PENGARUH LAMA PERENDAMAN SABUT KELAPA SEBAGAI

advertisement
PENGARUH LAMA PERENDAMAN SABUT KELAPA SEBAGAI PUPUK
CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN UBI JALAR
Iva Tifani(1), Iwan Sasli(2),Evi Gusmayanti (2)
(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura
Pontianak
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman
sabut kelapa terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Penelitian
ini menggunakan metode eksperimen lapangan dalam bentuk faktorial dengan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari satu faktor yaitu lama
perendaman (P) yang terdiri dari 5 taraf yaitu p0 (1 hari), p1 (7 hari), p2 (14 hari),
p3 (21 hari) dan p4 (28 hari). Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Setiap
ulangan terdiri dari 5 sampel, sehingga terdapat 25 satuan perlakuan dan 375
tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu berat kering tanaman
bagian atas (g), jumlah umbi per tanaman (umbi), berat segar umbi per tanaman
(g), berat segar umbi per petak (g). Hasil penelitian lama perendaman sabut kelapa
sebagai pupuk cair berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah umbi per
tanaman, berat basah umbi per tanaman dan berat basah umbi per petak.
Sedangkan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel berat kering tanaman bagian atas. Perlakuan lama
perendaman14 hari (p3) memberikan rerata tertinggi pada variabel jumlah umbi
per tanaman yaitu 3,24 buah, variabel berat segar umbi per petak yaitu 2804,83 g
dan berat segar umbi per tanaman yaitu 186,98 g. Perlakuan lama perendaman
sabut kelapa 1 hari (p0) memberikan rerata terendah terhadap ketiga variabel
namun memberikan rerata tertinggi pada variabel pengamatan berat kering
tanaman bagian atas.
Kata kunci : Pupuk Cair, Sabut Kelapa, Ubi Jalar.
THE INFLUENCE OFSOAKING TIME THE COCONUT FIBER AS
LIQUID FERTILIZER ON THEGROWTHAND YIELDOF
SWEET POTATO
(1)
Iva Tifani(1), Iwan Sasli(2), Evi Gusmayanti (2)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura
Pontianak
ABSTRACT
This research was conducted to determine the best soaking time of coconut
fiber as liquid fertilizer and its responses to the growth and yield of sweet potato.
This research used field experiment of randomized block design, which consisting
of one factor: the soaking time of coconut fiber (P) at 5 levels: p0 (1 day), p1 (7
days), p2 (14 days), p3 (21 days) and p4 (28 days). Each treatment consisted of five
replications. Each replication consisted of 5 samples, so there were 25 units and
375 treatment plants. The variables observed in this research were the above
ground dry matter (g), the number of tuber per plant (tuber), fresh weight of tuber
per plant (g), fresh weight of tubers per plot (g). The results showed that soaking
time of the coconut fiber significantly affected the number of tuber per plant, fresh
weight of tuber per plant and fresh weigth of tuber per plot. While the soaking
time of coconut fiber treatment have no significantly affected above ground dry
matter variable. Treatment of soaking time 14 days (p3) gave the highest value of
tubers per plant (3,24), fresh weight of tuber per plot (2084,83) and fresh weight
of tuber per plant (186,98). Treatment of 1 day soaking time (p0) gave the lowest
value of the three variables but gave the highest value on above ground dry
matter variable.
Keywords: Coconut Fiber, Liquid Fertilizer, Sweet Potato.
1
PENDAHULUAN
Ubi jalar adalah salah satu komoditi pangan yang memiliki prospek baik di
dunia. Komoditas ini memiliki potensi ekonomi dan sosial yang tinggi karena ubi
jalar merupakan tanaman sumber karbohidrat yang sangat sesuai untuk digunakan
sebagai bahan pangan, pakan ternak maupun industri. Ubi jalar mengandung
kalori yang cukup besar yaitu 123 kal/100 g berat basah umbi (Rukmana, 1997).
Kandungan pati yang tinggi, gula yang rendah, bertekstur kering serta terdapat
vitamin A dan C yang tinggi juga menjadi peluang bagi ubi jalar dalam proses
diversifikasi pangan.
