BERITA DAERAH 18 ttg RETRIBUSI PENGUJIAN

advertisement
BERITA DAERAH
KABUPATEN NIAS
NOMOR : 18
SERI : E
PERATURAN BUPATI NIAS
NOMOR 18 TAHUN 2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN
RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
DI KABUPATEN NIAS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI NIAS,
Menimbang
: a. bahwa retribusi daerah merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah
yang
penting
guna
membiayai
pelaksanaan
pemerintahan
daerah
dalam melaksanakan pelayanan kepada
masyarakat
serta
mewujudkan
kemandirian daerah;
b. bahwa
sebagai
implementasi
dari
Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Retribusi
Jasa Umum, perlu disusun Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Pemungutan
Retribusi
Pengujian
Kendaraan
Bermotor di Kabupaten Nias;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b di atas, perlu menetapkan
Peraturan Bupati Nias tentang Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Pemungutan
Retribusi
Pengujian
Kendaraan
Bermotor di Kabupaten Nias;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7
Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten
dalam Lingkungan Daerah Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor
58,Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 1092);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
75,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3886);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Repulik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
53,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5038);
3
8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1993
tentang
Angkutan
Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3527);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1993 Nomor 63,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3529);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
1993
tentang
Kendaraan
dan
Pengemudi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1993 Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3530);
4
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007
tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
2010 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5161);
5
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang
Perubahan
Kedua
atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
71 Tahun 1993 tentang Pengujian
Berkala Kendaraan Bermotor;
19. Keputusan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem
dan Prosedur Administrasi
Pajak
Daerah,
Retribusi
Daerah,
dan
Penerimaan Pendapatan Lain-Lain;
20. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
9 Tahun 2004 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor;
21. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang
menjadi
Kewenangan
Pemerintah
Daerah Kabupaten Nias (Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Tahun 2008
Nomor 12 Seri E, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Nomor 13);
6
22. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor
7
Tahun
2008
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas
Daerah Kabupaten Nias (Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Tahun 2008
Nomor 7 Seri D, Lembaran Daerah
Kabupaten Nias Nomor 8);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor
9
Tahun
2008
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan
dan
Kelurahan
Kabupaten
Nias
(Lembaran Daerah Kabupaten Nias
Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Nomor 10);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 7 Tahun 2011 tentang PokokPokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Nias
Tahun 2011 Nomor 7 Seri E);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Retribusi
Jasa
Umum
(Lembaran
Daerah
Kabupaten Nias Tahun 2011 Nomor 10
Seri E;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI NIAS TENTANG
PETUNJUK
TEKNIS
PELAKSANAAN
PEMUNGUTAN PENGUJIAN KENDARAAN
BERMOTOR DI KABUPATEN NIAS.
7
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Nias.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
3. Bupati adalah Bupati Nias.
4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
adalah
Dinas
Perhubungan,
Komunikasi
dan
Informatika Kabupaten Nias.
5. Kepala
Dinas
Perhubungan,
Komunikasi
dan
Informatika adalah Kepala Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nias.
6. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kabupaten
Nias.
7. Kepala Dinas Pendapatan adalah Kepala Dinas
Pendapatan Kabupaten Nias.
8. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas
tertentu di bidang perpajakan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9. Bendahara Penerimaan adalah Bendahara Penerimaan
pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Nias.
10. Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
8
11. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan,yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atauorganisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
12. Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat RKUD adalah rekening kas umum pemerintah
daerah pada PT. Bank Sumut Cabang Gunungsitoli
dengan Nomor AC. 004.
13. Retribusi
Pengujian
Kendaraan
Bermotor
yang
selanjutnya disebut retribusi adalah retribusi yang
dipungut atas dasar pelayanan pengujian kendaraan
bermotor
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
14. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu
yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi
untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
15. Wajib retribusi adalah orang pribadi dan/atau badan
yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan
retribusi
daerah
diwajibkan
untuk
melakukan pembayaran retribusi yang terhutang
termasuk pemungut atau pemotongan retribusi
tertentu.
16. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian
kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian
kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta
tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangka
pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.
9
17. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang
terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak
Bermotor.
18. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang
digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
Kendaraan yang berjalan di atas rel.
19. Kendaraan bermotor wajib uji adalah setiap kendaraan
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku wajib diujikan.
20. Pengujian
Berkala
Kendaraan
Bermotor
yang
selanjutnya disebut Uji Berkala Kendaraan Bermotor
adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan
secara berkala terhadap setiap kendaraan bermotor,
kereta gandengan, dan kereta tempelan.
