PERSEPSI MASYARAKAT CINA BENTENG TERHADAP

advertisement
PERSEPSI MASYARAKAT CINA BENTENG TERHADAP PENDIDIKAN
(Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
DisusunOleh :
DARA RAHMITA DEWI
NIM : 1110015000122
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
SURAT PBRNYATAAN KARYA TLI\{IAH
Saya yang bertanda tangan di baivah ini:
Nama
: Dara Rahmita Dervi
Nim
:1110015000122
Tempat/Tgl.Lahir: Jakarta, 18 Agustus 1991
Jurusan
: Pendidikan IPS/ Sosiologi
Judul Skripsi
: Persepsi lvlas1,3p3Lu1 Cina Bentenc l'erhadap Pendidikan
Dengan ini menyatakan bahrva:
1.
Skripsi ini merupakan hasil kan,a sendiri vans diajukan untuk nremenuhi
salah satu persyaratan dalant memperoleh gelar Sarjana Strata
(Sl)
di
Universitas Islarn Negeri Syarif I{idayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber )rang sava gunakan dalan-r penulisan Skripsi ini telah sava
canlumkan sesuai dengart kelcntuan vang berlaku
di Unii'ersitas
Islan-i
Negeri Sl,arif Llidayatullah .lakarta.
J.
Jika dikemudian hari terbukti bahri'a karl'a ini bukan hasil kary'a asli sal'a
ataLr
jiplakan dari karl'a orang lain. n-raka sava bersedia menerima sanksi
berdasarkan ketentuan yang berlaku di
ulN Syarif Hidal,atullah
,.-
"
rI
ffi-EIE=RAI
Jakarta,
&,r'*4
TElVl.rP-lEL
'n FEd:
-e-
'r 2014
'E----'r"-,---
535D9ADF190015338
Dara Rahmita Deu'i
NrM.
111001500012
PERSEPSI MASYARAKAT CINA BENTENG TERHADAP PENDIDIKAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
Di Susun Oleh:
DARA RAHMITA DEWI
NIM. 111001s000122
Dibawah Birnbingan:
Dosen Pembimbing I
Dosen Penrtrirnbing II
fta
Anissa \Yindarti. N(.Sc
6 199i02 1 002
NII'.
198208A2 201101 2 005
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERT
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
20ts
ilt
LSI\IBAR PEN GESAHAN PE]\{BIMBIN
G SI(RI PSI
Skripsi berjudul Pcrscpsi Masyarakat cina Bcnteng -ferhatrap
Pendidikanyang disusun olelr Dara Rahrnita
Dewi, NIM I 11001 500ar22,
Jumsan Pendidikan Ips, Fakultas Ihnu Tarbiyah
dan Keguruan, universitas Islam
Negeri Syaril'llidayatullnh Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang
munaqasarr sesuai
ketentuan yang ditetal:kan oleh fakultas.
Jakarta,
l7
Desember 2014
Yang nrengesahkan.
Dosen Penrbirribing I
Do.serr Pernbirnbing i I
I
-).,:.[
( ltYt\
Anissa WLndarti. I\{.Sc
NIP.
19700 6a6 139"702
1 002
NIP. 198208A22A1I01 2 00s
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul "Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
(Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang. Kota Tangerang)" disusun
oleh Dara Rahmita Dewi, NIM: 1110015000122, diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 15 Januari 2015
dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta, l5 Januari 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Dr. Iwan Purwanto.
M.Pd.
i
NIP: 1 97304242008011012
S
ekretaris (Sekretaris Jurusan /Prodi)
tkl:
Drs. Syaripulloh. M.Si.
*!'
NIP: I 96709092007 011033
Penguji I
is-|
./.t-
Dr. Iwan Purwanto. M.Pd.
ls-
.-.....
NIP: 1 97304242008011012
Penguji II
Drs. H. Nurochirh. MM
NrP. 19590715 1984031003
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
NIP:
1
9591 0201 986032001
v
Tanda Tangan
ABSTRAK
DARA RAHMITA DEWI. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap
pendidikan (Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang). SKRIPSI. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah. 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Cina
Benteng terhadap Pendidikan, dan Peran Lembaga atau Istitusi Pendidikan.
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukasari, kota Tangerang. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel
yaitu purposive sampling dan snowball sampling. Istrumen penelitian yang
digunakan adalah wawancara dan observasi. Pemerikasaan dan pengecekan data
dalam menguji credibility and transferability. Penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi dokumentasi, teknik wawancara
dan observasi.
Setelah melakukan penelitian, hasil yang ditemukan dalam penelitian ini
adalah Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan adalah
masyarakat Cina Benteng sudah mengerti arti pendidikan yang sesungguhnya
bahwa pendidikan penting dan wajib bagi semua kalangan hal ini didukung oleh
peran lembaga atau institusi pendidikan sudah baik dan berperan aktif.
Berdasarkan hasil penelitian, tinggi nya Persepsi Masyarakat Cina
Benteng Terhadap Pendidikan memberikan dampak positif baik secara lapisan
sosial dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Cina Benteng pada umunya
dan taraf kehidupan masing-masing individu pada khususnya. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa masyarakat Cina Benteng memiliki persepsi yang baik
terhadap pendidikan.
Kata Kunci: Persepsi Masyarakat Cina Benteng, Pendidikan dan Peran Lembaga
atau Istitusi Pendidikan
vi
ABSTRACT
DARA RAHMITA DEWI. Public Perception About Cina Benteng Education.
ESSAY. Jakarta : Department of Social Sciences Education Faculty of
Tarbiya and Teaching Science State Islamic University (UIN) Syarif
Hidayatullah. 2014
This study aims to determine the perception of Cina Benteng Society about
Education, and the Role of Institutions or Education Institution. This research was
conducted in the village Sukasari, Tangerang. The research method is descriptive
qualitative method. Sampling technique is Purposive sampling and snowball
sampling. Instrument of research is interview and observation. Examination and
checking of data in testing the credibility and transferability. Of this study using
the technique of triangulation method, by adjusting the study documentation,
interview and observation techniques.
After doing some research, the results in this study is the perception of the Cina
Benteng Society about Education is Cina Benteng Society has understood the true
meaning of important education and priority for all people this is supported by the
role of Institute or education institutions are already well and play an active role
about educational process.
Based on the results of the research, high perception of Cina Benteng society
about education have a positive impact both social strata and improve Cina
Benteng people's lives in general and standard living of each individual in
particular. Therefore it can be concluded that the Cina Benteng Society has a good
perception of education.
Keywords: Cina Benteng Public Perceptions, Education and the Role of
Institutions or Education Institution
vii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan”.
Dalam proses penyusunan Skripsi, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik moril dan materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang berlipat ganda dan
tak terhingga.
2. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS.
4. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.
5. Dr.Muhammad Arif, M.Pd dan Anissa Windarti,M.Sc, selaku dosen
pembimbing yang begitu sabar dalam membimbing saya, meluangkan
banyak waktunya untuk memberikan ilmu, nasihat, pengarahan serta
kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
7. Kedua orang tuaku tercinta, Drs.C.Rukmana Ibrahim, SH,.MH. dan Iyen
Eliyeni yang memberikan curahan kasih sayang dan senantiasa
memberikan do’a serta dukungan baik secara moril maupun materil dan
kakaku Rizki Aji Pamungkas yang memberikan semangat tiada henti serta
ketiga adikku yang memberikan warna kehidupan Wahyuni Khairita
Dewi, M.Rizki Maulana, dan Agnia Kamila Dewi.
8. Kepala Desa Sukasari Muhammad Zen, S.Sos beserta staf kelurahan yang
dengan ramah membantu dalam proses penelitian ini.
viii
ix
9. Oey Tjin Eng selaku Humas dan Perpustakaan Boen Tek Bio, Terima
kasih atas informasi dan telah bersedia memberikan waktunya untuk
kelengkapan dan penyempurnaan dalam skripsi ini.
10. Teman-teman HMJ Pendidikan IPS Periode 2013-2014. Dede Nurlatifah,
Riska Nurazizah, Nurwakhidah, Fauziah, Lita Jamalia, Anisa Yuni
Tetiyani, Ibnu mustaqim, Arif Putranto, Hambali, Fathur Rahman, Via
Oktaviani, Inayati Ma’rifah, serta Rahmawati Wulandari. Terimakasih atas
bantuan dan dukungan kalian selama ini. Dan teman-teman SosiologiAntropologi 2010,terima kasih atas semua kenangan yang kita lalui
bersama. ATK Family terima kasih untuk segala nya.
11. Sahabat seperti keluargaku sendiri, terima kasih atas motivasi nya, telah
menemani penulis dalam penelitian suka duka kita bersama, Desstia
Loveacna, Yustia Umamah, Farida Hasanah, Mohammad Fakih, Husnul
Khotimah, Fauziah Acuy, Ahmad Naufal, Fadli Hakim, Sofa fatia, Mimi,
Ayah dan Opek. Semoga kekeluargaan yang terjalin tak lekang oleh
waktu.
12. Keluarga CRMC, Terima kasih telah memberikan banyak warna dalam
kehidupan dan pelajaran hidup Siti Ngaisah, M. Faishal Ramdhan, Arif
Rahman Hakim, Ahmad Nashrullah, Neneng Suwartini, Ardi Muhammad
Arsyad, Deli Wani Utami, Misbahudin.
13. Sahabat Tercinta Pinang Siskawati, Durratul Qonitat, Sartika Indriyani,
Putri Andiyanti, Ilmar Rasundha, Yogi Hangryawan, Rizal Nur M.Taufik
terima kasih telah menjadi tempat keluh kesah penulis serta Komunitas
Pecinta Alam “Kutu Gunung Adventure”.
14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih atas doa dan bantuannya. Semoga mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.
Jakarta, 29 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ....................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................
iv
ABSTRAK ............................................................................................................
vi
ABSTRACT .........................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
viii
DAFTAR ISI.........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xiv
BAB IPENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah .............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................
6
C. Pembatasan Masalah .................................................................................
7
D. Perumusan Masalah ..................................................................................
7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................
8
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Hakikat Persepsi ........................................................................................
9
1. Pegertian Persepsi ..............................................................................
9
2. Faktor-faktor persepsi ........................................................................
12
B. Masyarakat Cina Benteng .........................................................................
15
1. PegertianMasyarakat ............................................................................
15
2. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk ..............................................
18
3. Sejarah Kedatangan dan Penyebutan Cina Benteng .............................
19
4. Sistem Kekerabatan Masyarakat CinaBenteng ....................................
21
5. Mata PencaharianMasyarakat Cina .......................................................
22
C. Hakikat Pendidikan .................................................................................
23
1. PegertianPendidikan .............................................................................
23
x
xi
2. Fungsi Pendidikan ................................................................................
26
3. Lembaga dan Institusi Pendidikan ........................................................
27
D. Penelitian yang Relevan ............................................................................
30
E. Kerangka Berfikir ......................................................................................
33
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian ....................................................................
34
B. Populasi dan Sampel .................................................................................
35
C. Metode Penelitian .....................................................................................
38
D. Sumber Pengumpulan Data .......................................................................
38
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ................................................
38
1. Observasi ............................................................................................
39
2. Wawancara .........................................................................................
40
3. Dokumentasi ......................................................................................
43
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ..............................................
43
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Penelitian .........................................................................................
49
1. Sejarah Masyarakat Cina Benteng ......................................................
49
2. Potensi Budaya Masyarakat Cina Benteng
.............................................................................................................
56
3. Potensi Sarana dan Prsarana ...............................................................
57
B. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
...................................................................................................................
59
C. Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng
.........................................................................................................................
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................
72
B. Saran .........................................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Pendidikan Formal Milik Pemerintah di Desa Sukasari............... 55
Tabel 4.2 Jumlah Pendidikan Formal Milik Swasta di Desa Sukasari...................... 55
Tabel 4.3 Jumlah Pendidikan Non Formal di Desa Sukasari.................................... 56
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Instrumen Wawancara
Lampiran 2
Hasil Wawancara
Lampiran 3
Hasil Observasi
Lampiran 4
Dokumentasi
Lampiran 5
Surat-surat
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir ............................................................. 34
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tiongkok atau Chung-Kuo dalam Mandarin artinya negara tengah.
Dalam Ensiklopedia, “nama lain baru menjadi popular sekitar abad ke-19 dan
awal ke-20 terutama setelah lahirnya Republik Tiongkok tahun 1912.
Peranakan Tionghoa sejak itu menyebut negeri leluhurnya “Tiongkok”.1 Sejak
saat itu peranakan Tionghoa yang beranggapan bahwa peranakan Tionghoa
yang sejak saat itu menyebutnya bahwa leluhurnya Tiongkok dan
mengganggap Cina kurang sesuai, melainkan etnis Hakka/Khek, Tio Ciu, Hok
Cia, Hokkien, dan Kanton. Etnis itulah yang meminta agar dirinya disebut
etnis Tionghoa.
Menurut tokoh adat setempat Oey Tjin Eng, “orang-orang Tionghoa
mulai berdatangan ke nusantara pada abad ke sembilan, yaitu pada zaman
dinasti Tang untuk berdagang dan mencari kehidupan baru. Pada tahun 399414 Fa Hian seorang pendeta dari Tiongkok mengunjungi pulau Jawa dalam
perjalannya ke India”.2Migrasi orang Tionghoa ke Indonesia secara besarbesaran. Migrasi yang mencapai puncaknya
pada abad kelima belas dan
permulaan abad ke dua puluh. Merupakan bagian dari migrasi orang Tiongkok
ke seluruh dunia. Dengan berbekal secarik kertas keterangan izin menetap dari
pemerintahan Hindia Belanda.
Orang Tionghoa bertekad dan berani mencoba mengadu nasib ke negeri
baru yang menjadi tumpuan harapannya.
Keterangan izin tersebut harus
dibayar dan keturunan orang Tionghoa inilah yang menjadi produk sejarah.
Berjumlah puluhan juta orang telah menjadi kenyataan yang tidak dapat
diabaikan dan dihapuskan dan barangkali harus diterima dengan lapang dada
sebagai bagian dari bangsa di setiap negara yang dihuninya.
1
Ensiklopedia Indonesia, Jilid 6, Jakarta : PT.Ichtar Baru, Van Hoeve, h.3561.
2
Oey Tjin Eng, Hasil wawancara mengenai proses masuk nya cina benteng ke Indonesia
dan Tangerang.
1
2
Minoritas Tionghoa yang sulit dimengerti sejak permulaan sejarahnya di
Indonesia sampai sekarang. Mungkin persoalannya karena sejarah itu belum
cukup diselidiki dan diteliti secara mendalam. Dengan pendekatan terbuka
lebar pada realitas dan bebas dari prasangka pro dan kontra tidak mudah
tentunya. Karena hampir di mana saja, minoritas agak mudah dipermasalahkan
disebabkan karena eksistensinya sebagai minoritas.
Dalam Ensiklopedia Indonesia, “Tionghoa minoritas adalah peranakan
Tionghoa yang hidup di Indonesia, merupakan minoritas yang heterogen dan
kompleks”.3 Dan sulit sekali untuk minoritas untuk keluar dan membebaskan
diri dari gambarannya, tentunya dipakai juga buat mayoritas, tetapi biasanya
lebih manis, tergantung pada sumber nya yang berasal.
Soal “minoritas“ agama, ras, etnis, atau kotak-kotakan apa saja biasanya
diciptakan “mayoritas“ (dalam arti kekuasaan atau power bukan hanya jumlah
orang) yang mencap menurut keperluan dan kepentingan yang menaruh
klasifikasi itu, tapi sesegera definisi itu ke luar dan mulai beredar. Untuk
mengerti evolusi minoritas, maka diperlukan mengerti sikap, tempat, dan
kedudukan suatu minoritas. Tidak ada jalan lain terkecuali mendalami
pengertian evolusi minoritas itu. Hal ini untuk membuat agar semakin jelas
kompleksitas struktur, konflik dalam dan konflik luar. Hubungannya (dengan
segala variasinya) dengan mayoritas (yang juga kompleks dan berbeda-beda),
permulaan dan konsekuensi, serta perubahan definisinya sebagai minoritas.
Salah satu minoritas tersebut adalah masyarakat Cina Benteng yaitu
masyarakat yang menghuni kawasan sekitar sungai Cisadane, kota Tangerang.
Melihat hal ini merupakan pekerjaan yang berat tersebut, bagi minoritas (dan
mayoritas juga) terus saja digambarkan secara simplisitis. Menurut dongengdongeng biasa dan kasar, yang sering penuh dengan kebencian, hinaan dan
sebagainnya yang dimaksudkan untuk mengisolasikan minoritas dan
menghilangkan kemanusiaannya. Suatu hal yang pada inti nya adalah untuk
membekukan terus status kelompok tersebut sebagai minoritas.
3
Ensiklopedia Indonesia, Jilid 6, Jakarta : PT.Ichtar Baru, Van Hoeve, h.3560.
3
Dilihat dari segi ekonomi masyarakat Cina Benteng menduduki kelas
menengah.
Kebanyakan dari Cina Benteng bekerja sebagai pedagang.
Walaupun di bidang lain seperti pertanian, perikanan, atau pekerjaan yang
professional. Dalam hal politik, pada umumnya mereka bersikap pasif.
Kehidupan masyarakat cina perantauan menggambarkan fenomena ini.
Meskipun berusaha mengikuti arus masyarakat setempat, kehidupan
masyarakat Cina Benteng senantiasa dilandasi upaya memelihara tradisi yang
diperoleh dari negara asalnya serta tetap memegang teguh kepercayaan yang
masyarakat Cina Benteng yakini.Dan seiring berjalan nya waktu masyarakat
Cina Benteng mengalami banyak fase pola pikir mengenai pendidikan. Hal ini
sangat jauh berbeda dengan gambaran cara berpikir terhadap pendidikan yang
dahulu lebih tidak peduli terhadap pendidikan, namun itu semua pudar kian
kemari. Masyarakat Cina benteng sadar akan arti penting pendidikan bagi
kaum minoritas.
Berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, dari beragam kebutuhan manusia tersebut semua
memberikan dorongan dan motivasi tersendiri untuk berpikir, bertindak, dan
berperilaku dan kebutuhan tersusun dari yang paling dasar hingga tingkat yang
paling tinggi. Setiap kebutuhan yang paling bawah terpenuhi maka akan
muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Oleh karena itu manusia sebagai makhluk hidup yang tidak akan merasa
puas dengan apa yang sudah didapat, kebutuhan tersebut berupa kebutuhan
baik fisik, materi, dan psikis. Sebagai manusia yang berpikir, bertindak, dan
bertingkah laku dan menjadikan pendidikan merupakan kebutuhan yang
sangat mendasar untuk didapatkan setiap manusia. Menjadikan suatu
kewajiban yang harus dicapai oleh setiap manusia akan tetapi pandangan
mengenai pendidikan jauh dari yang disoroti dari masyarakat Cina Benteng.
Keberadaan etnis Cina sebagai etnis minoritas yang berada di Indonesia
sering disorot secara umum dan menjadi pokok pembicaraan. Masyarakat ini
memiliki karakteristik masing-masing yang dimiliki oleh masyarakat Cina
Benteng. Sebagai contoh Cina Tangerang berbeda dengan etnis Cina yang
4
Tersebar dikawasan Indonesia Lainnya. Memiliki karakteristik yang berbeda,
hal ini terbukti bahwa masyarakat Cina Benteng yang sampai saat ini
mempertahankan kebudayaan yang berasal dari leluhur.
Menurut Mumuh Muhsin, dalam buku Ziarah Budaya Kota Tangerang
yang ditulis oleh mantan walikota Tangerang, Wahidin Halim, disebutkan
“bahwa pada akhir tahun 1800 sejumlah orang Cina dipindahkan ke kawasan
Pasar Baru, Tangerang dan sejak saat itu menyebar ke pedesaan pelosok
Tangerang”.4Perbedaan ini biasa terjadi karena pengaruh kedatangan, seperti
daerah asal, bahasa, pekerjaan, pendidikan, budaya, serta adat istiadat yang
mereka huni di tempat yang baru.
Rendahnya pendidikan dipandang
kemiskinan.
Karena
rendahnya
angka
menjadi akar sebuah siklus
partisipasi
pendidikan dan tingginya angka pengangguran
masyarakat
dalam
yang terdapat dalam
masyarakat Cina Benteng. Merupakan dua masalah yang saling keterkaitan
yang harus bisa diatasi untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Dengan
adanya tingkat pendidikan yang masih rendah, amat sangat sulit bagi
masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak yang sesuai dengan
meningkatkan taraf ekonomi yang sebanding dengan kebutuhan. Hubungan ini
akan terus menjadi suatu siklus yang akan terbelenggu oleh kemiskinan.
Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya
terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan
generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup dalam konteks
sosio budaya, oleh karena itu setiap masyarakat pluralistik di zaman modern
senantiasa menyiapkan warganya yang terpilih sebagai pendidik bagi
kepentingan kelanjutan (regenerasi) dari masing-masing masyarakat yang
bersangkutan. Pada sisi itulah diperlukan pendidikan, Pendidikan yang
melampaui aturan didalam tata aturan keluarga untuk meningkatkan harkat
dan kepribadian individu agar menjadi manusia yang lebih cerdas.
4
Mumuh Muhsin, Bunga Rampai Rona-rona Sejarah dan Budaya, (Bandung: Izda
Prima, 2002), h.185
5
Anwar Arifin menambahkan dan memfokuskan definisi pendidikan
yang terdapat dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional :
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara”.5
Karena teramat penting pendidikan bagi masyarakat terutama
masyarakat Cina Benteng dalam hal ini. Pendidikan pun melakukan suatu
perubahan di segala bidang. Hal ini juga disebabkan oleh kenyataan, bahwa
lembaga pendidikan yang benar-benar berakar dalam masyarakat selalu turut
serta karena terpengaruh oleh perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Perubahan ini bermula dari satu faktor kepentingan masyarakat untuk
mengubah suatu kualitas kehidupannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam
pendidikan. Menekankan dimana pendidikan dalam rangka mencerdaskan
anak bangsa dan mengarah kepada kehidupan bangsa yang lebih baik. Hal ini
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia
seutuhnya, yakni manusia yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang seimbang dan sesuai dengan tuntutan kehidupan pembangunan
tanpa terkecuali masyarakat Cina benteng yang ingin menjadi bagian tersebut.
Persepsi masyarakat Cina kini terhadap pendidikan digambarkan
dengan masyarakat yang jauh lebih peduli terhadap pendidikan dan lebih
mendominasi lebih mementingkan pendidikan dibandingkan dengan sektor
lain jauh dari persepsi sebelumnya. Karena dengan jalur pendidikan
masyarakat Cina Benteng berpaham akan mengangkat derajat dan martabat
5
Anwar Arifin, Paradigma baru pendidikan nasional: dalam Undang-undang Sisdiknas
(N0.20 Tahun 2003), (Jakarta : Balai pustaka, 2005)
, h.175.
6
melalui mobilitas sosial yang dialami dan mengangkat lapisan sosial di
masyarakat pada umunya.
Tingkat pendidikan masyarakat di Tangerang sudah mengalami
peningkatan secara bertahap hal ini terbukti sudah banyak sekolah-sekolah dan
Instansi pendidikan di Tangerang. Hal ini membuktikan bahwa warga
Tangerang sadar akan arti penting pendiidkan untuk masa kini dan masa yang
akan datang. Sadar akan arti penting pendidikan akan membawa kearah positif
dimana menuju kepada kesejahteraan masyarakat demi meningkatkan taraf
kehidupan yang lebih baik. Hal ini diperlukan adanya peran lembaga dan
institusi pendidikan agar lebih terarah sebagai jembatan demi kemajuan
pendidikan pada masyarakat Cina Benteng.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memilih untuk meneliti
pelaksanaan Masyarakat Cina dan persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap
pendidikan. Yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah penelitian dengan
berjudul “Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan(Studi
Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)“.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan Masyarakat Cina Benteng yang sadar akan arti penting
pendidikan bagi kaum minoritas. Sehingga secara tidak langsung menjadi
suatu acuan bagi masyarakat minoritas menjadi pendidikan suatu ladang
bagi kesejahteraan kelangsungan hidup kaum minoritas.
