PERIKATAN YANG LAHIR KARENA PERJANJIAN MAKALAH

advertisement
PERIKATAN YANG LAHIR KARENA PERJANJIAN
MAKALAH
Dibuat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Hukum Perikatan di Bawah Bimbingan
Dosen Bpk. FAUZUL ALIWARMAN, SHI., M.Hum.
Oleh :
KELOMPOK 3
KELAS A PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR
SURABAYA
2013
1
TIM PENYUSUN
GANINDYA DWI NOVITA SARI
1171010012
DEWI AYU ANDANI
1171010027
HARDHIKA PUTRA PERDANA
1171010033
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Tugas Makalah
kami
tentang “Perikatan Yang Lahir Karena Perjanjian” yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Kedua kalinya saya ucapkan terima kasih terhadap dosen pembimbing kami kuliah
Hukum Perikatan Bapak. FAUZUL ALIWARMAN, SHI., M.Hum. berkat arahan serta
bimbingannya kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Tugas ini berisikan tentang informasi mengenai pengertian perjanjian serta
hubungannya dengan perikatan, asas-asas hukum perjanjian, jenis perjanjian serta
berakhirnya perjanjian.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Diharapkan Tugas ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada kita semua
tentang Perikatan Yang Lahir Karena Perjanjian serta mendapat ridho dari Allah SWT.
Surabaya, 03 April 2013
Kelompok 3
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................
1
TIM PENYUSUN ...............................................................................................................
2
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
3
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................
5
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................
6
1.1 Pengertian Perjanjian serta Hubungannya dengan Perikatan .....................
6
1.2 Asas-asas Hukum Perjanjian ......................................................................
8
1.3 Jenis-jenis Perjanjian..................................................................................
10
1.4 Berakhirnya Perjanjian ...............................................................................
12
KESIMPULAN.......................................................... .......................................
15
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
16
BAB III
4
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain
atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini,
timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu
menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya,
perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau
kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian hubungan antara perikatan dan
perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber
perikatan
Dalam
suatu
perikatan
terdapat
asas-asas
hukum
perjanjian
yaitu
Asas
Konsensualisme, Asas Kekuatan mengikat perjanjian, Asas Kebebasan berkontrak, Asas
Iktikad Baik dan Asas Kepercayaan.
Terdapat beberapa jenis perjanjian antara lain: Perjanjian Timbal Balik, Perjanjian
Cuma-Cuma, Perjanjian Atas Beban, Perjanjian Bernama, Perjanjian Tidak Bernama,
Perjanjian Obligatoir, Perjanjian Kebendaan, Perjanjian Konsensual, Perjanjian Real,
Perjanjian Liberatoir, Perjanjian Pembuktian, Perjanjian Untung-untungan, Perjanjian Publik
dan Perjanjian Campuran
Secara
keseluruhan,
KUHPerdata
mengatur
faktor-faktor
lain
yang
dapat
menyebabkan berakhirnya perjanjian, diantaranya karena: Pembayaran, Penawaran
pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan, Pembaharuan hutang, Perjumpaan
Hutang atau kompensasi, Percampuran Hutang, Pembebasan Hutan, Musnahnya barang yang
terhutang, Kebatalan atau pembatalan, Berlakunya suatu syarat batal dan Lewatnya waktu
5
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Perjanjian serta Hubungannya dengan Perikatan
Pengertian Perjanjian Secara Umum - Adapun yang dimaksud dengan perjanjian
adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
Pihak yang berhak menuntut sesuatu, dinamakan kreditur atau si berpiutang,
sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si
berhutang.
Perhubungan antara dua orang atau dua pihak tadi adalah suatu perhubungan
hukum yang berarti bahwa hak si berpiutang itu dijamin oleh hukum atau undang-undang.
Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi secara sukarela, si berpiutang dapat menuntutnya di
depan hakim.
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang
lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari
peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan
perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.
Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung
janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
Dengan demikian hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa
perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya
sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu
setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan
persetujuan) itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit karena ditujukan
kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.
Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, memang
perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian, tetapi sebagaimana sudah
dikatakan tadi, ada juga sumber-sumber lain yang melahirkan perikatan. Sumber-sumber
lain ini tercakup dengan nama undang-undang. Jadi ada perikatan yang lahir dari
"perjanjian" dan ada perikatan yang lahir dari "undang-undang".
6
Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua
pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undangundang diadakan oleh undang-undang diluar kemauan para pihak yang bersangkutan.
Apabila dua orang mengadakan suatu perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara
mereka berlaku suatu perikatan hukum. Sungguh-sungguh mereka itu terikat satu sama
lain, karena janji yang telah mereka berikan. Tali perikatan ini barulah putus kalau janji
itu sudah dipenuhi.
Suatu perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara dua pihak, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
berkewajiban memenuhi tuntutan itu.
Apabila di masing-masing pihak hanya ada satu orang, sedangkan sesuatu yang
dapat dituntut hanya berupa satu hal, dan penuntutan ini dapat dilakukan seketika, maka
perikatan ini merupakan bentuk yang paling sederhana. Perikatan dalam bentuk yang
paling sederhana ini dinamakan perikatan bersahaja atau perikatan murni.
7
1.2 Asas-asas Hukum Perjanjian
1. Asas Konsensualisme, yaitu asas yang menyatakan bahwa terbentuknya suatu
perjanjian dikarenakan adanya perjumpaan kehendak ( consensus) dari pihakpihak. Perjanjian pada pokoknya dapat dibuat bebas tidak terikat bentuk dan
tercapai tidak secara formil, tetapi cukup melalui consensus belaka.
2. Asas Kekuatan mengikat perjanjian ( verbindende kracht der overeenkomst), yaitu
asas yang menyatakan bahwa para pihak harus memenuhi apa yang mereka
sepakati dalam perjanjian yang mereka buat. Terikatnya para pihak dalam suatu
perjanjian tidak semata- mata terbatas pada apa yang diperjanjikan akan tetapi
juga terhadap beberapa unsur lain yang dikehendaki oleh
asas-asas moral,
kepatutan dan kebiasaan. Dari ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa kekuatan
mengikat dari suatu perjanjian itu baru ada, bila perjanjian yang dibuat menurut
hukum. Dengan menekankan ‘secara sah’ berarti bahwa perjanjian yang dibuat
tersebut harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, yaitu ketentuan Pasal 1320
KUH Perdata.
3. Asas Kebebasan berkontrak ( contractsvrijheid), yaitu asas yang menyatakan
bahwa para pihak menurut kehendak, bebasnya masing- masing dapat membuat
perjanjian dan setiap orang bebas mengikat diri dengan siapa pun yang mereka
kehendaki. Pihak-pihak juga dapat bebas menentukan cakupan isi serta
persyaratan dari suatau perjanjian dengan ketentuan bahwa perjanjian trsebut tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang bersifat
memaksa, baik ketertiban umum maupun kesusilaan.
4. Asas Iktikad Baik, yaitu asas yang sangat mendasar dan penting untuk
diperhatikan terutama didalam membuat suatu perjanjian maksudnya disini adalah
bertindak sebagai pribadi yang baik yang diartikan sebagai kejujuran seseorang (
dalam arti subjektif) , juga dapat diartikan sebagai iktikad yang baik yang
ditujukan untuk menilai pelaksanaan suatu perjanjian yang dimana pelaksanaan
perjanjian tersebut harus tetap berjalan dengan mengindahkan norma-norma
kepatutan dan kesusilaan serta harus berjalan diatas rel yang benar (dalam arti
objektif).
8
5. Asas Kepercayaan,yaitu asas
dimana seseorang yang mengadakan perjanjian
dengan pihak lain, menumbuhkan kepercayaan diantara kedua belah pihak bahwa
satu sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan mematuhi isi dari
perjanjian tersebut. Dengan kepercayaan ini, maka kedua belah pihak
mengikatkan dirinya dan untuk keduanya perjanjian itu mempunyai kekuatan
mengikat sebagai undang - undang.
9
1.3 Jenis-jenis Perjanjian

