Modul Metode Penelitian Kualitatif [TM1].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Metode Penelitian
Kualitatif
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Advertising &
Marketing
Communications
01
Kode MK
Disusun Oleh
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Abstrak
Kompetensi
Modul ini dipergunakan dalam
perkuliahan Metode Penelitian
Kualitatif, pertemuan 1. Pokok bahasan
dalam Modul ini mencakup mengenai:
asumsi dasar riset, ruang lingkup riset
komunikasi, metode ilmiah, dan
signifikansi logis isu-isu filosofis
terhadap riset penelitian.
Mahasiswa dapat memahami mengenai
asumsi dasar riset, ruang lingkup riset
komunikasi, metode ilmiah, dan
signifikansi logis isu-isu filosofis
terhadap riset penelitian..
Asumsi Dasar Riset Komunikasi
Apa itu riset ilmiah?
Riset atau penelitian merupakan sebuah istilah yang tidak asing bagi kalangan akademisi
dan praktisi. Hampir di semua bidang pekerjaan maupun pendidikan riset menjadi suatu
aktivitas penting yang perlu dipahami oleh para individu yang terlibat di dalamnya. Riset
sendiri mengacu pada istilah “to search for, to find” atau aktivitas atau usaha untuk mencari
informasi atau memecahkan suatu masalah tertentu. Secara lebih sederhana riset dapat
diartikan sebagai usaha untuk menemukan atau menjawab tujuan-tujuan tertentu.
Riset bukanlah hal asing dalam kehidupan kita. Riset mungkin saja menjadi bagian dari
aktivitas kita sehari-hari. Contohnya saat kita berada disebuah lingkungan baru dan mulai
bertanya-tanya dan ingin mencari tahu mengenai orang-orang yang baru kita temui,
bertanya tentang nama, alamat, asal-usul, dan lain sebagainya adalah suatu contoh
sederhana dari riset dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun terlihat sederhana dan dekat dengan kehidupan kita, namun ternyata riset yang
kita lakukan sehari-hari tersebut seringkali dilakukan tanpa menggunakan suatu metode
yang ilmiah (scientific method). Untuk itu dalam penerapannya pada dunia akademis
maupun praktis, riset yang dilakukan harus melalui serangkaian metode dan proses ilmiah,
sistematis, objektif dan terfokus. Inilah yang disebut dengan riset ilmiah atau scientific
research.
Riset
ilmiah
didasarkan
pada
pedoman-pedoman
baku
yang
harus
dapat
dipertanggungjawabkan secara logis baik dari penentuan tujuannya hingga penarikan
kesimpulan dan penulisan hasilnya. Untuk itu secara umum dalam pelaksanaannya riset
ilmiah memerlukan waktu dan sumber daya (materi dan non-materi) yang lebih besar
dibandingkan dengan riset sehari-hari (everyday research).
Untuk memberikan gambaran mengenai perbedaan antara riset ilmiah dan riset sehari-hari,
dapat dilihat pada table berikut:
‘13
1
Metode Penelitian Kualitatif
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 1.1
Perbedaan Jenis Riset
Sumber: Kriyantono, R., 2006. Hal 2
RISET SEHARI-HARI (EVERYDAY
RESEARCH)
Intuisi
Berdasarkan teori
Anggapan umum (common sense)
Terstruktur
Tidak ada aturan (casual)
Ada aturan ketat yang sistematis
Dilakukan setiap saat
Terencana
Pilih-pilih (selective)
Objektif, tidak memihak
Kebetulan
Pemikiran ilmiah
Fokus pada keputusan pribadi
Fokus pada pengetahuan tentang realitas
RISET ILMIAH (SCIENTIFIC RESEARCH)
Dari tabel 1.1 dapat dikatakan bahwa riset merupakan proses penyelidikan secara hati-hati,
sistematis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang cermat guna
menetapkan suatu keputusan yang tepat. Menurut Henry Mannaheim, penelitian dalam ilmu
pengetahuan adalah “an intersubjective, accurate, systematic analysis of determinate of
body empirical data, in order to discover recurring relationship among phenomena”. Jadi
riset bertujuan menemukan hubungan diantara fenomena melalui analisis yang akurat dan
sistematik terhadap data empiris. Ilmu pengetahuan dengan demikian bertujuan
menjelaskan suatu fakta, dan memahami hubungan antar fakta (Kriyantono, R., 2006, hal 2).
