pengembangan multimedia pembelajaran

advertisement
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KONSEP SISTEM PENCERNAAN SISWA KELAS XI IPA
MAN MALANG 2 KOTA BATU
Dianing Eka Puspitasari1, Sri Endah Indriwati2, Susilowati2
1
Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA,
E-mail: [email protected]
2
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang,
Jl. Semarang No.5, Malang, Indonesia.
Absract: By using multimedia interactive learning with scientific approach is
expected can make students learning easily. The ten steps research by Borg and
Gall (1983) was modificate into eight steps by researcher which was used in this
research. Software which was used in this research was Macromedia Flash Player
8. The result of this research, multimedia learning interactive based on scientific
approach can be used in learning process and can increase the student mastering
concept of digestive system.
Keywords: development, multimedia, digestive system, scientific approach,
mastering concept.
Abstrak: Melalui penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat mempermudah proses belajar siswa, salah
satunya dalam meningkatkan penguasaan konsep. Prosedur penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah modifikasi dari tahap-tahap yang dilakukan
Borg dan Gall (1983) yang hanya menggunakan tahap 1-8 dari sepuluh tahap. Kesimpulan secara keseluruhan, multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik ini layak digunakan dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan
penguasaan konsep sistem pencernaan pada siswa.
Kata kunci: pengembangan, multimedia, sistem pencernaan, pendekatan
saintifik, penguasaan konsep.
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diperoleh dari berbagai
sumber, tempat, dan berlangsung sepanjang hayat. Proses pembelajaran adalah suatu proses penyampaian informasi dari guru sebagai pembelajar dan siswa sebagai
pebelajar. Proses tersebut merupakan interaksi antara siswa dan guru yang melibatkan sumber dan media secara langsung maupun tidak. Menurut Permendikbud
No.69 (2013: 2) tentang Kurikulum SMA/MA yaitu dengan adanya Kurikulum
2013 yang dikembangkan melalui penyempurnaan pola pikir dengan pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa, pola
pembelajaran satu arah (interaksi guru-siswa) menjadi pembelajaran interaktif (interaksi guru-siswa-masyarakat-lingkungan alam, sumber atau media lainnya), dan
pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia,
siswa dapat berpartisipasi aktif, kreatif, dan melatih kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis mereka.
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring
Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan BangsaBangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York pada tahun 2011, menyatakan
bahwa indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI)
1
2
berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai 0,934 menempatkan Indonesia di
posisi ke-69 dari 127 negara di dunia (Pradinata, 2011). Pradinata (2011) memaparkan 7 faktor yang membuat mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah salah satunya disebabkan pembelajaran yang hanya berpacu pada buku paket
dengan metode ceramah tanpa ada dukungan media di dalamnya. Berdasarkan
fakta tersebut, penggunaan media perlu diperhatikan.
Kurikulum 2013 telah mencanangkan adanya pendekatan saintifik. Berdasarkan Permendikbud No. 81a (2013: 5-7) tentang implementasi Kurikulum
2013 bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasikan/mengolah informasi, kemudian mengkomunikasikan. Pendekatan dengan metode ceramah dan tanya jawab memungkinkan prestasi belajar dan terbentuknya sikap ilmiah siswa belum
maksimal. Sikap ilmiah dari siswa akan muncul apabila dalam proses pembelajaran di kelas menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata untuk mendorong agar mereka dapat menerapkan dalam kehidupannya.