Di luar negeri khususnya negara – negara maju, ubi jalar dijadikan bahan
makanan seperti tepung, kecap, gula permen, dan sirup.Selain itu dapat pula
dijadikan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia selain sebagai komoditas
tanaman pangan penting dalam rangka mendukung ketahanan pangan masyarakat
dan perekonomian nasional, sekarang ini digunakan juga untuk bahan baku
industri gula cair, alkohol, sorbitol hingga pembuatan plastik yang mudah terurai.
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), luas panen tanaman ubi jalar di
Kalimantan Barat mencapai 1.867 ha dengan produktivitas mencapai 79,74 ku/ha
dan produksi mencapai 14.959 ton, sedangkan di Indonesia produksi ubi jalar
mencapai 2.056.046 ton dengan produktivitas 113,27 ku/ha. Produksi ubi jalar
secara nasional lebih besar dari produksi di Kalimantan Barat, sehingga
Kalimantan Barat berpeluang meningkatkan 1,4 kali dari produktivitas ubi jalar
saat ini. Produksi ubi jalar dapat ditingkatkan dengan berbagai cara salah satunya
dengan pemupukan.
Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun.Pupuk padat biasanya
diberikan melalui tanah dan pupuk cair diberikan melalui tanah dan daun. Pupuk
organik cair dari sabut kelapa merupakan olahan dari pemanfaatan limbah sabut
kelapa yang sangat banyak ditemui di Indonesia. Pupuk cair ini merupakan hasil
perendaman selama beberapa minggu dan diindikasikan mengandung unsur K.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan pupuk cair sabut
kelapa serta mengetahui pengaruh lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk
cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di jalan Rubini Kelurahan Tengah Kecamatan
Mempawah Hilir. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 26 Agustus 2012 sampai
dengan 28 Januari 2013.
Penelitian menggunakan bahan yang terdiri dari : tanah alluvial, sabut
kelapa, bibit stek ubi jalar ungu varietas lokal, pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan
KCl), pestisida alami (tembakau). Sedangkan alat yang terdiri dari : cangkul, arit,
handsprayer, termohygrometer, timbangan elektrik, corong, wadah, alat tulis dan
alat-alat lain yang menunjang penelitian seperti meteran, ember, kertas label, palu,
gergaji, paku, kantong plastik, karung, kayu, gelas ukur.
Penelitian menggunakan eksperimen lapangan dengan metode RAK, satu faktor
yaitu lama perendaman (P) yang terdiri dari 5 taraf yaitu p0 (1 hari), p1 (7 hari), p2
(14 hari), p3 (21 hari) dan p4 (28 hari). Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan.
Setiap ulangan terdiri dari 5 sampel, sehingga terdapat 25 satuan perlakuan dan
2
375 tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu berat kering
tanaman bagian atas, jumlah umbi per tanaman, berat basah umbi per tanaman,
dan berat basah umbi per petak.
Analisis data dengan menggunakan ANOVA kemudian data yang berpengaruh
nyata akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel pengamatan dalam penelitian ini terdiri dari berat kering
tanaman bagian atas, jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman dan
berat segar umbi per petak. Lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair
berpengaruh nyata pada tiga variabel pengamatan, yaitu pada variabel jumlah
umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman dan berat segar umbi per petak.
Namun, lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel pengamatan berat kering tanaman bagian atas.
Rekapitulasi analisis keragaman pengaruh lama perendaman sabut kelapa sebagai
pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar, dapat dilihat pade
Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Keragaman Pengaruh Lama Perendaman
Pupuk Cair Sabut Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Ubi Jalar
F Hitung
F Tabel
Berat
Berat
Berat
Kering
Jumlah.