Riset dalam Lingkup Komunikasi
Sama halnya dengan riset pada pemahaman sehari-hari, aktivitas komunikasi juga
seringkali disalahartikan sebagai proses sederhana yang tidak perlu dikaji secara ilmiah, hal
ini terjadi karena anggapan bahwa komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang terjadi secara alamiah sebagai konsekuensi dari proses interaksi yang
dilakukan manusia sebagai mahluk sosial. Pada kenyataannya, komunikasi adalah proses
yang melibatkan berbagai elemen yang perlu dikaji secara ilmiah terutama karena
didalamnya terdapat tujuan yang perlu dicapai. Untuk itu, riset memegang peranan penting
dalam praktik/lingkup komunikasi.
Elemen-elemen dasar komunikasi yaitu: Komunikator, pesan, saluran, komunikan, efek, dan
umpan balik. Dan adapun tujuan komunikasi yaitu untuk dapat memberikan masukan/efek
bagi aspek kognitif, konatif dan afektif komunikan. Agar tujuan komunikasi dapat tercapai
‘13
1
Metode Penelitian Kualitatif
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
maka banyak hal yang harus diperhatikan utamanya oleh komunikator agar komunikasi
dapat berlangsung secara efektif dan tepat sasaran.
Secara spesifik riset memegang peranan penting dalam pemeriksaan tiap-tiap elemen
komunikasi. Misalnya seorang komunikator harus mampu memahami dengan baik siapa
komunikatornya. Selanjutnya dengan pemahaman ini komunikator tersebut dapat mengecek
seperti apa kebutuhan komunikan tersebut, apa yang diharapakan, serta bagaimana cara
menyampaikan pesan agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Kegagalan dalam memahami
hal-hal ini dapat berujung juga pada kegagalan komunikasi. Disinilah kita dapat melihat
peranan dari riset, yaitu saat komunikator mengerahkan usahanya untuk dapat memahami
lingkungannya dalam proses komunikasi yang dilakukan.
Dalam aplikasinya pada ranah industri komunikasi, misalnya dalam bidang Public Relations,
Advertising, dan Broadcasting, riset merupakan nadi dari semua strategi dan aktivitas yang
dilakukan. Orang-orang yang bekerja pada bidang-bidang komunikasi ini tentunya perlu
melakukan riset atau setidaknya memiliki data hasil riset (yang dapat diperoleh dengan
membeli pada lembaga-lembaga riset) untuk dapat menyusun strategi dan program
komunikasinya masing-masing. Misalnya seorang PR harus dapat menyusun dengan baik
informasi apa yang perlu dan tidak boleh disampaikan pada khalayaknya, dan seorang
kreator iklan juga harus menyesuaikan cara penyampaian iklan dengan target market yang
dituju.
Pelaksanaan riset ilmiah juga harus didasarkan pada kemanfaatannya, dalam berbagai
aspek. Yaitu, manfaat teoretis/akademis, praktis, sosial, dan metodologis.
Cakupan Riset Komunikasi
Objek ilmu ada dua, yaitu objek material atau subject matter dan objek formal atau focus of
interest (Kriyantono, 2006, hal.11). Adapun objek material dalam Ilmu Komunikasi, sama
halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya adalah perilaku manusia. Sedangkan objek formal
yang dalam Ilmu Koomunikasi, yaitu yang membedakannya dengan ilmu lainnya adalah
“segala produksi, proses, dan pengaruh dari system tanda dan lambang melalui
pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan
menjelaskan fenomena yang berkaitan denga produksi, proses, dan pengaruh dari system
tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia” (Kriyantono, 2006, hal.11).
‘13
1
Metode Penelitian Kualitatif
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari penjelasan mengenai objek material dan objek formal dalam Ilmu Komunikasi tersebut,
secara lebih lanjut kita dapat melacak cakupan riset komunikasi dengan melihat satu
persatu elemen-elemen dalam proses komunikasi. Menurut Harold Laswell elemen-elemen
dalam proses komunikasi tersebut dapat dijelaskan dengan lebih sistematis dengan definisi
komunikasi, yaitu “who says what in which channel to whom with what effect”.
WHO
says
WHAT
in WHICH
channel
to WHOM
with
WHAT
EFFECT
Cakupan riset dalam elemen-elemen komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Riset komunikator (WHO), yaitu riset terkait dengan penyampai pesan/komunikator.
Dalam hal ini komunikator dapat berupa perseorangan maupun institusi/organisasi.
Contohnya dalam sebuah riset mengenai perancangan strategi kreatif periklanan
yang dilakukan oleh suatu agensi periklanan. Agensi periklanan disini dianggap
sebagai komunikator yang memiliki kepentingan untuk menyampaikan pesan
komunikasi pemasaran tertentu.
b) Riset pesan (says WHAT), yaitu riset mengenai sebuah pesan komunikasi dalam
berbagai konteks komunikasi pribadi, kelompok, hingga massa. Contohnya riset
mengenai pesan iklan sebuah merek jam tangan mewah, salah satu bentuk riset
yang dapat dilakukan misalnya untuk menganalisis makna-makna implisit yang
terkandung dalam sebuah visual iklan.
c) Riset media (in WHICH channel), yaitu riset mengenai saluran komunikasi.