Darliana (2013) mengemukakan bahwa penguasaan konsep siswa dapat diwujudkan dengan melibatkan kemampuan berpikir atau kecerdasan siswa dalam mengamati obyek atau fenomena dari apa yang mereka lihat dengan memberikan pertanyaan dari hasil pengamatannya tersebut. Kegiatan tersebut akan dialami oleh siswa melalui pembelajaran berbasis pendekatan saintifik.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap siswa kelas XI IPA 2
MAN Malang 2 ketika pembelajaran materi sistem pencernaan yang berlangsung
pada Bulan Februari 2014 diketahui bahwa pembelajaran dilakukan secara konvensional dengan metode ceramah sehingga kondisi siswa kurang aktif. Kondisi
siswa yang kurang aktif dapat dilihat ketika siswa jarang untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa
yang kurang aktif mengindikasikan bahwa siswa tersebut kurang menguasai konsep sistem pencernaan yang dijelaskan guru. Hasil ulangan harian juga menunjukkan bahwa lebih dari 60% siswa tidak tuntas dalam belajar atau nilai di bawah
KKM (Kompetensi Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Berdasarkan hasil wawancara
juga diketahui bahwa 20 dari 35 siswa (sekitar 60% siswa) memiliki komputer baik PC (Personal Computer) atau laptop, namun pemanfaatan komputer ini kurang
maksimal.
Berdasarkan beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh pembelajaran secara
konvensional yang telah diterapkan sebelumnya, maka penggunaan multimedia
pembelajaran interaktif perlu dipertimbangkan penggunaannya oleh guru dan upaya dalam menghadapi ketercapaian kompetensi pada Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dalam implementasinya. Mencermati permasalahan
yang dikemukakan tersebut, maka pengembangan multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik diharapkan dapat meningkatkan penguasaan
konsep sistem pencernaan pada siswa kelas XI IPA MAN Malang 2 Kota Batu
perlu dilakukan.
3
METODE
Penelitian ini adalah jenis penelitian dan pengembangan atau research and
development (R&D), yaitu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Rancangan penelitian dan pengembangan yang digunakan yaitu model penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Borg dan Gall (1983). Prosedur penelitian dan
pengembangan yang dilakukan adalah modifikasi dari tahap-tahap yang dilakukan
Borg dan Gall (1983) yang hanya menggunakan tahap 1-8 dari sepuluh tahap.
Tahap-tahap yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1. berikut.
Observasi
dan
pengumpulan
informasi
Perencanaan
PRODUK
Pengembangan
produk
Validasi
ahli
Revisi
produk
Uji coba lapangan
Revisi
produk
Gambar 1. Diagram Alir Tahap-tahap Penelitian dan Pengembangan
Produk hasil pengembangan yang telah selesai dibuat berupa multimedia
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik menggunakan aplikasi komputer kemudian dilakukan uji coba kepada responden yaitu validator ahli materi dan media serta siswa Kelas XI IPA MAN Malang 2 Kota Batu. Uji coba produk meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Desain Uji Coba
Tahap uji coba yang dilakukan dalam penelitian dan pengembangan ini yaitu validasi ahli dan uji coba lapangan. Validasi ahli dilakukan untuk mengetahui
kelayakan isi oleh ahli materi dan kelayakan serta kualitas media oleh ahli media.
Uji coba lapangan dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap produk
yang dikembangkan dan mengetahui keefektifan media yang dibuat dalam memberikan pemahaman materi pada siswa.
2. Subjek Uji Coba
Subjek uji coba dalam penelitian dan pengembangan ini terdiri atas ahli
materi, ahli media, dan siswa Kelas XI IPA MAN Malang 2 Kota Batu yang memiliki komputer/laptop dengan operasi windows minimal windows 98.
3. Jenis Data
Data yang dikumpulkan pada pengembangan multimedia pembelajaran
berbasis pendekatan saintifik menggunakan menggunakan aplikasi komputer yaitu
berupa data kuantitatif sebagai data pokok dan data kualitatif berupa saran dan
masukan dari responden (ahli materi, ahli media, dan siswa) sebagai data tambahan. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data tersebut adalah teknik
angket dan observasi.
a. Data dari ahli materi
4
b. Data dari ahli media
c. Data dari siswa
4. Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian dan pengembangan ini menggunakan beberapa instrumen untuk
pengambilan data. Instrumen-instrumen tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Angket
b. Lembar observasi
c. Soal latihan
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan adalah menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif yaitu memaparkan hasil pengembangan produk yang berupa
multimedia pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, menguji tingkat validasi
dan kelayakan produk. Data yang terkumpul diproses dengan cara dijumlahkan,
dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase (Arikunto, 1996: 244) atau dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut.