21. Persyaratan teknis adalah persyaratan tentang susunan
peralatan, perlengkapan, ukuran, bentuk karoseri,
pemuatan, rancangan teknis pembuatan sesuai dengan
peruntukannya, emisi gas buang, penggunaan,
penggandengan dan penempelan kendaraan bermotor.
22. Laik jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu
kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya
keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran
udara dan kebisingan pada waktu dioperasikan di jalan.
23. Mobil
penumpang
adalah
kendaraan
bermotor
angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal
8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau
yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima
ratus) kilogram.
24. Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang
yang memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan)
orang, termasuk untuk Pengemudi atau yang beratnya
lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.
25. Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang
digunakan untuk angkutan barang.
10
26. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor yang
dirancang khusus yang memiliki fungsi dan rancang
bangun tertentu, antara lain: kendaraan bermotor
Tentara Nasional Indonesia, kendaraan bermotor
Kepolisian Negara Republik Indonesia, traktor, mesin
gilas (stoomwaltz), forklift, loader, excavator, dan crane,
serta Kendaraan khusus penyandang cacat.
27. Kereta gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan
untuk mengangkut barang yang seluruh bebannya
ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk
ditarik oleh kendaraan bermotor.
28. Kereta tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan
untuk mengangkut barang yang dirancang untuk
ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan
bermotor.
29. Kendaraan bermotor di air adalah setiap kendaraan
yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau
orang dengan dipungut bayaran di laut dan/atau
sungai.
30. Numpang uji adalah pelaksanaan pemeriksaan bagi
kendaraan wajib uji diluar wilayah domisili kendaraan.
31. Penghapusan kendaraan adalah kegiatan/tindakan
untuk melepaskan pemilikan atau penguasaan
kendaraan instansi/badan/lembaga pemerintah dengan
menghapus pencatatannya dari daftar inventaris barang
daerah.
32. Laporan kendaraan bermotor rusak adalah tindakan
pemilik
kendaraan
bermotor
wajib
uji
untuk
melaporkan kepada Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika selaku SKPD Pengujian Kendaraan
Bermotor bahwa kendaraan miliknya tidak dapat
melaksanakan uji tepat pada waktunya karena rusak.
33. Tanda samping adalah tanda yang berisi informasi
singkat hasil uji berkala yang dicantumkan/dipasang
secara permanen dengan menggunakan stiker/
pengecatan pada bagian samping kanan dan kiri
kendaraan.
11
34. Tanda uji berkala adalah tanda bukti lulus uji berkala
berbahan dari plat dengan bentuk dan ukuran tertentu
yang
berisi
data
mengenai
kode
wilayah
pengujian/nomor uji kendaraan dan masa berakhirnya
masa uji berkala.
35. Uji ulang adalah pelaksanaan uji berkala yang
dilakukan sebelum berlakunya masa uji berakhir.
36. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau
penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
37. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang
menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang
terutang.
38. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang
selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan
retribusi
yang
menentukan
jumlah
kelebihan
pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi
lebih besar daripada retribusi yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.
39. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan
retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga
dan/atau denda.
40. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun
dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan
secara
obyektif
dan
profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah
dan retribusi dan/atau tujuan lain dalam rangka
melaksanakan
ketentuan
peraturan
perundang
undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah.
12
BAB II
PENYELENGGARAAN DAN JENIS PELAYANAN
PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
Pasal 2
(1) Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan
harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
(2) Setiap kendaraan bermotor jenis mobil penumpang
umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan,
kereta tempelan, dan kendaraan bermotor umum yang
dioperasikan dijalan wajib dilakukan uji berkala.
(3) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi kegiatan:
a. pemeriksaan dan pengujian fisik kendaraan
bermotor; dan
b. pengesahan hasil uji.
Pasal 3
(1) Jenis Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor yang
dipungut dengan retribusi meliputi :
a. Uji Berkala Kendaraan Bermotor baru;
b. Uji Berkala Kendaraan Bermotor pertama kali;
c. Uji Berkala Kendaraan Bermotor perpanjangan;
d. Uji Berkala Kendaraan Bermotor Mutasi Uji;
e. Uji Berkala Kendaraan Bermotor Numpang Uji;
f. Uji Berkala Kendaraan Bermotor Ubah Fungsi;
g. Uji Berkala Kendaraan Bermotor Modifikasi/Ubah
Spesifikasi;
h. Penghapusan Kendaraan Bermotor;
i. Laporan Kendaraan Bermotor rusak;
j. Penggantian Buku Uji karena hilang;
k. Penggantian Buku Uji karena rusak;
l. Penggantian Plat Uji karena hilang;
m. Penggantian Plat Uji karena rusak.
