa Ramadhan juga tidak diperbolehkan
untuk merokok ataupun mengkonsumsi alkohol sehingga terhindar dari pencetus
gejala GERD.
Selama ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh
puasa Ramadhan pada keluhan penyakit gastrointestinal, namun penelitianpenelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan tidak diamati pada
subjek yang sama.30,33-35 Selain itu, penelitian yang selama ini telah dilakukan
hanya difokuskan pada pasien perdarahan saluran cerna ataupun pasien dengan
keluhan dispepsia, dan belum pernah dilakukan pada pasien GERD.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
4
Di Indonesia sendiri pun belum ada penelitian yang mempelajari keluhan penyakit
GERD selama berpuasa Ramadhan. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian
yang membandingkan keluhan pasien GERD, antara kelompok yang berpuasa
Ramadhan dibandingkan dengan kelompok yang tidak berpuasa Ramadhan.
1.2 IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasi masalah yang
merupakan dasar penelitian ini yaitu:
Pada saat puasa terjadi penurunan rerata pH lambung sehingga mempengaruhi
keluhan gastrointestinal. Sementara itu juga terjadi keteraturan jadwal makan, dan
perubahan dalam kebiasaan merokok dan alkohol. Meski demikian, belum
diketahui dengan pasti keluhan penyakit GERD selama berpuasa Ramadhan.
1.3 PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan dalam keluhan pasien GERD selama berpuasa
Ramadhan dibandingkan dengan ketika tidak berpuasa Ramadhan, yang
dievaluasi dengan instrumen GERD-Q?
2. Apakah terdapat perbedaan keluhan GERD antara pasien yang menjalani
puasa Ramadhan dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani puasa
Ramadhan, yang dievaluasi dengan instrumen GERD-Q?
1.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan dalam keluhan pasien GERD selama berpuasa Ramadhan
dibandingkan dengan ketika tidak berpuasa Ramadhan, yang dievaluasi
dengan instrumen GERD-Q.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
5
2. Terdapat perbedaan keluhan GERD antara pasien yang menjalani puasa
Ramadhan dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani puasa
Ramadhan, yang dievaluasi dengan instrumen GERD-Q.
1.5 TUJUAN
1.5.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh puasa Ramadhan terhadap keluhan GERD.
1.5.2 Tujuan Khusus
1
Mengetahui perbedaan keluhan pasien GERD selama berpuasa Ramadhan
dibandingkan dengan ketika tidak berpuasa Ramadhan.
2
Mengetahui perbedaan keluhan GERD antara pasien yang menjalani puasa
Ramadhan dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani puasa
Ramadhan.
2.1 MANFAAT PENELITIAN
2.1.1 Manfaat bagi Pendidikan dan Penelitian
Hasil penelitian berupa data mengenai keluhan pasien GERD selama menjalani
puasa Ramadhan, perbedaannya dibandingkan saat tidak menjalani puasa
Ramadhan, dan perbedaannya dibandingkan pasien yang tidak menjalani puasa
Ramadhan, diharapkan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya.
2.1.2 Manfaat bagi Pelayanan
1. Mengetahui pengaruh puasa Ramadhan terhadap keluhan GERD,
sehingga dapat menentukan perencanaan tata laksana terbaik bagi
pasien GERD yang menjalani puasa Ramadhan.
2. Sebagai bahan edukasi untuk pasien dan keluarga pasien mengenai
pengaruh puasa Ramadhan terhadap keluhan GERD.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka ini akan diuraikan mengenai penyakit GERD; kuesioner
GERD-Q sebagai modalitas evaluasi keluhan pasien GERD; dan fisiologi tubuh
saat berpuasa.
2.1. PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL
2.1.1. Definisi
Penyakit refluks gastroesofageal adalah suatu gangguan saluran pencernaan di
mana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus, sehingga
mengakibatkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu.10,12,13
Refluks gastroesofageal sebenarnya merupakan bagian dari proses fisiologis
normal yang dapat dialami oleh orang sehat terutama setelah makan, namun bila
melebihi jumlah normal dapat menimbulkan berbagai keluhan dan penyulit
intraesofageal seperti striktur, esofagus Barrett, atau bahkan keganasan.1,14
GERD dapat diklasifikasikan menjadi esofagitis erosif yang ditandai dengan
adanya kerusakan mukosa esofagus (Erosive Esophagitis/ERD) dan tanpa adanya
kerusakan mukosa esofagus hanya gejala refluks yang mengganggu saja (NonErosive Reflux Disease/NERD).10,12 Meskipun memiliki gambaran yang berbeda,
kedua kelompok ini memiliki patogenesis yang sama, dan tata laksana yang juga
serupa dalam jangka waktu yang sama yaitu delapan minggu (atau dua bulan).
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan GERD
Beberapa hal telah diketahui dapat memicu dan memperberat keluhan GERD. Di
antaranya adalah usia yang lebih tua, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, dan konsumsi makanan tertentu seperti makanan berlemak, makanan
yang bersifat asam seperti tomat dan jeruk, dan konsumsi teh atau kopi. Meski
demikian, penelitian-penelitian yang membahas hal ini melaporkan hasil yang
bervariasi dan tidak seragam.
6
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
7
2.1.2.1.Usia
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara usia
dengan kejadian GERD, namun penelitian-penelitian tersebut menunjukkan hasil
yang berbeda-beda. Penelitian-penelitian yang sebelumnya ada menunjukkan
bahwa dalam analisis multivariat, usia bukanlah faktor yang berhubungan dengan
GERD. Hasil ini didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sharma, dkk.,36
Diaz-Rubio, dkk.,37 dan Fujiwara, dkk.38
Sementara itu, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien dengan
GERD umumnya lebih tua dibandingkan populasi yang tidak memiliki GERD.
Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Bhatia, dkk.,21 Fujiwara,
dkk.,23 Minatsuki, dkk.,27 dan Nilsson, dkk.39 Meski demikian, tidak dilaporkan
terdapat peningkatan risiko GERD yang berbanding lurus dengan peningkatan
usia. Sebagai contohnya, pada penelitian yang dilakukan oleh Minatsuki, dkk.,27
didapatkan bahwa GERD lebih sering didapatkan pada pasien dengan rentang usia
antara 45-59 tahun, dibandingkan dengan usia yang lebih muda ataupun lebih tua
dari kelompok usia tersebut.27
2.1.2.2.Obesitas
Penelitian epidemiologi terbaru menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi
obesitas dan sindrom metabolik berhubungan dengan peningkatan prevalensi
GERD di Asia.24,40 Mekanisme yang mendasari kejadian GERD pada pasien
obesitas di antaranya adalah peningkatan tekanan intraabdomen, penurunan tonus
sfingter esofagus bawah, dan gangguan dalam pengosongan lambung.22,24,40,41
Telah banyak penelitian yang menunjukkan hubungan yang positif antara angka
indeks massa tubuh (IMT) yang lebih besar dengan keluhan GERD. Di antaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Ma, dkk.,26 Minatsuki, dkk.,27 Sharma,
dkk.,36 Singh, dkk.,41 dan Kang, dkk.42 Secara spesifik, beberapa penelitian juga
menunjukkan hubungan yang positif antara kejadian GERD dengan obesitas
sentral,43-45 dan antara GERD dengan sindrom metabolik.46-48
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
8
Selain itu, pada meta analisis yang dilakukan oleh Hampel, dkk.,49 didapatkan
bahwa obesitas berhubungan dengan GERD maupun komplikasinya seperti
keganasan esofagus. Dari meta analisis tersebut didapatkan bahwa baik berat
badan lebih (overweight, IMT 25-30 kg/m2) maupun obesitas (IMT >30 kg/m2)
berhubungan dengan gejala GERD. Hasil yang serupa juga dilaporkan pada meta
analisis yang dilakukan oleh Corley, dkk.43
Pada studi kohort selama 25 tahun yang dilakukan oleh Jacobson, dkk,50
didapatkan bahwa subjek dengan berat badan lebih dan obesitas memiliki risiko
dua hingga tiga kali lebih tinggi mengalami gejala-gejala GERD dibandingkan
dengan subjek dengan IMT normal. Peningkatan risiko gejala refluks dengan
peningkatan IMT bahkan didapatkan pada IMT normal, seperti yang dilaporkan
oleh Friedenberg, dkk.51 Zheng, dkk.29 melakukan penelitian pada kembar
monozigot dan melaporkan hasil bahwa risiko GERD meningkat seiring dengan
peningkatan IMT.29
Secara lebih rinci, Stein dkk.52 melaporkan bahwa setiap peningkatan IMT
sebanyak lima poin akan meningkatan risiko GERD sebanyak 35%.52 Mengingat
peningkatan IMT berhubungan dengan peningkatan keluhan GERD, Singh, dkk.41
melakukan penelitian dengan mengevaluasi keluhan GERD pada pasien yang
menjalani program penurunan berat badan, dan didapatkan hasil bahwa pada
subjek yang mengalami penurunan berat badan, juga terdapat penurunan keluhan
GERD. 41
Meski demikian, tidak semua penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
hubungan yang bermakna antara GERD dengan IMT. Sebagai contohnya adalah
pada penelitian yang dilakukan oleh Smith, dkk.,53 menunjukkan bahwa obesitas
bukan faktor risiko independen untuk terjadinya GERD. Begitupun juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bhatia, dkk.,21 Watanabe, dkk.,28 dan Lagergren.54
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
9
2.1.2.3.Merokok
Seperti juga penelitian yang melaporkan hubungan GERD dengan obesitas dan
usia, hasil penelitian yang melaporkan hubungan antara kebiasaan merokok
dengan GERD pun bervariasi. Mekanisme merokok hingga menyebabkan gejala
refluks berhubungan dengan penurunan tekanan sfingter esofagus bawah selama
merokok, berkurangnya sekresi bikarbonat dari saliva, dan peningkatan tekanan
intraabdomen dengan batuk ataupun inspirasi dalam.20,22,36
Meski demikian, tidak seluruh penelitian yang ada melaporkan bahwa merokok
berhubungan dengan risiko GERD. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Bhatia, dkk.21 dan Diaz-Rubio, dkk.37 Pada penelitian-penelitian ini
dilaporkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok
dengan keluhan GERD.
Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Sharma, dkk.,36 didapatkan
bahwa keluhan GERD lebih sering didapatkan pada perokok aktif.36 Hal ini sesuai
dengan
hasil
dari
penelitian-penelitian
lainnya22,23,27,28,37,55,56
yang
juga
menunjukkan risiko GERD yang meningkat pada perokok aktif. Selain merokok
sendiri, pada penelitian yang dilakukan oleh Nilsson, dkk.39 dilaporkan bahwa
durasi merokok juga berpengaruh terhadap peningkatan kejadian dan beratnya
keluhan GERD. Dikatakan bahwa terdapat peningkatan risiko GERD hingga 70%
pada perokok aktif yang merokok lebih dari 20 tahun.39 Selain itu, pada HUNT
study dilaporkan bahwa berhenti merokok sendiri dapat menurunkan keluhan
GERD secara signifikan. Penelitian tersebut melaporkan bahwa subjek yang
berhenti merokok mengalami penurunan keluhan GERD hingga setengah dari
sebelumnya, dibandingkan dengan subjek yang tetap merokok.57
2.1.2.4. Alkohol
Konsumsi alkohol memicu keluhan GERD dengan menurunkan tekanan sfingter
esofagus bawah, menurunkan motilitas esofagus, meningkatkan sekresi asam
lambung, dan menghambat pengosongan lambung.20,58 Meski demikian, pada
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
10
penelitian-penelitian yang selama ini telah dilakukan, konsumsi alkohol tidak
selalu terbukti berhubungan dengan gejala GERD.
Penelitian yang melaporkan hubungan yang positif antara konsumsi alkohol
dengan GERD di antaranya adalah Goh, dkk.,4 Minatsuki, dkk.,27 Fujiwara,
dkk.,23 dan Anderson, dkk.56 Pada penelitian yang dilakukan oleh Song, dkk.,59
dilaporkan bahwa kebiasaan konsumsi alkohol tidak hanya secara bermakna
didapatkan lebih tinggi pada kelompok GERD dibandingkan kontrol, namun juga
meningkatkan keluhan GERD secara bermakna. Keluhan GERD yang memberat
dengan konsumsi alkohol adalah rasa asam dan rasa terbakar di dada.59
Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Sharma, dkk.,36 Diaz-Rubio,
dkk.,37 Bhatia, dkk.,21 dan Nilsson, dkk.,39 tidak didapatkan hubungan yang
bermakna antara konsumsi alkohol dengan keluhan GERD. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Jarosz, dkk.,25 dibandingkan dengan kelompok kontrol, pasien
GERD mengkonsumsi alkohol lebih sedikit, namun pada analisis multivariat tidak
ada perbedaan bermakna antara konsumsi alkohol dengan tidak terhadap kejadian
dan keluhan GERD.25
Perbedaan dari penelitian-penelitian tersebut diakibatkan oleh variasi minuman
beralkohol yang dikonsumsi oleh pasien. Variasi dalam jenis minuman beralkohol
oleh pasien dalam setiap penelitian akan memberikan hasil yang berbeda-beda
karena terdapat perbedaan dalam kandungan alkohol, volume per saji, dan
kandungan karbonatan di antara minuman-minuman beralkohol yang tersedia.58
2.1.2.5. Makanan dan minuman
Makanan berlemak. Beberapa jenis makanan dan minuman sering disebut
sebagai pemicu gejala refluks, di antaranya adalah makanan yang berlemak,
pedas, asam, tomat, jeruk, coklat, minuman bersoda. Makanan dan minuman ini
memicu gejala GERD dengan menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah,
merangsang reseptor sensorik di esofagus, memicu sekresi asam lambung, atau
dengan menghambat pengosongan lambung.20,25,49
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
11
Makanan dengan kandungan lemak tinggi atau makanan yang digoreng
merupakan kelompok makanan yang paling sering dianggap menyebabkan GERD
ataupun memperberat keluhan GERD. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang
dilaporkan oleh Bhatia, dkk.,21 Jarosz, dkk.,25 dan Song, dkk.59 El-Serag, dkk.60
melakukan penelitian yang mengevaluasi hubungan antara konsumsi makanan
dengan keluhan GERD yang dievaluasi dengan endoskopi. Didapatkan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara konsumsi makanan berlemak dengan
frekuensi maupun beratnya keluhan GERD, meskipun faktor ini juga dipengaruhi
oleh faktor obesitas. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Kubo, dkk.58
Meski demikian, tidak semua penelitian melaporkan hasil yang mendukung
pernyataan konsumsi makanan berlemak meningkatkan keluhan GERD. Zheng,
dkk.,29 melaporkan bahwa dari seluruh komponen produk yang diteliti, termasuk
makanan berlemak dan makanan yang digoreng, tidak memberikan hasil yang
bermakna terhadap keluhan GERD.29
Kopi. Serupa dengan penelitian-penelitian mengenai alkohol, variasi juga
didapatkan pada hubungan antara konsumsi kopi dengan keluhan GERD.