Perjanjian Timbal Balik
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi
kedua belah pihak.

Perjanjian Cuma – Cuma
Menurut ketentuan Pasal 1314 KUHPerdata, suatu persetujuan yang dibuat dengan
cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu
keuntungan kepada, pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya
sendiri.

Perjanjian Atas Beban
Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu
selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada
hubungannya menurut hukum.

Perjanjian Bernama ( Benoemd )
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang sudah mempunyai nama sendiri,
maksudnya adalah bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh
pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari.
Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata.

Perjanjian Tidak Bernama ( Onbenoemde Overeenkomst )
Perjanjian tak bernama adalah perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam
KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas
dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak- pihak yang mengadakannya.

Perjanjian Obligatoir
Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara
para pihak.

Perjanjian Kebendaan ( Zakelijk )
Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya
atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban (oblilige) pihak
itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain (levering, transfer).

Perjanjian Konsensual
Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana antara kedua belah pihak telah
tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perjanjian. Menurut KUHPerdata
perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat (Pasal 1338).
10

Perjanjian Real
Yaitu suatu perjanjian yang terjadinya itu sekaligus dengan realisasi tujuan perjanjian,
yaitu pemindahan hak.

Perjanjian Liberatoir
Perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada(Pasal 1438
KUHPerdata).

Perjanjian Pembuktian ( Bewijsovereenkomts )
Suatu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yangberlaku di
antara mereka.

Perjanjian Untung – untungan
Menurut Pasal 1774 KUHPerdata, yang dimaksud dengan perjanjian untunguntungan
adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua
pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadianyang belum
tentu.

Perjanjian Publik
Perjanjian publik yaitu suatu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh
hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak
lainnya swasta. Diantara keduanya terdapat hubungan atasan dengan bawahan
(subordinated), jadi tidak dalam kedudukan yang sama(co-ordinated).