(2) Uji Berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) diwajibkan untuk kendaraan bermotor jenis :
13
a. Mobil Penumpang Umum;
b. Mobil Bus;
c. Mobil Barang;
d. Kendaraan Khusus;
e. Kereta Gandengan;
f. Kereta Tempelan; dan
g. Kendaraan Bermotor di Air.
(3) Kendaraan bermotor wajib uji yang dinyatakan lulus uji
berkala, diberikan tanda bukti lulus uji berupa buku uji
dan tanda uji serta dilengkapi dengan tanda samping.
BAB III
RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Nama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 4
(1) Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan
yang diberikan.
(2) Penyelenggaraan
dan
pemungutan
retribusi
dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika.
Pasal 5
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan pengujian kendaraan
bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan
yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikelompokkan berdasarkan jenis yang terdiri dari :
a. Mobil Penumpang Umum;
b. Mobil Bus;
c. Mobil Barang;
d. Kendaraan Khusus;
e. Kereta Gandengan;
f. Kereta Tempelan; dan
g. Kendaraan Bermotor di Air.
14
Pasal 6
(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati
pelayanan
pengujian
kendaraan yang bersangkutan dari Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi termasuk pemungut atau pemotong pengujian
kendaraan bermotor.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi
Pasal 7
Retribusi Izin Gangguan digolongkan ke dalam Retribusi
Jasa Umum.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 8
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
Jasa Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat,
aspek
keadilan,
dan
efektivitas
pengendalian atas pelayanan tersebut.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
biaya operasional dan pemeliharaan, biaya bunga, dan
biaya modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan
biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk
menutup sebagian biaya.
Pasal 9
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga)
tahun sekali.
15
(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga
dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati atas usul
Kepala
Dinas
Perhubungan,
Komunikasi
dan
Informatika bersama dengan Kepala Dinas Pendapatan.
Bagian Keempat
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 10
Tingkat penggunaan jasa Retribusi berdasarkan jenis
kendaraan.
Pasal 11
(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi adalah ditetapkan
sebagai berikut :
No.
Uraian
1
2
1.
2.
3.
Tarif (Rp) Keterangan
3
Pengujian berkala mobil barang,
truk dan tronton.
Pengujian berkala mobil penumpang
umum
dengan
tempat
duduk
maksimal
8
(delapan)
orang
termasuk tempat duduk pengemudi,
mobil bus dengan tempat duduk
lebih dari 8 (delapan) orang
termasuk tempat duduk pengemudi
dan taxi.
Biaya numpang uji di wilayah
hukum Kabupaten Nias sebesar
biaya uji berkala menurut jenis
kendaraan yang di uji.
a. Numpang uji di wilayah hukum
Kabupaten Nias dari dalam
wilayah
Kepulauan
Nias
dikenakan tambahan retribusi.
1. Mobil Penumpang Umum
2. Mobil Barang
3. Truk dan Tronton
16
4
300.000,- 2 x 1 tahun
170.000,- 2 x 1 tahun
50.000,- 2 x 1 tahun
75.000,- 2 x 1 tahun
100.000,- 2 x 1 tahun
1
2
3
4
b.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Numpang uji di wilayah hukum
Kabupaten Nias dari dalam
wilayah
hukum
Propinsi 250.000,- 2 x 1 tahun
Sumatera
Utara
dikenakan
tambahan retribusi.
c. Numpang uji di wilayah hukum
Kabupaten Nias dari luar
wilayah
hukum
Propinsi 300.000,- 2 x 1 tahun
Sumatera
Utara
dikenakan
tambahan retribusi.
Pendaftaran berkala
50.000,- 1 x 1 tahun
Pendaftaran berkala seterusnya
30.000,- 2 x 1 tahun
Pendaftaran numpang uji
130.000,- 1 x 1 tahun
Plat segel samping sebagai tanda uji
40.000,- 1 x 1 tahun
Pengecetan uji samping
40.000,- 2 x 1 tahun
Materai khusus buku kiur
50.000,- 2 x 1 tahun
Ganti buku kiur
50.000,- 2 x 1 tahun
Retribusi jasa uji
60.000,- 2 x 1 tahun
Pengadaan buku kiur
20.000,- 2 x 1 tahun
Administrasi pendaftaran berkala
40.000,- 1 x 1 tahun
dan seterusnya.
Sanksi
administrasi
bagi
keterlambatan habis masa berlaku
25.000,Per bulan
kiur tetapi tidak diurus tepat pada
waktunya.
(2) Khusus kendaraan roda 3 (tiga) becak
diberlakukan tarif retribusi sebagai berikut :
No.