Perbedaan dari penelitian-penelitian yang ada disebabkan oleh perbedaan dalam
jenis kopi yang dikonsumsi oleh pasien, metode penyeduhannya, apakah kopi
dikonsumsi saat perut kosong atau dalam keadaan setelah makan, dan apakah
dikonsumsi bersama makanan lain.20,22 Penelitian yang mendukung hubungan
antara keluhan GERD dengan konsumsi kopi di antaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Bhatia, dkk.,21 Zheng, dkk.,29 dan Song.59 Sementara itu,
penelitian-penelitian lainnya36,39 melaporkan tidak adanya hubungan antara
konsumsi kopi dengan keluhan GERD.
Makanan asam dan pedas. Makanan yang bersifat pedas menginduksi keluhan
GERD akibat adanya capsaicin, sementara makanan yang bersifat asam akibat
pH-nya yang rendah. Hal ini menstimulus mekanoreseptor di esofagus.22,25 Pada
telaah sistematis yang dilakukan oleh Kang, dkk.,20 didapatkan bahwa penelitian
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
12
mengenai makanan asam dan pedas tidak sebanyak penelitian mengenai makanan
berlemak, dan hasilnya pun tidak seragam. Sebagian penelitian25,59 yang ada
mendukung pernyataan ini, sementara sebagian lainnya21,29,36,58 menyatakan tidak
ada hubungan antara keluhan GERD dengan konsumsi makanan asam maupun
pedas.
2.1.2.6. Pola Makan
Gejala refluks terjadi akibat distensi lambung setelah makan, umumnya antara dua
hingga tiga jam setelah makan. Karena itu lah pasien dengan keluhan GERD
disarankan untuk mengatur jam makan dan tidurnya, dan porsi makannya. Pada
telaah sistematis yang dilakukan oleh Kang, dkk.,20 dilaporkan bahwa penelitianpenelitian yang ada melaporkan hasil yang berbeda-beda mengenai hubungan
antara jarak antara waktu makan dengan jam tidur. Dilaporkan bahwa semakin
dekat jarak antara waktu makan dengan jam tidur, akan meningkatkan risiko
GERD dan keluhannya selama pasien tidur.23,38 Meski demikian, terdapat
perbedaan dalam jarak waktu tersebut, antara dua hingga tiga jam.42
Yamamichi, dkk.61 melakukan penelitian mengenai pengaruh beberapa kebiasaan
makan terhadap keluhan GERD. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pola
makan yang teratur dapat menurunkan risiko dan keluhan GERD. Faktor lain yang
juga dilaporkan berpengaruh terhadap keluhan GERD adalah jarak waktu yang
pendek antara makan dengan jam tidur, kebiasaan makan cemilan sebelum tidur,
dan kebiasaan makan dengan cepat. Bahkan dalam penelitian tersebut juga
dilaporkan bahwa kebiasaan makan tersebut lebih berpengaruh terhadap keluhan
GERD dibandingkan kebiasaan konsumsi alkohol ataupun kebiasaan merokok.61
Song, dkk.59 melaporkan bahwa risiko GERD meningkat dengan jadwal makan
harian yang tidak teratur, namun tidak dengan kebiasaan lain seperti porsi makan
yang besar, makan dengan cepat, makan cemilan di antara makan porsi besar, dan
makan larut malam.59 Sementara itu Bor, dkk.62 melaporkan pada penelitian yang
mengevaluasi hubungan antara kecepatan makan dengan keluhan GERD bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna di antara keduanya.62
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
13
2.1.3. Penegakan Diagnosis dan Evaluasi GERD Menggunakan GERD-Q
Panduan penatalaksanaan GERD dari berbagai negara merekomendasikan
penegakkan diagnosis GERD berdasarkan keluhan yang mengganggu kualitas
hidup pasien, dan dengan menggunakan modalitas diagnosis yang mudah dan
murah.10,12,15,63,64 Panduan dari Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia sendiri
merekomendasikan penggunaan GERD-Q sebagai perangkat diagnosis dan
evaluasi terapi GERD. Endoskopi pada pasien GERD ditujukan untuk pasien yang
memiliki gejala alarm seperti disfagia progresif, odinofagia, penurunan berat
badan yang tidak diketahui sebabnya, anemia awitan baru, hematemesis dan/atau
melena, riwayat keluarga dengan keganasan lambung dan/atau esofagus,
penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) kronis, dan usia lebih dari
40 tahun di daerah prevalensi kanker lambung tinggi; dan yang tidak berespon
terhadap terapi empirik dengan obat golongan inhibitor pompa proton.10
GERD-Q merupakan modalitas evaluasi terapi GERD berbentuk kuesioner yang
terdiri atas enam butir pertanyaan yang menggambarkan gejala GERD pasien
selama tujuh hari terakhir. Dua pertanyaan pertama merupakan prediktor untuk
gejala GERD dan skor yang lebih tinggi menunjukkan frekuensi yang lebih
sering, sementara pertanyaan ke tiga dan ke empat menggambarkan keluhan
dispepsia yang menurunkan probabilitas GERD, sedangkan dua pertanyaan
terakhir menggambarkan pengaruh keluhan GERD terhadap hidup pasien.15
GERD-Q disusun dengan memgkombinasikan kuesioner yang mengevaluasi
refluks yaitu RDQ,65 kuesioner yang menilai gejala gastrointestinal yaitu GSRS,66
dan kuesioner yang mengevaluasi pengaruh gejala GERD yaitu GIS.67 Pada saat
penyusunannya, juga dilakukan evaluasi terhadap kemudahan pasien dalam
pengisian kuesioner. Pada evaluasi tersebut didapatkan bahwa pasien lebih
menyukai jika pilihan waktu dinyatakan dengan jelas dalam bentuk pilihan angka
jumlah hari dibandingkan dengan kata-kata seperti ‘sering, kadang-kadang,
jarang’; dan lebih menyukai jika pilihan jawaban tidak terlalu bervariasi.15 Karena
itulah hanya ada empat pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan dalam GERD-Q
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
14
dan kesemuanya dalam bentuk angka yang pasti, yaitu 0 hari, 1 hari, 2-3 hari, dan
4-7 hari.
Selama ini GERD-Q telah digunakan sebagai modalitas penegakan diagnosis dan
evaluasi terapi GERD. Uji validasi GERD-Q yang dilakukan oleh Jonasson,
dkk.,18 membandingkan perbaikan gejala antara pasien GERD yang menjalani
prosedur diagnostik GERD-Q dengan pasien yang menjalani endoskopi, dan
hasilnya GERD-Q tidak inferior dibandingkan dengan endoskopi. Selain itu,
dengan menggunakan GERD-Q anggaran kesehatan dapat diefisiensi tanpa
mengurangi efikasi terapi.18
Tabel 2.1. GERD-Q dalam bahasa Indonesia.19
Pertanyaan
1. Seberapa sering Anda mengalami rasa seperti terbakar
bagian belakang tulang dada (heartburn)?
2. Seberapa sering Anda merasa isi lambung (cairan atau
makanan naik ke arah kerongkongan atau mulut (regurgitasi)?
3. Seberapa sering Anda merasa nyeri pada bagian tengah perut
atas?
4. Seberapa sering Anda merasa mual?
5. Seberapa sering kenyamanan tidur malam Anda terganggu
oleh heartburn dan/atau regurgitasi yang Anda alami?
6. Seberapa sering Anda meminum obat tambahan untuk
heartburn dan/atau regurgitasi yang Anda alami selain dari apa
yang telah dianjurkan oleh dokter? (seperti obat maag yang
dijual bebas)
Frekuensi gejala yang dialami
dalam 7 hari terakhir
0
1
2-3
4-7
hari
hari
hari
hari
0
1
2
3
0
1
2
3
3
2
1
0
3
0
2
1
1
2
0
3
0
1
2
3
Uji validitas dan reliabilitas GERD-Q yang telah diterjemahkan ke bahasa
Indonesia oleh Simadibrata, dkk.19 menunjukkan bahwa GERD-Q merupakan
modalitas yang valid dan reliabel untuk digunakan oleh pasien yang berbahasa
Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Saragih, dkk.68 di Rumah Sakit Adam
Malik Medan juga menunjukkan bahwa GERD-Q lebih superior dalam
spesifisitas dan akurasi dibandingkan dengan modalitas lain yaitu Frequency
Scale for the Symptoms of GERD (FSSG).68 Hasil ini konsisten dengan penelitian
lain yang menunjukkan validitas GERD-Q ketika diterjemahkan ke bahasa lain
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
15
seperti bahasa Jepang69, bahasa Cina70,
71
, bahasa Korea72, maupun bahasa
Spanyol di Meksiko73.
Pada penelitian DIAMOND Study74 didapatkan bahwa dari skor maksimal 18
pada GERD-Q, titik potong skor 8 memiliki sensitivitas dan spesifisitas tertinggi
untuk diagnosis GERD. Hasil ini juga selaras dengan hasil dari penelitianpenelitian yang dilakukan di negara-negara lain, termasuk di Indonesia.19,69-73
2.2. PUASA RAMADHAN
Ramadhan adalah bulan ke sembilan dalam kalender Hijriyah, yaitu penanggalan
yang digunakan oleh umat muslim. Pada bulan Ramadhan, umat muslim yang
sudah memenuhi syarat berkewajiban untuk berpuasa Ramadhan selama sebulan
penuh. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, puasa berarti menahan diri dari
segala perbuatan yang membatalkan puasa, di antararanya adalah makan, minum,
merokok, berhubungan seksual, muntah dengan sengaja, dan lain-lain; dari terbit
fajar hingga terbenam matahari.
Lama waktu berpuasa Ramadhan di setiap daerah dapat berbeda karena lamanya
siang dan malam pada setiap bagian di bumi bergantung pada posisinya terhadap
matahari. Hal ini terjadi karena saat bumi berevolusi, posisi bumi tidak tegak lurus
melainkan miring, sehingga pada bulan-bulan tertentu, negara-negara di belahan
bumi utara menerima cahaya matahari lebih lama daripada negara di belahan
bumi selatan, dan di waktu yang lain negara-negara di belahan bumi selatan
menerima cahaya matahari lebih lama dari negara-negara di belahan bumi utara.
Karena terletak di sekitar garis khatulistiwa, lama waktu berpuasa di Indonesia
tidak terlalu berbeda jauh setiap tahunnya. Untuk bulan Ramadhan 1436 Hijriyah
yang bertepatan dengan tanggal 18 Juni-16 Juli 2015, umat muslim Indonesia
akan berpuasa selama sekitar 13 jam.
2.2.1. Pengaruh Puasa Ramadhan terhadap Fisiologi Tubuh
Selama bulan Ramadhan, seorang muslim akan berpuasa dari terbit fajar hingga
terbenam matahari. Puasa Ramadhan yang berlangsung selama sekitar 30 hari
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
16
memungkinkan terjadinya perubahan dalam fisiologi tubuh. Karena puasa
Ramadhan memiliki fase makan dan fase puasa, kondisi puasa Ramadhan tidak
sama dengan kondisi berpuasa terus-menerus.
Selama ini telah banyak penelitian yang melaporkan perubahan tubuh pada saat
berpuasa Ramadhan. Iraki, dkk.30 melaporkan bahwa pada pasien yang menjalani
puasa Ramadhan lebih dari 10 hari akan terjadi penurunan rerata pH lambung
dibandingkan dengan ketika tidak berpuasa. Selain pada pH lambung, penelitian
tersebut juga menunjukkan bahwa selama puasa Ramadhan terjadi perubahan
pada kadar gastrin plasma, insulin, glukosa, dan kalsium.30 Khaled, dkk.75
melakukan telaah sistematis mengenai pengaruh puasa Ramadhan terhadap
beberapa aspek fisiologi tubuh, di antaranya adalah terhadap fungsi ginjal.
Selain Khaled, dkk.,75 Rouhani, dkk.76 juga melakukan telaah sistematis terhadap
penelitian-penelitian yang dilakukan pada subjek yang berpuasa Ramadhan.