Segar
Segar
SK
DB
Tanaman
Umbi
Umbi
Umbi
5%
Bagian
per
per
per
Atas
Tanaman
Tanaman
Petak
Ulangan
4
Perlakuan 4
0,66tn
5,00*
15,43*
15,43* 3,01
Galat
16
KK (%)
22,08
13,90
13,76
13,76
Keterangan : * : berbeda nyata
tn : berbeda tidak nyata
Perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair berpengaruh
nyata terhadap variabel jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman,
dan berat segar umbi per petak, sedangkan untuk berat kering tanaman bagian atas
berpengaruh tidak nyata. Perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk
cair 14 hari (p2) memberikan hasil terbaik terhadap tiga variabel tersebut. Pada
variabel jumlah umbi per tanaman yaitu 3,24 umbi, berat segar umbi per tanaman
yaitu 186,99 gram dan berat umbi per petak yaitu 2804,83 gram setara dengan
5,61 ton/ha. Data rerata semua variabel pengamatan pengaruh sabut kelapa
sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar dan hasil uji
beda nyata dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Data Rerata Semua Variabel Pengamatan Pengaruh Lama
Perendaman Sabut Kelapa sebagai Pupuk Cair terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar
Perlakuan
Berat Kering Jumlah Umbi
Berat Segar
Berat Segar
(Lama
Tanaman
per Tanaman
Umbi per
Umbi per
Perendaman)
Bagian Atas
(umbi)
Petak (gram)
Tanaman
(gram)
(gram)
p0 (1hari)
32,37
2,32a
1429,59a
95,31a
p1 (7 hari)
30,15
2,72ab
1931,34ab
128,76ab
p2 (14 hari)
30,57
3,24b
2804,83b
186,99b
p3 (21 hari)
26,72
2,40bc
1956,97bc
130,46bc
p4 (28 hari)
27,28
2,92bc
2136,61c
142,44c
Uji BNJ 5%
0,51
546,93
36,46
Keterangan : Angka yang memiliki notasi berbeda pada kolom yang sama
diartikan berbeda nyata
Pada perlakuan lama perendaman 14 hari (p2) memberikan rerata tertinggi
terhadap jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman, dan berat segar
umbi per petak. Pengamatan terhadap berat kering tanaman bagian atas dilakukan
pada masa vegetatif maksimum.Berdasarkan analisis keragaman, diketahui bahwa
perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair berpengaruh tidak
nyata terhadap berat kering tanaman bagian atas ubi jalar.
Berat kering mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil di
sintesis tanaman dari senyawa organik terutama air dan karbohidrat. Unsur hara
yang telah diserap akar baik yang digunakan dalam sintesa senyawa organik
maupun yang tetap dalam bentuk ionik dalam jaringan tanaman dalam akan
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan berat kering tanaman.
Goldworthy dan Fisher (1986) menyatakan bahwa paling sedikit 90%
bahan kering tanaman adalah hasil fotosintesis. Laju fotosintesis yang tinggi
menyebabkan karbohidrat yang dihasilkan tanaman menjadi lebih banyak dimana
dengan meningkatnya fotosintat (hasil dari fotosintesis) akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Menurut Tjitrosomo (1983) keefektifan proses fotosintesis
pada suatu tanaman dapat diketahui melalui pengukuran berat kering yang
terbentuk selama masa pertumbuhan. Selain itu berat kering tanaman dapat
diketahui dari kenaikan bahan organik di dalam tubuh sebagai hasil fotosintesis.
Pada variabel berat kering tanaman bagian atas menunjukkan bahwa
perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair tidak berpengaruh
nyata. Berdasarkan hasil analisis pupuk cair sabut kelapa kandungan jumlah N
totalnyasama tiap-tiap perlakuan. Hal ini menyebabkan nitrogen dapat
dimanfaatkan tanaman dalam jumlah yang relatif sama sehingga tidak
memberikan pertumbuhan yang berbeda pada variabel berat kering tanaman
bagian atas tiap perlakuan pada proses pertumbuhan tanaman. Dalam
pertumbuhannya tanaman bagian atas memanfaatkan banyak nitrogen dan unsur
hara lainnya sebagai pendukung proses fotosintesis untuk menghasilkan fotosintat
bagi tanaman di bawahnya.
Tersedianya unsur hara di dalam tanah akan mampu mendukung
pertumbuhan tanaman di atasnya sehingga dapat menyebabkan berat kering
4
meningkat. Menurut Lingga (1992) unsur hara nitrogen sangat berperan penting
untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang,
dan daun serta penting dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil), protein,
lemak, dan persenyawaan organik lainnya.