Uraian
1.
2.
3.
Retribusi jasa kiur becak mesin
Pengadaan buku kiur
Administrasi
pendaftaran
berkala dan seterusnya
Sanksi
administrasi
bagi
keterlambatan
habis
masa
berlaku kiur tetapi tidak diurus
tepat pada waktunya.
4.
Tarif (Rp)
17
mesin
Keterangan
60.000,20.000,-
2 x 1 tahun
2 x 1 tahun
40.000,-
1 x 1 tahun
5.000,-
per bulan
Bagian Kelima
Tata Cara Pemungutan
Pasal 12
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa Nota Perhitungan.
(4) Nota Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ditetapkan oleh Kepala Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika atau Kepala Bidang yang
dihunjuk.
(5) Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar atas
penghitungan kurang bayar, dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)
setiap bulan dari retribusi yang terutang kurang bayar
dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(6) Penagihan retribusi terhutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) didahului Surat Teguran.
Pasal 13
(1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.
(2) Besaran Retribusi yang tercantum dalam SKRD atau
Nota Perhitungan, dibayar oleh Wajib Retribusi kepada
Bendahara Penerimaan atau ke RKUD.
(3) Bendahara Penerimaan dalam waktu paling lama 1 X
24 jam telah menyetorkan retribusi ke RKUD.
Bagian Keenam
Saat Retribusi Terutang
Pasal 14
Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkan SKRD
atau nota perhitungan.
18
Pasal 15
(1) Kendaraan bermotor yang dilakukan uji berkala
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat (2) dikenakan
retribusi sebagaimana tersebut dalam Pasal 11 dan
wajib diperpanjang.
(2) Masa retribusi berlaku selama 6 (enam) bulan.
(3) Wajib retribusi atau yang menguasai kendaraan
bermotor
yang
telah
habis/kedaluwarsa
masa
retribusinya dikenakan sanksi administrasi.
Bagian Ketujuh
Sanksi Administrasi
Pasal 16
(1) Sanksi administrasi diberikan kepada wajib retribusi
yang menguasai kendaraan bermotor yang terlambat
atau yang tidak melakukan perpanjangan masa
retribusinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (3) dikelompokkan dan diatur sebagai berikut :
a. Kendaraan bermotor yang masa retribusinya telah
habis/kedaluwarsa, dan tidak diperpanjang dalam
jangka waktu antara 1 (satu) hari sampai dengan 6
(enam) bulan, maka dikenakan sanksi kewajiban
tambahan membayar 1 (satu) kali besarnya retribusi
dan bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap
bulannya;
b. Kendaraan bermotor yang masa retribusinya telah
habis/kedaluwarsa, dan tidak diperpanjang dalam
jangka waktu antara 6 (enam) bulan lebih 1 (satu)
hari sampai dengan 12 (dua belas) bulan, maka
dikenakan sanksi kewajiban tambahan membayar 2
(dua) kali besarnya retribusi dan bunga sebesar 2 %
(dua persen) setiap bulannya;
19
c. Bagi kendaraan bermotor yang masa retribusinya
telah habis/kedaluwarsa, dan tidak diperpanjang
dalam jangka waktu antara 12 (dua belas) bulan
lebih 1 (satu) hari sampai dengan 18 (delapan belas)
bulan, maka dikenakan sanksi kewajiban tambahan
membayar 4 (empat) kali besarnya retribusi dan
bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulannya;
d. Bagi kendaraan bermotor yang masa retribusinya
telah habis/kedaluwarsa, dan tidak diperpanjang
dalam jangka waktu antara 18 (delapan belas) bulan
lebih 1 (satu) hari sampai dengan 24 (dua puluh
empat) bulan, maka dikenakan sanksi kewajiban
tambahan membayar 5 (lima) kali besarnya retribusi
dan bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap
bulannya;
e. Untuk kendaraan bermotor yang masa retribusinya
telah habis/kedaluwarsa, dan tidak diperpanjang
dalam jangka waktu antara 24 (dua puluh empat)
bulan lebih 1 (satu) hari sampai dengan 30 (tiga
puluh) bulan, maka dikenakan sanksi kewajiban
tambahan membayar 8 (delapan) kali besarnya
retribusi dan bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap
bulannya;
f. Untuk kendaraan bermotor yang masa retribusinya
telah habis/kedaluwarsa, dan tidak diperpanjang
dalam jangka waktu antara 30 (tiga puluh) bulan
lebih 1 (satu) hari sampai dengan 36 (tiga puluh
enam) bulan atau lebih, maka dikenakan sanksi
kewajiban tambahan membayar 9 (sembilan) kali
besarnya retribusi dan bunga sebesar 2 % (dua
persen) setiap bulannya.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku bagi kendaraan bermotor wajib uji
dalam keadaan rusak yang sudah dilaporkan oleh wajib
retribusi atau yang menguasai kendaraan bermotor
kepada
Dinas
Perhubungan,
Komunikasi
dan
Informatika.