Dilaporkan bahwa dari telaah sistematis yang dilakukan, terdapat penurunan berat
badan, penurunan kadar kolesterol, perbaikan kadar gula darah, dan perbaikan
tekanan darah yang signifikan. Selain itu juga disimpulkan bahwa meskipun
terdapat risiko dehidrasi, puasa Ramadhan tetap aman untuk dijalankan oleh
pasien yang menderita penyakit tertentu, seperti gagal ginjal.76
2.2.2. Pengaruh Puasa Ramadhan terhadap Penyakit Gastrointestinal
Pada penelitian yang dilakukan oleh Chong,34 didapatkan bahwa terdapat
penurunan yang signifikan antara jumlah pasien yang menjalani endoskopi pada
bulan Ramadhan. Meski demikian, tidak ada perbedaan yang bermakna dalam
indikasi endoskopi maupun temuan endoskopi pada esofagus dan gaster,
meskipun didapatkan perbedaan yang bermakna pada temuan endoskopi di
duodenum.34
Sementara itu, Gokakin, dkk.35 melakukan penelitian yang membandingkan
pasien ulkus peptikum yang menjalani endoskopi berdasarkan kelompok waktu
sebelum bulan Ramadhan, selama bulan Ramadhan, dan setelah bulan Ramadhan.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
17
Didapatkan bahwa perdarahan paling sedikit adalah pada kelompok pasien yang
menjalani endoskopi di bulan Ramadhan, namun hasil ini tidak bermakna secara
statistik. Sementara itu prevalensi tertinggi dari ulkus duodenum dan duodenitis
juga didapatkan pada kelompok pasien di bulan Ramadhan, dengan hasil yang
bermakna secara statistik.35
Pada telaah sistematis yang dilakukan oleh Sadeghpour, dkk.,77 dilaporkan bahwa
pada populasi sehat yang menjalani puasa Ramadhan, keluhan tersering yang
dirasakan adalah sendawa, perut begah, dan perut terasa penuh. Sementara itu,
rasa terbakar di dada dan nyeri ulu hati hanya dikeluhkan oleh sekitar 5-10%
subjek.77
Pada telaah sistematis yang sama juga dilaporkan bahwa sebagian penelitian
melaporkan terjadi peningkatan signifikan perdarahan saluran cerna selama bulan
Ramadhan, sebagian lagi melaporkan bahwa meskipun frekuensinya lebih tinggi
namun analisis statistik tidak menunjukkan hasil yang signifikan, sementara
sebagian lainnya melaporkan bahwa justru terdapat penurunan. Penyebab dari
bervariasinya hasil dari penelitian yang telah ada adalah karena penelitianpenelitian yang ada menggunakan metode potong lintang atau metode
retrospektif, dan umumnya hanya melibatkan subjek skala kecil.77
Ulkus duodenum merupakan etiologi tersering dari perdarahan saluran cerna pada
kelompok yang berpuasa Ramadhan, sementara pecah varises dilaporkan sebagai
etiologi tersering pada kelompok yang tidak berpuasa. Sementara itu tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan pada keluaran perdarahan saluran cerna,
kecuali pada mortalitas yang didapatkan lebih tinggi secara signifikan pada
kelompok yang tidak berpuasa.77 Sedangkan untuk pasien GERD sendiri, hingga
kini belum ada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
18
2.3. KERANGKA TEORI
↑Setelah penjabaran mengenai penyakit GERD dan fisiologi tubuh saat berpuasa
Ramadhan, dapat dibuat suatu kerangka teori yang menjadi dasar penelitian ini.
Kerangka teori dijabarkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka teori.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. KERANGKA KONSEP
Keluhan
GERD
Puasa
Ramadhan
• Obesitas
• Merokok
• Jarak waktu antara makan
terakhir dengan jam tidur
Gambar 3.1. Kerangka konsep.
3.2. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1. Definisi operasional.
Variabel
Puasa
Ramadhan
Definisi
Puasa di bulan Ramadhan,
yaitu bulan ke sembilan
dalam kalender Hijriyah.
Pada tahun 2015, bulan
Ramadhan 1436 Hijriyah
berada antara 18 Juni-16
Juli 2015.
Cara pengukuran
Kelompok berpuasa
Ramadhan: menjalani
puasa Ramadhan selama
sebulan penuh
Kelompok tidak
berpuasa Ramadhan:
tidak menjalani puasa
Ramadhan.
Skala
Nominal
0: tidak puasa
1: puasa
Keluhan
GERD
Keluhan yang dialami
oleh pasien yang
sebelumnya telah
didiagnosis GERD di
Pusat Endoskopi Saluran
Cerna Divisi
Gastroenterologi RSCM,
baik yang mengalami
esofagitis erosif (Erosive
Esophagitis/ERD)
maupun tidak mengalami
esofagitis erosif (NonErosive Reflux
Disease/NERD).
GERD-Q, yaitu
kuesioner GERD yang
terdiri atas enam buah
pertanyaan, masingmasing pertanyaan
memiliki empat pilihan
jawaban dengan skor
antara 0-3 untuk setiap
pertanyaan.
Numerik
19
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
20
Variabel
Obesitas
Definisi
Indeks massa tubuh lebih
dari ≥ 25 kg/m2
IMT =
Merokok
Jarak waktu
antara makan
terakhir
dengan jam
tidur
Cara pengukuran
Pengukuran dan/atau
anamnesis
Skala
Nominal
0: tidak obesitas
1: obesitas
Anamnesis
Numerik
Anamnesis
Numerik
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m)
Jumlah rokok (dalam
skala batang rokok) yang
dihisap setiap harinya.
Jarak (dalam skala jam)
antara waktu makan
terakhir subjek dengan
tidur malamnya.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 DESAIN
Penelitian ini merupakan studi longitudinal yang mengevaluasi keluhan GERD
pada pasien yang menjalani puasa Ramadhan. Evaluasi dilakukan dua kali, saat
bulan Ramadhan dan tiga bulan setelah Ramadhan.
4.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan selama bulan Juli sampai Oktober 2015 di Poliklinik
Gastroenterologi RSCM.
4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi target adalah pasien GERD di Jakarta.
Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien dengan GERD yang menjalani
rawat jalan di Poliklinik Gastroenterologi RSCM.
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian.
4.4 KRITERIA PEMILIHAN SAMPEL PENELITIAN
4.4.1 Kriteria Inklusi Subjek Penelitian
1. Pasien berusia >18 tahun.
2. Menderita GERD, baik yang telah terbukti esofagitis erosif melalui
pemeriksaan endoskopi di Pusat Endoskopi Saluran Cerna Divisi
Gastroenterologi RSCM, ataupun telah didiagnosis NERD.
4.4.2 Kriteria Eksklusi Subjek Penelitian
Menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian.
4.5 ESTIMASI BESAR SAMPEL
Untuk memperkirakan besar sampel pada penelitian ini digunakan rumus:
21
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
22
1= 2=2
( + )
( 1 − 2)
n
= besar sampel
α
= tingkat kesalahan tipe 1, ditetapkan sebesar 5% sehingga Zα = 1,96
β
= tingkat kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 20% sehingga Zβ = 1,28
S
= simpangan baku, ditetapkan sebesar 6
x1-x2 = besar efek yang diharapkan, ditetapkan sebesar 3
Berdasarkan rumus di atas, ditetapkan besar sampel penelitian ini adalah 63
orang.
4.6 ALUR PENELITIAN
Pasien memenuhi
kriteria penelitian
Kelompok berpuasa
Ramadhan
Kelompok tidak
berpuasa Ramadhan
GERD-Q (minggu ke4 Ramadhan)
GERD-Q (minggu ke4 Ramadhan)
GERD-Q (3 bulan
setelah Ramadhan)
GERD-Q (3 bulan
setelah Ramadhan)
Pengolahan data
dan analisis
Gambar 4.1. Alur penelitian.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
23
Pasien yang sebelumnya telah didiagnosis GERD (baik yang didiagnosis NERD
maupun esofagitis erosif) melalui pemeriksaan endoskopi di Pusat Endoskopi
Saluran Cerna Divisi Gastroenterologi RSCM dijelaskan mengenai alur penelitian
dan ditanyakan mengenai kesediaannya dalam mengikuti penelitian. Pasien akan
mendapatkan informasi mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang akan
diperoleh pasien.
Penelitian tahap awal dilakukan pada minggu ke empat bulan Ramadhan karena
berdasarkan literatur, puasa Ramadhan menimbulkan efek pada saluran cerna
setelah seseorang menjalani puasa selama 14 hari.30 Sementara itu, GERD-Q
merupakan modalitas evaluasi yang menilai keluhan pasien selama seminggu
terakhir, sehingga evaluasi dilakukan pada minggu ke empat bulan Ramadhan.
Pasien yang menjalani puasa Ramadhan dikategorikan dalam kelompok berpuasa
Ramadhan, sementara itu pasien yang tidak berpuasa Ramadhan dengan alasan
apapun dikategorikan dalam kelompok tidak berpuasa Ramadhan.
Pasien yang telah mengikuti penelitian pada saat bulan Ramadhan dihubungi lagi
untuk dievaluasi keluhannya tiga bulan setelah bulan Ramadhan (Oktober 2015).
Pemilihan
waktu
30
sebelumnya,
tiga
bulan
dilakukan
karena
berdasarkan
penelitian
fisiologi saluran cerna akan kembali seperti semula dalam waktu
dua hingga tiga bulan setelah puasa Ramadhan berakhir.
4.7 TATA CARA PENGUMPULAN DATA
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode consecutive sampling
yaitu mengambil semua pasien GERD yang menjalani rawat jalan di Poliklinik
Gastroenterologi RSCM hingga tercapai jumlah sampel yang telah ditetapkan
sebelumnya untuk setiap kelompok, baik kelompok yang berpuasa Ramadhan
maupun kelompok yang tidak berpuasa Ramadhan. Pasien diminta untuk mengisi
kuesioner GERD-Q selama menjalani puasa Ramadhan, dan tiga bulan setelah
bulan Ramadhan. Subjek yang pindah rawat jalan di rumah sakit lain akan
dihubungi melalui telepon.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
24
4.8 ANALISIS DATA
Pengolahan data penelitian dilakukan secara elektronik menggunakan perangkat
SPSS (Statistical Product for Social Science)© versi 16.0. Deskripsi data-data
numerik dengan sebaran normal disajikan dalam bentuk rerata dan simpang baku.
Sementara data-data numerik yang bukan sebaran normal disajikan dalam bentuk
median dan rentang interkuartil.
4.9 MASALAH ETIKA
Penelitian ini hanya berupa wawancara (anamnesis dan pengisian kuesioner), dan
tidak melakukan prosedur invasif karena pasien telah menjalani endoskopi pada
perawatan sebelumnya. Data endoskopi hanya digunakan untuk menegakkan
diagnosis GERD, dan diperoleh dari Pusat Endoskopi Saluran Cerna Divisi
Gastroenterologi RSCM.
Pasien tidak ditarik biaya apapun dalam menjalani penelitian. Pasien diberikan
informasi sebelum mengikuti penelitian, dan pasien dapat memutuskan untuk
tidak mengikuti penelitian tanpa mengurangi kualitas pelayanan kepada pasien.
Semua populasi terjangkau akan ditawarkan mengikuti penelitian sehingga tidak
ada kecenderungan dalam pemilihan subjek penelitian. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer, dan seluruh data pasien dijaga
kerahasiaannya. Penilaian etika penelitian dilakukan oleh Komite Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tidak ada konflik
kepentingan peneliti dalam penelitian ini, selain penelitian ini akan diajukan juga
sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis
Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Penelitian ini telah mendapat Keterangan Lolos Kaji Etik dari Komite Etik
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan Nomor
232/UN2.F1/ETIK/2016.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
25
4.10 PENULISAN DAN PELAPORAN HASIL
Analisis data akan dilakukan oleh peneliti, sementara itu evaluasi kualitas data
penelitian akan dilakukan oleh Unit Epidemiologi Klinik Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini
akan dipublikasikan di dalam jurnal kedokteran atau kesehatan nasional dan/atau
internasional. Secara keseluruhan hasil akhir penelitian dibuat dalam bentuk tesis
sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis
Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
BAB 5
HASIL
Penelitian ini dilakukan antara bulan Juli hingga Oktober 2015, dengan tujuan
mengevaluasi keluhan GERD pada saat bulan Ramadhan (bulan Juli 2015) dan di
luar bulan Ramadhan (bulan Oktober 2015). Alur perekrutan subjek ditampilkan
pada gambar 5.1. Sebanyak sembilan orang dengan Nomor Rekam Medis (NRM)
tidak sesuai antara data di Pusat Endoskopi Saluran Cerna (PESC) dengan data di
Electronic Health Record (EHR) RSCM, 15 orang dengan nomor telepon tidak
tercantum, dan 21 orang dengan nomor telepon tidak dapat dihubungi tidak
disertakan pada penelitian ini. Penelitian ini diikuti oleh sebanyak 130 orang, 66
orang di antaranya menjalani puasa Ramadhan, sedangkan sisanya merupakan
kelompok yang tidak menjalani puasa Ramadhan.
Subjek yang memenuhi
kriteria inklusi
(N = 175)
•
•
•
NRM tidak sesuai (n = 9)
Telepon tidak tercantum (n=15)
Telepon tidak dapat dihubungi
(n=21)
Subjek
penelitian
(n=130)
Menjalani puasa
Ramadhan
(n=66)
Tidak menjalani
puasa Ramadhan
(n=64)
Gambar 5.1. Alur perekrutan subjek penelitian.