2. Masyarakat Cina Benteng banyak mengalami kesenjangan hidup dan
kesenjangan sosial disekitar lingkungannya menjadikan rendah nya
motivasi akan arti penting pendidikan.
3. Adanya perbedaan persepsi pada masyarakat Cina Benteng terhadap
pendidikan dari waktu ke waktu.
4. Peran Lembaga dan institusi pendidikan bagi masyarakat Cina Benteng
7
C. Pembatasan Masalah
Agar pembatasan masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya
dikaji dalam penelitian ini. Mengingat adanya keterbatasan waktu,
keterbatasan kemampuan, dan keterbatasan dana, pembatasan masalah dalam
penelitian ini agar lebih fokus dan terarah. Oleh karena itu penelitian yang
dilakukan dibatasi pada:
1. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan.
2. Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan Pada Masyarakat Cina Benteng
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka
permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan?
2. Bagaimana peran Lembaga dan Institusi Pendidikan pada masyarakat Cina
Benteng?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai
tujuan antara lain:
1. Untuk
mengetahui
persepsi
masyarakat
Cina
Benteng Terhadap
Pendidikan
2. Untuk mengetahui lebih jelas peran lembaga dan institusi Pendidikan Pada
Masyarakat Cina Benteng
8
F. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini adapun manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah manfaat yang diambil untuk mendapatkan teori
baru tentang persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan
sehingga dapat menambah wawasan berfikir untuk dapat dijadikan dasar
bertindak bagi lembaga pendidikan dan masyarakat pada umunya, baik
oleh penulis ini dan penulis lainnya.
2. Manfaat Praktis
Yang dimaksud manfaat praktis pada penelitian ini adalah manfaat yang
bisa secara langsung didapat oleh pihak terkait dalam penelitian ini yaitu
masyarakat Cina benteng. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah
studi yang turut mampu mengembangkan segala aspek kehidupan
masyarakat dalam meningkatkan pendidikan.
3. Bagi Lembaga, penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan
dalam meningkatkan perkembangan pendidikan di wikayah Cina Benteng.
4. Bagi Penulis, penelitian ini dapat memberikan pengalaman, wawasan dan
ilmu pengetahuan di bidang sosiologi dan sejarah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan berbagai
macam pandangan dan asumsi masyarakat yang semakin berkembang.
Dalam dunia pendidikan dan cara pandangan masyarakat tersebut dan
persepsi masyarakat. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “persepsi
adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokan, memfokuskan,
dan sebagainya yang selanjutnya diinterpretasi, persepsi berlangsung saat
seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organorgan bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak”.1
Dalam hal proses pencarian informasi yang dipahami tersebut maka
persepsi dilakukan harus dimengerti oleh panca indera dan semua panca
indera harus memahami nya dengan sangat baik agar terjadi berpikir
tentang
orang
lain
dengan
baik
dan
seimbang
sebagaimana
kecenderungan memahami pengetahuan tentang orang lain dengan baik
dan sejalan dengan mengetahui kehidupan sosial orang lain dengan lebih
baik.
Fattah Hanurawan menambahkan dan memfokuskan definisi
persepsi adalah :
Persepsi adalah sejenis aktivitas pengelolaan informal yang
menghubungkan seseorang dengan lingkungannya, persepsi sosial
individu merupakan proses pencapaian pengetahuan dan proses
berpikir tentang orang lain, misal berdasarkan pada ciri fisik,
kualitas, bahkan pada kepribadiannya. Individu membangun
gambaran tentang orang lain dalam upaya menetapkan,
memungkinkan, meramalkan, dan mampu mengelola dunia
sosialnya. Dalam konteks ini, apabila seseorang memiliki
pengetahuan tentang kecenderungan orang lain ia akan mudah
1
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum , ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
h.86.
9
10
memahami perilaku orang lain itu di masa lalu, masa sekarang, serta
di masa yang akan datang.2
Melihat masyarakat dengan lingkungannya jelas bahwa dalam proses
berpikir tentang orang lain dapat ditangkap dengan panca indera dan ciri
fisik yang tampak dari luar yang dilihat secara langsung baik indera
pendengaran, penglihatan, maupun peraba. sedemikian rupa langsung
ditangkap oleh otak manusia dengan memhami perilaku baik dari segi
perilaku yang bersifat dilakukan terus-menerus dengan dilakukan
sewaktu-waktu bahkan hanya beberapa waktu diukur berdasarkan
perputaran waktu.
Menurut Abdul Rahman Saleh, “persepsi dianggap sebagai sebuah
pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata
menggunakan pengamatan pengindraan”.3 Bahwa persepsi kemampuan
membedakan, mengelompokan, dan lebih memspesifikan perhatian
terhadap satu objek rangsangan dan diterima dengan baik apa yang sudah
dirangsang. Dalam proses pengelompokan persepsi melibatkan proses
interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek
yang diterima.penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, dalam
konteks ini disebut sebagai dunia persepsi agar menghasilkan suatu
penginderaan yang bermakna.
Banyak ahli Psikologi yang memaparkan pengertian tentang
Persepsi, salah satunya adalah Rita L.Atkinson dan Richard C.Atkinson,
“persepsi adalah proses di mana kita mengorganisasikan dan menafsirkan
pola stimulus ini dalam lingkungan”.4 persepsi adalah proses
penggabungan sensasi, fenomena persepsi dianggap tergantung pada
2
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1,
2010), h.34.
3
Abdul Rahman Saleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, ( Jakarta:
Kencana, 2009), Ed.1.Cet.4, h.110.
4
Rita L.Atkinson dan Richard C.Atkinson, Pengatar Psikologi I, (Bandung: PT.Gelora
Aksara Pratam, 1983), h.204.
11
proses yang lebih tinggi peringkatnya, jadi studi tentang persepsi sangat
berkaitan dengan tentang proses kognitif, seperti ingatan dan berpikir.
Irwanto menambahkan bahwa, “persepsi adalah proses diterimanya
rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa)
sampai rangsang itu disadari dan dimengerti”.5 Karena persepsi terjadi
setelah suatu penginderaan, karena rasa manis dapat diinterpretasikan
secara amat berbeda tergantung apa yang menjadi penyebabnya, dan dari
konteks yang lebih luas (kebiasaan , selera, dan keinginan yang dimiliki).
Akan tetapi proses yang diterima oleh rangsangan sangat penting artinya.
Penginderaan ini lah yang membuat kita sadar akan adanya rangsangan.
Menurut Brian Fellow yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam
bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ”persepsi adalah proses
yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis
informasi”.6 Makna pesan yang ditangkap oleh organisme baik dalam diri
ataupun dalam otak harus dipelajari dengan baik, seseorang tidak lahir
makna dari rasa gula itu manis melainkan harus membedakan dari rasa
tersebut kemudian panca indra mempunyai andil dan berperan dalam
mengartikan hal tersebut. Pendengaran juga mempunyai fungsi untuk
meneruskan ke otak begitu pun dengan indra visual ataupun peraba. Dan
memperolah kesadaran apa yang terjadi di sekeliling kita.
Berdasarkan beberapa pengertian persepsi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa persepsi adalah kemampuan untuk menbedakan,
mengelompokan, dan memfokuskan yang dijabarkan berdasarkan saat
seseorang menerima stimulus dari orang lain dan dunia luar yang
dirangkap berdasarkan organ-organ bantunya masuk kedalam otak.
Persepsi merupakan merupakan keadaan dimana terhadap stimulus yang
5
Irwanto, Psikologi Umum, ( Jakarta : PT.Gramedia, 1989), h.71.
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,
2012), h.180.
6
12
diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, perasaan, pengalamanpengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.
Sebuah pengaruh dan kemampuan membedakan, mengelompokan
serta memfokuskan lebih spesifik terhadap satu objek. Dan dengan
diterima nya dengan baik oleh respon maka rangsangan itu telah baik
pula. Proses penggabungan sensasi, fenomena persepsi dianggap
tergantung pada proses yang lebih tinggi peningkatannya. Persepsi terjadi
setelah suatu penginderaan, karena rasa manis dapat diinterpretasikan
secara amat berbeda tergantung apa yang menjadi penyebabnya, dan dari
konteks yang lebih luas (kebiasaan, selera, dan keinginan yang dimiliki).
2.
Faktor – faktor Persepsi
Banyak faktor yang berperan dalam
persepsi menurut Fattah
Hanurawan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial, menjelaskan
bahwa “objek yang dipersepsi adalah Objek menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar
individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian besar stimulus datang
dari luar individu”.7Alat Indra, syaraf dan pusat susunan syaraf yaitu
untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris
sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran sebagai alat untuk
mengadakan respon syaraf motoris.
Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi
diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah peristiwa sebagai
suatu
persiapan
dalam
rangka
mengadakan
persepsi.
Perhatian
merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu
yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
7
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1,
2010), h.37.
13
a.
Faktor Fungsional Yang Menentukan Persepsi
Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu dan hal–hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai factor
personal. Faktor- faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
latin disebut sebagai kerangka rujukan (frame of reference) yang
mempengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang
diterimanya. Menurut Mc.David dan Hariri yang dikutip oleh
Jalaludin
Rahmat
dalam
bukunya
yang
berjudul
Psikologi
Komunikasi menjelaskan bahwa, “para Psikologi menganggap
konsep kerangka rujukan ini sangat berguna untuk menganalisis
interpretasi spiritual dari peristiwa yang dialami”.8
b.
Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor- faktor Struktural berasal dari sifat stimuli dan efek-efek
syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Menurut teori
Gestalt yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat menjelaskan bahwa “bila
kita mempersepsi
keseluruhan.
Kita
sesuatu,
tidak
kita mempersepsi
melihat
sebagai
suatu
bagian-bagiannya,
lalu
menghimpunnya”.9 Persepsi dilakukan secara keseluruhan tanpa
terbagi-bagi dan bukan pula dilakukan hanya sebagian sebagaimana
ketika dilakukan rangsangan maka yang lain merespon dan
bagaimana dapat menafsirkan dari hasil respon tersebut ketika sistem
yang dileburkan oleh rangsangan maka setiap sistem syaraf
seluruhnya akan menerimanya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial
Faktor Penerima yaitu Apabila seseorang mengamati orang lain
yang menjadi objek sasaran persepsi dan mencoba untuk
memahaminya, tidak dapat disangkal bahwa pemahaman sebagai
suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik
kepribadian seorang pengamat. Diantara karakteristik kepribadian
8
Jalaludin Rahmat,Psikologi Komunikasi, ( Bandung: PT.Remaja Rosadakarya, 2005 ), h.90.
9
Ibid, h.151
14
utama itu adalah konsep diri, nilai, sikap, pengalaman di masa
lampau, dan harapan-harapan yang terdapat dalam dirinya. Fattah
Hanurawan, lebih jauh menyatakan bahwa :
Seseorang yang memiliki konsep diri (self concept) tinggi dan selalu
merasa diri secara mental dalam keadaan sehat, cenderung melihat
orang lain secara memberi semacam kerangka dalam diri seseorang
untuk melakukan dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan
optimistik, dibandingkan dengan seseorang yang memiliki konsep
diri rendah, nilai dan sikap seseorang tidak lagi memberi sumbangan
bagi pendapat seseorang tentang orang lain. Orang yang memegang
nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi sosial yang
berbeda dengan orang yang memegang nilai dan sikap liberal.
Pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga
menentukan pembentukan persepsi seseorang. Harapan-harapan
sering kali penilaian terhadap orang lain ke arah tertentu.10
Dari berbagai pengertian diatas baik menurut para ahli maka, dapat
disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pencarian informasi dengan
menggunakan alat indera baik indera peraba, penglihatan, pendengaran
dan sebagainya serta berfikir tentang orang lain dimana manusia dengan
lingkungannya dan bagaimana individu menggambarkan terhadap orang
lain baik dalam meramalkan mengamati dan mencirikan bagaimana
gambaran orang lain tersebut dalam dunia sosial nya serta proses akhir
dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan dengan apa yang
diterima stimulus oleh alat indra, kemudian ada perhatian, lalu diteruskan
ke otak, dan kemudian individu baru menyadari tentang seuatu yang
dinamakan persepsi.
Dengan persepsi individu dapat menyadari dapat mengerti tentang
lingkungan yang ada di sekitarnya tentang hal yang ada dalam diri
individu
yang
bersangkutan.
Sebagai
proses
yang
diterimanya
rangsangan melalui panca indra didahului oleh perhatian sehingga indivu
mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang
diamati, baik yang ada di luar maupun yang terdapat dalam diri individu.
10
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1,
2010), h.37.
15
B. Masyarakat Cina Benteng
1. Pengertian Masyarakat
Konsep mengenai masyarakat sudah sering kita dengar dan tidak
asing lagi. Meskipun demikian secara mudah dapat diartikan bahwa
masyarakat itu berarti sekumpulan warga namun banyak konsep
masyarakat itu sendiri dan sangat sulit dipahami. Menurut Munandar
Soelaeman, “dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal
katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal
dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul, adanya saling bergaul ini
tentu karena ada bentuk aturan hidup, yang bukan
disebabkan oleh
manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur kekuatan lain”.11
Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan
mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia terkait dengan
orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi oleh orang lain. Melakukan
sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan,
tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respon positif
dari orang lain.
Menurut Koentjaraningrat, “masyarakat adalah memang sekumpulan
manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling
berinteraksi”.12 Setiap kesatuan manusia yang berinteraksi itu merupakan
masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain
yang khusus dan dan adanya saling berinteraksi memang penyebab
bahwa dari suatu kolektif manusia itu akan saling berinteraksi.
Kemudian memungkinkan para warganya yang secara intensif dan
aktif untuk berinteraksi dengan siklus yang terus berulang-ulang yang
menjadikan potensi cara berinteraksi dengan potensi yang lebih tinggi.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang
bergaul atau berinteraksi merupakan masyarakat, akan tetapi karena suatu
11
Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, ( Bandung: Penerbit Eresco, 1993), Cet ke- 6,
h.63.
12
h.144.
Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002),
16
masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat jika memiliki ikatan lain
yang khusus contohnya, sekumpulan orang yang berkerumun di loket
antrian konser biasanya kita anggap sebagai masyarakat, karena
meskipun kadang-kadang berinteraksi tetapi hanya terbatas karena tidak
mempunyai suatu ikatan yang khusus melainkan perhatian kepada tiket
konser tersebut.
Menurut S.Nasution, “masyarakat adalah sangat luas dan dapat
meliputi seluruh umat manusia, masyarakat terdiri atas berbagai
kelompok, yang sangat besar maupun kecil tergantung pada jumlah
anggotanya. Dua orang atau lebih dapat merupakan kelompok, tiap orang
menjadi anggota keluarga yang terdiri atas ibu-ayah dan anak, dan
sebagainya”.13 Dengan demikian masyarakat digambarkan terdiri atas
kelompok dan meliputi seluruh umat manusia.
Abu Ahmadi menuliskan pernyataan M.M. Djojodiguno di dalam
bukunya mengenai definisi masyarakat, bahwa ”masyarakat adalah suatu
kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama anatara
manusia dengan manusia”.14 Dengan demikian, masyarakat digambarkan
yaitu sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan, tradisi, dan
sikap perasaan yang sama dan khusus dalam kehidupan bersama yang
selarasa dan seimbang.
Sudah dipastikan bahwa setiap masyarakat memiliki kebudayaan,
dengan nilai-nilai kebudayaan anggota masyarakat mengetahui apakah
layak atau tidak, pantas atau tidak, baik atau seharusnya. Nilai-nilai yang
terdapat dalam masyarakat tersebut dapat bersifat positif dan negatif,
apabila positif yakni apa yang diinginkan dan negatif yakni apa yang
tidak diinginkan, semisal soal kebersihan, kesopanan, atau penipuan dan
kekerasan.kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara
akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi
perubahan sosial.
13
14
S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2010), h.60.
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Penerbit Bina Aksara 1988), h.96-97.
17
Koentjaraningrat, “menjabarkan kebudayaan berasal dari kata latin
colore yang berarti “mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah
atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai “segala daya
upaya sserta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah
alam.”15
Menurut Soerjono Soekanto, “kebudayaan mempunyai fungsi yang
sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang
harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan
alam, maupun kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak
selalu baik baginya”.16
Kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri sehingga
kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaan masyarakat juga
terbatas didalam memenuhi segala kebutuhan masyarakat, disamping
adat istiadat, ada kaidah-kaidah yang dinamakan peraturan (hukum) yang
biasanya sengaja dibuat untuk mnegatur dan mempunyai sanksi tegas
peraturan yang mewujudkan agar suatu keserasian dan meperhatikan halhal yang bersangkut-paut dengan keadaan dalam masyarakat tersebut.
Menurut T.O. Ihromi, “kebudayaan merupakan hasil proses belajar,
kebudayan merupakan cara berlaku yang dipelajari, kebudayaan tidak
tergantung dari transmisi biologis atau pewaris melalui unsur genetis.
Perlu ditegaskan hal itu agar dapat dibedakan perilaku budaya dari
manusia dan primat lain tingkah laku yang hampir selalu digerakan oleh
naluri”.17 Setiap manusia dipengaruhi oleh insting dan naluri yang
walaupun bukan termasuk bagian dari kebudayan, namun mempengaruhi
kebudayaan.
15
Koentjaraningrat, Op.Cit., h.182
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.155.
17
T.O. Ihromi, Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006),
Edisi 12, h.18.
16
18
2. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk
Kota Tangerang terletak di bagian utara provinsi Jawa Barat, tepatnya
di sebelah Barat Kota Jakarta. Wilayah ini sekarang bukan lagi bagian
Jawa barat melainkan Banten karena sejak tahun 1999 ketika Banten
memisahkan diri dari Jawa Barat dan menjadi Provinsi Banten, Tangerang
menjadi menjadi salah satu bagian wilayahnya.’
Menurut Mumuh Muhsin, “kota Tangerang terbagi atas 13
Kecamatan, yaitu Kecamatan Batu Ceper, Kecamatan Benda, Jatiuwung,
Karang tengah, Cipondoh, Cibodas, Ciledug, Karawaci, Neglasari, periuk,
Pinang, dan kecamatan Tangerang. Secara geografis Tangerang memiliki
letak yang Strategis, karena berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota
Tangerang Selatan”.18
Sebagai daerah yang sedang berkembang, kota Tangerang mempunyai
Visi dan Misi. Untuk mewujudkan visi pengembangan Kota Tangerang
sebagai kota Industri dan perdagangan yang modern, sebagai tuntutan
zaman pemerintah kota Tangerang harus menggerakkan dan mengarahkan
Kota Tangerang yang mandiri baik dari sektor apapun. Visi kota
Tangerang yaitu “menuju kota industri, perdagangan dan pemukiman yang
ramah lingkungan dalam masyarakat yang ber-akhlaqulkarimah “.
Misi adalah suatu kemauan yang kuat dengan memperhatikan
kewenangan dan tanggung jawab atas kepentingan umum untuk
mewujudkan kondisi dan situasi yang diinginkan pada akhir dan kurun
waktu tertentu yang menyiratkan tujuan-tujuan yang harus dicapai sebagai
prasyarat terwujudnya visi. dari rumusan visi diatas, dapat diuraikan misi
Kota Tangerang adalah :
1. Memulihkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publi
3. Peningkatan tata kepemerintahan yang baik dan mewujudkan
pemerintahan yang ramah lingkungan .
18
h.181
Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima),
19
Di kota Tangerang Inilah, terdapat tempat ibadah tertua Cina yang
disebut Klenteng Boen Tek Bio.Terletak di Jalan Bakti No.4 Sukasari,
Kecamatan Tangerang. Di sekitar kawasan itu juga terdapat tempat
tinggal, pasar dan masyarakat Cina Benteng mendiami kawasan tersebut.
keberadaan klenteng Boen Tek Bio, yang didirikan sekitar tahun 1684, ini
sangat erat kaitannya dengan sejarah Kota Tangerang.
Melihat sisi keagamaan yang dianut oleh masyarakat Tangerang,
Khususnya masyarakat Cina Benteng, sangat variatif. Sama seperti
keagamaan yang tersebar di daerah-daerah lainnya di Indonesia, agama
islam menduduki jumlah penduduk yang mayoritas pemeluknya, sebanyak
10.948 jiwa. Dan penduduk agama Budha berada di peringkat kedua,
sebanyak 5.949, termasuk khonghucu dan Tao di dalamnya.
3.Penyebutan Cina Benteng
Masuknya orang Cina ke Indonesia sudah terjadi sejak abad ke 3
masehi dengan melalui jalur perdagangan. Kedatangan orang Cina secara
besar-besaran terjadi pada abad ke 18 untuk mencari penghidupan yang
lebih baik di luar Tiongkok. Mereka yang datang ke Indonesia terdiri dari
berbagai suku bangsa yaitu Hokkian, Tio Chiu, Hakka, Hainan, dan
Henghua.19
Menurut Mumuh Muhsin, “mendaratnya rombongan Halung di muara
Cisadane sedikitnya membawa tujuh kepala keluarga dan membawa
sekitar 100 orang berada di kapal karam itu. Rombongn ini kemudian
menghadap Sanghyang Anggalarang untuk memohon pertolongan”.20
Gelombang kedua, kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang dalam
buku “Nusa Jawa Silang Budaya“. pada tahun 1740 di bawah
pimpinan Gubernur Jendral Andrian Valkenier telah terjadi
pembantaian massal terhadap masyarakat Cina, lebih dari 10.000
19
M.Iksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
Cet. Ke-1, h.vii.
20
Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima),
h.184.
20
orang Cina di benteng Belanda dibantai oleh Belanda, mereka adalah
korban berbagai peraturan yang ruang geraknya dibatasi Belanda,
mereka dituduh merencanakan pemberontakan dan ingin
menghancurkan VOC(venenigde Oostindische Compagnie). Belanda
berhasil memadamkan pemberontakan tersebut mengirimkan orangorang cina ke daerah Tangerang untuk bertani. Menurut Oey Tjin Eng,
“Belanda mendirikan pemukiman bagi orang Cina pondok -pondok
yang dikenal dengan nama: Pondok Cabe, Pondok Jagung, Pondok
Aren, Pondok Kacang dan sebagainnya. di sekitar tegal Pasir atau Kali
Pasir, Belanda mendirikan perkampungan Tionghoa yang dikenal
dengan nama petak Sembilan”.21
Perkampungan
ini
kemudian
dengan
bertambahnya
waktu
berkembang menjadi pusat perdangan dan telah menjadi bagian dari Kota
Tangerang. Dan rencananya kawasan ini akan dijadikan sebagai Kota
Wisata Tangerang oleh pemerintah Kota Tangerang. daerah ini terletak di
sebelah Timur Sungai Cisadane, daerah pasar lama. berbicara mengenai
sejarah Cina Benteng sulit dipisahkan dari kawasan Pasar lama karena
sebagai suatu pemukiman pertama bagi masyarakat Cina Benteng di
Tangerang. Persaingan perdangangan yang keras terjadi antara Banten dan
Batavia (Jakarta saat ini). Di suatu pihak, kompeni Belanda mendesakkan
keinginannya untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah
kesultanan Banten. akan tetapi di pihak lain, sultan Banten sendiri
mempertahankan sistem perdagangan bebas dan kedaulatan negara.
Karena kerasnya persaingan itu, terjadilah konflik politik dan akhirnya
terjadi konflik senjata.
Dalam suasana konflik
itulah, kawasan Tangerang terjadi daerah
pertahanan dan merangkap sebagai medan pertempuran serta daerah
rebutan antara Batavia dengan Banten. Kemudian Banten membangun
benteng pertahanan di sebelah barat Sungai Cisadane dan pihak kompeni
Belanda membangun benteng pertahan di sebelah timur Sungai Cisadane
untuk menahan serbuan Banten yang hendak merebut kembali Batavia dari
tangan Belanda. Benteng itu sekarang sudah rata dengan tanah. Akan
21
Pemaparan Oey Tjin Eng, yang merupakan keturunan Cina Benteng yang merupakan
Humas sekaligus kepala Klenteng Boen Tek Bio.
