Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai

advertisement
Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin,
subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama berupa plagioklas, kuarsa (C6-C7) dan k-feldspar
(D3-F3). Mineral sekunder hadir berupa serisit (G1-H1), kuarsa sekunder, epidot (I4-I5), mineral
opak (C1) , mineral lempung dan oksida besi. Batuan ini mengalami alterasi dengan intensitas kuat
- sedang. Ditemukan urat yang terisi oleh epidot dan serisit ketebalan maksimal 0,02 – 0,1 mm
(Lampiran A11).
57
3.2.6.3.Mekanisme Pembentukan dan Hubungan Stratigrafi
Jika dilihat dari dimensi yang luas dan teksturnya, batuan ini termasuk ke
dalam intrusi dalam dengan bentuk Stock. Pembentukan batuan beku di
lingkungan dalam memungkinkan pembentukan mineral dengan waktu yang
relatif lama untuk tumbuh dengan sempurna.
Di lapangan, kontak antara satuan ini dengan satuan yang lain tidak pernah
ditemukan. Namun, berdasarkan sifat pembentukkannya, batuan ini diperkirakan
menerobos satuan yang lebih tua seperti Satuan Meta-Batupasir dan Satuan MetaBatugamping.
3.2.6.4.Umur
Umur satuan ini ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya. Satuan
batuan ini dapat disetarakan dengan Intrusi Granitoid Ulal (Rock dkk., 1983 op.
cit. Hidayat dkk., 2008) dengan umur Tersier Awal hingga Tersier Tengah.
Menurut pengukuran Kanao dkk. (1971 op. cit. Barber dkk., 2005), granodiorit di
daerah penelitian (Panti) memiliki umur Eosen Awal.
3.2.7. Satuan Intrusi Andesit Porfiritik
3.2.7.1. Penyebaran Batuan
Pada daerah penelitian, dimensi satuan ini memiliki dimensi yang cukup
kecil dengan bentuk memanjang dengan arah umum barat laut-tenggara, yang
diinterpretasikan sebagai dike. Singkapan batuan ini ditemukan di beberapa
tempat sebagai tubuh intrusi yang berbeda. Batuan seperti ini banyak ditemukan
di dekat muara cabang kanan Sungai Asman, bagian hilir Sungai Nalim, hulu
Sungai Sampinur dan Hulu Sungai Sontang (Lampiran D. Peta Geologi).
58
Foto 3.25 Singkapan batuan beku andesit porfiri. Singkapan ditemukan di kiri Sungai Parsantabian
upstream. Singkapan ini terlihat masif.
3.2.7.2. Ciri Litologi
Hampir semua singkapan batuan yang ditemukan di daerah penelitian
mengalami alterasi. Berdasarkan kenampakan megaskopis (Foto 3.25), secara
umum batuan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: warna hijau gelap dengan
bintik-bintik hitam, kompak, porfiritik, ukuran mineral fenokris berkisar antara
0,03 – 1 mm dengan massa dasar yang halus, holokristalin, inekuigranular,
fenokris euhedral-subhedral, komposisi mineral, fenokris: hornblende dan
plagioklas; massa dasar: mineral mafik dan plagioklas. Warna hijau pada batuan
dipengaruhi oleh kehadiran mineral alterasi klorit yang dominan. Mineral alterasi
lain yang hadir adalah pirit. Pada beberapa tempat terdapat urat halus berwarna
coklat yang diperkirakan mengandung mineral lempung.
59
Foto 3.26 Sampel batuan beku andesit porfiri. Batuan menampakkan warna hijau karena
mengalami ubahan, ditandai dengan kehadiran mineral klorit. Titik-titik hitam merupakan fenokris
mineral hornblenda.