Unsur hara di dalam tanah sangat mudah terikat ataupun tereduksi oleh zat
hara lainnya, selain itu unsur hara mudah tercuci bersama air tanah maupun air
permukaan.Berdasarkan data analisis tanah, dalam kriteria penilaian sifat kimia
tanah kandungan P2O5 yang terkandung di dalam tanah tergolong sangat tinggi
dan kandungan hara lainnya seperti N, K dan Ca tergolong rendah.Kandungan P
yang tinggi dapat dimanfaatkan tanaman secara maksimal apabila tidak banyak
yang tercuci pada awal pertumbuhan. Menurut Yon (1994), P dan N merupakan
unsur yang harus disediakan pada tahap-tahap awal pertumbuhan untuk
memastikan pertumbuhan vegetatif yang baik.
Pada awal tanam yaitu mulai dari 1-2 bulan setelah tanam, dilakukan
penyiraman sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore, kadang terjadi hujan ketika
malam hari setelah dilakukan penyiraman sore hari sehingga mungkin banyak air
terserap di dalam tanah maupun yang mengalir di permukaan. Hal ini mungkin
saja menyebabkan unsur hara yang terkandung di dalam tanah dan pupuk cair
sabut kelapa serta pupuk anorganik tambahan yang diberikan pada masa awal
tanam mengalami pencucian dan hilang bersama aliran air sebelum mampu
diserap oleh akar. Kekurangan unsur hara ini dapat menyebabkan pembentukan
batang dan daun terhambat, sehingga pemberian pupuk cair sabut kelapa tidak
berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman bagian atas dalam penelitian ini.
Perhitungan variabel jumlah umbi pertanaman, berat segar umbi per
tanaman dan berat segar umbi per petak dilakukan pada akhir penelitian yaitu
pada saat tanaman ubi jalar dipanen. Hasil analisis keragaman menunjukkan
perlakuan p2 berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per tanaman, berat basah
umbi per tanaman dan berat basah umbi per petak. Adanya pengaruh nyata dari
pengaruh lama perendaman pupuk cair sabut kelapa selama 14 hari terhadap
beberapa variabel tersebut, diduga karena kandungan pupuk cair sabut kelapa
mangandung P dan K yang mampu diserap tanaman dan diikat oleh partikel tanah,
dengan C/N rasio yang tidak terlalu besar.
Unsur K dalam tanah juga membantu ketersediaan bagi tanaman, sehingga
pertumbuhan umbi dapat terjadi dengan baik.Kalium diabsorpsi pada tanaman
dalam bentuk K+. Bentuk dapat ditukar atau bentuk yang tersedia bagi tanaman
biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air. Pupuk cair sabut kelapa
mengandung K yang lebih banyak daripada P dan N serta diberikan dalam bentuk
larutan. Kalium yang ditambahkan melalui pemupukan dapat menjenuhkan
kompleks absorbsi sehingga tercapai kesetimbangan dengan K dalam larutan
tanah. Tan (2001) menyatakan bahwa jumlah kalium yangdapat diabsorbsi oleh
tanah tergantung pada tingkat kejenuhannya. Kalium yang diabsorbsi sebagian
besar terdapat dalam keadaan setimbang dengan kalium yangberada dalam larutan
tanah yang merupakan sumberutama bagi tanaman. Oleh sebab itu maka
pemupukan K meningkatkan kadar Kdd dalam tanah. Hal ini sesuai juga dengan
pendapat Ispandi dan Munip (2004) yang menyatakan bahwa efek pemupukan K
dapat meningkatkan Kdd tanah.
5
Hal ini memudahkan tanaman untuk mengikat K yang terlarut di dalam
pupuk cair dan di dalam tanah sehingga menunjang dalam pembentukan umbi
dengan baik. Salah satu kandungan utama dalam pupuk cair ini adalah kalium (K).
Pemberian pupuk kalium akan menyebabkan bertambahnya konsentrasi kalium
dalam tanah sehingga akan meningkatkan serapan kalium tanaman. Menurut
Wargiono (1989) K berperan dalam pembentukan karbohidrat, dan dengan
meningkatnya karbohidrat yang dihasilkan juga meningkatkan hasil umbi salah
satunya penambahan bobot segar umbi.