21
tetapi sangat disayangkan tidak ada keterangan tahun berapa benteng
tersebut didirikan. Itulah sebabnya m dahulu daerah Tangerang dikenal
dengan nama “Benteng“ dan saat ini masih segelintir orang yang
menyebutnya demikian. Jadi, Cina Benteng merupakan Masyarakat Cina
yang tinggal di Benteng (Tangerang).
Cina Benteng berbeda dengan Cina peranakan pada umunya yang
berkulit putih. Cina Benteng memang sering diidentifikasikan dengan
orang Cina yang berkulit Hitam atau gelap. Sehingga sulit dibedakan
dengan “orang kampung“ Pribumi atau masyarakat lokal.
4.
Sistem Kekerabatan Masyarakat Cina Benteng
Menurut William A.Haviland, “para ahli Antropologi banyak
memberi perhatian pada cara orang memberikan nama kepada sanak
keluarga mereka dalam berbagai masyarakat”.22 Apa yang terungkap
dalam peristilahan kekerabatan itusudah pasti dapat peroleh gambaran
yang baik tentang struktur keluarga, hubungan-hubungan mana yang
dianggap dekat atau jauh, dan kadang terlihat sikap terhadap hubungan
yang mana yang dianggap penting.23
Koentjaraningrat menambahkan bahwa, kedudukan perempuan dahulu
bagi orang Cina sangat rendah. pada masa waktu kecil, saudara lakilaki mereka memperlakukan mereka dengan sangat baik, tetapi pada
waktu meningkat dewasa mereka dipingit dirumah. Setelah menikah,
seorang perempuan harus tunduk kepada suaminya. mereka tidak
mendapat bagian dalam kehidupan diluar rumah. Keadaan seperti itu
sudah lama ditinggalkan. Seorang perempuan dapat mengikuti
perkumpulan perkumpulan, sekolah dan dalam kehidupan ekonomi
peranan pembantu suaminya dalam perdagangan memegang peranan
penting dalam kehidupan mereka. Pada masa sekarang ini, wanita
berhak mendapat harta yang sama dengan laki- laki dalam hal
22
William A.Haviland, Antropologi edisi keempat jilid 1, Jakarta : Erlangga , h.378 .
Ibid , h. 380.
23
22
warisan. bahkan, kadang mendapat tugas untuk mengurus abu
leluhurnya sehingga suami yang harus ikut tinggal dirumah orang
tuanya.
dengan
naiknya
kedudukan
wanita,
tidak
ada
lagi
kecenderungan untuk memiliki anak laki- laki. Dalam sistem
kekerabatan, masyarakat Cina Benteng menganut sistem patrilinear.
Karena itu hubungan dengan kerabat pihak ayah lebih erat, tetapi
perkembangan sekarang menunjukan hubungan antara keluarga pihak
ibu sama eratnya dengan pihak ayah.24 Kedudukan perempuan dalam
orang Cina sangat rendah pada zaman dahulu dan pada dasarnya lebih
bangga jika memiliki anak laki-laki.
5. Mata Pencaharian Masyarakat Cina Benteng
Sebagian besar masyarakat Cina di Indonesia sekarang memang hidup
dari perdagangan dan hal ini suatu fakta terutama di Jawa. Dan diantaranya
kebanyakan dari mereka adalah orang hokkian. Orang Hakka di Jawa dan
Madura banyak yang menjadi pedagang, tetapi banyak juga menjadi
pengusaha industri kecil. Di Sumatera orang Hokka bekerja di
Pertambangan, sedangkan di Kalimantan Barat banyak yang menjadi
petani.
Keberadaan Cina Benteng menegaskan bahwa tidak semua orang Cina
mempunyai posisi kuat dalam bidang ekonomi. Dengan keluguannya,
mereka bahkan tidak punya akses politik yang mendukung posisinya di
bidang ekonomi. Realitas Cina Benteng yang tinggal di pusat kekuasaan
politik dan ekonomi menunjukan, masyarakat etnis cina sesungguhnya
sama dengan etnis lainnya. Ada yang punya banyak uang, tetapi ada pula
yang hidup dibawah garis kemiskinan, jika melihat di belakang bangunan
kelenteng Boen Tek Bio, masih ada masyarakat Cina Benteng yang
berprofesi menjadi nelayan tepatnya di sungai Cisadane, atau tukang becak
yang penghasilannya tidak menentu tiap harinya sehingga sulit untuk
menutupi semua kebutuhan.
24
Koentjaraningrat, manusia dan kebudayaan di Indonesia , cet ke – 22 , Jakarta :
Djambatan, 2007 . h.364.
23
Jika ditambah lagi kalau melihat masyarakat Cina Benteng yang
tinggal di daerah pesisir pantai khusus nya kawasan Tanjung Pasir dan
Tanjung Kait masih terdapat masyarakat yang hidup dibawah garis
kemiskinan bahkan masih terdapat rumah mereka yang terbuat dari bilik
bambu. Hal itu sangat berbeda dengan kehidupan di perkotaan, yang
umunya berprofesi sebagai pedagang dan dapat dikategorikan sebagai
kelas menengah.
C. Hakikat Pendidikan
1.Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu sarana sebagai usaha manusia dalam
membina atau membimbing diri menuju kepribadian dan pengetahuan
yang lebih baik. Banyak para ahli memaparkan pandangannya mengenai
pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah mengajarkan peserta didik
dalam menuju kedewasaan yang lebih baik. Pendidikan bersifat sarat nilai,
karena masyarakat menentukan apa-apa yang
akan dan tidak akan
diteladani. Pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk
mmenumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik
potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan kebudayaan.
Menurut Yudi Latif, “selain itu, dalam pengertian yang umum,
pendidikan juga diartikan dengan proses bimbingan, pengajaran dan
pelatihan yang dilakukan oleh manusia kepada manusia lain dalam rangka
pencapaian kedewasaan”.25 Pengertian sederhana dan umum tersebut tentu
saja tidak berarti menyederhanakan persoalan pendidikan, karena
sesungguhnya jika dilihat secara mendalam maka pendidikan adalah
merupakan suatu proses yang sistematis, hierarkis, dan berkesinambungan
dalam konteks pencapaian hasil yang diharapkan.
25
Yudi Latif, Menyemai karakter bangsa , budaya , kebangkitan berbasis kesasteraan.
(Jakarta : Kompas Media Nusantara , 2009 ), h. 83.
24
Selain itu pendidikan dalam penegertian yang sempit ini juga
berimplikasi pada lingkungan pendidikan dimana lingkungan pendidikan
tidak berlangsung dimanapun dalam lingkugan hidup, tetapi di tempat
tertentu yang telah ditentukan dan direkayasa secara sekolah, biasanya
berbentuk kelas tempat belajar sebagai hasil rekayasa manusia, dan
pendidikan merupakan rekayasa pengembangan kemampuan sebagai
persiapan menjalankan tugas-tugas hidup dalam masyarakat. dalam
pengertian sempit, bentuk pendidikan adalah terstruktur.
Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan merupakan lembaga
formal yang diciptakan khusus untuk menyelenggrakan kegiatan
pendidikan tertentu yang harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan, yang secara teknis dikendalikan oleh guru. Peran guru
dalam penyelenggaraan bentuk-bentuk kegiatan pendidikan adalah sentral.
Guru mengendalikan penyelenggaraan bentuk-bentuk kegiatan pendidikan
sejaka perencanaan samapai dengan penilaian pendidikan, sejak dari awal
sampai akhir proses pendidikan.
Dalam Pengertian yang luas menurut Muhibbin Syah, “pendidikan
dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.26
Berikut adalah pendapat para ahli mengenai pendidikan adalah
sebagai berikut :
a.
26
Langeveld
Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan
yang diberikan kepada anak tertuju pendewasaan itu, atau lebih tepat
membantu cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
pengaruh ini datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh
orang dewasa seperti sekolah, buku putaran hidup sehari-hari, dan
sebagainya) dan ditunjukan kepada orang yang belum dewasa.27
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT.Rosdakarya, 2009), h.10.
Hasbullah, Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persad , 2008) h.2.
27
25
b.
c.
d.
e.
f.
John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan – kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan
sesame manusia. ia juga menyatakan bahwa “ Education is the
process without end “, atau pendidikan itu adalah suatu proses tanpa
akhir.
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu, tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak- anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.28
Hoogveld
Mendidik ialah membantu anak supaya ia cukup cakap
menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawab nya sendiri.
S.A.Branata, dkk
pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung
maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak
dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.
Rosseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada
masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu
dewasa.
Berdasarkan pendidikan pengertian diatas, secara substansial
memiliki kesamaan pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah
proses yang melibatkan orang dewasa dan peserta didik dalam rangka
pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka
pelestarian nilai-nilai dan budaya dan norma yang berkembang di
masyarakat.
Dari beberapa pendapatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah proses bimbingan, tuntunan dan pimpinan yang
didalamnnya
mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik,
tujuan dan sebagainnya. Tugas pendidikan adalah membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari tahap ke
tahap kehidupan anak didik sampai mencapai titik kemampuan yang
optimal, dari tidak mengerti sampai dengan mengerti
28
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Pengantar Ilmu Pendidikan & Dasar – dasar pelaksanaan
pendidikan . ( Jakarta : UIN Jakarta press , 2006 ) h.1.
26
2. Fungsi Pendidikan
Menurut Payne fungsi pendidikan itu ada 3 macam:
a. Asimilasi dari tradisi-tradisi. Di sini mengakui bahwa asimilasi
adalah merupakan hal yang penting. Payne menggambarkan proses
asimilasi dari tradisi sebagai imitasi dan tekanan sosial.
b. Pengembangan dari pola-pola sosial yang baru. Kalau ada masalahmasalah yang baru, maka perlu dopecahkan misalnya: masalah
perkembangan penduduk, masalah urbanisasi, masalah pekerjaan,
masalah penempatan wanita di dalam pekerjaan.
c. Kreatifitas atau peranan yang bersifat membangun di dalam
pendidikan. Kreatif adalah kemampuan pemikiran yang bersifat asli.
Jadi ide-ide yang asli itu bersifat kreatif, ada kenyataan kemudian
timbul ide yang asli.29
Fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancar.
Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan bersifat struktural
dan institusional. Arti dan tujuan struktural menuntut terwujudnya
struktur organisasi yang mengatur jalannya proses kependidikan baik
dilihat dari segi vertikal maupun dilihat dari segi horizontal di mana
faktor pendidikan dapat berfungsi secara interaksional (saling pengaruh
mempengaruhi satu sama lain).
Arti dan tujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses
pendidikan yang terjadi di dalam struktur organisasi itu di lembagakan
untuk lebih menjadi proses pendidikan berjalan secara konsisten dan
berkesinambungan
mengikuti
kebutuhan
pertumbuhan
dan
perkembangan manusia yang cenderug ke arah tingkat kemampuan yang
optimal dan lebih baik.
29
Ibid, h.74.
27
3.
Lembaga dan Institusi Pendidikan
a. Pengertian Lembaga dan Institusi Pendidikan
Menurut kamus Bahasa Indonesia, “lembaga adalah badan
(Organisasi) yang tujuannya melakukan suatu peneyelidikan keilmuan
atau melakukan suatu usaha.” Sedangkan institusi didalam kamus ini
diartikan sebagai “sebagai lembaga; badan yang dilembagakan oleh
undang-undang, adat atau kebiasaan (seperti perkumpulan, paguyuban,
organisasi sosial, dsb); gedung tempat diselenggarakannya kegiatan
perkumpulan atau organisasi”.30Jika kedua nya disatukan dan diartikan
pada dasarnya kata institusi mengacu pada lembaga atau organisasi disini
yang menjadi fokus utama adalah manusia yang ada didalamnya diikat
oleh kegiatan tertentu.
Dalam hal ini suatu lembaga merupakan perwujudan konkret dalam
suatu ide atau perwujudan sistem atau pranata dalam masyarakat. Maka
hal ini Lembaga tak dapat dipisahkan dari sebuah sistem yang konkret
yang dapat terwujud jika didalamnya mau menjalankan roda atau sistem
yang ada.memang hal ini benar adanya bahwa lembaga dan pranata
menjadi kesatuan yang saling mendukung satu sama lain.
b. Lembaga dan Institusi Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan Jembatan Seseorang untuk
mewujudkan impiannya bilamana pendidikan sebagai aset seseorang
untuk mengemban dan mewujudkan hidup kearah yang lebih baik dan
pada hakikat nya sebagai wadah sosialisasi nilai-nilai yang murni di
masyarakat. Maka hal ini pranata pendidikan merupakan pranata yang
penting dalam masyarakat.
Manusia yang terdapat dalam institusi pendidikan tersebut
diantaranya Tenaga Pengajar seperti: Guru, Dosen. Dan Tenaga
Pendukung seperti Adminsitrasi, Pegawai, dsb. Yang paling penting
adalah anak didik.anak didik menjadi komponen utama dalam pendidikan
30
Tim Penyusun (Deddy Sugono, dkk), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), h.1240.
28
sebab sebagai penggerak dan sebagai subjek maupun objek dalam
pendidikan.
Menurut Nasution, “belajar dari sejarah perkembangannya,
lembaga pendidikan yang ada di Indonesia memiliki beragam corak dan
tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai
dari zaman kerajaan dengan bentuknya yang sangat sederhana dan zaman
penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan gereja.”31
Dalam Pendidikan Nasional, pendidikan dikelola oleh keluarga atas
tanggung jawab sekolah dan masyarakat. Sehingga kemudian di
masyarakat berkembang dengan baik dan signifikan dan memiliki peran
yang berbdea-beda. Lembaga pendidikan yang pertama informal atau
keluarga, dalam hal ini pembentukan karakter pertama adalah keluarga,
kemudian formal atau sekolah yang lebih banyak pada penalaran murid,
dan kemudian pendidikan nonformal atau masyarakat yang lebih
menenakan pada karakter sosial yang terjadi di masyarakat.
1). Lembaga Pendidikan Formal
Menurut
Anwar
Arifin,
“Pendidikan
Formal
adalah
jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.32Pendidikan
berjenjang disini adalah pendidikan dasar untuk sekolah dasar,
pendidikan menengah untuk tingkat sekolah mengengah pertama, dan
pendidikan tinggi untuk sekolah menengah atas. Pendidikan yang
diselenggrakan oleh sekolah atau perguruan tinggi yang pada fase
pendidikan ini dengan cara sistematis dan bertingkat. Dengan ketentuan
dan syarat yang jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang
lahir dari berkembang secara efektif dan efisisen dari dan teruntuk
masyarakat. Merupakan wadah yang berkewajiban kepada generasi muda
untuk mendidik warga negara.
31
Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara) Cet.2, h.152.
Anwar Arifin, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2005),
32
h.176.
29
Lembaga pendidikan merupakan hasil dari karya yang riil berkat
pranata
atau
institusi
pendidikan
dalam
masyarakat.
Menurut
Koentjaraningrat, “pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi
keperluan penerangan dalam hal ini pendidikan manusia bertujuan untuk
menjadikan anggota masyarakat yang berguna adalah educational
institutions”.33 Dalam hal ini, berarti institusi pendidikan merupakan
sebuah lembaga atau organisasi yang fokus pada pengembangan
pendidikan manusia yang ada didalamnya.
Manusia yang terdapat dalam Institusi pendidikan diantaranya
adalah tenaga pengajar (guru, dosen), tenaga pendukung seperti tenaga
administrasi, tenaga kebersihan, tenaga kesehatan , tenaga keamanan, dan
lainnya. Dan yang paling utama adalah anak didik ( siswa atau
mahasiswa) karena komponen ini mempunyai fungsi sebagai penggerak
suatu Institusi pendidikan, obyek dan sekaligus subyek.
Menurut Nasution, “salah satu alasan pada zaman penjajahan
adalah bahwa urusan penduduk selama ini diserahkan kepada raja
masing-masing karena Belanda tidak ingin mengganggu adat istiadat
setempat”.34Lembaga pendidikan formal adalah lembaga pendidikan
yang jalur pendidikan yang mempunyai jalur yang jelas, yang sesuai dan
sistematis. Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan
Tinggi dalam ruang lingkup masyarakat. Sebagai jembatan generasi
muda untuk mencapai pendidikan yang lebih baik.
2). Lembaga Pendidikan NonFormal
Untuk mengahsilkan pendidikan yang lebih bermutu tidak hanya
diraih di sekolah formal saja melainkan di lembaga nonformal. Menurut
Anwar Arifin Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat (1)
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional,
“pendidikan
nonformal
diselenggrakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
33
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi revisi 2009 (Jakarta: Rineka Cipta,
2009). h.136.
34
S.Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h.22.
30
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka ,mendukung pendidikan
sepanjang hayat”.35 Dalam masyarakat pada umunya pendidikan
nonformal berfungsi sebagai mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan dan keterampilan peserta didik. Dalam pendidikan
nonformal diselenggrakan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan
pengetahuan,
kecakapan
hidup,
mengembangkan
potensi,
mengembangkan profesi, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
3). Lembaga Pendidikan Informal
Dalam Pendidikan Informal tempat belajar dapat dimana saja dan
kapan saja. Tidak ada persyaratan, tidak ada program yang berjenjang,
dan tidak ada program yang direncanakan. Menurut Anwar Arifin
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 27 ayat (1) “kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh
keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri”.36
Pendidikan informal ini terutama berlangsung ditengah keluarga dan
adapula di lingkungan sekitar. Kegiatan pendidikan tanpa adanya
organisasi yang ketat, tanpa adanya program yang berjenjang, dan tanpa
adanya evaluasi. Pendidikan informal memberikan pengaruh kuat kepada
kepribadian seseorang.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang Persepsi Masyarakat ini, sebelumnya telah
dilakukan beberapa penelitian terkait hal tersebut, diantaranya adalah:
1.
Penelitian milik Tendi (2012) yang berjudul “Analisis Tingkat
Kesadaran Masyarakat Tentang Pendidikan Di Desa Andamui,
Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat (Tinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan
Abraham Maslow). Menyimpulkan bahwa mengetahui tingkat
35
36
Arifin, op. Cit., h. 189.
Ibid, h. 190.
31
kesadaran masyarakat tentang pendidikan, seberapa jauh peran
lembaga/institusi pendidikan, dan hirarki kebutuhan Abraham
Maslow. Penelitian ini dilakukan di Desa Andamui, Ciwaru,
Kuningan.Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel
yaitu purposive sampling.Instrumen penelitian yang digunakan
adalah wawancara. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam
menguji credibility dan transferabilitypenelitian ini menggunakan
teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi dokumentasi,
teknik wawancara, dan observasi. Tingkat kesadaran masyarakat
tentang pendidikan masih rendah, peran lembaga/institusi pendidikan
lainnya, dan persepsi masyarakat tentang pendidikan dari segi teori
Maslow menunjukan bahwa pendidikan bukanlah bagian dari
kebutuhan dasar.37
2.
Penelitian milik Caerih Nurlinda Sari yang berjudul “Persepsi
Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu terhadap
pendidikan formal (penelitian deskriptif kualitatif di Desa Krimun,
Losarang Kab.Indramayu). Menyimpulkan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi komunitas suku Dayak
Hindu-Budha dengan
menggunakan metode penelitian
yang
digunakan adalah pengambilan data adalah wawancara, angket dan
observasi. Hasil penelitian menunjukan Persepsi Komunitas HinduBudha Segandu terhadap pendidikan formal adalah ditemukan
konsep bahwa sikap kelompok aliran kepercayaaan yang dipimpin
oleh Takimad Diningrat yang tidak mengharuskan komunitas dan
anajnya bersekolah dengan alasan banyak orang pintar tapi tidak
benar. Hasil perhitungan angket menunjukan prosentase 39.17%
37
Tendi, Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Tentang Pendidikan Di Desa Andamui,
Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat (Tinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan Abraham Maslow), (Jakarta:
Uin Press, 2012).,h.vi.
32
persepsi Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Segandu Pendidikan
Formal ini termasuk kategori persepsi tidak baik.38
3. Penelitian milik Zainudin (2012) yang berjudul “Pemberdayaan
Pendidikan Keluarga dalam membentuk kepribadian melalui
komunikasi Islami (Studi Kasus di Semanggi I RT.003/03
Kel.Cempaka
Putih,
Ciputat
Timur).
Menyimpulkan
bahwa
penelitian ini menggunakan studi eksploratori, mencoba menggali
berbagai informasi mengenai keluarga sebagai institusi sosial
pertama bagi individu dan konseptualisasi komunikasi islami dalam
membentuk kepribadian anak dalam lingkungan keluarga. Ditinjau
dari
tempat
karya
ilmiah
ini
memakai
metode
penelitian
lapangan/field research sehingga yang menajadi objek penelitiannya
keluarga Semanggi I RT.003/03 Kelurahan Cempaka Putih-Ciputat
Timur. Penelitian ini menggunakan data kualitatif pengamatan,
wawancara, dan penelaahan sumber pustaka.dari hasil penelitian
ditemukan beberapa metode komunikasi dalam lingkungan keluarga
komunikasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal.adapun dalam implementasinya dapat menggunakan
metode qaulan sadidan, nasehat, cerita, dan diskusi sebagai bentuk
komunikasi verbal. Adapun komunikasi nonverbal dapat dilakukan
dengan metode teladan. Terdapat pengaruh pada kepribadian anak
yang mana orang tua yang cakap dalam berkomunikasi memiliki
anak-anak yang penurut, berani dan mudah bergaul. Sedangkan
orang tua dengan komunikasi dalam pola asuh menguasai memiliki
anak-anak yang penakut, kurang bergaul dan berprikebadian
lemah.39
38
Chaerih Nurlinda Sari, Persepsi Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu
terhadap pendidikan formal (penelitian deskriptif kualitatif di Desa Krimun, Losarang
Kab.Indramayu), (Jakarta: 2012)., h.vi.
39
Zainudin, Pemberdayaan Pendidikan Keluarga dalam membentuk kepribadian melalui
komunikasi Islami (Studi Kasus di Semanggi I RT.003/03 Kel.Cempaka Putih, Ciputat Timur),
(Jakarta: 2012)., h.vi.
33
E. Kerangka Berfikir
Pendidikan pada masyarakat minoritas merupakan hak kaum
minorotas untuk mengenyam pendidikan sebagai hak warga negara untuk
mendapatkan pengajaran, namun tidak lah mudah bagi masyarakat Cina
Benteng dalam mempelajarinya dan masyarakat Cina Benteng butuh
dorongan atau motivasi serta peran aktif seorang yang tanggap terhadap
pendidikan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Cina
Benteng hidup pada garis kemiskinan, selain alasannya kurang tanggap
nya mereka terhadap pendidikan dan masih rendah nya mereka yang
sadar akan arti penting nya pendidikan.
Motivasi merupakan syarat yang mutlak demi terciptanya agar
mendorong Masyarakat Cina Benteng untuk lebih tergerak dalam
pendidikan khusus nya meningkatkan ekonomi mereka dengan adanya
peningkatan Pendidikan. Untuk itu sebagai seorang yang sadar akan
pendidikan baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat
diharuskan mampu menjadi pendorong sekaligus pendobrak dan motivator
yang ulung bagi peningkatan motivasi Masyarakat Cina Benteng.
Gambar 2.1
KerangkaBerpikir
Persepsi Masyarakat Cina
Benteng Terhadap Pendidikan
Peran Lembaga dan
Institusi Pendidikan
Melihatbagaimanapartisipasidanpe
rilaku masyarakat Cina Benteng
menjalankan dan menanggapi
sebuah pendidikan pada masa kini.
Meliputikegiatan pendidikan
Formal, NonFormal, dan Informal
pada masyarakat Cina Benteng.