Presentasi kelayakan (%) =
skor yang diobservasi
skor yang diharapkan
× 100%
Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif
yang diungkapkan dalam distribusi skor dan persentase terhadap kategori skala
penilaian yang telah ditentukan. Setelah penyajian dalam bentuk persentase, langkah selanjutnya mendeskriptifkan dan mengambil kesimpulan tentang masing-masing indikator. Kesesuaian aspek dalam pengembangan bahan ajar dan media
pembelajaran dapat menggunakan Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Skala Persentase Kelayakan Produk
Presentase pencapaian
Interpretasi
Makna
76 - 100 %
Layak
produk layak digunakan & tidak perlu revisi
56 - 75 %
cukup layak
produk layak digunakan tetap perlu sedikit revisi
40 - 55 %
kurang layak produk belum layak digunakan & perlu revisi
0 - 39 %
tidak layak
produk tidak layak digunakan & perlu kajian
ulang
(Sumber: diadaptasi dari Arikunto, 1996: 244)
Pada Tabel 1 disebutkan presentase pencapaian, skala nilai, dan interpretasi
kelayakan produk sebagai acuan penilaian data yang dihasilkan dari validasi ahli
media, ahli materi, dan uji coba lapangan.
HASIL
A. Penyajian Data Uji Coba
1. Data dari Ahli Materi
Tabel 2. Ringkasan Data Hasil Validasi Ahli Materi
No
Indikator
1
Penilaian Kelayakan Isi Materi
2
Kelayakan Aspek Bahasa
3
Penilaian Kelayakan Efek Media untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep Siswa
4
Penilaian Kelayakan Aspek Penyajian
5
Penilaian Aspek Tampilan Menyeluruh
∑ Skor total
Skala presentase kelayakan produk
Skor Total
59
21
22
13
9
124
85,52%
5
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli materi terhadap multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik yang dilampirkan
pada Tabel 2. diperoleh hasil bahwa nilai presentase produk sebesar 85,52%.
2. Data dari Ahli Media
Tabel 3. Ringkasan Data Hasil Validasi Ahli Media
No
Indikator
1
Penilaian Kelayakan Multimedia terhadap Penguasaan Konsep
2
Penilaian Kelayakan Animasi
3
Kelayakan Aspek Penggunaan Teks
4
Penilaian Kelayakan Aspek Audio
5
Penilaian Kelayakan Fasilitas Multimedia
∑ Skor total
Skala presentase kelayakan produk
Skor Total
14
12
12
8
19
65
86,67%
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli media terhadap multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik yang dilampirkan pada Tabel 3. diperoleh hasil bahwa nilai presentase produk sebesar 85,52%.
3. Data dari Uji Coba Lapangan
Tabel 4. Data Hasil Uji Coba Lapangan
No
Indikator
Deskripsi
Skor Total
1.
Penyajian materi
a. Kesesuaian urutan materi
80
b. Kemudahan dalam memahami materi
73
2.
Penyajian soal
a. Kemudahan memahami soal
78
b. Kesesuaian tingkat kesulitan soal
76
3.
Animasi, teks, audio dan
a. Kesesuaian background dan warna
78
fasilitas
b. Kesusaian pemilihan gambar dengan materi
72
c. Kesesuian pemilihan ukuran dan warna font
75
d. Kesesuaian bahasa yang digunakan
77
e. Kesesuaian backsound yang digunakan
73
f. Kesesuaian volume suara yang digunakan
73
g. Keterkaitan antara animasi, teks, audio dan
78
fasilitas tombol dalam multimedia dikemas
dalam bentuk yang sesuai
4.
