Seri: Akhlaq - tarbiyah

advertisement
Seri: Akhlaq
PENYAKIT HATI: SU'UZHAN & KAGUM DIRI
Su'uzhan yaitu perkiraan atau lintasan yang berbuah menjadi pensifatan terhadap
orang lain dengan segala keburukan yang menimbulkan kedukaan pada orang itu,
tanpa disertai dengan bukti dan alasan. Dampak su'uzhan diantaranya yaitu
berkubang dalam berbagai kemaksiatan dan keburukan dengan dalih bahwa Allah swt
tidak melihat dan tidak mengetahuinya. Firman Allah swt,
"Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap
Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang
yang merugi." (QS Fushshilat: 23)
Atau dia berdalih bahwa dirinya tidak akan dibangkitkan dan tidak mengakui adanya
hisab. Allah swt berfirman,
"Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa
kesusahan, pastilah dia berkata, 'Ini adalah hakku dan aku tidak yakin bahwa hari
kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, maka
sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.' ... " (QS Fushshilat:
50)
Dampak buruk lainnya dari su'uzhan yaitu menyepelekan suatu amal dari aneka amal
kebajikan yang sudah dikenal, seperti amal menjenguk orang sakit, melayat jenazah,
menjawab salam, memenuhi undangan, memberi nasihat, mendoakan orang yang
bersin, menghormati tetangga dan amal-amal lainnya. Orang yang berburuk sangka
melakukan amal-amal kebajikan seperti menyuruh kepada kebaikan, mencegah
kemungkaran, bersedekah, mendamaikan kedua pihak yang bermusuhan dan amalamal lainnya karena riya' dan menginginkan suatu keuntungan.
Page
1
Islam mengharamkan berburuk sangka kepada Allah swt, Rasulullah saw dan kaum
mukminin yang dikenal berperilaku shaleh, berakhlak istiqamah dan hidup dengan
bersih. Allah swt berfirman,
www.tarbiyah-online.com
Seri: Akhlaq
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa ... " (QS al-Hujurat: 12)
Rasulullah saw bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kamu mati melainkan
dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah Ta'ala." (HR Muslim)
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan su'uzhan
Di antaranya karena pengaruh lingkungan yang masyarakatnya berakhlak buruk.
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan berteman dengan orang
yang baik dan dengan orang yang buruk adalah seperti berteman dengan penjual
parfum dan peniup api pada pandai besi. Jika kamu berteman dengan penjual parfum,
maka boleh jadi kamu diolesi parfum atau minimal mendapatkan bau harum darinya.
Adapun jika kamu berteman dengan peniup api, maka boleh jadi bajumu terbakar
atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap." (HR Bukhari dan Muslim)
Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang bersu'uzhan karena melakukan aneka
kemaksiatan dan perbuatan buruk lainnya yang dilakukan secara terang-terangan.
Rasulullah saw bersabda, "Seluruh dosa umatku dimaafkan kecuali dosa yang
dilakukan secara terang-terangan. Termasuk terang-terangan ialah bila seseorang
berbuat dosa pada malam hari, kemudian pada pagi harinya Allah menutupinya. Dia
berkata kepada orang lain, 'Hai Fulan, semalam aku melakukan perbuatan ini dan
itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)
www.tarbiyah-online.com
Page
" ... Dan barangsiapa yang ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya
binasalah dia." (QS Thaha: 81)
2
Berburuk sangka akan berakibat buruk, diantaranya terjerumus ke dalam aneka
kemaksiatan dan keburukan. Akibat lainnya yaitu tidak beramal kebajikan dan tidak
mengamalkan ketaatan. Menjadi sasaran kebencian kebanyakan manusia. Seseorang
yang diketahui telah berburuk sangka dan ternyata sangkaannya itu hanya sekedar
tuduhan yang tidak berdasarkan bukti dan argumentasi yang kuat, maka orang yang
telah berburuk sangka tersebut akan dijauhi dan dibenci oleh orang lain. Ini
merupakan sunatullah yang berlaku pada makhluk-Nya. Seseorang yang berburuk
akan menerima kemurkaan Allah swt. Firman Allah swt,
Seri: Akhlaq
Penyakit berburuk sangka dapat diobati dengan membangun akidah yang sehat dan
berdiri di atas landasan berbaik sangka kepada Allah, Rasulullah dan kaum mukmin
yang shaleh. Sikap berbaik sangka tersebut akan melindungi diri kita dari sikap
berburuk sangka. Jika kita telah terlanjur berburuk sangka, segeralah bertobat.
Meninggalkan segala macam bentuk kemaksiatan dan melakukan berbagai amal
kebajikan secara terus menerus. Mendewasakan diri dengan berpegang teguh
terhadap etika Islam dalam memutuskan persoalan dan menghukum seseorang.
Diantara etika Islam tersebut adalah berpegang teguh pada aspek lahiriah dan
menyerahkan urusan batiniahnya kepada Allah swt.