Arti Penting Pendidikan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diDesa Sukasari, Kecamatan Tangerang,
Kabupaten Tangerang. Karena desa ini dihuni
oleh
masyarakat Cina
Benteng dan masyarakat yang memiliki perkapita rendah namun secara fisik
terlihat sejahtera. Pendidikan masyarakat pun tidak terlalu tinggi, sehingga
desa ini dianngap cocok untuk melakukan penelitian. Adapun tempat yang
menjadi objek penelitian ini adalah Kelenteng Boen Tek Bio, yang
beralamat di Jalan Bhakti No.14 Pasar Lama, Tangerang dan masyarakat
Cina Benteng, yang beralamat di Jalan Kisamaun pasar lama, Tangerang.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian
di tempat tersebut yaitu, alasan yang paling mendasar adalah bahwa kedua
tempat tersebut cukup menarik perhatian bagi peneliti, sehingga lebih
tertarik dalam meneliti dan Ingin mengetahui sejauh mana pandangan
masyarakat cina benteng terhadap pendidikan.
2.Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai dari kegiatan
pendahuluan, pelaksanaan, sampai kegiatan akhir penelitian. Peneliti datang
langsung kelapangan dengan maksud untuk observasi, wawancara serta
studi dokumentasi terhadap objek yang diteliti. Waktu yang dibutuhkan
dalam proses penelitian adalah empat bulan mulai akhir Juni 2014 sampai
dengan Oktober 2014, penelitian ini akan berakhir jika semua data telah
cukup lengkap untuk diolah oleh penulis. Tetapi batas waktu tersebut masih
bersifat tentatif, sehingga jika sewaktu-waktu masih memerlukan data,
penulis dapat mengunjungi lokasi penelitian.
34
35
Adapun jadwal penelitian yang penulis buat agar penelitian ini dapat
berlangsung lebih terarah.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Kegiatan
Juni
1
2
Juli
3
4
1
2
3
Agustus
4
1
2
3
September
4
1
2
3
4
Oktober
1
2
3
4
Izin di lokasi
penelitian
Observasi
lokasi
penelitian
Penyusunan
Bab 1-3
Pengumpulan
data
Pengolahan
data dan Bab
4
Penarikan
kesimpulan
dan Bab 5
Penulisan
Laporan
B.Populasi dan Sampel penelitian
Menurut Sugiyono, “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.1 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
Cina Benteng yang berada di kawasan klenteng Boen Tek Bio, yang
beralamat di Jalan Bhakti No.14 pasar lama, Tangerang.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 297
36
Sugiyono menambahkan bahwa, “sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.2 Berdasarkan karakteristik
yang dijelaskan diatas bahwa pemilihan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling dan snowball sampling. Menurut Sugiyono mengatakan
bahwa, “puposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas
makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan,
atau penelitian tentang suatu kondisi politi di suatu daerah, maka sumber
datanya adalah orang yang ahli politik”.3 Sedangkan mengenai teknik
snowball
sampling,
Sugiyono
menguraikan
bahwa,
“snowball
samplingadalah teknik penetuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil
kemudian membesar”.4 Dengan begitu, ketika menetukan sampel, mulamula memilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan orang tersebut
belum bisa mendapatkan data yang lengkap, maka peneliti mencari orang
lain yang dilihat lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
sebelumnya. Karena dalam penelitian ini, peneliti memadukan dua teknik
penentuan sampel yakni teknik puposive sampling dan teknik snowball
sampling. Maka objek penelitian teknik purposive sampling adalah hanya
digunakan untuk kepala desa, sekretaris desa, dan humas klenteng Boen Tek
Bio atau ahli sejarah wilayah setempat sedangkan teknik snowball sampling
digunakan untuk memilih masyarakat Cina Benteng saja. Karena populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat Cina Benteng yang berada di
kawasan Klenteng Boen Tek Bio, yang beralamat di Jalan Bhakti No.14
pasar lama, Desa Sukasari, Kota Tangerang. Karena peneliti merasa sangat
luas nya subjek penelitian maka peneliti mencoba mengkrucutkan
masyarakat Cina Benteng ini dengan menjadi masyarakat Cina Benteng
yang berada pada usia produktif yaitu antara usia 15 tahun hingga 64 tahun.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012) ,
cet. 7, h. 81
3
Sugiyono, op. Cit., h. 85
4
Ibid., h. 300
37
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif
kualitatif, yaitu metode yang menggambarkan bagaimana keadaan yang
sebenarnya dari fenomena yang diteliti.
Metode penelitian inimuncul karena terjadi perubahan paradigma
dalam memandang realitas atau kenyataan serta fenomena atau gejala sosial
yang dipandang sebagi sesuatu yang utuh dan penuh makna. Menurut
Sugiyono, “metode kualitatif ini sering disebut dengan penelitian
naturalistic karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada
awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif”.5
Penelitian deskriptif kualitatif mengambil masalah atau memusatkan
perhatian pada masalah-masalah yang aktual sebagaimana peneliti
melakukan kegiatan penelitian. Deskripsi pada penelitian ini untuk
menggambarkan persepsi masyarakat Cina benteng terhadap pendidikan.
Menurut Abu Achmadi dan Cholid Narbuka, “penelitian deskriptif sendiri
adalah penelitian yang berusaha untuk menentukan pemecahan masalah
yang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis data dan
menginterpretasikannya”.6
Dalam hal studi kasus adalah analisa kehidupan sosial misalnya satu
atau beberapa kelompok sosial, masyarakat, organisasi, atau individu. Studi
kasus
menggambarkan
sebagai
metode
naturalisticdimana
paling
mengutamakan teknik observasi langsung dalam jangka waktu yang lama
dan terus-menerus, dan dengan wawancara mendalam. Penelitian deskriptif
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012) ,
cet. 7, h. 14.
6
Abu Achmadi dan Cholid Narbuka, Metodologi Penelitian,, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
cet. 1, h. 44.
38
kualitatif dengan menggunakan analisa kasus sering digunakan untuk
mengenalkan masyarakat yang unik dan maslaha-masalah yang dihadapi
yang sulit dihadapi sebuah masyarakat dan individu.
D.Sumber Pengumpulan Data
Dalam dunia penelitian, data merupakan sebuah hal yang sangat
penting dan menjadi dasar keabsahan dan kekuatan sebuah penelitian, data
merupakan bahan mentah berkaitan dengan fakta yang terdapat di lapangan,
Adapun sebagai sumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sumber data primer
Sumber data primer yang memberikan data langsung dalam penelitian
ini. Adapun yang dimaksud dengan sumber data primer adalah , sumber data
yang diperoleh dari kepala desa, humas klenteng Boen Tek Bio dan
masyarakat Cina Benteng dengan wawancara dan observasi pada bagian
yang berkaitan yang terdapat pada masyarakat Cina Benteng tersebut.
2.
Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau penunjang
dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari penelitian, namun berbeda
dengan data primer, data sekunder adalah data yang diperoleh dari data-data
yang sudah ada pada humas klenteng Boen Tek Bio hingga kepala Desa
Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang seperti data kependudukan,
Monografi kelurahan dan data dari klenteng Boen Tek Bio mengenai
informasi terkait masyarakat Cina Benteng.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Teknik merupakan alat bantu atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan informasi data. adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
39
1. Observasi
Langkah yang pertama adalah dalam pengumpulan data dengan
menggunakan
Observasi
atau
pengamatan,
kegiatan
observasi
ini
merupakan lagkah yang digunakan demi melengkapi data dengan cara terjun
langsung ke masyarakat lalu mengamati masyarakat Cina benteng tersebut.
Menurut Suharsimi Arikunto “Observasi seringkali mengartikan sebagai
suatu aktiva
yang sempit,
yakni
memperhatikan sesuatu dengan
menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang
disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seuluruh alat indra”.7
Pengumpulan data dengan menggunakan observasi ini merupakan
langkah awal dari dua teknik pengumpulan data selanjutnya dalam
penelitian ini. Hubungan antara ketiganya diperlukan dalam proses
pemeriksaan atau pengecekan dan keabsahan data. Karena kevalidan data
didapatkan dari lapangan sangat ditentukan oleh ketiga teknik pengumpulan
data.
Tabel 3.2Pedoman Observasi
No
Data yang Diperlukan
1
Kondisi Sosial Masyarakat
Cina Benteng
2
Interaksi Sosial Masyarakat Beberapa Individu yang dijadikan sampel
Cina Benteng
Area Sekitar Klenteng Boen Lingkungan Sekitar Klenteng Boen Tek
Tek Bio
Bio
3
4
7
Agenda Masyarakat Cina
Benteng
Objek yang Diamati
Lingkungan sekitar Tempat
Masyarakat Cina Benteng
tinggal
Kegiatan rutin Masyarakat Cina Benteng
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik., (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet.13, h.156.
40
5
Partisipasi warga
Kegiatan warga saat agenda
Masyarakat Cina Benteng
6
Partisipasi Warga dalam
Pendidikan
Pemanfaatan Klenteng
Terhadap Interaksi Warga
Pandangan warga mengenai pendidikan
Arti Penting Pendidikan
pada Masyarakat Cina
Benteng
Pendidikan Formal, Pendidikan Non
Formal, dan Pendidikan Informal
7
8
rutin
Kegiatan Warga dalam pemanfaatan
Klenteng
2. Wawancara
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara (interviewer). Interview digunakan oleh
peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data
tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan.8
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan pemasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau
kecil.9
Wawancara untuk keperluan penelitian berbeda dengan percakapan
sehari-hari.
Wawancara
biasanya
dimaksudkan
untuk
memperoleh
keterangan, pendirian, pendapat secara lisan dari seseorang (yang lazim
disebut responden) dengan berbicara langsung dengan orang tersebut.
Dengan demikian, wawancara berbeda dengan ngobrol, bercakap-cakap, dan
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik., (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet.13, h.155.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta) , h.194.
41
beramah-tamah.10 Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui
persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan. Guna untuk
menggali infomasi dari responden, peneliti akan menelaah terlebih dahulu
hasil studi dokumentasi yang dilakukan.
Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara
terstruktur. Menurut Sugiyono, “wawancara terstruktur dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan”.11Selain menggunakan bantuan instrumen wawancara maka hal
ini peneliti sebagai pedoman wawancara harus membawa instrumen
wawancara dapat juga dibantu dengan handphone sebagai alat perekam
suara dan gambar material lain agar yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara menjadi lancar.
Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data
dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data, maka wawancara
merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara
dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap
muka.Responden yang akan dipilih beserta jumlahnya, maka peneliti akan
menyesuaikannya dengan mempertimbangkan kualifikasi dan kriteria
responden tentunya yang sesuai dengan teknik purposive sampling. Lalu
menentukan jumlahnya dengan kebutuhan kelengkapan data sebagaimana
yang dilakukan dalam teknik snowball sampling.
Kisi-kisi wawancara akan dilakukan serta yang disusun dengan
mengembangkan dari dua variabel utama tujuan yang hendak dicapai degan
mengidentifikasi variabel-variabel yang diteliti, menjabarkan variabel
menjadi
10
dimensi-dimensi,
mencari
indikator
dari
setiap
dimensi,
Bagong suyanto dan sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta: Kenacana, 2007). Ed.1,Cetakan ke-3, h.69.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kunatitatif, kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012). Cet.Ke-15, h.197.
42
mendeskripsikan kisi-kisi instrumen, merumuskan item-item pertanyaan
atau pernyataan instrumen. Dengan 9 responden sebagaimana dituliskan di
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara
Dimensi
Persepsi
Masyarakat Cina
Indikator
Pendidikan Terakhir
10
kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
Benteng
Pendapatan dan pengeluaran
Terhadap
Usaha untuk melanjutkan pendidikan
Pendidikan
Jumlah
Usaha untuk menyekolahkan anak
Pengaruh teman dan lingkungan sosial
dalam pendidikan
Budaya sosial belajar masyarakat
Persepsi tentang pendidikan
Persepsi personal mengenai pendidikan
sebagai kebutuhan diantara yang lainnya
Persepsi sosial mengenai posisi kebutuhan
pendidikan dinatara yang lainnya
Peran lembaga
Pemaparan mengenai lembaga dan institusi
dan Institusi
pendidikan formal, nonformal, informal.
Pendidikan
Mengidentifikasi lembaga dan institusi
pendidikan formal.
Jarak tempuh antara lembaga dan institusi
pendidikan formal.
Kondisi lembaga dan institusi pendidikan
formal, informal, nonformal.
Peran dan pengaruh lembaga dan insitusi
pendidikan formal, nonformal, informal
terhadap individu
6
43
Peran dan pengaruh lembaga dan Institusi
pendidikan formal, nonformal, informal
terhadap masyarakat
3. Dokumentasi
Langkah terakhir dalam melakukan pengumpulan data dengan metode
dokumentasi mengenai profil masyarakat Cina Benteng berdasarkan datadata serta dokumen berdasarkan dari data yang di dapat dari pemerintahan
Desa setempat dan klenteng Boen Tek Bio, serta sumber-sumber lainnya.
oleh karena itu, langkah terakhir penelitian dilakukan dengan penelaahan
data-data mengenai profil kawasan Masyarakat Cina Benteng, baik dari segi
struktur sosial, perubahan sosial, data pendidikan, tradisi, budaya, mata
pencaharian masyarakat Cina Benteng.
Tabel 3.4 Pedoman Dokumentasi
No
Data yang Diperlukan
Dokumen yang Dibutuhkan
1
Kependudukan
Monografi
2
Kependidikan
Daftar Jenjang Pendidikan Masyarakat
Cina Benteng di Desa Sukasari.
3
Anggota Klenteng Boen
Daftar anggota Klenteng Boen Tek Bio
Tek Bio
4
Agenda kerja Klenteng
Program Kerja Klenteng Boen Tek Bio
Boen Tek Bio dan
Masyarakat Cina Benteng
5
6
Bukti Kegiatan Klenteng
Foto-foto kegiatan Klenteng Boen Tek
Boen Tek Bio
Bio
Bukti kegiatan
Foto-foto kegiatan Masyarakat Cina
Masyarakat Cina Benteng
Benteng
44
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Irawan Soehartono, “dalam pengumpulan data sudah
dilakukan, maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis,
dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah dengan
melakukan “editing” ini berarti hasil wawancara harus diteliti satu per satu
tentang kelengkapan pengisian dan jawaban dari responden”.12
Menurut
Sugiyono,
“pemeriksaan
data
atau
editing
adalah
pemeriksaan dan meneliti kembali data yang telah terkumpul adalah
langkah pertama tahap pengolahan data. Langkah tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang telah terkumpul tersebut baik sehingga
segera dapat dipersiapkan untuk tahap analisis berikutnya”.13
Fungsi editing disini adalah bahwa apabila dalam wawancara apabila
masih kurang lengkap dalam setiap pertanyaan yang dilontarkan satu per
satu maka dari butir pertanyaan dan pernyataan yang tidak di jawab untuk
mengatasinya meberikan dua alternatif yaitu dengan cara jika butir
pertanyaan tidak terjawab bersifat acak, artinya tidak terpusat pada saru
nomor tertentu saja.maka untuk mengisi butir diberikan nilai rata-rata dari
semua nilai yang diisi oleh responden, Jika semua pertanyaan sudah
dilontarkan dan diteliti, maka langkah selanjutnya adalah dengan
pembuatan kode untuk pertanyaan.
Menurut Irawan Soehartono, “Kesulitan akan dihadapi dalam
membuat kode untuk pertanyaan terbuka. Dalam arti yang sebenarnya,
kesulitannya bukan terletak pada pembuatan kodenya, melainkan dalam
membuat penggolongan atas jawaban yang beraneka ragam”.14
12
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, ( Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011),
cet ke 1 s.d 7, h.89
13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2002), h.93.
14
Soehartono, op. Cit., h.89.
45
Maka untuk mengetahui penggolongan kode nya yang perlu
dilakukan adalah dengan mencatat penggolongan dari jawaban yang
bervariasi dan dan diketahui terlebih dahulu berbagai macam variasinya.
Setelah mengetahui variasi jawabannya, maka dibuat penggolongan
jawaban tersebut. Dengan demikian pembuatan kode ditentukan dengan
sebelum penelitian, langkah pertama dalam pembuatan kode adalah
dengan mempelajari jawaban yang diberikan responden, kemudian
memutuskan
perlu
tidaknya
dibuat
pengklasifikasian
kategorisasi
jawaban.langkah ini bertujuan setiap pertanyaan atau variabel, dan
pemberian kode untuk setiap jawaban merupakan isisi pokok buku kode.
Menurut Sugiyono, “Metode penelitian kualitatif ini muncul karena
terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas atau
fenomena atau gejala. Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang
sebagai sesuatu yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis, dan penuh
makna”.15
Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara dengan responden, observasi
yang telah dituliskan dalam lembar observasi lapangan, dokumentasi
berupa foto-foto pada saat wawancara dan pengamatan pada saat observasi
dilakukan dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut maka metode analisa
yang digunakan adalah metode deskripsi analisis yakni dengan cara
mengumpulkan data kemudian menyusun, menyajikan, baru kemudian
menganalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut. Pada saat
menganalisa data hasil observasi, peneliti menginterpretasikan catatan
lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti
menganalisa pada data tersebut.
Dalam proses analisis data, ada beberapa langkah pokok yang harus
dilakukanyaitu:
15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.1.
46
1. Tahap persiapan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini
adalah mengecek nama dan kelengkapan identitas dan kelengkapan
identitas pengis, memeriksa dan mengecek kelengkapan data, artinya
memeriksa
isi,
instrument
pengumpulan
data
(termasuk
pula
kelengkapan lembaran instrumen barangkali ada yang terlepas atau
sobek) dan mengecek macam-macam isian data.
2. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan
mempermudah
peneliti
gambaran
untuk
yang lebih jelas, dan
melakukan
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
pengumpulan
data
16
3. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk tabel, grafik, pie chard, pictogram, dan sejenisnya.Melalui
penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami.17
4. Penarikankesimpulandanverifikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
16
Sugiyono, MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,(Bandung : Alfabeta, 2012), h.338.
17
Ibid. h.341.
47
kesimpulan yang kredibel.18 Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian
dari suatu konfigurasi gemini. Kesimpulan juga memproses dan
meringkas agar lebih cepat lewat pemikiran peneliti. Serta bagaimana
mencatat dari hasil temuan yang ditemukan oleh peneliti. Peneliti harus
dapat menarik kesimpulan secara jelas.
Menurut Sugiyono, “ada empat kriteria dalam penelitian kualitatif
yang digunakan untuk mengukur keabsahan data uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferbility, dependability,
dan confirmability”.19Credibility yaitu kepercayaan, transferability yaitu
keteralihan, dependability yaitu ketergantungan, dan confirmability yaitu
kepastian.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode triangulasi, menurut
Lexy J Meleong, trianggulasi adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainnya”.20 Tujuan triangulasi data dilakukan dalam penelitian ini
adalah untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang
diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan.
Trianggulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
sumber dan metode,21 artinya peneliti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif. Trianggulasi data dengan sumber
ini antara lain dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh
dari hasil wawancara dengan informan dan key informan.
18
Ibid. h. 345.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2002), h. 366.
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2002), h.178
21
Hudri, Said. “Keabsahan Data Instrumen Penelitian”,
http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/keabsahan-data-instrumen-penelitian.html, 05 Oktober
2014
19
48
Trianggulasi data dilakukan dengan cara, pertama, membandingkan
hasil pengamatan pertama dengan pengamatan berikutnya. Kedua,
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
Membandingkan data hasil wawancara pertama dengan hasil wawancara
berikutnya. Penekanan dari hasil perbandingan ini bukan masalah
kesamaan pendapat, pandangan, pikiran semata-mata. Tetapi lebih penting
lagi adalah bisa mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan.
Pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data ini menunjukan bahwa
konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain
penelitian, juga pada pengolahan data dan pengumpulan data. Pengujian
triangulasi dengan strategi triangulasi metode dilakukan untuk mencapai
keabsahan data dari penelitian deskripstif ini dengan credibility dan
transferability. Dalam hal ini peneliti menggunakan ketiga teknik
pengumpulan data yaitu dokumentasi, wawancara, dan observasi sebagai
penguji triangulasi metodenya. Hal ini akan menghasilkan penelitian yang
bisa di pertanggung jawabkan validitasnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Penelitian
1. Sejarah Masyarakat Cina Benteng
Semenjak dasarwarsa kedua 1600-an antara Banten dan Batavia
terjadi persaingan perdagangan. Pihak kompeni Belanda mempunyai
keinginan untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah kesultanan
Banten. Namun pihak lain, Sultan Banten sendiri mempertahankan
sistem perdagangan bebas dan kedaulatan negara. Karena kerasnya
persaingan itu, akhirnya berkembang mejadi konflik politik dan konflik
senjata. Pada tahun 1652, konflik yang terjadi masih sebatas konflik
senjata secara tertutup, konflik yang terjadi pada tahun 1659 konflik
berubah menjadi perang terbuka. Dalam suasana konflik tersebut,
kawasan Tangerang menjadi daerah pertahanan sekaligus medan
pertempuran serta rebutan antara Banten dan Batavia.
Dalam perkembangannya Banten membangun benteng pertahanan
sebelah barat sungai Cisadane dan pihak kompeni Belanda membangun
benteng pertahanan di sebelah timur sungai Cisadane. Oleh karena itu,
dahulu daerah ini dikenal dengan nama benteng, baru kemudian dikenal
muncul dengan nama Tangerang. Dengan mengarahkan serdadu kompeni
secara besar-besaran, terutama serdadu sewaan yang bersasal dari
kalangan nusantara sendiri.
Akhirnya pada tahun 1809 kesultanan Banten dihapuskan, seluruh
wilayahnya dimasukan ke wilayah pemerintahan Hindia Belanda, sejak
saat itu, berakhirlah kedudukan Tangerang sebagai daerah tapal batas
kuasa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Dalamhal initerjadi
perubahan pemegang status pemegang daerah itu, yang semula berstatus
sebagai daerah yang menjadi daerah perebutan antara Banten dan Batavia
49
50
merubah
status
menjadi
daerah
partikelir
secara
perseorangan
perusahaan.
Hal ini menimbulkan tuan tanah di daerah ini yang umunya terdiri
atas orang Belanda dan orang Cina. Selain menguasai tanah atas orang
Belanda dengan menguasai tanah garapannya dan lingkungannya.
mereka juga menguasai penduduk yang bermukim di lahan itu. Akibat
hal itu terjadi perdebatan yang mencolok antara tingkat kesejahteraan
tuan tanah dengan tingkat kesejahteraan penduduk pribumi. Hal ini tuan
tanah lebih berkuasa dibandingkan dengan pejabat pemerintahan. Situasi
dan kondisi demikian membentuk struktur karakter masyarakat tersendiri
dilingkungan tanah partikelir.
Masalah pendidikan hampir tak tersentuh oleh masyarakat pribumi.
pendidikan hanya diemban melalui segelintir orang saja, mereka belajar
informal dari guru agama secara individual. Peran dan kedudukan orang
Cina dan jawara dalam masyarakat Tangerang sangat berpengaruh besar
dan banyak sebagian tanah dikuasi oleh masyarakat Cina Tangerang
bahkan tanah milik tuan tanah Cina hampir tak terhitung jumlahnya
disana.
Pada umumnya masyarakat Cina Benteng mendiami tempat yang
disebut kampung pecinan. Masyarakat Cina yang tinggal di Kota
Tangerang cukup banyak, yaitu hampir seperempat dari jumlah penduduk
Kota Tangerang. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila kebudayaan
Cina mewarnai kebudayaan setempat. Hal ini dapat dilihat dari makanan
khas, upacara adat, dan bahasa yang digunakan oleh masyarakat kota
Tangerang.