Kemudahan memahami
Materi yang disajikan mudah diingat dan
80
dan mengingat materi
dipahami sehingga baik untuk digunakan dalam
belajar
sistem pencernaan
5.
Keberfungsian
Materi mengenai sistem pencernaan dapat
80
multimedia dalam
meningkatkan penguasaan konsep dengan baik
meningkatkan
penguasaan konsep
6.
Kemudahan dalam
Mengerti dan paham dalam mengoperasikan
76
mengoperasikan
multimedia dengan baik
multimedia
7.
Kemenarikan multimedia Multimedia menarik dan cocok digunakan
80
secara keseluruhan
dalam pembelajaran sistem pencernaan
Berdasarkan data hasil uji coba lapangan yang dilakukan oleh siswa kelas
XI IPA terhadap multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik
yang dilampirkan pada tabel 4 diperoleh hasil bahwa nilai presentase produk
sebesar 76,60%.
6
Tabel 5. Hasil Penilaian Penguasaan Konsep Sistem Pencernaan
No
Nama Siswa
Jumlah Skor
1
Ainun Mufida
100
2
Alfin Ardiansyah
100
3
Ambarani Fadilla
90
4
Anis Solikhah
85
5
Arifatul Maula Alfariha
85
6
Fathaya Abdillah
85
7
Heppy Pradana Putra
95
8
Kefin Dorris Hutama Putra
85
9
Lifia Nursanti
95
10
Muhammad Alfiansyah G.P
100
11
Nurul Latifa
85
12
Nurul Latifah
85
13
Raras Sayekti
85
14
Retno Putri Hermawati
85
15
Retno Wulandari
85
16
Ridho Covinda
100
17
Rifqi Fachrizal R.
95
18
Rofiq Andriyan
95
19
Sulam Maisyaroh Fitri Asih
85
20
Vina Aviana
100
1820
Total Skor
91
Rata-rata
Berdasarkan data penilaian oleh siswa kelas XI IPA terhadap penggunaan
multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik diperoleh hasil
bahwa skor rata-rata siswa adalah 91.
B. Analisis Data
1. Ahli Materi
Berdasarkan Tabel 2. penyajian data hasil validasi ahli materi diperoleh
presentase pencapaian 85,52%. Menurut Arikunto (1996), presentase pencapaian
85,52% termasuk dalam kategori “layak” dengan makna produk layak digunakan
dan tidak perlu revisi. Menurut komentar keseluruhan oleh validator ahli materi
mengenai multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik adalah
multimedia pembelajaran interaktif ini layak diterapkan setelah direvisi beberapa
konsep penting dan cara penulisan.
2. Ahli Media
Berdasarkan Tabel 3. penyajian data hasil validasi ahli media diperoleh
presentase pencapaian 86,67%. Menurut Arikunto (1996), presentase pencapaian
86,64% termasuk dalam kategori “layak” dengan makna produk layak digunakan
dan tidak perlu revisi. Menurut komentar secara keseluruhan oleh validator ahli
media mengenai multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik
adalah multimedia pembelajaran interaktif cukup bagus diterapkan dengan mengoptimalkan aspek audio dan video serta referensi yang jelas untuk menghindari
penyalahgunaan hak cipta.
3. Uji Coba Lapangan
Berdasarkan Tabel 4. penyajian data hasil validasi ahli materi diperoleh
presentase pencapaian 76,60%. Menurut Arikunto (1996), presentase pencapaian
7
76,60% termasuk dalam kategori “layak” dengan makna produk layak digunakan
dan tidak perlu revisi. Menurut komentar secara keseluruhan oleh siswa Kelas XI
IPA tentang multimedia pembelajaran interaktif ini yaitu pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran interaktif sangat menarik dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.