Menurut Setyamidjaja (1986), secara fisiologis tidak mungkin tanaman
dapat menumbuhkan semua umbi menjadi besar selama tanaman tersebut tidak
menyediakan zat yang mencukupi untuk perkembangan umbi. Selain itu,
pembentukan umbi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara yang akan
digunakan dalam proses fotosintesis. Dinyatakan oleh Dwijoseputro (1984),
bahwa sejumlah unsur hara bermanfaat bagi tanaman jika terdapat dalam bentuk
ion yang mampu mengadakan pertukaran dengan koloid tanah dengan sel-sel akar.
Menurut Cahyono (1992) bahwa pada umumnya pupuk organik
mengandung mikroorganisme yang membantu proses dekomposisi.
Mikroorganisme yang terkandung di dalam pupuk bisa membantu memperbaiki
struktur tanah. Jenis tanah yang digunakan bertekstur liat, mungkin dengan
beberapa kali pemupukan, mikroorganisme yang terdapat di dalamnya dapat
bersimbiosis dengan bakteri tanah yang akan membantu tanah menjadi lebih
terurai.
Mikroorganisme didalam pupuk cair diduga juga membantu penguraian
zat-zat terlarut dari sabut kelapa. Pupuk cair sabut kelapa memiliki pH masam
sampai netral, dimana kondisi ini merupakan tempat terbaik berkembangnya
mikroorganisme dari proses dekomposisi bahan organik. Berbagai
mikroorganisme ini ikut bekerja didalam tanah setelah pemupukan dilakukan.Hal
ini membantu memperbaiki sifat fisik tanah agar mudah ditembus akar dan
memudahkan terjadinya pembesaran umbi. Menurut Marsono dan Paulus (2002)
menyatakan bahwa tanah yang berstruktur gumpal, air dan udara serta unsur hara
dalam kondisi terjerat partikel tanah sehingga susah diserap oleh akar tanaman.
Pada masa awal pembentukan umbi kondisi tanah juga mendukung untuk
perkembangan umbi, tanah selalu diberikan drainase yang baik sehingga unsur
hara dan air tercukupi pada masa proses pembentukan umbi. Menurut
Yudiwidodo (1995), aerasi tanah yang baik secara otomatis akan meningkatkan
aktifitas pembelahan dan pembesaran sel khususnya pembentukan umbi. Apabila
pada saat pembentukan umbi faktor lingkungan menunjang dan sesuai dengan
kebutuhan tanaman maka produksi umbi yang dihasilkan meningkat begitu juga
sebaliknya.
Berdasarkan hasil analisis tanah, struktur pasir terkandung sebanyak 80%
hal ini membuat umbi dapat berkembang, dengan kandungan bahan organik dalam
tanah dan tambahan dari pupuk cair, maka akar lebih mudah menembus tanah
yang tidak keras dan berstruktur remah. Sehingga membuat akar lebih mudah
berkembang dan membesar dengan baik. Selain itu, drainase di lapangan juga
menentukan perkembangan umbi.
Pembuatan saluran drainase yang baik dapat mengurangi genangan air
pada masa perkembangan umbi saat berumur 2-3 bulan. Sehingga umbi tidak
6
mengalami pembusukan dan tetap mendapatkan udara, air, dan unsur hara yang
cukup menunjang pembesaran umbi.
Menurut Sarwono (2005) tanaman dalam masa pertumbuhannya
memerlukan unsur hara yang cukup. Ketersediaan unsur hara di dalam tanah
sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah dan pH tanah. Level pH tanah yang cocok
untuk tanaman ubi jalar adalah berkisar antara 4,5-7,5 dan pH optimal antara 5,57,5. Maka dengan pH yang sesuai akan mendukung pertumbuhan tanaman ubi
jalar. Hal ini dapat dilihat dari hasil umbi per tanaman maupun per petak
menunjukkan pengaruh yang nyata.