Riwayat Cina Benteng yang didapat dari keterangan para terdahulu,
katanya, di Tangerang. Menceritakan dahulu ada benteng yang letaknya
di tepi sungai Cisadane. Fondasi benteng yang kini posisinya kira-kira di
belakang plaza Tangerang sudah terendam air.dalam Ensiklopedi Van
51
Nederlands Indi memang ada keterangan yang menguatkan penuturan
tersebut. Dijelaskan istilah benteng bersasl dari sebuah benteng yang
dibangun Belanda di tepi sungai Cisadane.
Untuk menahan serbuan Banten yang hendak merebut kembali
Batavia dari tangan Belanda. Awal kehadiran orang Tionghoa di
Tangerang. Kitab Layang Parahyang yang berbahasa sunda kuno
mengisahkan pendaratan serombongan orang Tionghoa di pantai utara
Tangerang dan bermukim di sana. Itu sebabnya di kawasan tersebut
terdapat nama pangkalan atau teluk naga yang mengacu pada pertama
kali kedatangan orang Tionghoa di Tangerang.
Kisah lain, pada tahun 1740 terjadi pemberontakan besar
masyarakat Tionghoa di Indonesia yang menyebabkan pembantaian
sekitar 10.000 orang Tionghoa tak berdosa oleh Belanda, banyak diantara
mereka pergi menyelamatkan diri ke Tangerang dan sekitarnya.
Pemerintahan kolonial Belanda memang mencatat banyaknya tanah milik
partikelir di kawasan tersebut. Bahkan hingga tahun 1940-an tanah milik
para tuan Tioghoa masih tak terhitung jumlahnya.
Meski orang luar menyeragamkan sebutan Cina Benteng untuk
etnis Tionghoa di Tangerang. Di kalangan masyarakat Cina Benteng
sendiri dikenal dengan istilah “benteng” dan “udik”. Sebutan Benteng
mengacu untuk kawasan kota, sementara daerah luar kota disebut udik
(selatan). Secara harfiah, udik (hulu sungai) merupakan lawan kata ilir
(hilir sungai). Udik dapat pula bermakna selatan berlawanan dengan ilir
atau utara sebab sungai Cisadane di Banten mengalir dari selatan ke
utara. Namun prakteknya, istilah udik tidak saja diterapkan untuk tempat
di selatan tapi juga di utara.
Hal unik dari Masyarakat Cina Benteng yaitu karena mereka
memiliki budaya yang khas tersendiri yang berbeda denga warga Cina
pada umunya, masyarakat Cina Benteng telah mampu berkulturasi dan
52
beradaptasi dengan lingkungan dan kebudayaan lokal. Mereka tidak lagi
menggunakan bahasa Cina, bahkan logatnya pun sudah sangat sunda
pinggiran bercampur Betawi, tetapi meskipun begitu mereka mampu
berakulturasi dan beradaptasi dengan penduduk, masyarakat Cina
Benteng masih mempertahankan dan melestarikan adat istiadat nenek
moyang mereka yang sudah ratusan tahun.
Penampilan fisik “Cina Benteng” unik, karena kadang cukup sulit
dibedakan dengan “orang pribumi”, setelah membuka percakapan dengan
masyarakat Cina Benteng, barulah menyadari bahwa tengah berhadapan
dengan orang Tionghoa. Apalagi perkawinan campur antar etnik kerap
terjadi. Tak heran anak-anak masyarakat Cina Benteng sudah tidak
kelihatan
wajah
asli
cinanya.
Umunya
orang
Cina
Benteng
mengidentifikasi diri sebagai orang Cina. Sedang etnik melayu atau
pribumi (sunda) disekitarnya disebut dengan kampung. Namun hubungan
antar etnik ini sangat baik. Harmonis dan rukun. Dikarenakan merasa
tanah kelahirannya sama. Istilah “orang kampung” sendiri dimaksudkan
sebagai orang yang punya kampung. Jadi sama sekali tidak mengandung
arti peyoratif (melecehkan).
Keistimewaan masyarakat Cina Benteng adalah kesetiaan pada
tradisi leluhur. Arsitektur dan tata letak rumah masih mempertahankan
nilai-nilai leluhurnya dari negeri Tiongkok. Hampir semua pakem model
rumah Tiongkon masih diikuti. Termasuk penggunaan pasak sebagai
pengganti paku. Meski tak semua rumah terbuat dari kayu. Ada yang
dibuat dari bambu dengan teknik anyaman.
Demikian
pula
tradisi
yang
masih
dipertahankan
adalah
pelaksanaan upacara tradisional. Berbagai upacara yang di daerah lain
sudah hilang atau tidak dilakukan lagi. Masih bisa disaksikan di sini
yakni upacara perkawinan Ciotau . Upacara Ciotau sebenarnya merujuk
pada inisiasi menuju kedewasaan. Dilakukan menjelang pernikahan
53
seseorang. Namun sekarang identik dengan perkawinan tradisional
lengkap baik kostum maupun ritualnya.
Seiring dengan semakin terbukanya Tangerang serbuan budaya luar
pun makin gencar. Masyarakat Cina Benteng harus sedikit berkompromi
dengan tuntutatn zaman. Banyak diantara masyarakat Cina Benteng yang
mengirimkan anak-anaknya yang sudah lulus dari perguruan Tinggi atau
akademi. Yang sudah lulus sekolah banyak yang bekerja di Jakarta.
Karena jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja relarif dekat dan
peluang kerja di Jakarta masih cukup banyak.
Meski secara fisik sulit dibedakan dengan orang kampung (melayu
atau pribumi). Upaya mempertahankannya identitas budaya etnik Cina
masih tetap kuat. Sebutan Orang Cina atau “orang kampung’ memang
lebih bersifat kultural yang membedakan mereka dengan kelompok etnik
Tionghoa lainnya di Indonesia. Masyarakat Cina Benteng menganggap
dirinya sebagai bagian dari kaum pribumi Tangerang karena di situlah
kampung halamannya. Tempat dilahirkan dibesarkan dan sampai
meninggal nanti. Selalu berseloroh Cina Benteng adalah bagian dari
RRT, bukan Republik Rakyat Tionghoa akan tetapi Republik Rakyat
Tangerang.
Kawasan Cina Benteng ini terletak di Desa Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang, seduai dengan Undang-undang Nomor 2
Tahun 1993 tentang pembentukan Daerah Tingkat II Kotamadya
Tangerang dan Peraturan Daerah Tahun 2000 tentang pembentukan 13
kecamatan. Kecamatan Tangerang terbagi menjadi 8 (delapan) kelurahan,
salah satunya yaitu kelurahan Sukasari. Sampai dengan bulan Agustus
2014,
kondisi
kependudukan
di
wilayah
Suksari
berdasarkan
pengelompokan sebagaimana dengan jumlah laki-laki adalah 9.057 dan
Perempuan 9.881 Penduduk.
54
Kawasan Cina Benteng amat sangat berpotensi baik segi
kebudayaan maupun potensi sumber daya manusia. Sebagai upaya
peningkatan derajat masyarakat dalam bidang pendidikan, pemerintah
kota Tangerang telah memprogram pembangunan gedung sekolah, mulai
dari gedung SD, maupun SMP dan SMA atau SMK. Pemerataan
pembangunan gedung sekolah dan alokasi anggran yang besar untuk
bidang pendidikan ditujukan agar seluruh masyarakat kota Tangerang
dapat merasakan dan mengeyam pendidikan secara murah dan tanpa
menempuh lokasi yang jauh dari tempat tinggal peserta didik, tenaga
pendidikan dan prasarana pendidikan, baik formal maupun nonformal
yang berada di wilayah kelurahan Sukasari adalah:
Tabel 4.1
Jumlah Pendidikan Formal Milik Pemerintah di Desa Sukasari
No.
Tingkat
Milik Pemerintah
Pendidikan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Kelas
Lokal
Siswa
Guru
1
SD
5
25
25
1332
78
2
MI
-
-
-
-
-
3
SMP
1
-
-
-
-
4
MTs
-
-
-
-
-
5
SMA
-
-
-
-
-
6
SMK
1
-
-
-
-
7
MA
-
-
-
-
-
8
SLB
-
-
-
-
-
7
25
25
1332
78
Total
55
Tabel 4.2
Jumlah Pendidikan Formal Milik Swasta di Desa Sukasari
No.
Tingkat
Milik Swasta
Pendidikan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Kelas
Lokal
Siswa
Guru
1
SD
5
-
-
-
-
2
MI
-
-
-
-
-
3
SMP
4
-
-
-
-
4
MTs
-
-
-
-
-
5
SMA
4
-
-
-
-
6
SMK
3
-
-
-
-
7
MA
-
-
-
-
-
8
SLB
-
-
-
-
-
Total
16
Jumlah Pendidikan nonformal di Desa Sukasari ini pun cukup
banyak.
Setidaknya
ada
beberapa
Pendidikan
nonformal
yang
dikembangkan di desa ini, dan secara berkesinambungan dengan
digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.3
Jumlah Pendidikan Non Formal di Desa Sukasari
No.
Jenis Pendidkan
Jumlah
Jumlah Peserta Didik
Jumlah Tenaga
Pendidik
1
Pondok
-
-
-
Pesantren
2
Kursus
8
-
-
3
Bimbingan
3
-
-
Belajar
56
4
Balai Latihan
Total
-
-
-
11
2. Potensi Budaya Masyarakat Cina Benteng
Di kalangan warga Cina Benteng , kelahiran anak, terutama anak
laki-laki, merupakan satu hal yang sangat menggembirakan. Karena akan
menjadi penerus marganya (she). Maka tak heran, sejak anak masih
dalam kandungan banyak pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh
sang ibu. Ibu hamil jika akan keluar rumah atau pergi jauh harus
membawa gunting kecil, peniti, dan jarum, serta pisau dan benda tajam
lainnya. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari gangguan makhluk
halus yang jahat. Pantangan lain ibu adalah ibu hamil serta keluarganya
tidak boleh membunuh atau menyiksa binatang, karena jika dilanggar
maka anaknya akan cacat atau bahkan mati.
Dibandingkan dengan masyarakat Tionghoa lainnya, masyarakat
Cina Benteng masih melakukan upacara peringatan hari-hari besar secara
lengkap. Ketaatan mereka pada tradisi leluhur, tercermin dari berbagai
upacara yang masih dilakukan seperti perayaan tahun baru Imlek yaitu
tahun baru penanggalan Cina, Upacara Ceng Beng, Upacara Toan,
Upacara Cit Gwe, Peh Gwe, Cia Gwe, dan Cap Go meh.
Apabila berbicara mengenai pembauran di Indonesia maka
Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang merupakan contoh wujud
keberhasilan akulturasi atau pembauran di Indonesia. Keberadaan Cina
Benteng di Tangerang membentuk perpaduan budaya corak IndonesiaTionghoa yang unik dan sarat makna, secara ekonomi Cina Benteng
adalah salah satu etnis Tionghoa yang bisa dikatakan miskin di
Indonesia. Umunya bekerja sebagai buruh, petani, pedagang, nelayan,
dan tukang. Secara sosial kelompok ini bisa menyatu dengan kaum
pribumi, meski karena politik mereka mengalami kesenjangan sosial.
57
Dalam keseharian kelompok Cina Benteng memiliki keunikan di
mana interaksi dan cara hidup sudah sangat mirip dengan kaum pribumi.
Meski begitu menyerupai kaum pribumi, kelompok Cina Benteng tidak
pernah menghilangkan beberapa tradisi leluhur seperti pada perayaan dan
ritual-ritual. Pengaruh kehidupan masyarakat Cina Benteng yang utama
adalah menyadarkan kaum Tionghoa melalui contoh keharmonisan yang
sesungguhnya diharapkan oleh kedua belah pihak. Dengan melihat kisah
Cina Benteng, maka anggapan negatif terhadap etnis Tionghoa dapat
diredam, nilai-nilai positif yang mendidik dari Cina Benteng dapat
diangkat. Kekukuhan Masyarakat Cina Benteng dalam mempertahankan
Tradisi Leluhur merupakan aktualisasi penghargaan, penghormatan,
sekaligus kekuatan akan leluhur mereka sekaligus sebagai kekuatan
menjaga melinlugi dengan keserasian hidup dalam menghormati terhadap
perbedaan pandangan beragama.
Dalam hal budaya tepat disamping klenteng terdapat museum
Benteng Heritage yang merupakan museum yang berindikasikan bahwa
asal-muasal ataupun peninggalan masyarakat Cina Benteng terdapat di
Kawasan Cina Benteng ini. Museum Benteng Heritage pun mendapat
Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia), memang tak megah dan ketika
orang mendatangi museum ini tidak mengira bahwa museum ini berada
di tengah pasar, akan tetapi ketika memasuki kedalam museum kita akan
disuguhi peninggalan masyarakat Cina Benteng dan peninggalan sejarah
masa lalu yang melatarbelakangi asal muasal masyarakat asli Tangerang
ini.
3. Potensi Sarana dan Prsarana
Desa yang berada di tengah kota Tangerang dan berada di pinggir
Sungai Cisadane, Sukasari memiliki kelebihan tersendiri dari segi sarana
dan prasaranya. Desa ini bisa dikatakan desa yang berpotensi budaya
tinggi ditengah hiruk-pikuk kota tangerang yang modern dengan segala
58
macam aspek nya. Desa ini memiliki jalan dalam bentuk aspal dan bisa
dikatakan memiliki lingkungan yang cukup nyaman dan bersih.
Untuk sarana dan prasarana peribadatan, Desa Sukasari memiliki
12 Masjid,7 Mushola, 4 Gereja, dan 7 Vihara, serta 1 Klenteng yaitu
Klenteng Boen Tek Bio.Dari segi sarana dan prasarana kesehatan, desa
ini masuk kategori baik dalam penunjang sarana kesehatan, terdapat
Puskesmas yang memiliki 23 jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah
kunjungan pasien 4.581 perbulan dengan bertambahnya akan pentingnya
kesehatan bagi anak maka di desa ini terdapat Posyandu yang berjumlah
16 Posyandu dengan jumlah pengurus 80 orang.
Selain sarana dan prasarana milik pemerintahan di desa ini terdapat
sarana dan prsarana milik swasta terdapat poliklinik dengan jumlah 3
poliklinik, ditambah dengan praktek dokter di setiap sudut desa Sukasari
berjumlah 23 praktek dokter dan penunjang sarana yaitu dengan adanya
toko obat yang berjumlah 2 toko obat.
Dalam upaya mendukung tingkat perekonomian masyarakat dan
mendukung pemberdayaan ekonomi di wilayah Kelurahan Sukasari dan
berkembang dunia usaha dan sarana pemasaran hasil produksi, antara
lain terdapat Industri menengah dengan junlah 2, berbagai home industri
demi meningkatkan perekonomian warga dengan jumlah 2 home industri,
sarana penunjang penggerak perekoniam tak lepas dari peran pasar dalam
sektor ekonomi yang berjumlah 1 dengan jumlah kios di pasar adalah 150
kios dan 237 toko ditambah 11 mini market.
Mata pencaharian pada masyarakat di desa ini yaitu sebagai
akuntan berjumlah 3 orang, apoteker berjumlah 4 orang, arsitek
berjumlah 3 orang, bidan berjumlah 15 orang, buruh berjumlah 276
orang, guru berjumlah 131 orang, dokter berjumlah 25 orang, dosen
berjumlah 14 orang, karyawan berjumlah 16 orang,belum atau tidak
bekerja berjumlah 3.328 orang,karyawan swasta berjumlah 4.305
59
pedagang berjumlah 272 orang, ibu rumah tangga berjumlah 3.602 orang,
pensiunan berjumlah 294 orang, perawat berjumlah 15 orang, TNI
berjumlah 12 orang, wartawan berjumlah 11 orang, dan wiraswasta
berjumlah 2.277 orang. Dapat disimpulkan masyarakat di desa ini
bermata pencaharian dengan jumlah terbanyak sebagai karyawan swasta.
B. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
Ketika kita membahas persepsi individu memang sangat berbeda
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Maka yang
harus dicari benang merah nya adalah nya bagaimana individu menyikapi
pendidikan bagi dan untuk dirinya pribadi dan bagaimana cara pandanga
individu tersebut terhadap pendidikan yang harus diterima dan diperoleh
untuk nya itu khusus nya dan untuk masyarakat pada umunya.
Terkait dengan kondisi pendidikan pada masyarakat Cina
Benteng, Oey Tjin Eng ( Kepala Klenteng Boen Tek Bio) memaparkan
sebuah kebenaran bahwa persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap
pendidikan pada masa kini masyarakat Cina Benteng sudah tergerak dan
mementingkan pendidikan dibanding sektor yang lainnya. Sebagai
contoh sudah banyak masyarakat Cina Benteng yang menjadi sarjana dan
bahkan berprofesi sebagai Dokter, Insinyur, Pengacara, dan Akuntan.1
Secara tidak langsung, keterangan tersebut menyimpulkan bahwa
kesadaran akan pendidikan pada masyarakat Cina Benteng sudah tinggi.
Mardika Surya Tenggara menjabarkan pendapatnya mengenai hal
ini “khusus untuk pendidikan sudah peduli dari orang tua pun peduli
terhadap pendidikan dan mengedepankan pendidikan”2. Menambahkan
satu indikator Oey Tjin Eng pun menambahkan “Pendidikan yang
ditunjang pada masyarakat Cina Benteng sudah terbuka oleh pola pikir
1
Oey Tjin Eng, Kepala Klenteng Boen Tek Bio (Kepala perkumpulan keagamaan dan
sosial Klenteng Boen Tek Bio), Wawancara Pribadi, Tangerang 19 September 2014.
2
Mardika Surya Tenggara, Warga Kalipasir (Ibu Rumah tangga yang berprofesi
merangkap wiraswasta), Wawancara Pribadi, Tangerang 14 November 2014.
60
masyarakat”.3 Masyarakat kini jauh lebih terbuka dalam hal pola pikir
mengenai pendidikan. Dari tahun ke tahun pun semakin meningkat
jumlahnya.sudah terbukti dan banyak yang berhasil dengan ditunjang
banyak terdapat sekolah di sekitar masyarakat Cina Benteng sebagai
sarana dan prasarana penunjang pendidikan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat Cina Benteng karena selain meingkatkan taraf hidup
pendidikan pun sebagai peningkatan pelapisan sosial di masyarakat.
Perkembangan pendidikan pada masyarakat Cina Benteng sudah
menjadi prioritas utama di masyarakat, hal ini di paparkan oleh Titin
warga Cina Benteng, “banyak sekolah yang terdapat di kawasan Cina
Benteng dan lebih mengutamakan pendidikan dibandingkan berdagang
karena dengan pendidikan mengangkat derajat keluarga”.4 Dalam setiap
pengamatan yang dilakukan terlihat sudah banyak dan ramai jika pagi
hari di jalan Kisamaun terlihat banyak anak-anak berseragam SD,
SMP,SMA hendak berangkat sekolah. Hal ini terbukti bahwa lebih
memilih meningkatkan taraf kehidupan melalui jalur pendidikan
dibandingkan berdagang ataupun berwirausaha, karena lewat jalur
akademis walaupun perlahan tapi pasti. Keramaian didominasi dengan
anak SD,SMP, dan SMA, dan orangtua mereka mendidik mereka sejak
kecil bahwa yang paling utama adalah mencari ilmu di jalur akademis
bukan mencari materi di bidang wirausaha.mereka pun berpegang teguh
bahwa belajar dapat dimana saja dan kapan saja akan tetapi harus
memilih jalur akademis formal yaitu di sekolah dengan tujuan untuk
mendapatkan ilmua yang bermanfaat dan penerus bangsa yang lebih baik
lagi.
Sudah terbukti dan banyak yang berhasil dengan ditunjang
banyak terdapat sekolah di sekitar masyarakat Cina Benteng sebagai
3
Oey Tjin Eng, Kepala Klenteng Boen Tek Bio (Kepala perkumpulan keagamaan dan
sosial Klenteng Boen Tek Bio), Wawancara Pribadi, Tangerang 14 November 2014.
4
Titin, Warga Cirarap Desa Sukasari, Wawancara Pribadi , Tangerang 14 November
2014.
61
sarana dan prasarana penunjang pendidikan untuk meningkatkan taraf
hidup Masyarakat Cina Benteng karena selain meingkatkan taraf hidup
pendidikan pun sebagai peningkatan pelapisan sosial di masyarakat.
Perkembangan pendidikan pada masyarakat Cina Benteng sudah
menjadi prioritas utama di masyarakat, hal ini di paparkan oleh Titin
warga Cina Benteng, “banyak sekolah yang terdapat di kawasan Cina
Benteng dan lebih mengutamakan pendidikan dibandingkan berdagang
karena dengan pendidikan mengangkat derajat keluarga”.5 Dalam setiap
pengamatan yang dilakukan terlihat sudah banyak dan ramai jika pagi
hari di jalan Kisamaun terlihat banyak anak-anak berseragam SD,
SMP,SMA hendak berangkat sekolah.hal ini terbukti bahwa mereka lebih
memilih meningkatkan taraf kehidupan melalui jalur pendidikan
dibandingkan berdagang ataupun berwirausaha, karena lewat jalur
akademis walaupun perlahan tapi pasti.keramaian didominasi dengan
anak SD,SMP, dan SMA, dan orangtua mendidik sejak kecil bahwa yang
paling utama adalah mencari ilmu di jalur akademis bukan mencari
materi di bidang wirausaha. Berpegang teguh bahwa belajar dapat
dimana saja dan kapan saja akan tetapi harus memilih jalur akademis
formal yaitu di sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu yang
bermanfaat dan penerus bangsa yang lebih baik lagi.
Dalam pandangan masyarakat Cina Benteng yang sudah
mengedepankan pendidikan dibandingkan sektor apapun tetap saja
berpegang teguh kepada budaya leluhur yang mereka anggap itu semua
warisan budaya yang harus mereka jaga karena dengan menjaga
kebudayaan leluur merupakan bagian dan tercermin mengekplorasi
pendidikan, dengan adanya pendidikan maka setiap langkah dan kegiatan
tidak mudah dipengaruhi dari pihak lain, dan tidak merugikan kalangan
ini pada khususnya.
5
2014.
Titin, Warga Cirarap Desa Sukasari, Wawancara Pribadi , Tangerang 14 November
62
Kegiatan masyarakat Cina Benteng di sektor ekonomi, yanga
dalam hal ini berwirausaha baik di Pasar Lama dan tersebar di kawasan
Tangerang serta kota besar lainnya khusus nya DKI Jakarta, sudah
terlebih dahulu menyerap ke dalam sendi-sendi kehidupan mereka dan
tradisi yang di pegang dari warisan leluhur mereka. Tradisi merantau dan
berwirausaha ikut mengubah wajah kehidupan masyarakat Cina Benteng.
tradisi ini pula yang membawa pemuda-pemuda bekerja secara produktif
dan tidak menganggur.
Walaupun sudah sebagian anak-anak masyarakat Cina Benteng
mengeyam pendidikan wajib belajar 9 Tahun tapi yang bisa dan mau
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sangat minim, dikarenakan
terbentur biaya menjadikan melanjutkan ke perguruan tinggi menjadi
sedikit. Hambatan utama yang dihadapi adalah opini negatif dan
kemiskinan tentang pendidikan dan kemiskinan. Ada pepatah yang
mengatakan hanya si kaya yang dapat sekolah dan pintar. Kedua hal
tersebut menghilangkan opini dalam masyarakat Cina Benteng yang
bersikeras ingin melanjutkan sekolah karena terbentur biaya dan
kesempatan demi memahami arti penting pendidikan dalam kehidupan.
Meskipun pemerintah sudah memberlakukan wajib belajar 9 tahun
dan membebaskan uang sekolah, dan bahkan pemerintah desa memberi
kemudahan kepada Masyarakat , peningkatan sudah hampir merata yang
meningkatkan pendidikan dalam jalur akademis.dengan diwujudkan secara
nyata.namun hal ini timpang jika kemiskinan membuat banyak keluarga
yang memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang
yang lebih tinggi. Hal ini mengingatkan bahwa sekolah tidak hanya
membayar uang sekolah saja melainkan harus membeli seragam,
menyemprunakan seragam, serta membeli buku dan alat-alat sekolah
lainnya.