26
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
27
5.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penelitian ini ditampilkan pada tabel 5.1, meliputi jenis
kelamin, usia, indeks massa tubuh (IMT), diagnosis, dan kebiasaan merokok.
Tabel 5.1. Gambaran karakteristik subjek penelitian.
Karakteristik subjek
Kelompok berpuasa
Ramadhan (n = 66)
Jenis kelamin, n(%)
Laki-laki
51 (77)
Perempuan
15 (23)
Usia, median (minimum-maksimum)
Usia
53 (20-75)
Indeks massa tubuh, n(%)
Tidak obesitas
64 (97)
Obesitas
2 (3)
Diagnosis, n(%)
NERD
38 (58)
Esofagitis A
19 (28)
Esofagitis B
8 (12)
Esofagitis C
1 (2)
Kebiasaan Merokok di bulan Ramadhan, n(%)
Tidak
55 (83)
Ya
11 (17)
Kebiasaan Merokok di luar bulan Ramadhan, n(%)
Tidak
45 (68)
Ya
21 (32)
Kelompok tidak berpuasa
Ramadhan (n = 64)
45 (71)
19 (29)
53 (18-81)
61 (95)
3 (5)
41 (64)
13 (20)
8 (13)
2 (3)
44 (69)
20 (31)
53 (83)
11 (17)
Mayoritas jenis kelamin di kedua kelompok adalah laki-laki. Hal ini dikarenakan
subjek perempuan memiliki keterbatasan dalam berpartisipasi pada penelitian ini,
karena perempuan yang masih dalam usia reproduksi tidak dapat diikutsertakan.
Meskipun menjalani puasa Ramadhan, perempuan yang masih dalam usia
reproduksi tidak dapat memenuhi kriteria penelitian ini karena masih mengalami
menstruasi sehingga tidak dapat menjalani puasa Ramadhan selama sebulan
penuh.
Median usia di kedua kelompok adalah 53 tahun, baik di kelompok berpuasa
Ramadhan maupun di kelompok tidak berpuasa Ramadhan. Pada kedua
kelompok, mayoritas subjek tidak obesitas, dengan subjek yang obesitas kurang
dari 10% pada masing-masing kelompok, yaitu 3% pada kelompok berpuasa
Ramadhan dan 5% pada kelompok tidak berpuasa Ramadhan. Obesitas
didefinisikan sebagai IMT ≥ 25 kg/m2.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
28
Diagnosis terbanyak di kedua kelompok adalah NERD (58% di kelompok
berpuasa Ramadhan, dan 64% di kelompok tidak berpuasa Ramadhan), dan ke
dua terbanyak adalah esofagitis A (28% di kelompok berpuasa Ramadhan, dan
20% di kelompok tidak berpuasa Ramadhan).
5.2. Perbedaan Nilai GERD-Q
Kedua kelompok subjek menjalani evaluasi dua kali, yaitu pada saat bulan
Ramadhan dan tiga bulan setelah bulan Ramadhan. Waktu tiga bulan dipilih
karena berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, setelah periode waktu
tersebut fisiologi tubuh telah kembali seperti sebelum Ramadhan.
Evaluasi dilakukan untuk menilai keluhan GERD, yang dilakukan dengan
menggunakan modalitas GERD-Q. Selain itu juga dilakukan evaluasi terhadap
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keluhan GERD, seperti kebiasaan
merokok (yang dinilai dalam jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari) dan
selisih antara waktu makan terakhir dengan waktu tidur (yang dinilai dalam jam
setiap harinya).
Pada kelompok yang berpuasa Ramadhan, terdapat perbedaan median nilai
GERD-Q antara bulan Ramadhan dengan nilai median 0, dan di luar bulan
Ramadhan dengan nilai median yang meningkat menjadi 4. Data disajikan dalam
median dan rentang interkuartil karena data tidak dapat disajikan dalam sebaran
normal.
Tabel 5.2. Perbedaan nilai GERD-Q di bulan Ramadhan dan di luar bulan
Ramadhan pada kelompok berpuasa Ramadhan.
Bulan Ramadhan
Di luar bulan Ramadhan
Nilai p*
*hasil uji Wilcoxon.
n
66
66
Median
0
4
< 0,01
Rentang interkuartil (25-75)
(0-2)
(2,75-5,25)
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
29
Sementara itu, bila dilakukan analisis untuk membandingkan median nilai GERDQ antara kelompok yang berpuasa Ramadhan dan tidak, juga didapatkan
perbedaan yang bermakna.
Tabel 5.3. Perbedaan nilai GERD-Q antara kelompok berpuasa Ramadhan
dan kelompok tidak berpuasa Ramadhan.
Kelompok puasa
Kelompok tidak puasa
Nilai p*
*hasil uji Mann-Whitney.
n
66
64
Median
0
2
< 0,01
Rentang interkuartil (25-75)
(0-2)
(0-5)
5.3. Perubahan Nilai GERD-Q
Pada penelitian ini ditetapkan bahwa perbedaan nilai GERD-Q yang dianggap
bermakna adalah bila selisih antara nilai GERD-Q di luar bulan Ramadhan dan
nilai GERD-Q selama bulan Ramadhan adalah lebih dari sama dengan tiga.
Sebanyak 15 orang dari kelompok berpuasa Ramadhan memiliki perbedaan nilai
GERD-Q lebih dari sama dengan tiga antara bulan Ramadhan (nilai GERD-Q
lebih rendah) dan di luar bulan Ramadhan (nilai GERD-Q lebih tinggi), sementara
40 orang dari kelompok tersebut mengalami perubahan nilai meskipun tidak
sampai tiga poin.
Meski demikian, tidak semua subjek mengalami perubahan nilai GERD-Q antara
bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan. Didapatkan sebanyak sembilan
orang pada kelompok berpuasa Ramadhan yang tidak mengalami perubahan nilai
GERD-Q, dan dua orang yang justru mengalami perbaikan nilai GERD-Q di luar
bulan Ramadhan.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
30
45
40
40
40
35
30
Jumlah 25
Subjek 20
20
15
Puasa
15
5
Tidak Puasa
9
10
4
2
0
0
Lebih buruk
Tidak
<3
≥3
berbeda
Selisih nilai GERD-Q antara bulan Ramadhan
dan di luar bulan Ramadhan
Gambar 5.2 Perbandingan jumlah subjek yang mengalami perubahan nilai
GERD-Q, antara kelompok berpuasa Ramadhan dan kelompok tidak berpuasa
Ramadhan.
5.4. Perbedaan Jumlah Rokok dan Selisih Waktu antara Makan Terakhir
dan Tidur
Perbedaan yang bermakna juga didapatkan pada jumlah rokok yang dihisap oleh
kelompok yang berpuasa Ramadhan, antara bulan Ramadhan dan di luar bulan
Ramadhan. Nilai rerata tetap ditampilkan sebagai data deskriptif meskipun tidak
dianalisis.
Tabel 5.4. Perbedaan jumlah rokok di bulan Ramadhan dan di luar bulan
Ramadhan pada kelompok berpuasa Ramadhan.
Bulan Ramadhan
Di luar bulan Ramadhan
Nilai p*
*hasil uji Wilcoxon.
66
66
Median
0
0
< 0,01
Rentang interkuartil (25-75)
(0-0)
(0-6)
Rerata
0,68
2,88
Dalam analisis yang membandingkan jumlah rokok yang dihisap antara kedua
kelompok, kembali didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik. Nilai
rerata kembali ditampilkan sebagai data deskriptif meskipun tidak dianalisis.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
31
Tabel 5.5. Perbedaan jumlah rokok antara kelompok berpuasa Ramadhan dan
kelompok tidak berpuasa Ramadhan.
Kelompok puasa
Kelompok tidak puasa
Nilai p*
*hasil uji Mann-Whitney.
66
64
Median
0
0
< 0,01
Rentang interkuartil (25-75)
(0-0)
(0-3)
Rerata
0,68
1,72
Meski demikian, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada selisih antara
waktu makan terakhir dengan waktu tidur antara kedua kelompok, baik di bulan
Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan. Perbedaan yang bermakna juga tidak
didapatkan saat dilakukan analisis di antara kedua kelompok.
Tabel 5.6. Perbedaan selisih waktu antara makan terakhir dan tidur, di bulan
Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan pada kelompok berpuasa Ramadhan.
Bulan Ramadhan
Di luar bulan Ramadhan
Nilai p*
*hasil uji Wilcoxon.
n
66
66
Median
3
3
0,179
Rentang interkuartil (25-75)
(2-4)
(3-4)
Tabel 5.7. Perbedaan selisih waktu antara makan terakhir dan tidur, antara
kelompok berpuasa Ramadhan dan kelompok tidak berpuasa Ramadhan.
Kelompok puasa
Kelompok tidak puasa
Nilai p*
*hasil uji Mann-Whitney.
n
66
64
Median
3
3
0,108
Rentang interkuartil (25-75)
(2-4)
(2-4)
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
BAB 6
DISKUSI
6.1.
Karakteristik Subjek Penelitian
Mayoritas subjek berjenis kelamin laki-laki, baik di kelompok berpuasa
Ramadhan maupun di kelompok tidak berpuasa Ramadhan. Karena pada
penelitian ini hanya subjek yang menjalani puasa selama sebulan penuh yang
dapat dikategorikan ke dalam kelompok berpuasa Ramadhan, maka perempuan
dalam usia reproduksi yang masih mengalami menstruasi tidak diikut sertakan
dalam kelompok berpuasa Ramadhan. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan
apakah hasil penelitian ini tidak dapat diaplikasikan untuk perempuan yang masih
dalam usia reproduksi.
Bila dipandang dari semata-mata jangka waktu berpuasanya, maka penelitian ini
masih dapat diaplikasikan pada perempuan yang masih dalam usia reproduksi.
Dasar pemikiran awal dilakukannya penelitian ini adalah dikarenakan masih
banyaknya pasien GERD yang takut untuk menjalani puasa Ramadhan, padahal
puasa Ramadhan adalah salah satu dari Rukun Islam yang wajib dijalani oleh
seorang muslim. Ketakutan ini disebabkan karena pasien GERD tersebut khawatir
gejala penyakitnya memberat saat menjalani puasa Ramadhan. Karena itulah pada
penelitian ini diputuskan untuk hanya menyertakan subjek yang menjalani puasa
Ramadhan selama sebulan penuh. Hal ini diputuskan dengan pertimbangan,
apabila berpuasa sebulan penuh saja aman atau bahkan ternyata baik bagi pasien
GERD, maka dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa aman atau bahkan baik
juga bagi perempuan dalam usia reproduksi yang masih mengalami menstruasi
dan menjalani puasa Ramadhan tidak sampai sebulan penuh.
Kedua kelompok subjek juga memiliki median usia yang sama yaitu 53 tahun.
Pada penelitian-penelitian yang sebelumnya telah dilakukan, dilaporkan bahwa
tidak terdapat peningkatan risiko GERD yang berbanding lurus dengan
peningkatan usia, meskipun penelitian-penelitian epidemiologi yang ada
32
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
33
melaporkan bahwa populasi subjek dengan GERD umumnya lebih tua
dibandingkan populasi yang tidak memiliki GERD.21,23,27,39
Diagnosis terbanyak di kedua kelompok adalah NERD, dan ke dua terbanyak
adalah esofagitis A. Meski demikian, temuan endoskopi tidak selalu berbanding
lurus dengan beratnya keluhan GERD. Lebih jauh Kusano, dkk.78 melaporkan
bahwa pasien GERD tanpa temuan endoskopi erosif (dengan kata lain didiagnosis
NERD) bisa memiliki keluhan yang lebih berat dibandingkan pasien dengan
esofagitis erosif. Hal ini disebabkan karena perbedaan mekanisme utama dalam
terjadinya NERD dan esofagitis erosif, meskipun penatalaksanaannya tidak
berbeda. Esofagitis erosif merupakan gangguan yang disebabkan oleh asam
lambung yang mengalami refluks, sementara itu mekanisme utama terjadinya
NERD lebih disebabkan oleh gangguan dalam pengosongan lambung dan
motilitas usus.78,79 Meskipun demikian, pada penelitian ini tidak dilakukan
analisis terhadap setiap kelompok diagnosis, sehingga dapat menjadi masukan
pada penelitian selanjutnya untuk melakukan analisis terhadap setiap kelompok
diagnosis subjek.
Sebagian besar penelitian22,27,28,55,56 melaporkan bahwa merokok berhubungan
dengan beratnya keluhan GERD. Pada kedua kelompok subjek di penelitian ini,
lebih banyak subjek yang tidak merokok. Kebiasaan merokok dan jumlah batang
rokok yang dihisap akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub bab berikutnya.
Mengingat intervensi yang dilakukan pada penelitian ini adalah puasa Ramadhan
yang merupakan kewajiban dalam agama Islam, maka dapat dipastikan bahwa
seluruh subjek dalam kelompok berpuasa Ramadhan beragama Islam. Sementara
itu agama subjek dalam kelompok tidak berpuasa lebih bervariasi, yaitu Katolik,
Protestan, Budha, maupun Konghucu. Bahkan pada kelompok tidak berpuasa
Ramadhan pun ada subjek yang beragama Islam sebanyak empat orang. Apakah
perbedaan agama subjek dalam kedua kelompok penelitian ini mempengaruhi
keluhan GERD atau tidak belum dapat ditentukan. Mengingat agama dan
keyakinan seseorang dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya, maka
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
34
mungkin saja perbedaan agama kedua kelompok subjek dapat mempengaruhi
keluhan GERD antar kedua kelompok. Hal ini disebabkan karena pada bulan
Ramadhan umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, terutama pada
saat sedang menjalani puasa Ramadhan, sehingga memungkinkan untuk
berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Penelitian mengenai pengaruh
kondisi psikologis pasien terhadap keluhan GERD sudah banyak dilaporkan,80-84
meski demikian belum ada penelitian yang memberi perhatian lebih pada peran
agama terhadap keluhan GERD pasien yang dihubungkan dengan kondisi
psikologisnya.