Perjanjian Campuran
Perjanjian
campuran
adalah
suatu
unsurperjanjian di dalamnya.
11
perjanjian
yang
mengandung
berbagai
1.4 Berakhirnya Perjanjian
Terpenuhinya prestasi atau perikatan yang disepakati dan syarat-syarat tertentu
dalam perjanjian dapat menjadi sebab berakhirnya perjanjian, misalnya habisnya jangka
waktu yang telah disepakati dalam perjanjian atau dalam loan agreement, semua hutang
dan bunga atau denda jika ada telah dibayarkan. Secara keseluruhan, KUHPerdata
mengatur faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, diantaranya
karena:
1. Pembayaran
Pembayaran tidak selalu diartikan dalam bentuk penyerahan uang semata, tetapi
terpenuhinya sejumlah prestasi yang diperjanjikan juga memenuhi unsur pembayaran.
2. Penawaran pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
Pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian sepatutnya dilaksanakan sesuai hal yang
diperjanjikan termasuk waktu pemenuhannya, namun tidak jarang prestasi tersebut
dapat dipenuhi sebelum waktu yang diperjanjikan. Penawaran dan penerimaan
pemenuhan prestasi sebelum waktunya dapat menjadi sebab berakhirnya perjanjian,
misalnya perjanjian pinjam meminjam yang pembayarannya dilakukan dengan
cicilan, apabila pihak yang berhutang dapat membayar semua jumlah pinjamannya
sebelum jatuh tempo, maka perjanjian dapat berakhir sebelum waktunya.
3. Pembaharuan hutang
Pembaharuan utang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, sebab munculnya
perjanjian baru menyebabkan perjanjian lama yang diperbaharui berakhir. Perjanjian
baru bisa muncul karena berubahnya pihak dalam perjanjian, misalnya perjanjian
novasi dimana terjadi pergantian pihak debitur atau karena berubahnya perjanjian
pengikatan jual beli menjadi perjanjian sewa, karena pihak pembeli tidak mampu
melunasi sisa pembayaran.
4. Perjumpaan Hutang atau kompensasi
Perjumpaan hutang terjadi karena antara kreditur dan debitur saling mengutang
terhadap yang lain, sehingga utang keduanya dianggap terbayar oleh piutang mereka
masing-masing.
12
5. Percampuran Hutang
Berubahnya kedudukan pihak atas suatu objek perjanjian juga dapat menyebabkan
terjadinya percampuran hutang yang mengakhiri perjanjian, contohnya penyewa
rumah yang berubah menjadi pemilik rumah karena dibelinya rumah sebelum waktu
sewa berakhir sementara masih ada tunggakan sewa yang belum dilunasi.
6. Pembebasan Hutang
Pembebasan hutang dapat terjadi karena adanya kerelaan pihak kreditur untuk
membebaskan debitur dari kewajiban membayar hutang, sehingga dengan
terbebasnya debitur dari kewajiban pemenuhan hutang, maka hal yang disepakati
dalam perjanjian sebagai syarat sahnya perjanjian menjadi tidak ada padahal suatu
perjanjian dan dengan demikian berakhirlah perjanjian.
7. Musnahnya barang yang terhutang
Musnahnya barang yang diperjanjikan juga menyebabkan tidak terpenuhinya syarat
perjanjian karena barang sebagai hal (objek) yang diperjanjikan tidak ada, sehingga
berimplikasi pada berakhirnya perjanjian yang mengaturnya.
8. Kebatalan atau pembatalan
Tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian dapat menyebabkan perjanjian berakhir,
misalnya karena pihak yang melakukan perjanjian tidak memenuhi syarat kecakapan
hukum. Tata cara pembatalan yang disepakati dalam perjanjian juga dapat menjadi
dasar berakhirnya perjanjian. Terjadinya pembatalan suatu perjanjian yang tidak
diatur perjanjian hanya dapat terjadi atas dasar kesepakatan para pihak sebagaimana
diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata atau dengan putusan pengadilan yang
didasarkan pada Pasal 1266 KUHPerdata.
9. Berlakunya suatu syarat batal
Dalam Pasal 1265 KUHPerdata diatur kemungkinan terjadinya pembatalan perjanjian
oleh karena terpenuhinya syarat batal yang disepakati dalam perjanjian.
10. Lewatnya waktu
Berakhirnya perjanjian dapat disebabkan oleh lewatnya waktu (daluarsa) perjanjian.
13
 Macam-macam kebatalan
1. Perjanjian yang dapat dibatalkan
Secara prinsip suatu perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan jika perjanjian