Tabel 5. menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa adalah 91 yang berarti
bahwa siswa mampu meningkatkan penguasaan konsep sistem pencernaan. Indikator penguasaan konsep ditunjukkan dengan rata-rata skor siswa diatas KKM
yaitu 75.
C. Revisi Produk
Revisi produk pengembangan dibuat berdasarkan komentar dan saran yang
diberikan oleh ahli materi dan ahli media. Berdasarkan saran dan komentar tersebut maka pengembang melakukan evaluasi yang diikuti dengan revisi terhadap
produk multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik. Tabel 6.
berikut ini adalah rincian revisi produk pengembangan.
Tabel 6. Revisi Produk oleh Ahli Materi
No
Perihal
Sebelum Revisi
1.
Kebenaran
 Kurang penjelasan tentang
konsep materi
gerak segmentasi pada usus
ditinjau dari
halus
aspek
keilmuan
 Pembentukan mukus bukan
oleh glikoprotein
2
3
Ketepatan
istilah
Kemudahan
dalam
membaca
teks/penulisan
 Fungsi empedu BUKAN
mencerna lemak
 Cek kelebihan asam amino
apakah akan membentuk
amonia
 Di dalam anus terdapat poses
reflek defekasi BUKAN
defekasi
 Pada saat proses pengeluaran
feses BUKAN karena kita
mengejan
 Bakteri Escherichia coli
BUKAN Escherecia coli
 Ukuran font terlalu kecil
Setelah Revisi
 Penjelasan tambahan
tentang gerak
segmentasi dan
peristaltik pada
usus halus
 Pembentukan mukus adalah
oleh sel leher mukosa dan
pemukaan dalam korpus
dan fundus
 Fungsi empedu adalah
untuk mengemulsi lemak
 Amonia merupaka produk
sampingan dari hasil
metabolisme asam amino
 Di dalam anus terdapat
poses reflek defekasi
 Proses pengeluaran feses
karena adanya tekanan
reseptor peregangan
 Bakteri Escherichia coli
 Ukuran font disesuaikan
8
Tabel 7. Revisi Produk oleh Ahli Media
No
Perihal
Sebelum Revisi
1 Kelayakan aspek
 Aspek audio dan video belum
audio
optimal
2 Kelayakan aspek
 Cantumkan beberapa teks
penggunaan teks
sumber
belajar/referensi/rujukan
untuk video
 Cantumkan beberapa teks
sumber
belajar/referensi/rujukan
untuk aplikasi secara
keseluruhan
 Cantumkan profil
pengembang untuk menu
tersendiri
Setelah Revisi
 Aspek audio dan video telah
dioptimalkan
 Sumber belajar telah
dicantumkan
 Sumber
belajar/referensi/daftar
rujukan telah dicantumkan
 Profil pengembang telah
dicantumkan pada menu
tersendiri
PEMBAHASAN
Multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik berbentuk aplikasi ini disusun secara utuh yang meliputi halaman awal (salam pembuka,
menu kurikulum, menu utama, menu petunjuk penggunaan dan menu keluar), halaman utama (menu fenomena, menu materi dan menu soal latihan), dan halaman
akhir (salam penutup berupa animasi).