Selain itu, mengingat suku subjek dapat mempengaruhi kebiasaan makannya, bisa
saja suku subjek berpengaruh terhadap keluhan GERD subjek. Meski demikian,
pada penelitian ini tidak dilakukan analisis terhadap suku dan kebiasaan makan
subjek, sehingga menjadi saran terhadap penelitian selanjutnya.
6.2. Perbedaan Nilai GERD-Q
Puasa Ramadhan merupakan kondisi di mana seseorang tidak diperbolehkan
untuk merokok, sementara merokok telah diketahui memiliki hubungan dengan
keluhan GERD. Perubahan lainnya yang dapat timbul pada saat puasa Ramadhan
adalah memendeknya selisih waktu antara makan terakhir dengan waktu tidur,
yang dapat meningkatkan keluhan GERD. Penurunan kebiasaan merokok pada
bulan Ramadhan dapat menurunkan keluhan GERD, namun memendeknya selisih
jam antara waktu makan terakhir dengan waktu tidur dapat meningkatkan risiko
terjadinya keluhan GERD. Untuk mengetahui pengaruh puasa Ramadhan terhadap
keluhan pasien GERD, dilakukan evaluasi menggunakan GERD-Q, yang dijawab
oleh subjek berdasarkan keluhannya selama seminggu terakhir. Nilai minimal
yang dapat diperoleh pada penilaian gejala GERD menggunakan GERD-Q adalah
0, dengan nilai maksimal adalah 18. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan
yang bermakna secara statistik pada nilai GERD-Q antara kelompok yang
berpuasa Ramadhan dan kelompok yang tidak berpuasa Ramadhan, baik selama
bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
35
Pada kelompok yang berpuasa Ramadhan, didapatkan perbedaan median nilai
GERD-Q yang bermakna secara statistik (nilai p < 0,01) antara bulan Ramadhan
dengan nilai median 0 (rentang interkuartil 0-2), dan di luar bulan Ramadhan
dengan nilai median yang meningkat menjadi 4 (rentang interkuartil 2,75-5,25).
Perbedaan nilai GERD-Q yang bermakna di bulan Ramadhan dibandingkan
dengan di luar bulan Ramadhan pada subjek dalam kelompok berpuasa Ramadhan
penting secara klinis karena dapat meyakinkan pasien dengan GERD untuk tetap
dapat menjalani puasa Ramadhan.
Sementara itu, bila dilakukan analisis untuk membandingkan median nilai GERDQ antara kelompok yang berpuasa Ramadhan dan tidak, juga didapatkan
perbedaan yang bermakna (nilai p < 0,01), dengan nilai median 0 (rentang
interkuartil 0-2) pada kelompok puasa Ramadhan dan nilai median 2 (rentang
interkuartil 0-5) pada kelompok tidak puasa Ramadhan. Hasil ini juga dapat
menjadi hal yang meyakinkan pasien dengan GERD untuk tetap dapat menjalani
puasa Ramadhan.
6.3. Perubahan Nilai GERD-Q
Perubahan nilai GERD-Q pada bulan Ramadhan dibandingkan dengan di luar
bulan Ramadhan memiliki implikasi klinis karena dapat meyakinkan pasien untuk
tetap dapat berpuasa. Hingga saat ini belum ada angka baku pada selisih nilai
GERD dalam menyatakan adanya perbaikan keluhan GERD. Pada penelitianpenelitian yang dilakukan sebelumnya juga terdapat perbedaan dalam menentukan
angka selisih GERD-Q yang menandakan perbaikan keluhan GERD. Sebagian
penelitian menggunakan nilai lebih dari sama dengan dua atau tiga, sementara
penelitian lain membagi menjadi pengaruh kuat (bila selisih nilai GERD-Q lebih
dari empat) dan pengaruh sedang (bila selisih nilai GERD-Q antara dua hingga
empat).
Meskipun pada penelitian ini telah ditetapkan bahwa selisih nilai GERD-Q yang
dianggap penting secara klinis adalah lebih dari sama dengan tiga, namun pada
prinsipnya penurunan satu poin pada nilai GERD-Q dapat saja bermakna penting
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
36
bagi pasien. Pada kelompok yang berpuasa Ramadhan, terdapat perubahan nilai
GERD-Q pada 55 orang (83%), dengan 15 orang di antaranya (23%) mengalami
perubahan nilai GERD-Q lebih dari sama dengan tiga. Meski demikian,
didapatkan juga sebanyak sembilan orang pada kelompok berpuasa Ramadhan
yang tidak mengalami perbedaan nilai GERD-Q antara bulan Ramadhan dan di
luar bulan Ramadhan, dan dua orang yang justru nilai GERD-Q-nya membaik di
luar bulan Ramadhan.
Mengingat pada penelitian ini tidak ada data sebelum bulan Ramadhan, maka
tidak dapat ditentukan apakah dua orang subjek yang nilai GERD-Q-nya membaik
di luar bulan Ramadhan tersebut memang mengalami keluhan GERD yang lebih
berat pada saat berpuasa Ramadhan. Bisa jadi keluhan GERD kedua subjek
tersebut sebelum bulan Ramadhan lebih tinggi lagi, lalu mengalami perbaikan saat
bulan Ramadhan, dan kembali mengalami perbaikan setelah bulan Ramadhan.
Meski demikian, pada penelitian ini juga tidak dapat dipastikan faktor yang
menurunkan nilai GERD-Q kedua subjek tersebut di luar bulan Ramadhan. Kedua
subjek tersebut sama-sama tidak memiliki perbedaan antara bulan Ramadhan dan
di luar Ramadhan dalam kebiasaan merokok (kedua subjek bukan perokok),
maupun dalam jadwal makan dan jadwal tidurnya. Kedua subjek juga bukan
pengkonsumsi alkohol. Bisa jadi terdapat faktor lain yang mempengaruhi
perubahan kondisi GERD kedua subjek, misalnya faktor psikologis, yang
memang tidak dievaluasi dalam penelitian ini.
Sementara itu, pada sembilan orang subjek yang tidak mengalami perbedaan nilai
GERD-Q antara bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan, ternyata
didapatkan nilai GERD-Q yang sama-sama 0 di kedua waktu tersebut. Hal ini
mungkin disebabkan karena pada kesembilan subjek tersebut memang sudah
terjadi perbaikan keluhan GERD. Perbaikan keluhan GERD dapat disebabkan
oleh berbagai hal, utamanya dengan perubahan gaya hidup seperti tidak merokok,
tidak mengkonsumsi alkohol, dan mengatur pola makan dan tidur. Kesembilan
subjek tersebut memang bukan perokok dan bukan pengkonsumsi alkohol.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
37
6.4. Perbedaan Jumlah Rokok dan Selisih Waktu antara Makan Terakhir
dan Tidur
Pada penelitian-penelitian yang sebelumnya telah dilakukan22,23,27,28,37,55,56,
dilaporkan bahwa perokok aktif lebih sering mengeluhkan gejala GERD, bahkan
berhenti merokok dilaporkan dapat menurunkan keluhan GERD secara
signifikan.57
Mekanisme
merokok
hingga
menyebabkan
gejala
refluks
berhubungan dengan penurunan tekanan sfingter esofagus bawah selama
merokok, berkurangnya sekresi bikarbonat dari saliva, dan peningkatan tekanan
intraabdomen dengan batuk ataupun inspirasi dalam.20,22,36
Selain kebiasaan merokok, hal lain yang dapat berhubungan dengan keluhan
GERD adalah pola makan. Dari berbagai pola makan yang sebelumnya diteliti,
jarak yang dekat antara waktu makan terakhir dengan waktu tidur merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian GERD, karena gejala refluks
terjadi akibat distensi lambung setelah makan.20,23,38,42 Sementara itu, pola makan
lain seperti porsi makan yang besar, makan dengan cepat, dan makan cemilan di
antara makan porsi besar, tidak dilaporkan memiliki hubungan dengan keluhan
GERD.59,61,62
Selama bulan Ramadhan, seseorang yang menjalani puasa Ramadhan akan
mengawali berbuka puasa dengan minum (biasanya minuman yang manis), dan
makan makanan kecil. Sementara itu makan malam (porsi besar) dapat dilakukan
sebelum atau setelah Shalat Isya dan Shalat Tarawaih. Shalat Tarawih merupakan
shalat sunat yang dilakukan pada bulan Ramadhan setelah Shalat Isya. Jika
seseorang yang menjalani puasa Ramadhan tersebut memilih untuk makan malam
(porsi besar) setelah Shalat Isya atau Shalat Tarawih, maka jarak antara waktu
makan terakhirnya dengan tidur menjadi lebih dekat. Hal ini dapat meningkatkan
risiko terjadi keluhan GERD. Selisih jam antara waktu makan terakhir dengan
waktu tidur didapatkan dengan menanyakan pada subjek penelitian jam makan
malam porsi besar terakhirnya, dan menanyakan jam subjek tidur.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
38
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik (nilai p
<0,01) pada jumlah rokok yang dihisap selama bulan Ramadhan dengan di luar
Ramadhan. Perbedaan yang bermakna juga didapatkan pada jumlah rokok yang
dihisap antara kelompok yang berpuasa dengan kelompok yang tidak berpuasa.
Pada bulan Ramadhan, jumlah rokok yang dihisap berkisar antara 0-6 batang pada
kelompok berpuasa Ramadhan, dan 0-12 batang pada kelompok yang tidak
berpuasa Ramadhan. Meski demikian, terdapat peningkatan jumlah batang rokok
yang dihisap di luar Ramadhan oleh kelompok yang berpuasa Ramadhan yaitu
menjadi 0-12 batang. Sementara itu pada kelompok tidak berpuasa Ramadhan
justru terjadi penurunan jumlah batang rokok yang dihisap yaitu 0-6 batang.
Peningkatan jumlah batang rokok yang dihisap di luar bulan Ramadhan oleh
kelompok yang berpuasa Ramadhan adalah karena pada bulan Ramadhan subjeksubjek yang merupakan perokok aktif menghentikan kebiasaan merokoknya, dan
kembali merokok setelah bulan Ramadhan berakhir. Sementara itu pada kelompok
tidak berpuasa Ramadhan terjadi penurunan karena subjek yang perokok aktif
kemudian menghentikan kebiasaan merokoknya.
Perbaikan nilai GERD-Q selama bulan Ramadhan bisa jadi merupakan pengaruh
dari perubahan kebiasaan merokok pada bulan Ramadhan, atau bisa jadi karena
adanya faktor lain yang berpengaruh. Untuk memastikan apakah rokok
merupakan faktor tersebut, dilakukan analisis lebih lanjut dengan hanya
memasukkan subjek yang tidak merokok sama sekali (baik di bulan Ramadhan
maupun di luar bulan Ramadhan).
Dari analisis yang dilakukan dengan hanya menyertakan subjek yang sama sekali
tidak merokok, kembali didapatkan adanya perbedaan nilai GERD-Q yang
bermakna secara statistik antara kelompok yang berpuasa Ramadhan dan
kelompok yang tidak berpuasa Ramadhan (nilai p 0,01). Didapatkan juga
perbedaan yang bermakna pada nilai GERD-Q kelompok berpuasa Ramadhan,
antara bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan (nilai p 0,01). Hal ini dapat
mengarahkan pada kesimpulan bahwa merokok bukan semata-mata faktor yang
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
39
berkontribusi pada perubahan keluhan GERD yang dievaluasi dengan GERD-Q.
Mengingat GERD merupakan suatu gangguan yang berhubungan dengan beratnya
keluhan subjek dan tidak selalu berhubungan dengan beratnya temuan endoskopi,
faktor psikologis bisa jadi merupakan faktor yang paling berpengaruh pada
perubahan keluhan GERD selama bulan Ramadhan, selain juga faktor lain seperti
keteraturan pola makan.
Faktor lain yang juga dapat berpengaruh terhadap keluhan GERD adalah obesitas.
Meski demikian, jika dilakukan analisis untuk menilai GERD-Q berdasarkan
kelompok IMT, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik untuk
setiap kelompok IMT (dengan n IMT normal = 67, dan n IMT lebih dan obesitas
= 63), baik di bulan Ramadhan (nilai p 0,29) dan di luar bulan Ramadhan (nilai p
0,80).
Meskipun sebagian besar penelitian melaporkan bahwa terdapat hubungan antara
keluhan GERD dengan peningkatan IMT, namun terdapat sebagian penelitian lain
yang melaporkan bahwa IMT bukanlah faktor risiko independen untuk terjadinya
GERD.21,28,53,54 Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa yang lebih berhubungan
dengan keluhan GERD adalah peningkatan asupan kalori seiring peningkatan
IMT, atau kondisi lain seperti obesitas sentral. Meski demikian pada penelitian ini
tidak dilakukan analisis terhadap asupan kalori maupun obesitas sentral, dan
menjadi saran untuk penelitian selanjutnya.
6.5.