Contohnya riset tentang keefektifan media iklan luar ruang dalam membangun
awareness konsumen sasaran.
d) Riset khalayak (to WHOM), yaitu riset mengenai sasaran/komunikan dalam sebuah
proses komunikasi. Contohnya, riset tentang opini khalayak mengenai sebuah iklan
di televisi.
e) Riset efek (with WHAT effect), yaitu riset terkait dengan hasil/dampak dari sebuah
program komunikasi. Contohnya, riset tentang minat beli konsumen yang dikaitkan
dengan terpaan iklan tertentu.
‘13
1
Metode Penelitian Kualitatif
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berbagai cakupan riset diatas dapat diterapkan pada semua tingkatan atau konteks
komunikasi, mulai dari komunikasi interpersonal, kelompok, organisasi, hingga komunikasi
massa (Kriyantono, 2006, hal.13).
Komunikasi terjadi dimana saja kapan saja, hampir semua kegiatan manusia dapat dikaitkan
dengan aktivitas komunikasi. Bahkan sebuah pepatah mengatakan bahwa diamnya
seseorang juga adalah komunikasi. Hal ini menegaskan bahwa aktivitas komunikasi
merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Adapun implikasinya
pada riset yaitu kita juga dapat menemukan berbagai fenomena komunikasi yang dapat
dijadikan fokus dalam sebuah riset komunikasi. Hanya saja dibutuhkan argument yang logis
dan kuat untuk memilih sebuah focus riset komunikasi, dikaitkan dengan urgensi serta
kemanfaatannya baik secara akademis, praktis, sosial, hingga metodologis.
Manfaat akademis/teoretis merupakan manfaat yang dapat digunakan untuk pengembangan
kelimuan melalui upaya mengkaji, menerapkan, menguji, menjelaskan atau membentuk
teori-teori, konsep, maupun hipotesis-hipotesis tertentu. Dalam hal ini seorang peneliti dapat
memulai risetnya dengan menanyakan apakah sebuah teori masih layak digunakan untuk
menjawab fenomena atau justru periset mengamati fenomena yang akhirnya dapat
menghasilkan teori baru (Kriyantono, 2006, hal.5).
Adapun manfaat praktis yaitu ditujukan untuk konsumsi praktisi, secara spesifik untuk
memberikan rekomendasi atau masukan kepada para pelaku industri komunikasi untuk
meningkatkan, memperbaiki, membangun system, program, aktivitas, komunikasi yang
mereka lakukan.
Manfaat sosial, pada umumnya ditujukan untuk mengubah suatu struktur sosial, khususnya
melalui kritik-kritik terhadap struktur sosial yang dianggap kurang ideal karena ketidakadilan,
dominasi yang tidak seimbang, dan lain sebagainya.
Sedangkan manfaat metodologis berkaitan dengan masukan-masukan yang dapat diberikan
bagi pengembangan sebuah metode riset yang sudah ada maupun untuk membangun
metode riset yang baru.
‘13
1
Metode Penelitian Kualitatif
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Elemen-elemen dalam Riset
Secara umum elemen-elemen dalam riset komunikasi adalah elemen-elemen yang juga
berlaku pada riset ilmu-ilmu sosial lainnya. Memahami elemen-elemen ini merupakan hal
yang perlu dilakukan oleh peneliti dan calon peneliti sebelum mendalami riset yang akan
dilakukan. Elemen-elemen yang berlaku baik bagi penelitian kualitatif maupun kuatitatif
tersebut diantaranya adalah: konsep, konstruk, variable, hipotesis, data, dan teori.
a) KONSEP
Menurut Bungin (2001), konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena
tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama.
Sedangkan Kerlinger (1986) mendefinisikan konsep sebagai abstraksi yang dibentuk
dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi dapat dikatakan bahwa konsep
mengacu pada sejumlah ciri atau standar umum suatu objek tertentu (Kriyantono,
2006, hal.17).
Konsep
digunakan
untuk
menyederhanakan
proses
riset
dengan
cara
mengkombinasikan karakteristik-karakteristik tertentu, objek-objek atau individuindividu ke dalam kategori yang lebih umum. Contohnya ‘warna’ adalah sebuah
konsep yang menggeneralisasikan ‘merah’, ‘kuning’, ‘hijau’, dan lain sebagainya.
Dan kilogram, ons, ton, kwintal digeneralisasikan dengan konsep ‘satuan berat’.