Di dalam multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik
ini, penguasaan konsep siswa didukung dengan adanya kegiatan ilmiah 5M yaitu:
1) mengamati, dalam kegiatan mengamati video fenomena, siswa dituntut untuk
mengeksplor permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan mekanisme yang terjadi di dalam sistem pencernaan manusia, kemudian mereka akan mencari solusi untuk meyelesaikan masalah yang terjadi. Sesuai dengan
pendapat Sutarto (2005) dalam Novrizal (1996) konsep secara sederhana dapat dimengerti sebagai kategori suatu rangsangan (stimulus) berdasarkan atribut-atribut
yang dimilikinya, dalam hal ini rangsangan (stimulus) yang diberikan adalah berupa fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari; 2) menanya, dalam kegiatan menanya siswa dituntut untuk membuat rumusan masalah yang berkaitan
dengan fenomena yang terjadi. Dalam hal ini siswa tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan (Purwanto, 2006); 3) mengumpulkan informasi, dalam mengumpulkan informasi
yang disajikan di dalam menu materi, siswa dapat mengeksplor secara luas untuk
mengumpulkan informasi dalam rangka mencari solusi terhadap fenomena yang
telah mereka amati. Di dalam membangun suatu konsep siswa melakukan pengamatan atau membayangkan sesuatu yang konkret terlebih dahulu, kemudian
siswa diharapkan dapat mengambil makna yang mereka temukan dalam mengumpulkan informasi kemudian mengaplikasikannya sebagai bukti bahwa ia telah menguasai konsep tersebut; 4) mangasosiasikan, dalam kegiatan mengasosiasikan, siswa diharapkan dapat mencari keterkaitan informasi yang diperoleh untuk
menjawab solusi permasalahan berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.
Diharapkan siswa dapat berpikir kritis untuk menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi dan mampu menemukan beberapa konsep yang telah mereka bangun sendiri; 5) mengkomunikasikan, dalam kegiatan mengkomunikasikan siswa dituntut untuk dapat mengemukakan hasil yang telah mereka peroleh dari ke-
9
giatan sebelumnya dengan menggunakan kalimat sendiri, kemudian didiskusikan
bersama teman, sehingga akan didapatkan suatu konsep secara utuh berdasarkan
konsep yang telah mereka temukan. Diharapkan, siswa dapat menerapkan konsepkonsep tersebut untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan seharihari. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa siswa telah menguasai konsep.
Berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi diperoleh hasil bahwa multimedia “layak” digunakan dengan sedikit revisi dan oleh ahli media diperoleh hasil
bahwa multimedia “layak” digunakan tanpa adanya revisi, kemudian pengembang
melakukan revisi yang selanjutnya dilakukan uji coba lapangan. Hasil analisis dengan menggunakan tabel skala persentase kelayakan produk oleh (Arikunto,
1996) menunjukkan nilai persentase pencapaian sebesar 76,60% yang berarti produk ini layak digunakan dan tidak perlu direvisi. Hasil tersebut diperoleh pada saat uji coba lapangan oleh siswa kelas XI IPA MAN Malang 2 Kota Batu. Berdasarkan komentar/saran dari responden dalam hal ini siswa kelas XI IPA MAN
Malang 2 Kota Batu, pengembang diharapkan untuk mengembangkan lebih lanjut
untuk materi selain sistem pencernaan manusia agar pembelajaran lebih menarik
dan menyenangkan serta dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa tidak hanya pada materi sistem pencernaan manusia saja. Diharapkan penguasaan konsep
yang dimiliki siswa akan membawa dampak pada proses berikutnya yaitu siswa
dapat mengolah fakta atau terampil menggunakan suatu konsep dalam menyelesaikan suatu persoalan atau permasalahan. Jika hal tersebut sudah dimiliki oleh
siswa, maka siswa akan mudah mengingat dan mengungkapkan kembali apa yang
telah ia pelajari karena suatu konsep sudah tertanam dalam ingatannya. Sesuai dengan pendapat Sumaya (2004) dalam Helperida (2012) indikator penguasaan konsep yaitu seseorang dapat dikatakan menguasai konsep jika orang tersebut benarbenar memahami konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada di dalamnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan secara keseluruhan, multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik ini “layak” digunakan dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem pencernaan pada siswa.
Saran
1. Saran Pemanfaatan
Berdasarkan kajian produk yang telah direvisi diberikan beberapa saran sebagai berikut.
a. Pengguna khususnya guru harus faham esensi pembelajaran berbasis pendekatan saintifik agar tujuan pembelajaran dalam pendekatan saintifik yang digunakan dapat tercapai dengan baik. Namun dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa dan situasi serta kondisi lingkungan belajar.
b. Fasilitas penunjang diperlukan untuk menunjang dalam pembelajaran yang
dilaksanakan di dalam kelas seperti: LCD agar guru dapat menjelaskan kepada
siswa secara keseluruhan perihal bagian yang tidak dimengerti, headphone atau
headset, dan mouse sehingga siswa lebih fokus dalam menggunakan PC atau laptop.