Telaah Kritis Hasil Penelitian
Dalam mengevaluasi penelitian ini secara keseluruhan, dilakukan telaah kritis
dengan menilai aspek validitas (validity), nilai kepentingan (importancy), dan
aplikabilitas (applicability) atau kemamputerapan.
6.5.1. Validitas
Pada penelitian ini, seluruh subjek merupakan pasien GERD yang telah menjalani
pemeriksaan endoskopi saluran cerna di RSCM. Seluruh pasien yang pernah
didiagnosis GERD dan menjalani endoskopi dihubungi melalui telepon untuk
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
40
dievaluasi keluhan GERD-nya. Meski demikian, tidak seluruh pasien yang pernah
menjalani endoskopi dapat dihubungi karena data nomer telepon tidak tercantum
atau salah. Pasien seperti ini tidak termasuk dalam kriteria drop out karena dari
awal pasien tidak disertakan dalam penelitian dan jumlah subjek pada penelitian
ini sudah memenuhi besar sampel sesuai perhitungan sebelum memulai penelitian.
Randomisasi tidak dilakukan karena subjek sudah terbagi secara otomatis menjadi
kelompok berpuasa Ramadhan atau kelompok tidak berpuasa Ramadhan. Hal ini
berkaitan dengan agama subjek, yaitu subjek yang beragama Islam dan tidak
memiliki halangan untuk berpuasa sebulan penuh akan menjadi kelompok
berpuasa Ramadhan, dan selainnya akan menjadi kelompok tidak berpuasa
Ramadhan. Oleh karena itu, blinding terhadap intervensi (dalam penelitian ini
berupa puasa Ramadhan) tidak dapat dilakukan karena subjek sadar penuh bahwa
dirinya menjalani atau tidak menjalani puasa Ramadhan. Meski demikian evaluasi
dilakukan dengan standar yang sama yaitu dengan kuesioner GERD-Q dalam
bahasa Indonesia yang telah teruji kesahihan dan keandalannya. Selain perbedaan
intervensi, kedua kelompok subjek mendapat perlakuan yang sama.
6.5.2. Nilai Kepentingan (importancy)
Perbedaan nilai GERD-Q yang bermakna di bulan Ramadhan dibandingkan
dengan di luar bulan Ramadhan pada subjek dalam kelompok berpuasa Ramadhan
penting secara klinis karena dapat meyakinkan pasien dengan GERD untuk tetap
dapat menjalani puasa Ramadhan.
Sementara itu, secara statistik hasil penelitian ini juga penting karena tujuan
utama penelitian ini untuk mengevaluasi keluhan pasien GERD selama bulan
Ramadhan memiliki hasil yang bermakna secara statistik.
6.5.3. Aplikabilitas
Penelitian ini dilakukan pada pasien GERD yang menjalani puasa Ramadhan
selama sebulan penuh, dalam kondisi rawat jalan sehingga sesuai untuk sebagian
besar pasien GERD yang memang tidak membutuhkan perawatan inap. Pada
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
41
pasien GERD yang menjalani perawatan inap, yang umumnya dikarenakan
kondisi komorbid lain, keputusan untuk tetap menjalani puasa Ramadhan atau
tidak perlu didiskusikan dengan dokter yang merawatnya. Sementara itu pada
pasien GERD yang memiliki penyakit komorbid lain, meskipun dalam kondisi
rawat jalan, yang dikhawatirkan dengan berpuasa dapat memperberat penyakit
komorbidnya tersebut, keputusan untuk tetap menjalani puasa Ramadhan atau
tidak juga tetap perlu didiskusikan dengan dokter yang menangani penyakit
komorbidnya tersebut.
Selain itu, mengingat sebaran data pada penelitian ini tidak dapat disajikan dalam
sebaran normal, maka aplikasinya pada populasi luas harus dilakukan secara hatihati. Selain itu juga karena pada penelitian ini tidak mengikutsertakan subjek
perempuan di usia reproduksi, maka keluhan GERD pada populasi ini bisa saja
berbeda. Pada penelitian ini adanya bias seleksi masih mungkin terjadi, sehingga
sebaiknya dilakukan penelitian lain dengan jumlah sampel yang lebih besar.
6.6.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak adanya data sebelum bulan Ramadhan.
Hal ini karena penelitian ini hanya bertujuan untuk membandingkan keluhan
selama bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan, yang direpresentasikan
dengan kondisi tiga bulan setelah Ramadhan. Selain itu juga pada penelitian ini
tidak dilakukan evaluasi pada IMT subjek di luar bulan Ramadhan. Evaluasi IMT
hanya dilakukan di awal penelitian yaitu saat bulan Ramadhan.
Faktor lain yang menjadi keterbatasan penelitian ini adalah tidak adanya analisis
terhadap faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap keluhan GERD, seperti
faktor psikologis dan jenis makanan yang dikonsumsi, meskipun sebagian
penelitian sebelumnya telah melaporkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara jenis makanan yang dikonsumsi dengan keluhan GERD. Selain
itu juga pada penelitian ini tidak dapat disajikan data mengenai kondisi komorbid
subjek penelitian, karena pengambilan data hanya dilakukan melalui wawancara
pada subjek penelitian. Pengambilan data yang hanya dilakukan melalui
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
42
wawancara pada subjek penelitian memiliki keterbatasan dalam mengetahui
kondisi komorbid subjek penelitian, karena telusur rekam medis tidak dilakukan.
Keterbatasan lainnya dalam penelitian ini adalah data tidak tersaji dalam sebaran
normal. Hal ini disebabkan karena rentang yang memungkinkan (baik pada
jumlah batang rokok maupun nilai GERD-Q) memiliki nilai 0 dan tidak bisa
kurang dari itu, sedangkan sebagian besar subjek memang tidak merokok dan
sebagian subjek memiliki nilai GERD-Q 0. Untuk mencoba menyajikan data
dalam sebaran normal sudah dilakukan berbagai upaya, namun tidak berhasil
karena kurva sebaran data memang sudah condong ke kiri. Meski demikian, hal
ini tidak menjadi masalah karena analisis tetap dapat dilakukan dengan uji non
parametrik.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Pada subjek yang menjalani puasa Ramadhan, keluhan GERD dirasakan lebih
ringan saat menjalani puasa Ramadhan dibandingkan di luar bulan Ramadhan.
2. Di bulan Ramadhan, keluhan GERD lebih ringan dirasakan oleh subjek yang
menjalani puasa Ramadhan dibandingkan subjek yang tidak menjalani puasa
Ramadhan.
7.2 Saran
1. Dibutuhkan penelitian yang dilakukan sebelum bulan Ramadhan, agar dapat
dilakukan evaluasi antara kondisi sebelum bulan Ramadhan, selama bulan
Ramadhan, dan setelah bulan Ramadhan. Selain itu perlu dipertimbangkan
untuk melakukan evaluasi terhadap faktor lain seperti faktor psikologis,
kondisi komorbid lain, jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, dan pola makan
lainnya.
2. Pasien dengan GERD tanpa komorbid lain dapat disarankan untuk tetap
menjalani puasa Ramadhan, dan bagi pasien yang perokok disarankan untuk
menghentikan kebiasaan merokoknya.
43
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
RINGKASAN
Penyakit refluks gastroesofageal (gastroesophageal reflux disease, atau disingkat
GERD) merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam masyarakat. Prevalensi
GERD diperkirakan sebesar 18,1-27,8% di Amerika Utara dan 2,5-7,8% di Asia
Timur dan mengalami peningkatan dalam dasawarsa terakhir. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keluhan GERD dapat mengalami perubahan saat seseorang
sedang menjalani puasa Ramadhan. Pada saat puasa terjadi penurunan rerata pH
lambung sehingga mempengaruhi keluhan gastrointestinal. Sementara itu juga
terjadi keteraturan jadwal makan, dan perubahan dalam kebiasaan merokok dan
alkohol. Meski demikian, belum diketahui dengan pasti keluhan penyakit GERD
selama berpuasa Ramadhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
puasa Ramadhan terhadap keluhan GERD. Sepanjang yang kami ketahui,
penelitian ini adalah penelitian pertama yang mengevaluasi pengaruh berpuasa
Ramadhan terhadap keluhan GERD.
Dilakukan penelitian longitudinal dengan metode pengambilan sampel secara
consecutive sampling. Evaluasi dilakukan pada minggu ke empat bulan Ramadhan
dan tiga bulan setelah Ramadhan, dengan menggunakan kuesioner GERD
(GERD-Q) versi bahasa Indonesia. Analisis data berpasangan dilakukan dengan
uji Wilcoxon sementara analisis data tidak berpasangan dilakukan dengan uji
Mann-Whitney.
Penelitian ini diikuti oleh sebanyak 130 orang, 66 orang di antaranya menjalani
puasa Ramadhan, sedangkan sisanya adalah kelompok tidak berpuasa Ramadhan.
Pada kelompok yang berpuasa Ramadhan, terdapat perbedaan median nilai
GERD-Q (nilai p < 0,01) antara bulan Ramadhan dengan nilai median 0, dan di
luar bulan Ramadhan dengan nilai median yang meningkat menjadi 4. Sementara
itu, bila dilakukan analisis untuk membandingkan median nilai GERD-Q antara
kelompok yang berpuasa Ramadhan dan tidak, juga didapatkan perbedaan yang
bermakna (nilai p < 0,01), dengan nilai median 0 pada kelompok puasa Ramadhan
dan nilai median 2 pada kelompok tidak puasa Ramadhan.
Meskipun pada penelitian ini telah ditetapkan bahwa perubahan nilai GERD-Q
yang dianggap penting secara klinis adalah lebih dari sama dengan tiga, namun
pada prinsipnya penurunan satu poin pada nilai GERD-Q dapat saja bermakna
bagi pasien. Pada kelompok yang berpuasa Ramadhan, terdapat perubahan nilai
GERD-Q pada 55 orang (83%), dengan 15 orang di antaranya (23%) mengalami
perubahan nilai GERD-Q lebih dari sama dengan tiga, yaitu antara bulan
Ramadhan (nilai GERD-Q lebih rendah) dan di luar bulan Ramadhan (nilai
GERD-Q lebih tinggi).
Seperti pada penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian ini juga didapatkan
perbedaan yang bermakna secara statistik (nilai p <0,01) pada jumlah rokok yang
dihisap selama bulan Ramadhan dengan di luar Ramadhan pada kelompok
berpuasa, dan antara kelompok yang berpuasa dengan kelompok yang tidak
berpuasa. Selain kebiasaan merokok, faktor yang dapat berhubungan dengan
keluhan GERD adalah pola makan, yaitu jarak yang dekat antara waktu makan
terakhir dengan waktu tidur. Namun pada penelitian ini tidak didapatkan
44
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
45
perbedaan antara bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan, maupun antara
kelompok puasa dan kelompok tidak puasa.
Untuk memastikan apakah rokok merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
perbaikan keluhan GERD selama bulan Ramadhan, dilakukan analisis lebih lanjut
dengan hanya menyertakan subjek yang tidak merokok sama sekali (baik di bulan
Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan). Pada analisis ini kembali didapatkan
perbedaan nilai GERD-Q yang bermakna secara statistik. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa merokok bukan semata-mata faktor yang berkontribusi pada
perubahan keluhan GERD.
Perbedaan nilai GERD-Q yang bermakna di bulan Ramadhan dibandingkan
dengan di luar bulan Ramadhan pada subjek dalam kelompok berpuasa Ramadhan
penting secara klinis karena dapat meyakinkan pasien dengan GERD untuk tetap
dapat menjalani puasa Ramadhan.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pada subjek yang menjalani puasa
Ramadhan, keluhan GERD dirasakan lebih ringan saat menjalani puasa
Ramadhan dibandingkan di luar bulan Ramadhan. Selain itu disimpulkan juga
bahwa di bulan Ramadhan keluhan GERD lebih ringan dirasakan oleh subjek
yang menjalani puasa Ramadhan dibandingkan subjek yang tidak menjalani puasa
Ramadhan.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
SUMMARY
Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a common disease found in
community. Its prevalence is expected to be 18.1-27.8% in North America and
2.5-7.8% in East Asia, and increasing in the last decade. Factors contributing to
the symptoms of GERD can vary during Ramadan fasting. During Ramadan
fasting, increasing gastric acid levels as a result of prolong fasting can precipitate
symptoms of Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Meanwhile, lifestyle
changes during Ramadan (such as smoking cessation) can relieve its symptoms.
The purpose of this study was to determine the effect of Ramadan fasting on
GERD symptoms. To the best of our knowledge, this is the first study to evaluate
effect of Ramadan fasting on GERD.
This is a longitudinal study done in July (Ramadan) to October (three months
after Ramadan) 2015. Target population of this study was GERD patients in
Jakarta. Using consecutive sampling method, a total of 130 GERD patients
participated in this study. Patients were divided into two groups: patients who
underwent Ramadan fasting (n=66), and patients who didn’t undergo fasting
(n=64). The evaluation was done using Indonesian version of GERD
questionnaire (GERD-Q) between the two groups, and between Ramadan month
and non-Ramadan month of Ramadan fasting group. Analysis of paired data was
done using Wilcoxon test, while analysis of unpaired data was done using MannWhitney test.
In Ramadan fasting group, there was a statistically significant difference (p <
0.01) in median of GERD-Q during Ramadan month and non-Ramadan month
(median GERD-Q 0 and 4 respectively). Statistically significant difference (p <
0.01) was also found between Ramadan fasting group and non-fasting group
(median GERD-Q 0 and 2 respectively).