Adapun konsep ‘media massa’ mengacu pada ‘televisi’, ‘radio’, ‘majalah’, ‘koran’, dan
lain sebagainya.
Penggunaan konsep dalam penelitian juga dapat mempermudah komunikasi di atara
orang-orang yang terkait dalam pelaksanaan sebuah riset (seperti ilmuwan,
akdemisi, praktisi, mahasiswa).
b) KONSTRUK
Konstruk adalah konsep yang dapat diamati dan diukur atau memberikan batasan
pada konsep. Dalam tahapan riset, proses ini termasuk pada definisi konsep.
Misalnya, “kemiskinan” adalah konsep setelah pengertiannya dibatasi secara khusus
sebagai “kondisi di mana penghasilan per bulan di bawah Rp 200.000” sehingga
dapat diamati dan diukur maka disebut konstruk. Contoh lainnya yaitu, “terpaan iklan
di radio” dibatasi sebagai frekuensi tayangan iklan yang didengarkan setiap hari
(Kriyantono, 2006, hal.20).
‘13
1
Metode Penelitian Kualitatif
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c) VARIABEL
Varibel umumnya digunakan pada penelitian-penelitian dengan metode kuantitatif,
sebaliknya tidak digunakan dalam penelitian kualitatif. Varibel adalah suatu konstruk
yang sifat-sifatnya telah diberi nilai dalam bentuk bilangan. Untuk itulah mengapa
varibel lebih familier digunakan dalam penelitian-penelitian yang melibatkan angka
dan perhitungan (kuantitatif). Contohnya saat kita memberikan nilai pada konstruk
“frekuensi menonton” dengan skala (1) sangat sering, (2) sering, (3) jarang, (4)
sangat jarang, dan (5) tidak pernah.
d) HIPOTESIS
Sama halnya dengan variable, istilah hipotesis juga lebih familier digunakan dalam
penelitian-penelitian kuantitatif. Hipotesis mengacu pada pernyataan-pernyataan
atau pendapat yang masih belum tentu kebenarannya dan perlu diuji terlebih dahulu
(melalui proses riset) dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal. Dalam
riset, hipotesis digunakan untuk menjembatani teori dan hasil empiris.
e) DATA
Data tersebar dimana saja, untuk membuatnya menjadi berarti maka diperlukan
suatu proses pengolahan untuk merubah data tersebut menjadi informasi. Adapun
riset melibatkan prosedur-prosedur untuk mengolah data untuk menjadi informasi
yang dapat dianggap sebagai kebenaran.
Data terbagi atas data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang
bersifat konkret karena dapat dikuantitaskan berupa angka-angka. Data ini bersifat
objektif dan dapat ditafsirkan oleh semua orang. Sedangkan data kualitatif adalah
data yang berbentuk kata-kata, kalimat, maupun narasi. Data ini berhubungan
dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pernyataan atau kata-kata.
f)
TEORI
Fungsi teori dalam riset adalah untuk membantu periset menerangkan fenomena
sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah
himppunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan
pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variable
untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
‘13
1
Metode Penelitian Kualitatif
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori mempunyai peranan penting dalam sebuah riset. Karena teori membimbing
jalannya riset. Teori juga membantu periset menerangkan gejala, memprediksikan,
dan mengontrol gejala tersebut.
Terdapat perbedaan fungsi teori dalam riset dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Wallace mengatakan bahwa riset kuatitatif berawal dari teori, yang
berfungsi sebagai sarana informasi ilmiah yang membantu periset menyusun
masalah riset yang lebih jelas dan sistematis. Dalam riset kuantitatif ini teori juga
berfungsi sebagai titik tolak pemikiran, dan kerangka bagi riset yang baru terhadap
fakta-fakta yang lain.
Sedangkan pada riset kualitatif, proses riset berawal dari suatu observasi atas
gejala, maka fungsi teori adalah membuat generalisasi-generalisasi yang abstrak
melalui proses induksi. Riset kualitatif bersifat menjelajah (exploratory), dimana
pengetahuan mengenai persoalan masih sangat kurang atau belum ada sama sekali
teorinya. Jadi, disini teori bersifat tidak mengekang periset. Teori berfungsi sebagai
pisau analisis, membantu periset untuk memaknai data, dimana seorang periset
tidak selalu berangkat dari satu jenis teori tertentu.
‘13
1
Metode Penelitian Kualitatif
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Kriyantono, R. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.
Daymon, C., Holloway, I 2002. Riset Kualitatif: Public Relations & Marketing
Communications. Yogyakarta: Penerbit Bentang.
Sukidin, B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Penerbit Insan
Cendekia.
‘13
1
Metode Penelitian Kualitatif
Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download