keefektifan kepemimpinan

advertisement
Sari, A. P (2017)
Keefektifan dan Peran Gender dalam Kepemimpinan.
Keefektifan dan Peran Gender dalam Kepemimpinan.
Anugrah Permata Sari. Program Studi Psikologi, Nim: 2016031006, Universitas Pembangunan Jaya,
Tangerang Selatan, Indonesia, Email : [email protected]
Keefektifan dalam kepemimpinan apakah diperlukan?
Dalam sebuah oraganisasi keefektifan seorang pemimpin dan peran gender akan
mempengaruhi apa yang akan terjadi didalam organisasi. Keberhasialan, kenyamanan, atau
kegagalan di dalam oraganisasi biasa nya didasarkan oleh ke efektifan seorang pemimpin atau
peran gender dalam oraganisasi. Dibawah ini akan menjelaskan beberapa pengertian dari
kepemimpinan itu, yaitu :
1. Kepemimpinan itu adalah sebuah proses social dimana seseorang individu sengaja
memberikan pengaruh atas orang lain untuk struktur perilaku dan hubungan mereka.
2. Kepemimpinan ialah Mempengaruhi, memotivasi, dan memungkinkan orang lain untuk
berkontribusi dengan anggotanya untuk mencapai keberhasialan dan ke efektivitasannya
dalam sebuah organisasi.
Arti lain dari kepemimpinan menurut para ahli manajemen diantaranya :
1. H. Koontz dan Cyril O’Donnel (1982)
Kepemimpinan adalah suatu seni atau proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga
mereka mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok.
2. G. R. Terry (1954)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar bekerja dengan
ikhlas untuk mencapai tujuan bersama.
3. Davis (1977)
Kepemimpinan adalah kemampuan mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah
ditentukan dengan penuh semangat.
Dari pengertian-pengertian kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
ialah usaha untuk mempengaruhi, memotivasi orang lain yang akhirnya bisa mencapai tujuan
yang diinginkan secara bersama.
Ada 3 teori yang membahas asal kepemimpinan, yaitu :
a. Traits theory (teori sifat asli atau perangai)
Teori ini melihat seorang pemimpin dari sifat atau perangai yang dimilikinya.
b. Behavior theory (teori tingkah laku)
Perilaku pemimpin tersebut sering disebut sebagai gaya kepemimpinan (The style of
leader).
c. Congtingency theory (teori situasional)
Teori ini bahwa kepemimpinan muncul dari setiap situasi. Setiap situasi akan
memunculkan pemimpin sesuai dengan karakter situasi yang ada. Artinya, pemimpin yang
efektif bukan disebabkan oleh tingkah laku atau sifat, tetapi oleh kondisi.
Sebaliknya kepemimpinan yang efektif adalah fungsi dari hasil yang dihasilkan oleh mereka
yang sedang memimpin, biasanya dioperasionalkan sebagai kinerja jangka panjang yang sukses
dari para pemimpin kelompok atau bahawannya.
Kriteria kemampuan kepemimpinan yang efektif sebenarnya tidak mempunyai standart yang
baku. Secara umum kemampuan pemimpin yang efektif tercantum di dalam kriteria berikut ini,
yaitu :
1. Kepemimpinan untuk menerima tanggung jawab.
2. Kemampuan perspektif
3. Kemampuan bersifat objektif
4. Kemampuan untuk membentuk prioritas
5. Kemampuan untuk berkomunikasi.
Dalam organisasi ada juga yang disebut dengan kepemimpinan bersama yaitu
kepemimpinan yang secara luas yang didistribusikan untuk semua anggota kelompok jadi orangorang yang ada di dalam sebuah kelompok atau organisasi memimpin satu sama lain. Dalam
organisasi atau kelompok biasa nya ada peran gender dalam kepemimpinan nya. Peran gender
sangat lah mempengaruhi kondisi dan situasi yang ada dalam organisasi itu.
Teori peran gender menurut (Eagly, 1987) menyatakan bahwa orang mengembangkan
harapan peran gender untuk diri mereka sendiri dan orang lain berdasarkan keyakinan mereka
tentang apa perilaku yang dapat diterima secara social untuk pria ataupun wanita. (Eagly &
Johnson,1990). Menurut Bem (1974) maskulinitas telah dikaitan dengan orientasi instrumental,
fokus kognitif pada” mendapatkan pekerjaan yang dilakukan” dan feminitas telah dikaitkan
dengan orientasi ekspresif, perhatian afektif untuk kesaejahteraan lainnya.
Ada sebuah penelitian tentang pengaruh gender pada kepemimpinan. Studi menunjukan
bahwa baik perempuan atau laki-laki dapat menjadi pemimpin yang efektif (Dobbins &
Platz,1986; Drazin & Auster, 1987 dalam Krum) dan laki-laki dan perempuan sebagai pemimpin
dirasakan oleh diri mereka sendiri dan dirasakan yang lainnya memiliki perbedaan dalam cara
kepemimpinannya. Ciri-Ciri laki-laki yang sukses dalam kepemimpinan yang mempunyai
kemampuan kepemimpinan, kepercayaan diri, objektivitas, dan ambisi. Karakteristik itu
biasanya dianggap penting bagi kepemimpinan yang sukses.
Alice Eagly telah menjadi pemimpin dirinya dalam membawa isu-isu gender ke depan
dan pusat studi kepemimpinan. Dalam serangkaian meta-analisis ia dan rekan-rekannya
mengidentifikasi variable penting dan dirangkum gambaran besar yang terlibat dalam
menghubungkan kepemimpinan gender. Eagly dan Blair Johnson (1990) memandang peran
gender dalam gaya kepemimpinan dan menemukan konsisten (walaupun kecil) perbedaan antara
pria dan wanita, termasuk fakta bahwa wanita lebih partisipatif dan interpersonal berorientasi
daripada laki-laki.
Pada meta-analisis yang dilakukan oleh Eagly & Johnshon (1990) berdasarkan dari
perbedaan sifat-sifat dasar gender, Eagly dan Johnson merumuskan gaya kepemimpinan
otokratik dan demokratik adalah yang paling representatif didalam membedakan gaya
kepemimpinan perempuan dan laki-laki yang apabila dilihat dari sudut pandang stereotip tentang
gender maskulin yang menggambarkan sosok individu yang kuat, tegas dan berani adalah
gambaran dari gaya kepemimpinan otokratik sedangkan gender feminin yang menggambarkan
sosok yang memperlihatkan sifat-sifat yang hangat dalam hubungan personal, lebih suka
berafiliasi dengan orang lain dari pada mendominasi adalah gambaran dari gaya kepemimpinan
demokratik, maka yang perlu dipahami adalah kembali pada sudut pandang stereotip tentang
perbedaan gender yang mengganggap laki-laki adalah maskulin sedangkan perempuan adalah
feminin. Berdasarkan dari pemahaman tersebut Eagly dan Johnson berasumsi bahwa gaya
kepemimpinan laki-laki cenderung otokratik dan perempuan cenderung demokratik.
Temuan terakhir ini konsisten dengan karya awal pada teori peran gender. Para penulis
menyimpulkan dari tinjauan eksistensif mereka bahwa perempuan cendrung kehilangan otoritas
atau kekuasaan yang sah jika meraka bekerja terlalu feminim (partisipasif dan interpersonal
berorientasi) gaya kepemimpinan didominasikan dalam peran laki-laki (Eagly & Johnson, 1990).
Eagly dan Johnson (1990) melakukan meta-analisis dari lebih 160 studi yang membandingkan
gaya laki-laki dan perempuan dan mereka menemukan bahwa stereotip orientasi tugas dan
orientasi orang yang benar hanya dalam studi laboratorium, tidak dalam studi bidang pemimpin
sejati.
Eagly dan Steven Karau (1991) menggunakan teori peran gender sebagai latar belakang,
bahwa pria akan muncul sebagai pemimpin dalam konsep atau situasi yang konsisten dengan
peran gender laki-laki dan perempuan akan muncul sebagai pemimpin dalam konteks atau situasi
yang konsisten dengan peran gender perempuan.
Ada penelitian lain tentang hubungan peran gender dalam organisasi yang dikemukakan
oleh Sara Levinson penelitian nya tentang hubungan gender dan kepemimpinan seorang Presiden
Properti NFL, Inc di New York. Ia mengungkapkan pertanyaan secara langsung dalam sebuah
tanya jawab dengan seluruh anggota laki-laki yang ada di timnya. Ia bertanya kepada mereka:
“Apakah kepemimpinan saya berbeda dengan laki-laki?” Jawab mereka: “ya” (dikutip dalam
Sudarmo, 2008) Jawaban ini cukup memberikan dukungan bahwa ada perbedaan gaya
kepemimpinan antara perempuan dan laki-laki. Misalnya :