63
Segala kerumitan, kelemahan pandangan yang bersifat negatif, ini
semua ditepis oleh masyarakat Cina Benteng yang ini dan bersungguhsungguh ingin menyekolahkan anak nya ke jenjang yang lebih tinggi.
Berbagai cara dilakukan, dengan melakukan banyak usaha untuk
menghilangkan steorotip bahwa hanya yang memiliki materi yang dapat
sekolah dan pintar.
Dengan usaha berdagang dan berwirausaha contoh nyata dari usaha
peningkatan mutu pendidikan pada masyarakat Cina Benteng, kesadaran
mengenai pendidikan pada masyarakat Cina Benteng dapat dikatan sudah
tinggi, Ratna menambahkan “ selain di sekolah demi meningkatkan dan
memhami pelajaran. Sudah banyak bimbingan belakar dan leas private di
kawasan Cina Benteng, dan mereka berperan aktif mengikuti bimbingan
belajar tersebut.”6 Hal ini membuktikan bahwa persepsi masyarakat Cina
Benteng sudah mementingkan pendidikan, berbagai cara dilakukan demi
kelancaran proses pendidikan. Dan sebagai langkah-langkah strategis yang
dilakukan dari seluruh komponen yang menyadarkan masyarakat Cina
Benteng agar lebih memahami dan lebih mengetahui sebenarnya arti
penting pendidikan bagi masyarakat Cina Benteng.
C. Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng
Lembaga dan institusi pendidikan adalah merupakan suatu institusi
pendidikan yang menawarkan pendidikan formal mulai dari jenjang prasekolah samapai jenjang perguruan tinggi, baik yang bersifat umum
maupun khusus (misalnya sekolah agama atau sekolah luar biasa).
Lembaga pendidikan juga merupakan sebuah institusi sosial yang menjadi
agen sosialisasi lanjutan setelah lembaga keluarga.
Dalam hal ini masyarakat Cina Benteng mengenal lembaga
pendidikan yaitu: lembaga pendidikan keluarga, lembaga pendidikan
6
Ratna, Wiraswasta Masyarakat Cina Benteng, Wawancara Pribadi, Tangerang 14
November 2014.
64
sekolah, lembaga pendidikan lingkungan masyarakat. Ketiga lembaga ini
mempengaruhi individu dalam perkembangan kehidupan sosial dalam
masyarakat.
a. Lembaga Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga adalah dapat dikatakan juga pendidikan
masyarakat, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil
dari kesatuan-kesatuan masyarakat. Juga karena pendidikan yang
diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai dipersiapkan untuk
kehidupan anak-anaknya kelak di masyarakat. Pendidikan keluarga mau
tidak mau mengikuti derap langkah kemajuan masyarakat. Dengan
demikian nampaklah adanya satu hubungan erat antara keluarga dengan
masyarakat.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk
berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara dua subjek manusia
(suami-istri). Berdasarkan asas cinta yang asasi ini dilahirkan sebagai
generasi penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur
membina kehidupan sang anak. Orang tua mengabdi kepada sang anak
atau mendidik anak-anaknya, motivasi pengabdian keluarga (orang tua) ini
semata-mata demi cinta kasih yang kodrat. Didalam suasan cinta dan
kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung seumur anak itu dalam
tanggung jawab keluarga.
Namun hal ini, tuntutan kehidupan memaksa banyak orang tua
yang di luar jalur tersebut, contohnya sang ayah lebih memilih bekerja di
luar kota demi kehidupan yang lebih layak, hal ini yang berperan aktif
disini adalah sang ibu dalam mendidik anaknya seorang diri sehingga
akhirnya peranan dan fugsi pokok keluarga tidak berjalan secara efektif,
oleh karena itu banyak keluarga harus memutar otak agar anak nya lebih
65
berkembang. Uci menguraikan” ketika kepala keluarga lebih memilih
mencari rezeki ke luar kota agar dapat menghidupi anak istrinya”. 7
Tak jarang terlihat keluarga ini berkumpul bersama-sama dalam
suatu waktu kecuali disaat yang khusus dan spesial yang memang sudah
ditentukan seperti saat pernikahan atau hari-hari besar.sehingga pada
akhirnya peranan dan fungsi pokok keluarga tidak berjalan efektif, oleh
karena itu banyak keluarga yang emmutar otak agar anak-anaknya menajdi
lebih
berkembang
tanpa
mengganggu
rutinitas
mereka
mencari
penghidupan yang lebih layak di tempat merantau.
Dalam hal ini peranan ibu sangat penting dalam memberikan
pemahaman dan pedoman kepada anak-anaknya terhadap pendidikan, dan
arti sebuah pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya kelak. Berbagai
macam jalan dan cara harus ditempuh oleh seorang ibu demi menekankan
dan memberikan pengerahan kepada anak. Melalui pendekatan dan kasih
sayang akan jauh lebih mendalam dan tertatam dalam pola pikir anak.
Di kalangan masyarakat Tionghoa, khususnya Cina Benteng.
Lingkungan sosial individu mulai terbentuk sejak masih dalam kandungan
ibunya (kehamilan). Setelah kehamilan. Dilanjutkan kelahiran dan fase ini
akan melewati masa bayi, anak-anak, remaja, menikah, tua dan mati.
Keluarga merupakan struktur dasar sosial. Kewajiban seseorang bukan
langsung untuk dirinya sendiri, bangsa dan negara. Dalam prakteknya
keluarga merupakan tempat keamanan sosial individu. Tempat berlidung
dari pengaruh luar dan hubungan kekeluargaan sangat erat sekali.
Sehingga tantangan nilai dari luar sangat sedikit sekali pengaruhnya.
Menjaga hubungan baik di dalam keluarga.
7
Uci, Wiraswasta, Wawancara Pribadi , Tangerang 14 November 2014.
66
b. Lembaga Pendidikan Sekolah
Sekolah memegang peran penting dalam pendidikan karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga
sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat
pendidikan untuk pemebentukan pribadi dan karakter anak.
Karena sekolah itu sengaja dibangun atau disediakan khusus untuk
tempat pendidikan. Maka dapatlah ia kita golongkan sebagai tempat atau
lembaga pendidikan kedua sesudah keluarga. Lebih-lebih mempunyai
fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagai ganti orang
yang harus ditaati.
Lembaga
pendidikan
sekolah
berusaha
meningkatkan
dan
mengubah persepsi masyarakat terhadap pendidikan dengan berbagai
macam jalan yang ditempuh. Contohnya peran pihak SD adalah :
memberikan
pemahaman
dan
mempermudah
akses
melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMP, memberikan dan menyakurkan siswa agar
mendorong mereka untuk berikeras dalam meraih mimpinya menjadi
nyata.
c. Lembaga Pendidikan Nonformal/ Masyarakat
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga
dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang
lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk
kehidupan sosial serta berjenis-jenis budaya. Masalah pendidikan di
keluarga dan sekolah tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai sosial budaya
yang ditunjang tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat di
manapun berada. Tentu mempunyai karakteristik tersendiri sebagai norma
khas di bidang sosial budaya yang berbeda dengan karakteristik
masyarakat lain, namun juga mempunyai norma-norma yang universal
dengan masyarakat pada umunya.
67
Pendidikan
ini
mempunyai
ciri-ciri
yaitu,
pedidikan
ini
diselenggarakan diluar sekolah, peserta didik perlu homogen, ada waktu
belajar dan metode normal serta adanya evaluasi yang sistematis, isi
pendidikan bersifat praktis dan khusus
Untuk pendidikan masyarakat ini, terdapat 11 dalam media nya,
dimana terdapat 8 tempat kursus, dan 3 tempat Bimbingan Belajar, dan
sudah dikelola secara modern. Pendidikan masyarakat ini memberikan
peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak, khususnya dalam
bidang pemahaman anak. Menurut Rita, “pendidikan masyarakat ini
sangat membantu bagi perkembangan anaknya”.8
Perkembangan zaman semakin maju menjadikan menurunnya
moral dan etika anak, banyak faktor yang menajdikan rendahnya etika dan
moral yang terjadi pada anak disebabkan karena faktor luar dan
lingkungan dan semakin marak dan gencarnya pengaruh media sosial di
tengah masyarakat, menjadikan lemah nya proses pendidikan dan
pengaruh alat komunikasi menjadikan lemahnya minat belajar dan
lemahnya
motivasi
belajar
dikalangan
anak-anak
pada
umunya,
terguncangnya hal tersebut menjadikan kekhawatiran orang tua akan hal
itu.
Maka hal ini menjadikan oran tua memutar otak mencari langkah
yang tepat untuk mendapatkan hal solusi yang terbaik. Ratna mengatakan,
“sulit bagi kami sebagai orang tua untuk memotivasi anak-anak jika tidak
di tambah dengan bimbingan belajar dan les”.9 Berbagai usaha dilakukan
untuk meningkatkan semangat dan motivasi pada anak agar semangat
dalam mencari ilmu. Kegiatan positif ini terus menjadi pendorong dan
penyemangat untuk anak baik di tengah-tengah masyarakat apapun
8
Rita, Wiraswasta Masyarakat Cina Benteng, Wawancara Pribadi, Tangerang 14
November 2014.
9
Ratna, Wiraswasta Masyarakat Cina Benteng, Wawancara Pribadi, tangerang 14
November 2014.
68
gencatan yang terjadi. Meskipun naik turun semangat nya akan terus
berjalan sesuai dengan sistemnya.
Pengaruh terkuat ada di sisi lain kehidupan masyarakat yaitu
pergaulan. Lingkungan pergaulan memberikan dampak positif dan dampak
negatif pada Masyarakat Cina Benteng. Terkait akan hal ini persepsi
masyarakat Cina Benteng Terhadap pendidikan lingkungan pergaulan
dalam masyarakat ini seharusnya terkonstruksi ulang pemahaman
mendasarnya agar kemudian hari tidak ada kesalahan penegertian
mengenai pendidikan dan bisa menghasilkan masyarakat yang lebih baik
dan bernilai.
Peran Lembaga sosial budaya di Masyarakat Cina Benteng sudah
berjalan dengan baik dan mendorong kegiatan proses pendidikan di
masyarakat. Untuk fasilitas penunjang kegiatan pendidikan dan budaya
belajar masyarakat terdapat fasilitas bimbingan belajar dan fasilitas private
guru datang kerumah dengan ini menunjang proses pendidikan. Dengan
adanya penunjang akan semakin mendorong persepsi masyarakat terhadap
pendidikan. Sudah sangat baik dan mementingkan pendidikan dan lebih
mengerti arti penting pendidikan yang sesungguhnya.
Dalam kegiatan belajar masyarakat sudah berjalan dengan baik
demi meningkatkan pendidikan yang lebih baik. Maka hal ini ditunjang
dengan Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan untuk
sekarang maupun yang akan datang sudah sangat baik. Namun, Interaksi
guru dengan Masyarakat Cina Benteng belum terlihat. Akan tetapi
Interaksi yang trjadi sejauh antara guru dengan orangtua wali murid yang
menyekolahkan anak nya di Lembaga pendidikan formal tersebut.
Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah sudah cukup baik
dan sejalan demi terciptanya kemajuan pendidikan yang diharapkan.
Kegiatan guru dan murid di sekolah formal sudah tentu kegiatan belajar
dan mengajar di dalam kelas dan kegiatan ekskul guna mengembangkan
69
potensi murid diluar jalur akademis. Dengan didukung fasilitas yang
memadai demi terciptanya kegiatan ekskul.
Dibandingkan dengan masyarakat Tionghoa lainnya, masyarakat
Cina Benteng masih melakukan upacara peringatan hari-hari besar agama
secara lengkap. Ketaatan masyarakat Cina Benteng terhadap tradisi
leluhur, tercermin dari berbagai upacara yang masih dilakukan seperti
perayaan tahun baru imlek yaitu tahun baru penanggalan Cina, upacara
Ceng Beng, upacara toan ngu/pec-hun, upacara cit gwe, peh gwe, cap gwe,
cia gwe, dan cap go meh.
Dalam pendidikan non formal yang di dapat di klenteng yang dapat
meningkatkan pengetahuan agama masyarakat Cina benteng yakni adanya
upacara yang berkaitan hari-hari besar agama yaitu Tahun baru imlek (sincia). Pesta tahun baru imlek juga disebut sebagai pesta tahun baru musim
semi. Masyarakat Cina Benteng merayakan pada tanggal 1 cin-gwe sampai
tanggal 15 cia-gwe, yaitu pada saat dirayakan hari raya cap go meh.
Beberapa pantangan dalam pelaksanaan tahun baru imlek adalah
mereka dilarang menyapu rumah, lantai, dan membersihkan berbagai
peralatan dapur. Konon katanya agar jangan sampai rezeki tersapu keluar
dari rumah. Pembersihan rumah dan peralatan dapur boleh dilakukan
sehari atau beberapa hari menjelang perayaan tahun baru imlek.
Tradisi perayaan tahun baru imlek di berbagai daerah berbeda
dengan perayaan imlek khusus nya di kawasan Cina benteng. Yaitu
masyarakat Cina Benteng terdapat satu makanan khas yang disajikan yang
berbeda yang terdapat didaerah lain yakni ikan bandeng. Ikan bandeng
merupakan ikan yang wajib ada di peryaan tahun baru imlek, digunakans
ebagai sesaji untuk arwah para leluhur.
Sembahyang Sin Bengyaitu dilakukan pada tanggal 15 peh gweatau
tanggal 15 bulan delapan imlek. Masyarakat Cina benteng melakukan
sembahyang Sin Beng. Yakni sembahyang untuk para arwah leluhur, atau
70
di Indonesia dikenal dengan nama sembahyang kue Tiong Ciu Phia(kue
pia). Kue pia ini berbentuk bundar seperti bulan purnama dan di tengahnya
terdapat gambar kelinci merah. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa
dalam rembulan ini ada seekor kelinci.
Selain itu masyarakat Cina Benteng juga melakukan upacara Ceng
Beng yakni melaksanakan ziarah dan mebersihkan makam para leluhur.
Ceng Beng artinya bersih dan terang. Pada saat perayaan ceng beng,
mereka dianjurkan membersihkan makan leluhur. Upacara ceng beng biasa
disebut juga dengan the-coa.
Perayaan ceng beng diperingati masyarakat Cina benteng setiap
tanggal 5 april, atau dalam penanggalan Cina adalah tanggal 3 sha-gwee
(bulan tiga imlek). Pada saat itu mereka melakukan ziarah ke makam
orang tua atau leleuhurnya, sekaligus membersihkan makam. Tidak lupa
mereka membawa makanan yang biasa disukai oleh leluhur yang sudah
meninggal di masa hidupnya. Setelah membersihkan makam, dilanjutkan
dengan sembahyang hio. Selesai sembahyang mereka menikmati makanan
bersama, sebagai penghormatan pada leluhurnya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara yang
berkaitan dengan daur hidup dan hari-hari besar agama pada masyarakat
Cina Benteng adalah masyarakat Cina Benteng seperti halnya masyarakat
Tionghoa selalu melaksanakan doa dengan hio dan lilin. Dengan maksud
agar doa yang dipanjatkan diterima oleh tuhan yang dilakukan di klenteng.
Asap hio yang dinyalakan membumbung ke atas, hal ini menyiratkan
bahwa doa yang dipanjatkan terbawa sampai ke atas dan diterima olehnya.
Sebagaimana umunya, setiap masyarakat dapat terpelihara karena
adanya penegndalian sosial yang mengatur ketertiban pola tingkah laku
atau interaksi sosial warga masyarakat. Pengendalian sosial ini dapat
terwujud dari sistem kepercayaan, nilai dan tata cara yang mengatur dan
mengarahkan perilaku masyarakatnya secara tertib. Sistem pengendalian
71
sosial ini tercakup pengetahuan secara empiris dan non empiris.
Pengetahuan non empiris dikaitkan dengan dunia gaib, kepercayaan, dan
mitologi. Menyimak upacara yang dilakukan oleh masyarakat Cina
Benteng. Maka akan dikemukakan dua hal penting yakni arti dan fungsi
upacara pada kehidupan masyarakat Cina Benteng. Tidak bisa dipungkiri
upacara memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat Cina Benteng
karena tradisi turun temurun dari generasi sebelumnya yang diwariskan
pada generasi berikutnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris mengenai
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan dan Peran
lembaga dan Institusi Pendidikan terhadap Pendidikan Masyarakat Cina
Benteng.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dipadukan dengan tiga
teknik pengumpulan data untuk memperkuat tingkat validitas, maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan adalah sudah
mengalami peningkatan, sudah menekankan pendidikan dan lebih
mengutamakan pendidikan dibandingkan dengan sektor yang lainnya
tidak memilih berdagang dan lebih memilih akademis demi
meningkatkan taraf hidupnya.
2.
Peran lembaga dan Institusi Pendidikan yang dominan di tengahtengah Masyarakat Cina Benteng dalam Peran Lembaga Pendidikan
Sekolah. Dalam sosialisasi pada masyarakat Cina Benteng bahwa
untuk meningkatkan taraf kehidupan ditunjang melalui lembaga
pendidikan sekolah yang membawa kehidupan mereka lebih baik lagi.
Lembaga dan instituis lain juga turut mempengaruhi pandangan dasar
masyarakat, walaupun pada akhirnya tetap saja lembaga pendidikan
sekolah yang berperan aktif dan berpengrauh besar dalam kehidupan
masyarakat Cina Benteng.
B. Saran
Ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan oleh pemerintah desa
danMasyarakat Cina Benteng dalam upaya dan usahanya meningkatkan
tingkat Pendidikan Masyarakat Cina Benteng, yaitu:
72
73
1. Dalam meningkatkan Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap
Pendidikan dimulai dengan peningkatan kesejahteraan dan ekonomi.
Karena bagaimanapun masalah kesejahteraan dan ekonomi sangat
berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat dalam meneruskan
pendidikan Individu dan generasi selanjutnya.
2. Agar seluruh elemen masyarakat lebih memahami dan mengerti
budaya atau tradisi dalam lingkungannya, maka hal yang paling utama
dilakukan adalah dengan mensosialisasikan budaya belajar pada
masyarakat
Cina
Benteng agar lebih baik
dan peningkatan
kesejahteraan dan ekonomi, jadi seluruh elemen masyarakat mendapat
pemahaman yang sama mengenai pendidikan agar setiap anggota
masyarakat bisa menunjukan dan memanfaatkan segala potensi yang
dimilikinya dalam kehidupan dengan kesempatan yang sama diperoleh
oleh seluruh masyarakat.
3. Masyarakat Cina benteng harus lebih meningkatkan perananya agar
lebih mengembangkan sisi potensi bidang akademis yang dimiliki nya
dan
dapat
meningkatkan
tingkat
kesadaran
akan
pentingnya
pendidikan di wilayah Cina Benteng. Sehingga peranan masyarakat
Cina Benteng ini antara lain berupa sarana dan prasarana, dan menjaga
sarana dan prasarana, mejadi SDM dalam penyelenggaraan lembaga
pendidikan, pencipta lingkungan yang aman, serta dalam permasalahan
sosial dapat terlaksana dengan baik serta partisipasi masyarakat
membantu pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa
dan meningkatkan kehidupan masyarakat Cina Benteng terlebih nya.
4. Peran pemerintah dalam hal ini tak terlepas demi kemajuan
perkembangan masyarakat Cina benteng. Amat sangat diperlukan agar
terciptanya persepsi yang jauh lebih baik dari berbagai pihak, baik
masyarakat Cina Benteng maupun lembaga pendidikan formal dan
pemerintah sendiri. Pemerintah berperan sangat penting dalam
menjaga hubungan baik dan meningkatkan tingkat pendidikan pada
masyarakat Cina Benteng. Masyarakat Cina benteng pun harus tetap
74
turut mendukung dan menjalankan peranannya demi terwujudnya
kehidupan bangsa yang cerdas dan meningkatkan mobilitas sosial di
kalangan masyarakat Cina Benteng serta kehidupan yang lebih baik
pada masyarakat Cina Benteng sendiri. hal ini perlu adanya
pengawasan dari pemerintah sendiri.
5. Peran lembaga dan institusi pendidikan pun mendukung demi
terciptanya pendidikan yang lebih baik. Walaupun pada dasar nya
masyarakat Cina Benteng sudah mengerti akan arti penting
pendidikan. Untuk lembaga pendidikan formal yang berstatus sekolah
swasta dan non formal membantu dari segi kualitas sesuai dengan taraf
hidup masyarakat Cina benteng pada umunya agar terciptanya
pendidikan di kawasan ini berjalan sesuai dengan sistem.
DAFTAR PUSTAKA
A.Haviland, William Antropologi edisi keempat jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Atkinson, Rita L. dan Richard C.Atkinson, Pengatar Psikologi I, (Bandung:
PT.Gelora Aksara Pratam, 1983).
Ahmadi,Abu. Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Penerbit Bina Aksara 1988).
Arifin, Anwar. Paradigma baru pendidikan nasional: dalam Undang-undang
Sisdiknas (N0.20 Tahun 2003), (Jakarta : Balai pustaka, 2005)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik., (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006).
Ensiklopedia Indonesia. Jilid 6 , Jakarta : PT.Ichtar Baru , Van Hoeve.
Hanurawan, Fattah. Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset.
Cet. Ke-1, 2010).
Hasbullah. Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persad,
2008).
Idris, Zahara. dasar-dasar kependidikan. (Padang:1981).
Ihromi, T.O. Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2006).
Irwanto, Psikologi Umum, ( Jakarta : PT.Gramedia, 1989).
Koentjaraningrat. manusia dan kebudayaan di Indonesia , cet ke-22 , Jakarta :
Djambatan, 2007.
Latif, Yudi. Menyemai karakter bangsa, budaya , kebangkitan berbasis
kesasteraan.(Jakarta : Kompas Media Nusantara , 2009).
Moleong, Lexy J. MA. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009).
M.Arifin. Filsafat Pendidikan Islam . (Jakarta : Bumi Aksara , 1993 ).
Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara) Cet.2.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2010), h.60.
Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosadakarya,
2005).
Rahman, Abdul Saleh.Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,
(Jakarta: Kencana, 2009).
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012).
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, ( Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya, 2011).
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012).
Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar, ( Bandung: Penerbit Eresco, 1993).
suyanto, Bagong dan sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, (Jakarta: Kenacana, 2007).
Tanggok, M.Iksan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006).
Tim Penyusun (Deddy Sugono, dkk), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pusat Bahasa, 2008).
Wirawan, Sarlito Sarwono. Pengantar Psikologi Umum , ( Jakarta: Rajawali Pers,
2010).
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Pengantar Ilmu Pendidikan & Dasar – dasar
pelaksanaan pendidikan . (Jakarta : UIN Jakarta press , 2006).
Internet :
Said, Hudri. “Keabsahan Data Instrumen Penelitian”,
http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/keabsahan-data-instrumenpenelitian.html, 05 Oktober 2014.
Nama
Dara Rahmita Dewi
NIM
I I t00l 5000122
Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Judul Skripsi
PERSEPSI MASYARAKAT CINA BENTENG TERIIADAP
PENDIDIKAN
BAB
No.
Footnote
I
I
Ensiklopedia Indonesia, Jilid 6, Jakarta
PT.lchtar Baru, Van Hoeve, h.3561.
2
Oey !in Eng, Hasilu'cnlyancara mengenai
proses nnsuk nya cina benteng ke Indonesia
dan Tangerang.
3
4
II
Referensi
Paraf
:
Mumuh Muhsin, Bunga Rampai Rona-rona
Sejarah dan Budaya, (Bandung: lzda Prima,
2002), h.t&5
Anrvar Arifin, Paradigma baru pendidikan
nasional : dalam Undnag-undang Sisdiknas
N0.20 Talrun 2003), (Jakarta: Balai pustak4
2005), h.175.
Sarlito Wiralan Sanvono, Pengantar
Psikologi Unntru, (Jakarta: Rajau,ali Pers,
2010), h.86.