60
Foto 3.27 Sayatan tipis andesit porfiri (HH_13), batuan ini mempunyai ciri-ciri: holokristalin,
subhedral - anhedral, terdiri dari Fenokris (25%) berukuran 0,03 – 1 mm berupa hornblende (G5),
piroksen (G7) dan plagioklas. Massa Dasar (50%) berupa plagioklas dan gelas. Hadir mineral
sekunder (17%) terdiri dari klorit, epidot dan mineral opak (G7). Terdapat urat (8%) yang terisi
oleh epidot dengan tebal 0.2 mm.
61
3.2.7.3. Mekanisme Pembentukan dan Hubungan Stratigrafi
Satuan ini diinterpretasikan sebagai dyke. Berdasarkan sifat pembentukan
dan beberapa penemuan di lapangan, batuan ini diperkirakan menerobos satuan
seperti Satuan Meta-Batupasir, granodiorit dan Satuan Meta-Batugamping.
3.2.7.4. Umur
Berdasarkan hubungan potong memotong yang ditemukan di lapangan,
satuan ini memiliki umur lebih muda dari Satuan Granodiorit.
3.3.
Tatanan Struktur Daerah Penelitian
3.3.1. Pola Struktur Daerah Penelitian
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesarsesar dan lipatan berarah relatif NW-SE dan NE-SW yang terdiri dari sesar-sesar
mendatar, sesar naik, sesar anjak, serta lipatan antiklin dan sinlin dengan sumbu
lipatan yang memiliki arah relatif NW-SE (lampiran D. Peta Geologi). Bukti-bukti
yang diperoleh di lapangan yang menunjukkan adanya struktur-struktur tersebut,
di antaranya berupa data kekar gerus (shear fracture), kekar tarik (gash fracture),
gores-garis, breksiasi, microfold, gauge, dan kedudukan posisi stratigrafi.
3.3.1.1. Struktur Sesar
Penamaan sesar pada daerah penelitian diklasifikasikan berdasarkan
penamaan ganda oleh Rickard (1971, op. cit. Anonim, 2006).
3.3.1.1.1. Sesar Mendatar
Sesar-sesar mendatar yang dijumpai di daerah penelitian meliputi Sesar
Menganan Naik Ibin, Sesar Menganan Naik Surian, Sesar Menganan Normal
Saribulan, Sesar Menganan Normal Sontang, Sesar Menganan Normal Tamrin,
Sesar Mengiri Normal Baning, Mengiri Normal Sampinur dan Sesar Mengiri atau
Sesar Sobekan Untung.
62
a. Sesar Menganan Naik Ibin
Sesar Menganan Naik Ibin dapat diamati di lapangan berdasarkan
kenampakan gejala-gejala struktur seperti bidang sesar, striasi, kekar tarik, zona
hancuran, serta tekstur batuan yang telah mengalami silisifikasi (jasper). Buktibukti tersebut ditemukan pada singkapan batugamping di sisi kanan Sungai Ibin.
Foto 3.29 Bukti strukur yang ditemukan di sekitar Sungai Ibin. (a) zona hancuran (b) kedudukan
bidang sesar , (c) bidang sesar dan striasi.
63
Berdasarkan data struktur yang diperoleh di lapangan, didapatkan
kedudukan sesar N330oE/72o dengan net-slip 31, N341oE dan pitch sebesar 32o.
b. Sesar Menganan Naik Surian
Sesar Menganan Naik Surian dapat diamati di lapangan berdasarkan
kenampakan gelaja-gejala struktur seperti kekar gerus dan zona hancuran berupa
microfold. Buktu-bukti sesar ditemukan pada singkapan perlapisan batupasir
sangat halus di sepanjang Sungai Surian.
Foto 3.30 Bukti strukur yang ditemukan di sekitar Sungai Surian. (a) bidang sesar (b) mineral
lempung yang hadir di antara bidang sesar , (c) zona hancuran.
Berdasarkan analisa kinematika dari data struktur yang diperoleh di
lapangan, didapatkan kedudukan sesar N144oE/66oE dengan net-slip 17o, N152oE
dan pitch sebesar 19o (Lampiran B1).