10
c. Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif berbasis pendekatan saintifik pada beberapa KD lain sebaiknya memanfaatkan tim ahli atau programmer
yang berasal dari pihak sekolah (siswa atau guru yang memahami IT) untuk menekan pengeluaran pembuatan produk yang membutuhkan biaya yang relatif
mahal.
d. Pemilihan materi yang digunakan dalam multimedia pembelajaran interaktif
berbasis pendekatan saintifik sebaiknya untuk materi yang sukar dimengerti oleh
siswa dan ketersediaan media pendukung penyampaian materi tersebut belum terfasilitasi di sekolah.
2. Saran diseminasi
Penyebarluasan hasil-hasil penelitian ini dapat menggunakan beberapa media antara lain media cetak dengan menulis artikel melalui jurnal kependidikan,
ikut dalam seminar/simposium dan didistribusikan ke perpustakaan.
3.
Pengembangan produk lebih lanjut
Pengembangan produk lebih lanjut dengan melakukan beberapa hal sebagai
berikut.
a. Produk ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk materi yang lebih luas pembahasannya, dalam hal fenomena yang disajikan agar lebih bervariasi sehingga
siswa lebih terampil menggunakan suatu konsep dalam memecahkan masalah selain pada materi sistem pencernaan manusia, misalnya sistem pencernaan hewan
vertebrata (aves, reptil, dll).
b. Produk yang dikembangkan dibuat dengan menggunakan sumber gambar asli
atau sebenarnya selain menggunakan gambar animasi agar gambar lebih terlihat
nyata sehingga lebih mudah dipahami.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Borg, W. R., Gall, M. D. 1983. Fourt Edition Educational Research An
Introduction. New York: Longman Inc.
Darliana. 2013. Cara Efektif Mengimplementasikan Penguasaan Konsep.
(Online), (http://paa21ipabdg.blogspot.com/2013/10/cara-efektifmengimplementasikan.html) diakses tanggal 25 Maret 2014.
Helperida, T. 2012. Penguasaan Konsep (Concept Mastery). (Online),
(http://kekeislearning.blogspot.com/2012/09/penguasaan-konsep.html)
diakses tanggal 21 Maret 2014.
Novrizal, F. Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
terhadap Peningkatan Penguasana Konsep Fisika pada Konsep Usaha
dan Energi. (Online),
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3669/1/FERDY
%20NOVRIZAL-FITK.pdf) diakses tanggal 21 Maret 2014.
11
Permendikbud. 2013. Permendikbud Nomor 70 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum SMA-MA. (online)
[http://educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com/2013/04/07-b-salinanlampiran-permendikbud-no-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma_2.pdf]
diakses tanggal 11 Desember 2013.
Pradinata, A. 2012. Arti Penting Pemanfaatan Media. (Online),
(http://andripradinata.blogspot.com/2012/11/arti-penting-pemanfaatanmedia.html), diakses 28 Februari 2014.
Purwanto, N. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Ratnadi, N.W. 2013. Pengaruh Implementasi Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual terhadap Prestasi Belajar IPA dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas
VII SMP Negeri 11 Denpasar Tahun Pelajaran 2009/2010. (Online),
(http://suandawayan65.wordpress.com/2013/02/12/pengaruhimplementasi-pendekatan-pembelajaran-kontekstual-terhadap-prestasibelajar-ipa-dan-sikap-ilmiah-siswa-kelas-vii-smp-negeri-11-denpasartahun-pelajaran-20092010/) diakses tanggal 25 Maret 2014.
Download