Although in this study it was determined that clinically important change in
GERD-Q score is three points or more, basically decrease even in one point in
GERD-Q score could be considered clinically important by patients. In the fasting
group, 55 subjects (83%) experienced decrease in GERD-Q score, 15 subjects of
which (23%) experienced decrease more than three points (lower GERD-Q score
in Ramadan month, higher GERD-Q score in non-Ramadan month).
In line with previous researches, statistically significant differences (p <0.01)
were found in number of cigarettes smoked by fasting group during Ramadan
month (median 0, mean 0.68) compared with non-Ramadan month (median 0,
mean 2.88), as well as in number of cigarettes smoked by fasting group (median
0, mean 0.68) compared with non-fasting group (median 0, mean 1.72), during
Ramadan month.
Besides change in smoking habit, factor that is also associated with symptoms of
GERD is eating habit that is time interval between last meal and sleep time.
Nevertheless, in this study, there were no statistically significant differences in
fasting group between Ramadan month and non-Ramadan month, as well as
between fasting group compared with non-fasting group, during Ramadan month.
To determine whether change of GERD-Q score is caused by change in smoking
habit, further analysis was done by including non-smoking subjects only (during
46
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
47
Ramadan month and during non-Ramadan month). In this analysis, statistically
significant differences in GERD-Q score were found as well. This result lead to a
deduction that smoking habit is not the only contributing factor in GERD-Q score
change during Ramadan fasting.
Statistically significant differences in GERD-Q score as well as in number of
cigarettes smoked are clinically important because they can convince GERD
patients to undergo Ramadan fasting.
We concluded that in Ramadan fasting group, GERD symptoms were lighter
during fasting month (Ramadan). During Ramadan month, GERD symptoms were
also lighter in Ramadan fasting group than in non-fasting group.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
DAFTAR PUSTAKA
1.
El-Serag HB, Sweet S, Winchester CC, Dent J. Update on the epidemiology
of
gastro-oesophageal
reflux
disease:
a
systematic
review.
Gut.
2014;63(6):871-80.
2.
He J, Ma X, Zhao Y, Wang R, Yan X, Yan H, et al. A population-based
survey of the epidemiology of symptom-defined gastroesophageal reflux
disease: the systematic investigation of gastrointestinal diseases in China.
BMC Gastroenterol. 2010;10(94):1-7.
3.
Herbella FA, Neto SP, Santoro IL, Figueiredo LC. Gastroesophageal reflux
disease and non-esophageal cancer. World J Gastroenterol. 2015;21(3):815-9.
4.
Goh KL, Wong HT, Lim CH, Rosaida MS. Time trends in peptic ulcer,
erosive reflux oesophagitis, gastric and oesophageal cancers in a multiracial
Asian population. Aliment Pharmacol Ther. 2009;29(7):774-80.
5.
Ho KY, Chan YH, Kang JY. Increasing trend of reflux esophagitis and
decreasing trend of Helicobacter pylori infection in patients from a
multiethnic Asian country. Am J Gastroenterol. 2005;100:1923-8.
6.
Sollano JD, Wong SN, Andal-Gamutan T. Erosive esophagitis in the
Philippines: a comparison between two time periods. J Gastroenterol Hepatol.
2007;22(10):1650-5.
7.
Lien HC, Chang CS, Yeh H Z. Increasing prevalence of erosive esophagitis
among Taiwanese aged 40 years and above: a comparison between two time
periods. J. Clin. Gastroenterol. 2009;43(10):926-32
8.
Kim JI, Kim SG, Kim N. Changing prevalence of upper gastrointestinal
disease in 28.893 Koreans from 1995 to 2005. Eur J Gastroenterol Hepatol.
2009;21(7):787-93.
9.
Lelosutan SA, Manan C, Nur BM. The role of gastric acidity and lower
esophageal sphincter tone on esophagitis in patients with dyspepsia. Indones
J Gastroenterol Hepatol Endoscopy. 2001;2(3):6-11.
48
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
49
10. Syam AF, Abdullah M, Rani AA. Prevalence of reflux esophagitis, Barret's
esophagus and esophageal cancer in Indonesian people evaluation by
endoscopy. Canc Res Treat. 2003;5:83.
11. The Indonesian Society of Gastroenterology. National Consensus on the
Management of Gastroesophageal Reflux Disease in Indonesia. Indones J
Intern Med. 2014;46(3):263-71.
12. Vakil N, Veldhuyzen van Zanten S, Kahrilas P. The Montreal definition and
classification of gastro-esophageal reflux disease (GERD) - a global
evidence-based consensus. Am J Gastroenterol. 2006;101:1900-20.
13. Fock KM, Talley NJ, Fass R, Kahrilas P. Asia-Pacific consensus on the
management if gastroesophageal reflux disease: update. J Gastroenterol
Hepatol. 2008;23:8-22.
14. Makmun D. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Dalam: Sudoyo A, Setyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p.
317-21.
15. Jones R, Junghard O, Dent J, Vakil N, Halling K, Wernersson B, et al.
Development of the GerdQ, a tool for the diagnosis and management of
gastro-oesophageal reflux disease in primary care. Aliment Pharmacol Ther.
2009;30(10):1030-8.
16. Im MH, Kim JW, Kim WS, Kim J-H, Youn YH, Park H, et al. The impact of
esophageal reflux-induced symptoms on quality of life after gastrectomy in
patients with gastric cancer. J Gastric Cancer. 2014;14(1):15-22
17. Shaw M, Talley N, Beebe T, Rockwood T, Carlsson R, Adlis S. Initial
validation of a diagnostic questionnaire for gastroesophageal reflux disease.
Am J Gastroenterol. 2001;96:52-7.
18. Jonasson C, Moum B, Bang C, Andersen KR, Hatlebakk JG. Randomised
clinical trial: a comparison between a GerdQ-based algorithm and an
endoscopy-based approach for the diagnosis and initial treatment of GERD.
Aliment Pharmacol Ther. 2012;35(11):1290-300.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
50
19. Simadibrata M, Rani A, Adi P, Djumhana A, Abdullah M. The gastroesophageal reflux disease questionnaire using Indonesian language: A
language validation survey. Med J Indones. 2011;20(2):125-30.
20. Kang JHE, Kang JY. Lifestyle measures in the management of gastrooesophageal reflux disease: clinical and pathophysiological considerations.
Ther Adv Chronic Dis. 2015;6(2):51-64.
21. Bhatia SJ, Reddy DN, Ghoshal UC, Jayanthi V, Abraham P, Choudhuri G, et
al. Epidemiology and symptom profile of gastroesophageal reflux in the
Indian population: Report of the Indian Society of Gastroenterology Task
Force. Indian J Gastroenterol. 2011;30(3):118-27.
22. Festi D, Scaioli E, Baldi F, Vestito A, Pasqui F, Di Biase AR, et al. Body
weight, lifestyle, dietary habits and gastroesophageal reflux disease. World J
Gastroenterol. 2009;15(14):1690-701.
23. Fujiwara Y, Arakawa T. Epidemiology and clinical characteristics of GERD
in the Japanese population. J Gastroenterol Hepatol. 2009;44(6):518-34.
24. Goh KL. Gastroesophageal Reflux Disease in Asia: A historical perspective
and present challenges. J Gastroenterol Hepatol. 2011;26(Supplement s1):210.
25. Jarosz M, Taraszewska A. Risk factors for gastroesophageal reflux disease:
the role of diet. Prz Gastroenterol. 2014;9(5):297-301.
26. Ma XQ, Cao Y, Wang R. Prevalence of, and factors associated with,
gastroesophageal reflux disease: a population-based study in Shanghai,
China. Dis Esophagus. 2009;22(4):317-22.
27. Minatsuki C, Yamamichi N, Shimamoto T, Kakimoto H, Takahashi Y,
Fujishiro M, et al. Background factors of Reflux Esophagitis and NonErosive Reflux Disease: A cross-sectional study of 10,837 subjects in Japan.
PLoS One. 2013;8(7):e69891.
28. Watanabe Y, Fujiwara Y, Shiba M, Watanabe T, Tominaga K, Oshitani N, et
al. Cigarette smoking and alcohol consumption associated with gastrooesophageal reflux disease in Japanese men. Scand J Gastroenterol.
2008;38:807-11.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
51
29. Zheng Z, Nordenstedt H, Pedersen NL, Lagergren J, Ye W. Lifestyle factors
and risk for symptomatic gastroesophageal reflux in monozygotic twins.
Gastroenterol. 2007;132(1):87-95.
30. Iraki L, Bogdan A, Hakkou F, Amrani N, Abkari A, Touitou Y. Ramadan
diet restrictions modify the circadian time structure in humans. A study on
plasma gastrin, insulin, glucose, and calcium and on gastric pH. J Clin
Endocrin Metabolism. 1997;82(4):1261-73.
31. El-Wakil HS, Desoky I, Lotfy N, Adam AG. Fasting the month of Ramadan
by Muslims: could it be injurious to their kidneys? Saudi J Kidney Dis
Transpl. 2007;18(3):349-54.
32. Bragazzi NL. Ramadan fasting and chronic kidney disease: A systematic
review. J Res Med Sci. 2014;19(7):665-76.
33. Bener A, Derbala MF, Al-Kaabi S. Frequency of peptic ulcer disease during
and after Ramadan in a United Arab Emirates hospital. East Mediterr Health
J. 2006;12(1-2):105-11.
34. Chong VH. Impact of Ramadan on upper gastrointestinal endoscopy referrals
in Brunei Darussalam. Singapore Med J. 2009;50(6):619-23.
35. Gokakin AK, Kurt A, Akgol G, Karakus BC, Atabey M, Koyuncu A, et al.
Effects of Ramadan fasting on peptic ulcer disease as diagnosed by upper
gastrointestinal endoscopy. Arab J Gastroenterol. 2012;13(4):180-3.
36. Sharma PK, Ahuja V, Madan K, Gupta S, Raizada A, Sharma MP.
Prevalence, severity, and risk factors of symptomatic gastroesophageal reflux
disease among employees of a large hospital in northern India. Indian J
Gastroenterol. 2011;30(3):128-34.
37. Diaz-Rubio M, Moreno-elola-olaso C, Rey E, Locke III GR, RodriguesArtalejo F. Symptoms of gastro-esophageal reflux: prevalence, severity,
duration and associated factors in a Spanish population. Aliment Pharmacol
Ther. 2004;19:95-105.
38. Fujiwara Y, Higuchi K, Watanabe Y. Prevalence of gastroesophageal reflux
disease and gastroesophageal reflux disease symptoms in Japan. J
Gastroenterol Hepatol. 2005;20:26-9.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
52
39. Nilsson M, Johnsen R, Ye W, Hveem K, Lagergren J. Prevalence of gastrooesophageal reflux symptoms and the influence of age and sex. Scand J
Gastroenterol. 2004;39:1040-5.
40. Chang P, Friedenberg F. Obesity & GERD. Gastroenterol Clin North Am.
2015;43(1):161-73.
41. Singh M, Lee J, Gupta N, Gaddam S, Smith BK, Wani SB, et al. Weight loss
can lead to resolution of Gastroesophageal Reflux Disease symptoms: A
prospective intervention trial. Obesity. 2013;21(2):1-14.
42. Kang MS, Park DI, Oh SY. Abdominal obesity is an independent risk factor
for erosive esophagitis in a Korean population. J Gastroenterol Hepatol.
2007;22(10):1656-61.
43. Corley DA, Kubo A. Body mass index and gastroesophageal reflux disease: a
systematic review and meta-analysis. Am J Gastroenterol. 2006;101:2619-28.
44. Edelstein ZR, Bronner MP, Rosen SN. Risk factors for Barrett's esophagus
among patients with gastroesophageal reflux disease: a community clinicbased case-control study. Am J Gastroenterol. 2009;104(4):834-42.
45. Nam SY, Choi IJ, Nam BH, Park KW, Kim CG. Obesity and weight gain as
risk factors for erosive oesophagitis in men. Aliment Pharmacol Ther.
2009;29:1042-52.
46. Chua CS, Lin YM, Yu FC. Metabolic risk factors associated with erosive
esophagitis. J Gastroenterol Hepatol. 2009;24:1375-9.
47. Chung SJ, Kim D, Park MJ, Kim YS, Kim JS. Metabolic syndrome and
visceral obesity as risk factors for reflux oesophagitis: a cross-sectional
casecontrol study of 7078 Koreans undergoing health check-ups. Gut.
2008;57(10):1360-5.
48. Moki F, Kusano M, Mizuide M. Association between reflux oesophagitis and
features of the metabolic syndrome in Japan. Aliment Pharmacol Ther.
2007;26:1069-75.
49. Hampel H, Abraham NS, El-Serag HB. Meta-analysis: obesity and the risk
for gastroesophageal reflux disease and its complications. Ann Intern Med.
2005;143:199-211.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
53
50. Jacobson BC, Somers SC, Fuchs CS, Kelly CP, Camargo CA. Body-mass
index and symptoms of gastroesophageal reflux in women. N Engl J Med.
2006;354:2340-8.
51. Friedenberg FK, Xanthopoulos M, Foster GD, Richter JE. The association
between gastroesophageal reflux disease and obesity. Am J Gastroenterol.
2008;103:2111-22.
52. Stein DJ, El-Serag HB, Kuczynski J. The association of body mass index
with Barrett's oesophagus. Aliment Pharmacol Ther. 2005;22(10):1005-10.
53. Smith KJ, O'Brien SM, Smithers BM. Interactions among smoking, obesity,
and symptoms of acid reflux in Barrett's esophagus. Cancer Epidemiol
Biomarkers Prev. 2009;14(11 Pt 1):2481-6.