tersebut dalam pelaksanaan akan merugikan pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak ini
tidak hanya pihak dalam perjanjian tersebut, tetapi meliputi juga setiap individu
yang merupakan pihak ketiga di luar para pihak yang mengadakan perjanjian.
Secara garis besar, alasan pembatalan perjanjian dapat golongkan ke dalam 2
golongan besar:
-
Yang berkaitan dengan pembatalan perjanjian oleh salah satu pihak dalam
perjanjian.
-
Yang berhubungan dengan pembatalan perjanjian oleh pihak ketiga diluar
perjanjian.
2. Perjanjian yang batal demi hukum
Suatu perjanjian dikatakan batal demi hukum, dalam pengertian tidak dapat
dipaksakan pelaksanaanya jika terjadi pelanggaran terhadap syarat obyektif dari
sahnya suatu perjanjian.
Disamping ketidakpemenuhannya syarat obyektif, undang-undang juga
merumuskan secara konkrit untuk setiap perbuatan hukum (terutama pada
perjanjian formil) yang mensyaratkan dibentuknya perjanjian dalam bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang, yang jika tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut
akan batal demi hukum.
3. Kebatalan Relatif dan Kebatalan Mutlak
Suatu kebatalan disebut dengan relative, jika kebatalan tersebut hanya berlaku
terhadap individu orang perseorangan tertentu saja. Dan disebut dengan mutlak
jika kebatalan tersebut berlaku umum terhadap seluruh anggota masyarakat tanpa
kecuali.
14
BAB III
KESIMPULAN
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain
atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini,
timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu
menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya,
perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau
kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian hubungan antara perikatan dan
perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber
perikatan
Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua
pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang
diadakan oleh undang-undang diluar kemauan para pihak yang bersangkutan. Apabila dua
orang mengadakan suatu perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara mereka berlaku
suatu perikatan hukum. Sungguh-sungguh mereka itu terikat satu sama lain, karena janji yang
telah mereka berikan. Tali perikatan ini barulah putus kalau janji itu sudah dipenuhi.
Dalam
suatu
perikatan
terdapat
asas-asas
hukum
perjanjian
yaitu
Asas
Konsensualisme, Asas Kekuatan mengikat perjanjian, Asas Kebebasan berkontrak, Asas
Iktikad Baik dan Asas Kepercayaan.
Terdapat beberapa jenis perjanjian antara lain: Perjanjian Timbal Balik, Perjanjian
Cuma-Cuma, Perjanjian Atas Beban, Perjanjian Bernama, Perjanjian Tidak Bernama,
Perjanjian Obligatoir, Perjanjian Kebendaan, Perjanjian Konsensual, Perjanjian Real,
Perjanjian Liberatoir, Perjanjian Pembuktian, Perjanjian Untung-untungan, Perjanjian Publik
dan Perjanjian Campuran
Secara
keseluruhan,
KUHPerdata
mengatur
faktor-faktor
lain
yang
dapat
menyebabkan berakhirnya perjanjian, diantaranya karena: Pembayaran, Penawaran
pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan, Pembaharuan hutang, Perjumpaan
Hutang atau kompensasi, Percampuran Hutang, Pembebasan Hutan, Musnahnya barang yang
terhutang, Kebatalan atau pembatalan, Berlakunya suatu syarat batal dan Lewatnya waktu.
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Widjaja Gunawan & Muljadi Kartini, 2004, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada
Website:
www.google.com
http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/berakhirnya-perjanjian.html , BERAKHIRNYA
PERJANJIAN, akses 19 Maret 2013, 16:45
http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/jenis-jenis-perjanj, ian.html, Jenis-Jenis
Perjanjian, akses 19 Maret 2013, 18:10
http://www.jasanotaris.com/2012/09/asas-asas-hukum-perjanjian_17.html, ASAS - ASAS
HUKUM PERJANJIAN. Akses 19 Maret 2013, 17:55
http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-perjanjian-secara-umum.html, Pengertian
Perjanjian Secara Umum | Definisi Perjanjian, akses 19 Maret 2013, 16.00
16
Download