2
Fattah Hanura\\,an, Psikologi
v
I
(
d
d
(
So.sial,
(Bandung: PT.l{emaja Rosdakarya Offset.
Cet. Ke-1, 2010). h.34.
3
4
5
6
1
Abdul Ralrman Saleh, Psikologi: Suatu
Pengantar Dalam Perspektif Islaru, ( lakarta:
Kencana, 2009), Ed.1 .Cet.4, h. I 10.
Rita L.Atkinson dan Richard C.Atkinson,
Pengatar Psikologi 1, (Bandung: PT.Gelora
Aksara Pratam" 1983), h.204.
lrwanto, Psikologi Untum, ( Jakarta :
PT.Gramedia, 1989), h.71.
Deddy Mulyana, Ilnru Komunikasi Suatu
Pengantar, ( Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya,2012), h. I 80.
+
d
d
&
(
Jalaludin Rahmat, Psikologi Kotnunikasi, (
Bandunq: PT.Remaia Rosadakarva. 2005 ).
d
h.l5 r.
8
I
Fattah Hanurawan, Ptfkotogi Sos ial,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset.
Cet. Ke-I,2010),h37.
Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasad
Bandung: Penerbit Eresco, 1993), Cet ke- 6,
h.63.
l0
lt
12
d
Koentj aran i gr at, P e n gant or I I m u A nt r op o I o g i,
(Jakafta: Penerbit Rineka Cipta" ZO02\.h.144.
S.Nasution, Sosiologi Pendidikon, (Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara. 2010). h.60.
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dosar, (Jakarta:
Penerbit Bina Aksara 1988), h.96-97.
l3
Koentjaraningrat, Op.Cit.,
t4
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu
Pengantar, (Jakarta: Rajarvali Pers, 2012),
t5
T.O. Ihromi, lokok-pokok Antropologi
Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
2006), Edisi 12, h.18.
l6
Munruh Muhsin, Bunga rarnpai rono-rona
sejaroh dan budaya, (Bandung: Izda Prima),
h. I 82
h.l8l
r8
(
d
(I
(
h. I 55.
l7
4
+
d
d
M.lksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat
Aganru Tao, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), Cet. Ke-1, h.r,ii.
It4umulr Muhsin, Bungo rantpai rona-rona
sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima),
h. I 84.
19,
d
Pemaparan Oey'ljin Eng, yang merupakan
keturunan Cina Benteng ke-8 dan merupakan
Humas sekaligus kepala Klenteng Boen Tek
Bio.
2A
2t
22
William A.Haviland, Antropologi edisi
keentpat jilid /, Jakarta: Erlangga, h.378
tbid, h. 380.
.
d
(
(
Koentjarani ngrat, manusia dan kebudayaan
di Indonesia, cet ke -22 , Jakarta:
Djambatan, 2007 .h.364.
d
23
Yudi Latie Menyemai karakter ba"gs"
budaya
,
,
kebongkitan berbasis kesasteraan.
(Jakarta: Kompas Media Nusantara , ZOA} ),
h. 83.
24
25
Muhibbin Syah, Ps*o logi Pendidikan,
(Bandung : PT.Rosdakarva. 2009). h. I 0.
Hasbullah, Dasar - dasar llmu pendidil<arn.
( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persad , 2008)
h.2.
26
lliu
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Pengantar
Pendidikan & Dasar - dasar pelal<sanaan
pendidikan. ( Jakarta : UIN Jakarta press,
2006 ) h. l.
27
Ibid, h.74.
10
LO
Tim Penyusun (Deddy Sugono, dkk), Kaitus
luhurq 2008), hJ24A.
30
Nasution, Sej aral,t P endidiknn Indones ia,
(Jakarta: Eumi Aksara) Cet.Z, h. I 52.
32
36
+
4
d
(
Anwar Arifin, Paradigma Baru pendidikan
Nasional, ( Jakarta: Balai Pustak4 2005),
h. I 76.
3l
(
(
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: pusat
29
d
(
Koentj aran i ngr at, P e n gont ar I I mu
Antropologr, Edisi revisi 2009 (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009). h.136.
S.Nasution, Sej arah Pendidikan Indone; ia,
(Jakarta: Bumi Aksara. 1995). h.22.
JJ
Arifin, op. Cit., h. 189.
34
Ibid, h. 190.
35.
Tendi, Anolisis Tingkat Kesadaron
Masyarakat Tentang Pendidikan Di Desa
Andamui, Chuaru, Kuningan, Jswa Barat
(Iinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan
Abraham Maslow), (Jakarta: Uin press,
2012).,h.vi.
c
\
(
(
k;iu;itas
Chaerih Nurlinda Sari, Persepsi
Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu
terhodap pendidikan formal (penelitian
deskriptif kualitatif di Desa Krimun,
Lo s arang Kab. Indrannyu), (J akarta: 2012).,
37
UI
h.vi.
Zainudin, Pemberdayaan Pendidikan
Ke I uar ga dal am me mb e ntuk kep r i b adi an
melalui komunikosi Islami (Studi Kasus di
Semanggi I RT.003/03 Kel.Cempaka Putih,
9jputat Timur), (Jakarta: 2012)., h.vi.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
(pendekatan kuantiratif, kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta), h. 14.
Ibid, h.15.
d
d
2
3
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
(pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta), h.194.
5
l./
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu pendekatan Praktik., (lakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet.l3, h.155.
Bagong suyanto dan sutinah, Metode
Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, (Jakarta: Kenacana, ZA0T.
Ed. l,Cetakan ke-3, h.69.
6
Sugil,ono,
7
Pendekatan Kwzatitatif, kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012). Cet.Ke-I5. h.I97.
Sulrarsirni Arikunto, Prosedur Penelition
Suatu pendekatan Praktr&., (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet.13, h. 156.
Me
tode Penelitian
t
q
+
Pendidikan
d
d"
B
Irarvan Soehaftono, Metode Penelitian Sosial,
(
o
t0
lt
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 201l),
cet ke I s.d 7, h.89
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikon,
(pendekatan kuantitatif, kualitatil dan R&D),
(Bandung: Alfabeta). h.93.
Soehartono, op. Cit., h.89.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,
(Eandung: A lfabeta, Z0 lZ), h.l
l2
.
q
a
(
(
Sugiyono,
Me
t o de P e n e I i t i anP en
titatif,
d i dikan P
en
d e kat an Ku an
Kualitatif,
RAD, (Alfabeta:Bandung :20 12),
h.
dan
33
8.
4
Ibid. h.345.
leyT)inEng,[@
2014
Muhammadz"n@
l4 November 2A14
Eman Sisu,an
November 2014
Titin,
\\/arvanca.a,ffi
Ratna,Warvan@
2014
Uci,
Ami,
Warvancara,tanffi
Warvancara, tanggafi?
NovGber
2014
Rita, Wa*,ancara,
taffii
Mahardika Surya Tenggu.a, Wu*an.*a^
tanggal I4 November 2014
Jakarta, 22 Desember 2014
DoseT Pernbimbing
I
--4
ll
,_t
D\Mirhamad Arif, M.pd
19700606 1997A2 1 002
Nama
Dara Rahmita Dewi
NIM
I r I00t5ooot22
Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Judul Skripsi
PERSEPSI MASYARAKAT CINA BENTENG
TERHADAP
ENDIDIKAN
BAB
No.
Footnote
I
Referensi
EnstKtopeola tndoneslE Jilid 6, Jakarta
I
Paraf
:
PT.Ichtar Bqru, Van Hoeve, h.3561.
'7-4-.--'
Oe1'Tjin Eng, Hasai utm?antcara mengenai
2
proses ntasuk nya cino benteng ke Indonesia
dan Tangerang.
a
Munrulr N1uhsin, Bunga R;.tpoi Ron"_ro,la
S_elllah dan Budaya. (Bandung: Izda prima,
J
,--Z-.2
'2-"<-z
2002), h.lg5
Annar Arifin, Paradigma bari p"ndiaiko"-
4
I
U
nasional : dalam [Jndnag-undang Siscliknas
qq 20 Tahun 2A0r, (Jakarta : Balai pustaka,
2005), h.175.
lSarlitoWirawan@
Psikologi
Untum, (Jakarta: Rajari,ali pers,
I
I zoro). h.86.
2
Fattah
4-,,r-.
'1--z-'/
Hanurarvan,
(Bandrrrrg: PT.Renraja Rosdakaiya Offset.
l--.
Cet. Ke-I, 2010), h.34.
-u,.
I 1-
pW-:
nbdul Rahrnan Saleh,
Pengantar Dalam perspektif lilam, (Jakarta:
Kencana,2909), Ed.l.Cet.4,
h.l10.
4
RitaL.Atkinsonda@
Pengatar Psikologi I, (Bandung: pT.Gelora
Aksara Pratam, 1983), h.204.
5
6
L.^-'
Irrvanto, Psikalogi Umum, ( Jairrr:ta:
PT.Gramedia, 1989), h.71.
'Z/'1.'
DeddyMulyana,
engantar, ( Bandung : pT.Remaja
Rosdakarya, Z0l2), h. I g0.
.7-r2.,'
Im
P
7
FZ.-.
I -
Jararuorn Kanmal psikologi Komunikasi, (
Bandung: PT.Remaja Rosidakarya, 2005 j,
-ry
Fattah Hanurawan, P s tka lo gi-Sos i at,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset.
Cet. Ke-1,2010). h.37.
Munandar Soelaeman,
Sosdl DasarJ
Bandung: Penerbit Eresco, 1993),Cet ke- 6,
tt*i
I I iiVnt, op o I o g i,
(Jakarta: Penerbit Rineka Cipt4 Z00D:h.144.
Koentj aran i gr at, P e n g ant o,
S.Nasution,
Sos iologi p
eiiAifa", eakartu
Penerbit Bumi Aksar4 2010), h.60.
Abu Ahmadi, Ilmu Sasial Dasar,llakarta:
fuqbit Bina Aksara 1988). h.g6-97.
Koentjaraningrat. Op.Cit., n. t gj
Soejono Soekanto, Sostologi Suoru
Pengantar, (Jakarta: Rajarvali pers, 2012),
h. I 55.
T.O. Ihromi , Pokok-pokok Antropolog
Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2006), Edisi I2, h.18.
Mumuh Muhsin, Bunga rantpai iona-ro"a
sejarah dan budaya, (Bandung: Izda prima),
h.181
M.lksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat
Agann Tao, {Jakarta: UIN Jakarta press,
2006), Cet. Ke-1, h.vii.
18 lMumuhMuhsii,@
sejarah dan budaya,
(Bandung: Izda prima),
h. I 84.
Pemaparan Oey ljin Eng, yar,g rnerupakan
keturunan Cina Benteng ke-S dan merupakan
Humas sekaligus kepala Klenteng Boen Tek
Bio.
William A.Haviland, Antropologt edist
keentpat jilid l, lakarta: Erlangga, h.37g .
Ibid, h. 380.
Koentjaraningrat, n anisia don kebuda1,aan
di Indonesia, cet ke 22 , Jakarta :
-
2007 .h.364.
-'7--l-.'-at'
Yudi Latif, Menyemai karatde;-ba"gsa
23
budaya
(JuI-u*
h. 83.
",n
,
,
kebangkitan berbasis kesastiraan.
: Kompas Media Nusantara ,2A0g
),
74<
r'?
rvrunrDDrn Syah, p s iko lo gi pe ndidikan,
'lr'l//
(Bandung: PT.Rosdakarva- 2009)- h t0
--2
Hasbullah, DasarW
( Jakarta: PT.Raja Grafindo persad , 200g)
t?.tv
25
h.2.
26
Zurinal Z dan Wahd i Sayui7*gonto, It*,
Pendidikan & Dasor dasor peiaksanaan
qerydjdikan. ( Jakarta : UIN Jakarta press,
2006 ) h.l.
Ibid, h.74.
27
Y
4-.v
pead@
ld
TimPenyusun
29
Besar Bahasa Indanesia, (Jakarta: pusat
Bahasa, 2008), h.l24A.
Nasution, Sej arah pendidikan liilnes A,
(Jakarta: Bumi Aksara) Cet.Z, h.l 52.
30 lAnwarArifin,p@
pustaka,
lVa_sional, (
Jakarta: Balai
I
./
.'/
'L/'v
,'"
L---/
--7
2005),
I h.t76.
_l
33
Koend aran i ng, at, F e, gart a, il rr*Antropologr, Edisi revisi 2009 (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009). h.136.
D.r\asurron, liel arah pendi dikan Indones ia
(Jakarta: BumiAksara lg95) h ??
Arifin, op. Cit., h. 189.
34
Ibid, h. 190.
35
Tendi, AnalisisfW
Masyarakat Tentang pendidikan Di Desa
Andantui, Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat
(Tinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan
Abraham Maslow), (Jakarta: Uin press,
2012).,h.vi.
3I
32
36
I
1--'z<'
t/-.r-t'
.4.L-.'
4/ry',
ChaerihNurlinda@
Suku Dayak Hindu-Budhq
terhadap pendidikan
i
Bimi Segandu
formal (penel itian
deskripilf kuotitarif Desa Krintun,
Losarang Kab. Indt"amayu), (Jakarta: Z0l2).,
4..'\/'
,.vr.
Zainudin,Pe*beW
37
luarga dalam membentuk kepribadian
melalui komunikosi Islant (Stidt Kasus di
Ke
Sgmanggi
IU
I RT.AU/O3 Kel.Cempaka
Sugiy,ono, Metode
.74
putih,
@
(pendekatan kuantitatif, kual itatifi, dan
R&D),
(Bandung: Alfabeta) , h.14.
-
-
Ibid h.l s
-7-4<
2
J
Dunarslrnl ArrKunto, prosedur penelitian
Suatu pendekaton praktik., (lakarta: Rineka
Cipta, 2A0q, Cet. 13, h. I 55.
4
.-o
""L-"-
Dagong suyanto dan sutinah, Metode
Penelitian Sosial Berbagai Altematif
4"-J
Peadeliatan,
(Jakarta: Kenacana,
Ed. l,Cetakan ke-3, h.69.
6
-,/
,
ouBryono, Metode penelitian pendidikan,
(pendekaran kuantitatif, kualitatil dan
R&D),
(Bandung: Alfabeta) , h.194.
5
-L4/
Sugiyono,
2007).
MM
Pendekatan Kunatitatif, kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 20 l2). Cet.(e-15,
7
)unarslml AnKunto,
Stratu pentle katan
penelitian
prakt*., (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006),Cet. 13,
8
h- I 97.
p rosedur
h. 156.
Iranan Soehartono,W,
( Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
cet ke
I
201l),
l0
ll
rugryono, Menruhami penelitian Kualitatif,
12
.'Lr"<
/L/--v'
Dugtyono,
Me
to
d e P e n e I i t i anp e nd i d ikan p e nde kat anKuan
riratif,
/
s.d 7, h.89
Dugryono, Metode penelitian pendidikan,
(pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
R&D),
(Bandung: Alfabeta). h.93
oucnanono, op. Utt., h.99.
9
A-n
Kualitarif,
R&4 (Alfabeta:Bandung :Z0lZ),h.33
dan
g.
.-7-.a./
I3
Ibid. h.34t.
l4
Ibid. h.34s.
TV
..L./-7-/'
,L..L.'/
I
\rey tJtn tng, wawancara, tanggal 7 Agustus
2
2014
Muhammad Zen, S.Sos, Waruancari, tanggal
l4 November 2014
3
4
5
-EmanSis*anto,@
November 2014
Titin, Wawancara, tanggffi
Ratna,
-a/
,4-.<.'/
''1-t'?
4.,L,'
4,.-
Wa*ancaia,@
2014
aL,/-."2'/
_
6
Uci , Wawancara, tanggal t4 Nwe.be. 2014
7
Ami , Warvancara, tanggal l4 Nor€mbe,
2014
4<<
.-?_/1
8
Rita, Wawancara, tanggal l4 November
9
Mahardika Surya Tengga.a, W-wanca.4
tanggal 14 November 2014
20H
.
,t-Z--v
--L-t_,
Jakafta, 22 Desember 2A14
Kajur Pendidikan IPS
-"'
./-/
z-1--'-V/
't
Dr. Iw'an Purrvanto. li,{.Fd
19730424 200801
r
012
PEDOMAN OBSERVASI
Penelitian Skripsi
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
(Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)
Disusun Oleh :
DARA RAHMITA DEWI
NIM : 1110015000122
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
OBSERVASI
Mulailah kegiatan dengan ucapan basmalah. Identifikasi dan dipahami variabel
penelitian, adapun beberapa variabel penelitian yang akan diteliti adalah: 1). Persepsi
masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan 2). Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan.
Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat penelitian yang peka
terintegrasi secara masif. Rasakan, amati, dan dengarkan secara mendalam.
Beberapa variabel dan sub variabel yang akan diamati, yaitu:
1. Pendidikan Masyarakat Cina Benteng
Amatilah secara mendalam tingkat sosial dan budaya Masyarakat Cina Benteng!
a. Pahami dan amati apa saja kegiatan pendukung baik secara sosial dan budaya
masyarakat pada pendidikan!
b. Sebutkan peran dan lembaga sosial dan budaya di maysarakat Cina Benteng!
c. Adakah fasilitas penunjang kegiatan pendidikan dan budaya belajar masyarakat
Cina Benteng!
2. Persepsi Masyarakat tentang Pendidikan
Amati secara mendalam Persepsi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng!
a. Identifikasi Persepsi Mengenai Pendidikan!
b. Sebutkan persepsi masyarakat tentang kegiatan pendidikan dan belajar
masyarakat!
c. Amati dan teliti persepsi masyarakat mengenai pendidikan sekarang dan yang
akan datang!
3. Peran Lembaga dan Institusi pendidikan
Amati Interaksi Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat!
a. Amati interaksi guru dengan masyarakat!
b. Amati interaksi siswa dengan masyarakat!
Amati dan teliti kegiatan guru dan siswa di sekolah non formal!
a. Identifikasi guru/pengajar di sekolah non formal!
b. Sebutkan kegiatan guru dan murid di sekolah non formal!
c. Amati fasilitas sekolah non formal!
Amati kegiatan guru dan siswa di sekolah formal!
a. Identidfikasi kegiatan guru/pengajar di sekolah formal!
b. Sebutkan kegiatan guru atau murid di sekolah formal!
c. Amati fasilitas sekolah formal!
Setelah selesai melakukan pengamatan, kemudian cek kembali data pengamatan
yang telah dilakukan catat secara jelas. Dan akhiri dengan membaca hamdalah.
Dara Rahmita Dewi (1110015000122)
Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HASIL WAWANCARA
Penelitian Skripsi
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
(Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)
Disusun Oleh :
DARA RAHMITA DEWI
NIM : 1110015000122
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
HASIL WAWANCARA
A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama
: Oey Tjin Eng
Pekerjaan
: Kepala Klenteng Boen Tek Bio
Tempat Wawancara
: Klenteng Boen Tek Bio
B. Pertanyaan
1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ?
Jawab: Untuk Bapak yang satu ini, beliau tidak akan memaparkan mengenai
pendidikan yang pernah diemban nya, akan tetapi beliau amat sangat cerdas
dan amat sangat menyukai membaca buku baik sejarah, ekonomi, pendidikan,
dan terutama budaya.
2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : ya, sudah sangat baik dan dari Masyarakat Cina Benteng pun sudah banyak
yang sadar akan penting nya pendidikan, pada saat ini Masyarakat Cina
Benteng pun sudah banyak yang mementingkan pendidikan dibandingkan
dengan sektor yang lainnya. Sebagai contoh sudah banyak Masyarakat yang
menjadi Sarjana dan berprofesi sebagai Dokter, Insinyur, Pengacara, dan
Akuntan dsb. Hal ini tergambarkan bagaimana pola pikir Masyarakat Cina
Benteng yang sudah maju mengenai pendidikan.
3. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Budaya Sosial Belajar Masyarakat ?
Jawab : pada zaman yang semakin modern budaya belajar pada masyarakat sudah
terjalin dengan baik dan terlaksana dengan baik, hal ini menjadikan satu
kesatuan yang utuh, mereka beranggapan bahwa dengan belajar kita semua
menjadi cerdas, dan kecerdasan dan mengusai ilmu pengetahuan dapat
meningkatkan lapisan sosial di masyarakat. Mencari ilmu pengetahuan adalah
sebagai tuntutan dan tantangan.
4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan?
Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan?
Jawab : saya mengetahui, dan sepetahuan saya. Bahwa lembaga pendidikan itu ada
lembaga pendidikan keluarga itu yang paling mendasar dalam pembentukan
karakter anak, lembaga pendidikan sekolah sebagai penunjang selain di
keluarga, dan lembaga pendidikan masyarakat.
5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng?
Jawab : menurut saya sudah baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang
mendorong tergeraknya masyarakat untuk belajar dan menjalani proses
pendidikan.dan sudah banyak sekolah di sekitar wilayah Cina Benteng ini, ada
sekolah Kristen, sekolah Budha, sekolah Katolik, dan sekolah Negeri.
6. Bagaimana Peran dan Pengaruh Lembaga Pendidikan Kepada Individu?
Jawab : berperan sangat baik dalam meningkatkan pola pikir individu.
7. Bagaimana Peran dan Pengaruh Lembaga Pendidikan Kepada Masyarakat?
Jawab : berperan aktif dalam perkembangan masyarakat Cina Benteng khususnya. Dan
dengan adanya lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan sebagai
jembatan dalam meningkatkan kedudukan masyarakat Cina Benteng di mata
masyarakat umunya.
8. Adakah harapan anda mengenai Lembaga atau Institusi Pendidikan untuk masa yang
akan datang?
Jawab: semoga pendidikan menjadi lebih baik lagi dan menjadikan pendidikan sebagai
satu-satunya hal yang harus ditempuh dalam meningkatkan taraf hidup dan
menjadikan landasan hidup.
A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama
: Mahardika Surya Tenggara
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tempat Wawancara
: Fotokopi Halinah, Pasar Lama.
B. Pertanyaan
1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ?
Jawab: Pendidikan Terakhir Saya SMP.
2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : ya saya berpandangan bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam hidup
dan dalam hal Masyarakat Cina Benteng pun sudah sadar akan pentingnya
pendidikan. Dalam hal ini saya sangat pendidikan gratis dari pemerintah demi
kemajuan bangsa, dan baik dalam orang tua saya pun sangat mementingkan
pendidikan tapi hal ini tak sejalan dengan kondisi ekonomi keluarga saya yang
lemah, menjadikan saya harus putus sekolah, dan saya hanya mengemban
pendidikan Cuma sampai SMP.
3. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Budaya Sosial Belajar Masyarakat ?
Jawab : sudah amat baik, budaya belajar di Masyarakat yang semakin maju, akan
memudahkan dan memotivasi anak untuk terus belajar dan dengan ditambah
sarana dan prasana khususnya perpustakaan akan semakin membantu dalam
proses belajar, ditambah dengan budaya membaca akan semakin mudah ilmu
yang didapat.
4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan?
Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan?
Jawab : saya mengetahui, yang saya ketahui hanya lembaga pendidikan sekolah,
dengan sekolah seseorang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng?
Jawab : menurut saya sudah baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang
mendorong tergeraknya masyarakat untuk belajar dan menjalani proses
pendidikan.dan sudah banyak sekolah di sekitar wilayah Cina Benteng ini, ada
sekolah Kristen, sekolah Budha, sekolah Katolik, dan sekolah Negeri.
6. Bagaimana peran dan pengaruh lembaga pendidikan kepada sosial masyarakat?
Jawab : berperan aktif bagi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng dan sejauh ini
mendorong pola Pikir Masyarakat Cina Benteng yang lebih baik.
7. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang
Akan Datang?
Jawab : harapan saya kepada lembaga pendidikan agar sekolah di gratiskan dari
pemerintah, agar semua masyarakat disini dapat bersekolah, bukan hanya yang
mempunyai materi saja yang dapat sekolah. Dan semoga melalui jalur
pendidikan generasi selanjutnya lebih baik lagi dan lebih cerdas.