Perempuan cenderung lebih memiliki perilaku yang demokratis dan partisipatif, seperti
hormat pada orang lain, perhatian pada orang lain, Gaya seperti ini mengacu pada
kepemimpinan interaktif, gaya seperti ini memiliki unsur-unsur kepemimpinan yang
transformasional, yakni yang inspirasional.

Berbeda dengan laki-laki yang cenderung lebih mengarah pada perilaku yang directive
(mendasarkan pada instruksi) dan assertive (cenderung agresif dan dogmatik), dan
menggunakan otoritas yang baiasanya ia miliki untuk melakukan “kontrol dan komando”
Studi terbaru menunjukan bahwa sekarang ada lebih banyak kesempatan mentoring bagi
perempuan preposional (Ragins & cotton,1991). Kombinasi peluang mentoring yang lebih besar
dan pengembangan sukses gaya kepemimpinan perempuan (kepemimpian interaktif) dapat
menunjukan bahwa masyarakat ini bergerak menuju equitas kepemimpinan yang lebih besar
untuk pria dan wanita.
DAFTAR REFRENSI
Achmad, Zein., Wahyono. Psikologi industri. Jakarta : Lentera Printing.
Krumm, Diane. (2001). Psychology at work. America : Worth publishers.
Levy, P. E. (2006). Organization psychology understanding the workplace.
USA : Houghton mufflin company.
Mcshan, S. L., Glinow, M. A. V. (2010). Organization behavior. America : Mc. Graw-Hill.
Pierce, J. L., Newstrom, J.W. (2011). Leaders and the leadership process reading, selfassements and applications. Singapore : Mc Graw-Hill.
Download