KAGUM DIRI
Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang merasa
bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri paling baik melebihi orang lain.
Faktor-faktor penyebab sikap kagum diri, diantaranya pujian yang diberikan kepada
seseorang secara berlebihan dan tanpa mengindahkan tata cara yang ditetapkan
syariat Islam dalam memberikan pujian kepada seseorang. Pujian tersebut
mempengaruhi orang yang dipuji. Dia akan merasa mempunyai kelebihan yang tidak
dimiliki orang lain. Ini akan membuat orang yang dipuji merasa kagum pada diri
sendiri. Tata cara atau etika memuji dalam syariat Islam ada tiga yaitu tidak boleh
berlebihan, ditujukan untuk hal-hal yang benar dan tidak menimbulkan fitnah, yaitu
membuat orang yang dipuji menjadi kagum pada dirinya sendiri. Apabila tata cara
tersebut dapat dipenuhi, maka seseorang boleh memuji orang lain.
Dari Abdurahman bin Abi Bakrah dari ayahnnya menceritakan bahwa ada seseorang
memuji orang lain dihadapan Rasulullah saw. Rasulullah saw lalu bersabda, "Celaka
engkau! Engkau memotong leher saudaramu." Rasulullah saw mengulangi beberapa
kali perkataan tersebut. Kemudian Rasulullah saw bersabda,
"Apabila engkau terpaksa harus memuji seseorang, hendaknya engkau berkata,
'Sepanjang yang aku ketahui tentang dia-dan Allah juga mengetahui tentang dia dan
saya tidak dapat menyembunyikan dia dihadapan Allah-dia begini dan begitu.'" (HR
Bukhari dan Muslim)
Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang kagum diri yaitu orang yang kagum diri
hanya memperhatikan nikmat yang didapatinya tanpa memperhatikan Zat yang
memberikannya. Ia merasa nikmat tersebut didapatnya karena kepandaiannya, bukan
karena pemberian Allah swt, seperti anggapan Qarun. Allah swt menceritakan
perkataan Qarun mengenai harta yang dimilikinya dalam Al Qur'an,
"Qarun berkata, 'Sesungguhnnya aku diberi harta itu hanya karena ilmu yang ada
padaku.'" (QS al-Qashash: 78)
Orang yang kagum diri lupa atau pura-pura lupa bahwa segala kenikmatan yang
diperolehnya semuanya hanya berasal dari Allah swt. Allah swt berfirman:
Page
3
“Dan apa saja yang ada di langit dan di bumi, maka itu dari Allah (datangnya)”. (QS
an-Nahl: 53)
www.tarbiyah-online.com
Seri: Akhlaq
“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun. Lalu Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur.” (QS an-Nahl: 78)
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah
yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, maka mengapa kamu berpaling (dari-Nya).” (QS
Fathir: 3)
Lalai atau tidak memahami hakikat diri dapat menyebabkan seseorang menjadi
kagum diri. Seseorang yang kagum diri, tidak sadar akan hakikat dirinya, bahwa
dirinya berasal dari air yang hina yang keluar dari tempat keluarnya air kencing,
selalu berada di dalam kekurangan sepanjang hidupnya dan akan kembali ke dalam
tanah menjadi bangkai. Selain tidak memahami hakikat dirinya, seseorang juga dapat
menjadi kagum diri karena dia selalu mendapatkan penghormatan yang berlebihan
dari masyarakat, yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, orang-orang
berdiri cukup lama untuk menghormatinya, mencium tangan, menundukkan kepala
mereka sampai berlebihan, berjalan dibelakangnya dan penghormatan yang
berlebihan lainnya. Rasulullah saw bersabda,
"Barangsiapa mengharapkan agar orang berdiri (di waktu dia datang), maka bersiapsiaplah untuk mengambil tempat di neraka." (HR Abu Daud)
Suatu ketika Rasulullah saw mendatangi para sahabatnya. Saat itu para sahabat
sedang bersandar pada tongkat. Ketika melihat yang datang adalah Rasulullah saw,
mereka segera berdiri tegak dengan maksud untuk menghormatinya, maka Rasulullah
saw yang melihat hal tersebut bersabda, "Janganlah kalian berdiri seperti yang
dilakukan bangsa lain dalam menghormati satu sama lainnya." (HR Abu Daud)
Seseorang yang mendapatkan ketaatan yang berlebihan dari orang lain, yang lepas
dari ketentuan-ketentuan Allah swt. Apapun kehendaknya selalu dipenuhi, baik
kehendak tersebut baik atau buruk. Ini pada akhirnnya dapat menjadikan seseorang
kagum diri. Rasulullah saw bersabda,
Page
4
"Wajib atas orang Muslim untuk taat (kepada pemimpinnya), suka atau tidak suka,
kecuali jika ia diperintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah. Apabila seorang
pemimpin memerintahkannya melakukan maksiat, maka dia tidak boleh
mematuhinya." (HR Muslim)
www.tarbiyah-online.com
Download