A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama
: Titin
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tempat Wawancara
: Kediaman Ibu Titin, Gg. Gula No.1.
B. Pertanyaan
1. Bagaimana Ibu Memandang Pendidikan dan Seberapa Penting Pendidikan ?
Jawab: Pendidikan adalah suatu keharusan yang saya tanamkan kepada anak saya,
sehingga sudah saya budayakan dan saya tanamkan ketika anak saya sejak
kecil, dan menurut saya pendidikan itu amat sangat penting.
2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : kalau menurut saya persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan
sudah maju dan sudah menomorsatukan pendidikan, lebih banyak yang
mementingkan dibandingkan dengan berdagang. Hal ini dikarenakan dengan
pendidikan akan mengangkat derajat keluarga.
3. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Budaya Sosial Belajar Masyarakat ?
Jawab : sudah amat baik, budaya belajar di Masyarakat sudah banyak masyarakat selain
mencari ilmu di sekolah sudah banyak yang mencari ilmu dengan bimbingan
belajar dan les private, karena jika tidak ditambah dengan hal ini maka akan
tertinggal pelajaran di sekolah.
4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan?
Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan?
Jawab : saya mengetahui, yang saya ketahui hanya lembaga pendidikan sekolah saja.
5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng?
Jawab : menurut saya sudah baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang
mendorong tergeraknya masyarakat untuk belajar dan menjalani proses
pendidikan.dan sudah banyak sekolah di sekitar wilayah Cina Benteng ini, ada
sekolah Kristen, sekolah Budha, sekolah Katolik, dan sekolah Negeri. Dan
ditambah ada sekolah yang bertaraf Internasional.
6. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang
Akan Datang?
Jawab : saya berharap agar pendidikan untuk masa yang akan datang agar lebih baik
lagi, dan Lembaga Pendidikan lebih baik lagi serta Masyarakat lebih
mengutamakan sekolah dibandingkan dengan harta, sekolah merupakan
kewajiban dan jangan sampai ditinggal hanya karena alasan apapun , karena
pendidikan merupakan jembatan untuk mencapai cita-cita.
A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama
: Ratna
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tempat Wawancara
: Jl. Kisamaun No.46, Tangerang.
B. Pertanyaan
1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ?
Jawab: Pendidikan Terakhir Saya SMU
2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : ya saya berpendapat bahwa pendidikan pada masyarakat Cina Benteng sudah
sadar akan arti penting pendidikan, sudah banyak yang sekolah dan
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Serta sudah banyak yang berperan
aktif di masyarakat khusus nya karena pendidikan itu lah seseorang menjadi
cerdas.
3. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Budaya Sosial Belajar Masyarakat ?
Jawab : sudah baik, selain pendidikan sebagai kebutuhan mendasar dalam keluarga
saya, saya tanamkan membaca buku sebagai budaya dan saya pun tahu kalau
Masyarakat Cina Benteng sejak dahulu hobi membaca.
4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan?
Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan?
Jawab : saya mengetahui, sekolah salah satu nya. Selain itu keluarga karena keluarga
merupakan pembentukan karakter pertama anak. Mau sejuah mana si anak
terbentuk yang paling pertama adalah dalam keluarga. Disinilah saya
memegang peran aktif untuk memberikan arahan kepada anak-anak saya untuk
selalu belajar.
5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng?
Jawab : menurut saya sudah baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang
mendorong tergeraknya masyarakat untuk belajar, ya semakin bagus sekolah
semakin mahal pula biaya nya hehehehe.
6. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang
Akan Datang?
Jawab : harapan saya kepada lembaga pendidikan agar sekolah di gratiskan dari
pemerintah, menjadi lebih baik lagi dalam dunia pendidikan, berguna untuk
semua dan agar anak-anak menjadi lebih cerdas lagi dan dapat memajukan
Indonesia.
A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama
: Uci Sanusi
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tempat Wawancara
: Damai Motor, Pasar Lama.
B. Pertanyaan
1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ?
Jawab: SD.
2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Sudah sadar semua, sudah banyak Masyarakat Cina Benteng yang sekolah dan
yang berpendidikan.
3. Usaha-usaha apa saja bapak dalam menyekolahkan anak?
Jawab : saya akan selalu berusaha demi menyekolahkan, saya bekerja keras dan
berdagang dalam menyekolahkan anak saya, demi menjadi seorang dokter
saya berdagang dan selalu berpikiran positif dan selalu memotivasi anak saya.
4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan?
Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan?
Jawab : saya mengetahui, yang saya ketahui hanya lembaga pendidikan sekolah,
dengan sekolah seseorang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng?
Jawab : yang bagus jarang yang mahal banyak, karena kalau mahal belum tentu bagus.
6. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Institusi pendidikan di Wilayah Cina Benteng?
Jawab : sudah banyak sekolah di kawasan ini, dan tinggal pilih sesuai dengan
kemampuan hehehe.
7. Bagaimana peran dan pengaruh lembaga pendidikan kepada sosial masyarakat?
Jawab : berperan sangat baik dan mendorong motivasi masyarakat.
8. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang
Akan Datang?
Jawab : harapan saya agar terdapat perubahan. Terutama dalam hal keamanan,
ekonomi, agar lebih nyaman, lebih baik, dan semakin terdidik. Seharus nya
ketika seseorang terdidik semakin berakhlak dan melainkan keadaan itu
terbalik pada zaman sekarang semakin terdidik sesoerang semakin tidak sopan,
seolah pribahasa pada semakin berisi semakin merunduk yang artinya semakin
tinggi dan cerdas seseorang semakin bijaksana dan tidak sombong, hal ini
sangat timpang.
A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama
: Rita
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tempat Wawancara
: Wiraswasta
B. Pertanyaan
1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ?
Jawab: Pendidikan Terakhir Saya SMP.
2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : ya sudah baik, sudah banyak yang menyadari betapa penting nya pendidikan
bagi kehidupan dan mengangkat derajat kehidupan seseorang.
3. Bagaimana Masyarakat Cina Benteng dalam menempuh Pendidikan dan bagaimana
pula untuk menggapai pendidikan tersebut ?
Jawab : tergantung bagaimana seseorang itu memandangnya, karena pendidikan itu
wajib akan tetapi semua itu sama aja jika kita tidak memiliki kemampuan
materi, pendidikan itu terhenti begitu saja.
4. Apa yang mendorong anda untuk menyekolahkan anak anda ?
Jawab : saya ingin anak saya cerdas dan ingin menjadikan anak saya menggacapi citacitanya, tidak hanya seperti saya yang hanya sebagai pelayan toko.
5. Bagaimana peran dan pengaruh lembaga pendidikan kepada individu ?
Jawab : menurut saya sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas kepribadian
masyarakat.
A.Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama
: Ami
Pekerjaan
: Karyawan.
Tempat Wawancara
: Toko pembina, Pasar Lama.
B. Pertanyaan
1. Apa Pendidikan Terakhir Anda ?
Jawab: SMP.
2. Bagaimana Persepsi Anda Mengenai Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : ya, sudah wajib berpendidikan dan sadar akan pendidikan pada Masyarakat
Cina Benteng
3. Adakah Pengaruh dari luar dalam usaha meningkatkan pendidikan ?
Jawab : dengan adanya dukungan lingkungan sekitar akan menjadikan lebih
memperkuat keyakinan terhadap pendidikan.
4. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga dan Institusi Pendidikan?
Dan menurut anda, apa saja kategori dalam Lembaga dan Institusi Pendidikan?
Jawab : saya mengetahui, yang saya ketahui lembaga pendidikan sekolah dan keluarga
saja.
5. Bagaimana Kondisi Lembaga atau Insitusi Pendidikan di Wilayah Cina Benteng?
Jawab : baik, sudah banyak lembaga pendidikan sekolah yang bagus dan masyarakat
sekitar sini jadi lebih terarah.
6. Bagaimana peran dan pengaruh lembaga pendidikan kepada sosial masyarakat?
Jawab : berperan aktif dan bagus bagi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng dan sejauh
ini sangat bagus.
8. Adakah harapan anda mengenai Lembaga dan Institusi Pedidikan Untuk Masa yang
Akan Datang?
Jawab : harapan saya kepada lembaga pendidikan agar sekolah lebih berbobot dalam
pendidikan karakter dan lebih berkualitas.
HASIL OBSERVASI
Penelitian Skripsi
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
(Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)
Disusun Oleh :
DARA RAHMITA DEWI
NIM : 1110015000122
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
HASIL OBSERVASI
1. Pendidikan Masyarakat Cina Benteng
Amatilah secara mendalam tingkat sosial dan budaya Masyarakat Cina Benteng!
a. Pengamatan tentang kegiatan pendukung baik secara sosial dan budaya
Masyarakat pada Pendidikan.
Hasil:
Banyak sekolah di kawasan Masyarakat Cina Benteng, dan dalam hal budaya di
Klenteng pun terdapat perpusatakaan dan terdapat Museum Benteng Heritage
terdapat buku-buku bacaan dalam Museum ini.
b. Pengamatan peran dan lembaga sosial dan budaya di Maysarakat Cina Benteng.
Hasil:
Peran dan Lembaga Sosial Budaya di Masyarakat Cina Benteng sudah berjalan
dengan baik dan mendorong kegiatan proses pendidikan masyarakat.
c. Pengamatan fasilitas penunjang kegiatan pendidikan dan budaya belajar
Masyarakat Cina Benteng.
Hasil:
Untuk fasilitas penunjang terdapat bimbingan belajar dan fasilitas private yang
dapat menunjang proses pendidikan.
2. Persepsi Masyarakat tentang Pendidikan
Amati secara mendalam Persepsi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng!
a. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan.
Hasil:
Pendidikan untuk Masyarakat Cina Benteng sudah sangat baik dan mementingkan
pendidikan dan lebih mengerti arti penting pendidikan yang sesungguhnya.
b. Persepsi Masyarakat tentang kegiatan pendidikan dan belajar masyarakat.
Hasil:
Dalam kegiatan belajar masyarakat sudah berjalan dengan baik demi
meningkatkan pendidikan yang lebih baik.
c. persepsi masyarakat mengenai pendidikan sekarang dan yang akan datang.
Hasil :
Persepsi Masyarakat Cina Benteng mengenai Pendidikan untuk sekarang dan yang
akan datang sudah sangat baik .
3. Peran Lembaga dan Institusi pendidikan
Amati Interaksi Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat!
a. Pengamatan interaksi guru dengan masyarakat Cina Benteng.
Hasil :
Interaksi guru dengan Masyarakat Cina Benteng tidak terlihat, hanya saja interaksi
ini sejauh antara orangtua murid (Masyarakat Cina Benteng) yang menyekolahkan
anaknya pada lembaga pendidikan formal tersebut.
b. Pengamatan interaksi siswa dengan masyarakat.
Hasil:
Interaksi tidak terlihat, karena ketika semua siswa pulang ke rumah masingmasing semua kegiatan terhenti.
Amati dan teliti kegiatan guru dan siswa di sekolah formal!
a. Identifikasi kegiatan guru/pengajar di sekolah formal.
Hasil :
Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah sudah cukup baik dan serjalan
dengan baik demi kemajuan pendidikan.
b. Sebutkan kegiatan guru atau murid di sekolah formal.
Hasil :
Kegiatan guru dan murid di sekolah formal sudah tentu kegiatan belajar dan
mengajar di dalam kelas dan kegiatan ekskul yang dilakukan pada hari sabtu.
c. Pengamatan fasilitas sekolah formal.
Hasil :
Fasilitas sekolah formal yang terdapat pada wilayah ini sudah cukup lengkap,
fasilitas ini antara lain: ruang kelas, lapangan olah raga, laboratorium bahasa,
laboratorium IPA, aula, masjid, ruang BK, ruang OSIS, ruang Ekstrakulikuler,
ruang Kepala Sekolah, dan ruang Guru.
Amati dan teliti kegiatan guru dan siswa di sekolah non formal!
a. Identifikasi guru/pengajar di sekolah Non Formal.
Hasil:
Selain sekolah guru atau pengajar di sekolah nonformal berperan penting karena
sebagai penunjang kegiatan siswa dalam belajar dan meningkatkan motivasi untuk
terus belajar.
b. Sebutkan kegiatan guru dan murid di sekolah Non formal.
Hasil:
Kegiatan belajar dan mengajar pada tempat bimbingan belajar pada umunya.
c. Amati fasilitas sekolah Non Formal.
Hasil:
Fasilitas yang tersedia di sekolah Non Formal yaitu terdapat pengajar, ruangan ber
AC, papan tulis, ATK dsb.
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap pendidikan
Kantor Pemerintahan Desa Sukasari
Sekolah Kristen di Desa Sukasari
Gambaran Tangerang tempo dulu
Berbagai macam koleksi buku
Cina Benteng
Klenteng Boen Tek Bio merupakan klenteng tertua di Tangerang yang berumur
lebih dari 3 abad
Pembentukan karakter pertama Anak adalah orang tua dan Keluarga
Museum Benteng Heritage merupakan warisan budaya masyarakat Cina Benteng
Bapak Oey Tjin Eng yang merupakan penduduksAsli Tangerang
Salah satu masyarakat Cina Benteng
yang Sedang melakukan Ibadah
Foto klenteng Boen Tek Bio
Berdagang merupakan usaha-usaha untuk Menyekolahkan anak di kalangan
masyarakat Cina Benteng
Foto Wawancara dengan Masyarakat Asli tangerang
Masyarakat Cina Benteng pada umunya lebih mementingkan pendidikan
Berdagang merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk membiayai sekolah
anak-anak masyarakat Cina Benteng
Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan
Beberapa masyarakat Sedang Berjualan di pasar lama
DATA RESPONDEN
Penelitian Skripsi
“Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap pendidikan”
Disusun Oleh :
DARA RAHMITA DEWI
NIM : 1110015000122
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
Data Responden
1. Nama
Umur
: Oey Tjin Eng
: 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Jl.Bhakti No.14, Tangerang 15118
No.Telp
: 021- 5522168 dan 55773087
Status
: Menikah
2. Nama
Umur
: Muhammad Zen, S.Sos
: 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
:-
No.Telp
:-
Status
: Menikah
3. Nama
Umur
: Eman Siswanto, ST
: 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
:-
No.Telp
:-
Status
: Menikah
4. Nama
Umur
: Mardika Surya Tenggara
: 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Jl.Penggodokan Kidul No.20, Kotabumi Tangerang.
No.Telp
: 083815880247
Status
: Menikah
5. Nama
Umur
: Rita
: 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Unis Tangerang.
No.Telp
:-
Status
: Menikah
6. Nama
Umur
: Titin
: 59 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Jl.Kisamaun Gg.Gula No.1, Tangerang
No.Telp
: 021- 5521529
Status
: Menikah
7. Nama
Umur
: Ami
: 31 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Jl.Kisamaun No.4, Tangerang.
No.Telp
:-
Status
: Belum Menikah
8. Nama
Umur
: Ratna
: 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Jl.Kisamaun No.46, Tangerang.
No.Telp
:-
Status
: Menikah
9. Nama
Umur
: Uci Sanusi
: 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Jl.Kisamaun No.46, Tangerang.
No.Telp
: 081284525777
Status
: Menikah
PERKT MPUL{N KEAGAT}IAA}{ DAN SOSL{L
* BOEN TEK BIO "
KECAMATAN KOTA TANGERANG
DESA SUK,I.SARI
l51 18
JLBhakti No.l 4. Tansera
SURAT KETERANGAN
NO: i
Yang bertanda tangan di bawah ini
q.
Nqms
' Oew Tiin trno
b.
Jabatan
: Humas
iPem
:
& Perpustakaan Boen Tek Bio
Dengan ini menerangkan bahwa:
Nama lengkap
: Dara Rahmita Dewi
Jenis Kelarnin
: Perempuan
Tempat tanggal
Iahir : JalartA
Aiarnat lengkap
Status
Pendidikan
:
18
Agusns 1991
Jl.Dewi sartika Gg.KH.TB.ismail Noer No.i9 Ciputat
: Mahasiswi
di Fahtltas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
r-l-^-J^
r-t-\r^----i
/t fnr\ o-.^-i4rriJ^---r-t1^ltjluYvrrt.l} t$lalrr
r\(,B{;rr \(Jrl\,,
lJyi1rrr nruayaturrarr Jahar ra
r r-i----:t--
NIIv{
:1110015000122
Telah melaksanakan kegiatan peneiitian di wilayah Masyaralrat Cina Benteng dengan judul
peneiitian "Persepsi Masyarakai Cina tsenieng Terhadap Fendidikair".
Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan seperlunya.
Tangerang 28 November 2414
Lf.'*^^
rrgura
LU
o-
-g rD^*"^+^l'^^€
B
wrPqDt{scs
I};^
D^^- .l^1.
Dvwu
lvh Drv
, tr^r.
r..,^7n,.,^
I AUrA tnrtuEMtru
t
l
PEMERINTAH KOTA TAT{GERANG
KECAMATAN TANGERANG
Le el I lEr A LI A l.t 6 It ), A 6 ATD
NE,LUrll tt t-I tt II c, TJ 1\ ,t c, FTFI
Jt. M.T. Haryono No. 23 Telp/Fax: (021) 5526505 Sukasari
Tangerang
SURAT KETERANGAN
Nomcr. A70 I 231 - SekrU XU I 2014
Berdasarkan surat permohonan Kementerian Agama
UtN Jakarta FITK
Nomor.
Un.O1iF.1,KM.01.3/....12014 perihal Permohonan lzin Penelitian di Kelurahan Sukasari Kecarnatan
Tangerang oleh
:
.
:
:
Nama
NIM
Jurusan
DATIA RAHMI'I'A DEWT
11
100015000122
Pendidikan IPS/Sosiologi-Antropologt
Maka dengan ini Lurah Sukasari Kecamalan Tangerang menyatakan bahrva mahasisrvi
dengan nama tersebut diatas telah melaksanakan Survey dan Penelitian
di Kelurahan
Sukasari
Kecamalan Tangerang.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tangerang 23 Desemb€r 2014
KelN
Qr"/
f;t -g
k.\
ttlt20a2n
KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
FORM (FR)
Jl. lr. H. Juada No 95 Ciputat 15412 lodonesk
No.
Dokumen
Tgl.
Terbit
:
:
No.
Revisi:
:
Hal
FITK-FR-AKD-081
1 Maret 2010
O2
111
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01lF.1lKM.0l.3l. ....DA14
Larnp. : Outline/Proposal
Hal : Permohonan Izin Penelitian
Jakarta, November 20i,{
Kepada Yth.
Kepala Desa Sukasari, Kota Tangerang
di
Tempat
A
s s
al am u' al a ikum v, r.w
b..
Dengan hormat kami sampaikan trahrva,
Nama
Dara Rahmita Dewi
NiM
1110015000122
Jurusan
Pendidikan IPS / Sosiologi
Semester
IX (Sembilan)
Judul Skripsi
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
* Antropologi
adalah benar mahasisrva/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang
menlusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah
yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasisrva tersebut melaksanakan
penelitian dimaksud.
+^^ ---L^rl^rra
y!rrrdlrdr
A
J
Wass
J^- l.^-:^ ^^*^ C^..i^-^
Uqrr
J4rro \)d.u(raO.
^erJu
alamu' alaikum
y,
r.wb.
Tembusan:
l. Dekan FITK
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa yang bersangkutan
:
Terbit :
No. Revisi: :
02
Hal
1t1
KEMENTERIAN AGAMA
No.
UIN JAKARTA
Tgl.
FORM (FR)
FITK
Jt. lr. H Juanda ito 95 Ciputat 15412 tndorcsia
Dokumen
FITK-FR-AKD-081
1 Maret 2010
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01/F.1/l(M.01. 3l .. ...t2014
Lu*p.'.
Hal
.lakarta- Nol'emher
?0.1 4
Outline/Proposal
: Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth.
Kepala Klenteng Boen Tek Bio
di
Tempat
As
salamu' alaikum
v,
r.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahrva,
Nama
Dara Rahmita Dcrvi
NIM
1
Jurusan
Pendidikan IPS / Sosiologi
Semester
IX (Sembilan)
Judul Skripsi
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
r 1001 5000122
-
A.nlropologi
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang
men)rusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansilsekolah/madrasah
yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan
penelitian dimaksud.
ra. ---L^r:^,A\.6
p!rr,n!r.rr
l[/a
s
s
,l^- rr-rju
l.^-:^
usrr
^^'_^ C^..J^-^
ouirru
J4suiniir
l.^-:
Kirili
.,^^-t.^Ucapiian
{^_:_^
ljiiih6
r.^^:L
iiCSiir.
al am u' al aikum w r.w b.
Dekan
Kajur Pendidikan IPS
'^'o--,
Tembusan:
l. Dekan FITK
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa yang bersangkutan
,1
',-"-/
BIODATA PENULIS
Dara Rahmita Dewi terlahir pada 18 Agustus 1991 di Cimanggis
Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipuatat Kota Tangerang Selatan
Kabupaten Tangerang. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara
pasangan C.Rukmana Ibrahim SH, MH dan Iyen Eliyeni Hasnawati.
Pendidikan diawali 1998 di MIN 1 Ciputat kelas 2 Pindah sekolah ke
SDN No.88 Bengkulu setelah kelas 3 pindah ke SDN Ciputat IX Pada
tahun 2000, kemudian melajutkan jenjang pendidikan menengah pertama pada tahun 2004 di
MTsn Tangerang II Pamulang hingga tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan
menengah atasnya di MAN 4 Model Jakarta hingga akhir lulus tahun 2010, setelah itu
melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan keguruan Hingga sekarang sejak tahun 2010, Tahun 2011 tidak hanya kuliah di UIN.
Kuliah NonReguler di Universitas Muhammadiyah Tangerang Fakultas Hukum saat ini.
Pengalaman organisasinya diawali dengan menjadi Kopasus Pramuka Gajah Mada.
Kemudian di pendidikan memengah pertama menjadi bagian anggota Marching Band yang
bernama Gita Cantika hingga saat ini. Ketika dalam bangku perkuliahan, tercatat telah aktif
menjadi pengurus di ebberapa organisasi.menjadi Menteri Bidang Sosial di Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) Masa Jabatan 2012 hingga sekarang, Ketua Angkatan di Forum
Komunikasi Mahasiswa Betawi (FKMB) Jabodetabek Periode 2011-2012, Anggota Pojok
Seni Tarbiyah (POSTAR), Bendahara Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMI) periode 20112012.
Prestasi yang pernah diraihnya juara kelas di SD dan juara Basket tingkat sekolah
dasar se-Kecamatan Ciputat. Pada jenjang pendidikan menengah, pernah menjadi juara I
Lomba Puisi Tingkat Kecamatan Pamulang dan Juara Kelas dan pada tingkat pendidikan
atas Juara Kelas dan pernah menjadi juara puisi tingkat SMA.
Pengalaman kerjanya dimulai menjadi guru private di c&c, kemudian menjadi guru
private di lingkungannya rumahnya. Selain itu, juga pernah mengajar di SMA
Muhammadiyah 8 Ciputat. Bidang Hukum dan kenotariatan digeluti dan melakukan
pendalaman keilmuan hukum di Pengadilan Agama Cibadak serta Lembaga Konsultasi dan
Bantuan Hukum (LKBH) Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Kini hari-harinya habiskan untuk bergelut di dunia pendidikan dan hukum dan tulis
menulis, karena untuk mencapai keilmuan yang tinggi diperlukan kerja keras dan sadar
bahwa dirinya bukanlah apa-apa, selalu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Menurutnya belajar tidak hanya di bangku sekolah saja atau di ruang kelas saja, belajar dapat
dimana saja, di masyarakat sekalipun kita dapat belajar, belajar berempati, belajar
bersosialisais, belajar lebih peka terhadap sesama, dan belajar lebih peduli terhadap orang
lain. Yang harus diterapkan untuk masa kini dan masa yang akan datang adalah yang harus
kita lawan adalah sikap apatis dan yang harus kita junjung adalah sikap peduli.demi
keselarasan hidup terhadap sesama dan terhadap orang lain.
Download