Pada saat tanaman berumur 3 bulan, lahan penelitian tergenang air karena
curah hujan yang tinggi yaitu mencapai 498,19 mm. Kondisi ini menyebabkan
kelebihan air pada tanaman sehingga memicu beberapa tanaman terserang
penyakit pada akhir pembesaran umbi, namun tidak mempengaruhi tanaman dan
umbi menjadi rusak.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi jumlah umbi per tanaman
termasuk faktor cahaya matahari dan curah hujan, serta suhu dan kelembaban
udara. Bila suhu rendah maka penguapan yang terjadi cukup rendah, sehingga
pengisapan air oleh akar menjadi sedikit, mengakibatkan makanan dari hasil
fotosintesis tidak maksimal. Sebaliknya jika suhu tinggi namun masih dalam
kisaran suhu yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman, penguapan
yang terjadi akan meningkat, sehingga berpengaruh dalam hal pengisapan air oleh
akar-akar yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah makanan yang
dihasilkan dari fotosintesis. Maka suhu udara pada saat pertumbuhan awal dan
perkembangan tanaman ubi jalar sangat mendukung karena suhu udara berkisar
antara 24ºC - 32ºC. Menurut Rukmana (1997), suhu yang paling sesuai untuk
pertumbuhan tanaman ubi jalar yaitu berkisar antara 21ºC - 27ºC.
Menurut Dwidjoseputro (1985) bahwa kelembaban udara juga merupakan
satu faktor yang berpengaruh terhadap fisiologis tanaman ubi jalar. Dalam proses
transpirasi, dimana air yang ditranspirasikan sangat berpera penting dalam
membantu proses penyerapan dan translokasi masuknya air dalam jaringan
tanaman. Kelembaban relatif mempengaruhi masuknya air dalam jaringan
tanaman dan translokasi air ke dalam tubuh tanaman, serta mencegah terjadinya
cekaman air.
KESIMPULAN
1. Lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair menunjukkan pengaruh
tidak nyata terhadap variabel berat kering tanaman bagian atas dan
berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per
tanaman dan berat segar umbi per petak.
2. Perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair dengan waktu 14
hari memberikan hasil terbaik pada hasil tanaman ubi jalar. Pada variabel
jumlah umbi per tanaman dengan rerata 3,24 buah, umbi segar per tanaman
dengan rerata 186,98 gram, dan pada variabel berat segar umbi per petak
dengan rerata 2804,83 gram atau setara dengan 5,61 ton/ha.
3. Pupuk cair sabut kelapa mengandung unsur hara N, P, dan K dengan pH
mendekati netral sampai netral yaitu 6,20 – 7,41.
7
4. Pupuk cair sabut kelapa dapat digunakan sebagai pupuk organik pada
budidaya tanaman ubi jalar di tanah alluvial.
SARAN
Jika ingin membudidayakan tanaman ubi jalar dengan pupuk cair,
sebaiknya dilakukan pada bulan Maret-Oktober karena pada periode tersebut
curah hujan tidak terlalu tinggi agar mengurangi resiko pupuk tercuci ataupun
terserang hama penyakit, dan perlu dilakukan penelitian lanjutan yang berkaitan
dengan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta
Goldworthy, P.R dan N.M. Fisher. 1996.Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Terjemahan Tohari. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Ispandi, A., A. Munip. 2004 Efektivitas pupuk PK dan frekuensi pemberian pupuk
K dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang tanah di lahan
kering Alfisol. Ilmu Pertanian.11 (2) : 11-24.
Lingga, P. dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Lingga, P., B. Sarwono., F. Rahardi P.C ., J.J Afristini., R. Wudiyanto., W.H.
Apriadji. 1989. Bertanam Ubi – ubian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono dan P. Sigit.2002. Pupuk Akar Jenis & Aplikasi.PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Rukmana R. 1997. Ubi jalar, Budidaya dan Pasca Panen.Kanisius.Yogyakarta.
Sarwono. 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1986.Pupuk dan Pemupukan.CV. Simplek. Jakarta.
Tan, K.H. 2001.Kimia Tanah. Penerbit UGM Press.Yogyakarta.
Tjitrosomo. 1984. Botani Umum I. Angkasa. Bandung.
Wargiono, J. 1989. Budidaya Ubi Jalar. Bharata. Jakarta.
Yon, R. Md. 1994.Introduction.p. 1-4. In. : R. Md. Yon (Ed). Papaya Fruit
Development, Postharvest, Physiology, Handling and Market in ASEAN.
Yudiwidodo. 1995. Umbi-umbian Potensi dan Prospeknya untuk Dimanfaatkan
dalam Program Diversifikasi. Dalam Majalah Pangan. Nomor 22.Vol.VI
1995. Jakarta.
8
Download