Analisis dinamik pada sesar ini dilakukan pada data pengukuran kekar
gerus berpasangan. Hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa sesar ini
dikontrol oleh tegasan dengan arah σ1 = 3o, N182oE, σ2 = 60o, N275oE, σ3 = 3o,
N86oE (Lampiran B1).
c. Sesar Menganan Normal Saribulan
Sesar Menganan Normal Saribulan dapat diamati di lapangan berdasarkan
kenampakan gejala-gejala struktur seperti kekar gerus dan jalur lempung (gauge)
64
berwarna biru yang diduga terbentuk karena pengaruh sesar. Buktu-bukti sesar
ditemukan pada singkapan lava basalt yang ditemukan sepanjang Sungai Tamrin.
Foto 3.31 Mineral lempung, membentuk zona dengan arah N305 oE
Berdasarkan analisa kinematika dari data struktur yang diperoleh di
lapangan, didapatkan kedudukan sesar N126oE/78oE dengan net-slip 31o, N298oE
dan pitch sebesar 31o (Lampiran B2).
Analisis dinamik pada sesar ini dilakukan pada data pengukuran kekar
gerus berpasangan. Hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa sesar ini
dikontrol oleh tegasan dengan arah σ1 = 8o, N41oE, σ2 = 57o, N144oE, σ3 = 32o,
N285oE (Lampiran B2).
d. Sesar Mengiri Normal Baning
Sesar Mengiri Normal Baning dapat diamati di lapangan berdasarkan
kenampakan gejala struktur berupa kekar gerus, kelurusan gawir dan batuan
tersilikakan sepanjang gawir. Bukti-bukti sesar ditemukan pada singkapan metabatupasir sangat halus dan batugamping di sepanjang hulu Sungai Baning.
65
Foto 3.32 Bodin sesar, ditemukan pada batugamping. Kedudukan bodin N313oE/72 dengan
pergeseran relatif mengiri.
Berdasarkan analisa kinematika dari data struktur yang diperoleh di
lapangan, didapatkan kedudukan sesar N315oE/65oE dengan net-slip 33o, N333oE
dan pitch sebesar 37o (Lampiran B3).
Analisis dinamik pada sesar ini dilakukan pada data pengukuran kekar
gerus berpasangan. Hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa sesar ini
dikontrol oleh tegasan dengan arah σ1 = 42o, N274oE, σ2 = 47o, N106oE, σ3 = 6o,
N10oE (Lampiran B3).
e. Sesar Mengiri Untung
Sesar Mengiri/Sesar Sobekan Untung ditafsirkan dengan adanya
pergeseran pola perlapisan yang terdapat pada singkapan di hulu Sungai Sampinur
dengan singkapan di Sungai Untung (Lampiran D. Peta Geologi).
66
f. Sesar Nalim
Sesar Nalim dapat diamati di lapangan berdasarkan kenampakan gejala
struktur seperti zona hancuran berupa breksiasi, kekar gerus, dan microfold
sepanjang zona hancuran. breksiasi dengan lebar mencapai 20 meter dan arah
295oE ditemukan di sekitar Sungai Nalim dan menyempit menjadi 5 meter di
sekitar Sungai Ibin. Ketebalan zona sesar yang seperti itu menjadikan Sesar Naik
Mengiri Nalin menjadi sesar teramati yang paling besar yang ditemukan di daerah
penelitian. Bukti-bukti sesar ditemukan pada singkapan meta-batupasir.
Foto 3.33 Bukti strukur yang ditemukan di sekitar Sungai Nalim. (a) Zona sesar: breksiasi (b)
breksiasi dengan jarak pengambilan lebih dekat. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa breksiasi
ini memiliki tren N295oE.