54. Lagergren J. Body measures in relation to gastro-oesophageal reflux. Gut.
2007;56:741-2.
55. Nocon M, Labenz J, Willich SN. Lifestyle factors and symptoms of gastrooesophageal reflux: a population-based study. Aliment Pharmacol Ther.
2006;23:169-74.
56. Anderson LA, Cantwell MM, Watson RG, Johnston BT, Murphy SJ. The
association between alcohol and reflux esophagitis, Barrett’s esophagus, and
esophageal adenocarcinoma. Gastroenterol. 2009;136(3):799-805.
57. Ness-Jensen E, Lindam A, Lagergren J, Hveem K. Tobacco smoking
cessation and improved gastroesophageal reflux: a prospective populationbased cohort study: the HUNT study. Am J Gastroenterol. 2014;109:171-7.
58. Kubo A, Block G, Charles P Quesenberry J, Buffler P, Corley DA. Dietary
guideline adherence for gastroesophageal reflux disease. BMC Gastroenterol.
2014;14(144):1-9.
59. Song JH, Chung SJ, Lee JH, Kim Y-H, Chang DK, Son HJ, et al.
Relationship between gastroesophageal reflux symptoms and dietary factors
in Korea. J Neurogastroenterol Motil. 2011;17(1):54-60.
60. El-Serag HB, Satia JA, Rabeneck L. Dietary intake and the risk of gastrooesophageal reflux disease: a cross sectional study in volunteers. Gut.
2005;54:11-7.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
54
61. Yamamichi N, Mochizuki S, Asada-Hirayama I, Mikami-Matsuda R,
Shimamoto T, Konno-Shimizu M, et al. Lifestyle factors affecting
gastroesophageal reflux disease symptoms: a cross-sectional study of healthy
19864 adults using FSSG scores. BMC Med. 2012;10(45):1-11.
62. Bor S, Bayrakci B, Erdogan A, Yildirim E, Vardar R. The influence of the
speed of food intake on multichannel impedance in patients with gastrooesophageal reflux disease. United European Gastroenterol J. 2013;1(5):34650.
63. North of England Dyspepsia Guideline Development Group. Dyspepsia:
managing dyspepsia in adults in primary care. NICE guidelines. 2004.
64. Kahrilas PJ, Shaheen NJ, Vaezi MF. American Gastroenterological
Association
Medical
Position
Statement
on
the
management
of
gastroesophageal reflux disease. Gastroenterol. 2008;135:1383-91.
65. Shaw M, Dent J, Beebe T, Junghard O, Wiklund I, Lind T, et al. The Reflux
Disease Questionnaire: a measure for treatment response in clinical trials.
Health Qual Life Outcomes. 2008;6(31):1-6.
66. Revicki D, Wood M, Wiklund I, Crawley J. Reliability and validity of the
Gastrointestinal Symptom Rating Scale in patients with gastro-oesophageal
reflux disease. Qual Life Res. 1998;7(1):75-83.
67. Jones R, Coyne K, Wiklund I. The gastro-oesophageal disease impact scale: a
patient management tool for primary care. Aliment Pharmacol Ther.
2007;25(12):1451-9.
68. Saragih RH, Rey I. FSSG scale system in comparison with GERD
questionnaires in predicting endoscopic findings with reflux esophagitis.
Indones J Gastroenterol Hepatol Endoscopy. 2012;14(3):136-40.
69. Suzuki H, Matsuzaki J, Okada S, Hirata K, Fukuhara S, Hibi T. Validation of
the GerdQ questionnaire for the management of gastro-oesophageal reflux
disease in Japan. United European Gastroenterol J. 2013;1(3):175-83.
70. Cao Y, Yan XY, Ma XQ, Wang R, Johansson S, Wallander MA. Validation
of a survey methodology for gastroesophageal reflux disease in China. BMC
Gastroenterol. 2008;8(37).
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
55
71. Wong WM, Lam KF, Lai KC. A validated symptoms questionnaire (Chinese
GERDQ) for the diagnosis of gastro-oesophageal reflux disease in the
Chinese population. Aliment Pharmacol Ther. 2003;17:1407-13.
72. Min YW, Lim SW, Lee JH, Lee HL, Lee OY, Park JM, et al. Prevalence of
extraesophageal symptoms in patients with Gastroesophageal Reflux Disease:
A multicenter questionnaire-based study in Korea. J Neurogastroenterol
Motil. 2014;20(1):87-93.
73. Zavala-Gonzáles MA, Azamar-Jacome AA, Meixueiro-Daza A, de la Medina
AR, Reyes-Huerta J, Roesch-Dietlen F, et al. Validation and diagnostic
usefulness of Gastroesophageal Reflux Disease Questionnaire in a primary
care level in Mexico. J Neurogastroenterol Motil. 2014;20(4):475-82.
74. Dent J, Vakil N, Jones R, Bytzer P, Schöning U, Halling K. Accuracy of the
diagnosis of GORD by questionnaire, physicians and a trial of proton pump
inhibitor treatment: the Diamond Study. Gut. 2010;59:714-21.
75. Khaled T, Ahmed C, Zohra G, Choumous K, Zouheir S, Mounir ZK, et al.
Physical activity during Ramadan fasting: Effects on body composition,
hematological and biochemical parameters. IOSR J Pharmacol. 2012;2(5):3341.
76. Rouhani MH, Azadbakht L. Is Ramadan fasting related to health outcomes?
A review on the related evidence. J Res Med Sci. 2014;19(10):987-92.
77. Sadeghpour S, Keshteli AH, Daneshpajouhnejad P, Jahangiri P, Adibi P.
Ramadan fasting and digestive disorders: SEPAHAN systematic review No.
7. J Res Med Sci. 2012;17(Spec 1):S150-8.
78. Kusano M, Hosaka H, Kawamura O, Kawada A, Kuribayashi S, Shimoyama
Y, et al. More severe upper gastrointestinal symptoms associated with nonerosive reflux disease than with erosive gastroesophageal reflux disease
during maintenance proton pump inhibitor therapy. J Gastroenterol.
2015;50:298-304.
79. Dickman R, Maradey-Romero C, Gingold-Belfer R, Fass R. Unmet needs in
the treatment of gastroesophageal reflux disease. J Neurogastroenterol Motil.
2015;21(3):309-19.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
56
80. Song EM, Jung HK, Jung JM. The association between reflux esophagitis
and psychosocial stress. Dig Dis Sci. 2013;58(2):471-7.
81. Lee SP, Lee KN, Lee OY, Lee HL, Choi HS, Yoon BC, et al. The
relationship between existence of typical symptoms and psychological factors
in
patients
with
erosive
esophagitis.
J
Neurogastroenterol
Motil.
2012;18(3):284-90.
82. Denver P, Donnelly M, Murray LJ, Anderson LA. Psychosocial factors and
their association with reflux oesophagitis, Barrett’s oesophagus and
oesophageal adenocarcinoma. World J Gastroenterol.2013;19(11):1770-7.
83. 8. Yang XJ, Jiang HM, Hou XH, Jun S. Anxiety and depression in patients
with gastroesophageal reflux disease and their effect on quality of life. World
J Gastroenterol. 2015;21(14):4302-9.
84. Lee SP, Sung IK, Kim JH, Lee SY, Park HS, Shim CS. The effect of
emotional stress and depression on the prevalence of digestive diseases. J
Neurogastroenterol Motil. 2015;21(2):273-82.
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
Lampiran 2: Formulir Penjelasan dan Persetujuan Mengikuti Penelitian
PENJELASAN MENGENAI PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
“Pengaruh Berpuasa Ramadhan terhadap Gejala Klinis Pasien Penyakit Refluks
Gastroesofageal“
Bapak/Ibu yang terhormat,
Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM akan
melakukan penelitian pada pasien-pasien refluks gastroesofageal (asam lambung
naik) yang menjalani pengobatan di Poliklinik Gastroenterologi RSCM. Penelitian
akan dimulai pada bulan Juli 2015 dan diperkirakan selesai bulan Oktober 2015.
Bapak/Ibu diminta untuk berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian ini. 126
penderita refluks gastroesofageal (asam lambung naik) yang berusia lebih dari 18
tahun akan diikutsertakan dalam penelitian ini. Bapak/Ibu merupakan pasien
dengan Refluks Gastroesofageal (asam lambung naik), oleh karena itu Bapak/Ibu
diminta ikut dalam penelitian ini.
Penelitian ini dianggap penting untuk mengetahui gambaran keluhan pasien
penyakit Refuks Gastroesofageal (asam lambung naik) selama berpuasa
Ramadhan dibandingkan saat tidak berpuasa Ramadhan. Dengan adanya data dari
penelitian ini, dokter dapat menentukan perencanaan tata laksana terbaik bagi
pasien penyakit Refuks Gastroesofageal (asam lambung naik) yang menjalani
puasa Ramadhan.
Bila Bapak/Ibu bersedia berpartisipasi, maka Bapak/Ibu akan diminta untuk
mengisi kuesioner yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan
keluhan Bapak/Ibu terkait penyakit Refuks Gastroesofageal (asam lambung naik).
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan akan diberitahukan kepada pasien dan
dokter yang merawat Bapak/Ibu untuk penatalaksanaan selanjutnya. Semua data
penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan
orang lain menghubungkannya dengan Bapak/Ibu. Bapak/Ibu juga bebas
memutuskan apakah bersedia mengikuti penelitian ini atau tidak.
Bila Bapak/Ibu memutuskan untuk tidak mengikuti penelitian ini, Bapak/Ibu akan
menjalani pemeriksaan dan pengobatan rutin seperti biasa tanpa mengurangi
kualitas pelayanan yang diberikan. Bapak/Ibu juga diberi kesempatan untuk
menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini.
Demikianlah penjelasan mengenai penelitian ini. Demi terlaksananya penelitian
ini kami mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu sekalian untuk turut serta di
dalamnya. Atas perhatian Bapak/Ibu saya sampaikan terima kasih.
58
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
59
Lampiran 2 (Lanjutan)
Apabila ada hal-hal yang belum jelas mengenai penelitian ini Bapak/Ibu dapat
menghubungi:
dr. Radhiyatam Mardhiyah
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
HP : 08121101146
Formulir Persetujuan
Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh dokter. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan
penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari dr. Radhiyatam Mardhiyah.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut dalam penelitian ini.
Tanda tangan pasien:
Tanggal
```
(Nama jelas:
)
(Nama jelas:
)
Tanda tangan saksi:
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
Lampiran 3: Formulir Penelitian
Pengaruh Berpuasa Ramadhan terhadap Gejala Klinis Pasien Penyakit
Refluks Gastroesofageal
dr. Radhiyatam Mardhiyah
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI – RSUPN Cipto Mangunkusumo
FORMULIR PENELITIAN
No.
IDENTITAS PASIEN
Nama
:
NRM
:
TTL
:
Usia
:
Alamat
:
No. HP
:
Agama
:
Suku
:
Status
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:
BB
:
TB
:
Diagnosis
:
Obat yang dikonsumsi
:
Penyakit lain yang diderita
:
DATA RAMADHAN
1. Dalam seminggu terakhir, berapa banyak batang rokok yang Anda
hisap?
2. Dalam seminggu terakhir, apakah Anda pernah mengkonsumsi
Ya
alkohol?
3. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan kondisi Anda dalam seminggu
terakhir:
0
1
2-3
Frekuensi dalam seminggu terakhir
hari hari hari
1. Seberapa sering Anda mengalami rasa seperti terbakar
bagian belakang tulang dada?
2. Seberapa sering Anda merasa isi lambung (cairan atau
makanan naik ke arah kerongkongan atau mulut?
60
batang
Tidak
4-7
hari
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
61
3. Seberapa sering Anda merasa nyeri pada bagian tengah
perut atas?
4. Seberapa sering Anda merasa mual?
5. Seberapa sering kenyamanan tidur malam Anda
terganggu oleh heartburn dan/atau regurgitasi yang Anda
alami?
6. Seberapa sering Anda meminum obat tambahan untuk
keluhan yang Anda alami selain dari apa yang telah
dianjurkan oleh dokter? (seperti obat maag yang dijual
bebas)
KOSONGKAN BAGIAN INI
DATA LUAR RAMADHAN
1. Dalam seminggu terakhir, berapa banyak batang rokok yang Anda
hisap?
2. Dalam seminggu terakhir, apakah Anda pernah mengkonsumsi
Ya
alkohol?
3. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan kondisi Anda dalam seminggu
terakhir:
0
1
2-3
Frekuensi dalam seminggu terakhir
hari hari hari
1. Seberapa sering Anda mengalami rasa seperti terbakar
bagian belakang tulang dada?
2. Seberapa sering Anda merasa isi lambung (cairan atau
makanan naik ke arah kerongkongan atau mulut?
3. Seberapa sering Anda merasa nyeri pada bagian tengah
perut atas?
4. Seberapa sering Anda merasa mual?
5. Seberapa sering kenyamanan tidur malam Anda
terganggu oleh heartburn dan/atau regurgitasi yang Anda
alami?
6. Seberapa sering Anda meminum obat tambahan untuk
keluhan yang Anda alami selain dari apa yang telah
dianjurkan oleh dokter? (seperti obat maag yang dijual
bebas)
batang
Tidak
4-7
hari
KOSONGKAN BAGIAN INI
Universitas Indonesia
Pengaruh berpuasa ..., Radhiyatam Mardhiyah, FK UI, 2016
Download