20
(3) Kendaraan bermotor wajib uji yang tidak dikenakan
sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menunjukkan dokumen yang sah berupa Laporan
Kendaraan Bermotor Rusak yang dikeluarkan oleh
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
Pasal 17
Pelayanan
Penggantian
Buku
Uji
karena
hilang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf j
dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib memenuhi persyaratan administrasi uji berkala;
b. Terhadap kendaraan tersebut wajib dilakukan uji ulang
dan dinyatakan lulus uji berkala;
c. Membawa surat laporan kehilangan barang dari
Kepolisian;
d. Memiliki bukti pembayaran 5 (lima) kali besarnya
retribusi.
Pasal 18
Pelayanan
penggantian
buku
uji
karena
rusak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf k
dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib memenuhi persyaratan administrasi uji berkala;
b. Wajib retribusi atau yang menguasai kendaraan
bermotor membawa kendaraan ke Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika untuk disesuaikan
identitas kendaraannya;
c. Membawa dan menunjukkan bukti buku uji asli yang
rusak;
d. Memiliki bukti pembayaran 3 (tiga) kali besarnya
retribusi.
Pasal 19
Pelayanan penggantian plat uji karena hilang/rusak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf l dan
huruf m dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
21
a. Wajib memenuhi persyaratan administrasi uji berkala;
b. Wajib retribusi atau yang menguasai kendaraan
bermotor membawa kendaraan ke Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika untuk disesuaikan
identitas kendaraannya;
c. Memiliki bukti pembayaran 1 (satu) kali besarnya
retribusi.
Pasal 20
Pelayanan dan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17, Pasal 18, dan Pasal 19 tetap berlaku pada saat
kendaraan bermotor wajib uji, kereta gandengan, kereta
tempelan dan kendaraan bermotor di air melakukan uji
berkala.
Bagian Kedelapan
Keberatan
Pasal 21
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan
hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa
Indonesia dengan disertakan alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal Nota Perhitungan
diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat
menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud
pada ayat 3 (tiga) adalah suatu keadaan yang terjadi di
luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban
membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan
retribusi.
22
Pasal 22
(1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat
Keberatan diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat
Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib
Retribusi bahwa keberatan yang diajukan harus
diberikan keputusan oleh Bupati atau pejabat yang
ditunjuk.
(3) Keputusan Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas
keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi
yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah lewat dan Bupati atau pejabat yang ditunjuk
tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 23
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau
seluruhnya,
kelebihan
pembayaran
retribusi
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua
belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan
diterbitkannya SKRDLB.
23
BAB IV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 24
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi
dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada
Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan,
sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu
keputusan, permohonan pengembalian pembayaran
Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi
lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk
melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.
(5) Pengembalian
kelebihan
pembayaran
retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak
diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati
memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
pembayaran retribusi.
24
BAB V
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 25
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi
kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun
terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika
Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang
Retribusi.
(2) Kedaluwarsa
penagihan
Retribusi
dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
sebagaimana
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib
Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa
penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat
Teguran tersebut.
(4) Pengakuan
utang
Retribusi
secara
langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah
Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan
masih mempunyai utang Retribusi dan belum
melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat
diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan
oleh Wajib Retribusi.
Pasal 26
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi
karena hak untuk melakukan penagihan sudah
kedaluwarsa dapat dihapuskan.
25
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang
Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan
piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
dengan Peraturan Bupati.
BAB VI
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 27
(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi
dalam rangka melaksanakan peraturan perundangundangan retribusi daerah.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan
dokumen lain yang berhubungan dengan objek
retribusi yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat
atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan
bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat Peraturan Bupati Nias ini mulai berlaku, maka
segala peraturan atau ketentuan yang mengatur tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemungutan Retribusi
Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Nias dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
26
Pasal 29
Peraturan Bupati Nias ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati Nias ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Nias.
Ditetapkan di Gunungsitoli Selatan
pada tanggal 24 April 2013
BUPATI NIAS,
ttd
SOKHIATULO LAOLI
Diundangkan di Gunungsitoli Selatan
pada tanggal
24 April 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NIAS,
O’OZATULO NDRAHA
BERITA DAERAH KABUPATEN NIAS TAHUN 2013 NOMOR : 18 SERI : E
27
Download