3.3.1.1.2. Sesar Naik
Sesar Naik di daerah penelitian meliputi Sesar Naik Mengiri Nalim, Sesar
Naik Kalidatar dan Sesar Naik Parsantabian.
a. Sesar Naik Kalidatar
Sesar Naik Kalidatar ditafsirkan berdasarkan rekonstruksi penampang
terhadap pola perlapisan meta-batupasir sangat halus di sekitar hulu Sungai
Sampinur hingga Kalidatar (Lampiran D. Peta Geologi). Tanda-tanda yang
menguatkan penafsiran adalah perlapisan yang kacau pada meta-batupasir sangat
67
halus dengan kemiringan yang tegak (hampir vertikal). Berdasarkan rekonstruksi
penampang, Sesar Naik Kalidatar diinterpretasikan sebagai sesar anjakan.
3.3.1.2. Struktur Perlipatan
Struktur perlipatan yang terdapat di daerah penelitian merupakan hasil dari
rekonstruksi penampang. Perlipatan yang terdapat di daerah penelitian memiliki
arah bidang perlipatan relatif NW-SE. Perlipatan yang ditemukan di daerah
penelitian meliputi Antiklin Kalidatar, Antiklin Sampinur.
a. Antiklin Kalidatar
Antiklin Kalidatar ditafsirkan terletak di Sepanjang Sungai Kalidatar
hingga Sungai Sampinur, dibatasi oleh Sesar Menganan Naik Surian di sebelah
timur. Berdasarkan data perlapisan yang ditemukan di lapangan, lipatan ini
mempunyai sayap lipatan umum N100oE/69o dan N275oE/65o. Sedangkan bidang
perlapisannya memanjang dengan arah N278oE/87o dengan sumbu lipatan 6o,
N278oE. Berdasarkan klasifikasi Rickard (1971, op. cit. Anonim, 2006), maka
lipatan ini tergolong ke dalam upright horizontal fold (lampiran B4).
b. Antiklin Sampinur
Antiklin Sampinur ditafsirkan terletak di memotong hulu Sungai
sampinur. Berdasarkan data perlapisan yang ditemukan di lapangan, lipatan ini
mempunyai sayap lipatan umum N97oE/41o dan N289oE/53o. Sedangkan bidang
perlapisannya memanjang dengan arah N105oE/83o dengan sumbu lipatan 7o,
N106oE. Berdasarkan klasifikasi Rickard (1971, op. cit. Anonim, 2006), maka
lipatan ini tergolong ke dalam upright horizontal fold (lampiran B5).
68
3.3.2. Mekanisme Pembentukan
Struktur daerah penelitian terbagi menjadi 4 tahap deformasi (Rock dkk.,
1983 op. cit. Hidayat dkk., 2008), yaitu 1). Deformasi pada Karbon – Trias yang
menyebabkan perlipatan pada Satuan Meta-batupasir-batusabak dan Satuan Metabatupasir. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dua buah antiklin dengan
kemiringan yang curam, yaitu Antiklin Kalidatar dan Antiklin Sampinur, serta
kehadiran Sesar Naik Kalidatar dan Sesar Normal Untung; 2). Metamorfisme
regional pada Mesozoik Akhir. Hal ini dapat dilihat dari kondisi batuan pada
Satuan Meta-batupasir-Batusabak dan Satuan Meta-batupasir; 3). Deformasi pada
Kapur Akhir yang menyebabkan terbentuknya sesar mengiri dengan arah NW-SE.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya Sesar Mengiri Baning dan Sesar Nalim;
4). Oligosen yang menyebabkan terbentuknya Sesar Utama Sumatera, serta
munculnya pull apart bassin di sekitar daerah penelitian. Kondisi ini dapat dilihat
secara regional dengan adanya dua sesar utama: Sesar Pungkut-Barilas dan Sesar
Lubuksikaping yang mempengaruhi terbentuknya sesar-sesar di daerah penelitian
meliputi Sesar Naik Sontang, Sesar Mengiri Parsantabian, Sesar Mengiri Kering,
Sesar Menganan Normal Ibin dan Sesar Menganan Naik Surian.
69
Download